KEPEMILIKAN INSTITUSI, PILIHAN STRATEGIS, DAN EFISIENSI PERUSAHAAN GO PUBLIC DI INDONESIA

KEPEMILIKAN INSTITUSI, PILIHAN STRATEGIS, DAN EFISIENSI PERUSAHAAN GO PUBLIC DI INDONESIA

Marsella Isani Edoway Alumni Fakultas Bisnis Universitas Kristen Duta Wacana

Jl. Dr. Wihidin Sudiro Husodo 5 - 25, Yogyakarta, 55224 edowaymarsella@gmail.com

ABSTRACT

Based on the tenets of capital allocation systems theory, stewardship theory, and ‘going concern’ concept of business, institutional ownership is proposed to affect corporate Efficiency, both directly and

indirectly, in large Indonesian corporations through a set of three firm-level choices: product/market development, capital intensity, and leverage. Using data on 59 corporations drawn from all industry sectors in Indonesian, and applying a partial mediation technique, this study tests an integrated, causal model of the relationships among these variables. Results show mixed support for the model. No direct relationship between institutional ownership and Efficiency is observed. However, institutional ownership affects Efficiency indirectly through product/market development and capital intensity. Although almost variable has mediation affect between institutional ownership and Efficiency, nevertheless institutional ownership has no significant relationship with leverege which also has no significant relationship with Efici.

Keyword: institutional ownership, product/market development, capital intensity, leverage, efficiency

ABSTRAK

Berdasarkan prinsip capital allocation systems theory, stewardship theory, and ‘going concern, kepemilikan institusional diusulkan untuk mempengaruhi efisiensi perusahaan, baik secara langsung maupun tidak langsung, di perusahaan-perusahaan besar Indonesia melalui serangkaian tiga pilihan tingkat perusahaan: pengembangan produk / pasar, intensitas modal, dan leverage. Dengan menggunakan data pada 59 perusahaan yang diambil dari semua sektor industri di Indonesia, dan menerapkan teknik mediasi parsial, penelitian ini menguji model kausal terpadu dari hubungan antara variabel-variabel tersebut. Hasil menunjukkan dukungan pada kerangka model penelitian. Tidak ada hubungan langsung antara kepemilikan institusi dan efisiensi setelah diamati. Namun, kepemilikan institusional mempengaruhi efisiensi secara tidak langsung melalui pengembangan produk atau pasar dan intensitas modal. Meskipun hampir seluruh variabel telah berpengaruh secara mediasi antara kepemilikan institusi dan efisiensi, namun kepemilikan institusi tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan hutang yang juga tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan efisiensi .

Kata Kunci: kepemilikan institusional, pengembangan produk atau pasar, intensitas modal, leverage, efisiensi perusahaan

PENDAHULUAN

melalui tingkat kemampuan perusahaan memimpin daya saing pada struktur

Efisiensi perusahaan menurut Hill dan pembiayaan, memiliki harga yang kompetitif Snell (2009) ditunjukan melalui adanya

terhadap produk maupun jasa serta menjadi peningkatan nilai produktifitas perusahaan.

dasar daya saing perusahaan di pasar nasional. Nilai produktifitas perusahaan dicerminkan

Untuk dapat mencapai tujuan perusahaan,

JRAK, Volume 12, No 1 Februari 2016

tidak sedikit para pemangku kepemilikan Dari pernyataaan diatas, penelitian ini saham di beberapa perusahaan menetapkan

kembali pengaruh kebijakan-kebijakan

hendak

menguji

kepemilikan institusi terhadap efisiensi perusahaan untuk dapat diterapkan dan

strategis

kepada

perusahaan, baik secara langsung maupun menjadi acuan untuk pertumbuhan perusahaan.

tidak langsung, melalui empat tahap level Kepemilikan saham perusahaan go

kebijakan strategis yang sebelumnya pernah public di Indonesia saat ini semakin luas

dilakukan oleh J. Michael Geringer tahun 2001 dengan adanya investasi melalui institusi atau

dengan judul penelitian “Institutional lembaga. Dari 430 perusahaan tercatat di tahun

Ownership, Strategic Choices and Corporate 2008, terdapat 412 perusahan yang memiliki

Efficiency; Evidence From Japan . Dalam kepemilikan institusi, atau sebesar ± 75%.

penelitiannya, dikatakan bahwa keberadaan Kepemilikan institusi perusahaan go public di

perusahaan di Jepang pada umumnya Indonesia secara umum terdiri dari lembaga

pencapai efisiensi keuangan seperti bank dan perusahaan

berorientasi

pada

perusahaan yang tinggi. Hal tersebut asuransi. Kepemilikan institusi juga dapat

ditunjukan melalui etos kerja tenaga kerja terjadi bagi perusahaan joint venture ataupun

perusahaan serta produk-produk keluaran perusahaan dengan berbagai macam cabang

Jepang yang senantiasa berinovasi. Pencapaian anak perusahaan karena adanya hubungan

efisiensi tersebut dalam penelitian Michael kerja sama atau universitas maupun gereja.

dipengaruhi oleh Sebagai wujud peran serta kepemilikan yakni

tidak

semata-mata

kepemilikan institusinya saja, melainkan juga meningkatkan nilai perusahaan, investor oleh

terlaksananya empat kebijakan strategis yang institusi mempertajam konsentrasinya dengan

penelitiannya, yaitu cara turut memperhatikan pertumbuhan jangka

diangkat

dalam

dan pemasaran, panjang perusahaan serta daya saing

pengeluaran

produk

pengeluaran R & D, intensitas modal serta perusahaan yang dilaksanakan oleh manager

tingkat hutang yang digunakan perusahaan perusahaan. Kepemilikan institusi merupakan

tersebut.

suatu mekanisme untuk mengurangi konflik Apabila Michael menggunakan empat antara manajemen dan pemegang saham Faisal

pilihan strategis pada perusahaan- perusahaan (2005) dan Sabrina (2010). Beberapa

Jepang, penelitian ini fokus pada penerapan penelitian sebelumnya oleh Abegglen dan

tiga kebijakan strategis yang meliputi ; Stalk, (1985) berpendapat bahwa pemegang

pengeluaran produk dan pemasaran, intesitas saham yang merupakan investor institusi

modal dan leverage. Tiga varibel ini senatiasa memiliki kendali yang cukup besar terhadap

menjadi acuan kebijakan strategi perusahaan manajemen sebagai masukan kebijakan atau

di Indonesia pada umumnya. Endah (2008) keputusan strategis perusahaan. Jensen (1989)

menjelaskan bahwa kebijakan keuangan dan Porter (1992b) menyebutkan sebagian

menjadi pilihan perusahaan untuk memitigasi besar investor institusi juga berpengaruh

risiko keuangan pada perusahaan, dalam hal sebagai monitor managemen. Untuk itu,

ini kebijakan keuangan ditujukan kepada struktur kepemilikan institusional dipercaya

penggunaan hutang perusahaan (tingkat memiliki kemampuan untuk mempengaruhi

hutang). Selain itu, Chowdury dan Geringer jalannya perusahaan agar tercapai efisiensi

(2001) menjelaskan bahwa dalam mencapai perusahaan (Michael 2001).

efisiensi perusahaan pengembagan produk dan Dalam mencapai efesiensi perusahaan,

model pemasaran yang baik harus diperhatikan institusi sebagai pemegang saham yang secara

seperti perencanaan produk baru, pemasaran signifikan berpengaruh bagi kelangsungan

dan distribusi, iklan hingga pengembangan perusahaan juga menetapkan beberapa pilihan

produk melalui R&D. Commanor dan Wilson strategis (Abegglen dan Stalk, 1985). Yang

juga menjelaskan bahwa intesitas modal mana pilihan-pilihan tersebut secara umum

merupakan inforamsi penting yang dapat diyakini berpengaruh pada pertumbuhan

menunjukan tingkat efisiensi penggunaan jangka panjang perusahaan dan kemampuan

modal yang telah ditanamkan. daya saing (Michael; 2001). Menurut Michael,

Pilihan tiga level strategis menunjukan terdapat empat pilihan strategis yang dapat

kemungkinan adanya konsistensi inter- dierapkan oleh perusahaan, yaitu pengeluaran

strategi, keahlian produk dan pemasaran, pengeluaran R&D,

perusahaan

antara

managemen dalam mengelolanya serta hasil intensitas modal dan leverage yang digunakan.

agregat

ekonomi

perusahaan berupa

KEPEMILIKAN INSTITUSI, PILIHAN STRATEGIS………………………………………………..……………(Marsella)

pengembangan pangsa pasar perusahaan, perusahaan serta mengembangkan prospek pertumbuhan keuangan yang bersifat jangka

keuangan perusahaan (Davis et al., 1997; Fox panjang serta keuntungan strategis lainnya

dan Hamilton, 1994) untuk mencapai efisiensi (Kotler,1985; Smothers 1990; Tezuka 1997).

perusahaan.

Dengan menyatukan hubungan dalam sebuah model yang terintegrasi, diharapkan peneliti

Going Concern Theory

dapat menunjukan hubungan mediasi, yaitu Menjelaskan bahwa manajer berperilaku apakah terdapat hubungan langsung atau

kapasitas menghasilkan hubungan tidak langsung antara kepemilikan

memaksimalkan

kekayaan perusahaan (Drucker, 1991, p.112) institusi terhadap efisiensi perusahaan-

lebih dari lima dekade. Dari pengertiannya, perusahaan go public di Indo nesia

perilaku obyektif manajer bukanlah untuk memaksimalkan pemegang saham melainkan

KAJIAN LITERATUR DAN

memaksimalkan kemampuan perusahaan

PENGEMBANGAN HIPOTESIS

dalam menghasilkan kekayaan perusahaan agar perusahaan dapat terus berjalan. Drucker

Capital Allocation Systems Theory

berpendapat perilaku obyektif tersebut ialah Teori ini mengarah kepada intensitas

sifat perilaku atau kebijakan manajemen baik modal oleh investor / pemegang saham, dalam

jangka panjang maupun jangka pendek yang hal ini merupakan lembaga/institusi. Porter

diwujudkan kedalam operasional perusahaan (1992) menjelaskan pemilik (investor) yang

keadaan pasar, inovasi, produktifitas dan ideal atau memiliki “dedikasi”, menentukan

tenaga kerja yang ditunjukan dengan jumlah modal secara signifikan kepada

kebutuhan keuangan serta hasil keungannya. perusahaan untuk dukungan keuangan yang

Teori ini berbanding terbalik dengan teori sifatnya jangka panjang (Kang, 1994); Sheard,

keaganenan tradisional perusahaan dimana 1989),

perusahaan beroperasi untuk memaksimalkan hubungan

dengan tujuan

memperbanyak

keuntungan serta kesejahteraan pemegang mengendalikan transaksi (Porter, 1992). Oleh

karena itu, pemilik ini memiliki akses aliran

informasi yang luas guna membantu

Kepemilikan Institusi

menciptakan pemahaman

institusi merupakan menyeluruh terhadap nilai perusahaan dan

kepemilikan saham suatu perusahaan oleh prospek jangka panjang perusahaan. Selain itu,

lembaga atau institusi baik negeri maupun dasar utama agar teori dapat berjalan baik

swasta. Beberapa penelitian sebelumnya oleh ialah perilaku setia manager yang berusaha

Abegglen dan Stalk (1985) berpendapat meningkatkan kinerja perusahaan. Pemilik

bahwa pemegang saham yang merupakan yang ideal dan berdedikasi kemudian

investor institusi memiliki kendali yang cukup memperkenankan manajer untuk mengambil

besar terhadap managemen sebagai masukan proyek jangka panjang, mengembangkan

kebijakan atau keputusan strategik perusahaan. kemampuan perusahaan secara keseluruhan

dan menatar keuntungan kompetitif yang

Pengeluaran Produk dan Pasar

kemudian dilakukan untuk mencapai kondisi Pengeluaran produk dan pasar perlu aman serta berkelanjutan dalam perusahaan.

dilakukan perusahaan agar perusahaan tetap mampu bersaing dengan perusahaan lain.

Stewardship Theory

Penerapannya ialah investor harus mampu Teori ini menjelaskan bahwa motif dan

menerapkan strategi pemasaran yang baik perilaku manajer dalam sebuah perusahaan

untuk dapat dikerjakan oleh manajemen haruslah jelas mengarah kepada kepentingan

Menurut Craven, strategi pemegang saham (Davis, 1997). Sebagaimana

perusahaan.

pemasaran didefinisikan sebagai analisis kepercayaan pemegang saham, manajer tidak

strategi pengembangan dan pelaksanaan diberlakukan

kegiatan dalam strategi penentuan pasar kepentingan diri sendiri di dalam perusahaan,

berperilaku

memenuhi

sasaran bagi produk pada tiap unit bisnis, melainkan memaksimalkan tujuan-tujuan

pemasaran, dan kolektif perusahaan seperti pertumbuhan

penetapan

tujuan

pengembangan, pelaksanaan, serta pengelolaan penjualan dan pangsa pasar, keuntungan

strategi program pemasaran, penentuan posisi pasar yang dirancang untuk memenuhi

JRAK, Volume 12, No 1 Februari 2016

keinginan konsumen pasar sasaran. Dengan tinggi juga memungkinkan perolehan tingkat pemasaran produk yang baik maka akan dapat

ROE rendah yang mana dapat membawa meningkatkan penjualan dan merebut pangsa

pesaing dengan hutang yang rendah pada pasar. Jika pemasaran produk yang dilakukan

persaingan yang tidak menguntungkan tidak atau kurang tepat maka akan terjadi

(Sarathy dan Chaterjje, 1984). penurunan penjualan yang akan memberi dampak penurunan pendapatan yang diterima

Pengembangan Hipotesis

oleh perusahaan tersebut (Iwan, 2008, p.151). Beberapa peneliti terdahulu (Abbegglen dan

Porter (1992) dan Sheard (1989) Stalk, 1985; Ito dan Pucik, 1993; Kotler dan

menegaskan bahwa masuknya hak-hak Fahey, 1985; Smothers, 1990) berpendapat

pemegang saham yaitu insitusi yang bahwa dengan pengembangan produk dan

keputusan internal pemasaran yang baik dapat mendukung

diterapkan

sebagai

perusahaan dapat menjadi kebijaksanaan untuk pertunbuhan jangka panjang perushaaan serta

memonitoring perusahaan. Di Indonesia kemampuan berkompertisi dengan pesaing

pengaruh tersebut tidak selalu kuat, karena lain.

sebagian

perusahaan memiliki kelemahan manajemen perusahaan yang

besar

Intensitas Modal

berkaitan dengan

konflik kepentingan, meskipun kecil kemungkinannya. Namun,

kepemilikan institusional (total asset turn over) perputaran seluruh harta

Intensitas modal adalah perputaran harta

monitoring

sebagaimana dijelaskan oleh Porter (1992) dan perusahaan dan dihitung dari penjualan dibagi

Sheard (1989) menjadi alasan munculnya dengan jumlah harta. Intensitas modal

hubungan langsung kepemilikan institusi menunjukan efisiensi di mana perusahaan

terhadap efisiensi perusahaan. Dengan menggunakan seluruh aktivanya untuk

demikian, akan lebih baik ketika insititusi menghasilkan penjualan. Semakin tinggi rasio

sebagai pemegang saham dengan sendirinya ini berarti semakin efisien penggunaan aktiva

menegaskan efisiensi/produktifitas perusahaan tersebut. Menurut Commanor dan Wilson

langsung tersebut. (1967) rasio intensitas modal merupakan salah

melalui

hubungan

Berdasarkan penjelasan dan hasil riset satu informasi yang penting bagi investor

sebelumnya, maka hipotesis dapat dirumuskan karena dapat menunjukkan tingkat efisiensi

sebaghai berikut :

penggunaan modal yang telah ditanamkan.

H 1 : Kepemilikan Institusi berpengaruh Salah satu indikator prospek suatu perusahaan

langsung terhadap efisiensi perusahaan di masa mendatang yang dapat digunakan

di Indonesia.

untuk menilai suatu intensitas modal

mencerminkan seberapa besar modal yang Dalam mencapai produktifitas yang dibutuhkan untuk menghasilkan pendapatan

maksimal sebagaimana yang diharapkan oleh dalam merebut pasar yang di inginkan oleh

perusahaan, pengembangan baik produk perusahaan. Semakin besar intensitas modal

maupun model pemasarannya menjadi hal suatu perusahaan akan berdampak pada

penting yang diperhatikan oleh perusahaan peningkatan penjualan yang ada diperusahaan

seperti perencanaan produk baru, pemasaran sehingga akan berdampak secara langsung

dan distribusi, iklan, R&D (research and terhadap kinerja keuangan.

development) , training sumber daya manusia dan lain sebagainya (Chowdhury, 2001 dan

Leverage

Geringer, 2001). Agar perusahaan tetap Menurut (Blaine, 1993; Frankel, 1991,

mampu bersaing dengan perusahaan lain, maka Sharaty dan Chaterjje, 1984), tingkat hutang

investor harus mampu menerapkan strategi dapat mengurangi kesuluruhan biaya dalam

pemasaran yang baik untuk dapat dikerjakan permodalan khususnya bila memungkinkan

oleh manajemen perusahaan. Menurut Craven, adanya

Strategi pemasaran didefinisikan sebagai informasi oleh main bank yaitu sistem

pengembangan dan peninjauan yang mana dapat mengurangi

analisis

strategi

pelaksanaan kegiatan dalam strategi penentuan informasi asimetris serta ketidakpastian untuk

pasar sasaran bagi produk pada tiap unit bisnis, kemudian diizinkan peminjaman pada tingkat

pemasaran, dan tertentu (Sheared, 1989). Tingkat hutang yang

penetapan

tujuan

KEPEMILIKAN INSTITUSI, PILIHAN STRATEGIS………………………………………………..……………(Marsella)

pengembangan, pelaksanaan, serta pengelolaan

H 3a : Adanya pengaruh kepemilikan institusi strategi program pemasaran, penentuan posisi

intensitas modal pada pasar yang dirancang untuk memenuhi

terhadap

perusahan-perusahaan di Indonesia. keinginan konsumen pasar sasaran. Beberapa peneliti terdahulu ( Abbegglen dan Stalk, 1985;

H 3b : Adanya pengaruh intensitas modal Ito dan Pucik, 1993; Kotler dan Fahey, 1985;

terhadap efisiensi perusahaan di Smothers, 1990) berpendapat bahwa dengan

Indonesia.

pengembangan produk dan pemasaran yang baik dapat mendukung pertumbuhan jangka

dan kecenderungan panjang perusahaan

Baik tujuan

manajemen puncak dalam mengambil risiko berkompertisi dengan pesaing lain. Proses

serta

kemampuan

menentukan tingkat hutang dalam struktur pertumbuhan dapat terjadi mulai dari penetrasi

modal perusahaan (Barton dan Gordon, 2008). pemasaran kepada pembangunan pemasaran

Kembali lagi, dalam hal ini daya bentuk dan pembangunan pemasaran kepada perluasan

pemegang saham menjadi faktor pengaruh pasar. Oleh karena pemegang saham dan

yang besar terhadap tujuan dan kecenderungan mamajemen berorientasi pada pertumbuhan

dalam mengambil risiko tersebut. Pilihan jangka panjang perusahaan melalui perluasan

masukan dari kepemilikan institusi terbesar pasar, maka mereka akan mengambil kebijakan

merupakan keputusan strategis yang krusial untuk

Oleh karena itu, pengeluaran perusahaan untuk pengembangan

dalam perusahaan.

manajemen puncak cenderung mengadopsi produk dan pasar. Kalimat diatas membentuk

keputusan strategis tersebut untuk mencapai hipotesis dibawah ini;

tujuan dan harapan kepemilikan institusi

H 2 : Kepemilikan Institusi berpengaruh tidak sebagai pemegang saham. langsung terhadap efisisensi perusahaan

Sebagian besar perusahaan di Indonesia melalui pengeluaran pro duk/pasar.

memilih bank sebagai sumber permodalan perusahaan, kemudian membangun hubungan

H 2a : Adanya pengaruh kepemilikan institusi dekat hingga menjadi main bank dalam terhadap pengeluaran pengembangan

memenuhi struktur modalnya. Lepas dari produk/pasar

kesadaran perusahaan akan adanya garansi perusahaan di Indonesia.

pada

perusahaan-

kelangsungan jangka panjang perusahaan

H 2b : Adanya pengaruh

ketika membangun hubungan tersebut, main pengembangan

pengeluaran

bank juga menjadi “pembawa risiko” ketika efisiensi

produk/pasar

dan

ada kelemahan keuangan di perusahaan. Indoensia.

di

perusahaan-perusahana

Jaminan tersebut mengurangi risiko operasi perusahaan serta meningkatkan kapasitas

Menurut Commanor dan Wilson (2007) menstabilkan rasio hutang yang tinggi rasio intensitas modal merupakan salah satu

(Prowse, 2000).

informasi yang penting bagi investor karena Keuntungan yang diperoleh kepemilikan dapat

institusi ialah jika perusahaan mencapai penggunaan modal yang telah ditanamkan.

pertumbuhan ketimbang jika perusahaan Perusahaan - perusahaan di Indonesia

membayar deviden. Dorongan investor berkarakteristik mencapai obsesi, yaitu

terhadap fokus pertumbuhan jangka panjang memiliki produktifitas yang tinggi melalui

inilah yang kemudian perusahaan menjadi ketersedian intensitas modal dan pengelolaan

agresif dalam menggunakan hutangnya (Flath, yang optimal (Michael, 2001). Kotha, Nair

(2005) dan Michael (2001) mengemukakan Tingginya hutang dapat mengurangi hasil penelitian mereka bahwa hubungan

kesuluruhan biaya dalam permodalan (Blaine, intensitas modal dan produktifitas di Jepang

2003; Frankel, 2001, Sharaty dan Chaterjje, merupakan hubungan yang positif.

2004), khususnya bila memungkinkan adanya Oleh karena itu, adapun hipotesis yang

kesinambungan dengan akses informasi oleh digunakan dalam penelitian ialah,

main bank yaitu sistem peninjauan yang mana

H 3 : Kepemilikan Institusional berpengaruh dapat mengurangi informasi asimetris serta tidak langsung terhadap efesiensi

ketidakpastian untuk kemudian diizinkan perusahaan melalui intensitas modal.

peminjaman pada tingkat tertentu (Sheared, 2009). Tingkat hutang yang tinggi juga

JRAK, Volume 12, No 1 Februari 2016

memungkinkan perolehan tingkat ROE rendah menggunakan data sekunder adalah karena yang mana dapat membawa pesaing dengan

data sekunder lebih mudah diperoleh, hutang yang rendah pada persaingan yang

sudah ada penelitian dengan jenis data ini, tidak menguntungkan (Sarathy dan Chaterjje,

serta lebih dapat dipercaya keabsahannya 2004). Untuk itu, berikut ialah hipotesis yang

karena laporan keuangannya telah diaudit dapat dibentuk untuk diuji dalam penelitian

ini: oleh akuntan publik dan diterbitkan oleh

H 4 : Kepemilikan Institusi berpengaruh tidak lembaga yang resmi. Selain itu,

langsung terhadap efisiensi perusahaan pengambilan data selama lima tahun melalui leverage.

dilakukan dengan alasan untuk melihat

H 4a : Adanya pengaruh kepemilikan produktifitas perusahaan yang sifatnya institusional dan proporsi hutang pada

jangka panjang serta berkaitan dengan perusahaan-persauahaan di Indonesia.

kondisi perekonomian Indonesia yang

H 4b : Adanya pengaruh proposi hutang fluktuatif di pilihan tahun tersebut. terhadap

Metode pengambilan sampel yang perusahaan di Indonesia.

efisiensi

perusahaan-

akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode purposive sampling yaitu

Dari pengembangan hipotesis diatas, maka merupakan tipe pemilihan sampel secara kerangka penelitian ditunjukkan pada

tidak acak, yang informasinya diperoleh gambar 1.

dengan menggunakan pertimbangan atau kriteria tertentu (Nur dan Bambang, 2002). Kriteria-kriteria yang digunakan dalam

Gambar 1

penelitian sampel adalah, (1) Perusahan-

Model Teoritis

perusahaan yang terdaftar di BEI dan sahamnya aktif diperdagangkan selama

tahun 2008 - 2012. (2) Perusahaan tersebut

menerbitkan annual report periode 2008 –

Produk/P

asar

2012. (3) Perusahaan tersebut sebagian atau seluruh kepemilikan sahamnya

Kepemili

H1 Efisiensi

merupakan kepemilikan institusi. (4)

kan

Perusaha

Perusahaan dengan nilai kepemilikan

Institusi

an institusi diatas 50%. Dalam segi pengaruh,

H3a

H3b

akuntansi menggunakan koridor 20% dan

Intensita

50% untuk menentukan tingkat pengaruh

s Modal

dalam kepemilikan saham. Pemegang saham di bawah 20% dianggap tidak punya

H4a

H4b

pengaruh signifikan, sedangkan memiliki

saham di atas 20% tetapi di bawah 50%,

Leverag

e pemilik dianggap mempunyai pengaruh, meskipun kecil. Namun dalam segi kontrol,

kepemilikan saham di atas 50% dianggap mampu mengontrol perusahaan. Untuk itu,

dalam penelitian ini data kepemilikan institusi menggambarkan nilai prosentasi

METODA PENELITIAN

kepimilikan diatas 50%, yaitu kuatnya kepemilikan institusi tersebut baik dari

segi pengaruh dan kontrol terhadap penelitian ini adalah data sekunder yang

Data yang

digunakan dalam

perusahaan (Toto Prihadi, 2013). (5) diperoleh dari IDX (Indonesian Stock

Perusahaan dengan ketersediaan data yang Exchanges) selama lima tahun, yaitu pada

memadai untuk kemudian dilakukan tahun 2008-2012.

Alasan

peneliti

perhitungan. (6) Perusahaan yang memiliki

KEPEMILIKAN INSTITUSI, PILIHAN STRATEGIS………………………………………………..……………(Marsella)

nilai PER dan ROE positif serta nilai EVA IC = Invested Capital merupakan jumlah yang mayoritas nilainya positif dan lebih

total hutang dengan ekuitas dikurangi besar dari 0 (EVA > 0). Dari

hutang jangka pendek. kriteria-kriteria

Dari perhitungan akan diperoleh mengambil 59 perusahaan selama lima

tersebut,

peneliti

kesimpulan dengan interprestasi sebagai periode dari tahun 2008-2012, sebagai

berikut: Jika EVA > 0, hal ini menunjukan sampel dari 412 perusahaan yang

terjadi nilai tambah ekonomis bagi kepemilikannya oleh institusi serta

perusahaan. Jika EVA < 0, hal ini terdaftar di bursa efek Indonesia tahun

menunjukan tidak terjadi nilai tambah 2008.

ekonomis bagi perusahaan. Jika EVA = 0, Variabel dependen dalam penelitian

hal ini menunjukan posisi “impas” karena ini ialah EVA. Menurut Hill dan Snel

laba telah digunakan untuk membayar (2009), efisiensi perusahaan lebih baik bila

kewajiban kepada penyandang dana baik diukur

kreditur maupun pemegang saham. perusahaan dibandingkan dengan nilai

dengan

nilai

produktifitas

Dalam penelitian ini, variabel inde- profitabilitas perusahaan. Untuk mem-

pendennya, yaitu kepemilikan institusi, peroleh nilai produktifitas secara umum

baik institusi keuangan, non-keuangan, digunakan nilai Economic Value Added

pemerintah, yayasan dan institusi terdaftar (EVA). EVA adalah keuntungan operasi

lainnya. Kepemilikan institusi diperoleh dikurang pajak, dikurangi lagi dengan

dari persentase kepemilikan saham biaya modal dari seluruh modal untuk

institusi pada sebuah perusahaan. Variabel menghasilkan laba. Keuntungan ope-

mediasi dalam penelitian ini ialah, tiga rasional setelah pajak menggambarkan

yang dapat hasil penciptaan nilai (value) didalam

kebijakan

strategi

mempengaruhi produktifitas perusahaan. perusahaan, sedangkan biaya modal dapat diartikan sebagai pengorbanan yang

Pengeluaran Produk/Pasar

dikeluarkan dalam penciptaan nilai tersebut Pengeluaran modal ditunjukan dari (Steward, 2007). Menurut Iramani &

seberapa besar aset tetap perusahaan baik Febrian (2005), secara sederhana EVA

gedung, kendaraan maupun peralatan dirumuskan sebagai berikut:

perusahaan menjadi penunjang jalannya operasi perusahaan. Pengeluaran modal

EVA = NOPAT – (WACC * Invested

tersebut kemudian dibagi dengan total

Capital)

penjualan. Dengan demikian, pengeluaran produk/pasar

mengestimasikan hasil Keterangan:

penjualan tertentu pada setiap kali aset NOPAT = Penjualan - Pajak

tetap ditambahkan. (Michael;2001) WACC = Biaya modal rata-rata

tertimbang (Weighted Average Cost of PP = Aktiva Tetap / Penjualan Capital ) atau {(D*Rd)*(1-Tax)+(E*Re)}

dimana Intensitas Modal , Intensitas modal adalah total asset turn over atau perputaran seluruh harta perusahaan

D = Total Hutang / (Total Hutang+ yang dihitung dari penjualan dibagi dengan

Ekuitas) jumlah harta. Intensitas modal menunjukan Rd = Bunga/Hutang Jangka Panjang

efisiensi di mana perusahaan menggunakan Tax = Pajak / EBIT

seluruh aktivanya untuk menghasilkan

E = Ekuitas/(Ekuitas+Total Hutang) penjualan tertentu. Semakin tinggi nilai Re = Laba Bersih/Ekuitas

intensitas modal maka semakin efisien penggunaan aktiva tersebut. (Riyanto, 1995)

JRAK, Volume 12, No 1 Februari 2016

mediation sebagaimana pada multiple IM = Penjualan / Total Aset

regression (Preacher dan Hayes., 2008). Investigasi multiple mediation model mencakup dua hal: (1) investigasi terhadap

Leverage

total indirect effect , jadi apakah sehimpunan mediator memediasi efek independen X pada

Variabel ini diperoleh dari ratio antara dependen Y; dan (2) menguji hipotesis hutang jangka panjang terhadap total ekuitas

berkenaan dengan mediator individual dalam perusahaan. Keterkaitan hutang jangka

konteks multiple mediation, jadi menyelidiki panjang terhadap total ekuitas ialah tingginya

specific indirect effect masing-masing mediator. hutang dapat mengurangi keseluruhan biaya

Perlu diketahui bahwa signifikansi total dalam permodalan (Blaine, 1993; Frankel,

indirect effect bukan menjadi prasyarat untuk 1991, Sharaty dan Chaterjje, 1984). Dengan

menyelidiki specific indirect effets. Karena bisa demikian, variabel hutang menentukan

terjadi indirect effect ditemukan signifikan seberapa besar tingkat hutang yang diambil

meskipun ditemukan bahwa total indirect effect perusahaan dalam mendukung tingkat modal

tidak signifikan. Atau total inderct effect tertentu. (Michael;2001)

signifikan namun variabel tersebut bukanlah variabel mediator. Hal ini bisa terjadi bila model mengandung mediation effect dan

Leverage = Hutang Jangka Panjang / Ekuitas suppression effect . Untuk itu setiap variabel mediasi PP, IM dan IH harus di uji dengan

Sobel Test, yaitu langkah akhir setelah regresi mediasi untuk menetukan apakah variabel yang

HASIL PENELITIAN

tersebut betul-betul memediasi variabel independen terhadap Dalam penelitian ini, data penelitian

diduga memediasi

dependen. Dikatakan mediasi apabila hasil akan dianalisis melalui multiple mediation

Sobel Test memiliki nilai T hitung lebih besar model . Diakui bahwa pengujian terhadap

dari T tabel dengan tingkat sig. 0,05 memiliki model multiple mediation lebih komplek

nilai 1,95. Adapun persamaan yang digunakan dibanding model simple mediation. Pengujian

untuk diuji kedalam uji hipotesus tersebut,

multiple mediation model tidak saja

yaitu ;

menyangkut apakah ada atau tidak ada indirect Efisiensi perusahaan= a + ki x +e effect , tetapi juga menyangkut bagaimana

Efisiensi perusahaan= a + pp x +e sebagian efek individual suatu mediator pada

Efisiensi perusahaan= a + im x +e beberapa mediator lain yang mungkin saja

Efisiensi perusahaan= a + L x +e saling tumpang tindih. Berkaitan dengan ini,

Peng. Produk/Pasar = a + ki x +e maka isu mengenai multikoliniertas juga

= a + ki x +e dipertimbangkan dalam model-model multiple

Intensitas modal

Leverage

= a + ki x +e

Tabel 1 Statistik Deskriptif

Std. Deviation Kepemilikan Institusi

.12096 Pengeluaran Produk/Pasar

.14549 Intensitas Modal

29.07 2.0788 3.73686 Valid N (listwise)

KEPEMILIKAN INSTITUSI, PILIHAN STRATEGIS………………………………………………..……………(Marsella)

Dari tabel diatas ditunjukan bahwa Ada beberapa pendekatan yang digunakan dengan jumlah data (N) sebesar 295 pada

untuk mengestimasi total dan specific setiap variabel diketahui bahwa nilai

indirect effect pada model-model multiple minimum

mediation . Namun penelitian ini akan fokus Pengeluaran Produk/Pasar, Intensitas

Kepemilikan

Institusi

pada dua pendekatan yang telah disinggung Modal, Leverage memiliki nilai minimum

sebelumnya ketika menguji model-model paling rendah nol namun tidak sampai

simple mediation yaitu causal step dan uji negatif. Begitu pula dengan nilai

Sobel/ Sobel Test. Dalam pengujian dengan maximum, mean dan std. deviasinya.

causal steps , diketahui tujuh persamaan Sedangkan nilai terendah

regresi untuk model mediasi dengan tiga EVA diketahui terdapat angka minus

mediator (MacKinnon, D.P., 2008: 104 - pada -17,74 dengan nilai maximum 29,07.

105, 109 - 110) sebagaimana ditunjukan Kemudian rata-rata nilai pada variabel

pada kerangka penelitian. Berdasarkan EVA ditunjukan berkisar 2,0788 dengan

persamaan model multiple mediation, hasil persebaran data 3,73686. Bila digambarkan

uji mediasi dalam program SPSS 21.0 nilai EVA tersebar cukup besar. Namun,

ditunjukan sebagaiamana tabel 2. masih dapat digunakan untuk menguji persamaan dalam penelitian ini.

Tabel 2 Pengaruh Kepemilikan Institusi Terhadap Efisiensi Perusahaan

Model

Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

T Sig.

B Std. Error

a. Dependent Variable: LnEva Hasil analisis regresi pertama pada Tabel

tidak terdapat pengaruh langsung variabel

2, ditemukan bahwa pengaruh total (total effect) independen terhadap variabel dependen (1) kepemilikan institusi (X) terhadap efisiensi

yang signifikan. Dari hasil regresi diatas juga persuahaan (Y) tidak signifikan (p-value > 0,05)

dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak ada dengan koefisien regresi (1) = 0,84. Bila

hubungan langsung antara kepemilikan mengikuti kriteria causal steps maka analisis

institusi terhadap efisiensi perusahaan. Dengan berhenti sampai disini. Meskipun demikian,

demikian, H1 dalam penelitian ini tidak sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya

didukung.

bahwa efek mediasi bisa saja terjadi meskipun

Tabel 3 Pengaruh Pengeluaran P/M Terhadap Efisiensi Perusahaan

Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

Model T Sig.

B Std. Error

a. Dependent Variable: LnEVA Hasil regresi persamaan dua pada Tabel 3,

Efisiensi Perusahaan (Y) (p-value < 0,05), ditemukan bahwa Pengeluaran Produk/Pasar

namun negatif dengan koefisien regresi (2b) = (M) berpengaruh secara signifikan terhadap

JRAK, Volume 12, No 1 Februari 2016

-0,595. Dengan demikian Hipotesis 2b dalam efisiensi perusahaan. Hasil regresi persamaan penelitian ini didukung.

tiga pada Tabel 4, ditemukan bahwa Intensitas Kemudian, dilakukan kembali regresi

Modal (M) berpengaruh signifikan dan pada variabel mediasi, sebagai syarat agar

memiliki nilai korelasi positif terhadap ditemukannya total pengaruh mulai dari

Efisiensi Perusahaan (Y) (p-value < 0,05) pengaruh variabel independen terhadap

dengan koefisien regresi (3b) = 0,801. Dengan variabel mediasi, setelah itu dari variabel

demikian Hipotesis 3b didukung. mediasi terhadap variabel dependen atau

Tabel 4 Pengaruh Intensitas Modal Terhadap Efisiensi Perusahaan

Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

Model

B Std. Error

Beta

T Sig.

a. Dependent Variable: LnEva

Hasil regresi persamaan empat pada dengan koefisien regresi (4b) = -0,108. Dengan Tabel 5, ditemukan bahwa Leverage (M) tidak

demikian, H4b pada penelitian ini tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

didukung.

Efisiensi Perusahaan (Y) (p-value > 0,05)

Tabel 5 Pengaruh Leverage Terhadap Efisiensi Perusahaan

Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

Model

B Std. Error

Beta

T Sig.

a. Dependent Variable: LnEva Hasil regresi persamaan lima pada

Produk/Pasar (M) (p-value < 0,05) dengan Tabel 6, ditemukan bahwa Kepemilikan

nilai koefisien regresi (2a) = -1,604. Dari Institusi (X) memiliki pengaruh yang

hasi regresi persamaan diatas, Hipotesis 2a signifikan namun negatif korelasinya

pada penelitian ini didukung. terhadap Pengeluaran

Tabel 6 Pengaruh Kepemilikan Institusi Terhadap Pengeluaran Produk/Pasar

Standardized Coefficients Model

Unstandardized Coefficients

t Sig. (Constant)

B Std. Error

Beta

-.270 .787 1 Kepemilikan Institusi

-3.197 .002 a. Dependent Variable: LnPP

KEPEMILIKAN INSTITUSI, PILIHAN STRATEGIS………………………………………………..……………(Marsella)

Hasil regresi persamaan enam pada Hasil regresi terakhir pada persamaan Tabel 7 diatas menunjukan bahwa

tujuh yang ditunjukan pada Tabel 8, Kepemilikan Institusi (X) memiliki

ditemukan bahwa Kepemilikan Institusi pengaruh yang signifikan serta memiliki

tidak berpengaruh secara signifikan nilai korelasi positif terhadap Intensitas

Terhadap Tingkat Hutang (M) (p-value > Modal (M) (p-value < 0,05) dengan nilai

0,05) dengan koefisien regresi (4a) = koefisien regresi (3a) = 1.343. Dari hasi

-0,052. Dengan demikian, Hipotesis 4a regresi persamaan diatas, Hipotesis 3a pada

pada penelitian ini tidak didukung. penelitian ini didukung.

Tabel 7 Pengaruh Kepemilikan Institusi Terhadap Intensitas Modal

Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

Model

B Std. Error

Beta

T Sig.

a. Dependent Variable: IM

Tabel 8 Pengaruh Kepemilikan Institusi Terhadap Leverage

Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

Model

B Std. Error

Beta

T Sig.

a. Dependent Variable: IH

Hasil uji multiple mediation model

Gambar 2

pada kasus suppression model dengan

Model Regresi Terintegrasi

melakukan regresi mediasi, maka model kerangka penelitian multiple mediation dapat dilihat sebagaimana ditunjukan pada

Peng. Produk

gambar 2.

Setelah seluruh persamaan diregresi,

Pasar

ditemukan bahwa Pengeluaran Produk / Pasar (PP)

dan Intensitas

masing-masing berpengaruh

signifikan

Institusionl Perusaha

terhadap Efisiensi Perusahaan (Y) (p-value < an 0,05). Namun, kedua pengaruh signifikan

Pengeluran Produk/Pasar memiliki koefisien

Intensita s Modal

0,801(3b)

regresi negatif sebesar -1,604 (2a) dan -0,595

(3a)

(2b).

Leverag

JRAK, Volume 12, No 1 Februari 2016

Naik turunnya nilai pada variabel ini Intensitas Modal secara signifikan menjadi dipengaruhi oleh Kepemilikan Institusional

variabel pemediasi pengaruh kepemilikan sebagaimana hasil regresi menyatakan

institusi terhadap efisiensi perusahaan. Karena pengaruh tersebut memiliki p-value < 0,05,

nilai T-hitung (2,645) > T-tabel (1,95). Dengan sehingga variabel Pengeluaran Produk/Pasar

demikian hasil uji sobel mendukung hipotesis 3 tergolong memenuhi kriteria causal steps.

dalam penelitian ini.

Meskipun variabel Pengeluaran Produk/pasar Dari seluruh persamaan diatas, dapat (PP)

disimpulkan bahwa kepemilikan institusi tidak instittusional (KK) serta berpengaruhi terhadap

berpengaruh langsung terhadap efisiensi variabel efisiensi perusahaan (EVA), variabel

perusahaan. Namun, kepemilkan institusi PP belum dapat dikatakan sebagai pemediasi

dapat berpengaruh secara tidak langsung terjadinya hubungan variabel KK terhadap

perusahaan melalui variabel EVA. Untuk dapat memastikan sebuah

terhadap efesiensi

pemediasi dengan variabel intensitas modal variabel dikatakan sebagai pemediasi atau

dan variabel pengeluaran produk/pasar. Untuk tidak, penelitian ini melakukan Uji Sobel

itu, variabel intensitas modal dan pengeluaran (Sobel Test) , sebagaimana berikut :

produk/pasar dapat dikatakan sebagai variabel Total Pengaruh (2a) dan (2b)

pemediasi. Sedangkan, hasil regresi dari = -1,604 * -0,595

variabel hutang menunjukan bahwa variabel = 0,95438

ini tidak memiliki pengaruh yang signifikan Standar Error koefisien indirect effect (2a) dan

baik terhadap efisiensi perusahaan, serta tidak (2b) :

juga dipengaruhi oleh variabel kepemilikan

2 2 2 SH 2

2a H 2b = (H 2b SH 2a +H 2a SH 2b +

institusi. Bila di uji kedalam Sobel test apakah

2 2 SH 1/2 2a SH 2b ) variabel leverage merupakan variabel mediasi SH 2a H 2b = 0,3025439385

ditunjukan oleh perhitungan berikut ini :

Dari nilai total pengaruh dan standar Total Pengaruh (4a) dan (4b) error , ditentukan nilai T-hitung sebesar 3,154

= -0,052 * -0,108 (0,95438/0,3025439385). Variabel mediasi

dikatakan siginifikan bila nilai T-hitung lebih Standart Error koefisisen indirect effect (4a) besar dari T-tabel dengan standar sig.5%

dan (4b)

2 2 2 sebesar 1,95. Oleh karena nilai T-hitung 2 SH 4a H 4b = (H 4b SH 4a +H 4a SH 4b +

2 2 (3,154) > dari T-tabel (1,95) maka variabel PP 1/2 SH

4a SH 4b )

signifikan sebagai variabel mediasi. Dengan SH 4a H 4b = 0,07238 demikian hasil uji sobel mendukung hipotesis 2

dalam penelitian ini. Dari perhitungan diatas, T-hitung untuk Koefisien regresi Intensitas Modal positif

H4a dan H4b sebesar 0,0775 ( 0,005616 / sebesar 1,343 (3a) dan 0,801 (3b). Berdasarkan

0,07238 ). Itu berarti variabel Leverage bukan kriteria causal steps, variabel Intensitas Modal

saja tidak memenuhi kriteria causal step (IM) dapat dikatakan sebagai variabel mediasi.

melainkan bila dihitung nilai sobel testnya juga Sebagaimana

tidak memiliki pengaruh sebagai variabel Kepemilikan Institusi (X) terhadap Efisiensi

mediasi. Hal tersebut ditunjukan dari nilai perusahaan (Y) melalui variabel pengeluaran

T-hitung (0,0775) < T-tabel (1,95). Dengan produk/pasar (PP) harus diuji oleh Sobel Test.

demikian hasil uji sobel tidak mendukung hipotesis 4 dalam penelitian ini.

Total Pengaruh (3a) dan (3b) = 1,343 * 0,801

PEMBAHASAN

= 1,075743 Standart Error koefisisen indirect effect (3a)

Berdasarkan hasil uji multiple mediation dan (3b)

model , kepemilikan institusi tidak memiliki

2 2 2 SH 2

3a H 3b = (H 3b SH 3a +H 3a SH 3b +

pengaruh terhadap efisiensi perusahaan,

2 2 SH 1/2 3a SH 3b ) sehingga hipotesis pertama mengenai SH 3a H 3b = 0,40666895

pengaruh langsung kepemilikan institusi yang positif terhadap efisiensi perusahaan tidak

Maka, T-hitung untuk H3a dan H3b sebesar didukung dalam penelitian ini. Meskipun 2,645 ( 1,076 / 0,407 ). Itu berarti variabel

sebagian besar kepemilikan saham di

KEPEMILIKAN INSTITUSI, PILIHAN STRATEGIS………………………………………………..……………(Marsella)

Indonesia di dominasi oleh kepemilikan (2008,p.151) akan terjadi penurunan penjualan institusi

yang akan memberi dampak penurunan Chowdury dan Geringer (2001) menegaskan

maupun

lembaga, penelitian

perusahaan apabila bahwa kepemilikan institusi tidak mungkin

pendapatan

oleh

pengeluaran produk dan pasar yang dilakukan dapat memepangaruhi langsung efisiensi

tidak atau kurang tepat. Pernyataan tersebut perusahaan secara keseluruhan. Hal ini

mendukung hubungan negatif variabel dikarenakan sebagian besar kepemilikan

pengeluaran produk/pasar terhadap efisiensi institusi di Indonesia mempercayakan

perusahaan. Oleh karena terdapat pengaruh orientasi ekonomi secara umum kepada

secara tidak langsung, variabel pengeluaran manajemen. Kepemilikan insititusi juga tidak

produk dan pasar tergolong sebagai variabel dapat menggunakan kekuatan secara langsung

mediasi.

sebagai tuas untuk mencapai produktifitas Meskipun tidak ada pengaruh secara perusahaan kecuali pada saat perusahaan

langsung antara kepemilikan saham oleh menghadapi persoalan, kepemilikan institusi

institusi terhadap efisiensi perusahaan. Hasil uji akan menunjukan strategi-strategi yang

hipotesis menunjukan bahwa kepemilikan kemudian dapat diterapkan dalam perusahaan.

insititusi dapat berpengaruh secara tidak Oleh sebab itu, besar kecilnya jumlah saham

langsung terhadap efisiensi perusahaan melalui yang ditanam institusi agar perusahaan

variabel mediasi yaitu intensitas modal. tersebut menjadi milik, tidak berpengaruh

Ditemukan bahwa terdapat hubungan langsung secara langsung terhadap naik-turunnya atau

antara kepemilikan insitusi terhadap intensitas tinggi-rendahnya efisiensi perusahaan.

modal (H3a). Penelitian terdahulu oleh Hipotesis dua (H2) dalam penelitian ini

Commanor dan Wilson (2007) mendukung didukung, yaitu adanya pengaruh kepemilikan

hasil uji hipotesis yang menyatakan bahwa institusi terhadap efisiensi perusahaan melalui

intensitas modal merupakan salah satu variabel pengeluaran produk/pasar. Hal ini

informasi yang penting bagi investor karena pertama-tama ditunjukan dari adanya pengaruh

tingkat efisiensi kepemilikan institusi terhadap pengeluaran

dapat

menunjukkan

penggunaan modal yang telah ditanamkan. produk/pasar.

Sehingga, apabila tingkat kepemilikan institusi kepemilikan institusi terhadap pengeluaran

Timbulnya

pengaruh

tinggi, maka intensitas modal juga tinggi. produk dan pasar (H2a) diakui oleh Michael

Disamping itu, pengaruh langsung lainnya dalam penelitian tahun 2001 sebagai adanya

antara intensitas modal dan efisiensi kebijakan serta kewenangan pemegang saham

perusahaan juga diterima dalam penelitian ini mengadakan pengeluaran produk/pasar untuk

(H3b). Ditemukan dari hasil uji hipotesis tercapainya tujuan perusahaan. Di Indonesia

bahwa semakin besar intensitas modal suatu juga demikian, pengaruh tersebut selalu kuat

perusahaan akan berdampak pada peningkatan karena kebijakan-kebijakan oleh pemegang

penjualan yang ada diperusahaan sehingga saham yang dilakukan oleh para manajer

akan berdampak secara langsung terhadap merupakan kebijakan strategis agar tujuan

efisiensi perusahaan khususnya dibidang perusahaan dapat tercapai. Kemudian, variabel

keuangan, dimana salah satu indikator pengeluaran produk/pasar juga berparuh secara

perusahaan tersebut efisiensi atau tidak ialah langsung terhadap efisisensi perusahaan,

melalui tingkat kemampuan perusahaan meskipun hubungan variabel negatif (H2b).

memimpin daya saing pada struktur Penelitian sebelumnya oleh Chowdhury (2001)

pembiayaan, memiliki harga yang kompetitif dan Geringer (2001) menjelaskan bahwa

terhadap produk maupun jasa serta menjadi dalam mencapai produktifitas yang maksimal

dasar daya saing perusahaan di pasar nasional sebagaimana yang diharapkan oleh perusahaan,

(Hill dan Snell, 2009).

pengembangan baik produk maupun model Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh pemasaran melalui instrumen pengeluaran

Commanor dan Wilson (2007) yang berkaitan modal kotor oleh keterlibatan aset tetap

dengan meningkatnya efisiensi perusahaan perusahaan, menjadi hal penting yang

oleh karena adanya intesitas modal yang tinggi diperhatikan

berpendapat bahwa salah satu indikator perencanaan produk baru, pemasaran dan

prospek suatu perusahaan di masa mendatang distribusi, iklan, R&D (research and

yang dapat digunakan untuk menilai suatu development) , training sumber daya manusia

intensitas modal mencerminkan seberapa besar dan lain sebagainya. Namun, menurut Iwan

modal yang dibutuhkan untuk menghasilkan

JRAK, Volume 12, No 1 Februari 2016

pendapatan dalam merebut pasar yang di itu, dikemukakan strategi-strategi sebagai inginkan oleh perusahaan. Itu berarti efisiensi

pendukung tercapainya efisiensi tersebut. perusahaan dapat meningkat ketika intensitas

Ditemukan pengeluaran produk/pasar serta modal juga tinggi. Tingginya intensitas modal

intensitas modal menjadi variabel mediasi suatu perusahaan bergantung pada besarnya

yang menghubungakan pengaruh kepemilikan modal yang dibutuhkan untuk menghasilkan

insitusi dan efisiensi perusahaan. Logis, karena pendapatan. Besarnya modal yang dibutuhkan

efisiensi perusahaan menurut Hill dan Snell berkaitan dengan presentasi kepemilikan

(2009) ditunjukan melalui adanya peningkatan saham oleh institusi di perusahaan. Semakin

persusahaan. Nilai besar kepemilikan saham oleh institusi

nilai

produktifitas

produktifitas perusahaan dicerminkan melalui diperusahaan meningkatkan besaran modal

tingkat kemampuan perusahaan memimpin yang dibutuhkan perusahaan. Oleh karena itu,

daya saing pada struktur pembiayaan, pernyataan diatas menjadi dukungan penting

memiliki harga yang kompetitif terhadap pengaruh tidak langsung kepemilikan institusi

produk, baik jasa maupun barang serta terhadap

menjadi dasar daya saing. Selain itu, pada intensitas modal sebagai pemediasi hubungan

variabel intensitas modal didapati bahwa biaya tidak langsung tersebut atau dengan kata lain

modal yang menjadi penentu tingkat intensitas ipotesis tiga (H3) dalam penelitian ini

modal perusahaan. Bila intensitas modal didukung.

meningkat, tentu akan meningkatkan efisiensi Hasil uji yang berkaitan dengan variabel

perusahaan, karena dengan intensitas modal leverage tidak didukung dalam penelitian ini.

yang tinggi dapat memberi keleluasaan Ditemukan bahwa variabel leverage bukanlah

perusahaan dalam menjalankan operasional variabel mediasi yang menjadi penghubung

perusahaan. Tinggi rendahnya biaya modal pengaruh

perusahaan tergantung pada jumlah saham intitusional terhadap efisiensi perusahaan.

tidak langsung

kepemilikan

pemegang saham Pernyataan Prowse (2000) mengenai hal ini

yang

ditanamkan

Institusional) terhadap ialah sebagian besar perusahaan-perusahaan di

(Kepemilikan

perusahaan.

dunia memilih bank sebagai sumber permodalan

perusahaan,

kemudian

KESIMPULAN, KETERBATASAN,

membangun hubungan dekat hingga menjadi

DAN SARAN

main bank dalam memenuhi struktur

modalnya. Namun, lepas dari mememenuhi Dari hasil uji multiple mediation model, struktur modal perusahaan, perusahaan tidak

dapat disimpulkan bahwa kepemilikan institusi sadar akan adanya garansi kelangsungan

tidak berpengaruh langsung terhadap efisiensi jangka panjang perusahaan ketika membangun

perusahaan. Chowdury dan Geringer (2001) hubungan tersebut. Main bank juga dapat

menegaskan bahwa kepemilikan institusi tidak menjadi “pembawa risiko” ketika ada

mungkin dapat mempengaruhi langsung kelemahan keuangan di perusahaan. Dari

efisiensi perusahaan secara keseluruhan, pernyataan tersebut, tingkat hutang tidak