BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) - Penundaan/Pencicilan Pembayaran Utang Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Madya Medan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi membawa dampak yang

  luas dan kompleks. Kemajuan tersebut tentunya membutuhkan kesiapsediaan semua pihak Perguruan Tinggi sebagai sebuah wadah pendidikan tertinggi dalam suatu jenjang pendidikan formal. Berperan serta dalam meningkatkan mutu pendidikan sehingga produk-produk yang dihasilkan benar-benar berkualitas, terampil dan siap dipekerjakan ditengah-tengah masyarakat Indonesia. Dan mahasiswa sebagai salah satu elemen perguruan tinggi dituntut untuk mampu berpikir kritis, tegas dan kreatif khususnya dibidang yang mereka pilih. Hal ini sangat penting karena mahasiswa sebagai generasi muda diharapkan dapat meneruskan pembangunan bangsa ini.

  Guna memenuhi tuntunan kerja sudah seharusnya mahasiswa tamatan dari Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara adalah merupakan tenaga ahli dalam bidang perpajakan yang terampil dan siap pakai, mahasiswa tidak hanya dituntut untuk lulus dari program pendidikannya tetapi juga harus mampu mengembangkan dan menambah pengetahuan serta memperluas wawasan dari ilmu yang diperolehnya, untuk itu mahasiswa diwajibkan mengikuti Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM). Dalam melaksanakan PKLM ini, maka mahasiswa memerlukan sebuah wadah atau tempat untuk mengaplikasikan teori perkuliahannya tersebut dan bahasan yang diambil tentu saja yang berhubungan dengan perpajakan.

  Sektor pajak di Indonesia merupakan salah satu penerimaan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) terbesar setelah migas sehingga pemerintah berupaya keras untuk meningkatkan penerimaan tersebut. Tanggung jawab peperpajakan bukan hanya dipundak pemerintah pusat saja, tetapi juga pada pemerintah daerah.

  Pemungutan Pajak di Indonesia menggunakan self assessment system. Dalam self assessment system Wajib Pajak diberikan kepercayaan dan tanggung jawab untuk menghitung, membayar dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar sesuai dengan Ketentuan Peraturan Perundang-undangan Perpajakan (KUP). Apabila terdapat kekeliruan/kesalahan dalam melakukan penghitungan pajak dan/atau Wajib Pajak melanggar Ketentuan Perundang- undangan Perpajakan maka fiskus menerbitkan Surat Ketetapan Pajak. Surat Ketetapan Pajak antara lain ialah Surat Tagihan Pajak (STP), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT), Surat Keputusan Keberatan, Surat Keputusan Pembetulan, Putusan Banding, dan Putusan Peninjauan Kembali yang mengakibatkan jumlah pajak terutang menjadi bertambah. Surat Ketetapan Pajak tersebut jika tidak dibayar akan ditagih melalui penagihan pajak dengan surat paksa.

  Untuk pembayaran pajak tidak boleh melewati tanggal jatuh tempo yang telah ditentukan dan jika Wajib Pajak membayar pajaknya lewat dari tanggal jatuh tempo maka Wajib Pajak akan dikenakan sanksi administrasi berupa bunga atau denda. Namun bagi Wajib Pajak yang mengalami kesulitan likuiditas atau mengalami keadaan force majeure sehingga tidak dapat memenuhi kewajiban membayar pajaknya tepat waktu, dapat mengajukan permohonan penundaan/ pencicilan pembayaran utang pajak. Atas pengajuan permohonan tersebut, Direktorat Jenderal Pajak dapat memberikan keputusan persetujuan menunda/ mengangsur pembayaran pajak yang terutang termasuk kekurangan pembayaran PPh menurut SPT Tahunan (PPh Pasal 29).

  Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mendalami dan membahas lebih lanjut mengenai prosedur pengajuan permohonan penundaan/ pencicilan pembayaran utang pajak hingga proses pemberian keputusan atas permohonan penundaan/pencicilan pembayaran utang pajak. Oleh karena itu penulis memilih Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Madya Medan sebagai tempat penelitian yang hasilnya akan dituangkan dalam laporan ini dengan judul “Prosedur Permohonan Penundaan/Pencicilan Pembayaran Utang Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Madya Medan”.

B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) 1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

  1.1 Untuk mengetahui persyaratan pengajuan permohonan penundaan/ pencicilan pembayaran utang pajak.

  1.2 Untuk mengetahui prosedur pelaksanaan/kerja permohonan penundaan/ pencicilan pembayaran utang pajak.

  1.3 Untuk mengetahui proses pemberian keputusan atas permohonan penundaan/pencicilan pembayaran utang pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Madya Medan.

  1.4 Untuk mengetahui kendala-kendala dalam prosedur pelaksanaan/kerja permohonan penundaan/pencicilan pembayaran utang pajak.

2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

  2.1 Bagi Mahasiswa a.

  Untuk mengembangkan ilmu pengetahuan yang dimiliki.

  b.

  Untuk memperdalam dan memperluas wawasan di bidang perpajakan, khususnya tentang prosedur penundaan/pencicilan pembayaran utang pajak.

  c.

  Agar dapat menerapkan/mengaplikasikan teori-teori dan ilmu yang didapat selama perkuliahan. d.

  Agar dapat meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam melaksanakan kegiatan PKLM dan menuangkan keterampilan serta mengaplikasikannya dengan baik dalam melaksanakan tugas-tugas yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi.

  e.

  Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam berfikir dan menghadapi permasalahan yang terjadi dan mampu menemukan solusi untuk penyelesaiannya.

  f. Menjadi wadah bagi mahasiswa untuk mempersiapkan dirinya menjadi mahasiswa yang kompeten untuk memasuki dunia kerja yang penuh persaingan, karena telah dibekali keterampilan dan pengalaman- pengalaman dunia kerja saat melaksanakan PKLM ini.

  g.

  Dapat memeberikan gambaran tentang bagaimana dunia kerja yang sebenarnya.

2.2 Bagi Kantor Pelayanan Pajak Madya Medan a.

  Sebagai sarana untuk meningkatkan hubungan antara KPP Madya Medan dengan Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

  b.

  Mendapat masukan dan saran untuk perbaikan sistem kerja terutama menyangkut prosedur permohonan penundaan/pencicilan pembayaran utang pajak. c.

  Dapat mengetahui tingkat perkembangan ilmu pengetahuan di lembaga pendidikan sehingga dapat terciptanya kerja sama yang baik dengan mahasiswa yang melaksanakan PKLM.

2.3 Bagi Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU a.

  Meningkatkan hubungan kerja sama antara Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan dengan dengan instansi pemerintah yang dalam hal ini dengan Kantor Pelayanan Pajak Madya Medan.

  b.

  Mempromosikan sumber daya manusia yang dimiliki oleh Universitas Sumatera Utara khususnya Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

  c.

  Agar universitas lebih berperan aktif dalam kegiatan pendidikan sesuai dengan peraturan yang sudah ditetapkan.

  d.

  Mendapat masukan dan saran untuk perbaikan dan penyempurnaan kurikulum yang berlaku di Universitas Sumatera Utara khususnya pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan.

C. Uraian Teoritis 1. Definisi Pajak

  Beberapa definisi pajak menurut para ahli yaitu :

  1.1 Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H Dalam bukunya Dasar–Dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan, mendefinisikan pajak sebagai iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang–undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa–jasa timbal yang langsung dapat dirasakan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum (Mardiasmo 2009 : 1)

  1.2 Mr. Dr. N.J Fieldmann Dalam bukunya yang berjudul De overheidsmiddelen van Indonesia,

  Leiden

  (1949) memberikan batasan bahwa pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak dan terutang kepada penguasa (menurut norma– norma yang ditetapkannya secara umum), tanpa adanya kontra–prestasi, dan semata–mata digunakan untuk menutup pengeluaran–pengeluaran umum.

  1.3 Prof. Edwin R.A Seligman Dalam Essay Taxation (New York, 1925) menyatakan “Tax is

  compulsory Contribution from the person, to the goverment to defray the expenses incurred in the common interest of all, without reference to special benefit conferred .” yang artinya Pajak adalah Kontribusi wajib

  dari orang tersebut, kepada pemerintah untuk membiayai biaya yang dikeluarkan untuk kepentingan bersama dari semua, tanpa mengacu pada manfaat khusus yang diberikan. Banyak yang keberatan atas kalimat “without reference“ karena bagaimana pun juga uang pajak tersebut digunakan untuk produksi barang dan jasa, sementara “benefit” yang diperoleh akan diberikan kepada masyarakat, hanya tidak mudah ditunjukan apalagi secara perorangan.

2. Fungsi Pajak

  Menurut Wirawan B.Ilyas dan Richard Burton (2007:10), fungsi pajak dapat dibedakan atas beberapa jenis, yaitu:

  2.1 Fungsi budgetair, yang disebut pula sebagai fungsi penerimaan dan sumber utama kas negara. Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah. Sebagai contoh yaitu dimasukkannya pajak dalam APBN untuk penerimaan dalam negeri.

  2.2 Fungsi reguler, yang disebut pula sebagai fungsi mengatur/alat pengatur kegiatan ekonomi. Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan di bidang sosial dan ekonomi. Sebagai contoh yaitu dikenakannya pajak yang tinggi terhadap minuman keras, sehingga konsumsi minuman keras dapat ditekan, demikian pula terhadap barang mewah.

  2.3 Fungsi alokasi, yang disebut pula sebagai sumber pembiayaan pembangunan. Kas negara yang telah terisi dan bersumber dari pajak yang telah terhimpun, harus dialokasikan untuk pembiayaan pembangunan dalam segala bidang.

  2.4 Fungsi distribusi, yang disebut pula sebagai alat pemerataan pendapatan. Wajib pajak harus membayar pajak dan pajak tersebut digunakan sebagai biaya pembangunan dalam segala bidang. Pemakaian pajak untuk biaya pembangunan tersebut, harus merata ke seluruh pelosok tanah air agar seluruh lapisan masyarakat dapat menikmatinya bersama.

3. Utang Pajak

3.1 Definisi

  Utang Pajak adalah pajak yang masih harus dibayar termasuk sanksi administrasi berupa bunga, denda atau kenaikan yang tercantum dalam Surat Ketetapan Pajak atau surat sejenisnya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan (Pasal 1 ayat (8) Undang- Undang Pajak No. 19 Tahun 2000 tanggal 1 Januari 2001 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa, Pasal 1 ayat (4) Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 16/PMK.03/2011 tanggal 24 Januari 2011 tentang Tata Cara Penghitungan Dan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak dan Pasal 10 Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-7/PJ/2011 tanggal 21 Maret 2011 tentang Tata Cara Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak).

3.2 Timbulnya Utang Pajak Ada dua ajaran yang mengatur tentang timbulnya utang pajak (Waluyo.

  2010. Perpajakan Indonesia Edisi 9. Jakarta: Salemba Empat.), yaitu : a.

  Ajaran Formal.

  Utang pajak timbul karena undang-undang pada saat dikeluarkan Surat Ketetapan Pajak oleh Direktur Jenderal Pajak (fiskus). Jadi selama belum ada Surat Ketetapan Pajak maka belum ada utang pajak dan tidak akan dilakukan penagihan walaupun syarat subjek dan syarat objek telah dipenuhi bersamaan. Ajaran ini diterapkan pada official assessment system. Contohnya : hutang pajak si A baru akan timbul sesudah fiskus menerbitkan Surat Ketetapan Pajak (SKP). Jadi, si A tidak mempunyai kewajiban membayar pajak penghasilan/pendapatannya jika fiskus belum menerbitkan SKP tersebut.

  b.

  Ajaran Material.

  Utang pajak timbul “dengan sendirinya” karena berlakunya undang- undang sekaligus dipenuhi syarat subjek dan syarat objek yang artinya bahwa untuk timbulnya utang pajak tidak diperlukan campur tangan dari Pejabat Pajak (Fiskus), asalkan syarat-syarat yang ditentukan oleh undang-undang telah terpenuhi. Seseorang dikenai pajak karena suatu keadaan dan perbuatan. Ajaran ini diterapkan pada self assessment system. Contohnya : syarat timbulnya utang pajak bagi si A dalam contoh di atas menurut Undang–Undang No.

  19 Tahun 2000 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.

3.3 Batas Waktu Pembayaran Pajak Terutang

  Ada 3 (tiga) batas waktu pembayaran pajak terutang (dokumen yang dibuat secara spesifik dari www.ortax.org tentang batas waktu penyetoran/pembayaran pajak), yaitu : a.

   Untuk suatu masa pajak yang harus dibayar paling lama sesuai dengan batas waktu untuk masing-masing jenis pajak.

  b.

  Untuk suatu tahun pajak yang harus dibayar sebelum surat pemberitahuan Pajak Penghasilan disampaikan.

  c.

  Untuk suatu ketetapan pajak yang tertulis dalam Pasal 1 ayat (1) dan (2) Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER-38/PJ/2008 tanggal 24 September 2008 tentang Tata Cara Pemberian Angsuran Atau Penundaan Pembayaran Pajak yang menyatakan bahwa: 1.

  Pajak masih harus dibayar dalam STP, SKPKB, SKPKBT, Surat Keputusan Keberatan, Surat Keputusan Pembetulan, Putusan Banding, Putusan Peninjauan Kembali, yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah harus dilunasi dalam batas waktu 1 (satu) bulan sejak tanggal diterbitkan 2. Untuk kekurangan pembayaran pajak yang terutang berdasarkan

  Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan atau biasa disebut PPh Pasal 29 jatuh tempo pembayarannya harus dilunasi sebelum SPT Tahunan Pajak Penghasilan disampaikan tetapi tidak melebihi batas waktu penyampaian SPT Tahunan Pajak Penghasilan. Pada umumnya batas waktu penyampaian SPT Tahunan PPh Badan adalah 30 April dan SPT Tahunan PPh Orang Pribadi adalah 31 Maret tahun berikutnya.

D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

  Adapun yang menjadi ruang lingkup penulis dalam melakukan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini adalah: 1.

  Persyaratan pengajuan permohonan penundaan/pencicilan pembayaran utang pajak.

  2. Prosedur pelaksanaan/kerja permohonan penundaan/pencicilan pembayaran utang pajak.

  3. Proses pemberian keputusan atas permohonan penundaan/pencicilan pembayaran utang pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Madya Medan.

  4. Kendala-kendala dalam prosedur pelaksanaan/kerja permohonan penundaan/pencicilan pembayaran utang pajak.

E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

  Metode yang digunakan dalam pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri adalah sebagai berikut: 1.

  Tahap Persiapan Yaitu kegiatan yang dilakukakan oleh penulis sehubungan dengan persiapan yang menyangkut PKLM ini, mulai dari mengajukan judul, penentuan judul dan tempat PKLM, mencari bahan untuk membuat proposal, serta konsultasi dengan dosen.

  2. Studi Literatur Penulis mengumpulkan data yang menyangkut masalah yang akan dibahas melalui sumber bacaan seperti: buku perpajakan, Undang-Undang Perpajakan, Peraturan/Keputusan Menteri Keuangan, Peraturan/Keputusan Direktorat Jendral Pajak, Surat Edaran Direktorat Jendral Pajak, dan artikel ilmiah maupun literature serta data-data lain yang berhubungan dan memiliki keterkaitan dengan pembahasan dari PKLM.

  3. Observasi Lapangan Dalam tahap ini penulis melakukan pengamatan pada objek praktik kerja lapangan mandiri untuk mencari data–data serta informasi dan meninjau secara langsung kondisi tempat pelaksanaan kegiatan untuk mengetahui bagaimana prosedur pelaksanaan/kerja permohonan penundaan/pencicilan pembayaran utang pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Madya Medan.

4. Pengumpulan Data

  Pada tahap ini penulis mengumpulkan data yang terdiri dari :

  4.1 Data Primer : Data yang diperoleh dari pihak–pihak yang berkompeten terkait dengan judul laporan PKLM dalam hal ini pegawai yang bertugas di Seksi Penagihan yang mengetahui tentang objek kajian PKLM ini.

4.2 Data Sekunder : Data yang diperoleh dari laporan, buku perpajakan,

  Undang-Undang Perpajakan, Peraturan/Keputusan Menteri Keuangan, Peraturan/Keputusan Direktorat Jendral Pajak, Surat Edaran Direktorat Jendral Pajak, dan sumber lainnya yang berkaitan dengan penulisan laporan yang bertujuan untuk pengumpulan data yang berhubungan dengan penyusunan laporan PKLM ini.

5. Analisis Data dan Evaluasi

  Setelah penulis memperoleh data yang diperlukan, penulis akan mengelompokan data–data yang diperoleh selama pelaksanaan PKLM untuk dianalisa dan dievaluasi yang kemudian akan diinterpretasikan secara objektif, jelas dan sistematis sehingga memudahkan dalam penarikan kesimpulan.

F. Metode Pengumpulan Data

  Untuk mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan dalam PKLM ini, maka penulis menggunakan metode wawancara dan studi dokumentasi dengan menggunakan alat pengumpulan data sebagai berikut: 1.

  Daftar Wawancara (Interview Guide) Yaitu proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab langsung yakni tatap muka antara pewawancara dengan responden (orang yang diwawancarai). Dan dalam hal ini penulis mengajukan beberapa pertanyaan kepada Pelaksana Seksi Penagihan dan pegawai pada seksi lainnya yang berhubungan dengan masalah yang dibahas demi melengkapi data-data untuk laporan PKLM ini.

2. Daftar Dokumentasi (Optional Guide)

  Studi dokumentasi dengan mempelajari Undang–Undang Perpajakan, Peraturan/Keputusan Menteri Keuangan, Peraturan/Keputusan Direktorat Jendral Pajak, Surat Edaran Direktorat Jendral Pajak, buku–buku perpajakan, literatur, makalah, dan dokumen/data pendukung lain yang berhubungan dan memiliki keterkaitan dengan pembahasan pada Laporan PKLM.

G. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri

  Dalam pembahasan penulisan laporan ini, penulis menyajikan pembahasan laporan ini ke dalam 5 (lima) bab. Yang menjadi sistematika dalam penyusunan laporan PKLM adalah sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN Dalam bab ini penulis memberikan gambaran mengenai

  keseluruhan isi dari laporan. Bab ini berisikan latar belakang PKLM, tujuan dan manfaat PKLM, uraian teoritis, ruang ringkup PKLM, metode PKLM, metode pengumpulan data dan sistematika penulisan laporan PKLM.

  BAB II : GAMBARAN UMUM OBJEK/LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI Dalam bab ini penulis menguraikan mengenai sejarah singkat

  berdirinya KPP Madya Medan, gambaran umum KPP Madya Medan, tugas dan fungsi KPP Madya Medan, sruktur organisasi KPP Madya Medan, serta fasilitas dan pelayanan pada KPP Medan.

  BAB

  III : GAMBARAN DATA PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI Dalam bab ini penulis menjelaskan mengenai penundaan/pencicilan

  pembayaran utang pajak, utang pajak yang diperbolehkan untuk ditunda/diangsur, wajib pajak yang diperbolehkan menunda/ mengangsur, persyaratan mengajukan permohonan penundaan/ pencicilan, penelitian atas permohonan penundaan/pencicilan, prosedur pelaksanaan/kerja permohonan penundaan/pencicilan, keputusan atas permohonan penundaan/pencicilan, ketetapan atas keputusan persetujuan penundaan/pencicilan, bunga atas penundaan/ pencicilan, alur dan jadwal proses permohonan hingga keputusan penundaan/pencicilan, dan contoh penghitungan pengenaaan sanksi administrasi berupa bunga.

BAB IV : ANALISIS DAN EVALUASI DATA Dalam bab ini penulis akan menganalisa data yang diperoleh

  mengenai jumlah wajib pajak yang mengajukan permohonan penundaan/pencicilan pembayaran utang pajak di KPP Madya Medan, kesesuaian antara undang-undang dan peraturan yang ada dengan pelaksanaannya mulai dari pengajuan permohonan hingga terbitnya keputusan atas penundaan/pencicilan pembayaran utang pajak, dan kendala-kendala dalam prosedur pelaksanaan/kerja permohonan penundaan/pencicilan pembayaran utang pajak yang kemudian dievaluasi serta memberikan interpretasi untuk menjawab perumusan masalah yang diajukan.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN Dalam bab ini disimpulkan uraian-uraian dari bab-bab sebelumnya

  dan berdasarkan kesimpulan tersebut dibuat rekomendasi yang berisi saran yang mungkin dapat digunakan untuk mengatasi masalah yang ada.

Dokumen yang terkait

Penundaan/Pencicilan Pembayaran Utang Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Madya Medan

0 78 77

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri - Pelaksaan Prosedur Penyitaan Barang Wajib Pajak Akibat Utang Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Lubuk Pakam

0 0 17

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) - Proses Pemberian Keputusan Angsuran Atas Utang Pajak Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia

0 0 13

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) - Prosedur Pendaftaran dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Belawan

0 0 15

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) - Mekanisme Penerbitan Surat Ketetapan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia

0 0 15

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) - Tata Cara Pemeriksaan Pajak Di Kantor Pelayanan Pajak(Kpp)Pratama Medan Timur

0 0 12

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) - Prosedur Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak Penghasilan Orang Pribadi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia

0 0 10

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Mandiri (PKLM) - Tata Cara Pemeriksaan Pajak Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota

0 0 14

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) - Tata Cara Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat

0 0 16

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) - Peranan Pemeriksaan Sederhana Dalam Penerimaan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Kota

0 0 21