FORMULASI KRIM EKSTRAK ETANOL DAUN KIRINYUH (Eupatorium odoratum L.) SEBAGAI ANTIINFLAMASI

  • caryophyllene dan candinol isomer (Benjamin, 1987).

  

ISSN : 2 087 -50 45 7

FORMULASI KRIM EKSTRAK ETANOL DAUN KIRINYUH

(Eupatorium odoratum L.) SEBAGAI ANTIINFLAMASI

  

Revi Yenti, Ria Afrianti, Agustina Endang P

  Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia Perintis Padang

  

ABSTRACT

  An experimental study has been done to formulate a cream from ethanol extract of kirinyuh (Eupatorium odoratum L.) leaves as an anti-inflammatory in the white mice. Cream base used is the vanishing cream with extract concentration of 2.5%, 5%, and 10%. Test for anti-inflammatory effects on female albino mice was performed by using formation of granuloma pouch. Inflammation was induced by injecting 2% carrageen subcutaneously. The parameters measured were the volume of inflammatory area and numbers of blood leukocytes in mice. The results showed that cream of extract were stable at all concentrations and possed an anti-inflammatory effect. Maximal anti-inflammatory effect was provided by the cream with a concentration of 10% with the smallest udema volume of 0.03 ml exceed anti- inflammatory effects of hydrocortisone acetate as a comparison of 0.056 ml (P <0.05).

  Keywords : Eupatorium odoratum L., anti-inflammatory, cream, carrageen PENDAHULUAN

  Inflamasi merupakan suatu respon dari pertahanan tubuh terhadap infeksi dan iritasi. Inflamasi bertujuan untuk mengisolasi, menghancurkan, dan menonaktifkan benda asing yang masuk, serta berfungsi membuang jaringan yang telah mati atau sisa benda asing, perbaikan jaringan dan penyembuhan penyakit. Ketika proses inflamasi berlangsung, terjadi reaksi

  vascular

  dimana cairan elemen-elemen darah, sel darah putih (leukosit) dan mediator kimia berkumpul pada tempat cedera jaringan atau infeksi (Turner, 1965).

  Tumbuhan merupakan sumber senyawa metabolit sekunder yang bermanfaat sebagai obat. Banyak jenis tumbuhan yang memiliki aktivitas sebagai antiinflamasi, salah satunya adalah daun kirinyuh (Eupatorium odoratum L.). Eupatorium odoratum termasuk ke dalam famili Asteraceae, secara tradisional digunakan untuk penyembuhan luka, mengobati infeksi, sakit kepala, diare, sebagai adstringent, antispasmodik, antihipertensi, anti inflamasi dan diuretik (Vital and Rivera, 2009). Daun kirinyuh dilaporkan mengandung beberapa senyawa utama seperti tannin, flavonoid, saponin, dan steroid. Essential oil dari daun kirinyuh

  Penelitian sebelumnya menunjukkan penggunaan krim ekstrak daun kirinyuh 10% tipe a/m dapat memperpendek waktu proses penyembuhan luka pada mencit putih jantan (Yenti, 2013). Proses penyembuhan luka melibatkan fase inflamasi, proliferasi dan maturasi (Ambarwati, 2009). Berdasarkan hal tersebut maka perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai efek antiinflamasi ekstrak etanol daun kirinyuh. Ekstrak etanol daun kirinyuh diformulasi dalam bentuk sediaan krim dan aktivitas antiinflamasi dari krim daun kirinyuh tersebut diuji dengan menggunakan metode pembentukan kantong granuloma dengan parameter pengukuran volume radang dan jumlah sel leukosit (Turner,1965).

  METODE PENELITIAN Alat dan bahan

  Alat – alat yang digunakan berupa alat – alat gelas standar Laboratorium, kaca arloji, cawan penguap, corong, kertas perkamen, timbangan digital, lemari pendingin, botol maserasi, rotary evaporator, pipet tetes, batang Tabel 2. Formula krim ekstrak etanol daun pengaduk, pinset, spatel, gunting, pH meter kirinyuh inolab, desikator, krus porselin, mikroskop,

  Nama F1 F2 F3

  kertas saring, object glass, lumpang dan alu,

  Bahan

  Ekstrak daun 2,5 % 5 % 10 % digunakan adalah daun kirinyuh, etanol 70%, kirinyuh aquadest, krim perontok bulu, paraffin liquidum, Basis krim ad 100 g 100 g 100 g larutan giemsa, asam stearat, gliserin, Na tetraborat, trietanolamin, aquadest, nipagin,

  Fase minyak (asam stearat) dan fase air karagen, NaCl fisiologis, hidrokortison asetat, (nipagin, nipasol, natrium tetraborat, TEA, metanol dan metilen blue. gliserin dan aquadest) masing-masingnya dimasukkan dalam cawan penguap dan o o

  Ekstraksi sampel dan pemeriksaan

  dipanaskan diatas waterbath pada suhu 60 -70

  kandungan kimia

  C sampai lebur. Pindahkan fase minyak ke Sebanyak 1 kg daun kirinyuh segar dalam lumpang panas dan tambahkan fase air dikeringanginkan kemudian diserbukkan. sekaligus lalu gerus sampai terbentuk masa basis

  Serbuk kering daun kirinyuh diekstraksi secara krim yang homogen. maserasi dengan etanol 70% selama 3x5 hari.

  Timbang daun ekstrak daun kirinyuh Filtrat hasil maserasi diuapkan pelarutnya sesuai dengan formula masing-masing dan dengan rotary evaporator hingga diperoleh tambahkan basis krim sedikit demi sedikit ekstrak kental (Voight, 1995). Ekstrak etanol kemudian digerus hingga homogen. Lalu yang didapatkan dilakukan pemeriksaan masing-masing formula disimpan dalam wadah kandungan kimia yaitu senyawa alkaloid krim. Sediaan krim yang telah dibuat dilanjutkan dilakukan dengan metoda Culvenor –Fitzgerald dengan evaluasi terhadap organoleptis, dan pemeriksaan steroid, terpenoid, flavonoid, homogenitas, pH, daya cuci krim, uji stabilitas , saponin, dan senyawa fenol dilakukan dengan ukuran partikel, dan uji iritasi kulit. metoda Simes.

  Uji efek anti inflamasi krim ekstrak etanol Karakterisasi ekstrak etanol daun kirinyuh daun kirinyuh

  Hewan percobaan terlebih dahulu Dilakukan pemeriksaan ekstrak etanol diaklimatisasi dalam kondisi laboratorium secara organoleptis, kelarutan, kadar abu, susut selama 1 minggu dengan diberi makan dan pengeringan, dan pH. minum yang cukup, lalu dikelompokkan menjadi

  5 kelompok, masing-masing

  Pembuatan basis krim dan krim ekstrak

  kelompok terdiri dari 3 ekor mencit putih

  etanol daun kirinyuh

  betina. Dimana kelompok 1 pembanding hidrokortison asetat, kelompok 2 kontrol

  Tabel 1. Formula basis krim (Vanishing Krim)

  negatif (basis krim), kelompok 3 sediaan uji (Depkes, 1996) krim konsentrasi 2,5%, kelompok 4 sediaan

  Nama Bahan F0 uji krim konsentrasi 5%, dan kelompok 5 Asam stearat 14,136 g sediaan uji krim konsentrasi 10%. Gliserin 9,955 g

  Selanjutnya dilakukan penginduksian Natrium tetraborat 0,248 g dengan cara setiap hewan percobaan dicukur TEA 0,995 g bagian punggungnya dengan diameter 3 cm Nipagin 0,1 g dan dibiarkan selama 24 jam. Pada bagian Nipasol 0,05 g punggungnya diberi suntikan udara Aqua dest ad 100 g sebanyak 5 ml secara subkutan sehingga terbentuk kantong udara dan juga sekaligus diberi suntikan 0,2 ml karagen 2% dalam NaCl fisiologis. Sediaan uji diberikan dengan cara mengoleskan krim secara merata pada daerah yang terbentuk kantong udara (daerah yang dicukur) segera setelah pemberian keragen 2 % dalam NaCl fisiologis sebanyak 0,2 ml. Selanjutnya sediaan uji diberikan lagi setiap hari kelompok kontrol hanya diberi dasar krim saja. Pada hari kelima eksudat diambil dengan jarum suntik lalu diukur volumenya. Kemudian dilakukan penghitungan jumlah sel leukosit dalam hapusan darah dengan cara : Darah segar ditetesi pada objek glass satu tetes dan diratakan dengan gelas objek yang lain sehingga diperoleh lapisan darah yang homogen (hapusan darah), lalu dikeringkan. Setelah kering tetesi dengan metanol, sehingga melapisi seluruh lapisan darah, biarkan 5 menit. Ditambahkan satu tetes larutan Giemsa yang telah diencerkan dengan air suling (1:20) dan dibiarkan selama 20 menit. Dicuci dengan air suling, dikeringkan dan dilihat dibawah mikroskop. Dihitung jumlah sel neutrofil, eusinofil, limfosit dan sel monosit.

  Analisa data

  Untuk menganalisa data hasil penelitian yang diperoleh dari semua parameter digunakan

HASIL DAN PEMBAHASAN

  Ekstrak etanol daun kirinyuh diformulasi dalam bentuk krim dengan menggunakan formula basis vanishing krim. Evaluasi terhadap basis krim dan krim ekstrak dilakukan setiap minggu selama delapan minggu. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa sediaan krim stabil secara fisika dan kimia seperti terlihat pada tabel III.

  Tabel 3. Hasil evaluasi basis krim dan krim ekstrak etanol daun kirinyuh No Evaluasi Pengamatan F0 F1 F2 F3

  1. Organoleptis Bentuk Semi Padat

  Warna Putih Hijau Muda Bau Tidak berbau Bau khas

  2. Homogenitas Homogen 3.

  Tipe Krim

  Ekstrak kental yang diperoleh dari 1 kg daun segar E. odoratum adalah sebanyak 84,3 g (8,43%). Hasil skrining fitokimia menunjukkan ekstrak daun kirinyuh mengandung flavonoid, fenolik, terpenoid dan steroid.

  5. Daya Tercuci (ml)

  10

  15

  20

  20

  6. Stabilitas Suhu Kamar Tidak memisah

  Suhu 5 o C Tidak memisah

  7. Uji Iritasi Tidak mengiritasi Konsentrasi ekstrak dalam formula krim dipilih 2,5%, 5% dan 10% berdasarkan penelitian sebelumnya yaitu pengujian terhadap ekstrak etanol daun kirinyuh untuk pengobatan luka. Parameter yang diamati dalam pengujian aktivitas antiinflamasi adalah volume eksudat radang. Setelah pemberian formula krim ekstrak etanol daun kirinyuh konsentrasi 2,5%, 5%, dan 10% diperoleh suatu korelasi yang menunjukkan hubungan antara volume eksudat (ml) terhadap konsentrasi ekstrak (%), dimana volume eksudat rata-rata mengalami penurunan sesuai dengan peningkatan konsentrasi ekstrak dibandingkan dengan kontrol yang hanya diberi basis krim saja, yang terlihat pada gambar 1. Analisa statistik dapat dilihat bahwa formula krim ekstrak etanol daun kirinyuh dengan konsentrasi 2,5%, 5%, dan 10% terhadap kontrol memberikan perbedaan yang sangat bermakna (p<0,05).

  M/A 4. pH 7,17 6,50 6,47 6,32

  

ISSN : 2 087 -5 045 1 0

Gambar 1. Hasil pengukuran volume radang

  Jumlah sel leukosit dihitung dengan menggunakan metode hapusan darah dan dilakukan dengan pewarnaan giemsa. Jumlah sel leukosit dihitung pada darah karena perhitungan jumlah sel leukosit di darah lebih spesifik dibandingkan dengan perhitungan jumlah sel leukosit di radang, karena sel leukosit yang berada di radang sudah mengalami fagositosis sehingga sel leukosit yang berada di radang tersebut sudah mati dan mengalami bentuk yang tidak teratur lagi.

  Hapusan darah dilihat dibawah mikroskop dan sel-sel leukosit yang dapat terwarnai adalah sel neutrofil segmen yang berbentuk bulat dengan sitoplasma yang banyak dan berwarna ungu. Sel neutrofil batang berbentuk seperti huruf U dan berwarna ungu tua. Sel monosit berbentuk tidak beraturan dan berukuran paling besar dibanding yang lain, serta mempunyai warna ungu tua. Sel limfosit ukurannya lebih kecil dan berwarna biru muda. Sel eusinofil tidak terlihat karena jumlahnya yang hanya sedikit. Sel basofil tidak terlihat karena sel ini bersifat basa dan larut dalam pewarnaan giemsa.

  Sel leukosit yang memegang peranan penting dalam melakukan proses fagositosis pada jaringan yang rusak adalah neutrofil segmen, sehingga bila adanya jaringan yang rusak maka sel neutrofil segmen akan meningkat jumlahnya dalam darah. Monosit dalam eksudat disebut makrofag yang bergerak aktif dan memberikan respon secara kemotaksis dan mampu mematikan dan mencerna berbagai agen penyebab inflamasi.

  Hasil perhitungan jumlah sel leukosit dari uji statistik dengan analisa varian dari mencit menunjukkan bahwa pemberian sediaan krim ekstrak etanol daun kirinyuh mempengaruhi jumlah sel leukosit, dimana terjadi penurunan jumlah sel neutrofil segmen dibandingkan kontrol yang hanya diberi basis krim saja, dapat dilihat pada tabel IV. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi ekstrak etanol daun kirinyuh yang diformulasi dalam bentuk sediaan krim semakin efektif mengurangi volume radang.

  0,02 0,04 0,06 0,08

  0,1 0,12 0,14 0,16 0,18 0,2

  F0 F1 F2 F3 Hk.As

  

Tabel 4. Hasil perhitungan sel leukosit dari darah mencit putih betina setelah pemberian krim ekstrak

  Formularium Indonesia

  L. Terhadap Kerapatan Serabut Kolagen Pada Proses Penyembuhan Luka, J. Scientia, Vol. 3 (1).

  Eupatorium odoratum

  Efektivitas Krim Ekstrak Etanol

  , Available online at Journal of Medicinal Plant Research Vol. 3(7), pp. 511-518. Yenti, R., R. Afrianti dan M. Sandi, 2013, Uji

  Antimicrobacterial Activity and Citoxicity of Chromolaena odorata (L.f) King and Robinson and Uncaria Perrottetii (A. rich) Merr. Extracts

  Noer, Universitas Gadjah Mada Press, Yogyakarta. Vital, P.G., and W.L, Rivera, 2009,

  Farmasi, Edisi V, Diterjemahkan oleh S.

  Voight, R., 1995, Buku Pelajaran Teknologi

  Pharmacology , Academic Press, London.

  , Edisi ke-3 diterjemahkan oleh Suyatmi, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta. Turner, R.A., 1965, Screening Methods in

  Praktek Farmasi Industri II

  Lachman,L., and Kaning J.,L, 1994, Teori dan

  , Kementrian Kesehatan RI, Jakarta

  Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1996,

  etanol daun kirinyuh

  Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995, Farmakope Indonesia Edisi IV, Ditjen POM, Jakarta.

  Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III, Ditjen POM, Jakarta.

  Available online at Biology.htm, [24 Februari 2010]

  and Antibacterial Studies on The Essential Oil of Eupatorium Odoratum,

  Benjamin, V.T., A, Sofowora., B.O, Oguntimein and S.I, Inya-agha, 1987, Phytochemical

  Ambarwati, R., 2009, KDPK Kebidanan, Nuha Medika, Yogyakarta.

  2. Formula krim ekstrak etanol daun kirinyuh konsentrasi 2,5%, 5% dan 10% dapat menurunkan volume radang sehingga dapat memberikan efek antiinflamasi. Efek tertinggi diberikan oleh kirinyuh krim ekstrak etanol daun kirinyuh dengan konsentrasi 10%.

  1. Ekstrak etanol daun kirinyuh dapat diformulasi dalam bentuk sediaan krim dengan konsentrasi 2,5%, 5% dan 10%, stabil secara fisika dan kimia.

  Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:

  KESIMPULAN

  Ditinjau dari data hasil penelitian yang telah dilakukan dan hasil analisa data secara statistik ternyata menunjukkan hasil formula krim ekstrak etanol daun kirinyuh stabil dan memberikan efek antiinflamasi melalui kemampuannya menghambat dan mengurangi jumlah sel leukosit.

  Hidrokortison krim yang digunakan sebagai pembanding dan merupakan salah satu sediaan obat inflamasi menunjukkan aktivitas yang lebih baik dari F1(formula krim ekstrak etanol daun kirinyuh konsentrasi 2,5%) terhadap penurunan volume radang, sedangkan pada F2 dan F3 (krim ekstrak etanol daun kirinyuh konsentrasi 5% dan 10%) menunjukkan aktivitas penurunan volume radang yang lebih baik dari pembanding hidrokortison asetat.

  F0 68 ± 2,0000 1 ± 1,732 28 ± 4,539 3 ± 1,000 F1 57,67 ± 2,309 0,33 ± 1,577 41,67 ± 3,055 0,33 ± 1,577 F2 51,33 ± 3,512 1,67±1,577 46,33±4,041 1,67±1,577 F3 50,3±3,512 1,33±1,577 47,67±3,215 0,66±1,577 Hk.as 58±1,732 0,33±1,577 39,3±4,163 2,3±1,577

  Perlakuan Jumlah sel ( ± SD, n = 3) Neutrofil segmen Neutrofil batang Limfosit Monosit