bahan presentasi kasie sensitif obat edit 110407

UPDATE KEGIATAN
PROGRAM TB

dr. Yullita Evarini Yuzwar, MARS
Kasie TB Sensitif Obat

Sistematika
• Konsep PPM (Public Private Mix) berbasis
Kab/kota
• Mandatory Notification (Wajib Lapor)
• Estimasi Beban dan Perhitungan Target
Indikator TB di Provinsi dan
Kabupaten/Kota
• Penemuan kasus TB secara aktif (= Active
Case Finding)
• Permasalahan dan Hambatan
• Upaya yang sudah dilakukan

Sistematika
• Konsep PPM (Public Private Mix)
berbasis Kab/kota

• Mandatory Notification (Wajib Lapor)
• Estimasi Beban dan Perhitungan Target
Indikator TB di Provinsi dan
Kabupaten/Kota
• Penemuan kasus TB secara aktif (= Active
Case Finding)
• Permasalahan dan Hambatan
• Upaya yang sudah dilakukan

KONSEP PPM berbasis Kab/kota
Definisi:
Jejaring Layanan fasilitas kesehatan dalam satu
kabupaten/kota yang melibatkan peran komunitas,
dibawah kepemimpinan (leadership) Dinas Kesehatan
kab/kota yang juga menjalankan stewardship function.
Prinsip dasar:
• Merupakan bagian dari akselerasi penemuan kasus
• Melalui penguatan sistem kesehatan mulai dari :
desentralisasi, regulasi, jejaring layanan,
• Merupakan kegiatan transisi menuju kesinambungan

program
• Komponen pembiayaan meliputi UKM dan UKP

STRATEGI PPM
• Berdasarkan prinsip kemitraan yang dibawah
koordinasi dan tanggung jawab Dinas Kesehatan
Kab/Kota
• Memperkuat Kepemimpinan (regulasi/kebijakan) dan
kepemilikan (anggaran dan pembiayaan) Kab/Kota
dalam kegiatan PPM
• Melibatkan seluruh penyedia layanan kesehatan yang
ada didalam wilayah tersebut
• Mendorong tersedianya layanan TB TOSS (Temukan
TB dan Obati Sampai Sembuh) yang berkualitas
diseluruh penyedia layanan tersebut
• Melakukan inovasi dan pemanfaatan teknologi sesuai
dengan kondisi dan keadaan masing-masing Kab/Kota

Anggota Jejaring
PPM TB berbasis kab/kota

• Dinas Kesehatan kab/kota (semua unit terkait
sesuai Tupoksi)
• Semua rumah sakit (pemerintah dan swasta)
• Semua Puskesmas
• Semua klinik pratama dan dokter praktik
mandiri dan FKTP lainnya
• Organisasi profesi (IDI, PDPI, PAPDI, IDAI, IAI
dll)
• Organisasi komunitas.
• Semua Institusi pendukung dan layanan TB
lainnya (laboratorium klinik, apotek dll)

No

TUPOKSI MASING-MASING
ANGGOTA
TIM
iNSITUSI
TUPOKSI


1.

Dinkes kab/kota 1. Koordinator tim sekaligus anggota Tim
2. Pengorganisasian jejaring (kalau
diperlukan, membuat surat keputusan
pembentukan)
3. Program Management termasuk
Pembiayaan
4. Surveilans
5. ………………

2.

Rumah Sakit

1. Membentuk jejaring dan kolaborasi antar
unit layanan di RS
2. Memastikan layanan TB TOSS yg bermutu
sesuai standar
3. Melaporkan kasus TB yang ditemukan ke

sistem di Kab/ Kota (SITT, ETB)
4. ………………

TUPOKSI MASING-MASING TIM
No

iNSITUSI

TUPOKSI

3.

Puskesmas

1. Memberikan layanan langsung mulai dari
penemuan kasus sampai pengobatan
tuntas (TB TOSS)
2. Menerima laporan dari layanan FKTP lain di
wilayah kerjanya
3. Melakukan penemuan secara aktif

bekerjasama dengan organisasi komunitas
4. Surveilens
5. ........................

4.

Klinik dan DPM,
spesialis di RS

1. Memberikan layanan TB TOSS yg bermutu
sesuai standar
2. Melaporkan kasus TB yg ditemukan ke
Puskesmas penanggungjawab wilayah.
3. .......................

TUPOKSI MASING-MASING TIM
No

iNSITUSI


TUPOKSI

5.

Organisasi
profesi

Membina anggotanya di Kab/ Kota untuk
menjalankan fungsi:
1. Di tempat praktik masing-masing
Sebagai praktisi ahli dalam pelayanan
langsung pada pasien dan melaporkan
notifikasi kasusnya di sistem di Kab/ Kota
2. Di Rumah Sakit
Sebagai tenaga ahli yang menjadi
motivator dan mendorong terbentuknya
layanan TB TOSS berkualitas
3. Dalam jejaring PPM di kab/kota
Sebagai tenaga ahli klinis tim PPM di Kab/
Kota, melatih fasyankes dan melakukan

pembinaan melalui supervisi dan
mentoring

6.

Organisasi
Komunitas

Membina komunitas di Kab/ Kota untuk
menjalankan:
1. Edukasi masyarakat
2. Penemuan kasus secara aktif
3. Memastikan pengobatan yang lengkap dan
tuntas

Tujuan
• Tujuan Utama: Memastikan semua Kab/Kota
membentuk dan melaksanakan PPM secara
paripurna agar semua kasus TB dapat
ditemukan dan diobati sampai tuntas.

• Tujuan Khusus:
– Tersedianya layanan TB TOSS yang berkualitas
diseluruh penyedia layanan di Kab/Kota.
– Adanya regulasi/kebijakan dan pembiayaan untuk
kegiatan PPM di Kab/Kota.
– Terbentuknya mekanisme koordinasi dalam
pelaksanaan kegiatan PPM.
– Terlibatnya seluruh penyedia layanan kesehatan
bekerjasama dengan komunitas dalam jejaring PPM.

Cakupan Area Kegiatan PPM
• Semua Kab/Kota
• Paket kegiatan PPM:
– Esensial (Jenis kegiatan PPM yang wajib dilaksanakan)
– Komprehensif (Kegiatan esensial + kegiatan penguatan
komponen khusus terkait penemuan kasus TB)

• Tahun 2017
– 293 Kab/Kota akan melaksanakan paket kegiatan PPM
esensial.

– 220 Kab/Kota akan melaksanakan paket kegiatan PPM
komprehensif.

• Tahun 2018-2020
– Peningkatan bertahap Kab/ Kota dapat melaksanakan
paket kegiatan komprehensif

KABUPATEN/KOTA PRIORITAS BERDASARKAN INTERVENSI
No

Provinsi

Esensia Komp
l

No

Provinsi

1


Aceh

17

2

Sumut

3

Esensia Komp
l

6

18

Kalteng

11

3

23

11

19

Kalsel

11

2

Sumbar

15

5

20

Kaltim

7

3

4

Sumsel

9

9

21

Kaltara

4

1

5

Riau

3

10

22

Sulut

12

3

6

Jambi

10

1

23

Gorontalo

5

1

7

Bengkulu

8

2

24

Sulteng

10

3

8

Kepri

4

3

25

Sulsel

18

6

9

Lampung

8

7

26

Sulbar

5

1

10

Babel

4

3

27

Sultra

14

2

11

Banten

0

8

28

Bali

4

5

12

DKI Jakarta

1

5

29

NTB

5

5

13

Jabar

1

26

30

NTT

18

4

14

Jateng

1

34

31

Maluku

9

2

15

Jatim

7

27

32

Maluku Utara

8

2

16

DI
Yogyakarta

1

4

33

Papua

23

6

17

Kalbar

7

7

34

Papua Barat

10

3

VARIABEL PENETAPAN
KAB/KOTA PRIORITAS
1.
2.
3.
4.

INSIDEN
TB/HIV
PROPORSI URBAN/RURAL
KEBERDAAN RS RUJUKAN &
BKPM

Kegiatan Esensial
• Penyusunan/ penguatan regulasi tentang PPM
– Pertemuan advokasi
– Pertemuan penyusunan regulasi dan penganggaran PPM

• Pembentukan/revitalisasi tim PPM kabupaten/kota
– Mapping dan pembentukan sistem jejaring layanan
– Pertemuan rutin tim: Perencanaan, Monev

• Penguatan DOTS di RS Pemerintah/ Swasta
– Pertemuan jejaring internal RS
– Sosialiasi TB di RS
– Mentoring, Supervisi dan Bimbingan Teknis
– Capacity building, OJT pencatatan dan pelaporan TB di
RS
– Pertemuan jejaring eksternal RS dan validasi data
berkala.

Kegiatan Esensial
• Sistem Notifikasi Wajib TB
– Sosialisasi sistem notifikasi wajib TB
– Penerapan sistem notifikasi wajib di
fasyankes terpilih.

• Intensifikasi Penemuan kasus
– Kontak investigasi
– Penerapan jejaring kolaborasi layanan: TB
Anak
– Jejaring rujukan diagnosis dan rujuk balik:
TCM, TB ekstra paru, TB dengan komorbid.
– Pelacakan kasus: initial defaulter.

Kegiatan Komprehensif
• Penguatan jejaring layanan TB di fasyankes di
Lapas/ rutan, tempat kerja, RS Jiwa, faskes
TNI/POLRI
• Penguatan DOTS di Klinik dan DPM
– Pertemuan pembentukan jejaring eksternal untuk klinik
swasta dan DPM oleh Puskesmas penanggung jawab
wilayah.
– Sosialiasi TB untuk Klinik dan DPM
– Mentoring, Supervisi dan Bimbingan Teknis melibatkan
organisasi profesi
– Capacity building
– Pertemuan jejaring eksternal dan validasi data berkala.

• Pembentukan jejaring layanan TB terintegrasi: TB,
TB-HIV, TB-RO

Kegiatan Komprehensif
• Sistem Notifikasi Wajib TB
– Penerapan sistem notifikasi wajib di semua fasyankes
yang memberikan layanan TB, termasuk Lab klinik dan
Apotek.

• Intensifikasi Penemuan kasus
– Penerapan Integrasi layanan: PAL, MTBS, MTDS
– Penerapan jejaring kolaborasi layanan: TB Anak, TB DM,
TB HIV, Lansia, klinik gizi, klinik merokok.
– Inovasi penemuan TB di RS: Penemuan aktif di rawat jalan
dan rawat inap dengan alat penapis dan diagnostik baru

• Jejaring penemuan dan pengobatan melibatkan
komunitas baik di FKTP maupun FKRTL
• Pembentukan sistem kendali mutu untuk:
• Akreditasi/ sertifikasi fasyankes
• Pelaksanaan JKN

Jejaring Internal RS dalam PPM berbasis Kab/
Kota
• Penguatan kegiatan PPM di dalam institusi Rumah Sakit untuk
mengurangi terjadinya miss-opportunity diagnosis TB dan under
reporting.
• Pembentukan Tim yang melibatkan semua SMF/ instalasi yang
ada di Rumah Sakit: Paru, Interna, Bedah, Obsgyn, Anak, Syaraf,
Ortopedi maupun di instalasi penunjang seperti farmasi, lab
mikrobiologi, lab PA, lab PK, radiologi dan Rekam Medik.
• Terbentuknya kolaborasi layanan antar spesialis dan profesi
yang ada di RS dibawah koodinasi manajemen RS/ Komite Medik
RS.
• Diharapkan bisa mencakup semua layanan baik rawat inap,
rawat jalan, rawat darurat maupun rawat intensif.
• Pencatatan TB secara elektronik yang secara berkala dilaporkan
ke Manajemen RS dan diteruskan ke Dinas Kesehatan Kab/ Kota.
Catatan: Dipilih satu RS unggulan TB yang bisa menjadi acuan/
percontohan bagi RS lain yang ada di wilayah Kab/ Kota.

Jejaring Internal RS dalam PPM berbasis Kab/
Kota

P
A
S
I
E
N

Poli Umum

Laboratorium

Poli
Spesialis *
UGD

Radiologi
Patologi Klinlk
Farmasi

Rawat Inap
UNIT DOTS

INVESTIGA
SI KONTAK
Rekam
Medis
POLI ANAK

Indikator PPM untuk Kab/ Kota
• Adanya regulasi/kebijakan dan pembiayaan
untuk kegiatan PPM di Kab/Kota.
• Terbentuknya mekanisme koordinasi dalam
pelaksanaan kegiatan PPM.
• Persentase jumlah penyedia layanan
kesehatan yang terlibat dalam jejaring PPM di
antara jumlah penyedia layanan yang ada.
• Kontribusi penemuan kasus TB dari:
Puskesmas+BP4, fasyankes pemerintah nonPuskesmas+BP4, dan fasyankes non
pemerintah
• Angka keberhasilan pengobatan pada masingmasing penyedia layanan di Kab/Kota.

PENILAIAN CAPAIAN PPM
• Klasifikasi Kab/Kota berdasarkan Capaian
Pengembangan PPM
1. Pratama : 100% PKM, 80% RS memberikan
layanan TB dengan standar Nasional
2. Madya : memenuhi syarat Pratama dan
melaksanakan mandatory notification dengan
keterlibatan komunitas dalam jejaring dan
berkontribusi dalam penemuan kasus
3. Utama : memenuhi syarat Madya dan 80%
layanan terlibat dengan peran komunitas dan
CSO lebih masif

Pembiayaan PPM Berbasis Kabupaten/
Kota
Komponen Pembiayaan PPM:
1. Pembentukan dan Kegiatan Team PPM Kab/ Kota
• Koordinasi
• Penguatan kelembagaan termasuk SDM
• Mapping faskes dan kualitas layanan
• Supervisi dan Bimtek
• Mentoring program dan klinis
2. Penyusunan regulasi terkait pengendalian TB dan kegiatan PPM
di Kab/ Kota
3. Penguatan pelaksanaan Sistem Notifikasi Wajib
4. Peningkatan akses layanan TB yang berkualitas
5. Pembentukan dan maintenance Jejaring Layanan (internal/
Eksternal)
• Capacity Building
• Insentif
6. Jejaring dengan komunitas
7. Monitoring dan Evaluasi
8. Pembiayaan untuk peningkatan penemuan kasus melalui

Proyeksi Pembiayaan PPM Berbasis
Kab/ Kota
Sumber
Pendanaan

2018

2019

2020

APBD II

10%

30%

40%

GLOBAL FUND

60%

30%

20%

JKN

30%

40%

40%

Sistematika
• Konsep PPM (Public Private Mix) berbasis
Kab/kota
• Mandatory Notification (Wajib Lapor)
• Estimasi Beban dan Perhitungan Target
Indikator TB di Provinsi dan
Kabupaten/Kota
• Penemuan kasus TB secara aktif (= Active
Case Finding)
• Permasalahan dan Hambatan
• Upaya yang sudah dilakukan

Latar Belakang

• Insidens 1.000.000/tahun, namun yang ditemukan dan dilaporkan
hanya 320.000 kasus.
• Contoh di Kota Bandung dari ± 1500 DPM, hanya ada 1 DPM yang
melaporkan kasus TB menggunakan SITT.
• Hasil sementara Inventory Study di Jakarta Timur dan Kab
Sukabumi menggambarkan  hanya 21 – 33% data pasien
ditemukan dalam SITT
• DPM/Dokter sulit diajak untuk melaporkan kasusnya karena ada
anggapan Pencatatan dan Pelaporan TB sangat complicated
• Notifikasi Wajib bagi FKTP (klinik dan dokter praktik mandiri)
Mengingat keterbatasan sumber daya di FKTP maka harus
disiapkan system informasi TB yang lebih sederhana dan mudah
dilaksanakan (PERMENKES 67 tahun 2016)

Perlu segera diterapkan: Notifikasi Wajib dengan
mengembangkan metode pelaporan semudah mungkin

SISTEM NOTIFIKASI WAJIB TB
Meliputi:
1. Pelaksanaan sistem notifikasi wajib untuk
Puskesmas menggunakan SITT.
2. Pelaksanaan sistem notifikasi wajib untuk FKTP
non Puskesmas dengan Aplikasi Wajib Notifikasi
Berbasis smartphone.
3. Pelaksanaan sistem notifikasi wajib untuk FKRTL
menggunakan SITT.
4. Pelaksanaan sistem notifikasi wajib untuk fasilitas
penunjang kesehatan dilakukan secara elektronik
maupun manual dengan format tertentu.

Program Nasional TB telah mengembangkan app Wajib Notifikasi TB “Wifi
TB” berbasis Mobile Software yang bertujuan :
1. Memudahkan (DPM/Klinik Pratama)melaporkan kasus TB secara digital,
baik yang ditangani sendiri maupun yang dirujuk ke Puskesmas,
2. Meningkatkan jumlah kasus TB yang dilaporkan dari DPM/Klinik Pratama

Caranya :
• Menggunakan HP dengan OS Android (Minimal : Lolypop)
• Download via Playstore
• GRATIS
• Buat akun dengan email dan SIP atau Izin Klinik
• Pasien TB yang dilaporkan melalui aplikasi WiFi TB akan terlaporkan ke
puskesmas melalui notifikasi SMS
• Puskesmas sebagai Koordinator wilayah pelaksanaan notifikasi wajib dari
FKTP.

APLIKASI WAJIB NOTIFIKASI TB “WiFi TB”
AKAN DI UJI COBA DI KAB/KOTA YANG TERPILIH

Aplikasi Wifi TB
menyediakan fitur-fitur
1. Menambahkan/mengedit data dasar pasien (NIK, nama,
tanggal lahir, umur, jenis kelamin).
2. Menambahkan/mengedit data rekam medis pasien
(diagnosis, kriteria pasien, lokasi anatomi penyakit, tanggal
mulai pengobatan, obat).
3. Pilihan apakah akan merujuk pasien atau mengobati sendiri.
4. Menyediakan alarm pengingat untuk menindaklanjuti pasien
dan untuk memberikan update hasil pengobatan dalam
jangka waktu tertentu.
5. Puskesmas dan Dinkes menerima sms alert apabila ada DPM
yang melaporkan kasus TB via aplikasi WiFi TB, dan dapat
melihat rekap pasien yang dilaporkan DPM/Klinik Pratama
melalui website Wajib Notifikasi TB (WiFi TB).

Sistematika
• Konsep PPM (Public Private Mix) berbasis
Kab/kota
• Mandatory Notification (Wajib Lapor)
• Estimasi Beban dan Perhitungan
Target Indikator TB di Provinsi dan
Kabupaten/Kota
• Penemuan kasus TB secara aktif (= Active
Case Finding)
• Permasalahan dan Hambatan
• Upaya yang sudah dilakukan

Estimasi insidens & CDR

Perkiraan insidens & target penemuan
kasus 2017
Pekiraan insiden Target penemuan
Pekiraan
Target
Provinsi

TB

semua kasus TB

Provinsi

insiden TB

Aceh
Sumut
Sumbar
Riau
Jambi
Sumsel
Bengkulu
Lampung
Babel
Kepri
DKI Jakarta
Jabar
Jateng
DIY
Jatim
Banten
Bali

23.763
73.488
26.031
32.068
16.022
40.311
8.946
36.501
7.168
12.280
36.247
156.149
103.840
11.463
119.490
40.277
13.315

7.218
29.356
9.520
7.321
5.421
13.632
2.582
12.648
1.966
4.262
24.670
67.500
45.682
3.215
54.551
16.143
3.594

NTB
NTT
Kalbar
Kalteng
Kalsel
Kaltim
Kaltara
Sulut
Sulteng
Sulsel
Sultra
Gorontalo
Sulbar
Maluku
Malut
Papua Barat
Papua

22.904
23.544
22.106
11.582
18.726
16.368
3.225
10.965
12.900
38.456
11.151
5.320
5.857
7.711
5.227
4.016
15.023

Berapakah kasus
TB yang sudah
ditemukan
hingga bulan ini?

penemuan
semua kasus TB
7.527
6.466
6.612
3.193
6.845
6.174
1.021
6.104
4.290
14.571
4.588
1.921
1.935
3.874
2.130
2.208
8.238

Target penemuan kasus di provinsi perlu dialokasikan ke
kab/kota, berdasarkan estimasi insidens kab/kota dan faktor-faktor
berikut:
Jumlah faskes, cakupan penemuan faskes sebelumnya, penempatan

Estimasi Beban TB dan Target
Penemuan Kasus TB di Indonesia
Tahun
2015-2020
2015
Indikator

(baseli
ne)

2016

2017

2018

2019

2020

Estimasi Angka
Insiden per
100.000 penduduk

395

389

379

365

344

319

Estimasi jumlah
insiden

1.009.1
19

1.006.2
37

Target jumlah
kasus TB yang
ditemukan dan
diobati

330.729

332.058 396.97 530.49 599.33 605.29
6
3
8
1

992.44 964.53 922.05 864.70
1
3
9
2

Target cakupan
33%
33%
40%
55%
pengobatan semua
kasus TB yang
diobati
(case detection
rate/CDR)kasus TB RO yang saat ini digunakan adalah:
Estimasi

65%

70%

-Target
2,8%cakupan
dari kasus TB paru
16%baru yang
16%ternotifikasi
40%
60%
70%
-penemuan
16% darikasus
kasus TB paru pengobatan ulang yang ternotifikasi

80%

Target dan Indikator P2TB (2)
2015
(baseli
ne)

2016

2017

2018

2019

202
0

Angka keberhasilan
pengobatan pasien TB
semua kasus

84%

90%

90%

90%

90%

90%

Angka keberhasilan
pengobatan pasien TB
resistan obat

50%

65%

70%

70%

75%

75%

Persentase pasien TB
yang mengetahui
status HIV

11%

30%

40%

50%

60%

60%

Indikator

Inventory study
Tujuan studi: Untuk mengukur tingkat under reporting penemuan kasus TB
Area studi: 23 kab/kota di 15 Provinsi
Progress:
• Jumlah Faskes eligible hasil mapping (Okt-Des 2016)
Rumah Sakit 164 DPM 323
Puskesmas 729 BP4 1
Klinik 413 Lab 44
• Jumlah kasus sementara 11.030 (Jan-Maret 2017)
Rumah Sakit 4435 DPM 445
Puskesmas 4864BP4 193
Klinik 664 Lab 429

Sistematika
• Konsep PPM (Public Private Mix) berbasis
Kab/kota
• Mandatory Notification (Wajib Lapor)
• Estimasi Beban dan Perhitungan Target
Indikator TB di Provinsi dan
Kabupaten/Kota
• Penemuan kasus TB secara aktif
(=Active Case Finding)
• Permasalahan dan Hambatan
• Upaya yang sudah dilakukan

Strategi Penemuan kasus TB di Indonesia
Dapat dilakukan dengan:
A. Penemuan Pasif dan Intensif
1. Pasif dengan penguatan jejaring layanan kesehatan
2. Intensif dengan kolaborasi dalam layanan
B. Penemuan Aktif dan/atau massif berbasis keluarga
dan masyarakat
1. Investigasi kontak
2. Penemuan Aktif pada Populasi Kunci di
Masyarakat

Investigasi kontak
• Kolaborasi antara pemberi layanan kesehatan dengan
potensi kesehatan masyarakat
• 10 - 15 orang kontak erat pasien TB
• Kontak erat : orang yang tinggal serumah (kontak
serumah) maupun orang yang berada di ruangan yang
sama dengan pasien TB aktif (detected cases/ confirm
cases) yang ternotifikasi selama satu periode tertentu.
• Investigasi kontak dilaksanakan untuk semua pasien TB
aktif dewasa untuk mendeteksi secara dini kemungkinan
penularan kepada kontak serumah atau kontak eratnya
• Investigasi kontak pasien TB anak yang ditemukan untuk
mencari sumber penularan
• Investigasi kontak harus dicatat dan dilaporkan baik (kartu
pengobatan pasien TB maupun register pemeriksaan
kontak)

Penemuan Aktif pada Populasi
Kunci di Masyarakat
• Dilakukan kepada orang-orang dengan resiko TB seperti anak usia