1.Panel4 Mahlil Ruby Koordinasi Manfaat
Desain Koordinasi Manfaat di
Tengah Isu Efisiensi dan Mutu JKN
Dr.dr.Mahlil Ruby,Mkes
PeneliA Senior CHEPS FKM UI dan Ahli Monev GIZ pada DJSN
INAHEA ke 3 Yogyakarta,
(2)
I. Latar Belakang
JKN vs Askom- Selenggara
sendiri
1. JKN komprehensif tetapi kaku(harus berjenjang, faskes
mitra BPJS), kurang nyaman/crowded, dan kurang puas/kualitas bagi kelompok tertentu
2. Perusahaan/kelompok kaya membeli askom atau yankes
sendiri untuk mendapatkan itu
3. Mereka kecil, ibarat kerikil dalam sepatu
JKN butuh Waktu
1. Perubahan budaya BPJSK
2. FFS ke INA CBGs
3. Yankes (SDM, Faskes) yang terbatas
4. Iuran masih terbatas Kondisi
Badan Usaha
1. BU wajib JKN dan sebagian BU sudah punya askom/
self insured
2. Peningkatan belanja kesehatan BU? efisien (PHK?)
3. Perusahaan dalam kondisi “simalakama”.
Kebijakan KM/COB
1. Pada faskes bekerjasama atau tidak dengan BPJSK
2. Peserta NAIK KELAS RAWATAN di faskes bekerjasama
3. Rajal dan ranap tingkat I tidak KM
4. Rajal lanjutan (KLINIK EKSEKUTIF) hanya pada faskes
yang bekerjasama tunggu regulasi lebih lanjut
(3)
LANDASAN HUKUM
(COORDINATION OF BENEFIT/KOORDINASI MANFAAT)
PERPRES 19/2016
• Pasal 27 diubah: “ BPJS
berkoordinasi dalam memberikan manfaat bagi peserta yang
memiliki asuransi kesehatan tambahan”
• Pasal 27A ayat (1) diubah: BPJSK bekerjasama dengan Jamsos Kecelakaan Kerja dan Lalu lintas.
• Pasal 27A ayat (2) : Tata cara koordinasi Manfaat diatur dlm Perjanjian Kerjasama antara BPJS Kesehatan dengan
penyelenggara Program Jaminan Sosial bidang kecelakaan kerja dan kecalakaan lalu lintas.
JAMINAN KESEHATAN OLEH ASURANSI KESEHATAN TAMBAHAN/ Penjamin Lainnya JAMINAN KESEHATAN OLEH BPJS Suplemen Komplemen / On Top KM Pembayaran RS 100%
UU SJSN:Penjelasan Pasal 23 ayat (4): naik kelas dapat dengan Asuransi
tambahan/bayar sendiri PERBPJS 4/2016 RITL P e n jam in I P e m b ay ar I C as h le ss In d e m n ity & Man ag e d c ar e , c as h p lan Cashless managed care
(4)
•
Mendapatkan gambaran pelaksanaan
Koordnasi Manfaat yang telah dilakukan
oleh BPJS Kesehatan dan konsep COB
yang tepat dari berbagai aspek.
Umum
•
Mengetahui tantangan pelaksanaan COB
selama 2 tahun
•
Mengetahui regulasi COB JKN yang dapat
dilaksanakan oleh Askom dan Pelkes mandiri
•
Mengetahui kebutuhan BU untuk KM
•
KM yang efisien bagi BPJSK dan BU
•
Rekomendasi perbaikan konsep COB
Khusus
Tujuan
(5)
II. Metodologi
Metodolog i
FGD 1 FGD 2 FGD 3 FGD 4
Peserta Asuransi Komersial Badan Usaha yang telah menjadi peserta BPJS Badan Usaha yang belum menjadi peserta BPJSK Pakar Hukum/ Regulasi Waktu Jumat/15 Januari 2016 Selasa/19 Januari 2016 Selasa/19 Januari 2016 Kamis/28 Januari 2016 Tempat Ruang Rapat Litbang Ruang Rapat Litbang Ruang Rapat Litbang Ruang Rapat Litbang Regulasi KM BPJSK dan KM Askom sudah 2 tahun COB sebagai daya tarik BU bergabung dengan JKN Pengalaman Impelementasi KM BPJSK Penjamin dan pembayar pertama Mekanisme KM berdasarkan faskes BPJSK Sharing data KM yang dapat dijalankan tetapi efisien bagi BPJSK
Topik
y
an
g
d
ig
al
i
(6)
3.1. Hasil FGD I COB ‐ Askom
Topik Hasil FGD
Pengalaman
Implementasi COB
COB Belum dapat diimplementasikan:
• BPJSK Adak mengakui FKTP Askom non network BPJS keAka peserta COB dirujuk ke RS
• BPJSK Adak mengakui pelayanan rawat inap keAka karyawan dirawat inap oleh dokter spesialis tanpa melalui FKTP (pelayanan berjenjang)
• Sulit COB bila bukan naik kelas karena pembayaran INA CBGs sudah mencakup semua benefit
• Tidaks semua RS mampu melakukan split billing
COB berjalan pada peserta naik kelas karena RS menghitung biaya naik kelas secara FFS.
COB dan Belanja Kesehatan
Perusahaan
Belanja kesehatan perusahaan Anggi karena perusahaan harus bayar iuran Askeskom seperA sebelumnya ditambah biaya iuran JKN.
Hampir semua karyawan yang memiliki Askeskom Adak menggunakan JKN sehingga hak peserta yang memiliki Askeskom Adak
termanfaatkan karena BPJS Adak mengakui pelayanan di FKTP yang bukan network BPJS dan pelayanan berjenjang Mahlil Ruby 6
(7)
Topik
Hasil FGD
Penjamin dan
pembayar pertama
Askeskom bersedia menjadi pembayar pertama dan
penjaminan pertama tetap BPJS Kesehatan.
Askeskom yang akan membayar seluruh biaya peserta
di RS dan BPJSK membayar tarif RS Ape C atau 50‐70%
dari tarif yang seharusnya dibayarkan pada RS tersebut.
Misal, RS Ape B, BPJSK membayar50% dari tarif RS tsb.
Benefit COB yang
sebaiknya ditetapkan
Obat dapat menjadi COB karena banyak RS menarik
biaya obat tambahan dari peserta dan RS sering
mengalami keterbatasan ketersediaan obat Fornas.
Sharing data
Askeskom menghadapi kesulitas akses Pendafaran PPU
melalui on line sehingga ini menjadi penghambat Adak
berjalan integrasi peserta Askom ke BPJSK
(8)
Topik Hasil FGD
COB yang dapat
dijalankan tetapi Efisien bagi BPJSK dan Askeskom
BPJSK dapat mengakui pelayanan pada FKTP Askeskom yang belum bekerjasama dengan BPJSK sebagai pelayanan
berjenjang.
BPJSK dapat mengakui rawat inap kepada peserta yang dirujuk oleh faskes rajal lanjutan tetapi peserta Adak melakukan pemeriksaan pada FKTP.
BPJSK lebih efisien pada rajal rujukan karena BPJSK Adak menanggung rajal rujukan terutama yang Adak berjenjang. BPJSK lebih efisien pada rawat inap karena BPJS Adak
membayar seluruh tarif sesuai INA CBGs
Askeskom sangat memperhaAkan kendali biaya sejak awal pelayanan, saat pelayanan dan setelah pelayanan, sehingga seAap peserta yang dirawat inap sudah melalui proses
kendali biaya. Atau BPJS dapat juga melakukan verifikasi layak atau Adaknya peserta tersebut dirawat.
(9)
3.2. Hasil FGD Badan Usaha
Topik Hasil FGD
Pemaham BU terhadap COB
Semua peserta mengetahui bahwa COB adalah kerjasama Askeskom/self insured dan BPJSK dimana COB berlaku keAka peserta naik kelas.
BU menggunakan double insurance : BPJSK dan Askom ataupun self insurance
COB sebagai daya tarik perusahaan
Perusahaan yang Self Insured memiliki daya tarik karena penyakit‐penyakit kronis dibebankan kepada BPJSKesehatan
BU masih butuh self insured atau askom agar
peserta Adak mengalami down grade pelayanan (Adak nyaman, banyak antrian, Adak bebas pilih faskes dan harusberjenjang) keAka menjadi peserta JKN. Pengalaman BU
menerapkan COB
Top up oleh BU yang memiliki self insured dilakukan untuk: pelayanan gigi, balita, persalinan.
Apabila karyawan self insured mengeluh pelayanan JKN maka karyawan mengisi Form keluhan pelayanan JKN yang disediakan oleh BU, keluhan ini menjadi dasar reimburse. Obat2an menjadi klaim reimburse terbanyak.
(10)
Topik Hasil FGD
Belanja kesehatan perusahaan
BU self insured dan Askeskom cenderung mengalami kenaikan belanja kesehatan perusahaan. Namun perusahaan melakukan penghematan pada pengeluaran lainnya.
BU yang menggunakan askeskom lebih Anggi belanja kenaikan belanja kesehatan perusahaan dibandingkan BU Self insured.
Issue mengenai double payment diasumsikan pembayaran iuran yang double bagi BU yang menggunakan JKN dan Askom
Paket COB yang BU Harapkan
Self insured: FKTP BU menjadi FKTP BPJSK agar mekanisme rujukan dapat diakui oleh BPJSK
Askeskom: BU mengharapkan askeskom menjual plan askes yang lebih murah karena dapat COB.
(11)
Topik Hasil FGD
COB dan UU SJSN Apabila COB rawat inap yang naik kelas dapat disebut COB. Jadi COB adalah akomodasi walaupun prakAknya ikut naik seluruh tarif pelayanan lainnya.
Rawat jalan Adak diatur (dilarang atau dibolehkan) maka untuk pengaturannya harus ada diskresi hukum. Draf Perpres/
permenkes baru telah menakomodir Rajal eksekuAf COB sebagai daya tarik BU
untuk perluasan kepesertaan
COB harus diakomodir oleh BPJSK karena ada demand akibat rendahnya kualitas FKTP, jam buka yang terbatas, dan antrian. Sebagian masyarakat membutuhkan atau demand COB
COB pada kondisi Adak berjenjang dan faskes non network BPJS
Kondisi Adak berjenjang merupakan pelayanan Adak sesuai prosedur sehingga BPJS Adak boleh merusak sistem managed care yang sedang dibenahi.
Rujukan FKTP non network boleh saja karena BPJSK Adak membayar FKTP tetapi ini dapat diatur oleh BPJSK agar pelayanan ini Adak diterjemahkan sebagai pelayanan di luar prosedur.
Penjamin dan pembayar pertama
Apabila BPJSK menjadi pembayar ke dua maka pelayanan kesehatan akan terjadi moral hazard sehingga Indonesia sulit mengendalikan biaya kesehatan
3.3. Hasil FGD Regulator
(12)
A.
K
e
si
m
p
u
la
n
U
m
u
m
COB menjadi mekanisme peserta menggunakan haknya sebagai peserta JKN dan COB menjadi kebutuhan (demand) sebagian penduduk seraya menunggu maturitas JKN
Sebagian BU mengeluarkan belanja kesehatan lebih besar karena BU harus menjadi peserta JKN dan terpaksa membeli Askeskom dan tetap menyediakan pelayanan sendiri
BPJSK belum mendefinisikan Pelayanan di luar prosedur dengan jelas sehingga kasus‐kasus COB menjadi berbeda persepsinya
COB rawat inap sesuai UU SJSN dan COB rajal menjadi diskresi hukum (tergantug pilihan kebijakan)
Banyak RS Sdak dapat menerbitkan tagihan klaim sesuai dengan kebutuhan askom (split billing).
Askom bersedia menjadi pembayar utama/pertama dimana BPJSK membayar sesuai dengan kebijakan BPJSK sebagai respon BPJSK kepada hak peserta yang sudah membayar iuran
Integrasi kepesertaan belum dapat berjlana dengan baik karena sistem web yang masih belum opSmal dari BPJSK
IV. Kesimpulan
(13)
4.1. Tantangan Pelaksanaan COB
Tidak ada kesesuaian antara regulasi dan keinginan peserta
Askeskom.
BPJSK Adak mengakui rawat inap peserta yang Adak melalui
FKTP yang bekerjasama dengan BPJSK.
Benefit sesuai kelas standar sulit dikoordinasikan baik
managed care maupun indemnity kecuali naik kelas rawatan
meskipun peserta dikenakan biaya tambahan obat dan
(14)
4.2. Regulasi COB JKN yang dapat dilaksanakan
oleh Askeskom dan Self Insured
•
BPJSK mengontrak Faskes Askeskom yang belum menjadi jejaring BPJSK
sesuai rekomendasi Askeskom.
•
BPJSK mendefinisikan pelayanan sesuai prosedur untuk COB rawat inap
adalah pelayanan yang dilakukan berjenjang walau FKTP dan FKTRL yang
merujuk Adak menjadi jejaring BPJSK.
•
Obat tertentu di luar fornas dapat menjadi benefit COB (Apakah ini COB
atau Top up?)
•
Peningkatan kualitas produk yang dijamin oleh JKN sebagai benefit COB,
Misal kacamata, kruk, alat medis, prosedur medis, dan lainnya.
•
Self Insured dan Askom dapat merancang produk‐produk yang umumnya
menjadi demand dari peserta BU terutama pelayanan Kehamilan dan
Persalinan, pelayanan balita, dan gigi terutama rawat jalan
(15)
•
BU butuh plan askeskom lebih murah dari yang ada
karena manfaat dapat dikoordinasikan dengan
BPJSK (KIA dan Gigi).
•
BU yang menyelenggarakan sendiri (self insurance)
dapat melakukan cost sharing langsung dengan
faskes.
4.3.
Kebutuha
n COB
bagi BU
•
BPJSK hanya COB rawat inap
•
BPJSK hanya membayar klaim COB rawat inap bagi
peserta yang Adak menggunakan FKTP dan FKTRL
BPJSK sebesar 50‐70% dari klaim Ape RS
•
BU yang self insured hanya menjamin pelayanan‐
pelayanan tertentu yang Adak berjenjang dan
diluar FKTP/FKTRL BPJS
4.4. KM
yang
efisien
(16)
V. Usulan KM
Keterangan FKTP FKRTL Rajal FKRTL Rinap Opsi Pembayaran Non BPJS Kes BPJS Kes Non BPJS BPJS Kes Non BPJS Kes BPJS KesOpsi I Opsi II Opsi III
Opsi A Faskes BPJS
v v v naik kelas: BPJSK membayar 80% kelas Standar dan sisa kelas standar plus selisih naik kelas dibayarkan Askes T BPJSK membayar tarif sesuai dengan Tarif RS Kelas C 100% dijamin oleh BPJS Kes kelas standar
Opsi B Skenario 1 v v v Askes Tambahan membayar FKRTL seluruhnya karena BPJS Kes Tidak Menjamin
Skenario 2 v v v BPJS Kes membayar 60% dari tarif INA CBGs kelas standar BPJSK membayar tarif RS Kelas C BPJSK membayar 70% tarif INA CBGs kelas standar
Skenario 3 v v v Askes Tambahan membayar FKRTL seluruhnya karena BPJS Kes Tidak Menjamin
Skenario 4 v v v BPJS Kes membayar 50 % tarif INA CBGs Kelas standar
BPJSK membayar tarif sesuai
tarif INA CBGs RS kelas C BPJSK membayar 75% tarif sesuai tarif INA CBGs RS kelas C
Skenario 5 v v v
Askes Tambahan membayar FKRTL seluruhnya karena BPJS Kes Tidak Menjamin
Opsi C Tidak
Berjenjang Rumah v v BPJSK membayar 40% tarif INA CBGs sesuai kelas standar
BPJSK membayar tarif sesuai tarif INA CBGs RS Kelas C Rumah v v
Askes Tambahan membayar FKRTL seluruhnya karena BPJS Kes Tidak Menjamin
(17)
Pembayar I (Ps 3a) Askestam BPJSK Penjamin I (Ps 3b) Syarat Adm Pasal 5 Ps7: Koordinasi Peserta, sosialisasi, iuran (Ps 9), informasi Non BPJS BPJS Ps 6 (3) Teratasi Tetap, BPJSK Adak bayar Ps 12 (4,5) BPJS FKRTL FKRTL FKRTL A sk e stam B ay ar le bih d ah u lu P s 15 (1) Pasal 8a: KM hanya 1 askestam Klaim kolekAf dengan batas 6 bulan (Ps 16 (1,2)) sesuai INA CBGs (ps 15 (2) PerganAan klaim paling banyak tarif INA CBGS RS Kelas C (Ps 16 (3)) K lai m < RS k e las C, BP JS b ay ar pe nuh P s 15(4) P e se rta d ilay an i k e las < re n d ah , P e rg an A an s e su ai k e las ts b Ps 15 (5) YANG DIADOPSI DALAM PERBPJS 4/2016 Mahlil Ruby 17
(18)
(1)
4.1. Tantangan Pelaksanaan COB
Tidak ada kesesuaian antara regulasi dan keinginan peserta
Askeskom.
BPJSK Adak mengakui rawat inap peserta yang Adak melalui
FKTP yang bekerjasama dengan BPJSK.
Benefit sesuai kelas standar sulit dikoordinasikan baik
managed care maupun indemnity kecuali naik kelas rawatan
meskipun peserta dikenakan biaya tambahan obat dan
(2)
4.2. Regulasi COB JKN yang dapat dilaksanakan
oleh Askeskom dan Self Insured
•
BPJSK mengontrak Faskes Askeskom yang belum menjadi jejaring BPJSK
sesuai rekomendasi Askeskom.
•
BPJSK mendefinisikan pelayanan sesuai prosedur untuk COB rawat inap
adalah pelayanan yang dilakukan berjenjang walau FKTP dan FKTRL yang
merujuk Adak menjadi jejaring BPJSK.
•
Obat tertentu di luar fornas dapat menjadi benefit COB (Apakah ini COB
atau Top up?)
•
Peningkatan kualitas produk yang dijamin oleh JKN sebagai benefit COB,
Misal kacamata, kruk, alat medis, prosedur medis, dan lainnya.
•
Self Insured dan Askom dapat merancang produk‐produk yang umumnya
menjadi demand dari peserta BU terutama pelayanan Kehamilan dan
Persalinan, pelayanan balita, dan gigi terutama rawat jalan
(3)
•
BU butuh plan askeskom lebih murah dari yang ada
karena manfaat dapat dikoordinasikan dengan
BPJSK (KIA dan Gigi).
•
BU yang menyelenggarakan sendiri (self insurance)
dapat melakukan cost sharing langsung dengan
faskes.
4.3.
Kebutuha
n COB
bagi BU
•
BPJSK hanya COB rawat inap
•
BPJSK hanya membayar klaim COB rawat inap bagi
peserta yang Adak menggunakan FKTP dan FKTRL
BPJSK sebesar 50‐70% dari klaim Ape RS
•
BU yang self insured hanya menjamin pelayanan‐
pelayanan tertentu yang Adak berjenjang dan
diluar FKTP/FKTRL BPJS
4.4. KM
yang
efisien
(4)
V. Usulan KM
Keterangan FKTP FKRTL Rajal FKRTL Rinap Opsi Pembayaran Non BPJS Kes BPJS Kes Non BPJS BPJS Kes Non BPJS Kes BPJS KesOpsi I Opsi II Opsi III
Opsi A Faskes BPJS
v v v naik kelas: BPJSK membayar 80% kelas Standar dan sisa kelas standar plus selisih naik kelas dibayarkan Askes T BPJSK membayar tarif sesuai dengan Tarif RS Kelas C 100% dijamin oleh BPJS Kes kelas standar
Opsi B Skenario 1 v v v Askes Tambahan membayar FKRTL seluruhnya karena BPJS Kes Tidak Menjamin Skenario 2 v v v BPJS Kes membayar 60%
dari tarif INA CBGs kelas standar BPJSK membayar tarif RS Kelas C BPJSK membayar 70% tarif INA CBGs kelas standar
Skenario 3 v v v Askes Tambahan membayar FKRTL seluruhnya karena BPJS Kes Tidak Menjamin
Skenario 4 v v v BPJS Kes membayar 50 % tarif INA CBGs Kelas standar
BPJSK membayar tarif sesuai
tarif INA CBGs RS kelas C BPJSK membayar 75% tarif sesuai tarif INA CBGs RS kelas C
Skenario 5 v v v
Askes Tambahan membayar FKRTL seluruhnya karena BPJS Kes Tidak Menjamin Opsi C Tidak
Berjenjang Rumah v v BPJSK membayar 40% tarif INA CBGs sesuai kelas standar
BPJSK membayar tarif sesuai tarif INA CBGs RS Kelas C Rumah v v
Askes Tambahan membayar FKRTL seluruhnya karena BPJS Kes Tidak Menjamin
(5)
Pembayar I (Ps 3a)
Askestam
BPJSK
Penjamin I (Ps 3b)
Syarat Adm
Pasal 5
Ps7: Koordinasi Peserta, sosialisasi, iuran (Ps 9), informasi
Non
BPJS
BPJS
Ps 6 (3)
Teratasi
Tetap, BPJSK Adak bayar
Ps 12 (4,5)
BPJS
FKRTL
FKRTL
FKRTL
A
sk
e
stam
B
ay
ar
le
bih
d
ah
u
lu
P
s 15 (1)
Pasal 8a: KM hanya 1 askestam
Klaim kolekAf dengan batas 6 bulan (Ps 16 (1,2)) sesuai INA CBGs (ps 15 (2)
K
lai
m
<
RS
k
e
las
C,
BP
JS
b
ay
ar
pe
nuh
P
s 15(4)
P
e
se
rta
d
ilay
an
i k
e
las
<
re
n
d
ah
,
P
e
rg
an
A
an
s
e
su
ai
k
e
las
ts
Ps
15
(5)
YANG DIADOPSI
DALAM
PERBPJS 4/2016
(6)