BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 - Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Harga Saham Dengan Return On Equity (ROE) Sebagai Variabel Moderating Pada Perusahaan Manufaktur (Tahun 2008-2010)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Teori Keagenan

  Dalam mengkaitkan antara struktur kepemilikan dengan kinerja perusahaan manufaktur terdapat satu hal yang tidak dapat dipisahkan dari pencapaian sasaran organisasi manufaktur serta kinerjanya, yaitu manajemen atau pengurus perusahaan. Pencapaian tujuan dan kinerja perusahaan tidak terlepas dari kinerja manajemen itu sendiri. Sehubungan dengan hal tersebut, hubungan antara manajemen suatu perusahaan dengan pemilik perusahaan akan dituangkan dalam suatu kontrak (performance contract).

  Hubungan kontrak antara pemilik dan manajemen tersebut sejalan dengan Agency Theory (Jensen dan Meckling, 1976) Agency relationship didefinisikan sebagai kontrak di mana satu atau lebih orang (disebut

  owners atau pemegang saham atau pemilik) menunjuk seorang lainnya

  (disebut agen atau manajemen) untuk melakukan beberapa pekerjaan atas nama pemilik. Pekerjaan tersebut termasuk pendelegasian wewenang untuk mengambil keputusan. Dalam hal ini manajemen diharapkan oleh pemilik untuk mampu mengoptimalkan sumber daya yang ada di perusahaan tersebut secara maksimal. Bila kedua pihak memaksimalkan perannya (utility maximizers), cukup beralasan apabila manajemen tidak akan selalu bertindak untuk kepentingan pemilik.

  Hal ini sangat beralasan sekali karena pada umumnya pemilik memiliki welfare motives yang bersifat jangka panjang, sebaliknya manajemen lebih bersifat jangka pendek sehingga terkadang manajemen cenderung memaksimalkan profit untuk jangka pendek dengan mengabaikan sustainability keuntungan dalam jangka panjang. Untuk membatasi atau mengurangi kemungkinan tersebut, pemilik dapat menetapkan insentif yang sesuai bagi manajemen, yaitu dengan mengeluarkan biaya monitoring dalam bentuk gaji. Dengan adanya

  

monitoring cost tersebut manajemen akan senantiasa memaksimalkan

  kesejahteraan pemilik, walaupun keputusan manajemen dalam praktek akan berbeda dengan keinginan pemilik (Jensen dan Meckling, 1976).

  Menurut Eisenhard (1989) teori keagenan dilandasi oleh tiga asumsi, yaitu:

  1. Asumsi tentang sifat manusia. Menekankan bahwa manusia memiliki sifat untuk mementingkan diri sendiri (self interest), memiliki keterbatasan rasionalitas (bounded rationality), dan

  2. Asumsi tentang keorganisasian. Asumsi keorganisasian adalah adanya konflik antar anggota organisasi, efisiensi sebagai kriteria produktivitas, dan adanya asimetri informasi antara prinsipal dan

  3. Asumsi tentang informasi. Asumsi tentang informasi adalah bahwa informasi dipandang sebagai barang komoditi yang bisa diperjual belikan.

  Corporate governance merupakan konsep yang didasarkan pada

  teori keagenan, diharapkan dapat berfungsi sebagai alat untuk memberikan keyakinan kepada para investor bahwa mereka akan menerima return atas dana yang telah mereka investasikan. Corporate

  governance yang baik dapat meyakinkan para investor untuk berinvestasi

  dan dapat memberikan keuntungan bagi mereka dan memberikan keyakinan bahwa manajer tidak akan menggelapkan atau menginvestasikan dana mereka ke proyek-proyek yang tidak menguntungkan. Selain itu corporate governance juga berkaitan dengan bagaimana para investor mengontrol para manajer (Shleifer dan Vishny 1997). Dengan kata lain yakni corporate governance diharapkan akan dapat berfungsi untuk menekan atau menurunkan biaya keagenan.

2.1.2 Good Corporate Governace

2.1.2.1 Pengertian Good Corporate Governance

  Good Corporate Governance merupakan suatu aturan

  setiap perusahaan terutama perusahaan publik (BUMN). Menurut

  Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI) (2001)

  pengertian corporate governance adalah: kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya sehubungan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain suatu sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan. Tujuan corporate governance ialah untuk menciptakan pertambahan nilai bagi semua pihak pemegang kepentingan (stakeholders).

  Komite Cadburry (dalam Che Haat, 2005) melalui apa yang dikenal dengan sebutan Cadburry Report mengeluarkan definisi tersendiri tentang GCG :

  GCG adalah prinsip yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan agar mencapai keseimbangan antara kekuatan serta kewenangan perusahaan dalam memberikan pertanggungjawabannya kepada para shareholders khususnya, dan stakeholders pada umumnya. Donaldson dan David, mendevinisikan corporate

  

governance sebagai “The structure whereby managers at the

organization apex are controlled through the board of directors, its associated structures, executives incentive, and other schemes of monitoring and bonding” .

  Center for European Policy Studies (1999) mendefinisikan

  GCG sebagai berikut "GCG merupakan seluruh sistem yang dibentuk mulai dari hak (right), proses, serta pengendalian, baik

  Organization for Economic Coorperation and Development

  (2004) mendefinisikan “GCG adalah cara - cara manajemen perusahaan bertanggungjawab pada shareholder-nya. Para dipertanggungjawabkan, dan keputusan tersebut mampu memberikan nilai tambah bagi shareholders lainnya”.

  Finance Committee on Corporate Governance Malaysia (2008), menurut lembaga tersebut didefinisikan sebagai berikut :

  GCG merupakan suatu proses serta struktur yang digunakan untuk mengarahkan sekaligus mengelola bisnis dan urusan perusahaan ke arah peningkatan pertumbuhan bisnis dan akuntabilitas perusahaan. Adapun tujuan akhirnya adalah menaikkan nilai saham dalam jangka panjang tetapi tetap memperhatikan berbagai kepentingan para stakeholders lainnya.

2.1.2.2 Manfaat Good Corporate Governance

  Dengan adanya penerapan corporate governance dalam suatu perusahaan maka menghasilkan suatu manfaat yang diperoleh, yaitu :

  1. Meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses pengambilan keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi operasional perusahaan dengan lebih baik, meningkatkan efisiensi operasional serta lebih meningkatkan pelayanan kepada shakeholders.

  2. Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang akhirnya akan meningkatkan corporate value.

  3. Mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia.

  4. Pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan karena sekaligus akan meningkatkan shareholders value dan deviden khusus bagi BUMN akan membantu penerimaan APBN terutama dari hasil privatisasi.

2.1.2.3 Prinsip-prinsip Good Corporate Governance

  Organization for Economic Corporation and Development

  (OECD) telah mengembangkan prinsip-prinsip Good Corporate Governance dan dapat direrapkan secara luwes (fleksibel) sesuai dengan keadaan, budaya, dan tradisi di masing-masing negara.

  Prinsip-prinsip ini diharapkan menjadi titik rujukan bagi para regulator (pemerintah) dalam membangun framework bagi penerapan Good Corporate Governance. Bagi para pelaku usaha dan pasar modal prinsip-prinsip ini dapat menjadi guidance atau pedoman dalam mengelaborasi best practice bagi peningkatan nilai (valuation) dan keberlangsungan (sustainability) perusahaan.

  Prinsip-prinsip tersebut ialah: 1. Fairness (Keadilan) yang adil bagi seluruh pemegang saham. Keadilan disini diartikan sebagai perlakuan yang sama terhadap para pemegang saham, terutama kepada pemegang saham kesalahan perilaku insider. Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa memperhatikan kepentingan pemegang saham dan kepentingan lainnya berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan.

2. Transparency (Transparansi)

  Transparansi adalah adanya pengungkapan suatu informasi yang terbuka, tepat waktu, serta jelas dan dapat dibandingkan dengan keadaan yang menyangkut tentang keuangan, pengelolaan perusahaan dan kepemilikan perusahaan. Untuk menjaga objektivitas dalam menjalankan bisnis, perusahaan harus menyediakan informasi yang materil dan relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh pemakai kepentingan.

3. Accountability (Akuntabilitas)

  Akuntabilitas menekankan pada pentingnya penciptaan sistem pengawasan yang efektif berdasarkan pembagian kekuasaan antara komisaris, direksi, dan pemegang saham yang meliputi monitoring, evaluasi, dan pengendalian bertindak sesuai dengan kepentingan pemegang saham dan pihak-pihak berkepentingan lainnya.

  4. Responsibility (Pertanggungjawaban) Responsibilitas adalah adanya tanggung jawab pengurus dalam manajemen, pengawasan manajemen serta pertanggung jawaban kepada perusahaan dan para pemegang saham. Prinsip ini mewujudkan dengan kesadaran bahwa tanggung jawab merupakan konsekuensi logis dari adanya wewenang, menyadari akan adanya tanggung jawab sosial, menghindari penyalahgunaan wewenang kekuasaan, menjadi profesional dan menjunjung etika dan memelihara bisnis yang kuat.

  5. Independency (Independensi) Untuk melancarkan asas Corporate Governance, perusahaan harus dikelola secara independen sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain. Independen diperlukan untuk menghindari adanya potensi konflik kepentingan yang mungkin timbul oleh para pemegang saham mayoritas. Mekanisme ini menuntut adanya rentang pihak luar seperti auditor. Keputusan yang dibuat dan proses yang terjadi harus obyektif tidak dipengaruhi oleh kekuatan pihak-pihak tertentu.

2.1.2.4 Implementasi Prinsip Corporate Governance

  Para kreditor juga perlu diperhatikan selain para pemegang saham atau investor karena, hampir tidak ada perusahaan yang dapat berjalan dengan modalnya sendiri, sehingga mencari tambahan dana yang diperlukan untuk biaya operasional perusahaan ataupun ekspansi usaha.

  Penerapan prinsip-prinsip good corporate governance dalam suatu perusahaan menjadi salah satu bahan pertimbangan utama bagi kreditor dalam mengevaluasi potensi suatu perusahaan untuk menerima pinjaman kredit. Bahkan bagi perusahaan yang berdomisili di negara-negara berkembang, implementasi prinsip

  corporate governance secara konkret, dapat memberikan kontribusi

  untuk memulihkan kepercayaan para kreditor terhadap kinerja suatu perusahaan yang telah dilanda krisis, misalnya di Indonesia.

  Di dunia Internasional, penerapan good corporate governance sudah merupakan suatu syarat utama dalam perjanjian pemberian kredit. Seringkali perusahaan yang telah mengimplementasikan prinsip-prinsip good corporate governance , mempunyai usahanya.

  Filosofi dasar untuk kepentingan para kreditor, yaitu bahwa kepentingan utama kreditor adalah mendapatkan kegagalan pengembalian pinjaman. Keuntungan maksimal ini dapat diperoleh dengan berbagai jalan, salah satunya adalah dengan meningkatkan tingkat kemampuan perusahaan debitor untuk mengembalikan dana yang telah dipinjam melalui efektivitas kinerja perusahaan tersebut.

  Penerapan prinsip good corporate governance digunakan untuk menghasilkan kinerja perusahaan yang efektif dan efisien, melalui harmonisasi manajemen perusahaan. Dibutuhkan peran yang penuh komitmen dan independen dari dewan direksi dan dewan komisaris dalam menjalankan kegiatan perusahaan, sehingga menghasilkan kinerja perusahaan yang baik.

  Diah Kusuma Wardani dan Riyanto (2005) menyatakan bahwa corporate governance mempengaruhi nilai kinerja pasar perusahaan. Hal ini membuktikan bahwa semakin besar nilai pasar asset maka semakin besar pula kerelaan investor untuk mengeluarkan pengorbanan yang lebih untuk memiliki perusahaan tersebut, sehingga perusahaan tersebut memiliki brand image perusahaan yang sangat kuat karena implementasi GCG yang mempraktikkan GCG, akan mengalami perbaikan citra, dan peningkatan nilai perusahaan. Namun, corporate governance tidak mempengaruhi secara langsung kinerja operasional perusahaan. dalam menerapkan GCG. Manajemen Perusahaan belum tertarik manfaat jangka panjang penerapan GCG sehingga mereka merasa dapat berjalan tanpa GCG.

2.1.3 Saham

2.1.3.1 Pengertian Saham

  Saham adalah surat berharga yang menunjukkan kepemilikan perusahaan sehingga pemegang saham memiliki hak klaim atas dividen atau distribusi lain yang dilakukan peusahaan kepada pemegang sahamnya, termasuk hak klaim atas aset perusahaan, dengan prioritas setelah hak klaim pemegang surat berharga lain dipenuhi jika terjadi likuiditas.

  Menurut Husnan (2002), menyebutkan bahwa sekuritas (saham) merupakan secarik kertas yang menunjukkan hak pemodal untuk memperoleh bagian dari prospek atau kekayaan organisasi yang menerbitkan sekuritas tersebut dan berbagai kondisi yang memungkinkan pemodal tersebut menjalankan haknya.

  Sedangkan, menurut Tandelilin (2001) saham merupakan surat bukti bahwa kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang diperdagangkan di pasar modal yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT), dimana saham tersebut menyatakan bahwa pemilik saham tersebut adalah juga

2.1.3.2 Harga Saham

  Harga saham merupakan salah satu indikator pengelolaan perusahaan. Keberhasilan dalam menghasilkan keuntungan akan memberikan kepuasan bagi investor yang rasional. Harga saham yang cukup tinggi akan memberikan kepuasan bagi investor yang rasional. Harga saham yang cukup tinggi akan memberikan keuntungan, yaitu berupa capital gain dan citra yang jauh lebih baik bagi perusahaan sehingga memudahkan bagi manajemen untuk mendapatkan dana dari luar perusahaan.

  Menurut Sawidji Widoatmojo (1996) harga saham dapat dibedakan menjadi 3 (tiga): a. Harga Nominal Harga yang tercantum dalam sertifikat saham yang ditetapkan oleh emiten untuk menilai setiap lembar saham yang dikeluarkan.

  Besarnya harga nominal memberikan arti penting saham karena dividen minimal biasanya ditetapkan berdasarkan nilai nominal.

  b. Harga Perdana Harga ini merupakan harga saham yang dicatat di bursa efek. pinjaman emisi (underwriter) dan emiten. Dengan demikian akan diketahui berapa harga saham emiten itu akan dijual kepada masyarakat biasanya untuk menentukan harga perdana. c. Harga Pasar Kalau harga perdana merupakan harga jual dari perjanjian emisi kepada investor, maka harga pasar adalah harga jual dari investor yang satu dengan investor yang lain. Harga ini terjadi setelah saham tersebut dicatatkan di bursa. Transaksi di sini tidak lagi melibatkan emiten sebagai penjamin emisi harga ini yang disebut sebagai harga di pasar sekunder dan harga inilah yang benar-benar mewakili harga perusahaan penerbitnya, karena pada transaksi dipasar sekunder, kecil sekali kemungkinan terjadinya negosiasi harga investor dengan perusahaan penerbit. Harga yang setiap hari diumumkan disurat kabar atau media lain adalah harga pasar.

  Dalam menganalisis saham dapat dilakukan dengan dua aliran yang berbeda yaitu analisis secara fundamental dan analisis secara teknis. Secara fundamental dimulai dari kondisi makro baik global maupun domestik. Sedangkan analisis teknis adalah suatu analisa yang menggunakan kecenderungan harga dan jumlah saham pada masa lalu untuk menentukan kecenderungan yang akan datang. Adapun fokus perhatian dari analisis teknis adalah waktu harganya akan naik, sehingga sifatnya pun jangka pendek dengan motif utama untuk memperoleh capital gain.

  Dalam pasar modal, harga saham mencerminkan semua informasi baru. Implikasinya adalah harga saham dan volume perdagangan saham perusahaan akan bereaksi terhadap informasi laba yang dipublikasikan melalui laporan keuangan apabila informasi itu dianggap relevan oleh pemodal dalam penentuan harga saham dan volume perdagangan (Mais,2005).

2.1.3.3 Analisis terhadap Harga Saham

  Mekanisme untuk merubah serangkaian variabel ekonomi atau variabel perusahaan merupakan penilaian atas saham yang digunakan untuk mengamati perkiraan tentang harga saham. Variabel-variabel ekonomi tersebut misalnya laba perusahaan, dividen yang dibagikan, aset perusahaan, variabilitas laba dan sebagainya. Secara umum ada dua analisis yang sering digunakan dalam melakukan analisis saham, yaitu analisis teknikal (technical

  analysis ) dan analisis fundamental (fundamental analysis).

  1) Analisis teknikal Analisis teknikal merupakan analisis yang memperhatikan perubahan harga saham dari waktu ke waktu. Analisis ini akan menentukan nilai saham dengan menggunakan data pasar dari saham akan ditentukan oleh penawaran (supply) dan permintaan (demand) terhadap saham tersebut.

  Menurut Widoatmodjo (2005), analisis teknikal merupakan pembentukan harga saham dengan berbagai varian yang mungkin terjadi dibandingkan dengan perilaku harga sebelumnya. Analisis teknikal mengasumsikan bahwa harga saham mencerminkan informasi yang ditujukan oleh perubahan harga di waktu lalu sehingga perubahan harga saham mempunyai pola tertentu dan pola tersebut akan berulang.

  Analisis teknikal biasanya menggunakan data yang dianalisis dengan menggunakan grafik atau program komputer.

  Dengan mengamati grafik tersebut dapat diketahui bagaimana kecenderungan harga, memperkirakan kemungkinan waktu dan jarak kecenderungan, serta memilih saat yang paling menguntungkan untuk masuk dan keluar pasar.

  2) Analisis fundamental Analisis fundamental merupakan alat analisis yang sangat berhubungan dengan kondisi keuangan perusahaan. Widoatmodjo

  (2007) menyatakan bahwa analisis fundamental sebenarnya merupakan metode analisis saham dengan melakukan penilaian atas laporan keuangan. Sedangkan menurut Darmadji (2006), penilaian saham dengan mempelajari atau mengamati berbagai indikator terkait kondisi makro ekonomi dan kondisi industri suatu perusahaan. Dengan demikian analisis fundamental merupakan analisis yang berbasis pada data riil untuk mengevaluasi atau memproyeksikan nilai suatu saham.

  Analisis fundamental mencoba memperhitungkan harga saham di masa yang akan datang dengan (1) mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa yang akan datang dan (2) menerapkan hubungan variabel- variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham. Beberapa data atau indikator yang umum digunakan dalam analisis fundamental adalah: pendapatan, laba, pertumbuhan penjualan, imbal hasil atau pengembalian ekuitas, margin laba, dan data-data keuangan lainnya sebagai sarana untuk menilai kinerja perusahaan dan potensi pertumbuhan perusahaan di masa mendatang.

  Analisis fundamental umumnya dilakukan dengan tahapan melakukan analisis ekonomi terlebih dahulu, diikuti dengan analisis industri dan akhirnya analisis perusahaan yang menerbitkan saham tersebut. Analisis fundamental didasarkan atas pemikiran bahwa kondisi perusahaan tidak hanya dipengaruhi faktor internal tetapi juga faktor-faktor eksternal, yaitu kondisi ekonomi dan industri.

   Dewan Komisaris Dewan komisaris merupakan bagian dari corporate governance.

  Jensen (1993) dan Lipton dan Lorsch (1992) dalam Beiner dkk (2003) merupakan yang pertama menyimpulkan bahwa ukuran dewan komisaris diperkuat oleh pendapat Allen dan Gale (2000) dalam Beiner dkk (2003) yang menegaskan bahwa dewan komisaris merupakan mekanisme

  

governance yang penting. Dewan komisaris merupakan mekanisme

  penggendalian intern tertinggi yang bertanggung jawab untuk memonitor tindakan manajemen punjak (Fama dan Jensen, 1983). Dewan Komisaris sebagai organ perusahaan bertugas dan bertanggungjawab secara kolektif untuk melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada Direksi serta memastikan bahwa perusahaan melaksanakan GCG (KNKG, 2006).

  Ukuran dewan komisaris yang dimaksud disini adalah banyaknya jumlah anggota dewan komisaris dalam suatu perusahaan. Semakin besar jumlah anggota dewan komisaris maka semakin mudah untuk mengendalikan Chief Executives Officer (CEO) dan semakin efektif dalam memonitor aktivitas manajemen.

  Fungsi service menyatakan bahwa dewan komisaris dapat memberikan konsultasi atau nasehat manajemen dan direksi. Penelitian Lorsch dan MacIver (1989) dalam Young dkk (2001) yang berbasis wawancara menemukan bahwa peranan pemberian saran (advisory) mendominasi aktivitas anggota dewan. dalam Kusumawati dan Riyanto, (2005) menyatakan bahwa peranan keahlian atau konseling yang diberikan oleh anggota dewan tersebut merupakan suatu jasa yang berkualitas bagi manajemen dan perusahaan mempunyai keahlian dalam bidang tertentu juga dapat memberikan nasehat yang bernilai dalam penyusunan strategi dan penyelenggaraan perusahaan (Fama dan Jensen, 1983 dalam Young et al., 2001).

  Fungsi kontrol yang dilakukan oleh dewan komisaris diambil dari teori agensi. Dari persepektif teori agensi, dewan komisaris mewakili mekanisme internal utama untuk mengontrol perilaku oportunistik manajemen sehingga dapat membantu menyelaraskan kepentingan pemegang saham dan manajer (Jensen, 1993 dalamYoung et al., 2001). Dari kedua fungsi dewan tersebut, terlihat bahwa jumlah komisaris berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

2.1.5 Komite Audit

  Komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan komisaris untuk melakukan tugas pengawasan pengelolaan perusahaan. Keberadaan komite audit sangat penting bagi pengelolaan perusahaan, komite audit dianggap penghubung antara pemegang saham, dewan komisaris dan pihak manajemen dalam menangani masalah pengendalian.

  Agar penyelenggaraan corporate governance berjalan dengan baik (good corporate governance), pemerintah mengeluarkan beberapa mensyaratkan bahwa setiap perusahaan go public di Indonesia wajib membentuk Komite Audit. Sementara bagi perusahaan BUMN/BUMD, sesuai dengan Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor: membentuk komite yang bekerja secara kolektif dan berfungsi membantu Komisaris Pengawas dalam melaksanakan tugasnya, yaitu membantu Komisaris Pengawas dalam memastikan efektifitas sistem pengendalian intern, efektivitas pelaksanaan tugas auditor eksternal dan auditor internal”.

  Dalam pelaksanaan tugasnya komite audit diatur dalam Kep- 29/PM/2004 yang merupakan peraturan yang mewajibkan perusahaan membentuk komite audit, tugas komite audit antara lain :

  1. Melakukan penelaahan atas informasi keuangan yang akan dikeluarkan perusahaan, seperti laporan keuangan, proyeksi dan informasi keuangan lainnya.

  2. Melakukan penelaahan atas ketaatan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan lainnya yang berhubungan dengan kegiatan perusahaan.

  3. Melakukan penelaahan atas pelaksanaan pemeriksaan oleh auditor internal

  4. Melaporkan kepada komisaris berbagai risiko yang dihadapi perusahaan dan pelaksanaan manajemen risiko oleh direksi pengaduan yang berhubungan dengan emiten.

  6. Menjaga kerahasiaan dokumen, data, dan rahasia perusahaan.

  Kalbers & Fogarty (1993) juga menyebutkan tiga faktor yang yaitu 1) kewenangan formal dan tertulis, 2) kerjasama manajemen dan 3) kualitas/kompetensi anggota komite audit. Selain itu, Effendi (2005) juga menambahkan masalah komunikasi dengan komisaris, direksi, auditor internal dan eksternal serta pihak lain sebagai aspek yang penting dalam keberhasilan kerja komite audit. Dengan kewenangan, independensi, kompetensi dan komunikasi melalui pertemuan yang rutin dengan pihak- pihak terkait, diharapkan fungsi dan peran dari komite audit lebih bisa berjalan dengan efektif.

2.1.6 Kepemilikan Asing

  Kepemilikan asing merupakan persentase kepemilikan saham milik pihak asing (Chiang dan Kuo, 2006). Menurut UU No.25 Tahun 2007 tentang Penanaman modal asing. Menurut Pasal 1 angka 6 “ Penanaman modal asing adalah perseorangan warga negara asing. Badan usaha asing dan / atau pemerintah asing yang melakukan penanaman modal di wilayah negara Republik Indonesia”. Undang-Undang itu mengatakan bahwa penanaman modal asing adalah perusahaan berbentuk Perseroan Terbatas berbadan hukum Indonesia yang ada pemegang saham asingnya. Tidak penting berapa persen besarnya saham asing tersebut. Penanaman Modal oleh pengusaha dalam negeri. Tapi kedua-duanya tetap merupakan suatu perusahaan Indonesia yang berbadan hukum Indonesia dan tunduk kepada hukum Indonesia.

  Perusahaan multinasional atau perusahaan asing terkadang lebih memiliki kinerja yang lebih baik jika dibandingkan dengan perusahaan lokal. Penelitian dari Goethals & Ooghe (1997) menyimpulkan bahwa perusahaan yang telah diambil alih oleh perusahaan asing cenderung menunjukan perbaikan kinerja mereka, peningkatan produktivitas, maupun menunjukan sistem kinerja yang lebih efisien bila dibandingkan dengan sebelum perusahaan diambil alih. Sebenarnya ada beberapa indikator yang dapat membenarkan beberapa fakta-fakta diatas. Perusahaan yang diambil alih kepemilikannya oleh asing umumnya akan lebih kuat secara keuangan karena mendapatkan sumber modal baru yang cenderung besar. Selain itu, perusahaan dengan kepemilikan asing juga akan membawa sumber daya baru yang cenderung lebih efisien dan produktif.

  Meskipun banyak mendapatkan hal-hal positif dengan adanya investasi dari pemilik modal asing, namun biasanya dampak negatif yang ditimbulkan juga tidak dapat dihindari sepenuhnya. Dengan adanya kepemilikan asing di sebuah perusahaan, maka perusahaan lokal pun terancam tidak dapat bersaing dengan wajar. Hampir sebagian perusahaan asing memiliki sumber daya dan modal diatas kebanyakan perusahaan kompetisi dinegara tersebut (Yeung, 1998). Chevalier et al (2006) menyatakan bahwa keberadaan perusahaan asing terhadap perusahaan lokal di indonesia bisa lebih kearah negatif. Dampak-dampak tersebut memajukan sumber daya manusia dalam negeri, profit dalam negeri lebih banyak diserap oleh perusahaan asing, dan hancurnya merek-merek atau image dari budaya setempat atau pun dari negeri tersebut.

  Sebelum perusahaan memutuskan untuk melakukan investasi di sebuah negara atau sebuah perusahaan lain, faktor exchange rate

  

fluctuation mungkin patut menjadi pertimbangan (Grosse and Trevino,

1996). Exchange rate fluctuation mempengaruhi FDI dalam dua cara.

  Pertama, kenaikan atau apresiasi dari sebuah mata uang akan menaikan nilai total kekayaan dari perusahaan yang nilainya didominasikan dalam mata uang asing. Hal ini akan menyebabkan kecilnya nilai investasi atau modal yang dibutuhkan oleh perusahaan asing tersebut bila ingin melakukan investasi disebuah negara yang nilai mata uangnya lebih rendah. Hal ini juga menyebabkan investor dapat melakukan investasi lebih agresif di negara asing tersebut. Kedua, dengan adanya apresiasi dalam mata uang maka terjadi perbedaan harga antara produk atau jasa dari suatu negara dibandingkan dengan negara lain. Bila terjadi perbedaan harga maka diperlukan penyesuaian harga untuk menghindari kemungkinan terjadinya less cost competitiveness. Hal yang negara yang menjual jasa dan produk lebih murah untuk dapat bersaing serta menghindari keluar dari persaingan dengan perusahaan sejenis.

  Faktor kedua yang perlu untuk dipertimbangkan adalah seberapa negara asing atau negara lain (Grosse dan Trevino, 1996). Contoh yang dapat dipakai dalam kasus ini adalah interest rate. Semakin besar interest

  

rate di suatu negara maka capital investment yang diperlukan cenderung

  akan semakin besar. Dengan besarnya capital investment, maka suatu perusahaan akan berusaha untuk dapat meraih pendapatan sebesar- besarnya agar tidak mengalami kerugian di kemudian hari. Perusahaan yang meminjam modal di negara dengan interest rate yang tinggi cenderung akan kalah bersaing dengan perusahaan yang meminjam modal di negara yang memiliki interest rate yang lebih rendah.

2.1.7 Return On Equity (ROE)

  Return On Equity (ROE) atau sering disebut rentabilitas modal

  sendiri dimaksudkan untuk mengukur seberapa banyak keuntungan yang menjadi hak pemilik modal sendiri (Martono dan Harjito, 2001) ROE membandingkan laba bersih setelah pajak dengan ekuitas. Dimana rasio ini menunjukkan kemampuan untuk menghasilkan laba berdasarkan ekuitas pemegang saham. Return On Equity (ROE) digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen dalam mengelola modal yang tersedia untuk memperoleh net income.

  

most important, or ‘bottom line’, accounting ratio is the ratio of net

income to common equity, which measures the return on common equity

(ROE). Stockholders invest to get a return on their money, and thus ratio paling penting adalah rasio yang membandingkan laba bersih dengan ekuitas pemegang saham, yang disebut dengan tingkat pengembalian atas ekuitas. Pemegang saham berinvestasi untuk mendapatkan keuntungan atas dana yang diinvestasikannya, dan rasio tingkat pengembalian atas ekuitas atau return on equity (ROE) mengindikasikan seberapa baik perusahaan dapat memberikan keuntungan bagi para pemegang saham secara akuntansi.

  The return on equity (ROE) ratio measures the averages return on

firm’s capital contributions from its owners (for a corporation, that means

the contributions of common stockholders). It indicates how many dollars

of income were produced for each dollar invested the common

stockholders (Gallagher dan Andrew, 2003). Semakin tinggi ROE

  menggambarkan semakin baik manajemen perusahaan karena dari modal yang dikelola dapat menghasilkan pendapatan yang optimal.

  Laba bersih

  Rumus : x 100% =

  E

  2.2 Tinjauan Peneliti Terdahulu Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu Nama Peneliti Judul Variabel Penelitian Hasil Penelitian

  Economic Value Added

  Varibel dependen :

Return on Equity (ROE),

Return On Investment (ROI),

  Penerapan GCG

  Variabel independen :

  Terhadap Kinerja Perusahaan Yang Terdaftar di

  Corporate Governance

  Analisis Pengaruh

  Ariani Agnita, 2011

  berpengaruh terhadap harga saham, GCG berpengaruh terhadap harga saham, secara parsial ukuran dewan direksi, dan komposisi dewan komisaris memilii pengaruh yang signifikan terhadap harga saham.

  Harga Saham

  Arnika Wihardiani Putri, 2010

  Variabel dependen :

  Komposisi Dewan Komisaris, Ukuran Dewan Direksi, Kepemilikan Asing

  Variabel independen :

Economic Value Added ,

  Terhadap Harga Saham Pada Sektor Keuangan Yang Terdaftar di BEI

  Corporate Governance

  Mekanisme Good

  Value Added Dan

  Pengaruh Economic

  dan Earning per Share (EPS) Hasil penelitian menunjukkan bahwa GCG tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan secara parsial. ROE, Indonesia Institute ROI, dan EPS tidak

  

For Corporate dapat dijelaskan oleh

Governance

  penerapan GCG.

  Arnika Wihardiani Putri (2010), melakukan penelitian Pengaruh

  Economic Value Added dan Mekanisme Good Corporate Governance Terhadap Harga Saham pada Sektor Keuangan yang Terdaftar di BEI.

  Variabel Independen dari penelitian ini Economic Value Added, Komposisi Dewan Komisaris, Ukuran Dewan Direksi, Kepemilikan Asing.

  Variabel dependen dari penelitian ini ialah harga saham. Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa Economic Value Added berpengaruh terhadap harga saham. Secara bersama-sama penerapan Good Corporate

  Governance yang terdiri dari komposisi dewan komisaris, ukuran dewan

  direksi dan kepemilikan asing berpengaruh terhadap harga saham. Secara parsial, ukuran dewan direksi dan komposisi dewan komisaris memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham sedangkan kepemilikan asing tidak memiliki pengaruh terhadap harga saham.

  Ariani Agitha (2011), meneliti Analisis Pengaruh Corporate

  Governance Terhadap Kinerja Perusahaan Yang Terdaftar di Indonesia Institute For Corporate Governance. Variabel independen dari peneliti ini Good Corporate Governance. Variabel dependen dari penelitian ini adalah Return on Equity (ROE), Return On Investment (ROI), dan Earning per bersifat kausalitas. Sampel penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG) yang dipilih dengan metode purposive sampling. Data yang digunakan bersifat pooling (data series dan cross sectional) dan diambil dari laporan CGPI dan laporan keuangan tahunan dari tahun 2007-2009. Pengujian hipotesis dilakukan dengan metode statistik melalui analisis regresi sederhana. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa GCG tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan secara parsial. ROE, ROI, dan EPS tidak dapat dijelaskan oleh penerapan GCG. Hal ini menunjukkan bahwa good

  

corporate governance bukan indikator yang berpengaruh besar terhadap

peningkatan kinerja perusahaan.

2.3 Kerangka Konseptual

  Kerangka konseptual merupakan ekstrapolasi dari tinjauan teori dan penelitian terdahulu yang mencerminkan keterkaitan antara variabel yang diteliti dan merupakan tuntunan untuk memecahkan masalah penelitian serta merumuskan hipotesis. Penelitian ini menggunakan satu variabel independen yaitu Good Corporate Governance (GCG) yang diproksikan dalam Proporsi Dewan Komisaris, Komite Audit, dan sebagai variabel moderating Return on Equity (ROE). Berdasarkan landasan teoritis dan tinjauan penelitian terdahulu di atas maka kerangka konseptual penelitian adalah sebagai berikut.

  Variabel Moderating ROE (Return On

  Equity) Good Corporate Governance

  Proporsi Dewan

  • Komisaris Komite Audit -

  Harga Saham Kepemilikan Asing

  • Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

  Sesuai dengan kajian teori keagenan (agency Theory), hubungan agensi muncul ketika satu orang atau lebih (principal) mempekerjakan orang lain (agent) untuk memberikan suatu jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agent tersebut (Jensen dan Meckling, 1976).

  Berdasarkan kerangka konseptual diatas, ditentukan bahwa variabel good corporate governance yang diproksikan kedalam dewan komisaris, komite audit dan kepemilikan asing sebagai variabel independen. Harga saham sebagai variabel dependen dan Return on Equity (ROE) sebagai variabel moderating.

  Dengan adanya prinsip-prinsip GCG, maka laporan keuangan yang dihasilkan dapat diungkapkan secara transparan dan akurat, sehingga dapat membantu investor dan pihak-pihak lain yang berkepentingan dalam suatu kinerja keuangan perusahaan. Dapat disimpulkan bahwa dengan diterapkannya prinsip-prinsip GCG dalam perusahaan, maka pihak-pihak yang terkait di perusahaan memiliki tanggung jawab yang jelas sesuai dengan peraturan yang berlaku, sehingga dapat mendorong pengelolaan organisasi yang demokratis, lebih accountable, lebih transparan, serta akan meningkatkan keyakinan bahwa perusahaan dan organisasi lainnya dapat menyumbangkan manfaat tersebut dalam jangka panjang. Upaya pengembangan good corporate governance juga ditujukan untuk mendorong optimalisasi alokasi atau penggunaan sumber daya perusahaan agar pertumbuhan dan kesejahteraan pemilik perusahaan terjaga.

  Wicaksono (2000) menjelaskan bahwa keberhasilan penerapan

  

corporate governance tidak terlepas dari struktur kepemilikan perusahaan,

  karena struktur kepemilikan tersebut menjelaskan komitmen dari pemiliknya untuk menyelamatkan perusahaan. Menurut Jensen (1993) hipotesis pemusatan kemungkinan (convergence of interest hypothesis) menyatakan bahwa kepemilikan saham manajerial dapat membantu penyatuan kepentingan antara pemegang saham dan manajer. Semakin meningkat proporsi kepemilikan saham manajerial maka manajemen akan tidak lain adalah dirinya sendiri. Dengan meningkatkan kepemilikan saham manajerial akan mensejajarkan kedudukan manajer dengan pemegang saham sehingga manajer ikut merasakan langsung manfaat dari konsekuensi dari pengambilan keputusan yang salah. Hal tersebut menjelaskan bahwa kepemilikan manajerial mempunyai arti penting dalam struktur kepemilikan perusahaan.

  Dewan direksi dalam suatu perusahaan yang akan menentukan kebijakan yang akan diambil atau strategi perusahaan secara jangka pendek maupun jangka panjang. Oleh karena itu proporsi dewan (baik dewan direksi maupun dewan komisaris) berperan dalam kinerja perusahaan dan dapat meminimalisasi kemungkinan terjadinya permasalahan agensi dalam perusahaan. Pfeffer dam Salancik menjelaskan bahwa semakin besar kebutuhan akan hubungan eksternal yang semakin efektif, maka kebutuhan akan dewan dalam jumlah yang besar akan semakin tinggi.

  J.Fred.Weston dan Thomas E.Copeland (2002) mengatakan bahwa rentabilitas usaha adalah hasil pengembalian atas ekuitas mengukur pengembalian nilai buku kepada pemilik perusahaan, rasio Return On

  

Equity merupakan suatu rasio tujuan akhir. Tingkat pengembalian ekuitas

  pemilik (ROE) merupakan suatu alat analisis untuk mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bagi pemegang (1995) menjelaskan bahwa kenaikan Return On Equity biasanya diikuti oleh kenaikan harga saham perusahaan tersebut.

  Para pengguna laporan keuangan terutama para pemegang saham oleh auditor mengenai laporan keuangan suatu perusahaan (Meutia, 2004). Hal ini menunjukkan bahwa auditor berperan penting dalam pengesahan laporan keuangan suatu perusahaan. Oleh karena itu, dengan penggunaan auditor yang berkualitas diharapkan dapat meningkatkan kredibilitas laporan keuangan sehingga dapat meningkatkan kinerja perusahaan.

2.4 Hipotesis Penelitian

  Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka konseptual, maka hipotesis penelitian ini adalah good corporate governance yang diproksikan dalam proporsi dewan komisaris, komite audit dan kepemilikan asing terkonsentrasi berpengaruh terhadap Harga saham dengan ROE (Return On Equity) sebagai variabel moderating.

Dokumen yang terkait

Pengaruh Kebijakan Deviden dan Return On Equity Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur

4 44 99

Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Harga Saham Dengan Return On Equity (ROE) Sebagai Variabel Moderating Pada Perusahaan Manufaktur (Tahun 2008-2010)

20 155 102

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Good Corporate Governance (GCG) 2.1.1 Pengertian Good Corporate Governance (GCG) - Analisis Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Pertambangan Terbuka di Bursa Efek Indonesia

1 3 19

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Penelitian 2.1.1 Teori Agensi (Agency Theory) - Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Pengungkapan Corporate Social Responsibility Dan Good Corporate Governance Sebagai Variabel Pemoderasi

0 0 30

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Good Corporate Governance (GCG) - Analisis Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Nilai Perusahaan Otomotif yang Terdaftar di BEI

0 0 31

Pengaruh Kebijakan Deviden dan Return On Equity Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur

0 0 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Pengaruh Kebijakan Deviden dan Return On Equity Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur

0 0 27

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Saham - Pengaruh Return On Capital Employed (ROCE), Return On Asset (ROA), Dan Return On Equity (ROE) Terhadap Earnings Per Share (EPS) Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 2 27

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Good Corporate Governance - Pengaruh Good Corporate Governance dan Struktur Kepemilikan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 27

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Good Corporate Governance 2.1.1.1 Pengertian Good Corporate Governance - Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Perusahaan Property Dan Real Estate Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tah

0 0 19