BAB II KERANGKA TEORI - Kata Jihad Dalam Terjemahan Al-Qur’an Departemen Agama Republik Indonesia: Analisis Strategi Penerjemahan

BAB II KERANGKA TEORI Kerangka teori ini berisikan tentang konsep-konsep teori yang akan digunakan dalam

  penelitian ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian jihad; (2) variasi kata jihad; (3) konsep terjemah; (4) strategi terjemah; (5) klasifikasi strategi terjemah.

2.1 Jihad

2.1.1 Pengetian Jihad

  Secara etimologi dalam kamus Mahmud Yunus (1392 H:92) kata / jihād/ berasal

  ﺩﺎﻬﺟ

  dari kata /ja

  ﺪﻬﺟ ḥada/ yang berartikan “bersungguh-sungguh”. Louis Ma’luf dalam Chirzin

  (2001:60) mengemukakan bahwa kata jihad berasal dari bahasa Arab, berbentuk isim masdar dari fi’il ma /jahada/“mencurahkan kemampuan”. Sedangkan kata / jihād/ itu ḍi ﺪﻬﺟ

  ﺩﺎﻬﺟ

  sendiri bermakna “perjuangan, jihad”, (Ahmad Warson Munawir: 1984:217) Adapun secara terminologi pengertian jihad sangat bermacam-macam, di antaranya adalah: Menurut Hasan al-Banna dalam Chirzin (1997:12), Jihad adalah suatu kewajiban muslim yang berkelanjutan hingga hari kiamat, tindakan terendahnya adalah berupa penolakan hati atas keburukan atau kemungkaran dan yang tertinggi adalah berupa perang dijalan Allah Sub ḥanahu wa ta’āla”. Jihad juga diartikan sebagai perang suci, (Philip K. Hitti: 2002:155)

  Syaikh Muhammad bin Ibrahim At-Tuwaijri mengatakan, (1430: bab Jihad, hal:3), “Jihad di jalan Allah adalah mengerahkan segala kemampuan dan tenaga untuk memerangi orang-orang kafir dengan tujuan mengharap ridha Allah Sub

  ḥanahu wa ta’āla dan

  meninggikan kalimat-Nya”, (Ensiklopedia Fiqih Islam, bab Jihad, 1430 H:3). dikutip dari

  Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) terdapat beberapa pengertian tentang jihad yang tidak jauh berbeda dengan yang lain, yaitu: (1) upaya dengan segala daya upaya untuk mencapai kebaikan. (2) usaha sungguh-sungguh membela islam dengan mengorbankan harta benda, raga dan jiwa. (3) perang suci melawan orang kafir untuk mempertahankan Islam. Namun jika kata jihad diawali dengan awalan ber-, maka maknanya berbeda seperti yang terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yaitu berperang (di jalan Allah); berjuang.

2.1.2 Variasi-variasi bentuk kata jihad dalam al-Qur’an

  Jihādin ﺩﺎﻬﺟ

  5 Qs (5:53), (6:109), (16:38), (24:53), (35:52)

  Jahda

  ﺪﻬﺟ

  1 Qs (9:79)

  Juhdahum

  ﻢﻫﺪﻬﺟ

  1 Qs (9:24)

  2 Qs (25:52), (60:1)

  4 Qs (5:35), (9:41), (9:86), (22:78)

  Jihādan ﺍﺩﺎﻬﺟ

  1 Qs (22:78)

  Jihādihi ﻩﺩﺎﻬﺟ

  1 Qs (4:95)

  al- Mujāhidūna ﻥﻭﺪﻫﺎﺠﻤﻟﺍ

  3 Qs (4:95), (4:95), (47:31)

  al- Mujāhidīna ﻦﻳﺪﻫﺎﺠﻤﻟﺍ

  Jāhidū ﺍﻭﺪﻫﺎﺟ

  Dalam kitab ﻢﻳﺮﻜﻟﺍ ﻥﺍﺮﻘﻟﺍ ﻅﺎﻔﻟﺍﻷ ﺱﺮﻬﻔﻤﻟﺍ ﻢﺠﻌﻤﻟﺍ /al mu’jamu l-mufahras lialfāẓi l-qur’ani l-

  

karīm/ yang tulis oleh Ahmad Fu’ad Baqi (1428 H:224-225) terdapat 41 kata jihad dari 37

ayat 19 surat.

  1 Qs (61:11)

  Jumlah Kata Surat dan Ayat Transliterasi Kata

  2 Qs (9:19), (29:6)

  Jāhada ﺪﻫﺎﺟ

  2 Qs (29:8), (31:15)

  Jāhadāka ﻙﺍﺪﻫﺎﺟ

  11 Qs (2:218), (3:142), (8:72-74-75), (9:16- 20-88), (16:110), (29:69), (49:15)

  Jāhadū ﺍﻭﺪﻫﺎﺟ

  Tujāhidūna ﻥﻭﺪﻫﺎﺠﺗ

  1 Qs (25:52)

  1 Qs (29:6)

  Yujāhidu ﺪﻫﺎﺠﻳ

  2 Qs (9:44), (9:81)

  Yujāhidū ﺍﻭﺪﻫﺎﺠﻳ

  1 Qs (5:54)

  Yujāhidūna ﻥﻭﺪﻫﺎﺠﻳ

  2 Qs (9:73), (66:9)

  Jāhidi ﺪﻫﺎﺟ

  Jāhidhum ﻢﻫﺪﻫﺎﺟ

2.2 Pengertian Terjemah Dalam bahasa Indonesia, istilah terjemah dipungut dari bahasa Arab, tarjamah.

  Bahasa Arab sendiri memungut istilah tersebut dari bahasa Armenia, turjuman (Didawi, 1992:37). Kata turjuman sebentuk dengan tarjaman dan tarjaman yang berarti orang yang mengalihkan tuturan dari satu bahasa ke bahasa lain, (Manzhur, t.t: 66) dalam Sihabuddin (2002:6).

  Menurut Az-Zarqoni dalam Sihabuddin (2002: 6), secara etimologis istilah terjemah digunakan untuk mengacu pada empat makna.

  a.

  Menyampaikan tuturan kepada orang yang tidak menerima tuturan itu, makna ini terdapat dalam puisi berikut ini:

  ٍﻥﺎَﻤُﺟْﺮُﺗ ﻰَﻟِﺇ ْﻲِﻌْﻤَﺳ ْﺖﱠﺟَﻮْﺣﺃ ِﺪَﻗ – ﺎ َﻬُﺘْﻐﱢﻠُﺑ َﻭ – َﻦْﻴِﻧﺎَﻤﱠﺴﻟﺍ ﱠﻥِﺇ / inna s- samānīna wa bullagtuhā qadi ḥwajjat samʻī ‘ila turjumānin / U Usia 80, dan aku telah mencapainya, pendengaranku memerlukan penerjemah

  b.

  Menafsirkan tuturan dengan bahasa yang sama dengan bahasa tuturan itu. misalnya bahasa Arab dijelaskan dengan basaha Arab atau bahasa Indonesia dijelaskan dengan bahasa Indonesia pula. sekaitan dengan terjemah yang berarti penjelasan, Ibnu Abbas diberi gelar

  ﻥﺍﺮﻘﻟﺍ ﻥﺎﻤﺟﺮﺗ yang berarti penerjemah al-Quran.

  c.

  Menafsirkan pembicaraan atau tuturan dengan bahasa yang berbeda. misalnya bahasa Arab dijelaskan lebih lanjut dengan bahasa Indonesia ataupun sebaliknya. Dengan demikian, penerjemah disebut juga penjelas atau penafsir tuturan.

  d.

  Memindahkan tuturan dari satu bahasa ke bahasa yang lain seperti mengalihkan bahasas Arab ke bahasa Indonesia. karena itu, penerjemah disebut juga pengalih bahasa. Menurut Az-Zarkasyi (t.t) yang termaktub dalam kitab Ulumul Qur’an oleh Rosihon

  Anwar (2006:211) mengatakan, “Tafsir adalah ilmu yang digunakan untuk memahami dan menjelaskan makna-makna kitab Allah yang diturunkan kepada Nabi-Nya Muhammad

  

Ṣallallahu ‘alaihi Wasallama serta menyimpulkan kandungan-kandungn hukum dan

hikmahnya”.

  Makna etimologis di atas memperlihatkan adanya satu karakteristik yang menyatukan ke empat makna tersebut, yaitu bahwa menerjemahkan berarti menjelaskan dan menerangkan tuturan, baik penjelasan itu sama dengan tuturan yang dijelaskan maupun berbeda, (Sihabuddin. 2002: 7).

  Adapun secara terminologis, menerjemah didefenisikan seperti berikut,

  

َﻭ ِﻪﱢﻴِﻧﺎَﻌَﻣ ِﻊْﻴِﻤَﺠِﺑ ِءﺎَﻓَﻮْﻟﺍ َﻊَﻣ ﻯَﺮَﺧُﺃ ٍﺔَﻐُﻟ ْﻦِﻣ َﺮَﺧَﺍ ٍﻡ َﻼَﻜِﺑ ٍﺔَﻐُﻟ ﻰِﻓ ِﻡ َﻼَﻛ ﻰَﻨْﻌَﻣ ْﻦَﻋ ُﺮْﻴِﺒْﻌﱠﺘﻟَﺍ

ِﻩِﺪِﺻﺎَﻘَﻣ

/ at-ta ʻbīru ʻan maʻna kalāmi fī lugatin bikalāmin ʹakhara min lugatin ʹukhara ma’a l-wafāʹi

bijamī’i ma’āniyyihi wa maqāṣidihi / Menerjemah berarti mengungkapkan makna tuturan

  suatu bahasa di dalam bahasa lain dengan memenuhi seluruh makna dan maksud tuturan itu,(Sihabuddin 2002: 7) Menurut Newmark (1988) dalam Rochayah Machali (2000:5) bahwa menerjemah adalah "rendering the meaning of a texs into another language in the way that the author

  

intended the text ", yaitu menerjemahkan makna suatu teks ke dalam bahasa lain sesuai

  dengan yang dimaksud pengarang.Tetapi secara luas, terjemah dapat diartikan sebagai semua kegiatan manusia dalam mengalihkan seperangkat informasi atau pesan baik verbal maupun non verbal, dari informasi asal atau informasi sumber ke dalam informasi sasaran (Suhendra Yusuf, 1994: 8).

2.3 Strategi Penerjamahan

2.3.1 Pengertian Strategi Penerjemahan

  Kata strategi mempunyai beberapa pengertian. Dalam Newmark (1988:81) seperti yang dicatatkan oleh Rokiah Awang:

  Strategiy refers to methods as the overall textual apporoach to translating, which he

contrasts with translation procedures that deal with problems at sentence levels and smaller

unit. (M. Husnan Lubis, 1426 H:19)

  Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988:854) disebutkan bahwa, Strategi adalah rencana cermat mengenai suatu kegiatan untuk mencapai sasaran khusus.

  Pada kamus Dewan Bahasa Dan Pustaka (1989:1305) strategi juga didefenisikan sebagai berikut: “ ...aturan atau rancangan yang digunakan setelah memperhitungkan berbagi faktor untuk mencapai satu metlumat atau kerjaya. Dari bebera tinjauan di atas, dalam kata strategi terdapat beberapa makna utama seperti: metode, operasi, prosedur, seni merancang, dan aturan untuk mencapai suatu pesan yang terkandung (M. Husnan Lubis: 1426:20).

2.3.2 Klasifikasi Strategi Penerjemahan

  Manna’ al-Qattan (1393 H.) dalam Ismail Lubis (2001:60) mengklasifikasikan Strategi penerjemahan dalam dunia Arab terbagi kepada dua jenis yaitu secara harfiyah dan

  

tafsiriyah . (1) Terjemah harfiyah ialah pengalihan bahasa yang dilakukan sesuai urutan-

  urutan kata bahasa sumber. Menurut az-Zarqani (1399 H), terjemahan seperti ini tak ubahnya dengan kegiatan mencari padanan kata. Maka terjemahan seperti ini disebut juga terjemahan atau musawiyah. (2) Adapun terjemah tafsiriyah atau maknawiah ialah alih bahasa

  lafziah

  tanpa terikat dengan urutan-urutan kata atau susunan kalimat bahasa sumber. Terjemahan seperti ini mengutamakan ketepatan makna dan maksud secara sempurna dengan konsekuensi terjadi perubahan urutan-urutan kata atau susunan kalimat. Oleh sebab itu terjemahan semacam ini disebut juga terjemahan maknawiah, karena mengutamakan kejelasan makna.

  Kemudian daripada itu, dalam literatur Barat strategi penerjemahan dikaji dan klasifikasikan lebih jelas dan rinci. Newmark (1988) dalam Sihabuddin (2002:64-66), misalnya, memandang bahwa strategi penerjemahan dapat ditilik dari segi: (1) penekanan terjemahan terhadap bahasa sumber, dan (2) penekanan terjemahannya pada bahasa sasaran.

  (1) Penerjemahan yang BerorientasiPada Bahasa Sumber:

  (a) Penerjemahan Kata Demi Kata

  Penerjemahan jenis ini dianggap yang paling dekat dengan bahasa sumber. Urutan kata dalam teks bahasa sumber tetap dipertahankan, kata-kata diterjemahkan menurut makna dasarnya diluar konteks. Kata-kata yang bermuatan budaya diterjemahkan secara harfiah. Terjemahan kata demi kata berguna untuk memahami mekanisme bahasa sumber atau untuk menafsirkan teks yang sulit sebagai proses awal penerjemahan. Pada strategi ini tidak digunakan dalam terjemahan al-Quran Departemen Agama Republik Indonesia.

  (b) Penerjemahan Harfiah

  Terjemahan ini juga disebut terjemahan struktural. Dalam terjemahan ini konstruksi gramatikal bahasa sumber dikonversikan ke dalam padanannya dalam bahasa sasaran, sedangkan kata-kata diterjemahkan di luar konteks. Sebagaimana proses penerjemahan awal terjemah harfiah ini dapat membantu melihat masalah yang perlu diatasi. contoh:

  









  

/ Yā ayyuha n-nabiyyu jāhidi l-kuffāra wa l-munāfiqīna wa gluẓ ʻalaihim wa ma’wāhum

jahannam wa bi’sa l-ma ṣīr /

  Hai nabi, berjihadlah terhadap orang-orang kafir dan munafiq dan keraslah terhadap mereka dan tempat mereka dalam neraka jahanam. itulah tempat kembali yang jahat, (H. Mahmud Yunus: 1984)

  Kata

  jāhidi merupakan kata perintah dari Allah kepada nabi Muhammad SAW. Kata

  tersebut diterjemahan secara harfiyah, ini dibuktikan dengan adanya proses pengambilan padanan secara langsung dari kamus oleh penerjemah tanpa dan memperhatikan konteks kata, dan juga diberikannya padanan dari bahasa sumber kepada bahasa sasaran berupa bentuk translitrasi saja.

  (c) Penerjemahan Setia

  Terjemahan ini mencoba menghasilkan kembali makna kontekstual walaupun masih terikat oleh struktur gramatikal bahasa sumber. Ia berpengang teguh pada tujuan dan maksud bahasa sumber sehingga terkesan kaku. Terjemahan ini bermanfaat sebagai proses awal tahap pengalihan.

  Contoh:

  









  

/ Yā ayyuha n-nabiyyu jāhidi l-kuffāra wa l-munāfiqīna wa gluẓ ʻalaihim wa ma’w āhum

jahannam wa bi’sa l-ma ṣīr /

  Wahai nabi, perangilah oleh mu orang-orang kafir dan orang-orang munafiq dan bersifat kasarlah engkau atas mereka. dan tempat mereka adalah neraka jahanam. dan itulah sejelek- jelek tempat kembali.

  Seperti apa yang menjadi tujuan strategi penerjemahan setia, bahwa starategi ini berusaha mengeluarkan makna yang dimaksudkan kata tersebut. Kata

  jāhididalam ayat ini

  diterjemahkan perangilah oleh mu, terjemahannya terkesan kaku, namun sudah dapat mewakilimakna yang terkandung dalam kata tersebut.

  (d) Penerjemahan Semantis

  Terjemahan semantis berbeda dengan terjemahan setia. Terjemahan semantis lebih memperhitungkan unsur estetika teks bahasa sumber, dan kreatif dalam batas kewajaran. Selain itu terjemahan setia sifatnya masih terkait dengan bahasa sumber, sedangkan penerjemahan semantis lebih fleksibel. seperti pada (Q.S At-tahrim: 9)

  









  

/ Yā ayyuha n-nabiyyu jāhidi l-kuffāra wa l-munāfiqīna wa gluẓ ʻalaihim wa ma’wāhum

jahannam wa bi’sa l-ma ṣīr /

  Hai Nabi, perangilah orang-orang kafir dan orang-orang munafik dan bersikap keraslah terhadap mereka. tempat mereka adalah Jahannam dan itu adalah seburuk-buruk tempat kembali.

  Strategi penerjemahan ini dapat dikatakan penerjemahan semantis, karena kata padanan yang diberikan telah sesuai dengan konteks kalimat dan tetap mengikut struktur bahasa sumber.

  (2) Penerjemahan yang Berorientasi Pada Bahasa Sasaran:

  (a) Penerjemahan Adaptasi

  Terjemahan inilah yang dianggap paling bebas dan paling dekat kepada bahasa sasaran, terutama untuk jenis terjemahan drama dan puisi, tema, karakter dan alur biasanya dipertahankan. Dalam karangan ilmiah logikanya diutamakan, sedangkan contoh dikurangi atau ditiadakan. Maka dari itu, seperti yang dijelaskan di atas bahwa bentuk penerjemahan yang ini merupakan penerjemahan yang banyak digunakan hanya untuk nas-nas yang sifatnya kurang formal. Al-Qur’an adalah nas agama pedoman bagi seluruh manusia terutama umat Islam yang di dalamnya berisikan aturan-aturan, baik perintah maupun larangan tentunya kurang tepat digunakan dalam menerjemahkan al-Quran. Ternyata dalam al-Qur’an dan

  tejemahnya oleh Depag RI. peneliti belum menemukan contoh terjemahan sejenis ini.

  (b) Penerjemahan Bebas

  Penerjemahan mereproduksi masalah yang dikemukakan dalam bahasa sumber tanpa menggunakan cara tertentu. Isi bahasa sumber ditampilkan dalam bentuk bahasa penerima yang benar-benar berbeda. Metode ini bersifat parafrastik, yaitu mengungkapkan amanat yang terkandung dalam bahasa sumber diungkapkan dengan ungkapan penerjemah sendiri di dalam bahasa penerima sehingga terjemahan bisa menajadi lebih panjang daripada aslinya.

  

Terjemahan jenis ini juga tidak ada ditemukan oleh peneliti. Dalam menerjemahkan nas

  agama seperti al-Qur’an tidaklah sembarangan, oleh karena itu dalam mengambil maknanya mestilah menyesuaikan terjemahan dengan konteks keadaan suatu kata atau kalimat.

  (c) Penerjemahan Idiomatik

  Penerjemahan dilakukan dengan mereproduksi pesan bahasa sumber, tetapi cenderung mengubah nuansa makna karena penerjemah menyajikan kolokasi dan idiom-idiom yang tidak terdapat dalam nas sumber. Dalam al-Quran terjemah kata jihad tidak ada ditemukan dalam terjamahannya yang menggunakan metode ini.

  (d) Penerjemahan Komunikatif

  Terjemahan ini hampir serupa dengan terjemahan tafsiriyah, yang berusaha menyampaikan makna kontekstual dari bahasa sumber sedemikian rupa, sehingga isi dan bahasanya berterima dan dapat dipahami oleh dunia pembaca bahasa sasaran. Terjemahan ini biasanya dianggap terjemahan yang ideal.

  Contoh: QS: at-Tahrim: 9

  









  

/ Yā ayyuha n-nabiyyu jāhidi l-kuffāra wa l-munāfiqīna wa gluẓ ʻalaihim wa ma’wāhum

jahannam wa bi’sa l-ma ṣīr /

  Wahai nabi, berjuanglahmelawan orang-orang kafir yang melanggar perjanjian damai dengan senjata dan orang-orang munafiq dengan hujah dan ancaman . lakukanlah tindakan keras kepada kaum kafir dan munafiq. Tempat tinggal mereka adalah neraka jahanam, dan itulah seburuk-buruk tempat tinggal, (Muhammad Thalib: 2012).

  Terjemahan ini terkesan lebih panjang dan penerjemah berusaha menyampaikan makna konteks yang ada dalam bahasa sumber.

  Newmark (1981) dalam Husnan Lubis (2008:20) juga menguatkan dan menggariskan dua strategi terjemahan yang dapat digunakan unutk mencapai makna yang tepat, yaitu: terjemahan semantik dan terjemahan komunikatif.

  Firth dan Malinowski sebagaimana yang disebutkan dalam Palmer (1989) mengatakan bahwa dalam menerjemah dipandang perlu memperhatikan konteks keperihalan keadaan. Menurut beliau untuk menginterpretasikan sesuatu maksud atau makna, perlu dilihat dan diperhatian konteks keperihalan keadaan budaya dan aspek praktikal kehidupan seharian. Dengan demikian makna suatu kata ucapan erat kaitannya dengan suatu masalah yang dimaksudkan melalui ucapan tersebut. Dalam hal ini penterjemah semestinya menimbangkan kesan perkataan terhadap kesemua kata dan seluruh teks untuk memastikan penyelewengan makna tidak terjadi, (M. Husnan Lubis, 2008:11)

  Secara etimologi, kata konteks berasal dari kata benda bahasa Inggris yaitu context yang di-Indonesiakan dengan kata ”konteks”. Dalam (Kamus Besar Bahasa Indonesia-

  

Luring : 2008) kata ini setidaknya memiliki dua arti:(1) Bagian suatu uraian atau kalimat yang

  dapat mendukung atau menambah kejelasan makna.(2) Situasi yang ada hubungannya dengan suatu kejadian, sehingga dapat dipahami bahwa kontekstual adalah menarik suatu bagian atau situasi yang ada kaitannya dengan suatu kata/kalimat sehingga dapat menambah dan mendukung makna kata atau kalimat tersebut.

  Kridalaksana, (1984:120) mengatakan makna kontekstual atau situasional ialah hubungan ujaran dan situasi di mana ujaran itu dipakai. Dengan kata lain, makna kontekstual ialah makna suatu kata yang dikaitkan dengan situasi penggunaan bahasa. (M. Rudalf Nababan, 2003:49).

  Dari beberapa teori yang telah dipaparkan di atas, teori strategi penterjemahan yang digariskan Newmark yang telah diringkaskan Syihabudin (2002) dan teori strategi penerjemahan yang paparkan Manna’ al-Qatan (2009) edisi terjemah, akan digunakan dalam penelitian ini yang objeknya untuk kata jihad yang terdapat dapat dalam al-Quran terjemahan Depag RI, karena diyakini teori ini mampu menangani penerjemahan dalam kajian ini.

Dokumen yang terkait

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Remaja 2.1.1 Pengertian Remaja - Analisis Tentang Pernikahan Dini di Kecamatan Kota Pinang Kabupaten Labuhan Batu Selatan Tahun 2015

0 0 16

BAB I PENDAHULUAN I.I Latar belakang - Analisis Tentang Pernikahan Dini di Kecamatan Kota Pinang Kabupaten Labuhan Batu Selatan Tahun 2015

0 0 10

BAB II SERAT OPTIK 2.1 Umum - Analisa Rugi-Rugi Pelengkungan Pada Serat Optik Singel Mode Terhadap Pelemahan Intensitas Cahaya

0 0 28

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Bank Umum - Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Masyarakat Dalam Memilih Bank Syariah Sebagai Sumber Kredit Pemilikan Rumah (KPR): Survei di Kecamatan Medan Tuntungan

0 0 41

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Masyarakat Dalam Memilih Bank Syariah Sebagai Sumber Kredit Pemilikan Rumah (KPR): Survei di Kecamatan Medan Tuntungan

0 0 11

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Transformator - Studi Penggunaan Sistem Pendingin Udara Tekan Untuk Meningkatkan Efisiensi Transformator (Aplikasi pada PLTU Labuhan Angin, Sibolga)

0 0 30

STUDI PENGGUNAAN SISTEM PENDINGIN UDARA TEKAN UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI TRANSFORMATOR PADA BEBAN LEBIH (APLIKASI PADA PLTU LABUHAN ANGIN, SIBOLGA) Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S-1) pada Departemen Teknik Elektro

0 1 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan 2.1.1 Definisi Pengetahuan - Pengaruh media poster dan media leaflet terhadap pengetahuan dan sikap siswa di SMA Negeri 2 Rantau Selatan Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2015

0 0 31

BAB I PENDAHULUAN 1.1 - Pengaruh media poster dan media leaflet terhadap pengetahuan dan sikap siswa di SMA Negeri 2 Rantau Selatan Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2015

0 2 7

BAB II PROFIL PERUSAHAAN A. Sejarah Singkat Perusahaan - Analisis Alokasi Anggaran Biaya Operasional Pada PT TASPEN (Persero) KCU Medan

0 0 17