Lembar Isian dan Alat Ukur dalam Observasi Koleksi
Pengantar
Sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) di lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Museum Nasional mempunyai tugas melaksanakan pengkajian, pengumpulan, registrasi, perawatan, pengawetan, pengamanan, penyajian, publikasi, dan fasilitasi di bidang benda bernilai budaya berskala nasional (Permendikbud No. 48 Tahun 2012). Dalam rangka menjalankan fungsi perawatan dan pengawetan benda bernilai budaya berskala nasional, Museum Nasional memiliki Bidang Perawatan dan Pengawetan. Garis besar kegiatan bidang ini adalah:
1. pelaksanaan observasi kondisi benda bernilai budaya berskala nasional; 2. pelaksanaan uji laboratorium benda bernilai budaya berskala nasional; 3. pelaksanaan perawatan benda bernilai budaya berskala nasional; 4. pelaksanaan pengawetan benda bernilai budaya berskala nasional; dan 5. pelaksanaan pemantauan lingkungan mikro benda bernilai budaya berskala nasional.
Sejak diberlakukannya Permendikbud No. 48 Tahun 2012, Seksi Konservasi yang dahulu berada dalam Bidang Konservasi dan Preparasi (di Museum Nasional) telah berkembang menjadi Bidang Perawatan dan Pengawetan, yang memiliki Seksi Perawatan, Seksi Pengawetan dan Seksi Observasi. Seksi Perawatan mempunyai tugas melakukan pembersihan, perbaikan, rekonstruksi, dan restorasi benda bernilai budaya. Seksi Pengawetan mempunyai tugas melakukan penguatan dan pelapisan serta pemantauan lingkungan mikro benda. Sedangkan
Seksi Observasi mempunyai tugas melakukan pendataan, klasifikasi, dan penentuan penanganan serta uji laboratorium benda bernilai budaya.
Pekerjaan konservator pada Seksi Perawatan dan Pengawetan adalah melakukan tindakan yang bersifat kuratif – restoratif (penghentian proses kerusakan dan perbaikannya) dan pengawetan (tindakan yang bersifat preventif
atau penghambatan dari kemungkinan proses kerusakan). Sedangkan Konservator pada Seksi Observasi adalah mengamati benda secara utuh dengan Lembar Pengamatan (Observasi) atau Kondisi untuk mendata informasi yang
berhubungan dengan bahan (mempertimbangkan/ rekonstruksi cara pembuatan/ pembentukan benda), jenis kerusakan (termasuk menganalisisnya dari kemungkinan sifat bahan, kondisi iklim: suhu dan kelembaban udara, cahaya dan polusi, serta kemungkinan kesalahan dalam penanganan).
Tujuan kebijakan Reformasi Birokrasi di Indonesia adalah untuk membangun profil dan perilaku aparatur negara yang memiliki integritas, produktivitas, dan bertanggungjawab serta memiliki kemampuan memberikan
pelayanan yang prima melalui perubahan pola pikir (mind set) dan budaya kerja (culture set) dalam sistem manajemen pemerintahan. Reformasi Birokrasi mencakup delapan area perubahan utama pada instansi
pemerintah di pusat dan daerah, meliputi: organisasi, tata laksana, peraturan perundang-undangan, sumber daya manusia aparatur, pengawasan, akuntabilitas, pelayanan publik, mind set dan culture set aparatur. Perubahan ketatalaksanaan ini diarahkan untuk melakukan penataan tata laksana instansi pemerintah yang efektif dan efisien. Salah satu upaya penataan tata laksana diwujudkan dalam bentuk penyusunan dan implementasi standar Standar Operasional Prosedur - Administrasi Pemerintahan (selanjutnya disebut dengan SOP AP) dalam pelaksanaan tugas dan fungsi aparatur pemerintah.
Kegiatan penyusunan dan implementasi SOP AP memerlukan partisipasi penuh dari seluruh unsur aparatur yang ada di dalam institusi pemerintah. Tuntutan partisipasi penuh dari seluruh unsur institusi ini dilandasi dengan
alasan bahwa pegawailah yang paling tahu kondisi yang ada di tempat kerjanya masing-masing dan yang akan langsung terkena dampak dari perubahan tersebut.
Melalui “Petunjuk Teknis: Lembar Isian dan Alat Ukur dalam Observasi Koleksi” ini, kita diajak untuk mengetahui tahapan pemeliharaan koleksi (Umum, Logam, Tekstil dan Lukisan). Tahapan ini diawali dengan serangkaian proses identifikasi dan klasifikasi bahan baik secara visual atau dengan uji bahan, mengamati dan mempelajari (jenis dan proses) kerusakan, serta menampilkan metode perawatan - pengawetan secara tepat dan
terukur.
LEMBAR KONDISI KOLEKSI
Form. LKKo-Umum/MNI/2015
Kondisi Lokasi Benda :
No. No. Inv.
Nama Benda
Keterangan
Ukuran
Prioritas Tindakan :
A. Segera
B. Sedang
C. Rendah
I. BAHAN :
II. KONDISI SAAT PENGAMATAN : Baik Cukup Rusak Hancur Aktif
A. Fisik
B. Kimiawi
No. Foto: .............................
A. Non Logam
Keramik 05. 8. 4. Lain Plester
Gores
C. Biotis
5. Semen 06. Retak
1. Jamur (Fungi) [ ....... %]
6. 07. Patah
Lain
2. Serangga (Insect) [ ....... %]
08. Hilang
GANIK
3. Ganggang (Algae) [ ....... %]
B. Logam
09. Basah
4. Lumut (Moss) [ ....... %]
1. Emas
10. Kering
5. Lumut-kerak (Lichens) [ ...... %]
3. Timah D. Catatan: ................................................................................................................. 4. Perunggu
5. Tembaga
III. KONDISI IKLIM DAN BENDA SAAT PENGAMATAN :
6. Besi A. Intensitas Cahaya (Lux) = ......... (........) E. Kelembaban Udara (%) = ......... (........) 7. Lain
B. Radiasi UV ( μ W/Lmn) - = ......... (........) F. Kandungan Air (%) -- = ......... (........) C. Suhu Udara ( 0 C) -------- = ......... (........) G. Keasaman (pH) ------ = ......... (........) D. Suhu Permukaan ( 0 = ......... (........) C) -- H. Polusi Udara ---------- = ......... (........)
C. Selulose
I. Catatan: .................................................................................................................. 1. Kayu
2. Kulit
IV. USULAN PERAWATAN DAN PENGAWETAN :
3. Bambu
A. Pembersihan
C. Restorasi
4. Rotan
1. Pengembalian bentuk/ warna 5. Anyaman
1. kotoran/ debu dengan:
(pendempulan, araldite, tusir warna, dll) 6. Tekstil
a. kwas
b. vacuum
c. pelarut air
2. Perbaik an fungsi / mekanis benda 7. Lain
GANIK e. mekanis
d. pelarut kimia
f. lain .................................................
(reparasi mekanis, penggantian bahan, dll)
OR
2. lemak/ minyak dengan:
3. Lain .......................................................
D. Protein
a. air + deterjen
b. etanol + deterjen
D. Pengawetan
1. Kulit
1. Stabilisasi karat (menghambat, menghentikan 2. Bulu
c. pelarut kimia
d. lain .....................
proses korosi, dll.) ................................... 3. Tekstil
3. karat, noda, dll. dengan cara:
Mematikan jamur, insek dengan: 4. Lain
a. mekanis
b. kimia
c. elektrolisis
d. lain .................................................
a. fumigasi
b. pendinginan (freezing)
4. Lain ...................................................
c. lain ................................................
E. Lain-lain
3. Mematikan ganggang, lumut, jamur kerak dg.: 1. Tulang
B. Penguatan/ konsolidasi
1. atau ....................... Perlakuan benda rapuh dengan: larutan 1% Hivar XL, 2. Kerang
4. Coating/ laminasi dengan: 3. Pigmen/ Cat
a. uap air
b. minyak
c. meratakan
a. lilin mikrokristalin ......................... 4. Manik-manik
d. lain .................................................
b. Paraloid B72 (....... % w/v in ..............) 5. Resin
2. Penguatan benda rapuh dengan:
c. lain .......................................... 6. Lain
a. penguatan konstruksi (mounting,
pendobelan kain, dll.) .........................
5. Lain ...................................................
b. konsolidan (penyemprotan perekat, dll.)
E. Treatmen Tambahan dan Catatan
F. Catatan
c. lain ..................................................
V. USULAN UJI BAHAN (LAB) DAN TAMBAHAN :
VI. TEKNIK PENGAMATAN
VII. TANGGAL PENGAMATAN
A. Mata biasa (tanpa-alat) (DD/MM/YYYY) ............................................ B. Kaca Pembesar
Tandatangan
C. Mikroskop. ................ X
Observator,
D. .......................................
Konservator,
E. .......................................
dll.
F. ........................................
Nama :
Penjelasan Lembar Kondisi
KETERANGAN POKOK
No. No. Inv.
Nama Benda
Keterangan
Ukuran Kondisi
Lokasi Benda : GB.ST5.004.02
Prioritas Tindakan :
A. Segera
B. Sedang C. Rendah
KONDISI SAAT PENGAMATAN : Baik
Cukup
Rusak Hancur Aktif
1. Keterangan Pokok.
Keterangan Pokok adalah isian data ( data field) yang harus diisi pada saat akan memulai pengamatan (observasi ) koleksi. Isian-isian data ini meliputi: No. Inv., Nama Benda, Keterangan (Asal Benda, dll.), Ukuran, Kondisi dan Lokasi Benda. Berikut ini hanya akan dijelaskan mengenai Kondisi, Lokasi dan Prioritas Konservasi.
a. Kondisi: Baik artinya keadaan benda kuat (tidak rapuh), utuh atau mendekati utuh, ada lubang (ada bagian yang hilang) atau sobek tapi sedikit; Cukup artinya keadaan benda agak kuat (sedikit rapuh), mendekati utuh, ada lubang (ada bagian yang hilang), ada sedikit bagian yang lepas atau sobek tapi sedikit; Rusak artinya keadaan benda rapuh, tidak utuh, ada banyak lubang, ada bagian yang lepas, atau sobekan/ patahan; Hancur artinya keadaan benda sangat rapuh, tidak/ mendekati utuh, ada banyak lubang, ada bagian yang hilang/ lepas, banyak sobekan/ patahan; Aktif artinya sedang atau akan terjadi kerusakan aktif, misalnya adanya karat aktif pada logam, adanya jamur/ serangga yang masih hidup, keasaaman (pH) atau kadar air benda tinggi;
b. Prioritas Konservasi: A (Segera) = semua benda yang berkondisi Rusak atau Hancur, dan sedang atau akan mengalami kerusakan Aktif (walaupun kondisi benda saat pengamatan Baik atau Cukup (baik));
B (Sedang) = benda yang berkondisi Cukup; C (Rendah) = benda yang berkondisi Baik.
c. Lokasi. Lokasi benda harus menginformasikan lokasi gedung (GB), lokasi ruang (ST5), nomor lemari (004), dan nomor laci (04).
KETERANGAN KHUSUS
PENGELOMPOKAN BAHAN ANORGANIK
ORGANIK
E. Lain-lain
A. Non Logam
B. Logam
C. Selulose
D. Protein
1. Tulang 2. Kaca
2. Kerang 3. Keramik
3. Pigmen/ Cat 4. Terakota
4. Manik-manik 5. Plester
5. Resin 6. Lain
Catatan: 1. Kain terbuat dari kapas masuk kategori Selulose (C.6.) dan yang terbuat dari sutera masuk Protein (D.3.). 2. Tulang (E.1.) dan kerang (E.2.) bisa masuk kategori Anorganik dan Organik.
2. Bahan.
Bahan pembentuk koleksi dikelompokkan menjadi : Logam, Non-Logam, Selulose, Protein dan Lain-lain. Logam dan Non Logam dapat masuk kategori Anorganik, sedang Selulose dan Protein masuk kategori Organik. Bahan-bahan organik dari binatang dimasukkan dalam kelompok Protein, sedangkan yang dari tumbuh-tumbuhan masuk ke dalam kelompok Selulose. Dilain kondisi, ada sementara bahan yang masuk
kelompok Lain-lain karena bahan tersebut memiliki komponen organik dan anorganik, seperti tanduk rusa. Bahan tekstil tidak bisa dikelompokkan hanya di satu kelompok Organik, tetapi harus dipisahkan ke Protein (tekstil yang berbahan dasar sutera atau wol) atau ke Selulose (tekstil yang berbahan dasar kapas, rami, atau goni ). Pengelompokkan yang tepat menjadi penting, sehingga saat konservator menggunakan bahan pembersih yang bersifat asam agak kuat bisa menghindari kerusakan kain yang terbuat dari kapas. Walaupun bahan yang sama (bahan bersifat asam) aman bagi kain yang terbuat dari sutera. Perhatikan Tabel 1. Bahan (Materials) untuk mengisi Bahan pada Lembar Kondisi.
Tabel 1.
BAHAN (MATERIALS)
A. Organik: dari Mamalia, Burung, Ikan, A. Organic: from Mamals, Birds, Fish, Serangga dan Reptil
Insects and Reptils
perkamen/ kertas kulit
walrus ivory* kulit mentah
gading beruang laut
parchment
elephant ivory* kulit berpenyamak sebagian
gading gajah
raw hide
baleen* kulit berpenyamak
tulang ikan paus
semi-tanned leather
tortoise shell kulit berbulu
tempurung/ kulit kura-kura
tanned leather
shagreen (ray, seal, rambut
kulit kasar/ bersisik (dari
pelts/ fur
shark skin) rambut kaku/ kasar
ikan pari, hiu, anjing
bulu ayam
snake skin bulu burung halus
kulit ular
quill
shellac (liur ulat) sutera
(resin) laka/ shellac
feathers/ down
gelatin wool
gelatin
silk
fish glue (isinglass) lakan (wool, rambut)
ancur 1/ fish glue
wool
animal glue tulang
ancur 2/ animal glue
felt (wool, fur, hair)
egg tempera angga/ tanduk bercabang
tempera/ kuning telur
bone*
casein tanduk
kasein (pospoprotein)
antler*
waxes gading/ taring ikan paus
lilin/ malam
horn
whale ivory
B. Organik: dari Pohon, Perdu, Tumbuhan, B. Organic: from Trees, Shrubs, Plants, Rumputan
Grasses
pelapis kayu bermotif
rami halus
decorative wood veneers flax
belat/ eplat kayu
linen kayu keras
linen
oak/ ash splints
linsed oil kayu lunak
minyak biji rami
hard woods
cotton resin untuk varnis
kapas/ katun
soft woods
paper kayu merambat
kertas
resin for varnish
papier-mache bambu
bubur kertas
willow
guttapercha goni
getah perca
bambo
vegetable ivory (palm nut) rami
tempurung (kelapa)
jute (burlap)
amber rotan
resin fosil
hemp
rubber (serat) sisal
karet
rattan
starch adhesive C. Anorganik: Logam dan Campurannya
(perekat) kanji
sisal
C. Inorganic: Metals and Their Alloys emas
timah+timbal
cooper
pewter
besi (iron)
Britannia metal aluminium
timah+tembaga+antimony
iron
ormolu timbal
tembaga+timah/ emas tiruan lempengan emas
aluminum
lead
gold leaf
silver leaf timah
lempengan perak
immitation leaf seng
lempengan imitasi/ sintetis
tin
nikel (nickel)
zinc
nickel
D. Anorganik: Buatan dan Yang Terjadi Secara D. Inorganic: Man-made and Naturally Alami
Occuring
kaca
marine shell porselain
kerang laut
glass
gem stone terakota
permata tulen
porcelain
sand stone keramik
batu pasir
unfired clay
cinnabar (red mercuric plaster
cinnabar
ceramics
sulphide) semen biru
bahan komposisi (dekorasi
plaster
composition (frame batu pualam putih
bingkai)
portland cement
decoration) batu granit
pigmen
alabaster
pigments batu marmer
mica
granite
talek/ gip
marble
mica
batu mutiara
soap stone E. Bahan Buatan Lain
mother-of-pearl
E. Other Man-made Materials cat
Bakelite varnis
(plastik) bakelit
paints
polyester lak
polyester
varnishes
vinyl papan hardboard
vinyl
lacquer
epoxies formica
epoksi
Masonite
nylon celluloid
* These materials also have an inorganic component; besides the organic protein collagen, the inorganic calcium phosphate (hydroxy apatite) is present.
Ref.: Bachmann, K., Edit. (1992:131-133)
KETERANGAN KHUSUS KONDISI BENDA PADA SAAT PENGAMATAN
A. Kerusakan Fisik
B. Kerusakan Kimiawi
C. Kerusak an Biotis
1. Rapuh
1. Jamur [ ....... cm 2 ] 2. Kotor
garam 2. Insek [ ....... cm 2 ] 3. Lemak
3. Ganggang [ ....... cm 2 ] 4. 2 Kelupas 10. Kering 4. Oksidasi 4. Lumut [ ....... cm ]
5. 2 Gores 11. Lain 5. Bau 5. Lumut kerak [ ....... cm ] 6. Retak
6. Noda
6. Lain
Catatan: 1. Kondisi rapuh ( brittle) pada kelompok kerusakan fisik dibedakan dengan lapuk (fragile) pada kelompok kerusakan kimiawi, karena dalam pengertian ini rapuh bisa dimungkinkan menjadi agak kuat setelah proses kontrol kelembaban, sedangkan lapuk cenderung ke arah hancur dan tidak bisa direkondisi lagi.
3. Kondisi Benda Pada Saat Pengamatan.
Kondisi keterawatan koleksi dikelompokkan menjadi Fisik (1. Rapuh, 2. Kotor, 3. Lemak, 4. Kelupas, 5. Gores, 6. Retak, 7. Patah, 8. Hilang, 9. Basah, 10. Kering, 11. Lain), Kimiawi (1. Lapuk, 2. Pudar, 3. Korosi, 4. Oksidasi, 5. Bau, 6. Noda, 7. Kristal garam, 8. Lain) dan Biotis (1. Jamur, 2. Insek, 3. Ganggang,
4. Lumut, 5. Lichens, 6. Lain). Kondisi rapuh pada kelompok kerusakan fisik dibedakan dengan lapuk pada kelompok kerusakan kimiawi, karena dalam pengertian ini rapuh bisa dimungkinkan menjadi agak kuat setelah proses kontrol kelembaban, sedangkan lapuk cenderung ke arah hancur dan tidak bisa direkondisi lagi. Catatan: Rapuh atau getas berarti brittle (easily broken because it is hard (stiff) & not flexible). Lapuk atau mubut berarti fragile (easily broken or damaged).
Kondisi saat
Kondisi yang
PENGELOMPOKAN KONDISI BENDA DAN IKLIM dianjurkan
pengamatan
A. Intensitas Cahaya (Lux) = .......... (........) E. Kelembaban Udara (%) = .......... (........) B. Radiasi UV ( μ W/Lmn) - = .......... (........) F. Kandungan Air (%) -- = .......... (........)
C. Suhu Udara ( 0 C) -------- = .......... (........) G. Keasaman (pH) ------ = .......... (........) D. Suhu Permukaan ( 0 = .......... (........) C) -- H. Polusi Udara ---------- = .......... (........)
I. Catatan: .................................................................................................................
4. Kondisi Benda Dan Iklim Pada Saat Pengamatan.
Kondisi Benda dan Iklim Pada Saat Pengamatan diisi dengan mempertimbangkan Lembar Data Klimatologi (LDK), serta memperhitungkan alat-alat ukur dan prosedur kalibrasi.
KETERANGAN TAMBAHAN
VI. TEKNIK PENGAMATAN VII. TANGGAL PENGAMATAN
A. Mata biasa (tanpa-alat) (DD/MM/YYYY) ............................................ B. Kaca Pembesar C. Mikroskop. ................ X
Tandatangan
D. .......................................
Observator, Konservator,
5. Teknik Pengamatan.
Teknik pengamataan adalah penjelasan dengan cara dan alat bantu apa pada saat seseorang mengamati kondisi keterawatan koleksi di museum.
Penjelasan Usulan Perawatan dan Pengawetan
Perhatikan Tabel 2 sampai 10, untuk mengenal sifat bahan terhadap faktor internal (interaksi bahan) dan faktor lingkungan (suhu, kelembaban, cahaya dan polusi).
Tabel 2. Bahan Sensitif Terhadap Kelembaban Tinggi (Materials Sensitive to High Relative Humidity)
Kondisi yang direkomendasi (Materials)
Bahan
Akibatnya
(Recommended Condition) logam (metal)
(Result)
40% RH, or lower kertas (paper)
korosi/ karat (corrosion)
jamuran, noda (mold, stains)
45 - 55% RH
tekstil (textile)
jamuran, noda (mold, stains)
45 - 55% RH
kayu (wood)
jamuran, bengkok (fungal
50 - 55% RH, constant/ stable
attack, warping)
kayu bercat (painted wood)
50 - 55% RH, constant logam bercat (painted metal)
cat mengelupas (flaking paint)
korosi/ karat, cat mengelupas
40% RH, or lower
(corrosion, flaking paint)
tatakan, pelapis kayu (inlay,
50 - 55% RH, constant veneer)
lepas/ copot bagian-bagiannya
(detachment)
bahan penyempurna (finishes)
50 - 55% RH, constant perkamen, gading (parchment,
jamuran/ noda (mold, stains)
50 - 55% RH, constant ivory)
melengkung/ gelombang, jamur
(warping, mold)
45 - 55% RH, constant bahan keranjang/ anyaman
bubur kertas (papier-mache)
jamuran/ noda (mold, stains)
60 - 65% RH, constant (basket materials) kolase kertas (decoupage
jamuran (mold)
50 - 55% RH, constant surface)
lepas/ copot, jamuran
(detachment, mold)
Tabel 3. Bahan Sensitif Terhadap Kelembaban Rendah (Materials Sensitive to Low Relative Humidity)
Kondisi yang direkomendasi (Materials)
Bahan
Akibatnya
(Recommended Condition) kayu (wood)
(Result)
50 - 55% RH, constant/ stable kulit mentah, kulit olahan
mengkerut (checks/ dries out)
pelapukan, lapuh, kering
45 - 55% RH
rawhide, leather skins) (
(embrittlement)
perkamen (parchment)
mengkerut, rapuh (shrinkage,
50 - 55% RH, constant
embrittlement)
bulu ayam (quill)
45 - 55% RH, constant serat keranjang (basket fibers)
rapuh (embrittlement)
60 - 65% RH, constant ancur, lem nabati (animal glue)
rapuh (embrittlement)
kering, merapuh (dries out,
50 - 55% RH, constant
weakens)
kulit kura-kura (tortoise shell)
retak, melengkung (cracks,
45 - 55% RH, constant
warps)
semua gading (all ivory)
retak, melengkung (splits,
50 - 55% RH, constant
warps)
permukaan tatakan (inlaid
50 - 55% RH, constant surface)
lepas, melengkung (detach-
ments, warps)
Tabel 4. Bahan Yang Sering Dirusak Oleh Serangga dan Binatang Pengerat (Materials Commonly Damaged by Insects and Rodents)
kulit (leather, skins)
perekat kanji (starch) kulit berbulu (felts, furs)
beludru (velvet)
gelatin (gelatin) bulu ayam (feathers)
tekstil (textile)
tempera telor (egg tempera) sutera (silk)
serat alam (natural fibers)
kayu (wood)
wol (wool)
kertas (paper)
Tabel 5. Bahan Sensitif Terhadap Fluktuasi Kelembaban~Suhu (Materials Sensitive to Humidity & Temperature Fluctuation)
Kondisi yang direkomendasi (Materials)
Bahan
Akibatnya
(Recommended Condition) keramik, batu
(Result)
rekristalisasi garam yang kemudian mengakibat- 45 - 55% RH, 10 - 30 0 C (ceramics,
kan permukaan glasir mengelupas, retak-retak, stone)
bahkan mungkin benda menjadi pecah. recrystallization of soluble salts resulted surface
flaking and spalling can occur, causing sections of a ceramic/ stone to break off.
Catatan: Beberapa lempung masakini yang banyak digunakan untuk membuat keramik dan berbagai pernik-pernik untuk hiasan tekstil mengandung garam-garaman yang mudah menyerap air. Jika benda ini dimasukkan dalam ruang dingin secara mendadak, maka akan muncul deposit garam yang menempel pada permukaannya. Jika garam-garam yang mengkristal terdapat pada bagian dalam benda, maka akibatnya benda tersebut akan retak-retak, bahkan mungkin pecah.
Notes: Some modern clays have a high salt content, and there have been instances where recently purchased objects have fallen to pieces with the absorption in the summer and subsequent drying in the winter. Ceramics with signs of salt deposit on the surface should should be maintained in a stable environment, and fluctuation relative humidity can lead to breakdown of the objects.
Tabel 6. Rekomendasi untuk Penyinaran dan Suhu Udara (Recommendations for Light and Temperature)
Kondisi yang direkomendasi (Materials)
Bahan
Akibatnya
(Recommended Condition) kertas (paper)
(Result)
rapuh, gelap (embrittlement,
50 luxs, 18 0 C [1 foot. candle=
10 luxs] media cat (paint media)
darkening)
persenyawaan, gelap
50 luxs, 18 0 C
(crosslinking, darkening)
ancur/ lem nabati (animal
50 luxs, 18 0 C glue)
mengeras, kering (hardening,
drying)
kulit berbulu, bulu, rambut
rapuh, pucat/ pudar (embrittle-
50 luxs, 18 0 C
(furs, feather, hair) ment, fading)
kulit, kulit olahan (skins,
50 luxs, 18 0 C leather)
rapuh, pucat (embrittlement,
fading)
pigmen, bahan celup
50 luxs, 18 0 C (pigment, dyes) sutera, beludru (silk, velvet)
pudar/ pucat (fading)
pucat, kerusakan struktural
50 luxs, 18 0 C
(fading, structural damage)
permukaan lak (lacquered
50 luxs, 18 0 C surface)
buram, pucat (develops haze,
fading)
permukaan cat 0 (painted pucat/ pudar (fading) 50 luxs, 18 C surface)
bahan dicelup warna 0 (dyed pucat/ pudar (fading) 50 luxs, 18 C materials)
50 luxs, 18 celluloid 0 menguning, rapuh (yellowing, C
embrittlement)
50 luxs, 18 karet 0 (rubber) hancur (deterioration crumbles) C 50 luxs, 18 serat alam 0 (natural fibers) rapuh, pucat (embrittlement, C
fading)
tanduk 1, tulang, tanduk 2 0 rapuh/ lapuk (embrittlement) 150 luxs, 18 C (horn, bone, antler)
50 luxs, 18 kayu 0 C kayu olahan 0 (wood finishes) retak, buram (cracks, hazing) 50 luxs, 18 C
(wood)
pucat (fading)
Tabel 7. Bahan Sensitif Terhadap Bahan Fumigasi (Materials Sensitive to Fumigant)
Nama Bahan Kimia
Akibatnya (Chemical Names)
Bahan
(Result) Methyl bromide
(Materials)
karet, bulu, rambut, wool, kulit
rusak, bau merkuri yang sangat
olahan, dan bahan lain
menyengat
yang mengandung sulfur (rubber, fur, hair, wool,
damage, strong smelt of
tanned leather, and other
mercury
materials content of sulphur)
Methyl bromide
kayu (wood)
noda kecoklatan, tetapi tidak merusak (brown stained, but not destroy)
Methyl bromide, ethylene oxide
perekat kanji (tapioca glue)
susah dilarutkan lagi (difficult to
dissolve)
Ethylene oxide
kulit olahan, kertas lembab,
rusak/ larut (damage/ dissolve)
cat, varnis leather finishes, wet paper, paint, varnish
Phosphine
kuningan, tembaga, emas,
rusak/ tarnish/ korosi
perak
(brass, copper,
(damage, tarnish/corrotion)
gold, silver)
Carbon disulfida
logam, foto (metal/photo)
rusak (logam berkarat, foto menjadi buram/ gelap) damage (rusty metal, photo become blurly/dark)
rusak (karat, gelap) damage (rust, dark) Paradichlorbenzene
Carbon tetrachloride
logam, foto (metal/photo)
rusak (karat, gelap) damage (rust, dark) Paraformaldehide
logam, foto (metal/photo)
rusak (karat, gelap) damage (rust, dark) DDVP (dimethyl diethyl vinyl
logam, foto (metal/photo)
rusak (karat, gelap) posfat) + ethanol
logam, foto (metal/photo)
damage (rust, dark) Thymol
Tabel 8. Bahan-bahan Reaktif (Reactive Materials)
Kombinasi Bahan
Masalah Konservasi
(Materials Combination)
(Conservation Problems)
kayu/ kayu
perubahan ukuran, regang, patah
(wood/wood)
(dimensional changes, stress, breaks)
kayu/ kertas
kertas menjadi rapuh, gelap, noda
(wood/paper)
(paper becames brittle, dark, stained)
kayu/ tekstil
tekstil ternoda, rapuh
(wood/textile)
(textile became stained, brittle)
kayu/ logam
logam menjadi berkarat
(wood/metal)
(metal corrodes in contact with wood)
kayu/ serat alam
serat menjadi lemah, putus
(wood/natural fibers)
(fibers become weak, break)
kayu/ cat
saat kayu mengembang, cat mengelupas
(wood/paint)
(wood expand and contracts, paint flakes)
logam/ logam
terjadi reaksi elektrokimia (efek galvanis, korosi)
(metal/metal)
(possible electrochemical corrosion)
logam/ kain
logam berkarat, kain ternoda
(metal/cloth)
(metal corrodes, cloth becames stained)
logam/ kertas
logam berkarat, kertas ternoda
(metal/paper)
(metal corrodes, paper becames stained)
logam/ cat
logam berkarat, cat mengelupas
(metal/paint)
(metal corrodes, paint flakes)
logam/ kulit tanin (bahan penyamak) pada kulit menyebabkan karat pada logam (metal/leather)
(tannins in leather can corrode metals)
logam/ plaster plaster yang bersifat basa/ alkaline menyebabkan karat pada logam (metal/plaster)
(alkaline materials corrode metals)
logam/ ancur ancur (lem nabati) sedikit bersifat asam, higroskopis yang kemudian (metals/animal glue)
menyebabkan karat logam. (glue slightly acidic, hydroscopic, can corrode certain metals)
Tabel 9. Prosedur Pembasmian Serangga~Jamur Dengan Freezer
(Freezing Method for Killing Insect & Fungus)
No.
Catatan: 01. Sebagian besar larva
Nama Serangga
Suhu dan Waktu
-10 0 C, 2H. 0 C= derajat celcius,
H = hari.
02. Pupa & Kumbang 1. dewasa
C, 1H.
03. Telur Kumbang 1.
-10 0 C, 2H.
04. Ngengat kain
-5 0 C, 3H.
05. Telur Kumbang 7. -10 0 C, 3 H.
06. (Semua fase) Kumbang 7.
-10 0 C, 2H.
07. (Semua fase) Kumbang 5.
-10 0 C, 3H.
Tabel 10. Prosedur Pembasmian Serangga~Jamur Dengan Bahan Kimia (Fumigation Method for Killing Insect & Fungus)
No. Nama Bahan Kimia
Pembasmi 01. Naphthaline
Konsentrasi/ Meter Kubik
Waktu
serangga 02. Phosphine
8 -10 gram
14 hari
serangga + jamur 03. Thymol + ethanol
1 - 2 tablet
3 - 5 hari
jamur 04. Paradichlorobenzene
50 - 100 gram, 50-60 0 C 2 hari
jamur + serangga 05. Paraformaldehide
40 gram
2 hari
jamur 06. Carbon tetrachloride +
4 - 13 gram
2 hari
jamur + serangga Carbon disulfide (1:1)
1 liter
1 minggu
serangga 08. Methyl bromide + Ethylene
07. Methyl bromide
15 - 30 gram
2 hari
serangga Oxide (14:86)
35 - 50 gram
2 hari
09. Methyl bromide + Ethylene
serangga Oxide (14:86)
100 gram
2 hari
10. DDVP (dimethyl diethyl
jamur + serangga vinyl posfat) + ethanol
100 gram
2 hari
Penjelasan Usulan Perawatan dan Pengawetan
TINDAKAN UMUM
A. Pembersihan
C. Restorasi
1. kotoran/ debu dengan: 1. Pengembalian bentuk/ warna a. kwas
(pendempulan, araldite, tusir warna, dll) d. pelarut kimia
b. vacuum
c. pelarut air
2. Perbaik an fungsi / mekanis benda f. lain .................................................
e. mekanis
(reparasi mekanis, penggantian bahan, dll) 2. lemak/ minyak dengan:
3. Lain ......................................................... a. air + deterjen
b. etanol + deterjen
D. Pengawetan
1. Stabilisasi karat (menghambat, menghentikan 3. karat, noda, dll. dengan cara:
c. pelarut kimia
d. lain .....................
proses korosi, dll.) ....................................... a. mekanis
2. Mematikan jamur, insek dengan: d. lain .................................................
b. kimia
c. elektrolisis
b. pendinginan (freezing) 4. Lain ........................................................
a. fumigasi
c. lain .................................................
Mematikan ganggang, lumut, jamur kerak dg.: larutan 1% Hivar XL, atau ...........................
B. Penguatan/ konsolidasi
1. Perlakuan benda rapuh dengan:
a. uap air 4. Coating/ laminasi dengan:
c. lain ................................................. a. lilin mikrokristalin ............................. b. Paraloid B72 (........ % w/v in ...............)
b. minyak
b. meratakan
2. Penguatan benda rapuh dengan: a. penguatan konstruksi (mounting, c. lain ................................................. pendobelan kain, dll.) ..........................
5. Lain
b. konsolidan (penyemprotan perekat, dll.)
E. Treatmen Tambahan dan Catatan
c. lain ................................................. ........................................................................ 3. Lain ........................................................
Penjelasan Konservasi Logam
1. Pembersihan debu, lemak atau cat
a. Debu: 1-2% v/v (non-ionik ) deterjen, Lissapol atau Teepol.
b. Lemak/ minyak: ethanol atau acetone, white spirits, petrolium spirits atau toluene.
c. Cat: 2% w/v sodium hydroxide (logam yang ada campuran aluminium atau seng tidak boleh menggunakan bahan ini) atau methylene oxide.
d. Coating: pertimbangkan dengan pelarut yang dipakai untuk melarutkan bahan dasar coatingnya, seperti: toluene.
2. Pembersihan mekanis Dengan tusuk sate yang ujungnya dibuat pipih, scalpel plastik, dan hati-hati jika terpaksa menggunakan
scalpel besi atau pisau.
3. Pembersihan kimiawi
BESI
a. Larutan: 10% w/v citric acid, 4% w/v thiourea (sebagai inhibitor), 86% w/v air distilasi/ deionisasi. atau
b. Larutan: 10% w/v citric acid dibuffer dengan ammonium hydroxide (pH 4). Kegunaan inhibitor adalah untuk mencegah kerusakan dasaran logam pada saat pembersihan karat. Larutan a. Lebih keras dibandingkan dengan larutan b. Untuk perlakuan lokal (terbatas), kedua larutan dapat dibuat pasta dengan menambahkan 20% w/v CMC ( Carboxy Methyl Cellulose).
TEMBAGA
c. Larutan: 1,5% w/v sodium hydroxide, 15% w/v sodium potassium tartrate, 83,5% w/v air distilasi/ deionisasi.
PERUNGGU
d. Larutan: 10% formic acid dengan air distilasi. Inhibitor: 10% BTA (Benzotriazole) dengan air distilasi.
4. Elektrolisis Jika adanya khlorit pada karat besi, elektrolisis dilakukan dengan anoda baja dan larutan elektrolit 2%
w/v sodium hydroxide.
LEMBAR KONDISI LOGAM
Form. LKLo-Logam/MNI/2015
Ukuran Kondisi Lokasi Benda :
No. No. Inv.
Nama Benda
Keterangan
Prioritas Tindakan :
A. Segera
B. Sedang
C. Rendah
I. BAHAN :
II. KONDISI SAAT PENGAMATAN : Baik Cukup Rusak Hancur Aktif
A. Fisik
B. Kimiawi
No. Foto: .........................
A. Non Logam
C. Biotis
1. Jamur (Fungi) [ ....... %]
6. Lain
07. Patah
2. Serangga (Insect) [ ....... %]
B. Logam
GANIK
08. Hilang
3. Ganggang (Algae) [ ....... %]
09. Basah
4. Lumut (Moss) [ ....... %]
1. Emas
10. Kering
5. Lumut-kerak (Lichens) [ ...... %]
3. Timah 4. Perunggu
D. Catatan: ............................................................................................................ 5. Tembaga
............................................................................................................................... 6. Besi
7. Lain
III. KONDISI IKLIM DAN BENDA SAAT PENGAMATAN :
A. Intensitas Cahaya (Lux) = ........ (.......) E. Kelembaban Udara (%) = ........ (.......)
C. Selulose
B. Radiasi UV ( μ W/Lmn) - = ........ (.......) F. Kandungan Air (%) -- = ........ (.......) 1. Kayu
C. Suhu Udara ( 0 C) -------- = ........ (.......) G. Keasaman (pH) ------ = ........ (.......) 2. Kulit
D. Suhu Permukaan ( 0 = ........ (.......) C) -- H. Polusi Udara ---------- = ........ (.......) 3. Bambu
I. Catatan: ............................................................................................................. 4. Rotan 5. Anyaman
IV. USULAN PERAWATAN DAN PENGAWETAN :
6. Tekstil
GANIK
A. Pembersihan
B. Penguatan/ konsolidasi
7. Lain
OR
01. Pembersihan lemak
1. Penguatan benda rapuh
D. Protein
2. Penguatan konstruksi 1. Kulit
02. Pencucian biasa (dg. air)
03. Pencucian dg. bahan pelarut
3. Lain
2. Bulu
04. Pencucian dg. etanolik deterjen
C. Restorasi
3. Tekstil
1. Pengembalian bentuk/ warna 4. Lain
05. Pencucian dg. larutan basa
06. Pencucian dg. larutan asam
2. Perbaik an fungsi benda
07. Pengkelatan (dg. tannin)
3. Lain
E. Lain-lain
08. Pembersihan mekanis
1. Tulang
09. Pembersihan dg. ultrasonik
D. Pengawetan
10. Pembersihan dg. abrasif udara
2. Kerang
1. Stabilisasi karat 3. Pigmen/ Cat
2. Coating/ laminasi 4. Manik-manik
11. Perlakuan elektrolitik
12. Pencucian inhibitor
3. Lain
5. Resin
E. Treatmen Tambahan dan Catatan
6. Lain
F. Catatan
V. USULAN UJI BAHAN (LAB) DAN TAMBAHAN :
VI. TEKNIK PENGAMATAN
VII. TANGGAL PENGAMATAN
A. Mata biasa (tanpa-alat) (DD/MM/YYYY) ............................................ B. Kaca Pembesar C. Mikroskop. ................ X
Tandatangan
D. Observator, .......................................
Konservator,
E. .......................................
dll.
F. ........................................
Nama :
Inorganic Spot Test for Metal Objects (Tes Spot Anorganik untuk Benda Logam)
Tujuan tes spot (semi-mikro kualitatif analisis) ini adalah untuk mengenal kation logam dan anion utama yang berhubungan dengan besarnya karat.
1. Ion-ion Logam (Cations)
Metode A. (Analisis dengan Merck Test Strips)* 1). Bahan yang dibutuhkan.
Merck Test Strips dengan ion-ion sebagai berikut: Cu + / Cu 2+ , Co 2+ , Fe 2+ , Al 3+ , Ca 2+ , Ni 2+ , Zn 2+ , CrO 2-- , NO --
Permukaan logam harus sudah dibersihkan dengan acetone sebelum melakukan tes ini. Semua Strip Tes bisa langsung ditempelkan pada permukaan logam yang telah dilembabi dengan air distilasi. Warna akan nampak (sebagai indikasi adanya logam) setelah kira-kira
20 detik ditempelkan. Ada beberapa catatan yang perlu diketahui: a). Strip Tes Zn 2+ tidak akan berfungsi saat mengetes kuningan (brass), karena akan
terjadi interferensi ion-ion Cu 2+ dengan lainnya. b). Penampakan warna pada Strip Tes Ni 2+ berjalan sangat lambat, dengan intesitas warna
yang muncul hanya sedikit. Untuk meningkatkan penampakan, basahi Strip Tes dengan larutan 0,1 M HCl, dan gosok-gosokkan larutan ini pada permukaan selama 20 detik. Strip Tes Ni 2+ digunakan dengan teknik elektrolisis pada Metode B berikut ini, ganti kertas lembab (Gambar 1) dengan Strip Tes yang dibasahi dengan larutan NaCl. Elektrolisis berlangsung sekitar 5 detik, warna yang akan nampak adalah:
Ni 2+ : merah jambu / merah (pink/ red) Strip Tes Ni 2+
2+ , Cu dapat juga digunakan untuk mendeteksi ion-ion Fe 2+ dan Au 2+ . Dengan prosedur yang sama dan warna yang akan nampak adalah:
Fe 2+ : coklat (pink/ red) Cu 2+ : hijau (hijau) Au 2+ : kuning (kuning)
Metode B.
1). Bahan yang dibutuhkan. * Baterai 9V;
* Kertas saring;
* Timbal dengan penjepit (klip); * Pipet dan mangkok kecil; * Pinset (tweezers) logam;
* Bahan kimia.
o, Studio Primas
te
Ba
Benda +
. Subagiy Puji Y Gambar 1: Perangkat Elektrolisis (Laver 1978).
2). Persiapan.
Metode ini memanfaatkan arus listrik bervoltase kecil yang dihubungkan ke benda yang akan dites, dengan memindahkan secara elektrolisis sejumlah kecil sampel ke kertas saring yang sudah dilembabi larutan asam tertentu. Kertas saring ini ditreatmen dengan reagen yang selanjutnya menampilkan warna sebagai indikasi adanya logam tertentu. Ilustrasi dari penerapan metode B ini dapat dilihat pada Gambar 1 diatas. Pada saat menghubungkan arus positif ke benda yang akan dites harus dilakukan dengan hati-hati. Sebelum proses pengetesan dilakukan, permukaan logam harus dibersihkan dari kemungkinan adanya debu, lemak/ minyak dan sidik jari dengan acetone.
3). Pengetesan.
Nickel : Rendam kertas saring ke dalam larutan 1 M HCl dan lakukan elektrolisis (Nikel)
selama 15 detik. Tambahkan 1 tetes Dimethylglyoxime dalam 1% ethanol ke kertas. Warna merah sebagai indikasi adanya Ni 2+ .
Chromium : Rendam kertas saring ke dalam larutan 0,5 M HNO 3 dan lakukan elektrolisis (Khrom)
selama 15 detik. Tambahkan 1 tetes larutan pekat Diphenyllcarbazide dalam ethanol. Warna violet sebagai indikasi adanya Cr 2+ .
Tin : Rendam kertas saring ke dalam larutan 1,0 M HCl dan lakukan elektrolisis (Timah)
selama 30 detik. Tambahkan 2 tetes larutan pekat (aq.) Cacotheline. Warna merah/ purple sebagai indikasi adanya Sn 2+ .
Aluminium : Rendam kertas saring ke dalam larutan 0,1 M HCl dan lakukan elektrolisis
selama 2 detik. Tambahkan 1 tetes larutan Alisarin S. Warna merah sebagai indikasi adanya Al 3+ .
Zinc : Rendam kertas saring ke dalam larutan 1 M H 2 SO 4 dan lakukan elektrolisis (Seng)
selama 5 detik. Campurkan 1 tetes 10% (aq.) Ammonium Thiocyanate dengan 1 tetes Mercuric Chloride. Rendamkan dalam kertas saring dan
penampakan kristal putih menyerupai jarum sebagai indikasi adanya Zn 2+ . Copper
: Rendam kertas saring ke dalam larutan 0,1 M HCl dan lakukan elektrolisis
(Tembaga) selama 15 detik. Tambahkan 1 tetes larutan 0,1% Rubeanic acid dalam
ethanol. Warna hijau/ abu-abu sebagai indikasi adanya Cu 2+ . Iron
: Rendam kertas saring ke dalam larutan 0,1 M HCl dan lakukan elektrolisis (Besi)
selama 15 detik. Tambahkan 2 tetes larutan 5% (aq.) Potassium Ferricyanide. Warna biru sebagai indikasi adanya Fe 2+ / Fe 3+ .
Lead : Rendam kertas saring ke dalam larutan 0,5 M HNO 3 dan lakukan elektrolisis (Timbal)
selama 5 detik. Tambahkan 2 tetes larutan 10% (aq.) Potassium Iodide. Warna kuning sebagai indikasi adanya Pb 2+ .
Silver : Rendam kertas saring ke dalam larutan 0,1 M HNO 3 dan lakukan elektrolisis (Perak)
selama 1 detik. Tambahkan 1 tetes larutan 0,5% p-Dimethylaminobenzyl rhodamine dalam ethanol. Warna merah jambu/ merah sebagai indikasi adanya Ag + . Dengan reagen 10% w/w Dichromic Acid, warna merah gelap mengindikasiklan adanya perak sterling. Warna merah darah menunjukkan adanya perak murni.
Antimony : Rendam kertas saring ke dalam larutan 0,1 M HCl dan lakukan elektrolisis (Antimoni) selama 15 detik. Tambahkan 1 tetes larutan 0,01% (aq.) Rhodamine B.
Warna violet sebagai indikasi adanya Sb 3+ . Gold
: Rendam kertas saring ke dalam larutan jenuh NaCl dan lakukan elektrolisis (Emas)
selama 15 detik. Penampakan warna menjadi agak gelap bukti adanya unsur Cu. Diamkan sebentar sampai kertas menjadi agak kering sehingga ada Au menempel di kertas, dan selanjutnya rendamkan larutan
campuran 20% SnCl 2 dalam 15% HCl). Au akan dengan cepat mengakibatkan warna gelap tanpa interferensi dari Cu atau Ag.
2. Ion-ion Non-Logam (Anions)
Garam-garam dalam larutan akan cepat dikenali dengan tes spot berikut ini. Jika dalam bentuk padat, garam-garam tersebut harus dilarutkan terlebih dahulu. Sulphate
: Larutkan padatan dalam larutan 1 M HNO 3 . Adanya endapan warna putih yang (Sulfat)
terbentuk setelah penambahan larutan 10% Barium Chloride menunjukkan
adanya SO 2-- 4 .
Chloride : Larutkan padatan dalam larutan 1 M HNO 3 . Adanya endapan warna putih yang (Khlorit)
terbentuk setelah penambahan larutan 0,5 M Silver Nitrate menunjukkan adanya Cl -- .
Carbonate : Karbonat umumnya tidak larut dalam air. Dengan meneteskan beberapa larutan (Karbonat)
1 M HCl akan menyebabkan desisan (evolusi dari CO 2 ), dan akan melarutkan karbonat. Sulphide
: Larutkan padatan dalam larutan 1 M HNO 3 . Tumbuk halus sampel dalam larutan (Sulfit)
larutan pekat HCl dengan menambahkan sedikit 0,1 M CH 3 COOH (acetic acid) dan larutan 10% Lead Acetate. Endapan warna hitam yang terbentuk mengindikasikan adanya sulfit.
Pengertian Pengkelatan Logam
These are negatively charged or oxygen containing molecules that react with positively charged metal ions to form a stable complex. They have multiple locations in the molecule to react with multiple positive charges that may be present on multivalent metal ions that have more than one positive charge on them. An example of a chelating agent is EDTA, ethylene diamine tetraacetic acid. EDTA has four acetic acid groups giving it a potential for four negatively charged acetates to bond with up to four positively charged sites on metal ions with multiple positive charges, such as calcium which has two (2) positive charges associated with it. EDTA is a versatile chelating agent. It can form four or six bonds with a metal ion, and it forms chelates with both transition-metal ions and main-group ions. EDTA is frequently used in soaps and detergents, because it forms a complexes with calcium and magnesium ions.
LEMBAR KONDISI TEKSTIL
Form. LKTe -Tekstil/MNI/2015
N o N o . I n v . N a m a B e n d a A s a l B e n d a Ukuran K o n d i s i
Lokasi:
Prioritas Tindakan :
A. Segera
B. Sedang
C. Rendah
BAHAN
No Foto : PEMBENTUK
KONDISI BENDA SAAT PENGAMATAN pada tgl.
A. KERUSAKAN FISIK
B. KERUSAKAN BIOTIS
BENDA
Kotor/ debu
Benang Logam
Lubang
Bubuk, kumbang
Benang Emas
Laba-laba
Benang Perak
Lipatan
Ngengat kain
Percik Logam
Warna berubah
Other...
Lain-lain
Gegat (silver fish)
Rapuh/ getas
Kecoa
SELULOSE
Kulit Kayu
Perekat/ label
Binatang pengerat
Serat Kapas
Lain-lain
Serat Linen
C. KERUSAKAN KIMIAWI
Serat Nanas Serat Koffo
Lain-lain Other... Lain-lain
Pucat/pudar
Korosi
Lapuk/ mubut
Noda (stains)
Kristal garam
Pudar
Berlemak/minyak
Kulit Binatang
D. KERUSAKAN LAIN
Catatan :
Bulu 1. Rapuh, getas = brittle (easily broken Serat Sutera
because it is hard (stiff) & not flexible). Serat Wol
2. Lapuk, mubut = fragile (easily broken Lain-lain Other...
or damaged).
LAIN-LAIN
Tulang
USULAN TINDAKAN KONSERVASI ( diisi oleh Konservator)
3. Pengawetan dan Perlakuan Lain Pigmen/ Cat
Kerang
1. Pembersihan
Pembersihan bekas jamur/ insek Manik-manik
penyedotan
kering/ kimia
kwas
lokal/ spot
Fumigasi
Perlakuan lain
Kaca
cuci basah
kelantang
Lain-lain Resin
2. Restorasi, Penguatan dan Konsolidasi
Usia Relatif:
Warna:
pendobelan kain
pembingkaian
Teknik:
pelembab-rataan kain
penempelan benang
KONDISI IKLIM DAN
Kategori BENDA SAAT PENGAMATAN :
Catatan:
Aplikasi Logam
1. Intensitas Cahaya (Lux) = ......... (........)
Tekstil Historis
2. Radiasi UV ( W/Lmn) - = ......... (........)
K-1a μ K-3b
3. Suhu Udara ( 0 C) -------- = ......... (........)
K-1b K-3c 4. 0 K-2a
Suhu Permukaan ( K-4a = ......... (........) C) --
5. K-4b Kelembaban Udara (%) --- = ......... (........)
K-2b
6. Kandungan Air (%) ------ = ......... (........)
K-2c K-5a
K-3a K-5b
7. Keasaman (pH) ---------- = ......... (........)
1 : emas; 2 : perak;
8. Polusi Udara ------------- = ......... (........)
3 : lgm lain.
Teknik Pengamatan:
Tanggal Pengamatan:
Mata biasa
Tanda tangan
Kaca pembesar
Konservator:
Mikroskop
Lain-lain
Konservator:
LEMBAR KONDISI LUKISAN
Form. LKLu-Lukisan/MNI/2015
Judul Karya
Nama Seniman
Ukuran dan Tahun K o n d i s i
Lokasi:
Prioritas Tindakan :
A. Segera
B. Sedang
C. Rendah
BAHAN PEMBENTUK
KONDISI BENDA SAAT PENGAMATAN :
No Foto :
BENDA FISIK:
KONDISI SPANRAM:
JENIS CAT Baik
C.minyak
Rusak Ringan
Rusak Berat
Lain-lain Other...
KONDISI PIGURA:
Distorsi
Kering Lain-lain
Krayon
Baik
Lain-lain Other...
BIOTIS:
Rusak Ringan
Other... JENIS MEDIA Lain-lain
Serangga
Rusak Berat
(SUBSTRAT) KIMIAWI:
Other... Lain-lain
Lain-lain Other...
Logam Other... Lain-lain
KONDISI IKLIM DAN BENDA SAAT PENGAMATAN :
1. Intensitas Cahaya (Lux) = ......... (........)
5. Kelembaban Udara (%) = ......... (........)
TEKNIK
2. Radiasi UV ( μ W/Lmn) - = ......... (........)
6. Kandungan Air (%) -- = ......... (........)
C.minyak
3. Suhu Udara ( 0 C) -------- = ......... (........)
7. Keasaman (pH) ------ = ......... (........)
Aquarel
4. Suhu Permukaan ( 0 = ......... (........) C) --
8. Polusi Udara ---------- = ......... (........)
Pastel Guase
9. Catatan: .......................................................................................................................
Tempera Litografi
USULAN TINDAKAN KONSERVASI :
Batik Fresco
3. Penguatan dan Konsolidasi Enkaustik
1. Pembersihan ringan (kwas, vacuum, dll.)
penguatan cat dengan perekat: lilin, dsb. Kolase
2. Pembersihan lemak, varnis, dsb.
penguatan kanvas/ substrat dg. perekat. Graffito
dengan pelarut:
perbaikan kanvas/ substrat. Frottage
air
2-ethoxy ethanol
perbaikan/ konsolidasi cat, dll. Grattage
Lain-lain Other...
air sabun (amonia)
2-aceton alcohol
4. Penyempurnaan (finishing treatment)
6. Perlakuan lain. isolating (varnish) inpainting (+mixing varnish) dressing/ retouching (varnish) (re)varnishing
5. Perlakuan biotis (fumigasi, dsb.)
CATATAN:
Teknik Pengamatan:
Tanggal Pengamatan:
Mata biasa
Tanda tangan
Kaca pembesar
Konservator:
Mikroskop
Lain-lain
Konservator:
Ilustrasi Teknis Restorasi Lukisan
Rongga bawah
retakan terisi t
Varnis/ linseed
oil begitu tebal
varnis/ linseed oil
a & mengkilap
tan C Cat ersihan,
ersihan
Priming emb
engua
em
Kanvas elum P
elum P
esudah P eb eb GAMBAR ANATOMI LUKISAN
2 Sesudah Pembersihan,
Sebelum Penguatan Cat
Detail
SUPPORTS:
3 Back-up lukisan dengan melamin board yang
dilindungi dengan kain organdi
Sesudah Penguatan Cat, 4
Sesudah Pembersihan,
Sesudah Relaksasi Cat & Kanvas
ting pain
ic
M elamin B
glass fabr
Priming, Tusir warna (inpainting), 5
FINISHING TREATMENTS:
oar
Retouching & protecting varnish.
illustrated by Primastoria 2015
Lampu (TL) Ultra Violet
Penerapan untuk Koleksi Lukisan, Tekstil, Kertas, dsb.
PENGAMATAN LUKISAN DENGAN
PENGAMATAN LUKISAN DENGAN
SINAR MATAHARI (POLIKROMATIS).
ULTRA VIOLET.
warna merah ini seperti warna
warna merah
merah pada
pendar menunjukkan
umumnya.
cat tertentu.
bagian ini tidak
warna gelap ini
menunjukkan
menunjukkan
adanya restorasi.
bagian cat yang telah ditusir.
Fume Hood Portabe
Tataletak Perabot dalam Ruang Kerja Konservasi
Rak Bahan & Alat untuk pembuatan replika/ model lemari simpan/ displai, replika benda,
Mikroskop Digital
rkakas
mounting, dll.
mpat Pe Te
Meja Lesehan Fume Hood Portabel
Pengenalan Alat Ukur Klimatologi
Lux Meter Kuat penerangan (lux): Penerangan pada permukaan benda
(Alat pengukur
secara merata seluas 1 m 2 , berjarak 1 m dari titik sumber
intensitas cahaya)
cahaya berkekuatan 1 kandela. Kuat cahaya (foot candle): Banyaknya (jumlah) sinar yang jatuh
pada permukaan benda seluas 1 kaki persegi (=0,0029 m 2 ) dari sumber cahaya yang berjarak 1 kaki (=0,3048 m = 12 inci).
1. Kuat Penerangan (Illumination, E)
F (Fluks)
Lumen
E=
A (Luas)
= Lux.
2. Dosis Kuat Penerangan = Lux x jam = Joule. Energi (Joule/m J 2 )
3. Fluks Cahaya (F) =
Waktu (Jam)
E.R 2
4. Kuat Cahaya (I) =
Cos Q = Lumen.m = Candela
Sensor/ cell penangkap sinar. CATATAN :
Mode/ pengatur besarnya
E = kuat penerangan, bersatuan Lux;
F = fluks cahaya, bersatuan Lumen; Displai/ monitor harga
sinar yang terbaca.
A = luas bidang, bersatuan m 2 ; hasil pengamatan.
J = energi, bersatuan Joule/m 2 ;
T = waktu, bersatuan jam; R = jarak sumber penerangan dan benda,
bersatuan m;
Ultra Violet Monitor (4 in 1) Q = menyatakan besarnya sudut antara
sumber cahaya dan titik benda yang
(Alat pengukur radiasi ultra violet,
diterangi, tetapi jika sudutnya tegak
kuat cahaya, suhu dan kelembaban)
lurus maka Q = 0 dan harga Cos Q dapat diabaikan.
Panel monitor menunjuk- - kan besaran angka
Satuan Ukuran ELSEC 4 in 1 Monitor: dan satuan
Sensor suhu dan
kelembaban udara
Kelembaban Udara (RH) = %
Suhu Udara (T) = 0 C
Kuat Penerangan (E) = Lux Kuat Radiasi UV (UVR) = μ W/Lumen
KONVERSI ENERGI: 1 Joule = 10 7 erg.
Sensor radiasi UV
1 kwh = 3.600.000 J.
dan Intensitas cahaya.
1 Kalori = 4,1868 J. KONVERSI DAYA:
1 watt = 1 Joule/ detik. 1 HP = 0,746 watt
Tombol untuk suhu, kelembaban udara,
Energi = kekuatan untuk melakukan usaha.
kuat cahaya dan
Daya = kekuatan tenaga.
radiasi ultra violet.
Lampu TL Ultra Violet, National, 100 volt/ 50 Hz., Type FL 205, Panjang gelombang = 263 nm.
Energi = 2 μ W/cm 2 .
Catatan :
1 (mikro) = 1 / 1.000.000 atau 10 μ -6 Untuk konversi satuan, kunjungi situs: http://www.easyunitconverter.com/
Alat Pengukur
Suhu dan Kelembaban Udara
Wet & Dry Bulb Psychrometer
Banyak digunakan untuk kalibrasi alat- alat pengukur RH & T jenis lain.
“Wet & Dry Psychrometer”
Sling Psychrometer
sangat cocok digunakan untuk
Alat ini menyerupai Wet & Dry
kalibrasi, spot reading dan
Psychrometer, tetapi badan yang
ditempeli thermometer (baik har
ga pendataan data klimatologi harian.
Kita dapat mengetahui besarnya
yang dry ataupun wet) dapat
suhu udara secara langsung pada
diputar, guna melewatkan udara
pada thermometer. Belakangan selisih
bagian thermometer yang kering
(kiri). Sedangkan RH-nya dapat
perangkat ini telah dimodifikasi
dicari dengan merujuk selisih
dengan tenaga baterai untuk
harga dengan thermometer yang
memutar kipas angin yang
basah (kanan). Selanjutnya besar-
melewatkan udara yang akan
nya RH dapat dicari pada Tabel RH
diukur suhu ataupun kelembab-
yang biasa disertakan pada saat
annya.
pembelian alat tersebut. Maintenans Alat:
Kain yang digunakan untuk melembabi (dengan air distilasi)
INAKURASI + 2%
thermometer merkuri diusahakan selalu bersih, dan air yang digunakan selalu air distilasi.
Kain selalu bersih dan harus dengan air distilasi/ deionisasi
Thermohygrometer
Catatan:
Satu orang yang sedang
Hasil pengukuran dari alat ini
istirahat selama satu
dapat dilihat/ dibaca langsung.
jam setara dengan 60 ml air, dan menghasil-
Besarmya RH merujuk pada
kan panas setara dengan
“perubahan ukuran benda/ bahan higroskopis”, seperti: rambut,
100 watt lampu pijar.
polymer atau garam kristal.
Referensi: Thermohygrograph
Bachmann (1992:15-22)
Hasil pengukuran dari
INAKURASI (INACCURACY):
alat ini dapat dilihat/
+ 2 ~ 4% (sering dikalibrasi)
dibaca langsung.