BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Market Capitalization - Pengaruh Working Capital Turnover, Economic Value Added, dan Market Value Added Terhadap Market Capitalization Pada BUMN Yang Terdaftar Di BEI Periode 2009-2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teoritis

2.1.1 Market Capitalization

  Yasmin dan Yusuf (2008) menyebutkan bahwa Market (biasa disebut sebagai Market Cap) adalah sebuah

  Capitalization

  pengukuran terhadap ukuran perusahaan. Market Cap mengacu pada nilai perusahaan yang didapat dari jumlah saham yang beredar (outstanding

  stock) dikali dengan harga saham saat ini (current stock price). Secara

  singkat, Market Cap dapat diartikan sebagai harga yang harus dibayar seseorang untuk menjadi pemilik saham terbesar dari suatu perusahaan.

  Ukuran perusahaan merupakan penentu dasar (basic determinant) dari alokasi asset (asset allocation) dan risk-return parameter untuk saham dan reksa dana saham. Istilah Market Cap berbeda dengan “Kapitalisasi (Capitalization)”, yang merupakan istilah laporan keuangan yang mengacu pada jumlah ekuitas pemegang saham perusahaan ditambah hutang jangka panjang.

  Market Cap dapat dibagi ke dalam beberapa kategori. Yasmin dan Yusuf (2008) menyebutkan bahwa tidak ada definisi universal dari pembagian Market Cap, namun, di Amerika Serikat Market Cap perusahaan dibagi ke dalam kategori-kategori berikut ini :

  1. Mega Cap Merupakan perusahaan-perusahaan yang memiliki market cap senilai $ 200 Milliar atau lebih

  2. Big/Large Cap Merupakan perusahaan-perusahaan yang memiliki market cap yang bernilai antara $10 - $200 Milliar

  3. Mid Cap Merupakan perusahaan-perusahaan yang memiliki market cap yang bernilai antara $2 - $10 Milliar

  4. Small Cap Merupakan perusahaan-perusahaan yang memilki market cap yang bernilai antara $300 Juta - $2 Milliar

  5. Micro Cap Merupakan perusahaan-perusahaan yang memiliki market cap yang bernilai antara $50 - $300 Juta

  6. Nano Cap Merupakan perusahaan-perusahaan yang memiliki market cap senilai kurang dari $50 Juta

  Pembagian Market Cap di Indonesia sendiri tidak sebanyak seperti di Amerika. Menurut Yocelyn dan Christiawan (2013), klasifikasi kapitalisasi pasar di Indonesia dibagi menjadi :

  1. Saham Unggulan atau Papan Atas (Blue Chip – big cap) Saham yang termasuk kategori ini adalah saham berkapitalisasi pasar diatas Rp. 40 triliun.

  2. Saham Lapis Kedua (Second Layer – medium cap) Kapitalisasi pasar perusahaan-perusahaan ini antara Rp. 1 triliun sampai Rp. 40 triliun.

  3. Saham Lapis Ketiga (Third Layer – small cap) Saham-saham jenis ini memiliki likuiditas dan kapitalisasi pasar yang amat kecil, yaitu dibawah Rp. 1 triliun.

  Little (2014) menjelaskan bahwa pasar saham dan para investor memperlakukan perusahaan secara berbeda, tergantung kepada ukuran perusahaan tersebut.Market Cap digunakan sebagai sarana yang paling mudah untuk membandingkan antara satu perusahaan dengan perusahaan lain. Lebih lanjut, Little (2014) juga menjelaskan bahwa Market Cap merupakan sebuah konsep yang mudah untuk dipahami. Market Cap merupakan jawaban dari pertanyaan : Berapa yang harus kita bayar untuk membeli semua outstanding shares dari suatu perusahaan. Pentingnya

  

Market Cap ini dalam pengambilan keputusan oleh investor dapat terlihat

  pada tren investasi yang popular beberapa dekade belakangan ini.Dalam berinvestasi, para investor cenderung menilai perusahaan berdasarkan ukuran nya.Beberapa investor membatasi pilihan mereka hanya pada perusahaan-perusahaan dengan ukuran tertentu saja, bahkan tidak sedikit investor yang menggunakan Market Cap sebagai kriteria utama dalam berinvestasi. Tidak sedikit pula investor yang memilih untuk menyebarkan uangnya ke dalam berbagai perusahaan dengan Market

  Cap yang beragam (Yasmin dan Yusuf, 2008)

  Yasmin dan Yusuf (2008) menyebutkan bahwa untuk menghitung digunakan rumus berikut :

  Market Cap,

  × Current Market Price

  Market Cap = Company's Shares Outstanding

2.1.2 Working Capital Turnover

2.1.2.1 Pengertian Modal kerja

  Supadmini dan Darmawati (2008) menyatakan bahwa terdapat beberapa definisi modal kerja yang lazim digunakan, yaitu: 1.

  Modal kerja adalah kelebihan aktiva lancar terhadap utang lancar. Kelebihan ini disebut modal kerja bersih (Net

  Working Capital) . Kelebihan ini merupakan jumlah aktiva

  lancar yang berasal dari utang jangka panjang dan modal sendiri. Definisi ini bersifat kualitatif, karena menunjukkan kemungkinan tersedianya aktiva lancar yang lebih besar daripada utang jangka pendek dan menunjukkan tingkat keamanan bagi kreditur jangka pendek serta menjamin kelangsungan usaha dimasa mendatang.

2. Modal kerja adalah jumlah aktiva lancar. Jumlah ini merupakan modal kerja bruto (gross working capital).

  Definisi ini bersifat kuantitatif karena menunjukkan jumlah dana yang digunakan untuk maksud-maksud operasi jangka pendek. Waktu tersedianya modal kerja akan tergantung pada macam dan tingkat likuiditas dan unsur-unsur aktiva lancar, misalnya kas, surat-surat berharga, piutang, dan persedian.

  3. Modal kerja adalah jumlah dana yang digunakan selama periode akuntansi yang dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan jangka pendek (Current Income) yang sesuai dengan maksud utama didirikannya perusahaan tersebut.

  Definisi ini berdasarkan konsep fungsional, yaitu fungsi dana tersebut dalam menghasilkan pendapatan.

2.1.2.2 Pentingnya Modal Kerja dan Sumber Daya

  Modal kerja sebaiknya tersedia dalam jumlah yang cukup, agar memungkinkan perusahaan untuk beroperasi secara ekonomis dan tidak mengalami kesulitan keuangan, misalnya dapat menutupi kerugian dan mengatasi keadaan krisis atau darurat tanpa membahayakan keadaan keuangan perusahaan.

  Kelebihan modal kerja, khususnya dalam bentuk kas dan surat-surat berharga, tidak menguntungkan, karena hal ini berarti laba tersebut tidak digunakan secara produktif. Dana yang menganggur, pendapatan yang rendah, investasi pada proyek- proyek yang tidak diinginkan, atau fasilitas pabrik dan perlengkapannya yang tidak perlu, semuanya merupakan operasi perusahaan yang tidak efisien (Supadmini dan Darmawati ,2008).

  Menurut Nuzula (2010), Modal kerja menurut jenisnya dapat dibedakan menjadi dua golongan, yakni sebagai berikut :

1. Modal Kerja Permanent (Permanent Working Capital)

  Modal kerja ini harus selalu ada pada perusahaan agar dapat berfungsi dengan baik.

2. Modal Kerja Variabel (Variable Working Capital)

  Modal kerja ini jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan keadaan dalam satu periode. Untuk itu, dikenal dengan istilah modal kerja seasonal dan darurat.

2.1.2.3 Manajemen Modal Kerja (Working Capital

  Management)

  Nuzula (2010) mengatakan bahwa manajemen modal kerja bertujuan untuk mengelola Current Asset dan Current Liabilities sehingga jumlah net working capital yang positif dapat dipertahankan. Semakin besar Current Assetdibandingkan Current

  

Liabilities , maka semakin likuid perusahaan tersebut, karena adalah sumber penerimaan kas, sementara Current

  Current Asset

  adalah sumber pengeluaran kas. Lebih lanjut, Makori

  Liabilities

  dan Jagongo (2013) menjelaskan bahwa working capital management adalah kemampuan untuk mengendalikan current

  

asset dan current liabilities secara efektif dan efisien dalam rangka

  memaksimumkan pengembalian (return) dari aset-asetnya, dan meminimumkan pembayaran kewajibannya.

2.1.2.4 Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turnover)

  Marshady et al (2014) mengatakan bahwa rasio ini menunjukkan banyaknya penjualan (dalam rupiah) yang dapat diperoleh perusahaan untuk tiap rupiah modal kerja yang tersedia. Perputaran modal kerja yang rendah menunjukkan adanya kelebihan modal kerja yang mungkin disebabkan perputaran persediaan dan piutang yang tidak baik, atau adanya saldo kas yang terlalu besar.Secara umum, nilai working capital turnover ratio yang tinggi mengindikasikan bahwa perusahaan mengelola working nya secara efisien.Biarpun nilai rasio yang tinggi lebih

  capital

  diharapkan, namun jika nilainya terlalu tinggi, dapat mengindikasikan bahwa modal kerja mereka tidak dapat mendukung perkembangan penjualan mereka, dan dapat menyebabkan kebangkrutan di kemudian hari (Johnson, 2014).

  Menurut Brigham &Houston (2007), untuk menghitung Working Capital Turnover Ratio digunakan rumus :

  Working Capital Turnover Ratio = Working capital = Current Asset – Current Liabilities

2.1.3 Economic Value Added

  O’Byrne (1996) menyebutkan bahwa Economic Value Added (EVA), yang merupakan Net Operating Profit After Tax (NOPAT) dikurangi dengan biaya untuk seluruh modal yang di investasikan pada kegiatan usaha, memberikan pengukuran kinerja operasi dan valuation yang kita perlukan untuk menghubungkan teori dengan praktek.

  multiples

  Puspitawati (2011) juga menjelaskan bahwa EVA mengukur perbedaan, dalam perspektif keuangan, antara pengembalian atas modal perusahaan dan biaya modal.Metode ini digunakan terutama disebabkan terdapat beberapa kelemahan-kelemahan dan ketidakpastian dalam pengukuran kinerja tradisional, sehingga dikembangkanlah EVA sebagai konsep baru dalam pengukuran kinerja.EVA merupakan suatu perangkat finansial untuk mengukur keuntungan nyata operasi perusahaan (Singgih, 2012).

  EVA berangkat dari konsep biaya modal, yakni resiko yang dihadapi perusahaan dalam melakukan investasinya.Semakin tinggi tingkat resiko investasi, semakin tinggi pula tingkat pengembalian (return) yang dituntut oleh investor. Singgih (2012) menjelaskan bahwa model Return on Investment (ROI) atau Return on Equity (ROE) hanya berhenti pada laba (return) yang diraih, sedangkan EVA mengurangi laba dengan biaya modal, sehingga manajemen perusahaan dituntut untuk mampu memilih investasi dengan tingkat pengembalian yang optimum namun memiliki tingkat resiko minimum. Berdasarkan hal ini, maka dapat diyakini bahwa perusahaan yang memiliki nilai EVA yang tinggi, merupakan perusahaan yang dapat dipercaya oleh investor.

  Lebih lanjut, O’Byrne (1996) menyebutkan bahwa parameter yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya proses penciptaan nilai suatu perusahaan adalah sebagai berikut : 1.

  Jika Economic Value Added (EVA) > 0, yaitu niai Economic

  Value Added

  (EVA) positif, menunjukkan telah terjadi proses nilai tambah pada perusahaan.

  2. Jika Economic Value Added (EVA) = 0, yaitu nilai Economic

  Value Added (EVA) menunjukkan posisi impas atau break event

  point, berarti tidak ada nilai tambah ekonomis, tetapi perusahaan mampu membayarkan semua kewajibannya kepada para penyandang dana atau kreditur.

  3. Jika Economic Value Added (EVA) < 0, yaitu nilai Economic

  Value Added (EVA) negatif, yang menunjukkan tidak terjadi proses nilai tambah pada perusahaan. Menurut Brigham &Houston (2007), untuk menghitung Economic (EVA), diperlukan lima tahapan, yaitu sebagai berikut :

  Value Added 1.

   Menghitung Net Operating Profit After Tax (NOPAT)

  NOPAT adalah laba yang diperoleh dari operasi perusahaan setelah dikurangi pajak penghasilan, tetapi termasuk biaya keuangan (financial cost) dan non cash bookkeeping entries seperti biaya penyusutan (Horne and Wachowicz, 2008)

  = (1 − ) 2.

   Menghitung Invested Capital Invested Capital adalah jumlah ekuitas pemegang saham, seluruh

  hutang jangka pendek dan jangka panjang yang menanggung bunga hutang, dan kewajiban jangka panjang lainnya (Horne and Wachowicz, 2008).

  = & − .

3. Menghitung Biaya Modal Rata-Rata Tertimbang

  WACC adalah jumlah biaya dari setiap komponen modal hutang jangka pendek, hutang jangka panjang, dan ekuitas pemegang saham ditimbang berdasarkan proporsi relatifnya dalam struktur modal perusahaan pada nilai pasar (Horne and Wachowicz, 2008).

  = { × (1 − )} + ( × ) Dengan cara:

  • Menghitung Tingkat Modal dari Hutang (D)

  × 100 % ( ) =

  • Menghitung Biaya Hutang Jangka Pendek (rd)

  × 100% ( ) =

  • Menentukan Tingkat Pajak Penghasilan (T)

  × 100 % ( ) = ℎ

  • Menghitung Tingkat Modal dari Ekuitas (E)

  × 100 % ( ) =

  • Menghitung Biaya Modal (re)

  ℎ ℎ × 100 % ( ) = 4.

   Menghitung Capital Charges Capital Charges adalah aliran kas yang dibutuhkan untuk

  mengganti para investor atas resiko usaha dari modal yang ditanamkan (Horne and Wachowicz, 2008).

  ℎ = ×

5. Menghitung Economic Value Added (EVA)

  adalah laba yang tersisa setelah

  Economic Value Added (EVA)

  dikurangi biaya modal yang diinvestasikan untuk menghasilkan laba tersebut (Horne and Wachowicz, 2008).

  = − ℎ

2.1.4 Market Value Added

  Menurut Winarto (2010), MVA adalah market value (total nilai pasar) semua saham dan hutang perusahaan, yang berarti jumlah yang diperoleh investor jika semua investasinya berupa saham dan obligasi dijual ke pasar finansial dikurangi total modal yang diinvestasikan (berupa ekuitas, laba ditahan, hutang lewat pasar modal dan hutang terhadap bank). Secara singkat, MVA merupakan selisih antara nilai pasar perusahaan saat ini dengan modal kesuluruhan yang diinvestasikan ke dalam perusahaan (termasuk shareholders dan bondholders).O’Byrne (1996) menyebutkan bahwa tujuan utama perusahaan adalah memaksimumkan kesejahteraan pemegang saham, yang dilakukan dengan memaksimumkan MVA. Tujuan ini jelas menguntungkan investor, tetapi juga memastikan bahwa sumber daya yang terbatas telah dialokasikan secara efisien, sehingga menguntungkan perekonomian perusahaan itu sendiri

  Puspitawati (2011) menyatakan bahwa MVA meningkat hanya jika modal yang diinvestasikan mendapatkan tingkat pengembalian lebih besar daripada nilai pasar perusahaan (MVA-Positif), berarti kekayaan telah diciptakan.Sebaliknya, jika nilai pasar perusahaan lebih kecil daripada modal yang diinvestasikan, berarti kekayaan telah dimusnahkan, disebut juga sebagai MVA-Negatif. MVA dapat menjadi sumber referensi yang lebih baik bagi pemegang saham dalam mempertimbangkan apakah perusahaan dapat memberikan profit atau

  loss atas modal yang telah diinvestasikannya (Winarto, 2010).

  Brigham &Houston (2007) mengatakan bahwa MVA diukur dengan mengurangi nilai pasar saat ini dengan modal yang diinvestasikan oleh investor, sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut :

  MVA = Company's market Value - Invested Capital by Investors

  atau

  MVA = Market Value of Equity – Book Value of Equity

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu

  Berikut ini merupakan penelitian-penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya, dengan menggunakan Market Capitalization sebagai variabel dependen. Glezakos (1993) meneliti pengaruh stock return terhadap Market capitalization. Penelitian ini menggunakan data yang diperoleh dari Athens Stock Exchange. Hasil penelitian memberikan kesimpulan bahwa stock return berpengaruh negative terhadap Market Capitalization. Namun, hasil penelitian tersebut hanya menunjukkan hasil yang kuat pada portofolio yang memiliki earnings yield yang tinggi (historical).

  Mahendra (2009) meneliti pengaruh intellectual capital terhadap Penelitian ini menggunakan Capital Employed, Human Market Capitalization.

  

Capital, dan Structural Capital sebagai variabel independen, sedangkan

  untuk variabel dependen digunakan Market Capitalization. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Capital Employed dan Structural Capital berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Market Capitalization, sedangkan Human Capital berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap

  Market Capitalization.

  Lockridge, et al (2009) meneliti hubungan antara Fixed Asset

  

Liquidation Value dengan Market Capitalization.Variabel independen yang

  digunakan dalam penelitian ini adalah Liquidation Value, yang diukur dengan menggunakan Liquidation Value of the firm scaled by firm earnings (LV/E).Variabel dependennya Market Capitalization, yang diukur dengan menggunakan Market value of the firm scaled by firm earnings (MV/E).Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara dengan Market Capitalization.

  Liquidation Value

  Khrawish, et al (2010), meneliti hubungan antara Stock Market

  

Capitalization Rate dengan Interest Rate. Variabel independen dalam

  penelitian ini adalah Interest Rate, yang diukur dengan menggunakan

  

Government Development Stock Rate dan Government Prevailing Interest

  Variabel dependennya adalah Stock Market Capitalization Rate. Hasil Rate. dari penelitian ini menunjukkan bahwa Government Prevailing Interest Rate berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap Stock Market sedangkan Government Development Stock Rate

  Capitalization Rate, berpengaruh secara negatif terhadap Stock Market Capitalization Rate.

  Furi (2011) meneliti pengaruh antara Rasio Profitabilitas, Likuiditas, Price Earning Ratio (PER) Dan Leverage Keuangan Terhadap Kapitalisasi Pasar.Penelitian ini menggunakan perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia sebagai populasinya.Hasil dari penelitian adalah behwa ROA, ROE, NPM, OPM, CR, PER, DTA, dan DER berpengaruh secara signifikan terhadap Kapitalisasi Pasar.

  Rahman (2013) meneliti pengaruh Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), dan Economic Value Added (EVA) terhadap return saham serta kapitalisasi pasar. Populasi penelitian tersebut adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Hasil dari penelitian tersebut menyatakan bahwa ROA, ROE, dan EVA secara simultan dan parsial tidak berpengaruh terhadap return saham perusahaan. Penelitian tersebut juga memberikan hasil berupa ROA, ROE, dan EVA secara simultan berpengaruh terhadap kapitalisasi pasar.

  Secara ringkas, penelitian-penelitian terdahulu yang telah disebut diatas dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut :

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

  

Peneliti Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian

  Glezakos The Market Variabel Dependen : Stock Return (1993) Capitalization Value Maket Capitalization Berpengaruh

  As A Risk Factor in secara negatif

  

Value;

  The Athens Stock Variabel Independen : terhadap Market Exchange Stock Return Capitalization

  Value Mahendra (2009)

  Pengaruh Intellectual Capital terhadap Market Capitalization pada Perusahaan Manufaktur di BEI 2006

  memiliki hubungan yang kuat terhadap

  secara negatif terhadap Stock

  Government Development Stock Rate berpengaruh

  Sedangkan

  Stock Market Capitalization Rate;

  berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap

  Prevailing Interest Rate

  Government Development Stock Rate; Government Prevailing Interest Rate Government

  Variabel Independen :

  Stock Market Capitalization Rate;

  Variabel Dependen :

  (2010) The Relationship Between Stock Market Capitalization Rate and Interest Rate : Evidence from Jordan

  et al

  Khrawish,

  Market Capitalization

  Liquidation Value

  Variabel Dependen : Market Capitalization; Variabel Independen :

  Market Capitalization

  Capital Employed; Human Capital; Structural Capital Capital Employed

  dan Structural

  Capital

  berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap

  Market Capitalization; Human Capital

  berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap

  Lockridge,

  (LV/E)

  et al

  (2009) The Relationship Between Fixed Asset Liquidation Value And Market Capitalization

  Variabel Dependen :

  Market value of the firm scaled by firm

earnings

  (MV/E); Variabel Independen :

  Liquidation Value of the firm scaled by firm

earnings

  Market Capitalization Rate Furi (2011)

  Analisis Pengaruh Rasio Profitabilitas, Likuiditas, Price Earning Ratio (PER) Dan Leverage Keuangan Terhadap Kapitalisasi Pasar Pada Perusahaan Manufaktur Di BEI

  Variabel Dependen : Kapitalisasi Pasar; Variabel Independen :

  Return on Asset ; Return on Equity; Net Profit Margin; Operating Profit Margin; Current Ratio; Price Earning Ratio; Debt to Total Asset; Debt to Equity

  ROA, ROE, NPM, OPM, CR, PER, DTA, dan DER berpengaruh secara signifikan terhadap Kapitalisasi Pasar

  Rahman (2013)

  Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Return Saham dan Kapitalisasi Pasar Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI

  Variabel Dependen : Return Saham; Kapitalisasi Pasar; Variabel Independen : Return on Asset; Return on Equity; Economic Value Added

  ROA, ROE, dan EVA secara simultan dan parsial tidak berpengaruh terhadap return saham; ROA, ROE, dan EVA secara simultan berpengaruh terhadap kapitalisasi pasar perusahaan.

2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis

2.3.1 Kerangka Konseptual

  Kerangka konseptual atau kerangka teoretis adalah suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-faktor yang penting telah diketahui dalam suatu masalah tertentu (Erlina, 2011: 33).Kerangka konseptual menjelaskan secara teoritis hubungan antar variabel yang diteliti. Berdasarkan latar belakang masalah dan tujuan penelitian, maka kerangka konseptual pada penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut : Perputaran Model Kerja (working capital turnover) 1.

  EVA (Economic Value Added)

  Market Capitalization

  (X )

  2

  (Y) MVA (Market Value Added) (X )

  3 Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

  Working Capital (Modal Kerja) merupakan suatu indikator

  efisiensi dan kesehatan keuangan jangka pendek perusahaan.Jika aset lancer suatu perusahaan lebih kecil daripada kewajiban lancarnya, maka perusahaan tersebut dapat mengalami kesulitan dalam memenuhi kewajibannya kepada kreditor.Working capital turnover memberikan gambaran mengenai seberapa efektif perusahaan dalam menggunakan working capital (modal kerja) nya untuk mendapatkan sales (penjualan).Perusahaan menggunakan modal kerja untuk mendanai kegiatan-kegiatan operasional.Kegiatan-kegiatan operasional ini kemudian diolah sedemikan rupa untuk menghasilkan pendapatan bagi perusahaan.Working capital turnover digunakan untuk menunjukkan hubungan/perbandingan antara uang yang digunakan untuk mendanai operasi, dan penjualan yang dihasilkan oleh kegiatan operasi tersebut.Oleh Karena itu, semakin besar nilai working capital turnover, artinya pendapatan perusahaan lebih besar daripada uang yang digunakan untuk menghasilkan pendapatan tersebut.

  (EVA) merupakan suatu metrik kinerja

  Economic Value Added

  (performance metric) dari suatu perusahaan.Performance metric menggambarkan hal-hal yang masih dalam kendali perusahaan. Kelebihan EVA dibandingkan indikator kinerja perusahaan yang lain yaitu EVA menyertakan penciptaan nilai perusahaan pada perhitungannya. Hal ini dicapai dengan cara mengurangi biaya modal dari laba operasi perusahaan. Semakin tinggi nilai EVA, artinya semakin tinggi nilai yang diperoleh investor dari perusahaan tersebut.Namun sebagaimana indikator kinerja lainnya, perubahan EVA per periode lebih penting daripada nilai EVA itu sendiri.

  (MVA) merupakan metrik kekayaan (wealth

  Market Value Added

metric ) dari suatu perusahaan. Wealth Metric menggambarkan hal-hal

  yang tergantung terhadap kondisi pasar modal dan penilaian investor. Jika EVA mengukur kinerja perusahaan dan nilai yang dihasilkannya bagi investor, maka MVA mengukur nilai yang telah dikumpulkan perusahaan seiring berjalannya waktu (accumulated over time). MVA merupakan selisih dari nilai pasar (market value) perusahaan dengan modal yang diinvestasikan oleh investor (invested capital). MVA memberikan gambaran seberapa besar kelebihan harga yang diberikan oleh investor terhadap saham suatu perusahaan. Semakin tinggi nilai MVA, berarti semakin investor yakin bahwa perusahaan tersebut telah dan akan berhasil dalam menjalankan kegiatan usahanya. Sebaliknya semakin kecil nilai MVA, menunjukkan bahwa investor memiliki keraguan mengenai kemampuan perusahaan dalam menjalankan usahanya.

2.3.2 Hipotesis

  Hipotesis adalah proposisi yang dirumuskan dengan maksud untuk diuji secara empiris (Erlina, 2011: 41).Hubungan antara kesehatan perusahaan dengan Market Cap terletak pada kepercayaan investor atas suatu perusahaan.Kesehatan perusahaan yang digambarkan melalui berhubungan erat dengan going concern

  Working Capital Turnover

  perusahaan tersebut. Jika suatu perusahaan dapat menjamin going nya, dapat diyakini bahwa investor pun akan lebih percaya untuk

  concern

  berinvestasi pada perusahaan itu. Semakin banyak yang berinvestasi pada suatu perusahaan, maka semakin besar ukuran perusahaan tersebut, sehingga bisa disimpulkan bahwa kesehatan perusahaan dapat mempengaruhi Market Cap.

  Tingginya kepercayaan investor terhadap kinerja perusahaan, akan menarik investor-investor baru untuk ikut berinvestasi pada perusahaan tersebut. Semakin banyak jumlah investor, maka semakin banyak pula outstanding shares perusahaan tersebut. Sehingga dapat disimpulkan bahwa EVA dapat mempengaruhi outstanding shares.Untuk mendapatkan nilai Market Cap sebagai suatu penilaian ukuran perusahaan, diperlukan jumlah outsanding shares dan market price perusahaan tersebut. Atas dasar inilah dapat dipercaya bahwa EVA yang memberikan pengaruh terhadap outstanding shares juga dapat memberikan pengaruh terhadap Market Cap.

  Jika terjadi MVA-Positif, maka berarti market value perusahaan mengalami kenaikan.Kenaikan market value perusahaan juga berarti kenaikan market price perusahaan tersebut.Sehingga dapat disimpulkan bahwa perusahaan dengan market value yang tinggi, memiliki market yang tinggi pula. Ukuran perusahaan (Market Cap) didapat dengan

  price

  menggunakan outstanding shares dan harga saham. Berdasarkan hal ini, maka dapat diyakini bahwa MVA dapat memberikan pengaruh terhadap

  Market Cap .

  Berdasarkan dengan rumusan masalah dan kerangka penelitian yang telah disebutkan sebelumnya, maka hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

  H : , Economic Value Added, dan

  Working Capital Turnover

Dokumen yang terkait

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Harga kompetitif, kelengkapan barang, dan lokasi terhadap keputusan pembelian di Toko Sepatu Davin Pajak USU Medan

0 0 10

Pengaruh Harga kompetitif, kelengkapan barang, dan lokasi terhadap keputusan pembelian di Toko Sepatu Davin Pajak USU Medan

0 0 10

Kuesioner Pengaruh Analisis Customer Experience Terhadap Minat Beli Ulang

0 2 29

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1. Customer Experience - Pengaruh Customer Experience terhadap Minat Beli Ulang Pelanggan pada XO Suki Sun Plaza Medan

0 0 11

Pengaruh Customer Experience terhadap Minat Beli Ulang Pelanggan pada XO Suki Sun Plaza Medan

0 0 10

Pengaruh Implementasi E-SPT, Implementasi E-Filing, dan Sanksi Administrasi Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Melaporkan SPT Masa PPN di KPP Pratama Medan Kota

0 0 22

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Kepatuhan (Compliance Theory) - Pengaruh Implementasi E-SPT, Implementasi E-Filing, dan Sanksi Administrasi Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Melaporkan SPT Masa PPN di KPP Pratama Medan Kota

0 0 22

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Implementasi E-SPT, Implementasi E-Filing, dan Sanksi Administrasi Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Melaporkan SPT Masa PPN di KPP Pratama Medan Kota

0 1 10

Pengaruh Implementasi E-SPT, Implementasi E-Filing, dan Sanksi Administrasi Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Melaporkan SPT Masa PPN di KPP Pratama Medan Kota

0 0 12

Pengaruh Working Capital Turnover, Economic Value Added, dan Market Value Added Terhadap Market Capitalization Pada BUMN Yang Terdaftar Di BEI Periode 2009-2013

0 0 10