Pengaruh Kebijakan Deviden dan Return On Equity Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur

(1)

SKRIPSI

PENGARUH KEBIJAKAN DEVIDEN DAN RETURN ON EQUITY

TERHADAP HARGA SAHAM PADA

PERUSAHAAN MANUFAKTUR

OLEH

NOVIA REZKY RIANDA SIREGAR

090503166

PROGRAM STUDI AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2013  


(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul : “Pengaruh Kebijakan Deviden dan Return On Equity Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur” adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi level program S-1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Semua sumber data informasi yang diperoleh, telah dinyatakan dengan jelas, benar apa adanya. Apabila kemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.

Medan, 25 Maret 2013 Yang Membuat Pernyataan

Novia Rezky Rianda Siregar NIM : 090503166


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat, anugerah, kekuatan dan kesehatan bagi saya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Tanpa ridho dan rahmat-Nya mustahil bagi saya untuk dapat menyiapkan tugas akhir ini.

Skripsi ini saya persembahkan untuk keluarga tercinta yang selalu mendukung dan mendoakan saya. Untuk kedua orangtua saya yang sangat saya cintai, Drs. H. Yusri Ramadhan Siregar, MAP dan Hj. Donney Rezeki Harahap yang telah memberikan kasih sayang tulus, doa dan dukungan dalam setiap langkah saya menyelesaikan skripsi ini. Kepada abang dan adik saya, Syahreza Rianda Siregar, S.Sos dan Kartika Putri Rianda Siregar yang senantiasa memberi masukan dan saran guna memperlancar penulisan skripsi ini serta terus memberi saya semangat. Saya sangat berterima kasih dan bersyukur memiliki keluarga yang sangat memotivasi saya.

Saya juga ucapkan terima kasih untuk teman-teman kesayangan saya Dewi, Dita, Sasa, Ira dan Bajora. Untuk teman-teman stambuk ’09 S1 Akuntansi yang khususnya Syifa, Tara, Ica, Nisa, Dodo, Dolly, Haris, Wando dan Yudis yang sudah sangat mendukung saya dalam mengerjakan skripsi ini.

Adapun skripsi ini berjudul “Pengaruh Kebijakan Deviden dan Return On Equity Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur”, yang ditujukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan Strata satu pada Universitas Sumatera Utara untuk memperoleh gelar Sarjana


(4)

Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Departemen Akuntansi Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini, tidak lupa saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah memberikan bimbingan, nasihat, dan bantuan selama proses penyusunan skripsi ini.

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M. Ec. Ac, Ak, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, selaku Ketua Departemen Akuntansi dan Bapak Drs.Hotmal Ja’far, MM, Ak, selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. 3. Bapak Drs. Firman Syarif, MSi, Ak, selaku Ketua Program Studi S-1

Akuntansi dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak, selaku Sekretaris Program Studi S-1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dra. Nurzaimah, MM, Ak, selaku Dosen Pembimbing dan Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak, selaku Dosen Pembaca yang telah banyak membantu dan memberikan pengarahan kepada penulis dari awal hingga selesainya skripsi ini.

5. Ibu Dra. Naleni Indra, Msi, Ak, selaku dosen wali yang telah membantu penulis dalam konsultasi akademik selama perkuliahan.

6. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang telah membimbing saya selama menuntut ilmu di fakultas ini serta seluruh staf dan pegawai Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.


(5)

Penulis menyadari banyak terdapat kekurangan dalam skripsi ini, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.

Medan, 25 Maret 2013 Penulis

Novia Rezky Rianda Siregar NIM : 090503166


(6)

ABSTRAK

PENGARUH KEBIJAKAN DEVIDEN DAN RETURN ON EQUITY TERHADAP HARGA SAHAM PADA

PERUSAHAAN MANUFAKTUR

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah Kebiijakan Deviden dan Return On Equity berpengaruh secara parsial maupun simultan terhadap harga saham. Penelitian ini menggunakan data sekunder, dengan mengambil sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebanyak 15 perusahaan.

Penelitian ini dilakukan untuk periode 2008-2011. Data diperoleh dari Indonesian Stock Exchange Fact Book tahun 2010-2012 dari situs www.idx.co.id. Data yang telah dikumpulkan dianalisis dengan metode analisis data yang terlebih dahulu dilakukan pengujian asumsi klasik sebelum melakukan pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan regresi linier berganda dengan uji t dan uji F.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial Kebijakan Deviden atau Deviden Payout Ratio (DPR) dan Return On Equity (ROE) memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Sedangkan secara simultan, kedua variabel Kebijakan deviden atau

Deviden Payout Ratio (DPR) dan Return On Equity (ROE) bersama-sama

memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI


(7)

ABSTRACT

THE EFFECT OF DIVIDEND PAYOUT RATIO (DPR) AND RETURN ON EQUITY (ROE) ON STOCK PRICE IN MANUFACTURING COMPANY

The purpose of this study was to determine whether the Deviden Payout Ratio and Return On Equity partially or simultaneously affect the stock price. This study uses secondary data, by taking a sample of manufacturing companies listed on the Indonesia Stock Exchange as many as 15 companies.

The research was conducted for the period 2008-2011. Data obtained from the Indonesian Stock Exchange Fact Book in 2010-2012 from the site www.idx.co.id. The data collected were analyzed with the data analysis to prior classical assumption test before testing the hypothesis. Testing the hypothesis in this study using multiple linear regression t test and F test

The results showed that partially Dividend Payout Ratio (DPR) and Return On Equity (ROE) has a significant influence on the share price manufacturing companies listed on the Stock Exchange. While simultaneously, the second variable Dividend Payout Ratio (DPR) and Return On Equity (ROE) together have a significant effect on stock prices of manufacturing companies listed on the Stock Exchange


(8)

DAFTAR ISI  

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

  BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 4

  BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dividen ... 6

2.1.1 Pengertian Dividen ... 6

2.1.2 Dividen Sebagai Sinyal (Dividend Signalling Theory) ... 14

2.2 Return On Equity ... 16

2.3 Harga Saham ... 19

2.4 Penelitian Terdahulu ... 29

2.5 Kerangka Konseptual ... 30

2.6 Hipotesis ... 31

  BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 33

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 33

3.3 Batasan Operasional ... 34

3.4 Definisi Operasional ... 34

3.5 Skala Pengukuran Variabel ... 35

3.6 Jenis Data ... 35

3.7 Metode Pengumpulan Data ... 35

3.8 Populasi dan Sampel Penelitian ... 36

3.9 Teknik Analisis ... 41

  BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Penelitian ... 50

4.2 Hasil Penelitian ... 55

4.2.1 Statistik Deskriptif ... 55

4.2.2 Uji Asumsi Klasik ... 55

1. Uji Normalitas ... 55

2. Uji Multikolinieritas ... 58

3. Uji Autokorelasi ... 59


(9)

4.2.3 Uji Hipotesis ... 61

1. Koefisien Determinasi ... 61

2. Uji-t ... 63

3. Uji-F ... 64

4.3 Pembahasan Hasil Analisis ... 65

  BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 67

5.2 Keterbatasan Penelitian ... 68

5.3 Saran ... 69

  DAFTAR PUSTAKA ... 71


(10)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian ... 34

Tabel 3.2 Daftar Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI ... 37

Tabel 3.3 Daftar Sampel Perusahaan Manufaktur ... 40

Tabel 4.1 Daftar Sampel Perusahaan Manufaktur ... 51

Tabel 4.2 Dividend Payout Ratio ... 52

Tabel 4.3 Return On Equity ... 53

Tabel 4.4 Harga Saham ... 54

Tabel 4.5 Descriptive Statistics ... 55

Tabel 4.6 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov ... 58

Tabel 4.7 Hasil Uji Multikolinieritas ... 58

Tabel 4.8 Hasil Uji Autokorelasi ... 59

Tabel 4.9 Hasil Uji Glejser ... 60

Tabel 4.10 Hasil Uji Hipotesis ... 61

Tabel 4.11 Hasil Uji-t ... 63

Tabel 4.12 Hasil Uji F statistik (1) ... 64

Tabel 4.13 Hasil Uji F statistik (2) ... 64  


(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ... 31 Gambar 4.1 Histogram Uji Normalitas ... 56 Gambar 4.2 Normal P-plot Uji Normalitas ... 57


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

Lampiran 1 Daftar Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI ... 73

Lampiran 2 Daftar Sampel Perusahaan Manufaktur ... 76

Lampiran 3 Dividend Payout Ratio ... 77

Lampiran 4 Return On Equity ... 78

Lampiran 5 Harga Saham ... 79

Lampiran 6 Descriptive Statistics ... 80

Lampiran 7 Hasil Uji Normalitas ... 80

Lampiran 8 Hasil Uji Multikolinieritas ... 82

Lampiran 9 Hasil Uji Autokorelasi ... 82

Lampiran 10 Hasil Uji Heterokedastisitas ... 83

Lampiran 11 Koefisien Determinasi ... 83

Lampiran 12 Hasil Uji-t ... 84


(13)

ABSTRAK

PENGARUH KEBIJAKAN DEVIDEN DAN RETURN ON EQUITY TERHADAP HARGA SAHAM PADA

PERUSAHAAN MANUFAKTUR

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah Kebiijakan Deviden dan Return On Equity berpengaruh secara parsial maupun simultan terhadap harga saham. Penelitian ini menggunakan data sekunder, dengan mengambil sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebanyak 15 perusahaan.

Penelitian ini dilakukan untuk periode 2008-2011. Data diperoleh dari Indonesian Stock Exchange Fact Book tahun 2010-2012 dari situs www.idx.co.id. Data yang telah dikumpulkan dianalisis dengan metode analisis data yang terlebih dahulu dilakukan pengujian asumsi klasik sebelum melakukan pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan regresi linier berganda dengan uji t dan uji F.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial Kebijakan Deviden atau Deviden Payout Ratio (DPR) dan Return On Equity (ROE) memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Sedangkan secara simultan, kedua variabel Kebijakan deviden atau

Deviden Payout Ratio (DPR) dan Return On Equity (ROE) bersama-sama

memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI


(14)

ABSTRACT

THE EFFECT OF DIVIDEND PAYOUT RATIO (DPR) AND RETURN ON EQUITY (ROE) ON STOCK PRICE IN MANUFACTURING COMPANY

The purpose of this study was to determine whether the Deviden Payout Ratio and Return On Equity partially or simultaneously affect the stock price. This study uses secondary data, by taking a sample of manufacturing companies listed on the Indonesia Stock Exchange as many as 15 companies.

The research was conducted for the period 2008-2011. Data obtained from the Indonesian Stock Exchange Fact Book in 2010-2012 from the site www.idx.co.id. The data collected were analyzed with the data analysis to prior classical assumption test before testing the hypothesis. Testing the hypothesis in this study using multiple linear regression t test and F test

The results showed that partially Dividend Payout Ratio (DPR) and Return On Equity (ROE) has a significant influence on the share price manufacturing companies listed on the Stock Exchange. While simultaneously, the second variable Dividend Payout Ratio (DPR) and Return On Equity (ROE) together have a significant effect on stock prices of manufacturing companies listed on the Stock Exchange


(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Umumnya para investor mempunyai tujuan untuk meningkatkan kesejahteraannya yaitu dengan mengharapkan pendapatan dalam bentuk dividen maupun capital gain. Di lain pihak perusahaan juga mengharapkan adanya pertumbuhan secara terus menerus untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, sekaligus juga harus memberikan kesejahteraan yang lebih besar kepada para pemegang sahamnya. Hal ini akan terjadi karena kebijakan dividen adalah sangat penting untuk memenuhi harapan para pemegang saham terhadap dividen, dan sisi lain juga tidak harus menghambat pertumbuhan perusahaan.

Para investor yang tidak bersedia me ngambil resiko mempunyai pandangan bahwa semakin tinggi tingkat resiko suatu perusahaan, akan semakin tinggi juga tingkat keuntungan yang diharapkan sebagai hasil atau imbalan terhadap resiko tersebut. Selanjutnya dividen yang diterima pada saat ini akan mempunyai nilai yang lebih tinggi daripada capital gain yang akan diterima di masa yang akan datang. Dengan demikian investor yang tidak bersedia berspekulasi akan lebih menyukai dividen dari pada capital gain.

Dividen adalah proporsi laba atau keuntungan yang dibagikan kepada pemegang saham dalam jumlah yang sebanding dengan jumlah saham yang dimiliki. Terdapat dua macam bentuk dividen yaitu dividen kas dan dividen bentuk saham. Dividen bentuk kas lebih sering dibagikan kepada pemegang


(16)

saham sekali dalam setahun, kebijakan pembagian dividen tergantung pada keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

Kebijakan dividen suatu perusahaan akan melibatkan dua pihak yang berkepentingan, kepentingan bagi para pemegang saham dengan dividennya, dan kepentingan perusahaan dengan laba ditahannya, disamping itu juga kepentingan bondholder yang dapat mempengaruhi besarnya dividen yang dibayarkan. Dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham tergantung kepada kebijakan masing-masing perusahaan sehingga memerlukan pertimbangan yang lebih serius dari manajemen perusahaan. Kebijakan dividen pada hakikatnya adalah menentukan posisi keuntungan yang akan dibagikan kepada para pemegang saham, dan yang akan ditahan sebagai bagian dari laba yang ditahan.

Sedangkan capital gain adalah selisih antara nilai jual dengan nilai beli saham bila investor menjual saham tersebut, capital gain diperoleh dengan cara selisih untung dari harga investasi sekarang relatif dengan harga periode yang lalu. Perusahaan memba gikan dividen dan capital gain tergantung dari laba yang diperoleh perusahaan. Jika laba yang diperoleh perusahaan tersebut besar maka dividen yang akan dibagikan akan tinggi dan sebaliknya juga apabila laba yang diperoleh perusahaan kecil maka dividen yang akan dibagikan pun kecil. Hal tersebut kemungkinan besar akan mempengaruhi harga saham dan volume perdagangan saham serta serta menimbulkan reaksi pasar.

Harga saham merupakan salah satu indikator keberhasilan pengelolaan perusahaan dan sangatlah dipengaruhi oleh kekuatan pasar itu sendiri, harga saham sifatnya berubah - ubah atau berfluktuasi setiap saat dan selalu mengalami


(17)

pasang surut tergantung oleh banyaknya penawaran dan permintaan atas saham tersebut serta beberapa faktor lain yang mempengaruhinya.

Harga Saham menentukan adanya permintaan dan penawaran (demand and supply) terhadap jumlah lembaran saham, jika harga saham dinilai terlalu mahal (overvalued) atau terlalu rendah (undervalued) dengan kata lain salah harga (mispriced) oleh para investor maka permintaan terhadap saham tersebut akan turun dan kepemilikan saham menjadi terbatas bagi investor tertentu saja. Turunnya permintaan saham tersebut akan mengakibatkan harga saham bergerak turun menuju ke harga saham baru yang dinilai wajar oleh pasar, harga saham yang baru tersebut kemungkinan besar akan menarik kembali minat para investor untuk membelinya (trading).

Harga saham selalu mengalami perubahan setiap harinya bahkan setiap detik harga saham dapat berubah. Oleh karena itu, investor harus mampu memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham. Harga suatu saham dapat ditentukan menurut hukum permintaan dan penawaran (kekuatan tawar-menawar). Semakin banyak orang yang membeli suatu saham, maka harga saham tersebut cenderung akan bergerak naik.

Demikian juga sebaliknya, semakin banyak orang yang menjual saham suatu perusahaan, maka harga saham tersebut cenderung akan bergerak turun. Faktor -faktor yang mempengaruhi fluktuasi harga saham dapat berasal dari internal maupun eksternal. Adapun faktor internalnya antara lain adalah laba perusahaan, pertumbuhan aktiva tahunan, likuiditas, nilai kekayaan total dan penjualan. Sementara itu, faktor eksternalnya adalah kebijakan pemerintah dan


(18)

dampaknya, pergerakan suku bunga, fluktuasi nilai tukar mata uang, rumor dan sentimen pasar serta penggabungan usaha (Business Combination).

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penulisan skripsi dengan judul “Pengaruh Kebijakan Deviden dan Return on Equity

terhadap Harga Saham pada Perusahaan Manufaktur”

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah kebijakan Deviden berpengaruh terhadap Harga Saham pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI ?

2. Apakah Return on Equity berpengaruh terhadap Harga Saham pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI ?

3. Apakah kebijakan Deviden dan Return on Equity bersama-sama mempengaruhi Harga Saham pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI ?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui adanya pengaruh kebijakan Deviden terhadap Harga Saham pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI. 2. Untuk mengetahui adanya pengaruh Return on Equity terhadap


(19)

1.3.2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Bagi Penulis

Penelitian ini diharapkan memberikan kesempatan untuk menerapkan teori yang telah didapatkan di bangku kuliah dan menambah wawasan penulis dalam bidang keuangan khususnya dalam penilaian pengaruh kebijakan Deviden dan Return on Equity terhadap Harga Saham pada Perusahaan Manufaktur.

2. Bagi Perusahaan Manufaktur

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi dan bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk perbaikan peningkatan kualitas kinerja perusahaan manufaktur.

3. Bagi Penelitian Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi untuk penelitian lanjutan dan memberikan sumbangan yang positif untuk memperluas wawasan mengenai kebijakan deviden dan kondisi ekuitas serta pengaruhnya terhadap harga saham gabungan.


(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dividen

2.1.1 Pengertian Dividen

Dividen adalah nilai pendapatan bersih perusahaan setelah pajak dikurangi dengan laba ditahan (retained earnings) yang disimpan sebagai cadangan bagi perusahaan (Ang, 1997). Perusahaan yang menjual sahamnya kepada masyarakat akan menerbitkan laporan keuangan. Dalam laporan keuangan, tertulis beberapa keuntungan perusahaan pada tahun bersangkutan, kemudian dalam rapat umum pemegang saham (RUPS) akan diputuskan besarnya dividen yang akan diterima oleh para pemegang saham.

Berdasarkan periode satu tahun buku maka dividen dapat dibagi atas dua jenis; dividen interm dan dividen final. Dividen interim adalah sebagian dari dividen tunai yang dibayarkan berdasarkan laba bersih yang diperoleh pada tahun berjalan. Dividen interim dibayarkan setelah laporan tengan tahunan diterbitkan dan perusahaan mendapatkan keuntungan yang cukup serta tidak mempunyai rencana untuk melakukan ekspansi usaha yang membutuhkan modal tambahan dari laba perusahaan. Dividen interim baru akan diumumkan setelah mendapatkan persetujuan dari Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Biasanya dividen interim dibayarkan oleh perusahaan yang sudah mapan (matured), sehingga sebagian atau seluruh keuntungan yang diperoleh selama tahun berjalan dapat dibagikan


(21)

kepada pemegang saham. Dividen final adalah dividen yang dibagikan setelah tutup tahun buku dilakukan. Setelah tahun buku perusahaan ditutup, manajemen dapat mengetahui total laba bersih akuntansi yang diperoleh selama satu tahun pembukuan. Laba bersih akuntansi yang digunakan sebagai dasar penghitungan dividen tunai adalah yang tertera pada laporan rugi-laba yang telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik.

Dalam melakukan perdagangan saham perusahaan akan memperoleh laba bersih. Laba bersih (net earnings) ini sering disebut sebagai: “Laba yang tersedia bagi pemegang saham biasa” (earnings available to common

stockholders) disingkat EAC. Laba bersih tersebut akan dikenakan pajak

sehingga menjadi laba bersih sesudah pajak (earinings after tax atau EAT). Manajemen mempunyai dua alternatif perlakuan terhadap EAT ini yaitu:

1. Dibagikan kepada para pemegang saham perusahaan dalam bentuk dividen.

2. Diinvestasikan kembali ke perusahaan sebagai laba ditahan (retained earning) untuk membiayai operasi selanjutnya.

Apabila manajemen memilih alternatif pertama artinya manajemen harus membuat keputusan tentang besarnnya EAT yang dibagikan sebagai dividen. Pembuatan keputusan tentang dividen ini disebut kebijkan dividen.

Bambang Riyanto (2001: 281) mendefinisikan kebijakan dividen sebagai “politik yang bersangkutan dengan penentuan pembagian


(22)

pendapatan (earning) antara penggunaan pendapatan untuk dibayarkan kepada para pemegang saham sebagai dividen atau untuk digunakan di dalam perusahaan (laba ditahan).

Menurut Sundjaja dan Barlian (2003: 390) kebijakan dividen adalah rencana tindakan yang harus diikuti dalam membuat keputusan dividen.

Menurut Wetson dan Brigham (1990: 198) kebijakan dividen adalah keputusan untuk membagikan laba atau menahannya guna diinvestasikan kembali di dalam perusahaan.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kebijakan dividen adalah kebijakan pembagian pendapatan yang harus diikuti dalam membuat keputusan dividen (dibagikan/ditahan).

Menurut Lukas Setia Atmaja (2003: 285) rasio antara dividen dan laba bersih sering disebut sebagai Dividend Payout Rasio (DPR), yang persamaannya adalah DPR = Total Dividend/ Net Income. Karena kelebihan laba bersih di atas dividen itu menjadi laba ditahan maka keputusan DPR inclusive keputusan mengenai laba ditahan. Sepintas, para pemegang saham akan merasa senang apabila bagian dari laba bersih yang dibagikan sebagai dividen ini semakin besar. Akan tetapi, apabila DPR ini semakin besar, berarti laba ditahan semakin menciut, padahal pendanaan dengan menggunakan laba ditahan (internal financing) ini mempunyai cost of capital yang paling kecil dibandingkan dengan metode pendanaan lainnya. Dengan demikian keputusan dividen akan mengacu pada suatu


(23)

kebijakan (dividend policy) yang optimal, terutama disesuaikan dengan konsep tujuan memaksimumkan nilai perusahaan.

Ditinjau dari memaksimumkan rentabilitas modal sendiri, maka kebijakan dividen perlu memperhatikan rentabilitas aktiva dan tingkat bunga. Dikatakan demikian, Karen apabila kebijakan menetapkan bahwa laba ditahan semakin besar berarti perusahaan ini menggunakan metode pendanaan dengan menambah modal sendiri, yakni pendanaan internal.

Kebijakan dividen merupakan salah satu sumber konflik antara manajemen dan principal karena dividen dapat merupakan suatu sinyal yang diberikan perusahaan kepada investor. Dividen yang dibayarkan secara tunai maupun konversi dengan saham mencerminkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dan prospek yang baik di masa yang akan datang.

Kebijakan dividen menentukan pembagian laba antara pembayaran kepada pemegang saham dan investasi kembali perusahaan. Kebijakan dividen melibatkan keputusan apakah akan membagikan laba atau menahannya untuk diinvestasikan kembali didalam perusahaan. Dalam pembagian dividen perusahaan mempertimbangkan proporsi pembagian antara pembayaran kepada pemegang saham dan reinvestasi dalam perusahaan. Di satu sisi, laba ditahan (retained earnings) merupakan salah satu sumber pendanaan yang sangat signifikan bagi pertumbuhan


(24)

perusahaan, tetapi di sisi lain dividen merupakan aliran kas (atau asset) yang dibagikan pada pemegang saham.

Dalam membagikan dividen, perusahaan harus memperhatikan beberapa faktor, antara lain:

1. Dividend Payout Ratio industri di mana perusahaan itu berada.

Artinya, perusahaan tidak boleh mengabaikan kebijakan dividen perusahan lain.

2. Kesempatan investasi. Kebijakan dividen perusahaan jangan sampai mengorbankan proyek yang dapat meningkatkan value pemegang saham di masa yang akan datang. Semakin besar kesempatan investasi maka dividen yang bisa dibagikan akan semakin sedikit. 3. Profitabilitas dan Likuiditas. Kebijakan dividen perusahaan sebaiknya

memperhitungkan profitabilitas dan likuiditas perusahaan. Aliran kas atau profitabilitas yang baik bisa membayar dividen atau meningkatkan dividen. Alasan lain pembagian dividen adalah untuk menghindari akuisisi oleh perusahaan lain.

4. Akses ke pasar keuangan. Jika perusahaan mempunyai akses ke pasar keuangan yang baik, perusahaan bisa membayar dividen lebih tinggi. Akses yang baik bisa membantu perusahaan memenuhi kebutuhan likuiditasnya.

5. Pertumbuhan pendapatan perusahaan. Jika pendapatan perusahaan mengalami pertumbuhan, maka jumlah pembayaran dividen dapat


(25)

dinaikkan. Sebab dengan adanya tambahan pendapatan maka dividen dan laba ditahan juga bertambah.

6. Stabilitas pendapatan. Jika pendapatan perusahaan relatif stabil, aliran kas di masa mendatang bisa diperkirakan dengan lebih akurat. Perusahaan semacam itu bisa membayar dividen yang lebih tinggi. Hal yang sebaliknya terjadi untuk perusahaan yang mempunyai pendapatan yang tidak stabil. Ketidakstabilan aliran kas di masa mendatang membatasi kemampuan perusahaan membayar dividen yang tinggi.

7. Prefensi pemegang saham dan keleluasaan untuk menyimpang dari maksimisasi kemakmuran.

8. Ketersediaan dan biaya alternatif sumber dana. Apabila biaya modal tinggi, maka penggunaan laba ditahan akan semakin menarik.

9. Pembatasan-pembatasan yang diberikan kreditur. Kadang-kadang para kreditur bisa memberikan batasan mengenai jumlah pembayaran dividen yang boleh dilakukan perusahaan. Tindakan itu biasanya dilakukan agar perusahaan mampu mengarahkan usahanya dalam pelunasan hutang.

10.Harapan mengenai kondisi bisnis pada umumnya. Pada waktu inflasi mungkin laba cenderung naik sehingga manajemen dapat menaikkan pembayaran dividen. Dengan demikian, dalam keadaan inflasi, pendanaan melalui pinjaman akan lebih menarik, bandingkan dengan menggunakan laba ditahan.


(26)

Berdasarkan bentuk dividen yang dibayarkan, dividen dapat dibedakan atas 2 jenis yaitu : (Ang, 1997)

1. Dividen Tunai (cash dividend)

Dividen tunai merupakan dividen yang dibayarkan dalam bentuk tunai. Nilai suatu dividen sesuai dengan nilai tunai yang diberikan. Tujuan emiten untuk memberikan dividen dalam bentuk tunai adalah untuk memacu kinerja saham di bursa efek, yang juga merupakan return kepada para pemegang saham.

2. Dividen Saham (stock dividend)

Dividen saham merupakan dividen yang dibayarkan dalam bentuk saham dengan proporsi tertentu. Dividen yang diberikan dalam bentuk saham, di samping tujuan yang sama dengan dividen tunai juga bertujuan untuk meningkatkan likuiditas perdagangan saham di bursa efek. Di samping itu pemberian dividen dalam bentuk saham kadang -kadang juga diberikan karena memperhatikan likuiditas keuangan perusahaan. Direksi menilai bahwa likuiditas keuangan perusahaan tidak memungkinkan pembayaran dividen dalam bentuk tunai sehingga diputuskan dibayarkan dalam bentuk saham baru (dividen saham).

Pada waktu pengumuman dividen ada beberapa jenis tanggal yang perlu diperhatikan yaitu : (Ang, 1997)


(27)

1. Tanggal pengumuman (announcement date)

Tanggal pengumuman dividen merupakan tanggal resmi pengumuman oleh emiten tentang bentuk dan besarnya serta jadwal pembayaran dividen yang akan dilakukan.

2. Tanggal cum- dividend (cum - dividend date)

Tanggal cum - dividend merupakan tanggal hari terakhir perdagangan saham yang masih melekat hak untuk mendapatkan dividen baik dividen tunai maupun dividen saham.

3. Tanggal ex- dividend (ex- dividend date)

Tanggal dimana perdagangan saham tersebut sudah tidak melekat lagi hak untuk memperoleh dividen.

4. Tanggal pencatatan dalam daftar pemegang saham (date of record) Tanggal dimana seorang harus terdaftar sebagai pemegang saham

perusahaan publik atau emiten, sehingga ia mempunyai hak memperoleh dividen yang diperuntukkan bagi pemegang saham. 5. Tanggal pembayaran (payment date)

Tanggal pembayaran adalah tanggal dimana dividen dibayarkan kepada investor.

Berikut ini tata cara pembagian dividen secara tunai:

1.

Menemtukan tanggal dan jam pendaftaran pemegang saham yang berhak menerima pembagian dividen tunai kepada perseroan/perusahaan yang bersangkutan.


(28)

2.

Menentukan tanggal dan jam pembagian dividen tunai kepada pemegang saham yang namanya tercatat dalam Daftar Pemegang Saham Perseroan.

3.

Menentukan tarif dan perhitungan pajak.

4.

Menentukan tarif dan perhitungan pajak bagi pemegang saham apabila yang bersangkutan merupakan wajib pajak luar negeri.

2.1.2 Deviden sebagai Sinyal (Dividend Signaling Theory)

Ada beberapa teori yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk menerangkan bahwa dividen yang dibayarkan digunakan sebagai isyarat mengenai prospek perusahaan di masa yang akan datang. Dalam penelitian ini, digunakan dividend signaling theory sebagai kerangka teorinya, karena teori ini relevan dengan tujuan penelitian, yaitu untuk membuktikan bahwa pengumuman pembayaran dividen mengandung informasi.

“Signalling theory is based on the assumption that information is not equally available to all parties at the same time, and that information asymmetry is the rule. Information assymmetries can result in very low valuations or a suboptimum investment policy. Signalling theory states that corporate financial decisions are signals sent by the company’s managers to investors in order to shake up these assymmetries. These signals are the cornerstone of financial communications policy.”


(29)

Dividend signaling theory berdasarkan pada asumsi bahwa dividen diperlukan untuk memberikan informasi positif dari manajer yang mempunyai informasi yang lengkap tentang kondisi perusahaan yang sebenarnya kepada investor yang miskin akan informasi tentang kondisi perusahaan yang sebenarnya. Fenomena seperti ini terjadi karena adanya asymetric information antara manajer dengan investor.

Manajer mempunyai informasi yang lengkap tentang arus kas perusahaan, akan memilih untuk menciptakan isyarat yang jelas mengenai masa depan perusahaan apabila mereka mempunyai dorongan yang tepat untuk melakukannya, kenaikan dividen yang dibayarkan dapat menimbulkan isyarat yang jelas kepada pasar bahwa prospek perusahaan telah mengalami kemajuan.

Pada publikasi dividen, yang tampak ada informasi kenaikan dan penurunan dividen dapat dipandang sebagai isyarat positif atau negatif oleh investor. Publikasi dividen yang menyatakan bahwa perusahaan memutuskan untuk membayar dividen yang lebih tinggi dari tahun sebelumnya ditafsirkan oleh pasar sebagai sinyal positif, sebab publikasi ini menaikkan ekspektasi investor tentang pendapatan masa depan perusahaan. Sebaliknya, publikasi dividen yang menyatakan pembagian lebih rendah dari tahun sebelumnya dianggap sebagai isyarat negatif, sebab investor menduga bahwa emiten tersebut mengalami penurunan pendapatan di masa depan. Reaksi pasar terhadap informasi dalampublikasi ditunjukkan oleh


(30)

adanya perubahan harga saham. Perubahan harga saham ini, umumnya dinyatakan dengan ukuran abnormal return.

2.2 Return on Equity

Return on Assets (ROA) merupakan rasio keuangan perusahaan yang berhubungan dengan profitabilitas mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan atau laba pada tingkat pendapatan, aset dan modal saham tertentu (Hanafi dan Halim, 2003:27). Dengan mengetahui ROA, kita dapat menilai apakah perusahaan telah efisien dalam menggunakan aktivanya dalam kegiatan operasi untuk menghasilkan keuntungan.

Laba bersih (net income) merupakan ukuran pokok keseluruhan keberhasilan perusahaan. Laba dapat mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk mendapat pinjaman dan pendanaan ekuitas, posisi likuiditas perusahaan dan kemampuan perusahaan untuk berubah. Jumlah keuntungan (laba) yang diperoleh secara teratur serta kecenderungan atau trend keuntungan yang meningkat merupakan suatu faktor yang sangat penting yang perlu mendapat perhatian penganalisa di dalam menilai profitabilitas suatu perusahaan. Profitabilitas atau rentabilitas digunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan modal dalam suatu perusahaan dengan memperbandingkan antara laba dengan modal yang digunakan dalam operasi, oleh karena itu keuntungan yang besar tidak menjamin atau bukan merupakan ukuran bahwa perusahaan itu rentable (Munawir, 2001:57). Bagi


(31)

manajemen atau pihak-pihak yang lain, rentabilitas yang tinggi lebih penting daripada keuntungan yang besar.

Return on Equity (ROE) membandingkan laba bersih setelah pajak dengan ekuitas. Rasio ini menunjukkan kemampuan untuk menghasilkan laba berdasarkan ekuitas pemegang saham. Return on Equity(ROE) digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen dalam mengelola modal yang tersedia untuk memperoleh net income.

Menurut Brigham dan Daves (2004:240), “Ultimately, the most important, or ‘bottom line’, accounting ratio is the ratio of net income to common equity, which measures the return on common equity (ROE). Stockholders invest to get a return on their money, and thus ratio tells how well they are doing in an accounting sense”. Rasio keuangan yang paling penting adalah rasio yang membandingkan laba bersih dengan ekuitas pemegang saham, yang disebut dengan tingkat pengembalian atas ekuitas. Pemegang saham berinvestasi untuk mendapatkankeuntungan atas dana yang diinvestasikannya, dan rasio tingkat pengembalian atas ekuitas atau Return on Equity(ROE) mengindikasikan seberapa baik perusahaan dapat memberikan keuntungan bagi para pemegang saham secara akuntansi.

The Return on Equity (ROE) ratio measures the averages return on firm’s capital contributions from its owners (for a corporation, that means the contributions of common stockholders). It indicates how many dollars of income were produced for each dollar invested the common stockholders (Gallagher dan Andrew, 2003:102). Semakin tinggi ROE menggambarkan semakin baik


(32)

manajemen perusahaan karena dari modal yang dikelola dapat menghasilkan pendapatan yang optimal.

Rumus : ROE = x 100 % Keunggulan ROA (Return On Asset) :

1. ROA merupakan pengukuran yang komprehensif dimana seluruhnya mempengaruhi laporan keuangan yang tercermin dari rasio ini.

2. ROA mudah dihitung, dipahami, dan sangat berarti dalam nilai absolut. 3. ROA merupakan denominator yang dapat diterapkan pada setiap unit

organisasi yang bertanggung jawab terhadap profitabilitas dan unit usaha. Kelemahan ROA (Return On Asset) :

1. Pengukuran kinerja dengan menggunakan ROA membuat manajer divisi memiliki kecenderungan untuk melewatkan project-project yang menurunkan divisional ROA, meskipun sebenarnya proyek-proyek tersebut dapat meningkatkan tingkat keuntungan perusahaan ecara keseluruhan.

2. Manajemen juga cenderung untuk berfokus pada tujuan jangka pendek dan bukan tujuan jangka panjang.

3. Sebuah project dalam ROA dapat meningkatkan tujuan jangka pendek, tetapi project tersebut mempunyai konsekuensi negatif dalam jangka panjang. Yang berupa pemutusan beberapa tenaga penjualan, pengurangan budget pemasaran, dan pengguaaan bahan baku yang relatif murah sehingga menurunkan kualitas produk dalam jangka panjang.


(33)

2.3 Harga Saham

Saham merupakan salah satu instrumen yang diperdagangkan di pasar modal. Menurut Rahardjo (2006) saham adalah surat berharga yang merupakan instrumen bukti kepemilikan atau penyertaan dari individu atau instansi dalam suatu perusahaan. Menurut Mishkin (2001:4) saham adalah suatu sekuritas yang memiliki klaim terhadap pendapatan dan asset sebuah perusahaan. Sekuritas sendiri dapat diartikan sebagai klaim atas pendapatan masa depan seorang peminjam yang dijual oleh peminjam kepada yang meminjamkan, atau sering juga disebut instrumen keuangan.

Dalam prakteknya Darmadji dan Hendi (2001:6) menjelaskan jenis-jenis saham, antara lain :

1. Ditinjau dari cara peralihannya saham dibedakan menjadi saham atas unjuk dan saham atas nama.

a. Saham atas unjuk (bearer stock). Diatas sertifikat saham atas unjuk tidak dituliskan nama pemiliknya. Dengan pemilikan saham ini, seorang pemilik sangat mudah untuk mengalihkan atau memindahkannya kepada orang lain karena sifatnya mirip dengan uang.

b. Saham atas nama (registered stock). Diatas sertifikat saham ini ditulis nama pemiliknya. Cara pemindahannya harus memenuhi prosedur tertentu yaitu dengan dokumen peralihan, kemudian nama pemiliknya


(34)

dicatat dalam buku perusahaan yang khusus memuat daftar nama pemegang saham.

2. Ditinjau dari segi manfaatnya, saham dapat digolongkan menjadi saham biasa dan saham preferen.

a. Saham biasa (common stock). Saham biasa selalu muncul dalam setiap struktur modal saham perseroan terbatas. Besar kecilnya deviden yang diterima tidak tetap, tergantung pada keputusan RUPS.

b. Saham preferen (preferred stock). Saham preferen merupakan gabungan pendanaan antara hutang/obligasi dan saham biasa. Dalam praktek terdapat beraneka ragam jenis saham preferen diantaranya adalah:

1) Cumulative Preferred Stock. Saham preferen jenis ini

memberikan hak pada pemiliknya atas pembagian deviden yang sifatnya kumulatif dalam suatu persentase atau jumlah tertentu dalam arti bahwa jika pada tahun tertentu deviden yang dibayarkan tidak mencukupi atau tidak dibayar sama sekali, maka akan diperhitungkan pada tahun-tahun berikutnya.

2) Non Cumulative Preferred Stock. Pemegang saham jenis ini

mendapat prioritas dalam pembagian deviden sampai pada suatu persentase atau jumlah tertentu, tapi tidak bersifat kumulatif. Dengan demikian apabila pada suatu tahun tertentu deviden yang dibayarkan lebih kecil dari yang ditentukan atau


(35)

tidak dibayar sama sekali, maka hal ini tidak dapat diperhitungkan pada tahun berikutnya.

3) Participating Preferred Stock. Pemilik saham jenis ini

disamping memperoleh deviden tetap seperti yang telah ditentukan, juga memperoleh ekstra deviden apabila perusahaan dapat mencapai sasaran yang ditetapkan.

4) Convertible Preferred Stock (saham istimewa). Pemegang

saham istimewa mempunyai hak lebih tinggi dibanding pemegang saham lainnya. Hak lebih itu terutama dalam penunjukkan direksi perusahaan.

3. Ditinjau berdasarkan kinerja saham, saham dapat digolongkan menjadi :

a. Blue Chip Stock

Yaitu saham biasa dari suatu perusahaan yang memiliki reputasi tinggi sebagai leader di industri sejenis, memiliki pendapatan yang stabil dan konsisten dalam membayar deviden.

b. Income Stock

Merupakan saham dari suatu emiten yang memiliki kemampuan membayar deviden lebih tinggi dari rata-rata deviden yang dibayarkan pada tahun sebelumnya.

c. Growth Stock

Saham ini merupakan saham-saham dari emiten yang memiliki pertumbuhan pendapatan yang tinggi, sebagai leader di industri sejenis yang mempunyai reputasi tinggi.


(36)

d. Speculative Stock

Adalah saham suatu perusahaan yang tidak bisa secara konsisten memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun, akan tetapi mempunyai kemungkinan penghasilan yang tinggi di masa mendatang meskipun belum pasti.

e. Counter Cyclical Stock

Saham ini merupakan saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro maupun situasi bisnis secara umum.

Saham merupakan tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan, selembar saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemiliknya (berapapun porsinya/jumlahnya) dari suatu perusahaan yang menerbitkan kertas (saham) tersebut. Selembar saham mempunyai nilai atau harga.

Menurut Ang (1997 : 6), nilai suatu saham berdasarkan fungsinya dapat dibagi menjadi tiga, yaitu :

1. Par Value (Nilai Nominal)

Par value atau disebut juga stated value atau face value atau dalam bahasa Indonesia disebut sebagai nilai nominal. Nilai nominal suatu saham adalah nilai yang tercantum pada saham yang bersangkutan. Nilai ini tidak digunakan untuk mengukur sesuatu.

2. Base Price (Harga Dasar)

Harga dasar suatu saham sangat erat kaitannya dengan harga pasar suatu saham yang dipergunakan didalam perhitungan indeks harga saham. Harga


(37)

dasar suatu saham baru merupakan harga perdananya. Harga dasar ini dapat berubah sesuai tindakan yang dilakukan emiten.

3. Market Price (Harga Pasar)

Harga pasar merupakan harga yang paling mudah ditentukan karena harga pasar merupakan harga suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung. Apabila pasar bursa efek sudah tutup, maka harga pasar adalah harga penutupannya (closing price). Jadi harga pasar inilah yang menyatakan naik turunnya suatu saham.

Faktor yang dapat mempengaruhi pergerakan harga saham menurut Weston dan Brigham (1993:26-27) adalah proyeksi laba per lembar saham saat diperoleh laba, tingkat resiko dari proyeksi laba, proporsi utang perusahaan terhadap ekuitas, serta kebijakan pembagian deviden. Faktor lainnya yang dapat mempengaruhi pergerakan harga saham adalah kendala eksternal seperti kegiatan perekonomian pada umumnya, pajak dan keadaan bursa saham. Faktor-faktor lain yaitu kondisi perusahaan, kendala-kendala eksternal serta kekuatan penawaran dan permintaan saham di pasar juga dapat mempengaruhi fluktuasi harga saham.

Harga saham adalah nilai suatu saham yang mencerminkan kekayaan perusahaan yang mengeluarkan saham tersebut, dimana perubahan atau fluktuasinya sangat ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran yang terjadi di pasar bursa (pasar sekunder). Semakin banyak investor yang ingin membeli atau menyimpan saham, harganya semakin naik. Sebaliknya semakin banyak investor yang ingin menjual atau melepaskan suatu saham, maka harganya semakin bergerak turun. Secara umum semakin baik kinerja keuangan perusahaan


(38)

maka semakin banyak keuntungan yang dinikmati oleh pemegang saham, sehingga harga saham kemungkinan akan naik.

Investor harus benar-benar menyadari bahwa di samping akan memperoleh keuntungan tidak menutup kemungkinan mereka akan mengalami kerugian. Keuntungan atau kerugian tersebut sangat dipengaruhi oleh kemampuan investor menganalisis keadaan harga saham. Analisis saham merupakan salah satu tahap dalam proses investasi yang berarti melakukan analisis terhadap individual atau sekelompok sekuritas. Analisis yang sering digunakan untuk menilai suatu saham yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal.

1. Analisis Fundamental

Analisis fundamental menekankan bahwa faktor-faktor fundamental mempengaruhi harga saham karena menitik beratkan pada analisis rasio keuangan. Melalui analisis rasio keuangan dapat diperoleh informasi atau gambaran tentang kondisi keuangan perusahaan dan hasil operasional yang telah dicapai oleh perusahaan tersebut.

Analisis fundamental mencoba memperkirakan harga saham di masa yang akan datang dengan (Husnan, 1996:315) :

a. Mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa yang akan datang.

b. Menerapkan hubungan faktor-faktor tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham.

Analisis fundamental merupakan analisis historis atas kekuatan keuangan dari suatu perusahaan yang sering disebut company analysis.


(39)

Data yang digunakan adalah data historis, yaitu data tersebut didapat dari peristiwa yang telah terjadi dan mencerminkan keadaan keuangan yang telah lewat dan bukan mencerminkan keadaan keuangan yang sebenarnya pada saat analisis (Husnan, 2001:303). Dalam company analysis para investor akan mempelajari laporan keuangan perusahaan dengan menggunakan analisis rasio keuangan, mengidentifikasi kecenderungan atau pertumbuhan yang mungkin ada, mengevaluasi efisisensi operasional dan memahami sifat dasar dan karakteristik operasional dari perusahaan tersebut.

Analisis fundamental merupakan analisis yang berhubungan dengan kondisi keuangan perusahaan. Dengan analisis fundamental diharapkan calon investor akan mengetahui bagaimana operasional dari perusahaan yang nantinya akan menjadi milik investor apakah sehat atau tidak ataukah menguntungkan atau tidak dan sebagainya (Anoraga dan Pakarti, 2001 : 108).

2. Analisis Teknikal

Analisis teknikal merupakan suatu teknik yang menggunakan data atau catatan pasar untuk mengakses permintaan dan penawaran suatu saham, volume perdagangan, indeks harga saham baik individual maupun gabungan, serta faktor-faktor lain yang bersifat teknis (Husnan, 2001:338). Model analisis teknikal menekankan pada perilaku pasar modal dimasa datang berdasarkan kebiasaan dimasa lalu. Kenaikan dan penurunan harga saham pada periode sebelumnya digunakan untuk


(40)

memprediksi harga saham pada periode berikutnya. Trend harga saham menjadi tolok ukur untuk memprediksi harga saham periode berikutnya.

Sasaran yang ingin dicapai dari analisis teknikal adalah ketepatan waktu dalam memprediksi pergerakan harga jangka pendek suatu saham, oleh karena itu informasi yang berasal dari faktor-faktor teknis sangat penting bagi pemodal untuk menentukan kapan suatu saham harus dibeli atau harus dijual.

Berikut adalah beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perubahan harga saham:

1. Harapan investor terhadap tingkat pendapatan deviden di masa yang akan datang. Apabila tingkat pendapatan dan deviden stabil, maka harga saham juga akan cenderung stabil. Sebaliknya jika tingkat pendapatan dan deviden berfluktuasi karena faktor internal, maka harga saham tersebut cenderung berfluktuasi juga.

2. Tingkat pendapatan perusahaan. Apabila tingkat pendapatan perusahaan besar, maka akan semakin meningkat pula harga saham karena para investor bersikap optimis.

3. Kondisi perekonomian. Kondisi perekonomian di masa yang akan datang selalu dipengaruhi oleh kondisi perekonomian saat ini. Apabila kondisi perekonomian saat ini stabil, maka para investor juga akan optimis terhadap kondisi perekonomian yang akan datang, sehingga harga saham akan cenderung stabil (demikian pula sebaliknya).


(41)

Karena harga saham yang terjadi di pasar modal selalu berfluktuasi dari waktu ke waktu. Maka fluktuasi harga saham tersebut akan ditentukan oleh kekuatan penawaran dan permintaan. Jika jumlah penawaran lebih besar dari jumlah permintaan, pada umumnya kurs harga saham akan turun. Sebaliknya jika jumlah permintaan lebih besar dari jumlah penawaran terhadap suatu efek maka harga saham cendrung akan naik.

Faktor- faktor yang mempengaruhi fluktuasi harga saham dapat berasal dari internal dan eksternal perusahaan. Hal - hal penting yang merupakan faktor makro atau pasar yang dapat menyebabkan fluktuasi harga saham adalah tingkat inflasi dan suku bunga, kebijakan keuangan dan fiskal, situasi perekonomian dan situasi bisnis internasional. Sedangkan faktor mikro perusahaan yang dapat menyebabkan fluktuasi harga saham adalah pendapatan perusahaan, deviden yang dibagikan, arus kas perusahaan, perubahan mendasar dalam pe rusahaan dan perubahan dalam perilaku investasi misalnya merubah investasinya dari saham menjadi obligasi.

Selain itu juga faktor- faktor yang mempengaruhi pergerakan harga saham adalah:

1) Faktor Internal yaitu :

a) Pengumuman tentang pemasaran, produksi, penj ualan seperti pengiklanan, rincian kontak, perubahan harga, penarikan produk baru, laporan produksi, laporan keamanan produk, dan laporan penjualan.


(42)

b) Pengumuman pendanaan (financing announcements), seperti pengumuman yang berhubungan dengan ekuitas dan hutang.

c) Pengumuman badan direksi manajemen (management board of director announcements) seperti perubahan dan pergantian direktur, manajemen, dan stuktur organisasi.

d) Pengumuman pengambilalihan diversifikasi, seperti laporan marger, investasi ekuitas, laporan take over oleh pengakuisisian dan diakuisisi.

e) Pengumuman investasi (investment announcements), seperti melakukan ekspansi pabrik, pengembangan riset dan penutupan usaha lainnya.

f) Pengumuman ketenagakerjaan (labour announcements), seperti negoisasi baru, kontak baru, pemogokan dan lainnya.

g) Pengumuman laporan keuangan perusahaan, seperti peramalan laba sebelum akhir tahun fiskal dan setelah akhir tahun fiskal, earning per share (EPS), deviden per share (DPS), price earning ratio, net profit margin, return on aseets (ROA), dan lain- lain.

2. Faktor Eksternal yaitu:

a) Pengumuman dari pemerintah seperti perubahan suku bunga tabungan dan deposito, kurs valuta asing, inflasi, serta berbagai regulasi dan deregulasi ekonomi yang dikeluarkan oleh pemerintah.


(43)

b) Pengumuman hukum (legal announcements), seperti tuntunan karyawan terhadap perusahaan atau terhadap manajernya dan tuntunan perusahaan terhadap manajernya.

c) Pengumuman industri sekuritas (securities announcements), seperti laporan pertemuan tahunan, insider trading, volume atau harga saham perdagangan, pembatasan/penundaaan trading.

d) Gejolak politik dalam negeri dan fluktuasi nilai tukar juga merupakan faktor yang berpengaruh signifikan pada terjadinya pergerakan harga saham di bursa efek suatu negara.

e) Berbagai isu baik dari dalam dan luar negeri.

2.4 Penelitian Terdahulu

1. Sasongko dan Wulandari (2003) melakukan penelitian tentang pengaruh rasio-rasio keuangan terhadap harga saham pada industri manufaktur di BEI periode 2001-2002. Variabel independen yang diteliti yaitu return

on assets (ROA), earning per share (EPS), return on sales (ROS) dan

basic earning power (BEP). Untuk menguji ada tidaknya pengaruh dari variabel-variabel tersebut digunakan t-test. Hasil penelitian menunjukkan hanya EPS yang berpengaruh terhadap harga saham, sedangkan ROA, ROS, dan BEP tidak berpengaruh terhadap harga saham.

2. Halim (2007) meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham dari perusahaan-perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek Jakarta, dengan sampel sebanyak 55 perusahaan dengan periode waktu


(44)

2004-2006. Harga saham merupakan variabel dependen. Variabel independennya meliputi Return on Equity, debt to equity ratio, earning per share, dan net profit margin. Hasil penelitian menunjukkan ROE dan EPS memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham perusahaan manufaktur, sedangkan rasio NPM dan DER tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham perusahaan manufaktur. 3. Satria (2008) menguji pengaruh rasio keuangan likuiditas, solvabilitas

dan pasar terhadap harga saham perusahaan manufaktur di BEJ. Penelitian ini mengambil sampel 70 perusahaan manufaktur yang terdaftar tahun 2003-2005 di BEJ. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Current Ratio (CAR), Total Debt to Total Asset (DTA), Total Asset Turnover (TATO), Inventory Turnover (ITO), Return

on Equity(ROE), Net Profit Margin (NPM), Price Earning Ratio (PER)

sebagai variabel independen dan harga saham sebagai variabel dependen. Berdasarkan pengujian dengan regresi linear dan regresi berganda diperoleh kesimpulan bahwa semua variabel independen baik secara simultan mempengaruhi harga saham. Namun secara parsial, hanya variabel CR, NPM dan ROE yang berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham, sedangkan variabel DTA, TATO, ITO dan PER tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham.

2.5 Kerangka Konseptual


(45)

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

1. Kebijakan deviden dianggap mempengaruhi harga saham. Suatu kenaikan deviden dapat dianggap sebagai suatu sinyal positif bagi investor bahwa perusahaan tersebut memiliki penghasilan yang baik di masa mendatang.

2. Return on Equity dianggap mempengaruhi harga saham. Peningkatan

ROE dianggap suatu tanda bahwa kekuatan equity para pemegang saham dalam keadaan baik. Sehingga perusahaan dianggap akan mengalami kenaikan pendapatan di masa mendatang.

2.6 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap perumusan masalah, dimana tingkat kebenarannya masih perlu diuji secara empiris.

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka penulis membuat hipotesis sebagai berikut:

H1 : Kebijakan Deviden berpengaruh positif terhadap harga saham secara parsial.

H2 : Return on Equity berpengaruh positif terhadap harga saham secara parsial.

Kebijakan Deviden (X1)  Harga

Saham ROE (X2) 

H1 

H3  H2


(46)

H3 : Kebijakan Deviden dan Return on Equity bersama-sama mempengaruhi harga saham secara simultan.


(47)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif meliputi pengumpulan data untuk diuji hipotesis atau menjawab pertanyaan mengenai status terakhir dari subjek penelitian. Sementara penelitian kuantitatif adalah penelitian ilmiah yang sistematis terhadap bagian-bagian dan fenomena serta hubungan-hubungannya.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian ini adalah pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (tidak secara langsung di lapangan karena data diperoleh dari internet). Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode tidak langsung (indirect method), yakni dengan menggunakan data sekunder.

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan melakukan pencatatan langsung dari berbagai bahan kepustakaan seperti jurnal, artikel, laporan, serta dengan mengkopi data dan mengunduh langsung dari website sumber data yang bersangkutan.


(48)

2. Waktu Penelitian

Tabel 3.1

Tabel Jadwal Penelitian Tahapan

Penelitian

November Desember Januari Februari Maret

Penyelesaian Proposal Pengumpulan Data

Penulisan Laporan Penyelesaian Laporan

3.3 Batasan Operasional

Batasan operasional penelitian ini adalah di Indonesia dengan menganalisis adanya pengaruh Kebijakan Deviden dan Return on Equity terhadap Harga Saham pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI.

3.4 Definisi Operasional

1. Kebijakan Deviden adalah kemampuan perusahaan untuk melakukan pembayaran deviden kepada setiap pemegang saham.


(49)

2. Return on Equity adalah membandingkan laba bersih setelah pajak dengan ekuitas. Rasio ini menunjukkan kemampuan untuk menghasilkan laba berdasarkan ekuitas pemegang saham.

3. Harga Saham adalah harga yang menunjukkan nilai dari saham tersebut.

3.5 Skala Pengukuran Variabel

1. Kebijakan Devidendinyatakan dalam rasio.

2. Return on Equity dinyatakan dalam rasio.

3. Harga Saham dinyatakan dalam harga saham pada saat t.

3.6 Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk data time series yang bersifat kuantitatif yaitu data Kebijakan Deviden dalam bentuk Dividend Payout Ratio (DPR) dan Return on Equity (ROE) berpengaruh Harga Saham pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI yang berbentuk angka-angka selama kurun waktu 4 tahun (Januari 2008 – Desember 2011).

3.7 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode tidak langsung (indirect method), yakni dengan menggunakan data sekunder.

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan melakukan pencatatan langsung dari berbagai bahan kepustakaan seperti jurnal, artikel,


(50)

laporan, serta dengan mengkopi data dan mengunduh langsung dari website sumber data yang bersangkutan.

3.8 Populasi dan Sampel penelitian

Menurut Sugiyono (2006), Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas atau karakteristik tertentu yang akan diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Populasi yang dijadikan objek penelitian ini adalah beberapa perusahaan manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) dilihat dari data laporan keuangan selama periode tahun 2008 sampai dengan tahun 2011. Jumlah perusahaan manufaktur yang tercatat di BEI sebanyak 135 perusahaan.

Kriteria penentuan sampel dalam penelitian ini adalah:

1. Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2008, 2009, 2010, 2011

2. Perusahaan yang tidak delisting dari BEI selama periode pengamatan (tahun 2008-2011)

3. Perusahaan sampel mengeluarkan publikasi resmi dan memiliki data data yang lengkap yang dibutuhkan dalam penelitian.

Berikut daftar perusahaan manufaktur yang terdaftar di Perusahaan

manufaktur (industri pengolahan) di BEI meliputi sektor industri dasar dan kimia , sektor aneka industri dan sektor industri barang konsumsi.


(51)

Tabel 3.2

Daftar Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI

No Nama Perusahaan Kode Kriteria penentuan

Sampel

Sampel

1. Indocement Tunggal Prakasa Tbk INTP   

2. Holcim Indonesia Tbk SMCB   

3. Semen Gresik Tbk SMGR   

4. Asahimas Flat Glass Tbk AMFG   

5. Arwana Citra Mulia Tbk ARNA   

6. Inti Keramik Alam Asri Industri Tbk IKAI   

7. Keramika Indonesia Assosiasi Tbk KIAS   

8. Mulia Industrindo Tbk MLIA   

9. Surya Toto Indonesia Tbk TOTO   

10. Alaska Industrindo Tbk ALKA   

11. Alumindo Light Metal Industry Tbk ALMI   

12. Beton Jaya Manunggal Tbk BTON   

13. Citra Turbindo Tbk CTBN   

14. Gunawan Dianjaya Steel Tbk GDST   

15. Indal Aluminium Industry Tbk INAI   

16. Itamaraya Tbk ITMA   

17. Jakarta Kyoei Steel Work LTD Tbk JKSW   

18. Jaya Pari Steel Tbk JPRS   

19. Krakatau Steel Tbk KRAS   

20. Lion Metal Works Tbk LION   

21. Lionmesh Prima Tbk LMSH   

22. Hanson International Tbk MYRX   

23. Pelat Timah Nusantara Tbk NIKL   

24. Pelangi Indah Canindo Tbk PICO   

25. Tembaga Mulia Semanan Tbk TBMS   

26. Barito Pasific Tbk BRPT   

27. Budi Acid Jaya Tbk) BUDI   

28. Budi Acid Jaya Tbk) DPNS   

29. Ekadharma International Tbk EKAD   

30. Eterindo Wahanatama Tbk ETWA   

31. Intan Wijaya International Tbk INCI   

32. Sorini Agro Asia Corporindo Tbk SOBI   

33. Indo Acitama Tbk SRSN   

34. Chandra Asri Petrochemical TPIA   

35. Unggul Indah Cahaya Tbk UNIC   

36. Alam Karya Unggul Tbk AKKU   

37. Argha Karya Prima Industry Tbk AKPI   

38. Asiaplast Industries Tbk APLI   

39. Berlina Tbk BRNA   

40. Titan Kimia Nusantara Tbk FPNI   

41. Champion Pasific Indonesia Tbk IGAR   

42. Indopoly Swakarsa Industry Tbk IPOL   

43. Sekawan Intipratama Tbk SIAP   

44. Siwani Makmur Tbk SIMA   


(52)

46. Yana Prima Hasta Persada Tbk YPAS   

47. Charoen Pokphand Indonesia Tbk CPIN   

48. Japfa Comfeed Indonesia Tbk JPFA   

49. Malindo Feedmill Tbk MAIN   

50. Siearad Produce Tbk SIPD   

51. Sumalindo Lestari Jaya Tbk SULI   

52. Tirta Mahakam Resources Tbk TIRT   

53. Alkindo Naratama Tbk ALDO   

54. Fajar Surya Wisesa Tbk FASW   

55. Indah Kiat Pulp & paper Tbk INKP   

56. Toba Pulp Lestari Tbk INRU   

57. Kertas Basuki Rachmat Indonesia Tbk

KBRI   

58. Surabaya Agung Industri Pulp & Kertas Tbk

SAIP   

59. Suparma Tbk SPMA   

60. Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk TKIM   

61. Astra International Tbk ASII    Sampel 2

62. Astra Otopart Tbk AUTO    Sampel 3

63. Indo Kordsa Tbk BRAM   

64. Goodyear Indonesia Tbk GDYR   

65. Gajah Tunggal Tbk GJTL   

66. Indomobil Sukses International Tbk IMAS   

67. Indospring Tbk INDS   

68. Multi Prima Sejahtera Tbk LPIN   

69. Multistrada Arah Sarana Tbk MASA   

70. Nipress Tbk NIPS   

71. Prima alloy steel Universal Tbk PRAS   

72. Selamat Sempurna Tbk SMSM   

73. Polychem Indonesia Tbk ADM

G

  

74. Argo Pantes Tbk ARGO   

75. Centex Tbk – Saham Seri B CNTB   

76. Centex Tbk CNTX   

77. Eratex Djaya Tbk ERTX   

78. Ever Shine Textile Industry Tbk ESTI   

79. Pan Asia Indosyntec Tbk HDTX   

80. Indo Rama Synthetic Tbk INDR   

81. Karwell Indonesia Tbk KAR

W

  

82. Apac Citra Centertex Tbk MYTX   

83. Pan Asia Filament Inti Tbk PAFI   

84. Pan Brothers Tbk PBRX   

85. Asia Pasific Fibers Tbk POLY   

86. Ricky Putra Globalindo Tbk RICY   

87. Sunson Textile Manufacturer Tbk SSTM   

88. Nusantara Inti Corpora Tbk UNIT   

89. Unitex Tbk UNTX   

90. Primarindo Asia Infrastructure Tbk BIMA   

91. Surya Intrindo Makmur Tbk SIMM   

92. Sumi Indo Kabel Tbk IKBI   

93. Jembo Cable Company Tbk JECC   


(53)

95. Kabelindo Murni Tbk KBLM    96. Supreme Cable Manufacturing and

Commerce Tbk

SCCO   

97. Voksel Electric Tbk VOKS   

98. Sat Nusa Persada Tbk PTSN   

99. Akasha Wira International Tbk ADES   

100 Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk AISA   

101 Cahaya Kalbar Tbk CEKA   

102 Davomas Abadi Tbk DAVO   

103 Delta Djakarta Tbk DLTA   

104 Indofood CBP Sukses Makmur Tbk ICBP   

105 Indofood Sukses Makmur Tbk INDF    Sampel 4

106 Multi Bintang Indonesia Tbk MLBI    Sampel 5

107 Mayora Indah Tbk MYOR    Sampel 6

108 Prashida Aneka Niaga Tbk PSDN   

109 Nippon Indosari Corporindo Tbk ROTI   

110 Sekar Laut Tbk SKLT   

111 Siantar Top Tbk STTP   

112 Ultrajaya Milk Industry and Trading Company Tbk

ULTJ   

113 Gudang Garam Tbk GGRM    Sampel 7

114 Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk HMSP   

115 Bentoel International Investama Tbk RMBA   

116 Darya Varia Laboratoria Tbk DVLA   

117 Indofarma Tbk INAF   

118 Kimia Farma Tbk KAEF    Sampel 8

119 Kalbe Farma Tbk KLBF   

120 Merck Tbk MERK    Sampel 9

121 Pyridam Farma Tbk PYFA   

122 Schering Plough Indonesia Tbk SCPI   

123 Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk SQBI   

124 Tempo Scan Pasific Tbk TSPC   

125 Martina Berto Tbk MBTO   

126 Mustika Ratu Tbk MRAT   

127 Mandom Tbk TCID    Sampel

10

128 Unilever Indonesia Tbk UNVR    Sampel

11

129 Kedawung Setia Industrial Tbk KDSI   

130 Kedaung Indag Can Tbk KICI   

131 Langgeng Makmur Industry Tbk LMPI   

132 Aqua Golden Missisippi Tbk AQUA    Sampel

12

133 HM Sampoerna Tbk HMSP    Sampel

13

134 Sepatu Bata Tbk BATA    Sampel

14

135 Lautan Luas Tbk LTLS    Sampel


(54)

Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 60 pengamatan yang terdiri dari 4time series (2008-2011) dan 15 cross section (perusahaan manufaktur).

Sesuai dengan jenis data yang diperlukan yaitu data sekunder dan sampel yang digunakan maka metode pengumpulan data kebijakan Deviden (DPR), ROE, dan Harga Saham dalam penelitian ini digunakan dengan teknik dokumentasi laporan keuangan perbankan setiap tahunnya yang dikeluarkan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI).

Tabel 3.3

Daftar Sampel PerusahaanManufaktur

No Nama Perusahaan Manufaktur 1

PT Aqua Golden Missisippi Tbk 2

PT Astra Internasional Tbk 3

PT Astra Otoparts Tbk 4

PT Sepatu Bata Tbk 5

PT Gudang Garam Tbk 6

PT HM Sampoerna Tbk 7

PT Indofood Sukses Makmur Tbk 8

PT Kimia Farma Tbk 9

PT Merck Tbk 10

PT Mayora Indah Tbk 11

PT Multi Bintang Indonesia Tbk 12

PT Trias Sentosa Tbk 13

PT Unilever Indonesia Tbk 14

PT Mandom Tbk 15

PT Lautan Luas Tbk


(55)

3.9 Teknik Analisis

Dalam menganalisis besarnya pengaruh variabel – variabel bebas terhadap variabel terikat digunakan model ekonometrika dengan meregresikan variabel – variabel yang ada dengan menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS).

Fungsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

Y = f (X1, X2,X3, X4) ...(1) Kemudian fungsi tersebut ditransformasikan kedalam model persamaan regresi linear berganda (multiple reggression) sebagai berikut:

Y = α + β1X1 +β2X2 +µ ...(2) dimana:

Y : Harga Saham

α : Intercept

β1, β2 : Koefisien regresi X1 : Kebijakan Deviden

X2 : Return on Equity (ROE)

µ : Terms error

Secara sistematis bentuk hipotesanya adalah sebagai berikut:

, artinya jika kenaikan pada X1 (kebijakan deviden), maka Y(harga

saham) mengalami penurunan, ceteris paribus.

, artinya jika kenaikan pada X2 (ROE), maka Y(harga saham) mengalami penurunan, ceteris paribus.

3.9.1 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas

Menurut Erlina (2008:102), tujuan uji normalitas adalah ingin mengetahui apakah dalam model regresi variabel pengganggu atau


(56)

residual memiliki distribusi normal. Pengujian ini diperlukan karena untuk melakukan uji T dan uji F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah variabel independen dan variabel dependen berdistribusi normal (Ghozali, 2005:110). Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal.

Untuk melihat normalitas data dapat dilakukan dengan melihat histogram atau pola distribusi data normal. Normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari nilai residualnya. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

Alat analisis yang digunakan dalam uji ini adalah uji Kolmogorov – Smimov satu arah atau analisis grafis. Asumsi dalam OLS adalah nilai rata-rata dari faktor pengganggu (µi) adalah nol. Untuk menguji apakah normal atau tidaknya faktor pengganggu, maka perlu dilakukan uji normalitas dengan menggunakan Jarque–Berra Test (J-B test).

Kriterianya:

a. Apabila nilai x2 tabel (0,05) nilai Jarque–Berra normality test

statistic, maka µi berdistribusi normal.


(57)

2. Multikolinieritas

Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi mempunyai korelasi antar variabel independen. Menurut Umar (2003:132) multikolinearitas adalah ada tidaknya korelasi yang sempurna atau korelasi yang tidak sempurna tetapi relatif tinggi pada variabel-variabel bebasnya.

Menurut Ghozali (2005:91), untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas di dalam model regresi adalah sebagai berikut:

a) Nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris sangat tinggi, tetapi secara individual variabel – variabel independennya banyak yang tidak signifikan mempengaruhi variabel dependen.

b) Menganalisis matrik korelasi variabel – variabel independen. Jika antar variabel independen ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya diatas 0,90), maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolinearitas. Tidak adanya korelasi yang tinggi antar variabel independen tidak berarti bebas dari multikolinearitas. Multikolinearitas dapat disebabkan karena adanya efek kombinasi dua atau lebih variabel independen.

c) Multikolinearitas dapat juga dilihat dari nilai tolerance dan lawannya yaitu variance inflation factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukan setiap variabel independen yang


(58)

dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Dalam pengertian sederhana setiap variabel independen menjadi variabel dependen (terikat) dan diregres terhadap variabel independen lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF=1/Tolerance). Nilai cut off yang umum dipakai untuk menunjukan adanya multikolinearitas adalah nilai tolerance < 0.10 atau sama dengan nilai VIF > 10.

3. Autokorelasi

Pengujian Autokorelasi menurut Ghozali (2005:95) bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi penganggu antara kesalahan penganggu pada periode t dengan kesalahan penganggu pada periode t-1. Autokorelasi menunjukkan adanya korelasi di antara data pengamatan yang tersusun baik seperti data cross sectional dan/atau time series. Autokorelasi menunjukkan adanya kesalahan penganggu (residual) tidak bebas dari satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika terjadi autokorelasi dalam model regresi berarti koefisien korelasi yang diperoleh menjadi tidak akurat, sehingga model regresi yang baik adalah model yang bebas dari autokorelasi.


(59)

Autokorelasi terjadi bila error term (µ) dari waktu yang berbeda berkorelasi. Model regresi linier klasik mengasumsikan bahwa faktor pengganggu yang berhubungan dengan observasi tidak dipengaruhi oleh faktor pengganggu pada pengamatan lainnya.

E(uiuj) = 0 i≠j

Ada beberapa cara untuk mengetahui keberadaan autokorelasi yaitu: a. Dengan menggunakan atau memplot grafik

b. Dengan uji Durbin-Watson (D-W Test) Uji D-W dirumuskan sebagai berikut:

D hitung ∑ –

Dengan hipotesis sebagai berikut: H0 = ρ = 0 (tidak ada autokorelasi) Ha = ρ≠ 0 (ada autokorelasi)

Untuk menguji masalah autokorelasi ini, kita harus menentukan besarnya nilai kritis dari du dan d1. Berdasarkan jumlah dari variabel independen, jika hipotesis nol menyatakan bahwa tidak terjadi autokorelasi, maka:

1. Jika DW < dt, maka H0 ditolak, berarti suatu persamaan regresi mengalami autokorelasi.

2. Jika du< DW < 4 – du, maka H0 diterima, berarti suatu persamaan regresi tidak mengalami autokorelasi.

3. Jika d1 ≤ DW ≤ du atau 4 – du ≤ DW ≤ 4 – d1, berarti pengujian tidak dapat disimpulkan.


(60)

4. Uji Heterokedastisitas

Menurut Imam Ghozali (2005:105), uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terdapat ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika varians dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedositas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Dan jika varians berbeda maka disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedasitas (Ghozali, 2006).

Heterokedastisitas adalah suatu penyimpangan dalam asumsi OLS dimana varian gangguan dari estimasi yang dihasilkan estimasi OLS tidak bernilai konstan. Akibat dari heterokedastisitas ini dapat mengakibatkan kesalahan dalam penaksiran sehingga koefisien regresi atau parameternya menjadi tidak efisien dan dapat menyesatkan peneliti dalam menyimpulkan hasil estimasi. Untuk mengetahui ada tidaknya heteroskedastisitas juga dapat diketahui dengan melakukan uji glejser. Jika variabel bebas signifikan secara statistik mempengaruhi variabel terikat maka ada indikasi terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2005:69).

Penggunaan keempat uji asumsi klasik dalam metode OLS merupakan uji untuk menghasilkan estimator linier tidak bias yang terbaik (Best Linier Unbias Estimator/BLUE ). Dan kondisi ini terpenuhi apabila mampu memenuhi keempat uji di atas.


(61)

3.9.2 Uji Kesesuaian (Test of Goodness of Fit) 1. Koefisien Determinasi (R-squared)

Koefisien determinasi dilakukan untuk melihat seberapa besar variabel-variabel independen secara bersama mampu memberikan penjelasan mengenai variabel dependen. Dimana nilai R2 antara 0 sampai 1 (0 <R2≤1).

2. Uji t-statistik

Uji t merupakan suatu pengujian yang bertujuan untuk mengetahui apakah masing – masing koefisien regresi signifikan atau tidak terhadap variabel dependen, dengan menganggap variabel dependen lainnya konstan.

Dalam uji ini digunakan hipotesis sebagai berikut: H0 : bi = 0

Ha : bi ≠ 0

Dimana bi adalah koefisien variabel independen ke-i adalah parameter hipotesis, biasanya b dianggap = 0. Artinya tidak ada pengaruh variabel Xi terhadap Y bila nilai t-hitung > t-tabel maka pada tingkat kepercayaan tertentu H0 ditolak. Hal ini berarti bahwa variabel dependen yang diuji berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen.

Nilai t-hitung dapat diperoleh dengan rumus:


(62)

dimana:

bi : Koefisien variabel independen ke-i b : Nilai hipotesis nol

Sbi : Simpanan baku dari variabel independen ke-i Kriteria pengambilan keputusan:

H0: β = 0 H0 diterima (t-hitung<t-tabel), artinya variabel independen secara parsial tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen.

Ha: β≠ 0 Ha diterima (t-hitung>t-tabel), artinya variabel independen secara parsial berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen.

3. Uji F – statistik

Uji F ini adalah pengujian yang bertujuan untuk mengetahui apakah variabel independen mampu secara bersama – sama mempengaruhi peningkatan variabel dependen.

Untuk pengujian ini digunakan hipotesa sebagai berikut:

Ho : b1≠ b2 ...bk = (tidak ada pengaruh) Ha: b2 = 0 ...i = (ada pengaruh)

Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan nilai F-statistik dengan F-tabel. Jika F-hitung>F-tabel maka Ho ditolak, yang berarti variabel independen secara bersama – sama mempengaruhi variabel dependen.


(63)

F hitung / – / –

dimana:

R2 : Koefisien determinasi K : Jumlah variabel independen n : Jumlah sampel

Kriteria pengambilan keputusan:

H0 : β1 = β2 = 0 H0 diterima (F-hitung < F-tabel), artinya variabel independen secara parsial tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen.

Ha : β1≠β2≠ 0 Ha diterima (F-hitung > F-tabel), artinya variabel independen secara parsial berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen.


(64)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Penelitian

Populasi yang dijadikan objek penelitian ini adalah beberapa perusahaan manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) dilihat dari data laporan keuangan selama periode tahun 2008 sampai dengan tahun 2011. Jumlah perusahaan manufaktur yang tercatat di BEI sebanyak 135 perusahaan. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 60 pengamatan yang terdiri dari 4time series (2008-2011) dan 15cross section (perusahaan manufaktur).

Sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Metode penentuan sampel yang digunakan adalah penentuan sampel secara purposive (purposive sampling). Penggunaan metode ini bertujuan untuk mendapatkan sampel yang konsisten dan representatif, sesuai dengan kriteria-kriteria yang digunakan.

Sesuai dengan jenis data yang diperlukan yaitu data sekunder dan sampel yang digunakan maka metode pengumpulan data kebijakan Deviden (DPR), ROE, dan Harga Saham dalam penelitian ini digunakan dengan teknik dokumentasi laporan keuangan perbankan setiap tahunnya yang dikeluarkan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI).

Adapun data yang dijadikan sebagai variabel dependen dari penelitian ini yaitu harga saham dari perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI selama periode tahun 2008-2011. Sementara itu, data yang menjadi variabel independen


(65)

dari penelitian ini adalah Dividend Payout Ratio (DPR) dan Return on Equity

(ROE) dari perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI selama periode tahun

2008-2011.

Tabel 4.1

Daftar Sampel PerusahaanManufaktur No Nama Perusahaan Manufaktur

1

PT Aqua Golden Missisippi Tbk 2

PT Astra Internasional Tbk 3

PT Astra Otoparts Tbk 4

PT Sepatu Bata Tbk 5

PT Gudang Garam Tbk 6

PT HM Sampoerna Tbk 7

PT Indofood Sukses Makmur Tbk 8

PT Kimia Farma Tbk 9

PT Merck Tbk 10

PT Mayora Indah Tbk 11

PT Multi Bintang Indonesia Tbk 12

PT Trias Sentosa Tbk 13

PT Unilever Indonesia Tbk 14

PT Mandom Tbk 15


(66)

Tabel 4.2

Dividend Payout Ratio

NO. Nama Perusahaan Tahun

2008 2009 2010 2011 1 PT Aqua Golden Missisippi

Tbk

17.95 17.98 17.97 17.96 2 PT Astra International Tbk 28.32 33.77 48.12 49.33 3 PT Astra Otoparts Tbk 7.66 15.76 23.45 32.67 4 PT Sepatu Bata Tbk 281.12 280.17 289.32 290.09 5 PT Gudang Garam Tbk 40.16 41.90 42.21 42.07 6 PT HM Sampoerna Tbk 32.43 33.09 23.90 35.49 7 PT Indofood Sukses Makmur

Tbk

41.43 41.45 41.90 42.88 8 PT Kimia Farma Tbk 32.9 33 34.09 34.23 9 PT Merck Tbk 66.9 45.67 55.23 65.12 10 PT Mayora Indah Tbk 23.33 23.67 24.74 25.02 11 PT Multi Bintang indonesia

Tbk

62.33 62.79 63 63.70 12 PT Trias Sentosa Tbk 34.50 34.23 32.10 29.27 13 PT Unilever Indonesia Tbk 206.69 201.01 199.13 200.12 14 PT Mandom Tbk 29.70 27.86 17.65 19.09 15 PT Lautan Luas Tbk 40.91 41.08 42.65 54.66


(67)

Tabel 4.3 Return on Equity

NO. Nama Perusahaan Tahun

2008 2009 2010 2011 1 PT Aqua Golden Missisippi Tbk 0.6 0.8 0.7 0.7 2 PT Astra International Tbk 1.1 1 1.2 1.3 3 PT Astra Otoparts Tbk 0.3 0.4 0.5 0.3 4 PT Sepatu Bata Tbk 0.3 0.3 0.4 0.5 5 PT Gudang Garam Tbk 0.7 0.6 0.7 0.8 6 PT HM Sampoerna Tbk 1.2 1.1 1.2 1.3 7 PT Indofood Sukses Makmur

Tbk

0.4 0.5 0.6 0.5 8 PT Kimia Farma Tbk 0.4 0.5 0.5 0.6 9 PT Merck Tbk 0.3 0.2 0.4 0.3 10 PT Mayora Indah Tbk 0.2 0.3 0.3 0.5 11 PT Multi Bintang indonesia Tbk 0.4 0.5 0.5 0.6 12 PT Trias Sentosa Tbk 0.2 0.4 0.5 0.3 13 PT Unilever Indonesia Tbk 0.7 0.8 0.9 0.9 14 PT Mandom Tbk 0.4 0.4 0.6 0.7 15 PT Lautan Luas Tbk 0.3 0.4 0.4 0.5


(68)

Tabel 4.4 Harga Saham

NO. Nama Perusahaan Tahun

2008 2009 2010 2011 1 PT Aqua Golden Missisippi Tbk 10.77 10.79 11.12 11.45 2 PT Astra International Tbk 10.22 10.23 9.12 10.09 3 PT Astra Otoparts Tbk 8.12 9.01 9.09 9.13 4 PT Sepatu Bata Tbk 10.05 10.09 10.57 10.56 5 PT Gudang Garam Tbk 10.05 10.09 10.14 10.59 6 PT HM Sampoerna Tbk 9.54 9.60 9.55 9.57 7 PT Indofood Sukses Makmur Tbk 7.85 7.87 7.91 8.01 8 PT Kimia Farma Tbk 5.72 5.67 5.71 5.69 9 PT Merck Tbk 7.63 7.65 7.49 7.51 10 PT Mayora Indah Tbk 7.49 7.50 7.53 7.60 11 PT Multi Bintang indonesia Tbk 10.94 11.09 11.12 11.35 12 PT Trias Sentosa Tbk 9.71 9.56 9.80 9.75 13 PT Unilever Indonesia Tbk 9.57 10.01 10.21 10.09 14 PT Mandom Tbk 7.43 7.40 7.49 7.56 15 PT Lautan Luas Tbk 8.91 8.97 9.01 9.07


(69)

Keterangan : DPR : Deviden Payout Ratio ROE : Return on Equity HS : Harga Saham

Dari data pada tabel 4.5 tersebut dapat disimpulkan bahwa:

1. Deviden Payout Ratio memiliki rata-rata sebesar 62.6757 dengan standar deviasi 74.01613 dengan jumlah data sebanyak 60.

2. Return On Equity memiliki rata-rata sebesar .5583 dengan standar deviasi .30213 dengan jumlah data sebanyak 60.

3. Harga Saham memiliki rata-rata sebesar 8.5168 dengan standar deviasi 1.70465 dengan jumlah data sebanyak 60.

4.2.2 Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas

Hasil dari uji normalitas dengan grafik histogram, normal probability plot, serta Kolmogorov-Smirnov Test ditunjukkan sebagai berikut:

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Statistik Diskripsi Data Penelitian

Diskripsi data penelitian dari masing-masing variable yang meliputi nilai mean, standar deviasi, maksimum dan minimum dapat dilihat pada table 4.5 berikut ini.

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

DPR 60 7.66 290.09 62.6757 74.01613

ROE 60 .20 1.30 .5583 .30213

HS 60 4.79 11.45 8.5168 1.70465


(70)

1. Grafik Histogram

Gambar 4.1 Uji Normalitas

Dari output di atas, terlihat cukup seimbang kiri kanan sehingga seimbang, maka data dapat dianggap normal.


(71)

2. Normal Probability Plot

Gambar 4.2 Uji Normalitas (2)

Dari tampilan output diatas maka dapat dilihat dari apabila titik-titik pada p-p p-plot diatas menyebar sesuai dengan garis diagonal maka data dap-pat dikatakan normal.


(1)

Lampiran 7

Hasil Uji Normalitas

Lampiran 6

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

DPR 60 7.66 290.09 62.6757 74.01613

ROE 60 .20 1.30 .5583 .30213

HS 60 4.79 11.45 8.5168 1.70465


(2)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 60

Normal Parametersa,b Mean .0000000

Std. Deviation 1.32825179

Most Extreme Differences Absolute .135

Positive .082

Negative -.135

Kolmogorov-Smirnov Z 1.049

Asymp. Sig. (2-tailed) .222

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.


(3)

Lampiran 8

Hasil Uji Multikolinieritas

Lampiran 9

Hasil Uji Autokorelasi

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .627a .393 .372 1.35135 1.374

a. Predictors: (Constant), ROE, DPR b. Dependent Variable: HS

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 6.365 .399 15.969 .000

DPR .008 .002 .346 3.351 .001 1.000 1.000

ROE 2.960 .582 .525 5.083 .000 1.000 1.000


(4)

Hasil Uji Heterokedastisitas

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 1.140 .258 4.425 .000

DPR -.003 .002 -.215 -1.664 .102

ROE .014 .376 .005 .037 .971

a. Dependent Variable: ABS_RES

Lampiran 11

Koefisien Determinasi

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 .627a .393 .372 1.35135

a. Predictors: (Constant), ROE, DPR b. Dependent Variable: HS


(5)

Lampiran 12

Hasil Uji-t

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 6.365 .399 15.969 .000

DPR .008 .002 .346 3.351 .001

ROE 2.960 .582 .525 5.083 .000

a. Dependent Variable: HS

Lampiran 13

Hasil Uji F

ANOVAb

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 67.352 2 33.676 18.441 .000a

Residual 104.091 57 1.826

Total 171.443 59

a. Predictors: (Constant), ROE, DPR b. Dependent Variable: HS


(6)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 6.365 .399 15.969 .000

DPR .008 .002 .346 3.351 .001

ROE 2.960 .582 .525 5.083 .000


Dokumen yang terkait

Pengaruh Return On Asset, Return On Equity, Dan Price Earning Ratio Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia

1 41 129

PENGARUH RETURN ON INVESTMENT, RETURN ON EQUITY DAN LEVERAGE TERHADAP HARGA SAHAM

1 14 19

PENGARUH RETURN ON ASSETS (ROA) , RETURN ON EQUITY (ROE) DAN NET PROFIT MARGIN (NPM) TERHADAP HARGA SAHAM PADA Pengaruh Return On Assets (Roa), Return On Equity(Roe) Dan Net Profit Margin(Npm) Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur Food And Beve

0 4 13

PENGARUH RETURN ON ASSETS (ROA), RETURN ON EQUITY (ROE) DAN NET PROFIT MARGIN (NPM) TERHADAP HARGA SAHAM PADA Pengaruh Return On Assets (Roa), Return On Equity(Roe) Dan Net Profit Margin(Npm) Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur Food And Bever

0 3 13

PENGARUH RETURN ON ASSETS (ROA), RETURN ON EQUITY (ROE) DAN NET PROFIT MARGIN (NPM) TERHADAP HARGA SAHAM Pengaruh Return On Assets (Roa), Return On Equity (ROE) Dan Net Profit Margin (Npm) Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di

0 1 15

PENGARUH RETURN ON ASSETS (ROA), RETURN ON EQUITY (ROE) DAN NET PROFIT MARGIN (NPM) TERHADAP HARGA SAHAM Pengaruh Return On Assets (Roa), Return On Equity (ROE) Dan Net Profit Margin (Npm) Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di

0 2 15

PENGARUH RETURN ON ASSET (ROA) DAN RETURN ON EQUITY (ROE) TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI ASEAN PERIODE 2013-2015.

2 5 111

Pengaruh Kebijakan Deviden dan Return On Equity Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur

0 0 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Pengaruh Kebijakan Deviden dan Return On Equity Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur

0 0 27

SKRIPSI PENGARUH KEBIJAKAN DEVIDEN DAN RETURN ON EQUITY TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR

0 0 12