CYTOTOXIC EFFECTS OF DOXORUBICIN BY INCREASING THE CELL T47D HESPERIDIN ABSTRACT - Peningkatan sitotoksik doxorubicin oleh hesperidin pada sel T47D

  91

  ISSN 1411 - 0903

PENINGKATAN EFEK SITOTOKSIK DOXORUBICIN OLEH HESPERIDIN

PADA SEL T47D

  1

  2

  2 Setiawati, A. , Susidarti, R.A. dan Meiyanto, E. 1)

  Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

  2)

  Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta E-mail: nina@usd.ac.id

  ABSTRAK

Hesperidin adalah senyawa golongan flavonoid yang menunjukkan efek toksik terhadap beberapa sel

kanker. Kombinasi dengan doxorubicin yang dikenal sebagai obat anti kanker payudara di uji untuk

mengetahui aktivitas sitotoksiknya terhadap sel T47D. Viabilitas sel ditetapkan dengan uji 3-(4,5-

dimetil thiazol-2-il)-2,5-difeniltetrazolium bromida (MTT), sedangkan pengamatan apoptosis

dilakukan dengan metode double staining menggunakan Ethidium Bromide-Acridine Orange.

Hesperidin menunjukkan efek sitotoksik pada konsentrasi 200 µM sedangkan doxorubicin

memberikan efek sitotoksik dengan IC 50 15 nM. Pemberian hesperidin 50 and 100 µM meningkatkan

efek sitotoksik doxorubicin 7,5 nM dibandingkan dengan perlakuan doxorubicin tunggal. Efek

sitotoksik paling kuat ditunjukkan oleh kombinasi doxorubicin 7,5 nM dan hesperidin 100 µM.

Kombinasi doxorubicin 7,5 nM dan hesperidin 100 µM juga menunjukkan pemacuan apoptosis sel

T47D. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa hesperidin meningkatkan efek sitotoksik doxorubicin

pada sel kanker T47D melalui pemacuan apoptosis.

  Kata kunci: Hesperidin, doxorubicin, ko-kemoterapi, T47D, apoptosis.

  

CYTOTOXIC EFFECTS OF DOXORUBICIN BY INCREASING

THE CELL T47D HESPERIDIN

ABSTRACT

Hesperidin, a flavonoid compound, shows strong cytotoxic effect in several cancer cell lines. Its

combination with doxorubicin known as an chemoterapeutic agen for breast cancer was tested to

determine its cytotoxic efect on T47D cancer cell lines. Cell viability was determined using 3-(4,5-

dimetil thiazol-2-il)-2,5-difeniltetrazolium bromide (MTT) assay, whereas apoptosis was observed

using a double staining method with Ethidium Bromide-Acridine Orange. The results indicated that

hesperidin at a concentration of 200 µM showed a cytotoxic effect while doxorubicin showed strong a

cytotoxic effect with the IC of 15 nM. Hesperidin at concentrations of 50 and 100 µM increased

50

cytotoxic effect of doxorubicin 7.5 nM as compared with the effect of single doxorubicin. The

strongest cytotoxic activity was shown by the combination of doxorubicin of 7,5 nM and hesperidin

of 100 µM. This combination induced apoptosis in T47D cell lines. The result showed that hesperidin

increased cytotoxic effect of doxoribicin on T47d cancer cell lines due to enhanced induction of

apoptosis. Key words: Doxorubicin, hesperidin, co-chemotherapy, T47D cell lines, apoptosis.

  kanker payudara adalah doxorubicin (

  PENDAHULUAN ). Penggunaan doxorubicin me-

  Jenis kanker yang paling banyak di- nimbulkan efek samping seperti hepato- derita perempuan adalah kanker payudara toksisitas (El-Sayyad et al., 2009) dan kar- (26% dari seluruh kasus kanker), sebanyak diotoksisitas (Minotti et al., 2004) dan 15% kasus berakhir dengan kematian (Jemal resiko resistensi. Pada sel kanker T47D,

  

et al., 2007). Pengembangan terapi efektif resistensi perlakuan doxorubicin meningkat-

  dalam pengobatan kanker payudara sangat kan aktivitas fosforilasi Akt. Akt terfosfo- diperlukan untuk menekan jumlah kematian rilasi mengaktifkan Bcl-X L (protein anti- penderita. Salah satu agen kemoterapi yang apoptosis) dan menginaktifkan caspase-9

  15 menit, kemudian plate dibaca dengan

  Eagle’s medium (DMEM) yang mengan-

  plate digoyang menggunakan shaker selama

  MTT dibuang dengan membalik plate, kemudian ditambahkan stopper SDS untuk melarutkan garam formazan. Sel diinkubasi selama 24 jam dalam suhu kamar dan terlindung dari cahaya. Pada akhir inkubasi

  dalam 100 µL media kultur ditambahkan pada masing-masing sumuran lalu diinkubasi selama 3 jam pada suhu 37°C.

  untuk beradaptasi dan menempel pada sumuran . Larutan senyawa uji dalam 100 µL media kultur ditambahkan ke dalam sumur- an, lalu diinkubasi selama 24 jam. Pada akhir masa inkubasi, medium dibuang dan ditambahkan PBS 100 µL tiap sumuran untuk pencucian. MTT 5 mg. Ml

  2

  didistribu- sikan ke dalam 96 well plate, kemudian diinkubasi selama 24 jam dalam inkubator CO

  sel/100µL

  3

  Sebanyak 5x10

  Uji Ko-kemoterapi Menggunakan Me- tode MTT

  Pengamatan apoptosis dilakukan deng- an pengecatan menggunakan pereaksi etidi- um bromida akridin oranye (EtBr-AO). La- rutan induk dibuat dari 50 mg etidium bromida (Sigma, Sigma-Aldrich Corp, St. Louis, MO, USA) dan 15 akridin oranye (Sigma, Sigma-Aldrich Corp, St. Louis, MO, USA) dilarutkan dalam 1 mL etanol 95%, ditambah akuabides hingga 50 mL. Sebelum pemakaian, 1 mL larutan induk diencerkan dengan PBS sampai volume 100 mL. Bahan-bahan yang digunakan selama penelitian, apabila tidak dikatakan lain, berarti berderajat pro analisis.

  . Stopper yang digunakan adalah natrium dodesil sulfat (SDS) 10% (w/v) dalam 0,1 N HCl.

  Pengamatan viabilitas sel dilakukan dengan MTT [3-(4,5-dimetiltiazol-2-il)-2,5 difeniltetrazolium bromida] (Sigma), de- ngan konsentrasi 5mg.mL

  dung Foetal Bovine Serum (FBS) 10% (v/v) (Gibco), penicillin streptomisin 1% (v/v) (Gibco). Tripsin-EDTA 0,25% digunakan untuk membantu pelepasan sel yang melekat pada flask.

  Kultur sel ditumbuhkan dalam medium penumbuh kultur Dulbecco’s modified

  • 1

  hambat jalur PI3K/Akt yang teraktivasi pada kanker payudara (Hastuti et al., 2008). Pada kanker payudara terjadi beberapa abnormalitas pada jalur PI3K/Akt yang menyebabkan prognosis buruk dan resis- tensi terhadap kemoterapi (Hennesy et al., 2005).

  (inisiator apoptosis) melalui jalur caspase ().

  Salah satu strategi yang digunakan untuk mengatasi resistensi, meminimalkan efek samping dan meningkatkan potensi agen kemoterapi adalah ko-kemoterapi. Ko- kemoterapi dilakukan dengan mengkombi- nasikan agen kemoterapi dengan agen kemopreventif. Hesperidin merupakan agen kemopreventif yang menghambat proliferasi sel kanker dan memacu apoptosis. Yanez et

  al, (2004) melaporkan hesperidin menun-

  jukkan efek sitotoksik pada beberapa sel kanker, antara lain sel Hep-G2, HCT-116, MDA-MB-231, dan SK-N-MC. Efek sito- toksik hesperidin juga ditunjukkan dengan penghambatan proliferasi sel kanker payu- dara MCF-7-GFP- -tubulin ( ). Uji in silico melalui docking mole-

  kuler menyimpulkan hesperidin meng-

  Sel T47D yang mengalami aktivasi Akt akan resisten terhadap doxorubicin (

  prevention Research Center Fakultas Far- masi Universitas Gajah Mada.

  ). Sel tersebut mengekspresikan

  protein p53 yang termutasi, sehingga me- nyebabkan prognosis dan respon buruk pada kemoterapi (Lacroix et al., 2006). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek sinergis hesperidin dengan doxorubicin, sehingga dapat mengatasi permasalahan resistensi dan mengurangi toksisitas agen kemoterapi tersebut.

  • 1

  BAHAN DAN METODE Doxorubicin Ebewe 10 mg/5mL (PT.

  • 1

  Ferron Par Pharmaceutical, Cikarang, Indo- nesia). Hesperidin (Sigma Aldrich, No. Ka- talog H5254-25G) mengandung 80% hespe- ridin murni HPLC. Hesperidin dan Doxoru-

  bicin dilarutkan dalam Dimethyl Sulfoxide

  (DMSO) (Sigma). Sel kanker payudara T47D merupakan koleksi Cancer Chemo-

  Pengamatan apoptosis menggunakan metode double staining (EtBr-AO)

  • 1

  ATP Binding Cassette (ABC) tipe G2 (AB

  sel MCF-7 diperkirakan karena overekspresi

  50 doxorubicin pada

  Tingginya harga IC

  50 467 nM (CCRC unpublished data).

  sel MCF-7. (Stokia et al., 2008) dengan IC

  rubicin lebih tinggi dibandingkan dengan

  lumnya yang menyebutkan sel T47D sen- sitif terhadap doxorubicin ( ). Sensitivitas sel T47D terhadap doxo-

  50 15 nM dan bersifat dose-depen- dent . Hal ini sesuai dengan penelitian sebe-

  dan bersifat dose-dependent dengan per- samaan y= -50.75x + 109.7 dan r = 0,962 (Gambar 1A). Sensitivitas sel T47D ter- hadap doxorubicin relatif tinggi dengan harga IC

  bicin relatif tinggi dengan harga IC 50 15 nM

  Sensitivitas sel T47D terhadap doxoru-

  Pengamatan dilakukan secara kualitatif dengan mengamati morfologi sel di bawah mikroskop fluorosensi, setelah pemberian akridin oranye dan ethidium bromida. Sel hidup akan berfluorosensi hijau terang, sel yang mengalami apoptosis tahap awal akan mengalami kondensasi kromatin dan masih berwarna hijau, sel yang mengalami apop- tosis pada tahap akhir akan terpecah-pecah menjadi bagian yang lebih kecil dan ber- warna oranye, sedangkan sel yang nekrosis akan berwarna oranye dengan ukuran sel normal ().

  Pada sel T47D, hesperidin bersifat sito- toksik lemah pada konsentrasi hingga 200 µM. Efek sitotoksik yang rendah pada hesperidin disebabkan karena hesperidin bersifat polar dan sulit ditranspor masuk ke dalam sel. Kemungkinan hesperidin sedikit diabsorpsi oleh sel T47D, sehingga pada konsentrasi di bawah 200 µM, hesperidin tidak memberikan efek sitotoksik. Oleh karena itu, diperlukan penelitian mekanisme absorbsi hesperidin untuk mengetahui korelasi kadar hesperidin dalam sel dengan efek sitotoksik pada sel T47D.

  Pengamatan Apoptosis

  regresi linier, sehingga dapat diketahui po- tensi sitotoksisitasnya. Sitotoksisitas kombi- nasi ditetapkan dengan membandingkan profil viabilitas sel perlakuan tunggal dan kombinasi dibandingkan dengan sel kontrol.

  50 dihitung menggunakan

  Konsentrasi IC

  100%

  Data yang diperoleh berupa absorbansi masing-masing sumuran, selanjutnya dikon- versi ke dalam persen sel hidup. Persentase sel hidup dihitung menggunakan rumus: Absorbansi sel dengan perlakuan-Absorbansi kontrol media Absorbansi kontrol sel-Absorbansi kontrol media

  Uji Ko-Kemoterapi

  kaca obyek dan ditambahkan 10 µL pere- aksi AE. Sel diamati di bawah microskop fluorescen segera setelah pereaksi me- ngering.

  slip yang memuat sel dipindahkan ke atas

  sumuran di- distribusikan ke dalam 24-well plate yang telah dilapisi coverslip, kemudian diinku- basi untuk pengadaptasian sel. Sel diberi perlakuan (hesperidin dan doxorubicin) dan diinkubasi kembali selama 15 jam. Sel dicuci menggunakan, PBS kemudian cover-

  sel/1.mL

  4

  Sejumlah 5x10

  GG2) transporter MDR1 atau P-gliko- pro- tein (PgP). Salah satu substrat PgP adalah doxorubicin () sehingga doxorubicin dapat dikeluarkan kembali dari dalam sel. Resistensi terhadap doxorubicin diperantarai overekspresi PgP pada sel MCF-7, sedangkan perlakuan doxorubicin tidak menyebabkan overekspresi PgP (Lukyanova et al., 2009).

HASIL DAN PEMBAHASAN

  Dalam penelitian ini, viabilitas sel ka- rena pengaruh hesperidin, doxorubicin dan kombinasinya uji sitotoksik menggunakan metode MTT. MTT diabsorbsi oleh sel suksinat tetrazolium yang termasuk dalam rantai respirasi di mitokondria, sehingga aktif menjadi formazan (Doyle & Griffiths, 2000). Viabilitas sel berbanding lurus de- ngan formazan yang terbentuk. Istilah via- bilitas sel ini lebih sesuai daripada kematian sel karena penurunan aktivitas enzim belum tentu menunjukkan adanya kematian sel. Metode MTT lebih sensitif dibandingkan dengan metode sitotoksik lain seperti me- tode LDH dan metode protein (). Gambar 1. Efek doxorubici

  Doxo-rubicin m

  sedangkan hesp konsentrasi 200 Gambar 2. Efek kombinas

  Viabilitas sel perlakuan tung pada perlakuan dibandingkan d perlakuan doxo perubahan mo

  microscope de

  doxorubicin 20 100 µM berbed 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 ( 50 V iab il it as %) Konsentrasi doxorubicin

  A A C

  icin (A) dan hesperidin (B) tunggal terhadap v menurunkan persen viabilitas sel dengan ha speridin menurunkan persen viabilitas sel se 00 µM (B). nasi hesperidin dengan doxorubicin terhadap l pada perlakuan kombinasi lebih rendah nggal masing-masing (A). Perubahan popula an kombinasi hesperidin 100 µM-doxorubic dengan kontrol sel (B), perlakuan hesperid xorubicin 7.5 nM. Keterangan: sel norma orfologi. Pengamatan morfologi sel dilaku dengan perbesaran 400x. Viabilitas sel

  200 nM-hesperidin 50 µM maupun doxoubic eda signifi- kan terhadap doxorubicin 200 nM t 100 in (nM) 20 40 60 80 100 50 100 V iab il it as s el ( %) Konsentrasi hespe

  B B E D viabilitas sel sel T47D.

  harga IC

  50 15 nM (A)

  secara signifikan pada ap viabilitas sel T47D. dibandingkan dengan ulasi dan morfologi sel bicin 7.5 nM (E) turun ridin 100 µM (C) dan mal, sel mengalami kukan dengan inverted perlakuan kombinasi icin 200 nM-hesperidin tunggal (p<0,05). 150 200 peridin (µM) Gambar 3. Doxorubicin da terlihat semua s adanya sel yang juga terlihat ins

  rubicin 7.5 nM

  ssette ) transporter

  5). Doxorubicin terbukti orilasi PI3K/Akt dose

  an morfologi sel ber- masih utuh (Gambar 3B mengalami early apop- i sebagai sel hidup pada l pengamatan apoptosis masi terhadap hasil uji i. Kombinasi hespe ridin emacu terjadinya apop- ari morfologi sel yang bar 3D). Hesperidin si- rubicin dengan mening- melalui apoptosis. apoptosis oleh kombi- doxorubicin diprediksi- mbatan jalur PI3K/Akt. ukan dalam jalur PI3K/ yudara yang menyebab- teraktivasi berlebihan

  sis yang terdeteksi ber-

  T47D. Pada kontrol sel peridin 100 µM terlihat n doxorubicin 7.5 nM din 100 µM dan doxo- tosis yang lebih tinggi sensi hijau; sel hidup ensitivitas oleh hespe- rfologi sel perlu dianali- k mengetahui terjadinya sel melalui mekanisme igunakan sebagai indi- speridin sebagai agen ektifitas menjadi titik ing dalam pengobatan atian sel melalui apop- ulkan respon inflamasi mengurangi efek sam- erbert, 2003). Pada per- an doxorubicin tunggal

  D C B

  Jalur pemacuan a nasi hesperidin dan do kan melalui penghamb Abnormalitas ditemuk Akt pada kanker payu kan jalur tersebut t (Hennesy et al., 2005). meningkatkan fosfori

  uji sitotoksik. Hasil p memberikan konfirma sitotoksik kombinasi. K dan doxorubicin mem tosis yang terlihat dar terfragmentasi (Gamba nergis dengan doxorub katkan kematian sel me

  tosis masih terdeteksi s

  Proses kematian s apoptosis penting dig kasi selektifitas hesp kemopreventif. Selek tangkap yang pentin kanker. Proses kemati tosis tidak menimbul (Gewies, 2003) dan m ping pada pasien (Her lakuan hesperidin dan terlihat early apoptosis warna oranye dengan warna oranye yang ma dan 3C). Sel yang me

  M dengan doxoru- atkan peningkatan beda signifikan ( = gan efek sitotoksik mbar 2A). Hespe- gkan sebagai agen doxorubicin. Kom- xorubicin (Gambar ubahan morfologi andingkan dengan bar 2C dan 2D). orfologi sel dalam cukup digunakan me peningkatan sens ridin. Perubahan morfo sis lebih lanjut untuk m apoptosis.

  etabolitnya (Morris ga hesperidin dapat i dalam sel. Pene- kan untuk menge- eridin keluar sel ya pada sel T47D. tunggal hesperidin kan berarti hespe- mbangkan sebagai ri hasil penelitian bahwa hesperidin ik, memacu apop- proliferasi pada ez et al., 2004). kombinasi antara

  ., 2006). Substrat

  daripada perlaku yang mengalami Efek sitotoksik yang r peridin kemungkinan juga efluks hesperidin keluar da merupakan sel kanker

  e Protein (BCRP/

  M menunjukkan potensi pemacuan apoptos kuan masing-masing. sel hidup berfluoresen mi early apoptosis sel apoptosis. rendah pada hes- ga disebabkan oleh dari sel. Sel T47D mengekspresikan

  dan hesperidin memacu apoptosis pada sel T4 sel masih hidup (A). Pada perlakuan hesper ng mengalami apoptosis (B). Pada perlakuan insidensi apoptosis (C). Kombinasi hesperidin

  A B

  2E) menyebabkan perub yang terlihat jelas diban perlakuan tunggal (Gamb Pengamatan perubahan mo uji sitotoksik belum cu

  efek sitotoksik yang berbed 0,05) dibandingkan dengan doxorubicin tunggal (Gam ridin potensial dikembangk kokemoterapi terhadap do binasi hesperidin dan doxo

  bicin 7,5 nM memperlihat

  Hasil uji sitotoksik k hesperidin 50 dan 100 µM

  Hasil uji sitotoksik tu yang tidak poten ini buka ridin tidak dapat dikemb agen kokemoterapi. Dari terdahulu membuktikan b mampu berefek sitotoksik tosis dan menghambat berbagai macam sel (Yanez

  ABCG2) (Sarkadi et al., ABC (ATP-binding cass adalah flavonoid dan meta & Zhang, 2006), sehingga dikeluarkan kembali dari d litian lebih lanjut diperluka tahui efek efluks hesper terhadap efek sitotoksiknya

  Breast Cancer Resistance

  D MDA468 dan MCF-7 (). Akt mengaktifkan NF- B yang menghambat apoptosis. Selain NF- B, Akt juga meng- hambat fosforilasi Bad, suatu protein pro- apoptosis (Hennesy et al., 2005). Gewies (2003) menyebutkan NF- B menghambat apoptosis dengan meningkatkan transkripsi Bcl-2. Uji in silico dengan uji docking molekuler menunjukkan bahwa hesperidin menghambat PI3K secara kompetitif dengan ATP (Hastuti et al., 2008). Penghambatan PI3K/Akt oleh hesperidin dapat memacu terjadinya apoptosis. Keterlibatan PI3K/Akt dalam pemacuan apoptosis oleh perlakuan kombinasi hesperidin dengan doxorubicin pada sel T47D perlu diteliti lebih lanjut.

  Fungsi p53 mutan pada sel T47D yang diberi perlakuan doxorubicin digantikan oleh p73 (Vayssade et al., 2005; Irwin and Miller, 2004). Penggantian fungsi p53 oleh p73 berpengaruh pada pemacuan apoptosis dan cell cycle arrest. Protein p73 dan p53 mempunyai homologi pada DNA binding

  memacu mitokondria untuk melepaskan sitokrom-C yang selanjutnya membentuk apoptosome dengan Apaf-1 dan dATP (). Hesperidin telah terbukti meningkatkan aktivitas caspase-3 yang memacu terjadinya apoptosis pada sel kanker kolon SNU-C4 (Park et al., 2009).

  SIMPULAN Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hesperidin meningkatkan efek sitotoksik doxorubicin pada sel T47D melalui meka- nisme pemacuan apoptosis. P enelusuran

  fisiologis sel, Bcl-2 menghambat aktivitas Bax (). Oleh karena itu, kom- binasi hesperidin dan doxorubicin diper- kirakan melalui penekanan ekspresi Bcl-2 dan aktivasi Bax. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengetahui peran ekspresi Bcl-2 dan Bax dalam pemacuan apoptosis kombinasi hesperidin dan doxorubicin pada sel T47D.

  bicin (). Dalam kondisi

  Doxorubicin memacu apoptosis melalui peningkatan ekspresi Bax pada sel HCC- 9204 (). Bax merupakan keluarga Bcl-2 yang pro-apoptosis. Hespe- ridin telah terbukti meningkatkan apoptosis pada sel kanker kolon SNU-C4 melalui me- nekan ekspresi Bcl-2, protein antiapoptosis (Park et al., 2009). Pada sel T47D, Bcl-2 tidak terdeteksi setelah perlakuan doxoru-

  domain dan jarang termutasi pada sel kanker

UCAPAN TERIMA KASIH

  pase -3, 6, 7 yang mengeksekusi apoptosis. Caspase -8 juga mengaktifkan t-Bid yang

  Terima kasih disampaikan kepada DIPA UGM yang mendanai penelitian ini melalui Program Penelitian Hibah Tim Pascasajana tahun 2009.

  Fas mengaktifasi pro-caspase-8/10 ke- mudian dilanjutkan dengan aktivasi cas-

  Bad .

  kanker payudara yang mengalami mutasi p53 melalui jalur Fas/caspase 8 dan Akt/

  al. (2009) menyimpulkan apoptosis pada sel

  mengetahui fokus target kombinasi hespe- ridin dan doxorubicin. Penelitian Lahiry et

  independent pathway perlu dilakukan untuk

  (Lacroix et al., 2006). Penelusuran lebih lanjut pemacuan apoptosis melalui p53-

  mekanisme molekuler lebih lanjut diperlu- kan untuk dapat mengembangkan hesperidin sebagai agen kemoterapi pada kanker payu- dara.

DAFTAR PUSTAKA

  Doyle, A. & Griffiths J.B. 2000. Cell and Tissue Culture for Medical Research, England: John Willey & Sons LTD.

  El-Sayyad, H.I., Ismail, M.F., Shalaby, F.M., Abou-El-Magd, R.F., Fernando, A., Raj, MRG. & Quhtit, A. 2009.

  Histopat-hological Effects of Cisplatin, Doxorubicin and 5-Flurouracil (5-FU)

  Caspase -3 juga teraktivasi pada sel gin- jal yang diberi perlakuan doxorubicin.

  Doxorubicin juga terbukti mampu meng- induksi apoptosis melalui peningkatan akti- vasi Fas pada sel ginjal (). Penelitian mengenai jalur Fas/ caspase-8 dan Akt/Bad dalam pemacuan apoptosis oleh perlakuan kombinasi hesperidin dengan doxorubicin pada sel T47D perlu dilakukan.

  International Journal of Biological Science, 5(5): 466-473.

  

  

  

  

  Life Science, 78: 2116- 2130.

  Morris, M.E. & Zhang, S. 2006. Flavonoid- DrugInteraction on ABC Transporter.

  

  

  

  

  

  S., Banerjee, S., Das, Sa, G., & Das, T. 2009. Theaflavin Target Fas/Caspase-8 abd Akt/pBad pathways to Induce Apoptosis in p53-Mutated Human Breast Cancer Cell. Carcinogenesis, 31: 259-268.

   Hastuti, N, Pratiwi, D., Armandari I., Nur

  2006. p53 and Breast Cancer: an Up- date, Endocrine-related Cancer. 13: Lahiry, L., Saha, B., Chakraborty, J., Adhi- karya, A., Mohanty, S., Hossain, DM

  Cairo, G., & Gianni, L. 2004. Anthra- cyclins: Molecular Advances and Pharmacologic Developments in Anti- tumor Activity and Cardiotoxicity. Pharmacology Review, 56: 185-228 Lacroix, M., Toillon, R.A. & Leclercq, G.

  Cancer Statistic. 2007. CA Cancer J Clin., 57: 43-66. Minotti, G., Menna, P., Salvatorelli, E.,

  Jemal, A., Siegel, R., Ward, E., Murray, T., Jiaquan Xu & Michael J.T. 2007.

  Herbert, S. 2003. Advances in Breast Can- cer Therapy and Chemoprevention: Current Strategies and New Appro- aches. Cancer Therapy, 1: 363- 371.

  

  Dimetilbenz [a] antrasena. Kongres Il- miah XVI Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia. Paper. hal. 94-99. Yogya- karta, Indonesia.

  Sprague Dawley Terinduksi 7,12-

  potosis pada Sel Payudara Tikus Galur

  (Cristm.) Swingle ] Menginduksi Apo-

  W. Niken, Ikawati, M., Riyanto, S., & Meiyanto, E. 2008. Ekstrak Etanolik Kulit Jeruk Nipis [Citrus aurantiifollia

  Smith, L., Watson, M.B., O’Kane, S.L., Drew, P.J., & Lind, M.J. 2006. The Human Breast Cancer Cell Using Antibody Microarray. Molecular Cancer Therapy, 5(8): 2115-2120.

  

   Sugiyanto, Sudarto, B., Meiyanto, E., Nug- roho, A.E. & Jenie, U.A. 2003. Akti- vitas Antikarsinogenik Senyawa yang Berasal dari Tumbuhan. Majalah Far- masi Indonesia, 14: 216-225.

  

  

  

  Yanez, J.A., Roupe, K.A., Fukuda, C., Teng, X.W., & Davies, N.M. 2004.

  Stereospecific Disposition and Anti- Cancer Activity of the Chiral Biofla- vonoids Hesperetin and Hesperidin in Rodents, Humans, and Fruit Juices, Canadian Society of Pharmaceutical Sciences Annual Meeting, Vancouver, British Columbia. Journal of Phar- macy, 7 (2):76.