presentasi dinas-edit akhir 2

DLH Prov. Sumbar
disampaikan pada:
Rakor Program Pengelolaan Lingkungan Hidup se-Sumbar
Bukittinggi, 23 Maret 2017

Visi DLH
“Menjadi lembaga pengelola lingkungan hidup yang handal
dan proaktif dalam mewujudkan kualitas lingkungan hidup
yang baik“
Misi DLH
 Mewujudkan penurunan beban pencemaran dan
pengendalian kerusakan lingkungan hidup;
 Mewujudkan Penaatan Hukum Lingkungan;
 Mewujudkan tata kelola sumber daya alam yang berwawasan
lingkungan;
 Meningkatkan pengelolaan sampah dan limbah B3;
 Mengembangkan kapasitas lingkungan hidup dan peran serta
stakeholder dalam pengelolaan lingkungan hidup.

STRUKTUR ORGANISASI DLH PROV. SUMBAR


 Untuk UPTD saat ini masih dalam tahap
Perkembangan
Pengusulan/Pembentukan pembahasan oleh tim penataan
Unit Pelaksana Teknis kelembagaan/Biro Organisasi Setda
Provinsi Sumatera Barat.
Dinas (UPTD)

 UPTD yang direncanakan: UPTD TPA
Sampah Regional dan UPTD
Laboratorium Lingkungan
 UPTD TPA Sampah Regional saat ini
masih berada di Dinas Perumahan dan
Pemukiman
 UPTD Laboratorium Lingkungan 
masih dalam tahap proses
pembangunan fisik gedung
laboratorium, direncanakan selesai
100% di tahun 2018
 Pergub tentang tupoksi dinas (termasuk
UPTD) masih dalam proses

pembahasan

Target dan Realisasi Indikator Kinerja
Utama Tahun I RPJMD 2016 - 2021

No
1
1.

Sasaran Strategis
2
Meningkatnya kualitas
lingkungan hidup

Indikator
Kinerja
3
Indeks Kualitas
Lingkungan
Hidup (IKLH)


Target
Kinerja
2016
4
70,88

Realisasi
2016

%
Capaian

5
70,18

6
99,01%

Target dan Realisasi Indikator Kinerja Utama

SKPD Tahun 2016 dan Target Tahun 2017

Sasaran 1 (SS1)
Terkendalinya beban pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup dari usaha/kegiatan
TARGET
REALISASI
TARGET 2017
INDIKATOR KINERJA
KINERJA 2016
KINERJA 2016
Indeks Kualitas Air (IKA)
58 < IKA < 66
65,40
58 < IKA < 66
Indeks Kualitas Udara (IKU)
82 < IKU < 90
82,90
82 < IKU < 90
Sasaran 2 (SS2)
Ditaatinya mekanisme, implementasi izin lingkungan dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis

TARGET
REALISASI
TARGET 2017
INDIKATOR KINERJA
KINERJA 2016
KINERJA 2016
Persentase Komisi Penilai AMDAL (KPA)
70%
100%
75%
kab/kota yang telah
mengimplementasikan Standar
Operating Procedure (SOP) sesuai
peraturan perundang-undangan
Persentase usaha dan/atau kegiatan
50%
48,31%
60%
yang menaati peraturan perundangundangan lingkungan hidup
Persentase dokumen perencanaan

40%
70,37%
50%
provinsi dan/atau kabupaten/kota yang
dilengkapi Kajian Lingkungan Hidup
Strategis

Sasaran 3 (SS3)
Meningkatnya efektifitas penanganan kasus lingkungan hidup dan penaatan hukum lingkungan hidup di
Provinsi Sumatera Barat
TARGET
REALISASI
TARGET 2017
INDIKATOR KINERJA
KINERJA 2016
KINERJA 2016
Persentase kasus lingkungan hidup yang
85%
98,21%
85%

dapat diselesaikan
Sasaran 4 (SS4)
Meningkatnya peran serta stakeholder dalam pengelolaan lingkungan hidup
TARGET
REALISASI
TARGET 2017
INDIKATOR KINERJA
KINERJA 2016
KINERJA 2016
Persentase jumlah titik pantau yang
60%
65,11%
60%
memenuhi passing grade Adipura dan
Gerakan Sumbar Bersih
Persentase peningkatan keikutsertaan
dalam kegiatan penghargaan lingkungan
(Adiwiyata dan Kalpataru)

10%


21,61%

10%

Usaha/kegiatan peringkat biru PROPER
yang mengalokasikan CSR untuk
pengelolaan lingkungan hidup

20%

25%

55%

Persentase bank sampah yang aktif dari
seluruh bank sampah yang terdata tahun
2015

15%


20,83%

25%

No.
1.

2.

Rancangan Indikator Kinerja Utama (IKU)
Dinas LH Tahun 2018 – 2021
Tujuan

Terwujudnya kualitas lingkungan
hidup yang baik
Terwujudnya tertib hukum
lingkungan

Sasaran Strategis


Indikator Kinerja Sasaran Strategis

Terkendalinya beban pencemaran dan
kerusakan lingkungan hidup dari
usaha/kegiatan

Indeks Kualitas Air (IKA)

Meningkatnya efektifitas penanganan
kasus lingkungan hidup dan penaatan
hukum lingkungan hidup

Persentase usaha dan/atau kegiatan yang
menaati peraturan perundang-undangan
lingkungan hidup

Indeks Kualitas Udara (IKU)

Persentase kasus lingkungan hidup yang

dapat diselesaikan sesuai SOP
3.

Terwujudnya tata lingkungan dan
konservasi sumber daya alam

Terwujudnya pencegahan dampak
lingkungan dan konservasi sumber
daya alam sesuai daya dukung dan
daya tampung lingkungan hidup

Persentase Komisi Penilai AMDAL (KPA)
dan/atau instansi lingkungan hidup
kabupaten/kota yang mengimplementasikan
SOP penilaian AMDAL dan UKL/UPL
sesuai peraturan perundang-undangan
Persentase provinsi dan kabupaten/kota
yang melakukan penyusunan RPPLH
berbasis daya dukung dan daya tampung
lingkungan hidup

4.

Terwujudnya
Pengelolaan sampah dan limbah B3

Penurunan dampak lingkungan akibat
timbulan sampah dan limbah B3

Persentase jumlah titik pantau yang
memenuhi passing grade Adipura dan
Gerakan Sumber Bersih.
Persentase penurunan volume sampah
melalui implementasi 3R (Reduce, Reuse,
Recycle).
Persentase peningkatan limbah B3 yang
terkelola sesuai dengan peraturan yang
berlaku.

No.
5.

Tujuan
Terwujudnya peningkatan kapasitas
lingkungan dan peran serta
stakeholder dalam pengelolaan
lingkungan hidup

Sasaran Strategis
Mewujudkan peran aktif masyarakat
dan stakeholder dalam pengelolaan
lingkungan hidup

Indikator Kinerja Sasaran Strategis
Jumlah keikutsertaan stakeholder dalam
pengelolaan lingkungan hidup
Jumlah usulan PROKLIM ke tingkat
Nasional

Program/Kegiatan Pendukung Indikator Kinerja Utama (IKU)
No
1

IKU
Indeks Kualitas Air (IKA)

Program

Kegiatan

Program Pengendalian Pencemaran 1. Pemantauan Kualitas Sumber Air Skala Provinsi
dan Perusakan Lingkungan Hidup 2. Pengawasan Pengendalian Terhadap Pengelolaan
Lingkungan Usaha/Kegiatan
3. Pengkajian Penetapan Status Mutu Air Sungai Lintas
Kabupaten/Kota
4. Penilaian Kinerja Pengelolaan Lingkungan Usaha
dan/atau Kegiatan (PROPER Daerah)
5. Penanggulangan dan Pemulihan Pencemaran Media
Lingkungan Hidup
6. Penetapan dan evaluasi Baku Mutu Limbah Cair
kegiatan
7. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan Percepatan
Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP)
8. Peningkatan Pengembangan Laboratorium
Lingkungan
9. Pengembangan Laboratorium Lingkungan
10. Monitoring dan Evaluasi Program/Kegiatan
Pengelolaan Lingkungan Hidup
11. Pengembangan teknologi pengelolaan lingkungan
hidup

Program Tata Lingkungan,
Perlindungan dan Konservasi
Sumber Daya Alam
Program Peningkatan Kualitas
Akses Informasi Sumber Daya
Alam dan Lingkungan Hidup

1. Peningkatan Pembinaan Konservasi Wilayah Pesisir
Laut
2. Peningkatan Konservasi Kualitas air danau di Provinsi
Sumatera Barat
1. Pengembangan Sistem Informasi Pengendalian
Pencemaran Lingkungan Hidup

lanjutan
No

IKU

Program

Kegiatan

2

Indeks Kualitas Udara (IKU)

Program Pengendalian Pencemaran
dan Perusakan Lingkungan Hidup

1. Pemantauan Kualitas Udara Ambien

3

Persentase usaha dan/atau
kegiatan yang menaati
peraturan perundangundangan lingkungan hidup

Program Pengendalian Pencemaran
dan Perusakan Lingkungan Hidup

1. Pengawasan dan Pengendalian Kerusakan
Lingkungan
2. Penanggulangan dan Pemulihan Kerusakan
lingkungan

Program Penaatan dan Penegakan
Hukum Lingkungan

1. Pembinaan Hukum Lingkungan dan Perizinan
2. Pemutakhiran data pemilik kegiatan dan/atau usaha
yang memiliki Izin Lingkungan
3. Penyelenggaraan Penyusunan Produk Hukum dan
Finalisasi Draft Produk Hukum

4

Persentase kasus lingkungan
hidup yang dapat
diselesaikan sesuai SOP

Program Penaatan dan Penegakan
Hukum Lingkungan

1. Penaatan Hukum Lingkungan

5

Persentase Komisi Penilai
AMDAL (KPA) dan/atau
instansi lingkungan hidup
kabupaten/kota yang
mengimplementasikan SOP
penilaian AMDAL dan
UKL/UPL sesuai peraturan
perundang-undangan.

Program Pengendalian Pencemaran
dan Perusakan Lingkungan Hidup

1. Pembinaan dan Evaluasi Kinerja Penatalaksanaan
Penilaian/Pemeriksaan Dokumen Lingkungan Hidup

lanjutan
No

IKU

Program

Kegiatan

6

Persentase provinsi dan
kabupaten/kota yang
melakukan penyusunan
RPPLH berbasis daya
dukung dan daya tampung
lingkungan hidup

Program Tata Lingkungan, Perlindungan
dan Konservasi Sumber Daya Alam

1. Penyusunan 1 (satu) paket dokumen Rencana
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup Berbasis daya dukung daya tampung
lingkungan Propinsi Sumatera Barat
2. Bimtek penyusunan RPPLH berbasis dokumen
daya dukung daya tampung lingkungan
Kab/Kota
3. Pembinaan dan evaluasi penyusunan RPPLH
berbasis daya dukung dan daya tampung
lingkungan
4. Penyusunan Ranperda RPPLH
5. Sosialisasi Dokumen RPPLH kepada pemangku
Kepentingan
6. Penyusunan Pedoman Instrumen ekonomi
lingkungan melalui Insentif, disinsentif dan
pendanaan lingkungan
7. Pembinaan KLHS Terhadap Dokumen
Perencanaan

7

Persentase jumlah titik
pantau yang memenuhi
passing grade Adipura dan
Gerakan Sumber Bersih.

Program pengembangan kinerja
pengelolaan persampahan

1. Peningkatan Pemulihan Kualitas Lingkungan
Hidup Perkotaan (Adipura)
2. Peningkatan Implementasi Gerakan Sumbar
Bersih

lanjutan
No

IKU

Program

Kegiatan

8

Persentase penurunan
volume sampah melalui
implementasi 3R (Reduce,
Reuse, Recycle)

Program pengembangan kinerja
pengelolaan persampahan

1. Peningkatan implementasi 3R
2. Pilot Projek Peningkatan Peran Serta
Masyarakat dalam Pengelolaan Persampahan
3. Penyusunan Ranperda Pengelolaan Sampah
Provinsi Sumatera Barat
4. Penyusunan Perda Pengelolaan Sampah Provinsi
Sumatera Barat
5. Pembinaan Pengelolaan Sampah kab/kota

9

Persentase peningkatan
limbah B3 yang terkelola
sesuai dengan peraturan
yang berlaku.

Program Pengendalian Pencemaran dan
Perusakan Lingkungan Hidup

1. Pembinaan, pemantauan dan pengawasan
kegiatan/Usaha penghasil limbah B3
2. Pembinaan, pemantauan dan pengawasan
usaha/kegiatan pengelola limbah B3 medis
3. Pembinaan, pemantauan dan pengawasan
usaha/kegiatan pengelola limbah B3 medis
4. Monitoring dan evaluasi kegiatan pengangkut
dan pengumpul limbah B3
5. Penyusunan Ranperda Pengelolaan Limbah B3
Provinsi Sumatera Barat
6. Penyusunan Perda Pengelolaan Limbah B3
Provinsi Sumatera Barat
7. Feasibility Study Pembentukan Klaster
Pengelolaan Limbah B3 Medis

lanjutan
No
10

IKU
Jumlah keikutsertaan
stakeholder dalam
pengelolaan lingkungan
hidup

Program
Program Peningkatan Kualitas Akses
Informasi Sumber Daya Alam dan
Lingkungan Hidup

Kegiatan
1. Peningkatan Edukasi dan Komunikasi
Masyarakat di Bidang Lingkungan
2. Penyusunan Buku Status Lingkungan Hidup
Daerah (SLHD) Propinsi Sumatera Barat
3. Pembinaan dan Penilaian Peranserta Masyarakat
dan Kelompok Peduli Lingkungan Hidup
(Kalpataru)
4. Penguatan Nagari/Kelurahan dalam
Pembangunan Berwawasan Lingkungan
5. Pembinaan Penerapan Sistim Manajemen
Lingkungan (Penerapan CSR Bidang
Lingkungan)
6. Inventarisas, Fasilitasi, Peningkatan Kapasitas
dan Pembinaan Masyarakat Hukum Adat
(MHA) Lintas Kab/Kota yang terkait dengan
PPLH
7. Pelatihan dan Penyuluhan Lingkungan Hidup
dalam rangka Peningkatan Kapasitas Lembaga
Kemasyarakatan daerah tingkat propinsi
8. Peningkatan Pengembangan Kelembagaan
Kelompok Masyarakat Peduli Lingkugan Hidup
9. Peningkatan Kapasitas Kelembagaan
Pendidikan dasar dan Menengah dalam
Pelestarian Lingkungan Hidup (Adiwiyata)

lanjutan
No
11

IKU
Jumlah usulan PROKLIM
ke tingkat Nasional

Program

Kegiatan

Program Tata Lingkungan, Perlindungan
dan Konservasi Sumber Daya Alam

1. Peningkatan Perlindungan Lapisan Ozon dan
Pengendalian Dampak Perubahan Iklim
2. Pembinaan Adaptasi dan Mitigasi Perubahan
Iklim (Program Kampung Iklim)
3. Implementasi Rencana Aksi dalam upaya
adaptasi dan mitigasi perubahan iklim
4. Monitoring Evaluasi dan Pelaporan Gas Rumah
Kaca

Program Tata Lingkungan, Perlindungan
dan Konservasi Sumber Daya Alam

Peningkatan Pengelolaan Keanekaragaman Hayati
di Sumatera Barat

PEMBINAAN PENGENDALIAN
PEMBINAAN

Rapat Koordinasi
Surat Edaran/
Follow Up
Sosialisasi
Penyertaan
Dalam Tim
Pengawasan &
Pemantauan
bersama sebagai
Tim Pendamping

KAB/KOTA

PENGENDALIAN
PENCEMARAN,
KERUSAKAN
LINGKUNGAN DAN
PENTAATAN HUKUM
LINGKUNGAN
PENATAAN
LINGKUNGAN

PENGELOLAAN
SAMPAH, B3 DAN LB3
SERTA PENINGKATAN
KAPASITAS
LINGKUNGAN

PENGAWASAN

LANGSUNG

PENGAWASAN
(Pasal 112 –
pejabat tidak
melaksanakan
pengawasan)

TIDAK LANGSUNG

PENGAWASAN KE OBJEK OLEH DLH PROVINSI

ATAS USULAN OLEH
KABUPATEN/KOTA

PENGAWASAN
PROVINSI PADA
OBJEK
DISAMPAIKAN OLEH
DLH PROVINSI

Objek Uji Petik:
Izin Lingkungan
diterbitkan di Provinsi.
Dampak ke media
lingkungan lintas
Kabupaten/Kota.
Munculnya sebagai
isu media massa.
Objek percontohan
dan objek kajian.

KERJASAMA ANTAR DAERAH

KERJASAMA ANTAR DAERAH :

PEMULIHAN LAHAN
• Kawasan Hutan  Dinas Kehutanan
• Lahan Yang Berizin  Penanggung jawab
Usaha/Kegiatan
• Lahan Akses Terbuka ?  LH

I.

KERJASAMA ANTAR DAERAH DALAM
PEMULIHAN
LAHAN AKSES TERBUKA




Kondisi saat ini :

Kegiatan pertambangan illegal (emas dan batuan) baik yang
masih aktif maupun yang sudah ditinggalkan, di sungai
maupun lahan produktif, berada di berada di Aplikasi
Penggunaan Lain (APL) maupun kawasan Kawasan Hutan.
Dampak yang ditimbulkan :

1. Gerakan tanah (longsor) dan banjir
2. Membahayakan keselamatan penambang dan pengguna
jalan;
3. Kerusakan sempadan sungai;
4. Kerusakan fasilitas umum seperti jalan dan jembatan;
5. Pencemaran sungai.

Fokus Kegiatan Pemulihan Lahan Akses Terbuka
2017 dan Kedepan :
1. Inventarisasi Lahan Akses Terbuka (lahan bekas kegiatan
penambangan illegal yang telah ditinggalkan);
2. Pemulihan Lahan Akses Terbuka :
Tahapan :
a.Data Pendukung :
1) Status lahan (Negara, ulayat/masyarakat, pribadi yang
diikat dalam kelompok);
2) Status kawasan ( diluar kawasan hutan);
3) Kesesuaian dengan tata ruang (dalam WPR ? kesesuaian
rencana pemulihan ?).

Lanjutan…….
b. Pemetaan Sosial :
1) Keinginan masyarakat dan komitmen daerah;
2) Pola pengelolaan;
3) Jaminan keberlangsungan project (tidak akan merubah dalam
dalam waktu sekian tahun sesuai komitmen awal)
c. . Penyusunan Studi Kelayakan dan DED
d. Pengkajian Teknis Pemulihan
e. Pemulihan
1)
2)
3)
4)
5)

Fisik (penataan lahan dan revegetasi);
Kelembagaan Masyarakat;
Replikasi;
Sumber pendanaan;
Dokumen Lingkungan.

Inventarisasi Lahan Akses Terbuka Tahun 2017:
a. Lokasi 8 (delapan) kab/kota :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kota
Kab.
Kab.
Kota

Dharmasraya;
Solok Selatan;
Padang Pariaman;
Psisir Selatan;
Padang;
Limapuluh Kota;
Solok;
Sawahlunto

b. Data yang diharapkan :
1. Kejelasan lokasi meliputi letak
administratif,
luasan
dan
koordinat geografis;
2. Kepemilikan
lahan
apakah keberadaan
WPR;
3. Status kawasan.

dan
dalam

Permasalahan Yang Dihadapi :
1. Dari data yang dimiliki KLHK bahwa terdapat 217
titik lokasi kegiatan penambangan dengan luas area
6.630,53 Ha, tetapi yang baru dilakukan verifikasi
lapangan oleh Dinas Lingkungan Hidup Provinsi
Sumbar sebanyak 17 lokasi.
2. Sebagian besar instansi lingkungan hidup kab/kota
tidak memiliki kegiatan berkaitan dengan kerusakan
(Lahan Akses Terbuka);
3. Data yang ada tidak/belum bisa menggambarkan
luasan, status kawasan dan kepemilikan lahan; ;

Lanjutan ………
4. Sulitnya mengendalikan kegiatan penambangan illegal
karena berhadapan langsung dengan masyarakat dan belum
ada solusi untuk pengalihan mata pencaharian;
5. Sulitnya menfasilitasi
masyarakat

masyarakat

dan

kelembagaan

Tindak lanjut dan Dukungan dari Pemkab/Kota
dan stake holder terkait :
1. Instansi lingkungan hidup kab/kota agar memiliki
kegiatan yang berkaitan inventarisasi dengan kerusakan
Lahan Akses Terbuka ;
2. Melengkapi data sumber kegiatan (kegiatan apa saja
baik yang legal maupun illegal, luasan, kepemilikan,
status lahan);
3. Kegiatan yang illegal agar dimasukan kedalam WPR
(melalui Dinas ESDM Prov) atau peruntukan WPR (revisi
RTRW kab/kota) agar berizin dan jelas tanggungjawab
pemulihan.;

Lanjutan ………..
4. Untuk kegiatan pemulihan lahan akses terbuka
kab/kota langkah awal agar :
a. Membuat proposal;
b. Memfasilitasi dukungan Bupati/Walikota dan
komitmen masyarakat.
5. Pendanaan jangan menjadi masalah yang diperlukan
koordinasi dan kerjasama dengan stake holder dalam
rangka pemulihan Lahan Akses Terbuka baik melalui
sharing anggaran, DAK, CSR dan sumber anggaran
lainnya yang dapat dipertanggungjawabkan.

MODEL KERJASAMA ANTAR DAERAH PENURUNAN BEBAN
PENCEMARAN SUNGAI

 Pengendalian sumber pencemar limbah padat
dan cair domestik, pasar, hotel, restoran, dan
RPH;
 Pemulihan kualitas air Sungai;
 Pengamanan sempadan Sungai; dan
 Pelibatan partisipasi masyarakat, stakeholders
dan organisasi masyarakat/LSM dalam
pengendalian sumber pencemar dan pemulihan
Sungai.

II. Kerjasama Antar Daerah Dalam Pemulihan Kualitas Air Sungai :
Batang Agam
 Data Series 5 tahun
 Pembuatan MOU antar Pemerintah Provinsi dengan Kab/Kota
 Penyusunan Perjanjian Kerjasama (memuat Hak, Tanggung Jawab
dan Pendanaan
 Pembuatan Rencana Teknis dan memasukkan dalam Rensta OPD
Terkait
 Pelaksanaan Rencana Teknis oleh OPD terkait yang dikoordinasi
Dinas LH Provinsi (utk OPD Prov) dan Dinas LH Kab/Kota (untuk OPD
Kab/Kota

Perkembangan Model Penurunan
Beban Pencemaran Sungai
• MOU sudah ditandatangani 2016 oleh Gub
dan Walikota/Bupati Bukittinggi, Payakumbuh,
50 Kota dan Agam
• Fasilitasi pembentukan cluster pengelolaan
sampah dan limbah cair di segmen Bukittinggi

Target 2017
- Penyusunan Perjanjian Kerjasama dan
Rencana Teknis
- Pemasangan Digester Biogas pada Septik Tank Komunal (segmen Bukittinggi);
 Pemasangan jaring besi sampah pada Sungai Batang Agam (segmen Bukittinggi
dan Agam); dan
 Bantuan pembangunan bank sampah dan taman sempadan sungai (segmen
Bukittinggi).
 Pengembangan Bank Sampah menjadi Bank Sampah Induk (segmen
Bukittinggi).
Target 2018:
 Payakumbuh, Agam, 50 Kota dan Bukittinggi.
 Pengelolaan sampah, kajian limbah cair industri kecil, RS dan Hotel Restauran
(pembuatan peralatan teknologi ramah lingkungan) dan pengelolaan limbah
cair, pengamanan sempadan, pemberdayaan masyarakat

KENDALA
 DLH sudah menganggarkan kegiatan fisik tapi
tidak bisa direalisasikan (kena bintang) karena
tidak ada proposal dari Kab/Kota
 Draf Rencana Teknis belum disampaikan dan
dikhawatirkan tidak masuk dalam Renstra
SKPD di Kab/kota

TINDAK LANJUT
Draft Penyusunan Perjanjian Kerjasama (PKS) dan Rencana Teknis
Penurunan Beban Pencemaran Sungai Provinsi  Akhir Maret
2017
Koordinasi usulan Perjanjian dan Program dan Kegiatan dari
Pemerintah Kabupaten dan Pemerintah Kota yang akan
diakomendir dalam PKS dan Rencana Teknis melalui Rapat Teknis
Tim Provinsi dan Kab/Kota terkait  Maret s/d April 2017
Proposal untuk kegiatan yang dihibahkan ke masyarakat tahun
2018

PENGOLAAN LIMBAH DAN MODEL
PENGELOLAAN LIMBAH B3 (MEDIS)

PERMASALAHAN LIMBAH B3
• Rumah Sakit tidak mau mengambil limbah B3 dari Puskesmas,
karena RS juga belum mempunyai izin incenerator.
• Rumah sakit harus melakukan revisi dokumen (UKL/UPL) agar dapat
membantu mengolah limbah B3 yang berasal dari Puskesmas.
• Biaya yang dianggarkan Puskesmas untuk mengolah limbah B3 sangat
kecil dibandingkan biaya operasional yang dikeluarkan pihak rumah
sakit untuk mengolah limbah B3 yang berasal dari puskesmas.
• Emisi Limbah B3 tidak pernah memenuhi baku mutu Limbah B3,
karena mekanisme pembakaran yang tidak sempurna (disebabkan
kondisi limbah yang masih belum memenuhi jumlah minimum
pengolahan limbah di incenerator).
• Pendirian incenerator belum memenuhi persyaratan yang
diharuskan untuk dapat mengantongi izin, seperti : jarak minimum
incenerator dari pemukiman, tinggi cerobong, waktu pengoperasian,
dll.

PEMBINAAN, PENGAWASAN, DAN
PENGELOLAAN
KAB/KOTA

PROVINSI

1. Melakukan pembinaan, pengawasan dan
pengelolaan dengan cara melakukan sosialisasi
tentang SOP pengangkutan dan penyimpanan
limbah B3 kepada pihak terkait, seperti Rumah
Sakit, Puskesmas atau pihak ketiga yang diberi
wewenang untuk melalukan pengangkutan,
penimbunan atau penyimpanan.
2. Dalam pemakaian atau pemanfaatan
incenerator Rumah Sakit, harus dibuatkan MoU
antara RS dengan Puskesmas, dengan diketahui
oleh instansi terkait, yaitu Dinas Lingkungan
Hidup dan Dinas Kesehatan.
3. Jika penyimpanan dan pengangkutan serta
pemusnahan/pengelolaan lebih lanjut
dilakukan oleh pihak ketiga, maka harus ada
MoU antara RS dengan pihak ketiga, agar
kerjasama langsung (pastikan legalitasnya)

1. Provinsi berkewajiban
melakukan pembinaan,
pengawasan Limbah B3 ke
Dinas Lingkungan Hidup
Kab/Kota dengan melakukan
uji petik terhadap beberapa
objek kegiatan terkait
pengelolaan limbah B3.
2. Akan menyurati KLHK untuk
beberapa pengecualian
dapat diakomendir dalam
surat edaran :
- Adeddum Izin (revisi
dokumen)
diberikan batas waktu
- Persyaratan incenerator
untuk jumlah limbah
skala kecil

RENCANA CLUSTER PENGELOLAAN
LIMBAH RS
• Minimal Satu Pusat Pengelolaan Limbah B-3
di Sumatera Barat (sebagai percontohan)
• Lokasi di TPA yang masih punya lahan
(Yang Berminat Pasaman, Sijunjung,
Sawahlunto, Dhamasraya)

Apa yang harus dilakukan oleh
calon Obyek
• Revisi Tata Ruang
• Addendum Izin Lingkungan (yang UKL/UPL
menjadi AMDAL dan mencakup limbah B-3)
• Pengelolaan  komersil atau tidak komersil
• Komersil izin di pusat.

DOKUMEN LINGKUNGAN

Dokumen lingkungan bagi
USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG SUDAH BERJALAN (OPERASIONAL /
KONSTRUKSI)

Kebijakan Pemerintah Berupa:
•Surat
MENLHK
No.
S.541/MENLHK/
SETJEN/PLA.4/12/2016 tanggal 28 Desember
2016 untuk Kegiatan Pemerintah
•Surat Edaran MENLHK No. SE.7/MENLHK/
SETJEN/PLA.4/12/2016 tanggal 28 Desember
2016 untuk Usaha / Kegiatan Swasta

MUATAN Surat MENLHK No. S.541/menlhk/setjen/pla.4/12/2016
DAN surat edaran menlhk no. Se.7/menlhk/setjen/pla.4/2016 TANGGAL 28
DESEMBER 2016

1.

Target

Usaha dan/atau kegiatan yang sudah berjalan atau yang sudah memiliki izin
usaha namun tidak memiliki dokumen lingkungan hidup dan Izin Lingkungan

2.

Kebijakan

a. Bentuk kebijakan:
 Kegiatan pemerintah : Perintah berupa surat untuk melengkapi kegiatan
dengan dokumen lingkungan dan Izin Lingkungan
 Orang Perseorangan atau Badan Usaha (Swasta) : Sanksi Administrasi
berupa Paksaan Pemerintah (Surat Keputusan)
b. Pelaksana Kebijakan: MENLHK/Gubernur/Bupati/Walikota sesuai
kewenangannya

3.

Jenis
Dokumen

a. DELH untuk Usaha dan/atau Kegiatan Wajib Amdal
b. DPLH untuk Usaha dan/atau Kegiatan Wajib UKL- UPL

4.

Output

a. Pengesahan DELH atau DPLH
b. Izin Lingkungan

Aturan terkait penyusunan DELH
atau DPLH

Pedoman penyusunan:
PermenLHK No. P.102/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2016 tentang Pedoman Penyusunan
Dokumen
Lingkungan Hidup Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Yang Telah
Memiliki Izin Usaha dan/atau
Kegiatan Tetapi Belum Memiliki Dokumen Lingkungan Hidup
Penentuan jenis dokumen dan kewenangan penilaian dokumen:
Mengacu pada pengaturan jenis usaha dan/atau kegiatan wajib Amdal atau UKL-UPL
(PermenLH No. 5
Tahun 2012 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Yang
Wajib Memiliki Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan Hidup, PermenLH No. 08 Tahun 2013
tentang Tata
Laksana Penilaian
dan
Pemeriksaan Dokumen Lingkungan Hidup Serta Penerbitan Izin
Lingkungan dan
Pergub/Pergub/Perwako/peraturan terkait lainnnya)
SK Paksaan Pemerintah dan pendelegasian wewenang:
PermenLH No. 02 Tahun 2013 tentang Pedoman Penerapan Sanksi Administratif di Bidang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
•Pemberian Denda atas Keterlambatan Pelaksanaan Paksaan Pemerintah:
PermenLHK yang mengatur tentang Pemberian Denda atas Keterlambatan Pelaksanaan Paksaan
Pemerintah

Kriteria usaha dan/atau kegiatan

MUATAN SURAT PEMENUHAN KEWAJIBAN
DELH ATAU DPLH UNTUK KEGIATAN
PEMERINTAH

Muatan PENERAPAN sanksi
administratif berupa paksaan
pemerintah Untuk orang perseorangan
atau badan usaha (Swasta)

PERSYARATAN Penyusun delh atau
dplh
Penyusun DELH


Memiliki sertifikat kompetensi
auditor lingkungan;
• Memiliki sertifikat kompetensi
penyusun dokumen Amdal;
• Memiliki sertifikat kelulusan
pelatihan penyusun Amdal;
dan/atau
• Memiliki sertifikat kelulusan
pelatihan Auditor Lingkungan
Hidup.
Catt. Boleh salah satu atau semuanya

Penyusun DPLH

• Pemrakarsa
kegiatan (dapat
dipihak ketigakan)

Tindak lanjut oleh Dinas lingkungan Hidup provinsi
Sumatera Barat
• Surat
Gubernur
Sumatera
Barat
No.
660/201/TL/DLH-2017 tanggal 8 Februari 2017
kepada Bupati/Walikota
• Surat
Gubernur
Sumatera
Barat
No.
660/201/TL/DLH-2017 tanggal 8 Februari 2017
tanggal 8 Februari 2017 kepada OPD terkait
Provinsi.
• Rapat Koordinasi dengan Instansi Lingkungan Hidup
Kabupaten/Kota dan OPD terkait Provinsi pada
tanggal 13 Februari 2017

SUBSTANSI MUATAN SURAT GUBERNUR

a) Mempelajari dan mendalami surat MENLHK dan
PermenLHK mengenai DELH atau DPLH
b) Melakukan inventarisasi usaha dan/atau kegiatan yang
sudah berjalan atau telah memiliki izin usaha dan/atau
kegiatan namun belum memiliki dokumen lingkungan dan
Izin lingkungan
c) Melaporkan dan mengkoordinasikan hasil inventarisasi ke
instansi LH sesuai kewenangan untuk dapat
ditindaklanjuti
d) Percepatan proses DELH atau DPLH (mengalokasikan
anggaran dan penyusunan dokumen)

TARGET PERCEPATAN PENGEMBANGAN ADIWIYATA DI
SUMATERA BARAT TAHUN 2017
• Percepatan pengembangan Sekolah Adiwiyata di seluruh
Kab/Kota dalam rangka penyebarluasan dan pemerataan
pendidikan lingkungan terutama di beberapa Kab/Kota yang
masih rendah keikutsertaannya dalam program Aadiwiyata.
• SK atau Surat Edaran dari Bupati/Walikota untuk penegasan
keikutsertaan sekolah dalam Program Adiwiyata.
• Diharapkan kerjasama Kabupaten/Kota untuk menyampaikan
Data Jumlah Sekolah Adiwiyata tingkat kabupaten/kota (tidak
termasuk yang sudah berstatus Propinsi, Nasional dan
Mandiri) serta target pembinaan untuk penyusunan
Database Sekolah Adiwiyata di Sumatera Barat

Laboratorium Kab/Kota Yang
Dibina Tahun 2016 :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.

Laboratorium DAK-LH Kota Padang
Laboratorium DAK-LH Kota Pariaman
Laboratorium DAK-LH Kota Padang Panjang
Laboratorium DAK-LH Kota Payakumbuh
Laboratorium DAK-LH Kabupaten Solok Selatan
Laboratorium DAK-LH Kabupaten Pesisir Selatan
Laboratorium DAK-LH Kabupaten Dharmasraya
Laboratorium DAK-LH Kota Bukittinggi
Laboratorium DAK-LH Kabupaten Pasaman
Laboratorium DAK-LH Kabupaten Limapuluh Kota
Laboratorium DAK-LH Kota Solok
Laboratorium DAK-LH Kabupaten Mentawai
Laboratorium DAK-LH Kabupaten Agam

Rencana Pembinaan Laboratorium
Kab/Kota Tahun 2017 :
1. Laboratorium DAK-LH Kab. Pasaman Barat
2. Laboratorium DAK-LH Kab. Pasaman
3. Laboratorium DAK-LH Kab. Dharmasraya
4. Laboratorium DAK-LH Kota Pariaman
5. Laboratorium DAK-LH Kota Sawahlunto
6. Laboratorium DAK-LH Kab. Sijunjung
7. Laboratorium DAK-LH Kab. Solok Selatan
8. Laboratorium DAK-LH Kab. Tanah Datar
9. Laboratorium DAK-LH Kota Solok
10. Laboratorium DAK-LH Kab. Agam
11. Laboratorium DAK-LH Kab. Pesisir Selatan
12. Laboratorium DAK-LH Kota Payakumbuh
Target : Peralatan di pakai, tersusunnya dokumen mutu dan minimal (1) satu
laboratorium yang mengajukan akriditasi

Langkah-langkah yang perlu dilakukan
Kabupaten/Kota
terkait Laboratorium DAK Kabupaten/Kota
• Percepatan Pemanfaatan Laboratorium DAK kab/kota terutama
Optimalisasi Pendayagunaan peralatan.
• Persiapan Kelembagaan Labotarorium DAK Kab/Kota sesuai kobutuhan
daerah Kabupaten/Kota (UPTD)
• Persiapan Struktur Kelembagaan Laboratorium sesuai dengan Permen
LH Nomor 6 tahun 2009 tentang laboratorium Lingkungan
• Penyediaan tenaga Laboratorium yang kompeten untuk operasionalisasi
Laboratorium DAK Kab/Kota
• Dukungan dana untuk oprasional Laboratorium Kab/Kota
• Pembinaan Laboratorium DAK Kab/Kota oleh DLH Propinsi akan
dilaksanakan mulai bulan Juni s/d Desember 2017.

PERMASALAHAN SAMPAH SAAT INI
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Jumlah Sampah meningkat akibat pertumbuhan jumlah penduduk
Jenis sampah semakin beragam karena pola konsumsi masyarakat
yang beragam
Sistem dan infrastruktur pengelolaan sampah belum memadai
Kesadaran dan kepedulian masyarakat masih relatif rendah
Disiplin masyarakat yang kurang
Penegakan hukum yang belum berjalan

• Pemanfatan sampah sebagai sumber daya belum
optimal
• Pengelolaan masih bertumpu pada final disposal

TANGGUNG JAWAB PENGELOLAAN SAMPAH
UNDANG UNDANG NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG
PENGELOLAAN SAMPAH

“Pemerintah dan Pemerintah Daerah bertugas
menjamin terselenggaranya pengelolaan sampah
yang baik dan berwawasan lingkungan”
PENGURANGAN (30%)
1.PEMBATASAN TIMBULAN
SAMPAH
2.PENGGUNAAN ULANG
3.DAUR ULANG

PENANGANAN (70%)
1.PEMILAHAN
2.PENGUMPULAN
3.PENGANGKUTAN
4.PENGOLAHAN
5.PEMROSESAN AKHIR

• Pengurangan sampah sebesar 30% tahun 2025
• Penanganan sampah sebesar 70% sampai tahun 2025

TUGAS DAN WEWENANG (UU 18 TAHUN 2008)
Tugas Pemerintah dan Pemerintah Daerah:
1.Menumbuhkembangkan dan meningkatkan kesadaran
masyarakat dalam pengelolaan sampah
2.Melakukan penelitian, pengembangan teknologi,
pengurangan dan penanganan sampah
3.Memfasilitasi, mengembangkan, dan melaksanakan
upaya pengurangan, penanganan, dan pemanfaatan
sampah
4.Melaksanakan pengelolaan sampah dan memfasilitasi
pengelolaan sampah
5.Mendorong dan memfasilitasi pengembangan
pemanfaatan hasil pengolahan sampah
6.Memfasilitasi penerapan teknologi spesifik lokal yang
berkembang pada masyarakat setempat untuk mengurangi
dan menangani sampah; dan
7.Melakukan koordinasi antar lembaga Pemerintah,
masyarakat, dan dunia usaha agar terdapat keterpaduan
dalam pengelolaan sampah

Wewenang
Pemerintah

Wewenang
Pemerintah
Provinsi
Wewenang
Pemerintah
Kabupaten/Kota

Tugas dan Wewenang UU 18/2008
dan UU 23/2014
UU No 18/2008 tentang
Pengelolaan Sampah

UU No. 23/2014 tentang
Pemerintahan Daerah

PP No. 18/2012 tentang
Pengelolaan Sampah Rumah
Tangga dan Sampah Sejenis
Sampah Rumah Tangga

PP No. 18/2016 tentang
Perangkat Daerah

Kewenangan
Pengelolaan Sampah di
daerah: Kab/Kota

Pengelolaan Sampah 
Urusan Pemerintahan
Bidang Lingkungan Hidup

PermenLHK No. P.74/2016 tentang
Pedoman Nomenklatur Perangkat
Daerah Provinsi dan
Kabupaten/Kota yang Melaksanakan
Urusan Pemerintahan Bidang
Lingkungan Hidup dan Urusan
Pemerintahan Bidang Kehutanan

Per 1 Januari 2017

Dinas LH Provinsi
Dinas Lingkungan Hidup
Kabupaten/Kota

Acuan Kinerja Pengelolaan Sampah Nasional

Target kinerja pengelolaan sampah Nasional berdasarkan
Raperpres Jakstranas Pengelolaan Sampah 2017 - 2025

DAK Penugasan LHK Tahun 2018
4 Kegiatan
Terfokus:

DAK
FISI
K

1. IPAL Usaha Skala
Kecil

Dukungan Proyek
Nasional
Peningkatan
Ketahanan Sumber
Daya Air Domestik
(Prioritas Nasional
Permukiman)

2. Bank Sampah
3. TPST 3R

Penugasan
LHK
4. Peralatan portable
pemantauan dan
pengawasan
kualitas air

Peningkatan Kualitas
Lingkungan Hidup
Sehat (PN.
Kesehatan) –
(Prioritas Nasional
Pariwisata)

Peningkatan
Ketahanan Sumber
Daya Air Domestik
(Prioritas Nasional
Permukiman)

Lokasi Priioritas
(Integratif, Holistik)
Prioritas Nasional
15 DAS dan 15 Danau
Prioritas Nasional

1. 15 DAS dan 15 Danau
Prioritas Nasional
2. 3 Destinasi Wisata
Nasional (Borobudur,
Toba, Mandalika)
3. Vol. timbulan sampah
tinggi dan ada Renc.
Induk Sampah
1. 15 DAS dan 15 Danau
Prioritas Nasional
2. Jumlah Industri

Pertimbangan dalam Penetapan Kab/Kota
Penerima DAK Penugasan KLHK 2018
1. Masuk ke dalam definisi daerah prioritas berdasarkan
kebijakan pemerintah (mis. Daerah perbatasan, daerah
prioritas pariwisata, jumlah penduduk tinggi);
2. Kapasitas keuangan daerah terbatas;
3. Sudah memiliki Perda Pengelolaan Sampah;
4. Sudah memiliki Rencana Induk Pengelolaan Sampah;
5. Fungsi pengelolaan sampah pada Perangkat Daerah yang
melaksanakan urusan pemerintah bidang lingkungan
hidup;
6. Nilai Adipura (mengikuti Program Adipura).

Arah Kebijakan Provinsi Bidang
Persampahan 2018
• Penyusunan Ranperda Pengelolaan Sampah Provinsi;
• Penyusunan JAKSTRADA (Kebijakan dan Strategi Daerah) Sampah
Provinsi (setelah dikeluarkannya Jakstranas);
• Penyusunan Pergub Pengurangan Penggunaan Kantong Plastik;
• Menetapkan target penurunan volume sampah Provinsi Tahun 20182025;
• Pengembangan database sampah provinsi;
• Fasilitasi pembentukan Bank Sampah Induk di daerah;
• Pilot Projek Penanganan Sampah melalui 3R;
• Menjajaki kerjasama dengan Dinas Koperasi dan UKM untuk
pengembangan Bank Sampah;
• Menjajaki kerjasama dengan perusahaan CSR bank sampah.

Urgensi Penyusunan Daya Dukung dan Daya
Tampung Lingkungan Hidup (DDDTLH)






Sesuai UU 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup dalam pasal 9 s/d Pasal 12 mengamanatkan bahwa pemerintah
berkewajiban menetapkan Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan Hidup sesuai
dengan kewenangannya dan Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan Hidup
dijadikan dasar dalam penyusunan Rencana Perlindungan Pengelolaan Lingkungan
Hidup.
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup ditetapkan melalui
Peraturan Daerah sebagaimana yang diamanatkan dalam Pasal 10 UU 32 Tahun
2009 tentang Perlindungan dan Pengelelolaan Lingkungan Hidup.
UU 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, Rencana Perlindungan dan
Pengelolaan Lungkungan Hidup merupakan urusan Pemerintah Bidang Lingkungan
Hidup pada subid Perencanaan Bidang Lingkungan Hidup.
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup menjadi dasar
penyusunan dan dimuat dalam rencana pembangunan jangka panjang dan
rencana pembangunan jangka menengah sebagaimana diamanatkan Pasal 10 ayat
5 UU 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Kondisi/Permasalahan Penyusunan
DDDTLH
• Tahun 2017 DLH Prov. Sumbar sedang menyusun DDDTLH berbasis jasa
ekosistem yang direncanakan selesai semester I dan dilanjutkan
semester II penyusunan draf Rencana Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup (RPPLH) berbasis DDDTLH
• Tahun 2016 terdapat 1 kab/kota yaitu Kab. Agam yang telah menyusun
DDDTLH berbasis jasa ekosistem
• Hasil inventarisasi pada saat Sosialisasi DDDTLH yang dilaksanakan pada
tanggal 21 Februari 2017 terdapat 8 kab/kota yang sedang proses
penyusunan yaitu Kab. Pasaman Barat, Kab. Pasaman, Kab. Solok, Kab.
Limapuluh Kota, Kab. Padang Pariaman Kota Padang Panjang, Kota Solok
dan Kota Bukittinggi.
• Kab/Kota yang belum menanggaran penyusunan DDDTLH sebanyak 10
(sebelas) Kab/kota

Sinkronisasi dengan Kab/Kota
• Penyusunan DDDTLH Kab/Kota mengacu kepada dokumen
DDDTLH Provinsi.
• Diperlukan Singkronisasi/harmonisasi antara Dokumen DDDTLH
Kab Agam dengan DDDTLH Provinsi
• Penyusunan DDDTLH Provinsi akan terintegrasi dengan 8 Kab/Kota
yang sedang proses penyusunan pada tahun 2017.
• Penyusunan DDDTLH Kab/Kota perlu dilakukan pendampingi oleh
Provinsi dan P3E Sumatera
(Untuk 8 kab/kota yang sedang proses penyusunan DDDTLH
direncanakan akan melaksanakan penyusunan peta DDDTLH
berbasis jasa ekosistem dengan pendampingan dari P3E Sumatera
pada tanggal 29 s/d 31 Maret 2017)

PROKLIM

Program Kampung Iklim (ProKlim)
di Provinsi Sumatera Barat

Cakupan Kegiatan ProKlim
Kegiatan Adaptasi
• Pengendalian kekeringan, banjir, dan longsor
• Peningkatan Ketahanan pangan
• Penanganan/antisipasi kenaikan muka
laut, rob dan
intrusi/abrasi air laut, gelombang tinggi
• Pengendalian penyakit terkait iklim

Kegiatan Mitigasi
• Pengelolaan sampah dan limbah padat
• Pengolahan dan pemanfaatan limbah cair
• Penggunaan energi
• Pengurangan emisi dari kegiatan pertanian
• Konservasi hutan
• Penanganan/antisipasi kejadian kebakaran

hutan dan lahan

KRITERIA AWAL SELEKSI
PENGUSULAN PROKLIM
 wilayah administrasi lokasi yang diusulkan
(Dusun/Dukuh/RW atau Desa/Kelurahan).
 Kegiatan adaptasi dan mitigasi
berjalan selama lebih dari 2 tahun.
 Keberadaan
kelompok
sebagai penanggungjawab.

telah

masyarakat

Pengusul ProKlim
• Lokasi ProKlim dapat diusulkan oleh semua pihak yang memiliki
informasi bahwa di suatu lokasi telah dilaksakan kegiatan mitigasi
dan
adaptasi perubahan iklim, antara lain:
• Lembaga formal masyarakat yang memiliki landasan hukum dan
struktur organisasi yang jelas, seperti Karang Taruna, Koperasi, lembaga
keagamaan, Kelompok Usaha Tani;
• Lembaga swadaya masyarakat atau NGOs maupun community-based
organizations (CBOs);
• Dunia usaha melalui program Corporate Social Responsibility (CSR)
dan atau Community Development (CD).
Pengajuan lokasi ProKlim harus sepengetahuan Kepala Desa/Lurah dan
menggunakan “Lembar Pengusulan Lokasi ProKlim”.

BEBERAPA CONTOH KEGIATAN PROKLIM

PEMANFAATAN AREAL
PERKARANGAN
Melalui PKK
Tarkim
Developer/pengembang perumahan

Perlindungan Mata Air
PERLINDUNGAN SUMBER MATA
AIR
-Lubuk larangan/ikan larangan
(nilai2 tradisional)
-Tarkim/PSDA terkait pengamanan
sempadan
- Perusahaan

AREAL PEMBIBITAN
-Bank Pohon di Sekolah
maupun Kelompok Tani
Pemanfaatan
Pekarangan
-Perusahaan
/CSR

Sumber Air Bersih
-Pengendalian pencemaran
-Penjernihan air

Contoh kegiatan

ProKlim di beberapa lokasi
terpisah

Fasilitas
pengolahan
sampah

Desain rumah panggung

Taman apotek hidup

Penanaman mangrove dan
peternakan kepiting

Biogas terbuat dari fiber

Konstruksi antisipasi abrasi air laut

a
.

b
.

c
.

d
.
parit / kolam

1. Tampunga air atau bak penampun air
n
g

Sistem pengelolaan air (subak) dan pertanian organik

2-10 m
tergantu
ng jenis
dan
lapisan
tanah

Lubang
Resapan
Biopori

bak
rol
kont
5 sedimen
0
c sedimen
mmengend
ap di
bagian
bpaawsaan
hgan batu
koson dan
ijuk

. Sumur Resapan

Strategi pelaksanaan ProKlim Kedepan
Penjaringan oleh Kabupaten/Kota, dengan melibatkan pihak terkait
seperti Dunia Usaha, Kelompok Masyarakat, Perguruan Tinggi, serta
instansi lainnya.
Penguatan kapasitas instansi LH melalui sosialisasi dan bimbingan
teknis.
Pengusulan lokasi ProKlim yang telah memenuhi kriteria
(unggulan), untuk lokasi yang masih belum memenuhi tapi
berpotensi dilakukan pembinaan untuk diusulkan kedepannya.
Menyusun Program dan mengintegrasikan dalam program sektoral,
seperti : PKK, sekolah, pihak swasta.

TARGET PROKLIM KE DEPAN
• Peningkatan kegiatan terkait pengusulan lokasi kampung iklim
maupun peningkatan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim
ditingkat tapak serta membuat tim koordinasi proklim baik di
provinsi maupun kab/kota.
• Lebih mengintensifkan pembinaan dan sosialisasi terkait
kegiatan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim di Kab/Kota,
penerapannya dapat dilakukan di daerah.
• Melakukan pencarian lokasi yang tepat terhadap daerah yang
telah mampu melakukan adaptasi dan mitigasi terhadap
perubahan iklim di daerah oleh instansi Lingkungan Hidup
daerah.

PERIZINAN DI BIDANG
LINGKUNGAN HIDUP DAN
IMPLEMENTASINNYA

• Kondisi saat ini :
1. Ketidaksesuaian antara Izin Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup yang dibutuhkan
oleh pemilik usaha dan/atau kegiatan yang
tertuang dalam dokumen lingkungan dengan
kondisi real dilapangan.
2. Muatan/substansi
Izin
Perlindungan
dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup yang belum
mengakomendir substansial
3. Masih
terdapat
ketidaksesuaian
dalam
mengimplementasikan pada beberapa dokumen
lingkungan hidup oleh pemilik usaha dan/atau
kegiatan
dengan
pelaksaan
pengelolaan
lingkungan di lapangan.

Lanjutan ………
4. Perubahan/penambahan kegiatan yang tidak
tercantum dalam dokumen lingkungan hidup
tanpa melalui mekanisme perubahan izin
lingkungan.
5. Pengawasan sebagian besar Izin Lingkungan
dan Izin Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup merupakan kewenangan
Kab/kota, provinsi hanya bersifat uji petik
dalam
melakukan
pembinaan
dan/atau
pengawasan implementasi Izin Lingkungan.
6. Masih kurang tenaga pengawas yang telah
mengikuti Diklat Pengawasan.

Upaya yang Telah Dilakukan
DLH Provinsi :
1. Melaksanakan
pembinaan
hukum
dan
perizinan
lingkungan
terhadap
instansi
lingkungan hidup kab/kota dan objek kegiatan
yang ada di Sumbar.
2. Mempersiapkan
Juknis
dalam
proses
penerbitan
Izin
Lingkungan
dan
Izin
Perlindungan dan Pengelolan Lingkungan
Hidup.
3. Melaksanakan
pengawasan
implementasi
terhadap pelaksanaan perizinan yang telah
ditetapkan dalam Dokumen Lingkungan usaha
dan/atau kegiatan.

Harapan untuk Dinas Lingkungan Hidup
Kab/Kota

1.Mengevaluasi
perizinan
yang
telah
diterbitkan.
2.Terhadap perizinan yang telah diterbitkan
menjadi tanggungjawab kab/kota dilakukan,
provinsi hanya melakukan uji petik.

Objek dan Lokasi Implementasi AMDAL :
SPAM

Jaringan
Transmisi
Listrik
Kegiatan
Pelayanan
Jasa

PLTU


: Rencana Pembangunan Sistem Penyediaan Air Minum
(SPAM) Batng Karimo Ibukota Kecamatan (IKK) Lubuk
Tarok Kabupaten Sijunjung;

: Pembangunan Jaringan Transmisi T/L 275 kV KiliranjaoPayakumbuh dan Gardu Induk (GI) PT.PLN (Persero)
Pikitring Sumatera Selatan, Jambi, Lampung, Bengkulu,
Bangka Belitung dan Sumatera Barat.

: Kesehatan : Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Padang, RSUD
Kota Solok, RSU Madina, RS Yos Sudarso, RS Stroke
Nasional.
 Jasa Hotel : hotel rocky Bukittinggi, Nuansa Maninjau
Resort Agam, Pusako Bukittinggi, Pangeran Beach
Padang, Basco Premier Hotel Padang, The Hills Hotel
Bukittinggi, Inna Muara Padang

: PLTU Teluk Sirih

Jalan

Objek dan Lokasi Implementasi AMDAL :

IRIGASI

TPA

PLTU


: Jalan Provinsi Panti- Simpang empat Kab. Pasaman dan
Kab. Pasaman Barat.
 Ruas jalan Ranjau Batu (Batas Provinsi Sumatera Utara) –
Batas Kota Solok – ruas jalan Batas Kota Sawahluntobatas Provinsi Jambi, rusa jalan Batas Kota Padang
Panjang.
 Ruas Jalan Bedeng Rapat (Batas Provinsi Sumatera
Utara)- ruas jalan Lubuk Alung- Batas Kota Padang(Simpang Talang Duku), Ruas Jalan Sutan Syahrir (PadangBukit Putus) – Batas Provinsi Bengkulu dan Ruas Jalan
Batas Kota Solok – Lubuk Selasih – Batas Kota Padang –
Jalan Simpang Haru;
 Rencana Pembangunan Jalan Tol Padang - SIcincin

: Rencana Pembangunan Irigasi Batang Tarusan Kab. Pesisir
Selatan
 Pembangunan Daerah Irigasi Bt. Sinamar di Kab. Tanah
Datar dan Kab. Sijunjung

: Rencana pembangunan TPA sampah dan Instalasi
Pengolahan Lumpur Tinja di Kab. Pasaman
 TPA Regional Solok di Kota Solok dan Kab. Solok:

: PLTU Teluk Sirih



Jumlah Sekolah Adiwiyata per kab/kota s/d tahun 2016 per jenjang
pendidikan
No

Sekolah Adiwiyata
Nasional

Mandiri

Kab/Kota

Provinsi

Jumlah

SD

SLTP

SLTA

SD

SLTP

SLTA

SD

SLTP

SLTA

1
2
3
4
5
6
7

Kota Padang
Kota Pariaman
Kota Padang Panjang
Kota Payakumbuh
Kota Sawahlunto
Kota Bukittinggi
Kota Solok

7
1
0
0
1
1
1

9
0
0
0
0
0
0

6
0
0
1
0
0
0

7
3
1
4
4
8
5

4
4
1
0
0
2
0

5
2
0
1
0
3
1

10
5
2
6
3
2
5

4
1
0
1
0
3
2

7
3
1
1
0
1
0

59
19
5
14
8
20
14

8

Kab. Padang Pariaman

1

0

1

2

1

1

1

4

2

13

9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19

Kab. Agam
Kab. Pasaman Barat
Kab. 50 Kota
Kab. Solok
Kab. Sijunjung
Kab. Pasaman
Kab. Tanah Datar
Kab. Pesisir Selatan
Kab. Solok Selatan
Kab. Dharmasraya
Kab. Kep. Mentawai
JUMLAH

1
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
14

1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
10

1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
9

2
0
0
0
1
4
0
1
0
1
0
43

3
0
0
2
2
0
0
1
0
1
0
21

2
0
1
0
0
1
3
0
0
0
0
20

4
2
2
1
1
3
1
4
1
1
1
55

4
0
2
2
1
2
2
2
2
1
0
33

1
0
1
1
0
0
0
0
1
0
0
19

19
2
6
6
5
11
6
8
4
4
1
224

GRAFIK

JUMLAH SEKOLAH ADIWIYATA TK.PROPINSI, NASIONAL DAN
MANDIRI
DI SUMATERA BARAT S/D 2016

Program Kampung Iklim (ProKlim)

PROKLIM

PROGRAM
PROGRAMKAMPUNG
KAMPUNGIKLIM
IKLIM(ProKlim)
(ProKlim)
PERMEN
LHK
NO.P.84/Menlhk-Setjen/Kum.1/11/2016
PERMEN LHK NO.P.84/Menlhk-Setjen/Kum.1/11/2016

Maksud
Meningkatkan pemahaman mengenai perubahan iklim
dan dampak yang ditimbulkan sehingga seluruh
pihak terdorong untuk melaksanakan aksi nyata
yang dapat memperkuat ketahanan masyarakat
menghadapi perubahan iklim serta memberikan
kontribusi terhadap upaya pengurangan emisi GRK.

Latar Belakang Pengembangan Proklim
• Masyarakat teridenfikasi telah melakukan upaya adaptasimitigasi perubahan iklim;

 Data tersebar dan belum dipahami sebagai upaya
mitigasi adaptasi Perubahan Iklim
• Telah banyak inisiatif lokal yang dapat diarahkan untuk
memperkuat ketahanan masyarakat dalam menghadapi
perubahan iklim dan mengurangi emisi GRK

 upaya sendiri (baik berdasarkan kearifan tradisional
maupun program lokal berdasarkan inisiatif
masyarakat setempat)
 kerjasama dengan LSM,
 program-program kegiatan pemerintah daerah,
 program-program CD ataupun CSR dari perusahaan;
dll

PROKLIM

Pengertian Adaptasi Perubahan
Iklim:

Pengertian Mitigasi Perubahan
Iklim:

Suatu proses untuk memperkuat
dan membangun strategi antisipasi
dampak keragaman dan perubahan
iklim
serta
melaksanakannya
sehingga
mampu
mengurangi
dampak negatif dan mengambil
manfaat positifnya.
(MENYESUAIKAN PERUBAHAN)

Usaha penanggulangan untuk
mencegah terjadinya perubahan
iklim melalui kegiatan yang dapat
menurunkan emisi/meningkatkan
penyerapan gas rumah kaca dari
berbagai sumber (MENCEGAH)

Aspek Kelompok Masyarakat dan
Dukungan Keberlanjutan
• Pengakuan Kelompok Mayarakat
• Dukungan Kebijakan
• Dinamika Kemasyarakatan
• Kapasitas Masyarakat
• Keterlibatan pemerintah
• Keterlibatan swasta/LSM/ perguruan tinggi
• Pengembangan kegiatan
• Manfaat

Keterkaitan ProKlim dengan
Lain di KLHK
Program
PROPER

Proklim

Kalpataru +

Adipura +

PERKEMBANGAN PROKLIM DI PROVINSI SUMATERA
BARAT TAHUN 2013 – 2016

PROKLIM

Tahun 2013
• Jumlah usulan : 24 lokasi (21 di Kab. Padang
Pariaman, 2 di Kab. Solok Selatan dan 1 di Kab. Solok)
• Lolos verifikasi lapangan: 14 lokasi (11 di Kab. Padang
Pariaman, 2 di Kab. Solok Selatan dan 1 di Kab. Solok)
• Penerima Penghargaan : 1 lokasi yaitu Nagari Sarik
Alahan Tigo, Kab. Solok (Piagam ProKlim)

PROKLIM

Tahun 2014
• Jumlah usulan : 1 lokasi
Hangus, Kab. Pasaman)

(Jorong

Kampung

• Jorong Kampung Hangus lulus untuk diverifikasi
lapangan
• Namun belum
ProKlim

berhasil

meraih

penghargaan

PROKLIM

Tahun 2015


Jumlah usulan : 6 lokasi (Jorong Guguak Korong Kandang
Ampek dan Korong Pintir Kayu Nagari Sunur Kecamatan Nan
Sabaris Kab. Padang Pariaman, Jorong Pincuran Tujuh Bangun
Rejo dan Jorong Simancung Kab. Solok Selatan, Jorong Bulan
Sariak Jambak Ulu, Nagari Pariangan dan Jorong Koto Nyiur
Nagari Tanjung Bonai Kab. Tanah Datar)



1 (satu) lokasi ProKlim berhasil memperoleh Tropy ProKlim
yaitu Jorong Guguak Korong Kandang Ampek Kab. Padang
Pariaman. 2 (dua) lokasi ProKlim memperoleh Sertifikat
ProKlim yaitu Korong Pintir Kayu Nagari Sunur Kecamatan Nan
Sabaris Kab. Padang Pariaman dan Jorong Pincuran Tujuh
Bangun Rejo Kab. Solok Selatan

PROKLIM

Tahun 2016


Jumlah usulan : 10 lokasi (Jorong Guguak Korong Kandang
Ampek dan Korong Pintir Kayu Nagari Sunur Kecamatan Nan
Sabaris Kab. Padang Pariaman, Jorong Pincuran Tujuh Bangun
Rejo dan Jorong Simancung Kab. Solok Selatan, Jorong Bulan
Sariak Jambak Ulu, Nagari Pariangan dan Jorong Koto Nyiur
Nagari Tanjung Bonai Kab. Tanah Datar)



4 (Empat) lokasi ProKlim berhasil memperoleh Tropy yaitu
Jorong Piruko Utara dan Jorong Padang Sidondang Nagari
Sitiung Kab. Dharmasraya, Jorong Kampung Hangus Nagari
Koto Kaciak Kab. Pasaman, Jorong Ladang Laweh Nagari
Sicincin Kab. Padang Pariaman.



3 (tiga) lokasi ProKlim memperoleh Sertifikat ProKlim yaitu
Korong Kampung Apar Nagari Sungai Buluh Kab. Padang
Pariaman dan Kampung Baru
Nagari Koto Barapak dan
Kampung Pancung Taba Nagari Pancung Taba Kab. Pesisir
Selatan

Rekapitulasi Usulan ProKlim Sumatera Barat
2013 - 2016
∑ Lokasi yang
Dipertimbang
kan
Diverifikasi

Tahun

Kabupaten/Kota

∑ Lokasi
yang
Diusulkan

2013

Kab. Padang
Pariaman

24

14

Kab. Solok
Selatan

2

2

Kab. Solok

1

1

Sertifikat

2014

Kab. Pasaman

1

1

-

2015

Kab. Padang
Pariaman

2

2

Trophy dan
Sertifikat

Kab. Tanah Datar

2

2

Kab. Solok
Selatan

2

2

Penghargaan

Sertifikat (1)

ProKlim Sumatera Barat Tahun
2016
Tahun

Kabupaten/Kot
a

∑ Lokasi
yang
Diusulkan

∑ Lokasi yang
Dipertimbangk
an Diverifikasi

2016

Kab.
Dharmasraya

2

2 tropy

Kab. Pesisir
Selatan

2

2 sertifikat

Kab. Padang
Pariaman

2

1 Tropy, 1
Sertifikat

Kab. Pasaman

1

1 Tropy

Kab. 50 Kota

1

-

Kab. Tanah
Datar

2

-

Penghargaan

Kendala Pelaksanaan ProKlim
 Masih banyak Instansi LH Kabupaten/Kota yang belum
begitu memahami bentuk kegiatan ProKlim, seperti
komponen penilaian serta tata cara pengusulan
Proklim yang menggunakan lembaran isian.
 Masyarakat masih belum memahami apa itu ProKlim,
sehingga
kemampuan
masyarakat
untuk
mempersiapkan komponen penilaian Proklim masih
kurang.
 ProKlim belum sepenuhnya melibatkan seluruh unsur
terkait.

DINAS LINGKUNGAN HIDUP
PROVINSI SUMATERA BARAT