BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri - Tatacara Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri Indonesia sebagai salah satu negara berkembang yang masih terus

  berusaha mengadakan pembangunan disegala bidang dan untuk mewujudkan cita

  • – cita tersebut tidaklah muda, maka pemerintah membutuhkan biaya yang cukup besar untuk pembangunan disegala bidang tersebut. Untuk itulah pemerintah menggali sumber dana dari kekayaan alam dan berbagai potensi lainnya yang dimiliki Indonesia. Hasil dari kekayaan alam dan potensi lainnya itulah yang digunakan untuk membiayai pembangunan.

  Untuk mewujudkan pembangunan, dibutuhkan segala potensi yang ada pada suatu bangsa, berupa sumber daya manusia, sumber daya alam, teknologi, manajeme dan finansial untuk melaksanakannya. Salah satu upaya menggerakan sumber daya dari pemerintah itu dapat dilihat dari segi finansialnya, yaitu bagaimana pemerintah dapat mencari sumber-sumber keuangan guna membiayai pelaksanaan roda pemerintahan.

  Sumber – sumber pendapatan keuangan dalam rangka menyelenggarakan tugas pemerintah untuk pembangunan diantaranya adalah berasal dari sektor non migas. Sumber pendapatan dari sektor non migas yang menjadi primadona saat ini adalah berasal dari penerimaan pajak. Karena itu dibidang perpajakan sering diadakan pembaharuan sistem perpajakan sehingga kemampuan negara dan masyarakat untuk membiayai pembangunan dari sumber – sumber dalam negeri semakin meningkat.

  Penerimaan pajak dan pengenaan pajak berhubungan erat dengan mentalitas suatu bangsa, maka usaha untuk meningkatkan penerimaan pajak secarfa drastis tidak dapat dilakukan dalam jangka penek, namun merupakan proses perombakan struktural yang memerlukan waktu yang relatif panjang.

  Dalam hal penerimaan pajak yang terus menerus meningkat, penerimaan pajak juga dapat berkurang, beberapa diantaranya adalah dikarenakan kesalahan hitung fiscus dan wajib pajak yang dijadikan keberatan dalam hal pembayaran pajak, penyeludupan pajak oleh wajib pajak, dan pengembalian kelebihan pembayaran pajak atau yang sering disebut restitusi.

  Pengembalian pajak atau restitusi dapat mengakibatkan pengurangan penerimaan pajak, karena itu perlu penindaklajutan prosedur maupun usaha dari Direktur Jenderal Pajak tentang penghitungan ataupun pemberian restisusi secara tepat. Selain itu, Direktur Jenderal Pajak juga perlu menindak wajib pajak (eksportir) yang “nakal”, misalnya melakukan ekpor fiktif dan memanipulasi faktur pajak dengan membawanya ke pengadilan. Di samping itu, Direktur Jenderal Pajak juga diinstruksikan untuk menindak tegas aparat pajak yang “nakal”, yaitu yang mencoba menghambat proses permohonan restitusi para wajib pajak (eksportir).

  Pemberian restitusi sangat berpengaruh terhadap penerimaan pajak, unuk itu sebelum mengeluarkan persetujuan restitusi, pemerintahan perlu melakukan penelitian dan pemeriksaan lebih seksama untuk menghindari kerugian yang lebih besar, karena tidak sedikit wajib pajak yang bermasalah, seperti tidak memenuhi persyaratan, menggunakan data fiktif atau mempunyai tunggakan pajak lain tetapi meminta restitusi.

  Dalam rangka untuk mencegah restitusi yang salah maka diperlukan aparatur pajak yang relatif dan bertanggung jawab dalam melaksanakan penatausahaan yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Masih banyaknya wajib pajak yang belum mengetahui tata cara mengajukan permohonan restitusi juga menyebabkan terhambatnya kinerja fiskus didalam melaksanakan pemeriksaan karena masih ada wajib pajak yang belum melengkapi persyaratan didalam mengajukan permohonan restitusi serta masih banyaknya permohonan restitusi yang belum diperiksa dan ditanggapi adalah kenyataan yang mengharuskan aparatur pajak dapat lebih meningkatkan pelayanannya. Sehinga bagi wajib pajak yang memang benar membayar pajak lebih besar dari jumlah pajak yang terutang supaya diberikan pelayanan yang baik dan tidak menghalangi

  • – halangi atas permohonan restitusi. Oleh karena itu seharusnya aparatur pajak memberikan pelayanan yang baik untuk terciptanya keseimbangan antara hak dan kewajiban wajib pajak serta untuk menjamin ketertiban administrasi, karena
apabila petugas terlambat dalam mengembalikan kelebihan pajak tersebut maka atas keterlambatan itu diberikan bunga 2% setiap bulannya.

  Bertitik tolak dari uraian diatas maka penulis ingin menyajikan mekanisme pelaksanaan pengembalian atas kelebihan pembayaran pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia, khususnya pengembalian atas Pajak Pertambahan Nilai lebih bayar. Atas dasar inilah maka penulisan Laporan Tugas Akhir ini diberi judul “Tatacara Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak

  

Pertambahan Nilai (PPN) Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan

Polonia’’.

B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri

1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri

  Secara teoritis Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) merupakan kegiatan intrakurikuler yang dilakukan mahasiswa secara mandiri dengan cara praktis dilapangan yang lansung berhubungan dengan teori – teori keahlian yang diterima dari para Dosen Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

  Adapun tujuan yang ingin dicapai penulis dalam melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini adalah :

  1.1 Untuk mengetahui tatacara pengembalian restitusi atas Pajak Pertambahan Nilai (PPN) lebih bayar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia.

  1.2 Untuk mengetahui hambatan – hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan pengembalian kelebihan pembayaran Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri

  Memahami Tatacara Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang diperoleh di bangku perkuliahan.

  b.

  Mengetahui lebih dalam tentang Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

  c.

  Meningkatkan interaksi baik dengan petugas ataupun pegawai pajak maupun dengan Wajib Pajak mengenai Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

  d.

  2.1 Bagi Mahasiswa a.

  e.

  Sebagai wadah untuk mempersiapkan diri menghadapi dunia kerja dengan dibekali keahlian ketrampilan dan pengalaman yang diperoleh sewaktu melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri.

  2.2 Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia a.

  Sebagai sarana untuk mempererat hubungan yang positif antara Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia dengan Program Studi Diploma

  III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

  b.

  Dengan dilaksanakannya Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini, mahasiswa dituntut memberikan sumbangsihnya baik berupa saran maupun kritikan

  Menambah ilmu dan wawasan dalam hal Pajak Pertambahan Nilai (PPN). yang bersifat membangun yang menjadi sumber masukan untuk meningkatkan kinerja pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia.

2.3 Bagi Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

  a.

  Meningkatan hubungan kerjasama bagi Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara dengan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia.

  b.

  Membuka interaksi antar mahasiswa, dosen dan instansi pemerintah di bangku perkulihan.

  c.

  Guna meningkatkan profesionalisme, memperluas wawasan serta menetapkan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa dalam menerapkan ilmu, khususnya dibidang perpajakan.

  d.

  Membangun image yang baik terhadap sumber daya manusia yang dihasilkan dari lembaga pendidikan nasional, khusunya Universitas Sumatera Utara.

  e.

  Mendapat masukan dan saran untuk perbaikan dan penyempurnaan kurikulum yang berlaku di Program Studi Diploma III Administrasi Peprajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

C. Uraian Teoritis

1. Definisi Pajak

  Beberapa definisi pajak menurut para ahli :

  1.1 Prof Dr. Rochmat Soemitro S.H Menurut Prof Dr. Rochmat Soemitro S.H Pajak adalah iuran rakyat kepada

  Negara berdasarkan Undang – Undang yang dapat dipaksakan dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang lansung dapat ditunjukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. (Resmi, 2008 : 1)

  1.2 Prof Dr. P. J. A. Adriani Menurut Prof Dr. P. J. A. Adriani Pajak adalah iuran wajib masyarakat kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan – peraturan umum dengan tidak mendapat prestasi kembali yang lansung dapat ditunjukan dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran – pengeluaran umum berhubungan tugas negara untuk menyelengarakan pemerintahan. (Waluyo, 2006 : 4)

  1.3 Dr. N. J. Feldman Menurut Dr. N. J. Feldman Pajak adalah prestasi yang dipaksakan oleh sepihak dan terutang kepada pengusaha oleh pihak yang terutang kepada pengusaha (menurut norma – norma yang ditetapkan secara umum), tanpa adanya kontrapertasi dan semata – mata digunakan untuk menutup pengeluaran- pengeluaran umum. (Resmi, 2008 : 2)

  2. Pengertian Wajib Pajak

  Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan (Pasal 1 angka 2 UU KUP).

  3. Pajak Pertambahan Nilai

  Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak atas konsumsi barang dan jasa di Daerah Pabean yang dikenakan secara bertingkat di setiap jalur produksi dan distribusi. Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai sangat dipengaruhi oleh perkembangan transaksi bisnis serta pola konsumsi masyarakat yang merupakan objek dari Pajak Pertambahan Niali (PPN). Sesuai dengan namanya, Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas nilai tambah (added value) yang timbul pada barang atau jasa tertentu yang dikonsumsi, sehingga kekhawatiran timbul efek pengenaan pajak berganda dapat dihindarkan.

  4. Karekteristik Pajak Pertambahan Nilai

  4.1 Pajak Tidak Lansung Beban pajak dipikul oleh konsumen ahkir, pengusaha akan menggeser beban pajak kepada Pembeli, sesuai dengan mata rantai produksi dan distribusi hingga ke konsumen akhir melalui pengenaan pajak secara betingkat. Pengusaha menggeser beban pajaknya melalui pengkreditan pajak.

  4.2 Pajak Konsumsi Pemikul beban pajak berahkir pada konsumen ahkir.

  4.3 PPN bersifat Netral Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) didasarkan pada “destination principle” dan hanya dikenakan atas nilai tambahnya saja.

  4.4 Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dipungut di tempat barang atau jasa tersebut dikonsumsi.

  4.5 Pajak Objektif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) hanya dikenakan bila terdapat faktor objektif, yaitu : kedaaan, peristiwa atau perbuatan hukum yang dapat dikenai pajak.

  4.6 Pajak Pertambahan Nilai (PPN) akan mendahulukan Objek, lalu kemudian mencari Subjeknya.

  4.7 Sistem Faktur Setiap penyerahan Barang Kenak Pajak dan/atau Jasa Kenak Pajak yang dilakukan olehPengusaha Kenak Pajak (PKP) harus dibuatkan Faktur Pajak.

5. Restitusi

  Direktorat Jenderal Pajak setelah melakukan pemeriksaan atas permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak selain permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak dari Wajib Pajak dengan kriteria tertentu harus menerbitkan surat keterangan paling lambat 12 (dua belas) bulan sejak surat permohonan diterima, kecuali untuk kegiatan tertentu yang ditetapkan dengan Keputusan Dirjen Pajak (Pasal 17B Undang – Undang Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan). Apabila setelah lewat jangka waktu 12 bulan Dirjen Pajak tidak memberi suatu keputusan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak dianggap dikabulkan dan SKPLB harus diterbitkan dalam jangka waktu 1 bulan setelah 12 bulan tersebut (jangka waktu berahkir ) (Pasal 17B ayat 2).

  Pengajuan restitusi dapat dilakukan dengan cara mengisi SPT Lebih Bayar dan memilih kolom atau kotak restitusi (Pasal 17B) atau mengajukan restitusi secara tertulis (setelah menerima SKPLB), KPP akan menerbitkan SPMKP (Surat Perintah Membayar Kelebihan Pembayaran Pajak) dan SKPKPP (Surat Keputusan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak ) dalam jangka waktu 1 bulan sejak diterimanya permohonan Wajib Pajak atau sejak diterbitkannya SKPLB berdasarkan Pasal 17B (Bila Wajib Pajak mempunyai utang pajak maka akan dilakukan kompensasi terlebih dahulu.)

  Tatacara Penghitungan dan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak diatur dalam Nomor 72/PMK.03/2010 Tanggal 31 Maret 2010, Nomor Per- 63/Pj/2010 Tanggal 22 Desember 2010, Nomor 76/PMK.03/2010 Tanggal 31 Maret, yang mengatur tentang kelebihan pembayaran pajak

6. Dasar Hukum Restitusi Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

  Menurut Undang – Undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai (PPN) pada pasal 9 ayat (4), ayat (4a), ayat (4b), ayat (4c), ayat (4d), dan ayat (4f), pajak masukan dalam suatu masa pajak dikreditkan dengan pajak keluaran dalam masa pajak yang sama. Pajak masukan yang dikreditkan harus menggunakan faktur pajak yang memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5) dan ayat (9) Undang – Undang.

  Berdasarkan hal tersebut, apabila dalam suatu masa pajak, pajak keluaran lebih besar daripada pajak masukan, selisihnya merupakan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang harus disetor oleh pengusaha kenak pajak. Apabila dalam suatu masa pajak, pajak masukan yang dapat dikreditkan lebih besar daripada pajak keluaran, selisihnya merupakan kelebihan pajak yang dikompensasikan ke masa pajak berikutnya, hal ini yang mendasari restitusi.

  Pengembalian kelebihan pembayaran pajak (restitusi) terjadi apabila jumlah kredit pajak atau jumlah pajak yang dibayar lebih besar daripada jumlah pajak yang terutang atau telah dilakukan pembayaran pajak yang tidak seharusnya terutang, dengan catatan wajib pajak tidak punya hutang pajak lain. Ketentuan restitusi diatur lebih lanjut di dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 72/PMK.03/2010 tentang Tatacara Pengembalian Kelebihan PPN.

7. Restitusi Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

  Menurut Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor Per-122/PJ/2006 Restitusi Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah kelebihan pajak masukan terhadap pajak keluran dalam suatu masa pajak tertentu yang atas kelebihan tersebut diminta kembali (restitusi) sebagimana dimaksud Pasal 9 ayat (4) Undang-undang Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Restitusi atau pengembalian kelebihan kelebihan pajak adalah hak bagi Wajib Pajak manakala berdasarkan hasil pemeriksaan pajak terbukti ada kelebihan pembayaran pajak. Keputusan yang menetapkan adanya kelebihan pembayaran pajak adalah Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB) yang diterbitkan setelah melalui proses pemeriksaan. Pemeriksaan terhadap Surat Pemberitahuan Masa adalah wajib dilaksanakan dengan tujuan untuk memberikan kepastian hukum atas status pembayaran pajak dari Pengusaha Kena Pajak.

  Dalam rangka pengembalian kelebihan pajak Direktorat Jenderal Pajak telah memberikan fasilitas pembayaran pendahuluan kelebihan pajak bagi Pengusaha Kena Pajak yang memenuhi kriteria tertentu yang dilaksanakan tanpa melalui proses pemeriksaan. Sehingga dalam rangka pengembalian kelebihan pajak, Pengusaha Kena Pajak dapat dibedakan menjadi : 1.

  Pengusaha Kena Pajak berisiko rendah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (4c) Undang – Undang PPN.

  2. Pengusaha Kena Pajak kriteria tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 C Undang – Undang Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan.

  3. Pengusaha Kena Pajak yang memenuhi persyaratan tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17D Undang – Undang Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan. Terhadap Pengusaha Kena Pajak pada nomor 1, 2 dan 3 pemerintah memberikan fasiltas pengembalian pendahuluan kelebihan pajak tanpa melalui proses pemeriksaan, cukup melalui proses penelitian. Setelah proses penelitian selesai Direktorat Jenderal Pajak akan mengeluarkan Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak yaitu surat keputusan yang menentukan jumlah pengembalian pendahuluan kelebihan Pajak untuk Wajib Pajak Tertentu. Berdasarkan Pasal 7 ayat (1) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 72/PMK.03/2010, proses pengembalian kelebihan pajak harus selesai dalam jangka waktu 1 bulan sejak permohonan diterima lengkap.

  Kepada Pengusaha Kena Pajak selain termasuk dalam tiga kriteria pertama, pengembalian kelebihan pajak diberikan setelah melalui proses pemeriksaan.

  Setelah proses pemeriksaan selesai Direktorat Jenderal Pajak akan menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar. Proses pemeriksaan harus sudah selesai dalam jangka waktu paling lambat 12 bulan sejak permohonan diterima.

D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri

  Melalui Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), Penulis ingin mengetahui beberapa masalah sebagai berikut :

  1. Proses pengembalian kelebihan pembayaran Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

  2. Tatacara perhitungan dan pengembalian kelebihan pembayaran Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 3. Masalah – masalah dalam proses pelaksanaan pengembalian kelebihan pembayaran (restitusi) Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

  4. Jumlah Wajib Pajak yang mengajukan permohonan restitusi dari Tahun 2010 sampai Tahun 2012.

E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri

  Untuk mendapatkan dan mengumpulkan data sesuai dengan metode yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Tahapan Persiapan

  Pada tahapan ini penulis melakukan berbagai persiapan mulai dari pengajuan judul kepada Ketua Program Studi, penentuan judul oleh Ketua Program Studi, pembuatan proposal, pelaksanaan seminar proposal, perbaikan proposal, persetujuan terhadap proposal, penunjukan dosen pembimbing, bimbingan dan konsultasi dengan dosen pembimbing, dan pembuatan surat izin PKLM ke instansi yang dituju.

  2. Studi Literatur

  Yaitu kegiatan studi mencari data informasi dengan membaca landasan teori. Buku – buku literatur, peraturan perundang – undangan dibidang perpajakan, majalah, surat kabar, catatan – catatan maupun bahasa tertulis yang ada hubungannya dengan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri.

  3. Observasi Lapangan

  Penulis melakukan peninjauan atau pengamatan secara lansung terhadap masalah yang di bahas dan meninjau secara lansung terhadap kondisi pelaksanaan kegiatan untuk mengetahui sistem kerja yang berlaku pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia.

  4. Pengumpulan Data

  Pada tahap ini penulis melakukan pengumpulan data yaitu :

  a) Data primer yaitu data – data yang diperoleh dari pihak – pihak yang terkait dengan cara melakukan wawancara dengan pegawai yang dianggap mampu memberikan data dan informasi sesuai dengan penulisan laporan tugas akhir.

  b) Data sekunder yaitu data – data yang diperoleh dari referensi ilmiah yang mendukung laporan PKLM.

5. Analisis dan Evaluasi Data

  Setelah penulis memperoleh data yang diperlukan. Penulis akan menganalisa dan mengevaluasi data, dan kemudian akan dipresentasikan secara objektif, jelas dan sistematis.

F. Metode Pengumpulan Data

  Dalam melakukan Pengumpulan Data digunakan tiga metode yaitu :

  1. Metode Wawancara (Interview)

  Yaitu dengan mengajukan pertanyaan – pertanyaan yang ditujukan kepada pegawai yang dianggap mampu memberikan data dan informasi tentang Tatacara Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia.

  2. Metode Observasi (Observation Guide)

  Yaitu kegiatan mengumpulkan dan mencari data dengan cara lansung maupun tidak lansung terjun ke lapangan untuk melakukan peninjauan dengan mengamati, mendengar dan bila perlu membantu mengerjakan tugas yang diberikan oleh pihak instansi dengan mematuhi petunjuk atau arahan terlebih dahulu dengan berpedoman pada ketentuan yang berlaku pada instansi dan tidak boleh melakukan pekerjaan yang menjadi rahasia, memiliki rahasia dan memiliki resiko yang tinggi.

3. Dokumentasi

  Pengumpulan data dengan melakukan studi dokumentasi misalnya dengan mengumpulkan daftar dokumentasi yang diperlukan seperti Peraturan Pemerintah yang berlaku, Undang – Undang Perpajakan, data mengenai kepegawaian dan dokumen

  • – dokumen resmi lainnya mengenai Tatacara Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia.

  

G. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri

(PKLM)

  Untuk mempermudah pemahaman dalam pembahasan laporan praktik kerja lapangan mandiri ini, maka penulis membaginya dala lima bab pembahasan yang terdiri dari :

BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini diberikan gambaran mengenai keseluruhan isi laporan

  ini. Bab ini terdiri dari latar belakang PKLM, tujuan dan manfaat PKLM, Uraian Teoritiss, Ruang Lingkup PKLM, Metode PKLM, Metode Pengumpulan Data dan Sistematika Penulisan Laporan PKLM.

  

BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK

PRATAMA MEDAN POLONIA Pada bab ini penulis akan menjelaskan sejarah singkat lokasi dimana Praktik Kerja Lapangan Mandiri dilakukan. Dalam hal ini sejarah

  singkat lokasi yang akan diuraikan penulis adalah KPP Medan Polonia, Struktur Organisasi, Tugas dan Fungsi Pegawai di Instansi tersebut serta gambaran lain jika dibutuhkan.

  

BAB III GAMBARAN DATA PRAKTIK KERJA LAPANGAN

MANDIRI Pada bab ini penulis mencoba menjabarkan mengenai apa itu Pajak Pertambahan Nilai (PPN), subjek dan objek PPN, pajak masukan dan

  pajak keluaran serta pengertian dari restitusi dan hal – hal lain yang menyangkut proses pengembalian pajak yang lebih bayar.

BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI Dalam bab ini penulis akan menganalisis data yang diperoleh,

  kemudian mengadakan evaluasi serta memberikan interprestasi untuk menjawab perumusan masalah yang diajukan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini merupakan kesimpulan dari uraian – uraian dalam bab – bab

  sebelumnya serta saran – saran dari penulis yang merupakan sumbangan pemikiran yang diharapkan dapat memberikan manfaat pada pihak – pihak yang memerlukan.

Dokumen yang terkait

Tata Cara Pengajuan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak (Restitusi) Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan

3 59 51

Tatacara Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia

3 106 80

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) - Mekanisme Penerbitan Surat Ketetapan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia

0 0 15

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri - Mekanisme Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam

0 0 11

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) - Prosedur Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak Penghasilan Orang Pribadi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia

0 0 10

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri - Mekanisme Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai (Ppn) Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur

0 0 11

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Tata Cara Pengembalian Pajak Pertambahan Nilai Lebih di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia

0 0 14

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) - Tata Cara Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat

0 0 16

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) - Prosedur Pengolahan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 1111 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan

0 0 15

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) - Penundaan/Pencicilan Pembayaran Utang Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Madya Medan

0 0 18