BAB I PENDAHULUAN - Makalah Sosiolinguistik Register Adat Tingkeban

BAB I PENDAHULUAN

  1.1. Latar Belakang

  Bahasa memiliki peran penting dalam kehidupan manusia. Keberagaman bahasa yang ada pada masyarakat pada suatu tempat mempunyai banyak variasi sehingga antara tempat satu dengan tempat yang lain memiliki keberagaman yang berbeda-beda. Terjadinya keberagaman atau variasi bahasa ini bukan saja disebabkan oleh penuturnya yang tidak homogen, tetapi karena juga kegiatan interaksi sosial yang mereka lakukan begitu beragam ( Chaer dan Agustina : 1990 : 5 ).

  Penggunaan bahasa dalam upacara adat tingkepan di Desa Banjaragung merupakan salah satu dari beberapa variasi bahasa yang ada dalam masyarakat yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu peneliti menganalisis dari penggunaan register dalam upacara ini, karena menurut asumsi peneliti bahasa yang digunakan oleh pemimpin upacara ini memiliki gaya dan tingkat keformalan yang berbeda dalam penggunaan bahasa yang berbentuk bahasa jawa ini.

  1.2. Masalah

  Dalam penggunaan register bahasa jawa dalam upacara adat tingkepan ini bersifat formal dan mempunyai nilai penuturan yang lugas dan bahasa yang digunakan juga terdapat istilah-istilah yang kadang sulit dipahami oleh masyarakat Desa Banjaragung sendiri yang notabenya sudah berkehidupan modern yang jarang dan hampir tidak pernah berkomunikasi dengan bahasa yang di gunakan dalam upacara adat ini. Bagi pemimpin upacara ( ki dukun ) dan orang-orang tertentu saja yang notabenya masih seangkatan usia, dan juga dukun-dukun yang ada di Wilayah Kecamatan Bareng, begitu mudah dalam menggunakan registerter ini. Tetapi masyarakat luar sulit untuk langsung bisa menangkap makna bahasa yang digunakan dalam upacara itu. Oleh karena itu sesuai dengan latar belakang dari penelitian ini, penulis merumuskan permasalahan :

  1. Bagaimanakah bentuk register dalam upacara adat tingkepan di Desa Banjaragung kecamatan Bareng ?.

BAB II LANDASAN TEORI

2.1. Pengertian Bahasa

  Bahasa memang bukan sesuatu yang langka untuk didengar. Namun, bukan berarti semua orang memahami tentang pengertian bahasa tersebut. Umumnya orang mengetahui bahwa bahasa adalah salah satu alat komunikasi yang digunakan oleh manusia untuk melakukan kegiatan hidup sehari-hari. Namun, untuk lebih jelasnya disampaikan beberapa pendapat tentang pengertian bahasa.

  Chaer (2004:1) berpendapat bahwa bahasa adalah alat komunikasi dan alat interaksi yang hanya dimiliki oleh manusia. Maksud dari pendapat tersebut pada dasarnya menyatakan bahwa bahasa adalah alat komunikasi yang hanya dimiliki mahluk hidup yang disebut manusia. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa mahluk hidup yang lain tidak memiliki bahasa sebagai alat komunikasinya.

  Sumarsono (2007:18) berpendapat bahwa bahasa adalah sistem lambang berupa bunyi yang bersifat sewenang-wenang (arbitrer) yang dipakai oleh anggota-anggota masyarakat untuk saling berhubungan dan berinteraksi. Pada hakikatnya pendapat yang disampaikan oleh Sumarsono tidak jauh berbeda dengan pendapat sebelumnya, hanya saja pendapat yang disampaikan oleh Sumarsono lebih menekankan bahwa bahasa merupakan alat untuk melakukan hubungan antara manusia satu dengan yang lain.

  Aslinda (2007:1) mengatakan bahwa bahasa adalah sistem lambang bunyi mengidentiflkasikan diri. Berdasarkari beberapa pendapat yang telah dikemukakan tersebut dapat diambil sebuah kcsimpulan tentang penegcrtian bahasa. Bahasa adalah alat komunikasi dan alat interaksi yang hanya dimiliki oleh manusia, yang berwujucl lambang bunyi, yang digunakan oleh masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentiflkasikan diri.

2.2. Fungsi Bahasa

  Fungsi bahasa secara tradisional dapat dikatakan scbagai alat komunikasi verbal yang digunakan oleh masyarakat untuk berkomunikasi. Akan tetapi, fungsi bahasa tidak hanya semata-mata sebagai alat komunikasi. Bagi Sosiolinguistik konsep bahasa adalah alat yang fungsinya menyampaikan pikiran saja dianggap terlalu sempit.

  Chaer (2004:15) berpendapat bahwa fungsi yang menjadi persoalan Sosiolingustik adalah dari segi penutur, pendengar, topik, kode, dan amanat pembicaraan. Maksud dari pernyataan tersebut pada intinya bahwa fungsi bahasa akan berbeda apabila ditinjau dari sudut pandang yang berbeda sebagaimana yang telah disebutkan di atas. Adapun penjelasan tentang fungsi-fungsi bahasa tersebut adalah sebagai berikut:

  1. Segi Penutur Dilihat dari segi penutur maka bahasa itu berfungsi personal atau pribadi.

  Maksudnya, si penutur menyatakan sikap terhadap apa yang dituturkannya, bukan hanya menyatakan sikap lewat bahasa tetapi juga memperlihatkan sikap itu sewaktu menyampaikan tuturannya, baik sedang marah, sedih, ataupun

  2. Segi pendengar Dilihat dari segi pendengar maka bahasa itu berfungsi direktif, yaitu mengatur tingkah laku pendengar. Dalam hal ini, bahasa itu tidak hanya membuat si pendengar melakukan sesuatu, tetapi melakukan hal sesuai dengan keinginan si pembieara.

  3. Segi topik Dilihat dari segi topik maka bahasa itu berfungsi referensial. Dalam hal ini bahasa itu berfungsi sebagai alat untuk membicarakan objek atau peristiwa yang ada di sekeliling penutur atau yang ada dalam budaya pada umumnya.

  4. Segi kode Dilihat dari segi kode maka bahasa itu berfungsi metalingual atau metalinguistik, yaitu bahasa digunakan untuk membicarakan bahasa itu sendiri, seperti pada saat mengajarkan tentang kaidah-kaidah atau aturan-aturan bahasa yang dijelaskan dengan menggunakan bahasa.

  5. Segi amanat Dilihat dari segi amanat yang disampaikan maka bahasa itu berfungsi imaginatif, yakni bahasa itu dapat digunakan untuk menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan (baik sebenarnya maupun khayalan/rekaan). Fungsi imagi ini biasanya berbentuk karya-karya sastra.

  Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan tentang fungsi bahasa. Fungsi bahasa dapat dilihat dari berbagai segi, yaitu segi penutur, segi pendengar, segi topik, segi kode, dan segi amanat.

2.3. Sosiolinguistik

  Sosiolinguistik jika ditinjau dari segi bahasa maka ilmu antardisiplin, yaitu sosiologi dan linguistik yang merupakan dua bidang ilmu yang berkaitan erat.

  Oleh karena itu, untuk memahami tentang Sosiolinguistik, perlu terlebih dahulu disampaikan apa yang dimaksud dengan sosiologi dan linguistik itu. Chaer (2004:2) berpendapat bahwa intinya sosiologi itu adalah kajian yang objektif mengenai manusia di dalam masyarakat, mengenai lembaga-lembaga, dan proses sosial yang ada di dalam masyarakat, sedangkan pengertian linguistik adalah bidang ilmu yang mempelajari bahasa atau bidang ilmu yang mengambil bahasa sebagai objek kajiannya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa Sosiolinguistik adalah bidang ilmu antardisiplin yang mempelajari bahasa dalam kaitannya dengan penggunaan bahasa itu di dalam masyarakat.

  Sumarsono (2007:2) mendefinisikan Sosiolinguistik sebagai linguistik institusional yang berkaitan dengan pertautan bahasa dengan orang-orang yang memakai bahasa itu. Maksud dari penjelasan tersebut pada dasarnya menyatakan bahwa para pcmakai bahasa tenlulah mempunyai perbedaan dari berbagai aspck. seperti jumlah, sikap, adat istiadat, dan budayanya.

  Rafiek (2005:1) mendefinisikan sosiolinguistik sebagai studi bahasa dalam pelaksanaannya itu bermaksud/bertujuan untuk mempelajari bagaimana konvensi-konvensi tcntang relasi penggunaan bahasa untuk aspek-aspek lain tcntang perilaku sosial. Lebih lanjut, Booiji (Rafiek, 2005:2) mendefinisikan sosiolinguistik sebagai cabang linguistik yang mempelajari faktor-faktor sosial

  Wijana (2006:7) berpendapat bahwa sosiolinguistik merupakan cabang linguistik yang memandang atau menempatkan kedudukan bahasa dalam hubungannya dengan pemakai bahasa itu di dalam masyarakat. Pendapat tersebut pada intinya berpegang pada satu kenyalaan bahwa dalam kehidupan bermasyarakat manusia tidak lagi sebagai individu, akan tetapi sebagai masyarakat sosial.

  Berdasarkan penjelasan-penjelasan tersebut, dapat disimpulkan pengertian tentang sosiolinguistik. Sosiolinguistik adalah ilmu yang mempelajari ciri dan berbagai variasi bahasa, serta hubungan di antara para pengguna bahasa dengan fungsi variasi bahasa itu di dalam suatu masyarakat bahasa.

2.4. Register

  Register merupakan variasi bahasa menurut pemakaiannya yang digunakan oleh sekelompok orang atau masyarakat tertentu sesuai dengan profesi dan perhatian yang sama. Disamping itu, bahasa juga merupakan variasi bahasa yang berbeda satu sama lainnya karena kekhasan penggunaannya. Pelaksanaan upacara adat tingkepan di desa Banjaragung oleh penulis dimasukkan dalam sebuah register karena adanya kekhasan penggunaan bahasanya, yaitu bahsa jawa yang masih formal dalam penggunaan bahasa itu dalm pelaksanaan upacara dan kadang si pemimipin ( ki dukun ) menggunakan bahasa yang kadang bahasa inggil dan kadang bahasa jawa perwayangan dan bahasa arab yang diindonesiakan sehingga kadang tidak setiap orang bisa menangkap maksud dari

  Register adalah satu ragam bahasa yang dipergunakan untuk maksud tertentu, sebagai kebalikan dari dialek sosial atau regional (yang bervariasi karena penuturnya). Register ini dapat dibatasi lebih sempit dengan acuan pada pokok ujaran, pada media atau pada tingkat keformalan. (Hartman dan Stork dalam Alwasillah 1993: 53).

  Register menurut Halliday (1994:53) merupakan konsep semantik, yang dapat didefinisikan sebagai suatu susunan makna yang dihubungkan secara khusus dengan susunan situasi tertentu dari medan, pelibat dan sarana. Tetapi karena ungkapan susunan makna,register termasuk juga ungkapan, yaitu ciri leksiko gramatis dan fonologis yang secara khusus menyertai atau menyatakan makna-makna ini.

  Register merupakan ragam bahasa berdasarkan pemakaiannya, yaitu bahasa yang digunakan tergantung pada apa yang sedang dikerjakan dan sifat kegiatannya. Register mencerminkan aspek lain dari tingkat sosial, yaitu proses sosial yang merupakan macam-macam kegiatan sosial yang biasanya melibatkan orang. Register merupakan bentuk makna yang khususnya dihubungkan dengan konteks sosial tertentu.

  Register dibagi menjadi dua bentuk yaitu register selingkung terbatas dan register selingkung terbuka. Register selingkung terbatas maknanya sedikit, sifatnya terbatas jumlah kata dan maknanya terbatas sehingga beritanya terbatas dan tertentu. Ini merupakan register yang tidak memunyai tempat dengan corak makna yang berhubungan dengan register. Register yang digunakan dalam register yang lebih terbuka adalah bahasa tidak resmi atau percakapan spontan.

  Namun, register ini tidak ada situasi maknanya pada tingkat tertentu tidak ditunjukkan secara langsung selalu ada ciri yang dijelaskan (Halliday 1994: 53- 55). Register dipahami sebagai konsep semantik yaitu sebagai susunan makna yang dikaitkan secara khusus dengan susunan situasi tertentu. Konsep situasi menurut Halliday mengacu pada tiga hal, yaitu (1) medan (field), (2) pelibat (tenor) dan (3) sarana (mode). Medan mengacu pada hal yang sedang terjadi atau pada saat tindakan sosial berlangsung, apa sesungguhnya yang sedang disibukkan oleh para pelibat (bahasa termasuk sebagai unsur pokok tertentu). Pelibat menunjuk pada orang yang turut mengambil bagian, sifat para pelibat, kedudukan dan peranan mereka. Sarana menunjuk pada peranan yang diambil bahasa dalam situasi tertentu, seperti bersifat membujuk, menjelaskan, mendidik dan sebagainya. Lebih lanjut dijelaskan bahwa kebanyakan para sosiolinguis menjelaskan konsep register secara lebih sempit, yakni hanya mengacu pada pemakaian kosakata khusus yang berkaitan dengan kelompok pekerja yang berbeda. Dengan bahwa variasi bahasa akan berkaitan dengan fungsi pemakaiannya, dalam arti setiap bahasa yang digunakan untuk keperluan tertentu disebut fungsiolek, ragam atau register .

  Ferguson (dalam Purnanto 2002:21) berpendapat mengenai register, Yaitu situasi komunikasi yang terjadi berulang secara teratur dalam suatu masyarakat (yang berkenaan dengan partisipan, tempat, fungsi-fungsi komunikatif, dan seterusnya) sepanjang waktu cenderung akan berkembang menandai struktur bahasa dan pemakaian bahasa yang berbeda dari pemakaian bahasa pada situasi- situasi komunikasi lainnya. Dijelaskan oleh Ferguson bahwa orang yang terlibat dalam situasi komunikasi secara langsung cenderung mengembangkan kosa kata, ciri-ciri intonasi yang sama, dan potongan-potongan ciri-ciri kalimat dan fonologi yang mereka gunakan dalam situasi itu. Lebih lanjut dikatakannya bahwa ciri-ciri register yang demikian itu akan memudahkan komunikasi yang cepat, sementara ciri yang lain dapat membina perasaan yang erat.

BAB III PEMBAHASAN

3.1. Bentuk Register Dalam Upacara Adat Tingkepan Di Desa Banjaragung

  Dalam register dalam analisis ini berbahasa jawa ada beberapa istilah yang masih jarang dimengerti oleh orang, dan data dibawah ini merupakan hasil teranskripsi dari beberapa ujaran yang dilakukan ketika pelaksanaan upacara adat tingkepan di Desa banjaragung Kecamatan Bareng.

  1. Register bahasa Arab

  a. Ki dukun : ” Tedanan kabeh ngelujengi kang kamil enggeh puniko : Kamil kang kaping sepisan sirollah , kamil kaping pindu dhatullah, kamil kaping tigo sipatullah, kamil kaping papat wujutullah.” Artinya ” semua makanan ditujukan kepada yang hamil yaitu : hamil bulan pertama bayi yang dikandung masih dalam rahasia Allah, hamil bulan kedua berupa dituapkan ruh Allah, hamil pada bulan ke tiga diberikan ruh Allah, hamil yang ke empat wujud Allah atau sudah sempurna.”

  b. Ki dukun ketika berdoa akhir dari sebuah acara ” Alohumma solli ala muhammad allohumma sulur pandan waringin pinulake ponjoboyo tuntunan dino pasar limo pitung boyo pitung peristiwo oleh berkate poro nabi oleh berkate poro wali oleh berkati poro sohabat bumi andut sarekat malaikat andum zakat allohumma sangkurat birrizki birokatan koblal maut bakdal maut birokatan sikoratil maut mina datan minannari wakfuandal kitab birahmatikayaarharohimin. Alpatikah” .

  Dalam data ini ki dukun mensyadur antara bahasa jawa denganbahasa arab didalam do’a.

  2. Register bahasa jawa.

  a) Bubur abrit chaos dahar cikal bakal desa banjaragung jaler kang mewah astri, sepuh kang mewah anem, enggeh semonten ugi di pun asum dahar bantuwo kawilujengan asalipun kamil kang kaping sepindah , diwilujenggi dinten puniko selameto sak ngejengipun lan sak wingkingepun .” Dalam data diatas terdapat keberagaman bahasa jawa kromo ingggil dan dan kawi. Contoh : kromo inggil : bubur abrit chaos dahar ” bubur merah dibuat makan ” Jawa ngoko : cikal bakal ” calon ”

  b) Bubur menir kaaturan dahar nini amung kaki amung selameto kang di emong lan selameto kang momong. Selameto srinten sedalune sampun wonten coba rencanane ngejeng lan wingkingepun. Kaaturan maleh Dere’epun kang tebih tamto wangenan lan celek tamto senggolan, tunggal pertapan sanes panggenan dumateng kakang bondo adi roso kakang kawah adi ari-ari, botok bolu pedang tamsir tali wungkus, semunten ugi diasum dahar, bantuwo kawilujengan olehe mandut saking kepastiani gusti Allah kang sampun wonten coba ing ngajeng lan wingkingepun.

  Dalam data diatas ada variasi bahasa ngoko, jawa kromo inggil dan jawa kawi Contoh ; jawa ngoko : selameto kang diemong lan selameto kang momong Kromo inggil : kaaturaken maleh dere’epun kang tebih tamto wangenan kang celek tamto senggolan.

  Jawa kawi : nini among kaki among.

  c) Setunggal wanci bubur sengkolo niat kajatipun ngruwat sengkolo kang sampun dumawah lan kang dereng dumawah, kang sampun dumawah ngandapo dateng siti klawan tuyo lan kang dereng dumawah wangsulo mareng kayanganipun temurun sak mergo eno kang mangsulono sawepibi gusti allah kang wonten cubo rencana ngajeng lan burinenipun . lan cengkal blahi dohno rejeki idekno.

  d) Sekol golong dipun asum dahar dek sunan kali jogo, sunan giri, sunan ngampel kali luko jaya, semonten iki dipun asum dahar jaga rumosoho asalipun mandut saking gusti allah kang wonten cubo rencana ngajeng wingkingepun.

  e) Sekul tumpeng dipun asum dahar dereipun seng lahir sareng sak uwat kang manggen wonten kiblat sekawan gangsal kang limo jumeneng seng mertopo ing jerune siti lan sak jawine siti seng mertopo jeruni tuyo lan kang mertopo ing jerune guwo garbo gangsal sekabat enem dermo amolati pitu sekabat dermo rasa. Geh semonten ugi dipun asum dahar bantuwo kawilujengan asal mandut saking gusti allah sampun wonten f) Setunggal rujak legi, kluntung waluh, ketepeng reges, projot, pasung, kupat lepet semanten ugi di chaosi dahar kanjeng nabi muhammad sak guwo sak putro sekabat sedoyo semanten ugi dipun aturi bantu kawilujengan asalipun mandut saking gusti Allah kang wonteng coba rencana wonten ngajeng lan wingkingipun.

  g) Takir plontang nek ngalihiraken sampun plongko sageto nek ngelahirake isteri manunggal tiyang sempah isteri nek ngalihirake jaler manunggal tiyang sepahipun jaler. Semoten ugi dipun asum dahar bentu kawilujengan mandut kepastiane Allah sakeng allah sampun wonten coba rencanangajeng wingkingepun. Nek Manuane jaler arjuno nek istri manuani sembrodo. Geh semonten ugidipun asum dahar bantuwo kawilujengan aslaipun mandut saking kepastiayani alalh sakang gusti allha wonten cobarencana ngajeng wingkingepun.

  h) Rujak legi dipun asum dahar roso sejati sejatine roso nini sejati dukun sejati semanten ugi dipun asum dahar bantuwo kawilujengan olehe mandut kepastiane allah saking allahsampun wonten coba rencana wonten ngajeng lan wingkingipun. i) Jenang blowok jenang ombak nek ngelahirake procot dipun gombak kaleh dukun sejati nini sejati sejatine rasa semanten ugui dipun asum dahar bantuwo kawilujengan olehe mandut sakeng gusti allah kepastiane allah saking wonten coba rencanane. j) Dipun sukani dom bundel lan cengker kepikiran cek mboten bundel lan

  Sedanten tedannan dijamak dadi setunggal sagunge poro wali poro nabi poro mukmin auliya sembodo sedoyo dipun santuni dinten pitu gangsal pekenan sak naptuninipun kepanggeh wekasan somo wilujeng selamet. k) Doa .alohumma solli ala muhammad allohumma sulur pandan waringin pinulake ponjoboyo tuntunan dino pasar limo pitung boyo pitung peristiwo oleh berkate poro nabi oleh berkate poro wali oleh berkati poro sohabat bumi andut sarekat malaikat andum zakat allohumma sangkurat aluhumma ajmain allohumma salaman biddin birokatan bilmi bikatan birrizki birokatan koblal maut birokatan bakdal maut birokatan sikoratil maut minadatan minannari wakfuandal kitab birahmatikayaarharohimin. Alpatikah. Dalam semua data yang saya sajikan mengandung kata dan kalimat yang berbentuk jawa ngoko, jawa madya dan jawa kromo inggil serta jawa kawi.

  Sehingga dalam penuturan dalam berubah-ubah variasi bahasa itu menimbulkan sulit untukdipahami dan penelitian ini semoga memberikan sumbangan kekayaan bahasa yang ada dimsyarakat.

  Dalam semua data dalam bentuk jawa ini begitu formal dan mengandung sugesti tertentu bagi pendengar dalam upacara itu.

  Dalam transkripsi diatas saya terjemahkan maksud dan tujuan dari istilah- istilah makanan yang ada dalam upacara itu. Sebagai berikut :

1. Jenang Abang ( bubur merah ) warnanya merah ditujukan ke danyang siti

  sepuh( yang menjaga bumi ) pada suatu tempat. Ini melambangkan bahwa

  Kehidupan itu di awali dengan warna merah dan orang yang memanggil bayi itu biasanya dengan panggilan “ abang “ ( merah ).

  

2. Jenang Menir ( bubur menir ) warna bubur ini adalah putih tanpa di campuri

  apa-apa dengan tujuan jika nanti bayi itu lahir dimulai dengan kehidupan yang suci putih bersih dan bubur ini ditujukan kepada danyang kaki among , nini among,( ada empat saudara yang menjaga si jabang bayi ketika bayi itu lahir yaitu aluwamah ( lauwamah ), amarah, matmuinah( mutmainah ),dan supiyah ( sufiyah ).

  

3. Jenang Sengkolo, bubur ini warnanya merah yang diatasnya dikasih warna

  putih kemudian di kasih warna merah lagi. Bubur ini melambangkan supaya terhindar dari mara bahaya baik yang sudah diturunkan ke bumi maupun yang belum diturunkan ke bumi.

  

4. Sego Golong( nasi golong ), yaitu nasi yang di bentuk bulat-bulat seperti

  bola yang dibuat dengan jumlah empat yang di tujukan kepada para wali empat yaitu sunan kali jogo, sunan giri, sunan ampel dan sunan kali luko joyo. Nasi ini agar mendapat berkah para wali itu dan rezekinya itu berlimpah ruah atau dalam bahasa jawa “ rezekine gemolong”.

  

5. Tumpeng, yaitu nasi tumpeng dujukan kepada dere’e kang lahir kang sak

uwat. Kang manjeng ing jeru gua garbo. Dulur papat kang manggun ing jeruni siti kang jawine siti. Kang ono jeruni banyu kang ono jerune banyu lan kang onoi jawine banyu.( saudara yang bersamaan lahir dengan satu

  tekanan dari rahim sang ibu, yang berada didalamnya tanah dan dilaur tanah

  

6. sekul gureh ( Nasi Gureh ) nasi ini memasaknya dengan dikasih santan dan

daun pandan biar rasanya gurih, nasi ini di tujukan kepada Dewi Fatimah.

  

7. sekul kabuli ( Nasi Kabuli ), nasi ini warnanya kuning nasi ini dimaksudkan

supaya semua hajat kebutuhan si jabang bayi dan keluarganya di penuhi.

  

8. Takir plontang, takir ini terbuat dari janur ( daun kelapa yang masih muda )

  dalam takir ini dimaksudkan agar nanti kalau anak yang lahir itu sesuai dengan jenisnya tidak berpenyakit belang dan jika laki-laki anak itu mirip dengan ayahnya dan jika perempuan mirip dengan ibunya. Dan juga diibaratkan jika laki-laki supaya seperti arjuna dan jika permpuan supaya seperti dewi sembrodo.

  

9. Jarum dan Benang, jarum dan benang ini di tusukkan ke takir plontang agar

  anak nanti jika lahir mempunyai pikiran yang tajam dan mempunyai nalar yang bagus dan tidak bundeli ( jawa) maksudnya tidak gampang putus asa.

  

10. Polo Pendem yaitu semua makanan yang ada di dalam tanah yang

  dikumpulkan jadi satu yang sudah dimasak dan disuguhkan dalam upacara itu. Polo pendem ini ditujukan ke danyang semurupe bumi ( yang menguasai dalamnya bumi ).

  

11. Cengker, yaitu dua kelapa muda gading yang diambil oleh sang suami,

  ketika mengambil itu tidak boleh jatuh, mengambilnya dengan cara di gendong, supaya kandungan sang istri tidak keguguran. Dan cenker ini di pecah bersamaan dengan mandinya sang istri, dikatakan cengker karena dalam bahasa jawa itu “ kencenge piker” artinya sang suami ketika membelah perempuan, jika memang membelahnya itu persis ditengah-tengah maka biasanya anaknya itu lahir perempuan dan jiak membelahnya itu tidak persis ditengah-tengah biasanya anaknya itu lahir laki-laki.

  

12. Arang-Arang Kambang, yaitu makanan yang terbuat dari nasi kering

  kemudian digoreng dicampur dengan gulali gula, makanan ini ditujukan kepada ( nini begendong kiler kang jogo sak lebeti tuyo, kaki begendong

  ilyas kang jogo sak jabane tuyo, kaki cemani nini cemani kang jagi ing gegodongan ing jagat raya dipun aturake dahar ) artinya nini begendong

  kiler yang menjaga dalamnya air dan kaki begendong ilyas yang menjaga luarnya air dan kaki cemani nini cemani yang menjaga dedaunan dalam dunia ini untuk disilahkan makan. Yang tujuannya agar mereka semua tidak mengganggu sijabang bayi.

  

13. Procot ,terbuat dari tepung yang didalamnya dikasih gula merah dan

  dibentuk segitiga lancip, yang ditujukan kepada danyang nini pewengkang sari, yang dengan tujuan agar nanti bayi lahir dengan mudah.

  

14. Jajan Pasar, ( makanan ringan ) yang dibeli dari pasar yang ditujukan

  kepada danyang kaki sriwet, nini sriwet, kaki klenguk, nini kelenguk agar mereka tidak mengganggu.

  

15. Jenang Blowok yaitu bubur yang ketika membuatnya itu piring di letakkan

  dibawah tempat tidur yang berlubang yang terbuat dari bambu dan bubur ini ditujukan kepada nabi Muhammad dan keluarga serta sahabatnya agar mendo’akan sijabang bayi dan keluarganya agar menjadi anak yang sholeh

BAB IV PENUTUP

  4.1. Simpulan

  Dalam upacara adat tingkepan yang ada di Desa Banjaragung merupakan kegiatan upacara yang berbentuk formal yang memakai bahasa jawa yang bervariasi baik jawa kromo ngoko, kromo madya dan kromo inggil serta jawa kawi.

  Dalam bahasa itu juga terdapat juga jawa dan bahasa arab.

  4.2. Saran

  Dalam penelitian ini masih banyak sekali kelemahan dan kekurangan sehingga penulis kepada berharap kepada semua pihak untuk memberikan saran dan kritikannya demi kesempurnaan penelitian ini.

  

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan. 2000. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

  Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta. Chaer Abdul dan Leoni Agustina. 1995. Sosiolinguistik: Suatu Pengantar. Jakarta: Rineka Cipta.