Era SD Tanpa Ebtanas

Era SD Tanpa Ebtanas
Dalam rangka memperlancar program wajib belajar 9 tahun, Menteri Pendidikan
Nasional (Mendiknas) RI Prof Drs HA Malik Fadjar MSc menghapuskan Ebtanas
untuk Sekolah Dasar. Jauh-jauh hari sebelum diputuskan penghapusan Ebtanas
SD ini, Mendiknas Malik Fadjar telah melontarkan masalah ini ke publik. Sebab
Mendiknas menganggap salah satu penghambat program belajar 9 tahun adalah
adanya Ebtanas SD ini.
Karenanya, penghapusan Ebtanas SD, sebelumnya telah menjadi polemic yang
berkepanjangan. Bahkan tidak hanya di luar, di dalam Depdiknas pun ada yang
tidak setuju Ebtanas SD dihilangkan. Sampai-sampai Mendiknas minta pada
stafnya yang tidak setuju untuk bisa meyakinkannya bahwa Ebtanas SD ini masih
penting, sehingga tidak perlu dihapuskan. Namun sampai keputusan Ebtanas SD
dikeluarkan ternyata belum ada stafnya yang bisa meyakinkannya mengenai
pentingnya Ebtanas SD ini masih tetap diselenggarakan.
Sebab banyak pakar yang menilai bahwa adanya Ebtanas tersebut
menghamburkan dana yang seharusnya tidak perlu keluar. Artinya, akan
membebani orang tua siswa dengan dana-dana yang mestinya tidak perlu
dikekeluarkan. Dan bagi orang tua yang tidak mampu sangat membebani. Meski
pada kebijaksanaan Mendiknas sebelumnya telah ada dana tersendiri sehingga
Ebtanas tidak perlu dipungut biaya, namun dalam prakteknya sekolah ternyata
masih memungut biaya Ebtanas. Karena selain dana belum bisa dicairkan segera

juga dana yang disediakan pemerintah dianggap belum mencukupi. Akibatnya ada
siswa yang dropout tidak bisa mengikuti Ebtanas dan ini menjadi penghalang bagi
lancarnya wajib belajar 9 tahun yang sudah lama dicanangkan Pemerintah, karena
NEM menjadi salah satu persyaratan untuk masuk SLTP (Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama) yang merupakan bagian dari wajib belajar 9 tahun.
Selain itu, dalam praktek di lapangan seringkali menjebak. Hal ini berdasarkan
pengalaman salah satu SLTP Negeri Favorit di Solo dan juga di Yogya. Ternyata
siswa-siswa dengan NEM yang tinggi, di atas 45, prestasinya di SLTP cenderung
menurun, sedangkan NEM yang dibawah 45 prestasinya cenderung naik.
Fenomena ini dibenarkan Kepala Sekolah SD Muhammadiyah I Solo Muhtadi
SPd dan Kepala Sekolah SD Muhammadiyah Purwodiningratan 2 Yogyakarta H
Sabilillah yang siswanya banyak diterima di sekolah favorit. “Alhamdulilah
banyak lulusan SD Muhammadiyah I Solo yang diterima di sekolah favorit untuk
saat ini,” ungkap Kepala Sekola SD Muhammadiyah I Solo pada SM. Ia berharap
untuk tahun-tahun mendatang, lulusannya tetap banyak ditampung di sekolah
favorit. Karena selama ini terbukti bahwa lulusan SD Muhammadiyah I Solo
mampu berprestasi lebih di sekolah favarit mengungguli anak-anak yang
mempunyai nilai NEM lebih tinggi.
Meskipun demikian, penghapusan Ebtanas Sekolah Dasar oleh Mendiknas ini
tetap menjadi pembicaraan hangat di kalangan pendidik termasuk di Solo. Ada

yang menginginkan dilaksanakan Ebta bersama, tetapi ada yang menginginkan
ujian sekolah sendiri. Pembicaraan yang hangat ini bahkan sampai melibatkan
DPRD Kota Solo yang mengundang kepala sekolah SD yang ada di kota Solo.

“Alhamdulillah, akhirnya keputusannya ujian sendiri,” ucap Kepla Sekolah SD
Muhammadiyah I Solo Muhtadi SPd sambil menegaskan bahwa ia lebih suka
ujian sendiri. Bahkan untuk kota Jogja sudah mengajukan Ebtada ke Pusat, tetapi
ditolak dan minta kembali mengadakan UAS (Ujian Akhir Sekolah) seperti edaran
yang telah diberikan Depdiknas.
Untuk tetap menarik perhatian wali murid untuk mendaftarkan anaknya di sekolah
Muhammadiyah, tentu harus punya kiat tersendiri. Sebab jika tidak, boleh jadi
sekolah Muhammadiyah tidak mendapatkan siswa. Sebab selain banyak sekolah
negeri, saat ini banyak bermunculan sekolah-sekolah Islam terpadu yang tentu
merupakan saingan sendiri bagi sekolah-sekolah Muhammadiyah. Sekolah
Muhammadiyah yang mengandalkan pada pendidikan agama, mereka juga sama
mengandalkan hal yang sama.
Lalu bagaimana persiapan sekolah-sekolah dasar atau madrasah ibtidaiyah
Muhammadiyah menghadapi era Sekolah Dasar tanpa Ebtanas kali ini. Simak
laporan-laporan wartawan SM berikut ini yang sudah berhasil menghubungi
sejumlah sekolah dasar dan madrasah ibtidaiyah Muhammadiyah di berbagai kota.

(lut).
Sumber: SM-09-2002