DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) KABUPATEN SOPPENG 2017-2021

SOPPENG 2017-2021

BAB VII RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA Bagian ini menjabarkan rencana pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya yang

  mencakup empat sektor yaitu pengembangan kawasan permukiman, penataan bangunan dan lingkungan, pengembangan air minum, serta penyehatan lingkungan permukiman. Penjabaran perencanaan teknis untuk tiap-tiap sektor dimulai dari pemetaan isu-isu strategis yang mempengaruhi, penjabaran kondisi eksisting sebagai baseline awal perencanaan, serta permasalahan dan tantangan yang harus diantisipasi. Tahapan berikutnya adalah analisis kebutuhan dan pengkajian terhadap program-program sektoral, dengan mempertimbangkan kriteria kesiapan pelaksanaan kegiatan. Kemudian dilanjutkan dengan merumuskan usulan program dan kegiatan yang dibutuhkan.

7.1 PENGEMBANGAN PERMUKIMAN

  Mengacu pada UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, permukiman didefinisikan sebagai bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau perdesaan.

  Kegiatan pengembangan permukiman di Kabupaten Soppeng terdiri dari pengembangan permukiman kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan. Pengembangan permukiman kawasan perkotaan terdiri dari pengembangan kawasan permukiman baru dan peningkatan kualitas permukiman kumuh, sedangkan untuk pengembangan kawasan perdesaan terdiri dari pengembangan kawasan permukiman perdesaan, kawasan pusat pertumbuhan, serta desa tertinggal.

7.1.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan

7.1.1.1 Arah Kebijakan

  Arahan kebijakan pengembangan permukiman mengacu pada peraturanperundangan, antara lain:

  1. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan JangkaPanjang Nasional.

SOPPENG 2017-2021

  Arahan RPJMN Tahap 3 (2015-2019) menyatakan bahwa pemenuhan kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung bagi seluruh masyarakat terus meningkat, sehingga kondisi tersebut mendorong terwujudnya kota tanpa permukiman kumuh pada awal tahapan RPJMN berikutnya.

  2. Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan KawasanPermukiman.

  Pasal 4 mengamanatkan bahwa ruang lingkup penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman juga mencakup penyelenggaraan perumahan (butir c),penyelenggaraan kawasan permukiman (butir d), pemeliharaan dan perbaikan (butir e), serta pencegahan 3. Undang-Undang No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun.

  Pasal 15 mengamanatkan bahwa pembangunan rumah susun umum, rumahsusun khusus, dan rumah susun negara merupakan tanggung jawab pemerintah.

  4. Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan. Peraturan ini menetapkan salah satunya terkait dengan penanggulangan kemiskinan yang diimplementasikan dengan penanggulangan kawasan kumuh.Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang. Peraturan ini menetapkan target berkurangnya luas permukiman kumuh di kawasan perkotaan sebesar 10% pada tahun 2014.

  Pengembangan Permukiman di Kabupaten Soppeng dilaksanakan dengan upaya peningkatan kualitas permukiman kumuh, perkotaan dan perdesaan. Peningkatan pembangunan prasarana dan sarana ( infrasruktur ) Permukiman di kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa / Desa Pusat Pertumbuhan dan pada Desa terpencil / Desa tertinggal melalui program pemberdayaan masyarakat.Terkait dengan tugas dan wewenang pemerintah dalam pengembangan permukiman maka UU No. 1 Tahun 2011 mengamanatkan tugas dan wewenang sebagai berikut: A.

  Tugas 1.

  Pemerintah Pusat

  a) Merumuskan dan menetapkan kebijakan dan strategi nasional di bidang perumahan dan kawasan permukiman.

  b) Merumuskan dan menetapkan kebijakan nasional tentang penyediaan Kasiba dan Lisiba.

SOPPENG 2017-2021

  c) Mengawasi pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional di bidang perumahan dan kawasan permukiman.

f) Memfasilitasi pelaksanaan kebijakan dan strategi pada tingkat nasional.

2. Pemerintah Provinsi

  a) Menyusun dan melaksanakan kebijakan dan strategi pada tingkat kabupaten/kota di bidang perumahan dan kawasan permukiman dengan berpedoman pada kebijakan dan strategi nasional dan provinsi.

  d) Melaksanakan pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan peraturan perundang-undangan, kebijakan, strategi, serta program di bidang

  c) Menyelenggarakan fungsi operasionalisasi dan koordinasi terhadap pelaksanaan kebijakan kabupaten/kota dalam penyediaan rumah, perumahan, permukiman, lingkungan hunian, dan kawasan permukiman.

  b) Menyusun dan rencana pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

  g) Memfasilitasi penyediaan perumahan dan kawasan permukiman bagi masyarakat, terutama bagi MBR.

  d) Menyelenggarakan fungsi operasionalisasi dan koordinasi pelaksanaan

  f) Memfasilitasi pengelolaan prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahandan kawasan permukiman pada tingkat provinsi.

  e) Menyusun rencana pembangunan dan pengembangan perumahan dankawasan permukiman lintas kabupaten/kota.

  d) Menyelenggarakan fungsi operasionalisasi dan koordinasi pelaksanaankebijakan provinsi penyediaan rumah, perumahan, permukiman, lingkunganhunian, dan kawasan permukiman.

  c) Mengawasi pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional pada tingkat provinsi di bidang perumahan dan kawasan permukiman.

  b) Merumuskan dan menetapkan kebijakan penyediaan Kasiba dan Lisiba lintas kabupaten/kota.

  a) Merumuskan dan menetapkan kebijakan dan strategi pada tingkat provinsi di padakebijakan nasional.

  e) kebijakan nasional penyediaan rumah dan pengembangan lingkungan hunian dan kawasan permukiman.

h) Memfasilitasi pelaksanaan kebijakan dan strategi pada tingkat provinsi.

3. Pemerintah Kabupaten/Kota

  SOPPENG 2017-2021 perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

  c) Menyusun dan menyempurnakan peraturan perundangundangan bidang perumahan dan kawasan permukiman.

  Memfasilitasi pengelolaan prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan dan kawasan permukiman.

  Menetapkan kebijakan dan strategi nasional dalam penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman. j)

  h) Memfasilitasi peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh. i)

  g) Mengendalikan pelaksanaan kebijakan dan strategi di bidang perumahan dan kawasan permukiman.

  f) Mengevalusi peraturan perundang-undangan serta kebijakan dan strategi penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat nasional.

  e) Mengoordinasikan pengawasan dan pengendalian pelaksanaan peraturan perundang-undangan bidang perumahan dan kawasan permukiman.

  d) Memberdayakan pemangku kepentingan dalam bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat nasional.

  a) Menyusun dan menetapkan norma, standar, pedoman, dan criteria rumah, perumahan, permukiman, dan lingkungan hunian yang layak, sehat, dan aman.

  e) Melaksanakan kebijakan dan strategi pada tingkat kabupaten/kota.

  Pemerintah Pusat

  Wewenang 1.

  B.

  Mengawasi pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional dan provinsi di bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota. k) Menetapkan lokasi Kasiba dan Lisiba.

  Melaksanakan pengelolaan prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan dan kawasan permukiman. j)

  h) Melaksanakan kebijakan dan strategi provinsi dalam penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman berpedoman pada kebijakan nasional.

  g) Melaksanakan peningkatan kualitas perumahan dan permukiman.

  f) Melaksanakan melaksanakan peraturan perundang-undangan serta kebijakan dan strategi penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

b) Menyusun dan menyediakan basis data perumahan dan kawasan permukiman.

2. Pemerintah Provinsi

SOPPENG 2017-2021

  a) Menyusun dan menyediakan basis data perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat provinsi.

  b) Menyusun dan menyempurnakan peraturan perundangundangan bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat provinsi.

  c) Memberdayakan pemangku kepentingan dalam bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat provinsi.

  d) Mengoordinasikan pengawasan dan pengendalian pelaksanaan peraturan perundang-undangan, kebijakan, strategi, serta program di bidang perumahan e)

  Mengevaluasi peraturan perundang-undangan serta kebijakan dan strategi penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat provinsi.

  f) Memfasilitasi peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh pada tingkat provinsi.

  g) Mengoordinasikan pencadangan atau penyediaan tanah untuk pembangunan perumahan dan permukiman bagi MBR pada tingkat provinsi.

  h) Menetapkan Kebijakan dan Strategi daerah dalam penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman berpedoman pada kebijakan nasional.

3. Pemerintah Kabupaten/Kota Watansoppeng

  c) Memberdayakan pemangku kepentingan dalam bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

  d) Melaksanakan sinkronisasi dan sosialisasi peraturan perundang-undanganserta kebijakan dan strategi penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

  e) Mencadangkan atau menyediakan tanah untuk pembangunan perumahan dan permukiman bagi MBR.

  f) Menyediakan prasarana dan sarana pembangunan perumahan bagi MBR pada tingkat kabupaten/kota.

  g) Memfasilitasi kerja sama pada tingkat kabupaten/kota antara pemerintah kabupaten/kota dan badan hukum dalam penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman.

  h) Menetapkan lokasi perumahan dan permukiman sebagai perumahan kumuh

  a) Menyusun dan menyediakan basis data perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

  b) Menyusun dan menyempurnakan peraturan perundang-undangan bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

  SOPPENG 2017-2021 dan permukiman kumuh pada tingkat kabupaten/kota.

  i) Memfasilitasi peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh pada tingkat kabupaten/kota.

7.1.1.2 Lingkup Kegiatan

  Prioritas pembangunan permukiman di Kabupaten Soppengadalah: a.

  Peningkatan kualitas lingkungan pemukiman kumuh perkotaan tertuju padaKota Watansoppeng sebagaiprioritas utama dalam pembangunan strategis kawasan perkotaan di Kabupaten Soppeng. Peningkatan kualitas permukiman tersebut prasarana jaringan jalan lingkungan, peningkatan pelayanan air minum, pembangunan sistem pengelolaan limbah/ sanitasi lingkungan, serta pengelolaan persampahan. Pembangunan dari komponen sektor keciptakaryaan tersebut akan menjadi tolak ukur peningkatan kualitas lingkungan permukiman kumuh perkotaan.

  b.

  Pembangunan infrasturktur perdesaan; Program pembangunan infrastruktur perdesaan tahun 2018, 2019, dan 2020 diarahkan kepada desa-desa tertinggal dalam rangka pengentasan kemiskinan dan meningkatkan aksesibilitas masyarakat.

7.1.2 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan

7.1.2.1 Isu Strategis

  Setiap Kabupaten/Kota perlu melakukan identifikasi isu-isu strategis didaerahnya, berikut penjabaran isu-isu strategis pengembangan permukiman di Kabupaten Soppeng yang disajikan pada Tabel 7.1.

Tabel 7.1. Isu-Isu Strategis Sektor Pengembangan Permukiman di Kabupaten Soppeng No Strategis Keterangan

  Fungsi dan peran PKL Soppeng sebagai tempat pemusatan berbagai aktivitas wilayah, seperti pemusatan permukiman perkotaan, pusat pelayanan kegiatan sosial, ekonomi, budaya, dan pemerintahan, tentunya memerlukan pendekatan pola penanganan yang lebih terpadu, terintegrasi, komprehensif, dan berkelanjutan guna mewadahi aktivitas masyarakat dalam satu tatanan

  1 pengaturan pemanfaatan ruang yang harmonis, nyaman, dan produktif, sehingga dalam mengelola kawasan perkotaan Soppeng ini perlu melibatkan berbagai sektor pembangunan. Penting bagi kawasan perkotaan ini menjadikan bidang ke-ciptakaryaan sebagai katalisator penciptaan lingkungan perkotaan yang layak huni.

  Orientasi kawasan perkotaan pada Kawasan Perkotaan lingkungan yang 2 layak huni. dimana berkembang kelompok di permukiman kumuh yang kondisinya cukup memprihatinkan utamanya dari aspek prasarana dan sarana

  Sumber: RTRW Kabupaten Soppeng 2012

7.1.2.2 Kondisi Eksisting

  Program/kegiatan pembangunan permukiman berdasarkan tingkat permasalahan sosial ekonomi masayarakat baik perkotaan maupun di pedesan seperti peningkatan kualitas permukiman kumuh perkotaan, pembangunan infrastruktur pedesaan, yang lebih baik diperioritaskan pada desa

  Kondisi prasarana dan sarana permukiman secara kuantitas menyebar baik diperkotaan maupun di daerah pedesaan seperti peningkatan kualitas lingkungan perumahan kota, pembangunan infrastruktur pedesaan seperti peningkatan jalan/jembatan desa, ketersediaan air minum dan sanitasi serta fasiilitas umum lainnya.Ditinjau dari tingkat penyediaan PSD masih menunjukkan adanya indikator keterbatasan berkaitan dengan tingkat kebutuhan pelayanan kepada masyarakat terutama di daerah pedesaan

  SOPPENG 2017-2021 dasar lingkungan permukiman.

  3 Alokasi realisasi program peningkatan kualitas lingkungan permukiman pada Kawasan Perkotaan Soppeng ini belum mampu mengatasi secara signifikan permasalahan-permasalahan di seputar permukiman perkotaan, terutama kawasan permukiman masyarakat berpenghasilan rendah.

  4 Kawasan perkotaan Soppeng menjadi pusat distribusi pergerakan lintas provinsi yang tentunya menjadikan kawasan ini sebagai tempat transit bagi salah satu pelintas di jalur trans sulawesi.

  • – desa tertinggal dan pengembangan wilayah kecamatan terisolir.

  1 Perda Kabupaten Soppeng tentang Rencana Program Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Soppeng

  2 Perda Kabupaten Soppeng tentang Rencana Program Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Soppeng; 2016-2021

  3 Perda 08 tahun 2012 Kabupaten Soppeng tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Soppeng.

  4 Perda Bagungan Gedung (BG) Kabupaten Soppeng 2015

  Sumber: Bappeda Kabupaten soppeng 2016

Tabel 7.3. Kawasan Kumuh di Perkotaan Soppeng No Kec Kel/Desa Dusun/RT/RW Luas (Ha)

  1 LILIRILAU Kelurahan Cabengen

  2 Kelurahan Macanre

  3 Kelurahan Pajalensang

Tabel 7.2. PERDA yang terkait Pengembangan Permukiman di Kabupaten Soppeng No PERDA

SOPPENG 2017-2021

7.1.2.3 Permasalahan

  3. Pelaksanaan pembangunan bidang perumahan/ permukiman belum optimal, hal ini dipengaruhi oleh faktor ketersediaan sumberdaya manusia, organisasi, ketatalaksanaan,

  Kelembagaan daerah yang menangani bidang kecipta-karyaan masih lemah dalam penyelenggaraan pembangunan dan pengembangan permukiman.

  Secara umum yang menjadi tantangan pembangunan dan pengembangan permukiman di Kabupaten Soppeng dapat diuraikan sebagai berikut: 1.

  4. Aspek kelembagaan, aspek pendanaan dan aspek peran serta masyarakat.

  3. Belum berkembangnya Kawasan Perdesaan Potensial.

  2. Masih terbatasnya prasarana sarana dasar pada daerah tertinggal, pulau kecil,daerah terpencil, dan kawasan perbatasan.

  Masalah permukiman dapat dilihat pada dinamika perkembangan kota dan wilayah, serta konflik di dalam kehidupan bermasyarakat. Permasalahan pembangunan permukiman di Kabupaten Soppengadalah: 1. Masih Luasnya Kawasan kumuh sebagai permukiman tidak layak huni sehingga dapat menyebabkan terjadinya degradasi lingkungan dan pelayanan infrastruktur yang masih terbatas.

  Sumber: SK KumuhKab Soppeng 2016

  TOTAL

  10 Kelurahan Kaca

  9 Kelurahan Manorang Salo

  8 Kelurahan Attangsalo

  7 Kelurahan Batu-Batu

  6 MARIORIAWA Kelurahan Limpopajang

  5 Desa Kebo

  4 Desa Paroto

7.1.2.4 Tantangan

2. Percepatan peningkatan pelayanan kepada masyarakat.

  SOPPENG 2017-2021 serta dukungan prasarana dan sarana dasar.

  4. Aspek pembiayaan pembangunan perumahan dan permukiman, dalam hal ini mengintensifkan pembiayaan melalui sumber-sumber pembiayaan dari pihak swasta dan swadaya masyarakat, tentunya didukung oleh APBD Kabupaten, APBD Provinsi, APBN.

  5. Perhatian Pemerintah Daerah terhadap pembangunan bidang Cipta Karya yang masih rendah

  6. Aspek peran serta masyarakat, lemahnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya partisipasi sebagai pendampingan dalam pengembangan permukiman baik secara individual maupun organisasi masyarakat yang ada.

7. Penguatan Sinergi RP2KP dalam penyusunan RPIJM Kabupaten

7.1.3 Analisis Kebutuhan Pengembangan Permukiman

  Permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan permukiman di Kabupaten Soppeng, yaitu dari aspek kelembagaan, aspek pendanaan dan aspek peran serta masyarakat, maka sehubungan dengan hal tersebut ada beberapa alternatif pemecahan masalah yang direkomendasikan sebagai berikut: 1.

  Kelembagaan yang menangani bidang kecipta-karyaan khususnya pengembangan permukiman yang didukung dengan uraian tugas dan fungsi (tupoksi) yang jelas serta penempatan tenaga pelaksana sesuai dengan latar belakang pendidikan dan pengalaman kerja yang dimiliki.

  2. Adanya pengorganisasian pendanaan dari berbagai sumber (APBD Kabupaten, APBD Provinsi, APBN dan Swadaya) yang pelaksanaannya oleh Satker berada dalam SKPD.

  3. Peningkatan peran serta masyarakat dalam menangani program/ kegiatan pengembangan permukiman baik individu maupun organisasi masyarakat.

  4. Optimalisasi peningkatan peran serta swasta dalam penyelenggaraan pembangunan sektor perumahan dan permukiman.

7.1.4 Program-Program Sektor Pengembangan Permukiman

7.1.4.1 Program Kerja 1.

  Pembinaan Pengembangan Permukiman a.

  Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) b. Penyusunan Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) 2. Infrastruktur Kawasan Pemukiman Perkotaan

  SOPPENG 2017-2021 a.

  Peningkatan Infrastruktur Kawasan Permukiman Kumuh b. Peningkatan Infrastruktur Kawasan RSH 3. Rusunawa Beserta Infrstuktur Pendukungnya 4. Infrastruktur Kawasan Permukiman Perdesaan a.

  Pembangunan/Peningkatan Kawasan Permukiman Perdesaan Potensial b. Infrastruktur Kawasan Permukiman Rawan Bencana c. Infrastruktur Kawasan Pemukiman potensial agropolitan 5. Pemberdayaan Masyarakat (PPIP, PISEW, dan RIS PNPM).

7.1.4.2 Kesiapan (Readiness Criteria)

  Kriteria Kesiapan (Readiness Criteria)Dalam pengembangan permukiman terdapat kriteria yang menentukan, yang terdiridari kriteria umum dan khusus, sebagai berikut :

  1. Umum  Ada rencana kegiatan rinci yang diuraikan secara jelas.

   Indikator kinerja sesuai dengan yang ditetapkan dalam Renstra.  Kesiapan lahan (sudah tersedia).  Sudah tersedia DED.  Tersedia Dokumen Perencanaan Berbasis Kawasan (SPPIP, RPKPP, dan KSK)  Tersedia Dana Daerah untuk Urusan Bersama (DDUB) dan dana daerah untuk pembiayaan komponen kegiatan sehingga sistem bisa berfungsi.

   Ada unit pelaksana kegiatan.  Ada lembaga pengelola pasca konstruksi.

  2. Khusus

  a) Rusunawa  Kesediaan Pemda utk penandatanganan MoUdalam Rangka penanganan Kws.

  Kumuh  Kesanggupan Pemda untuk menyediakan Sambungan Listrik, Air Bersih, dan PSD lainnya  Ada calon penghuni

  b) PNPM Perkotaan

   Lokasi adalah kelurahan perkotaan mengacu data PODES 2008 dan sudah ditetapkan oleh Menko Kesra  Kel. perkotaan dengan penduduk miskin ≥ 10%

SOPPENG 2017-2021

   Dipilih kelurahan yang belum mendapatkan 3 kali putaran BLM dan yang sudah, tetapi jumlah KK miskin ≥ 25%  Kab/Kota menyediakan:

  DDUB sebesar 20

  • – 30% - BOP minimal 5% dari pagu BLM kab/kota
    • Provinsi menyediakan BOP 1% dari Pagu BLM Provinsi

  c) RIS PNPM  Sudah ada kesepakatan dengan Menkokesra.

   Desa di kecamatan yang tidak ditangani PNPM Inti lainnya.  Tingkat kemiskinan desa >25%.  Bupati menyanggupi mengikuti pedoman dan menyediakan BOP minimal 5% dari BLM.

  d) PPIP

   Hasil pembahasan dengan Komisi V - DPR RI  Usulan bupati, terutama kabupaten tertinggal yang belum ditangani program Cipta Karya lainnya  Kabupaten reguler/sebelumnya dengan kinerja baik  Tingkat kemiskinan desa >25%

7.1.5 Usulan Program dan Kegiatan

  Peningkatan kualitas permukiman tersebut dilakukan dengan peningkatan infrastruktur permukiman, seperti pembangunan prasarana jaringan jalan lingkungan, peningkatan pelayanan air minum, pembangunan sistem pengelolaan limbah/ sanitasi lingkungan, serta pengelolaan persampahan. Pembangunan dari komponen sektor keciptakaryaan tersebut akan menjadi tolak ukur peningkatan kualitas lingkungan permukiman kumuh perkotaan. Adapun usulan matriks program kegiatan 2017-2021 dapat dilihat pembahasan berikutnya yang ada di BAB VIII .

7.2 PENATAAN BANGUNAN & LINGKUNGAN

7.2.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan

  Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang, terutama untuk mewujudkan lingkungan binaan, baik di perkotaan maupun di perdesaan, khususnya wujud fisik bangunan gedung dan lingkungannya.Kebijakan penataan bangunan dan lingkungan Kabupaten Soppengyaitu :

  1. Bantuan teknis penyusunan pedoman pembangunan gedung dan lingkungan.

  2. Penguatan kelembagaan pemerintah daerah dan masyarakat

SOPPENG 2017-2021 3.

  Penyusunan NPSM sebagai tindak lanjut UU No. 28/2002 dan PP No. 36/2005 4. Pembinaan penyelenggaraaan bangunan gedung kepada pemangku kepentingan terkait 5. Bantuan teknis pembangunan bangunan gedung dan pelayanan pengelolaan rumah Negara 6. Penataan lingkungan permukiman kumuh, nelayan dan tradisional melelui pemberdayaan masyarakat.

  7. Penataan dan revitalisasi bangunan gedung bersejarah dan lingkungannya. Bidang Tata Bangunan Kabupaten Soppeng mempunyai fungsi :

  Pelaksanaan kebijakan mengenai penyelenggaraan bangunan gedung dan rumah negara beserta lingkungannya mengacu pada norma, standart, prosedur dan kriteria yang ada;

  2. Pelaksanaan pembangunan dan pembinaan teknis penyelenggaraan bangunan gedung dan rumah negara serta penataan bangunan dan lingkungannya;

  3. Pelaksanaan pembinaan teknis penyelenggaraan pemeliharaan dan perawatan bangunan gedung dan rumah negara beserta lingkungannya;

  4. Pelaksanaan pembinaan dan pemberdayaan jasa konstruksi serta pengelolaan bangunan gedung dan rumah negara;

  5. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas.

  Lingkup kegiatan untuk dapat mewujudkan lingkungan binaan yang baik sehingga terjadi peningkatan kualitas permukiman dan lingkungan meliputi:

  1. Kegiatan penataan lingkungan permukiman  Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL);  Bantuan Teknis pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH);  Pembangunan Prasarana dan Sarana peningkatan lingkungan pemukiman kumuh  Pembangunan prasarana dan sarana penataan lingkungan pemukiman tradisional.

  2. Kegiatan pembinaan teknis bangunan dan gedung  Diseminasi peraturan dan perundangan tentang penataan bangunan dan lingkungan;  Peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan dan gedung;  Pelatihan teknis.

  3. Kegiatan pemberdayaan masyarakat di perkotaan  Bantuan teknis penanggulangan kemiskinan di perkotaan;  Paket dan Replikasi

7.2.2 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan

7.2.2.1 Isu Strategis

SOPPENG 2017-2021 1.

  Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan; Masalah kemiskinan di Kabupaten Soppeng sudah sangat mendesak untuk ditangani khususnya di Perkotaan. Di mana salah satu ciri umum dari kemiskinan adalah minimnya infrastruktur Prasarana dan Sarana Dasar (PSD) yang memadai, kualitas lingkungan yang kumuh dan tidak layak huni. Pendekatan yang dilakukan adalah dengan memperkuat kelembagaan masyarakat dan menjalin kemitraan dengan masyarakat melalui program P2KP (Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan) Kabupaten Soppeng.

2. Kebutuhan Peningkatan Kualitas Lingkungan Permukiman Kumuh;

  Permukiman kumuh adalah permukiman yang kualitas lingkungannya sangat tidak layak huni antara lain karena berada pada lahan yang sangat tidak sesuai dengan peruntukan tata ruang, kepadatan dalam luasan sangat tinggi, kualitas bangunan tidak memadai dan tidak terlayani prasarana lingkungan yang memadai dan membahayakan keberlangsungan hidup dan penghidupan penghuninya. Upaya penataan kawasan kumuh tidak hanya pada aspek fisik saja tetapi juga melaui Konsep TRIDAYA/bersejarah tersebut.

  1. Peningkatan Kualitas Lingkungan Kawasan Tradisional/Bersejarah; Kawasan tradisional/bersejarah memiliki refleksi nilai budaya yang tinggi. Di sisi lain kawasan disekitarnya seringkali dijumpai tidak tertata dengan baik bahkan mengalami penurunan kualitas lingkungan. Demi menjaga kelestarian nilai budaya dari masyarakat dan meningkatkan kualitas lingkungan dibutuhkan upaya revitaliasasi kawasan tradisional Kabupaten Soppeng.

  2. Rehabilitasi Bangunan Gedung Negara Merupakan kegiatan berupa pengadaan, pemanfataan dan penghapusan baik fisik maupun administrasi dari Gedung-gedung dan Rumah-rumah negara. Pada pelaksanaan pemerintah pusat mendorong peran pemerintah daerah berkomitmen dalam pengelolaan GRN. Kegitan-kegiatan utama GRN terdiri Kegiatan Pembinaan Teknis dan kegiatan fisik.

  Berikut dijabarkan isu-isu strategis sektor penataan bangunan dan lingkungan di Kabupaten Soppeng sebagai berikut :

SOPPENG 2017-2021

Tabel 7.5. Isu Strategis Sektor PBL di Kabupaten Soppeng Tahun 2016

ISU STRATEGIS SEKTOR PBL NO KEGIATAN SEKTOR PBL KAB SOPPENG

  a. Peningkatan Kualitas Lingkungan Permukiman

  Kumuh

  1 Penataan Lingkungan Permukiman

  b. Peningkatan Kualitas Lingkungan Kawasan

  Tradisional/Bersejarah Penyelenggaraan Bangunan Gedung

  2 Rehabilitasi Bangunan Gedung Negara dan Rumah Negara Pemberdayaan Komunitas dalam

  3 Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan Penanggulangan Kemiskinan

  Sumber: RPIJM Kab Soppeng 2016 3.

  Kondisi Eksisting Penanganan tata bangunan dan lingkungan di Kabupaten Soppeng dilakukan melalui kebijaksanaan pemberian surat izin mendirikan bangunan (IMB) dan Pelaksanaan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan. Namun dalam hal ini belum banyak memberi dampak positif terhadap keserasian bangunan dan lingkungan masih bercampur baur kawasan perumahan, perdagangan dan pergudangan di daerah perkotaan, demikian pula dengan tidak tertibnya garis-garis sempadan bangunan menurut peruntukannya serta pemanfaatan ruang yang tidak terkendali baik di daerah perkotaan maupun di pedesaan terlihat pembangunan dan pemanfaatan lahan dilakukan pada kawasan non budidaya seperti pada kemiringan lahan >40%, dikawasan pinggiran sungai sehingga sering terjadi bencana banjir, tanah longsor dan bencana lainnya.

Tabel 7.6. Peraturan Daerah / Peraturan Bupati terkait Penataan Bangunan dan Lingkungan Di Kabupaten Soppeng Tahun 2016 Perda/Peraturan Gubernur/Peraturan Bupati/Peraturan lainnya No

  Ket No Tahun Tentang

  Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi

  1 Perda Prov Sulsel No 9 2009 Sulsel

  2 Perda Kab SoppengNo 8 2012 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Soppeng

Tabel 7.7. Pemberdayaan Komunitas Dalam Penanggulangan Kemiskinan Di Kabupaten Soppeng Tahun 2016 Ket No Kab/Kota Kegiatan PNPM Mandiri

  1 Kab Soppeng

  • P2KP

SOPPENG 2017-2021 4.

  Permasalahan dan Tantangan Dalam kegiatan penataan bangunan dan lingkungan terdapat beberapa permasalahan dan tantangan yang dihadapi, antara lain:

  1. Penataan Lingkungan Permukiman  Rendahnya Kualitas lingkungan dikawasan ,pusat kota,percampuran fungsi perdagangan dan perumahan.

   Masih rendahnya kondisi jalan lingkungan permukiman.  Belum tersedianya system proteksi kebakaran  Sudah tersedia rencana rinci bangunan dan lingkungan (RTBL) pada sebagian kawasan perkotaan namun belum operasional.

  2. Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara  Lemahnya pengaturan penyelenggaraan Bangunan Gedung di daerah serta rendahnya kualitas pelayanan publik dan perijinan;  Belum ada regulasi Pengaturan Bangunan;  Kurang ditegakkannya aturan keselamatan, keamanan dan kenyamanan

  Bangunan Gedung  Lingkungan perkantoran/ instansi pemerintah berada pada kawasan yang bertopografi rendah sehingga cenderung mengalami banjir pada musim hujan.

   sebagian kondisi fisk bangunan Perkantoran sudah tua sehingga perlu di revitalisasi dan di relokasi.

  3. Penyelenggaraan Sistem Terpadu Ruang Terbuka Hijau:  Kurangnya penyediaan taman kota, ruang publik dan ruang terbuka hijau  Kurangnya penyediaan fasilitas olahraga tingkat kabupaten 4.

  Kapasitas Kelembagaan Daerah  Masih terbatasnya kesadaran aparatur dan SDM pelaksana dalam pembinaan penyelenggaraan bangunan gedung termasuk pengawasan;  Masih perlunya peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan gedung dalam fasilitasi penyediaan perangkat pengaturan.

  (1) Analisis Kebutuhan Penataan Bangunan dan Lingkungan

  Penataan bangunan dan lingkungan bertujuan untuk menjamin kondisi bangunan (menata dan mengatur) karena akan dijadikan dasar pada masa yang akan datang. Jika ditinjau dari intensitas bangunan yang ada saat ini, maka penataan bangunan belum dilakukan dengan

SOPPENG 2017-2021

  baik. Rencana penataan bangunan dan lingkungan terutama pada daerah yang sudah terbangun harus memperhatikan kelestarian lingkungan. Untuk itu, maka pada beberapa daerah yang peruntukannya sebagai lahan bebas bangunan akan dijadikan sebagai open space untuk memberikan nuansa nuansa lingkungan yang asri.Analisis kebutuhan Program dan Kegiatan untuk sektor PBL oleh Kab/Kota, hendaknya mengacu pada Lingkup Tugas DJCK untuk sektor PBL yang dinyatakan pada Permen PU No. 8 Tahun 2010 yaitu : 1. Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman.

a) RTBL (Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan).

  Panduan bangunan Kawasan di Kabupaten Soppeng yang dimaksudkan untuk mengendalikan pemanfaatan ruang, penataan bangunan dan lingkungan, serta membuat materi pokok ketentuan program bangunan dan lingkungan, rencana umum dan panduan rancangan, rencana investasi, ketentuan pengendalian rencana, dan pedoman pengendalian pelaksanaan pengembangan Kawasan di Kabupaten Soppeng. Materi pokok dalam Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Kabupaten Soppengmeliputi: 1)

  Program Bangunan dan Lingkungan Pembangunan dan Pengembangan Kawasan di Kota Watansoppengadalah meningkatkan citra kawasan (pusat kota) Soppeng sebagai kawasan berbasiskan pusat pelayanan pemerintahan, pelayanan sosial ekonomi, perdagangan dan jasa yang didukung oleh kegiatan dan permukiman yang serasi, nyaman dan berwawasan lingkungan guna mendukung terwujudnya Kota Watansoppeng sebagai kawasan strategis pertumbuhan.

  2) Konsep Perancangan Struktur Tata Bangunan dan Lingkungan

  Konsep utama pengembangan struktur kawasan dari Kawasan Soppeng adalah penataan kembali dari struktur linier dimana semua pergerakan dan fungsi-fungsi kawasan berorientasi pada jalur jalan utamanya menjadi suatu struktur kawasan yang kompak dan diarahkan untuk memiliki nilai-nilai kualitas perancangan kawasan. 3)

  Konsep Komponen Perancangan Kawasan Pengembangan kawasan perencanaan sebagai urban epicentrum dipahami sebagai sebuah kawasan yang menjadi titik pusat orientasi Kabupaten Soppeng yang di dalamnya berkembang fungsi-fungsi pelayanan skala regional antara lain pusat pelayanan jasa dan pemerintahan, perdagangan serta pariwisata perkotaan. Karakter kawasan urban epicentrum memperlihatkan ciri-

SOPPENG 2017-2021

  ciri sebuah kawasan yang hidup (liveable dan vibrant) dengan ragam kegiatan di dalamnya yang berlangsung sangat intensif. Pengembangan dan pembangunan kawasan perencanaan harus mampu memadukan unsur-unsur serta nuansa kesejarahan dan budaya ke dalam sektor-sektor pembangunan serta Harus mampu mewadahi aspirasi-aspirasi masyarakat. Dalam perkembangannya, kawasan perencanaan ini diharapkan menjadi atau memiliki perbedaan dengan kawasan lainnya di Kota Watansoppeng, baik secara fisik, visual, lingkungan maupun suasana tempatnya. Blok Pengembangan Kawasan dan Program Penanganannya

  Zona pengembangan kawasan di Kota Watansoppeng dipusatkan pada kawasan di kecamatan Liliriaja dan sebagian Kecamatan Lalabata. 5)

  Rencana Umum Dan Panduan Rancangan Struktur Peruntukan Lahan Upaya menegaskan Kawasan Soppeng sebagai kawasan urban epicentrum sekaligus mem-vital-kannya secara optimal dan efisien, memerlukan suatu upaya untuk menambahkan fungsi-fungsi lainnya yang dapat mendukung fungsi dan kegiatan utama pusat kota.

  6) Rencana Perpetakan

  Rencana perpetakan lahan pada Kawasan perencanaan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu perepetakan tanah berupa sistem blok yang terdiri dari gabungan beberapa persil, dan sistem kapling/persil . 7)

  Rencana Tapak Rencana tapak pada wilayah perencanaan, secara umum tidak banyak mengalami perubahan, yaitu sebagai kawasan kawasan pusat kota. Namun untuk menunjang peranannya sebagai kawasan pusat kota maka perlu diciptakan suatu karakter khas pada masing-masing blok perencanaan. Hal yang dapat dilakukan adalah:

   jaringan jalan (jalan kendaraan atau jalan untuk pedestrian) di beberapa bagian blok, yang dapat membuka wilayah perencanaan dengan wilayah lain di sekitarnya.

   Membentuk jaringan pedestrian way yang menghubungkan semua unit perencanaan sehingga tercipta pedestrian freedom.  Mengupayakan agar bantaran bisa menjadi urban green space.  Menetapkan jarak bangungan terhadap jalan sedemikian rupa sehingga tercipta building alignment yang serasi.

SOPPENG 2017-2021

   Mengarahkan ketinggian bangunan, sehingga akan menghasilkan roof-lineyang berirama dan menghasilkan koridor jalan sebagai ruang closure.

   Untuk memperkuat „entrance masuk‟ pada kawasan dapat dibuat „Gerbang‟ sebagai focal point untuk kawasan melalui pengarahan ketinggian bangunan di sisi kiri-kanan jalan, sehingga bisa membentuk image sebagai gerbang, juga dapat dilakukan dengan membuka node yang ada serta menempatkan landmark berupa patung dan sejenisnya pada bundaran jalan (roundabout).

   Memberikan link antar bangunan berupa pedestrian shelter/ koridor bagi pejalan kaki, sehingga wilayah perencanaan bisa disebut sebagai kawasan yang pedestrian friendly.

  8) Intensitas Pemanfaatan lahan

  Konsep pengendalian intensitas kawasan urban epicentrum Soppeng adalah tercapainya pemanfaatan lahan yang lebih merata dan seimbang sesuai dengan tujuan peruntukan kawasan. Intensitas Pemanfaatan Lahan adalah perbandingan jumlah luas seluruh lantai bangunan terhadap luas tanah perpetakan / daerah perencanaan yang sesuai dengan rencana kota. Intensitas pemanfaatan lahan erat hubungannya dengan konsep peruntukkan lahan, terutama menyangkut besaran ruang yang ditempati oleh peruntukkan yang telah ditetapkan. Intensitas pemanfaatan lahan merupakan luas lantai maksimum yang dapat dibangun di atas sebidang lahan, hal tersebut memberi gambaran tentang skala pembangunan bagi kawasan Soppeng.

  Koefisien Lantai Bangunan adalah perbandingan jumlah total luas bangunan terhadap luas lantai dasar. Ketinggian bangunan ini perlu diatur agar terjadi keselarasan dan keharmonisan antar bangunan dan lingkungan. Penetapan besar KLB di kawasan perencanaan didasarkan pada pertimbangan sebagai berikut:

   Harga lahan  Ketersediaan dan tingkat pelayanan prasarana (jalan)  Dampak atau kebutuhan terhadap prasarana tambahan  Ekonomi dan pembiayaan

SOPPENG 2017-2021

  Rencana ketinggian bangunan maksimum yang dapat diterapkan di kawasan perencanaan adalah sebagai berikut :  Di sepanjang jalan arteri diperbolehkan maksimum berkisar antara 3 – 4 lantai

  (KLB maks = 4 x KDB) dengan tinggi puncak atap bangunan maksimum 20 meter dari lantai dasar.  Di sepanjang jalan kolektor diperbolehkan maksimum berkisar antara 2 – 3 lantai (KLB maks = 3 x KDB) dengan tinggi puncak atap bangunan maksimum 16 meter dari lantai dasar.

   Di sepanjang jalan lokal diperbolehkan maksimum 2 lantai (KLB maks = 2 x KDB) dengan tinggi puncak atap bangunan maksimum 12 meter dari lantai dasar.

  Koefisien Dasar Bangunan adalah perbandingan antara luas lantai dasar bangunan dan luas total keseluruhan tapak. Dengan menyisakan luasan beberapa meter persegi pada tapak dimaksudkan agar masih terdapat bidang-bidang peresapan air hujan di dalam tapak tersebut. Dengan menyisakan luasan kapling agar tidak didirikan bangunan, juga berdampak secara psikologis. Apabila seluruh kapling dipenuhi bangunan, maka kesan padat dan sesak akan sangat terasakan. Penetapan besar KDB di kawasan perencanaan didasarkan pada pertimbangan sebagai berikut:

   Tingkat pengisian / peresapan air (water recharge)  Besar pengaliran air  Jenis penggunaan lahan dan Harga lahan Rencana intensitas pemanfaatan lahan kawasan Soppeng :

   Permukiman, terdiri dari perumahan dengan KDB 50 – 60 %  Fasilitas Pendidikan, terdiri dari TK, SD, SLTP, SLTA, Akademi/PT, dan Pesantren dengan KDB 45 – 50 %.

   Fasilitas Kesehatan, terdiri dari rumah sakit bersalin, puskesmas, apotik, dan balai pengobatan dengan KDB 40 – 50 %.  Fasilitas Peribadatan, terdiri dari masjid, langgar / musholla, gereja, dan vihara dengan KDB 40 – 50 %.  Fasilitas Pemerintahan dan Pelayanan, terdiri dari kantor pemerintahan kota, kecamatan, balai desa, dan lain-lain dengan KDB 40 – 50 %.

SOPPENG 2017-2021

   Fasilitas Perdagangan dan Jasa, terdiri dari pasar, pertokoan, pasar swalayan, warung/kios, koperasi dengan KDB maksimum 70 % disesuaikan dengan lokasi dan karakteristik kegiatannya.

   Fasilitas Rekreasi dan Olah Raga, terdiri dari gedung gedung pertemuan, penginapan/losmen, hotel, rumah makan, dan sarana rekreasi lainnya dengan KDB

  60 – 70 %.  Taman dan Ruang Terbuka Hijau, berupa taman kota, taman lingkungan, lapangan olah raga dan lahan konservasi dengan KDB 5 – 10 %.

  9) Rencana Investasi

   Kegiatan pelaksanaan Rencana Tata Bangunan dan lingkungan kawasan Soppeng dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Soppeng, Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan, dan masyarakat KabupatenSoppeng.

   Seluruh kegiatan pembangunan harus mengacu kepada panduan Tata Bangunan dan Lingkungan yang ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten Soppeng.  Pelaksanaan kegiatan oleh masyarakat melalui pembangunan fisik bangunan di dalam lahan yang dikuasainya, termasuk pembangunan ruang terbuka hijau, ruang terbuka, dan sirkulasi pejalan kaki dengan tetap mengacu pada syarat dan ketentuan berlaku.

  10) Ketentuan Pengendalian Rencana

   Pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan melalui beberapa tahapan kegiatan diantaranya; penetapan peraturan zonasi, perizinan, pemberian insentif dan disensitif, serta pengenaan sanksi.

   Peraturan zonasi merupakan ketentuan yang mengatur tentang persyaratan pemanfaatan ruang dan ketentuan penegendaliannya dan disusun untuk setiap blok/zona peruntukan yang penetapan zonanya dalam rencana rinci tata ruang.

   Izin dalam pemanfaatan ruang sebagaimana yang diatur dalam undang-undang penataan ruang diatur oleh pemerintah Kabupaten Soppeng berdasarkan kewenangan dan ketentuan yang berlaku. Disamping itu dalam hal perizinan pemerintah dapat membatalkan izin apabila melanggar ketentuan yang berlaku.

   Izin pemanfaatan ruang yang diperoleh melalui prosedur yang benar tetapi kemudian terbukti tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah, dibatalkan oleh pemerintah daerah Kabupaten Soppeng sesuai dengan kewenangannya.

SOPPENG 2017-2021

   Perizinan pemanfaatan ruang dimaksudkan sebagai upaya penertiban pemanfaatan ruang sehingga setiap pemanfaatan ruang harus dilakukan sesuai rencana tata ruang.

   Izin pemanfaatan ruang diatur dan ditertibkan oleh pemerintah daerah Kabupaten Soppeng sesuai dengan kewenangannya masing-masing. Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang, baik yang dilengkapi dengan izin maupun yang tidak memiliki izin, dikenai sanksi administratif, sanksi pidana penjara, dan/atau sanksi pidana denda.

   Pemberian insentif dimaksudkan sebagai upaya untuk memberikan imbalan terhadap pelaksanaan kegiatan yang sejalan dengan rencana tata ruang, baik yang dilakukan oleh masyarakat maupun oleh pemerintah daerah. Bentuk insentif tersebut, antara lain dapat berupa keringanan pajak, pembangunan prasarana dan sarana (infrastruktur), pemberian kompensasi, kemudahan prosedur perizinan, dan pemberian penghargaan.

   Disisentif dimaksudkan sebagai perangkat untuk mencegah, membatasi pertumbuhan, dan/atau mengurangi kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang, yang antara lain dapat berupa pengenaan pajak yang tinggi, pembatasan, penyediaan prasarana dan sarana, serta pengenaan kompensasi dan penalti.

   Pemberian insentif dan disisentif dalam pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan supaya pemanfaatan ruang yang dilakukan sesuai dengan rencana tata ruang yang sudah di tetapkan.

   Insentif merupakan perangkat atau upaya untuk memberikan imbalan terhadap pelaksanaan kegiatan yang sejalan dengan rencana tata tuang, berupa : o keringanan pajak, pemberian kompensasi, subsidi silang, imbalan, sewa ruang, dan urun saham; o pembangunan serta pengadaan infrastruktur; o kemudahan prosedur perizinan; dan/atau o pemberian penghargaan kepada masyarakat, o swasta dan/atau pemerintah daerah.

  Disinsetif merupakan perangkat untuk mencegah, membatasi pertumbuhan, atau mengurangi kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang, berupa :

   pengenaan pajak yang tinggi yang disesuaikan dengan besarnya biaya yang dibutuhkan untuk mengatasi dampak yang ditimbulkan akibat pemanfaatan ruang; dan/atau

SOPPENG 2017-2021

   penalti; Insentif dan disisentif dalam penataan bangunan dan lingkungan diberikan

  pembatasan penyediaan infrastruktur, pengenaan kompensasi, dan

   dengan tetap menghormati hak masyarakat. 11)

  Pedoman Pengendalian Pelaksanaan Pengelola Kawasan Guna tercapainya keberhasilan operasionalisasi RTBL, dilaksanakan

   melalui pemasyarakatan secara menyeluruh, yaitu : Pemasyarakatan bagi keseluruhan dinas-dinas sektoral maupun instansi

   Pemasyarakatan kepada masyarakat luas melalui pemerintah kabupaten

   dengan melibatkan partisipasi masyarakat. Peran serta masyarakat dapat berbentuk: Bantuan pemikiran atau pertimbangan berkenaan dengan wujud

  • struktural dan pola pemanfaatan ruang kawasan perkotaan.

  Penyelenggaraan kegiatan pembangunan berdasarkan RTBL;

  • Konsolidasi pemanfaatan tanah, air, udara, dan sumberdaya alam
  • lainnya untuk tercapainya pemanfaatan ruang yang berkualitas;

  Perubahan atau konversi pemanfaatan ruang sesuai dengan RTBL;

  • Pemberian masukan untuk penetapan lokasi pemanfaatan ruang; dan
  • atau kegiatan menjaga, memelihara dan meningkatkan kelestarian fungsi lingkungan hidup.

  Peran Pemerintah Daerah (di bawah koordinasi Bappeda) dalam memasyarakatkan RTBL mempunyai pengaruh besar, yang akan menentukan tingkat keberhasilan pelaksanaannya.

  12) Program Pengendalian Pelaksanaan

   Pasal 43 direkomendasikan berdasarkan kebutuhan dari stakeholder kabupaten dan berawal dari permasalahan utama kawasan yang membutuhkan solusi yang tepat dan inovatif.

  Program-program yang menjadi prioritas utama sebagaimana dimaksud dalam