2.1.1 Implikasi Paradigma Konstruktivisme - Konsep Diri Mahasiswi yang Menikah Muda (Studi Deskriptif Kualitatif Mengenai Konsep Diri dengan Komunikasi Antarpribadi pada Mahasiswi Setelah Menikah Usia Muda di Kota Medan)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Perspektif/ Paradigma Kajian

  Orang yang pertama kali memperkenalkan istilah paradigma adalah Thomas Khun. Istilah paradigma sinonim dengan disciplinary matrix yang berarti perspektif atau weltanschauung yang menyusun penelitian dalam masyarakat ilmiah. Secara lebih formal paradigm didefinisikan sebagai suatu pandangan dunia dan model konseptual yang dimiliki oleh anggota masyarakat ilmiah yang menentukan cara mereka meneliti. Paradigma akan menentukan kualitas pertanyaan yang akan ditanyakan oleh peneliti dan jenis data yang bagaimana untuk menghasilkan jawaban (Bulaeng, 2004: 2).

  Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah Paradigma Konstruktivisme dengan model pendekatan kualitatif. Dalam penelitian ini, paradigma dan pandangan yang digunakan membimbing peneliti untuk masuk dan memahami proses pembentukan konsep diri. Paradigma konstruktivisme dalam ilmu sosial merupakan kritik terhadap paradigma positivisme, karena paradigma konstruktivisme menolak pandangan logika positivisme (Bulaeng, 2004: 12).

  Paradigma Konstruktivisme beranggapan bahwa dunia empiris tidaklah independen, melainkan persepsi dan interpretasi peneliti akan mempengaruhi apa yang dilihat peneliti saat meneliti. Konstruktivisme menolak perspektif deduksionis yang mempercayai bahwa pengalaman itu tidak berdiri sendiri, melainkan terpadu. Konstruktivisme beranggapan bahwa teori-teori komunikasi lebih dari sekedar hubungan statistik saja. Melainkan juga menjelaskan perilaku komunikasi dengan mengacu pada alasan-alasan seseorang berbicara dengan lainnya (Bulaeng, 2004: 12).

2.1.1 Implikasi Paradigma Konstruktivisme

  Menurut Khun, Hanson, dan Toulmin Implikasi dari paradigma konstruktivisme menerangkan bahwa penelitian ilmiah dilaksanakan dalam suatu perspektif global pandangan dunia yang membentuk proses penelitian. Konstruktivisme merupakan salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan

  8 bahwa pengetahuan kita adalah hasil konstruksi (bentukan) kita sendiri. Implikasi dari paradigma konstruktivisme digambarkan dengan komunikasi berbasis pada “Konsep diri”. Prinsip dasar konstruktivisme menerangkan bahwa tindakan seseorang ditentukan oleh konstruk diri sekaligus lingkungan luar dari perspektif diri. Sehingga komunikasi itu dapat dirumuskan, dimana ditentukan oleh diri di tengah pengaruh lingkungan luar (Bulaeng, 2004: 11).

2.2 Kajian Pustaka

  Teori dalam arti luas mampu untuk menyatukan semua pengetahuan tentang komunikasi yang kita miliki kedalam suatu kerangka teori yang terintegrasi (Craig dalam West & Turner 2009: 49). Hal ini mungkin dapat atau tidak dapat menjadi tujuan yang berarti (West & Turner, 2009: 49). Berdasarkan defenisi dan alasan tersebut, peneliti menggunakan teori-teori yang relavan dengan topik permasalahan yang akan diteliti, yakni sebagai berikut :

  2.2.1 Komunikasi

  Komunikasi merupakan salah satu istilah paling populer dalam kehidupan Manusia. Sebagai sebuah aktivitas, komunikasi selalu dilakukan manusia. Manusia tidak bisa tidak berkomunikasi. Jika manusia normal merupakan makhluk sosial yang selalu membangun interaksi antar sesamanya, maka komunikasi adalah sarananya. Banyak alasan kenapa manusia berkomunikasi. Thomas M. Scheidel mengatakan, orang berkomunikasi terutama untuk menyatakan dan mendukung identitas diri, dan untuk membangun kontak sosial dengan orang disekitarnya, dan untuk mempengaruhi orang lain untuk merasa, berpikir, atau berperilaku sebagaimana yang diinginkan. Namun tujuan utama komunikasi sejatinya adalah untuk mengendalikan lingkungan fisik dan psikologis. (Mulyana dalam Harapan, 2003: 3)

  2.2.2 Komunikasi antarpribadi

  Operrario dan Fiske (dalam Liliweri, 2015: 26), untuk membedakannya dengan jenis (konteks, level) komunikasi yang lain maka kita berpatokan pada beberapa aspek antara lain, jumlah komunikator dan komunikan, kedekatan fisik, sifat kegeseran umpan balik, jumlah saluran sensoris yang digunakan, deraajat formalitas, dan hakikat tujuan komunikasi.

  Miller (dalam Liliweri, 2015: 26) Komunikasi antar pribadi telah didefinisikan sebagai komunikasi yang terjadi pada basis tertentu denga sejumlah partisipan tertentu. Komunikasi antar pribadi terjadi antara dua orang ketika mereka mempunyai hubungan yang dekat sehingga mereka bisa segera menyampaikan umpan balik segera dengan banyak cara

  Joseph A.Devito (dalam Liliweri, 2015: 26) dalam bukunya interpersonal communication; komunikasi antar pribadi adalah : a.

  Proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang atau di antara sekelompok kecil orang-orang, dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika.

  b.

  Komunikasi yang menghubungkan antara para mitra yang romantik, para pelaku bisnis, dokter, pasien, dan lain-lain yang meliputi seluruh kehidupan manusia sehingga komunikasi antarpribadi terjadi karena interaksi antar pribadi yang mempengaruhi individu lain dalam berbagai cara tertentu.

  c.

  Interaksi verbal dan nonverbal antara dua atau lebih orang yang saling bergantung satu sama lain, interdependent people, dimana yang dimaksudkan dengan “interdependent individuals” adalah komunikasi antar pribadi yang terjadi antara orang-orang yang saling terkait dimana di antara mereka saling mempengaruhi satu sama lain (Liliweri, 2015: 26). Kebanyakan pakar ilmu komunikasi mendefinisikan komunikasi antar pribadi berdasarkan tingkat kepersonalan (personalness), atau kualitas penerimaan keberterimaan (perceived quality) interaksi (Harley dalam Liliweri, 2015: 27). Menurut dia, komunikasi antar pribadi meliputi komunikasi yang dilakukan secara personal antara beberapa jumlah kecil orang yang mempunyaihubungan yang sangat dekat (more than acquaintances) (Liliweri, 2015: 27).

  Menurut definisinya, fungsi adalah sebagai tujuan dimana komunikasi digunakan untuk mencapai tujuan tersebut. Fungsi utama komunikasi ialah mengendalikan lingkungan guna memperoleh imbalan-imbalan tertentu berupa fisik, ekonomi, dan sosial. Sebagaimana komunikasi insani (human

  communication) baik yang non-antarpribadi maupun yang antarpribadi semuanya mengenai pengedalian lingkungan guns mendapatkan imbalan seperti dalam bentuk fisik, ekonomi, dan sosial yang dinilai positif (Miller dan Steinberg dalam Budyatna & Ganiem, 2011: 27). Keberhasilan yang relative dalam melakukan pengendalian lingkungan melalui komunikasi menambah kemungkinan menjadi bahagia, kehidupan pribadi yang produktif. Kegagalan relatif mengarah kepada ketidakbahagiaan akhirnya bisa terjadi krisis identitas diri (Budyatna & Ganiem, 2011: 27).

  Griffin, 2010; Allan, 1984; Robbins, 2009; Spitzberg, 1984 (dalam Liliweri, 2015: 88) komunikasi antar pribadi mengisyaratkan empat tujuan sebagai berikut; agar, (1) saya ingin dimengerti orang lain (to be understood), (2) saya dapat mengerti orang lain (to understand others), (3) saya ingin diterima orang lain (to be accepted), dan (4) agar saya dan orang lain bersama-sama memperoleh sesuatu yang harus dikerjakan bersama-sama memperoleh sesuatu yang harus dikerjakan bersama (to get something done).

2.2.3 Teori Konsep Diri

  Konsep diri adalah semua ide pikiran, kepercayaan, dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhui individu dalam berhubungan dengan orang lain (Stuart dan Sundeen dalam Harapan, 2014: 87). Hal ini termasuk persepsi individu akan sifat dan kemampuannya, interaksi dengan orang lain dan lingkungan, nilai-nilai yang berkaitan dengan pengalaman dan objek, tujuan serta keinginan. Sedangkan Beck, William dan Rawlin (dalam harapan, 2014: 87) menyatakan bahwa konsep diri adalah cara individu memandang dirinya secara utuh, baik fiskal, emosional intelektual, sosial, dan spiritual.

  Diri sebagaimana dijelaskan William James (dalam Sobur, 2013: 108) yang kemudian berkembang ialah komposisi pikiran dan perasaan yang menjadi kesadaran seseorang mengenai eksistensi individualitasnya, pengamatannya tentang apa yang merupakan miliknya, pengertiannya mengenai siapakah dia itu, serta perasaannya tentang sifat-sifatnya kualitas dan segala miliknya. Diri seseorang adalah jumlah total dari apa yang kita sebut kepunyaannya.

  Konsep diri merupakan pandangan kita mengenai siapa diri kita, dan itu hanya bisa kita peroleh lewat informasi yang diberikan orang lain kepada kita. Manusia yang tidak pernah berkomunikasi dengan manusia lainnya tidak mungkin memunyai kesadaran bahwa dirinya adalah manusia. Kita sadar bahwa kita manusia karena orang-orang di sekeliling kita menunjukkan kepada kita lewat perilaku verbal dan non verbal mereka bahwa kita manusia (Mulyana, 2007:8).

  William D. Brooks (dalam Harapan, 2014: 87), konsep diri merupakan faktor yang sangat penting dan menentukan dalam komunikasi antar pribadi. Kunci keberhasilan hidup seseorang guru adalah konsep diri positif. Konsep diri memainkan peran yang sangat besar dalam menentukan keberhasilan hidup seseorang, karena konsep diri dapat dianalogikan sebagai suatu operating system dalam menjalankan komputer. Tingkah laku individu sangat bergantung pada kualitas konsep dirinya, yaitu konsep diri positif ataupun konsep diri negatif. Konsep diri terbentuk bisa dari lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat

  a. Konsep Diri Positif Brooks dan Emmart (dalam Harapan, 2014: 89), orang yang memiliki konsep diri poisitif menunjukkan karakteristik sebagai berikut :

  • kemampuan subjektif untuk mengatasi persoalan-persoalan objekfif yang dihadapi.

  Merasa mampu mengatasi masalah. Pemahaman diri terhadap

  • dilahirkan tidak dengan membawa pengetahuan dan kekayaan. Pengetahuan dan kekayaan didapatkan dari proses belajar dan bekerja sepanjang hidup. Pemahaman tersebut menyebabkan individu tidak merasa lebih atau kurang dibandingkan dengan orang lain.

  Merasa setara dengan orang lain. Pemahaman bahwa manusia

  • penghargaan layak diberikan terhadap individu berdasarkan dari hasil apa yang telah dikerjakannya sebelumnya.

  Menerima pujian tanpa rasa malu. Pemahaman terhadap pujian, atau

  • proses refleksi diri untuk memperbaiki perilaku yang dianggap kurang.

  Merasa mampu memperbaiki diri. Kemampuan untuk melakukan

  b. Konsep Diri Negatif Sedangkan orang yang memiliki konsep diri negatif menunjukkan karakteristik sebagai berikut:

  • dari orang lain sebagai proses refleksi diri.

  Peka terhadap kritik. Kurangnya kemampuan untuk menerima kritik

  • tindakan yang telah dilakukan, sehingga merasa segala tindakkannya perlu mendapat penghargaan.

  Bersikap responsive terhadap pujian. Bersikap berlebihan terhadap

  • setiap orang disekitarnya memandang dirinya negative.

  Cenderung merasa tidak disukai orang lain. Perasaan subjektif bahwa

  • berlebihan terhadap orang lain.

  Mempunyai sikap hiperkritik. Suka melakukan kritik negatif

  • Merasa kurang mampu dalam berintekrasi dengan orang-orang lain di sekitarnya (Harapan, 2014: 89).

  Mengalamihambatan dalam interaksi dengan lingkungan sosialnya.

  Faktor yang mempengaruhi konsep diri adalah orang lain, significant others, reference group (William D.Brooks dalam Harapan 2014: 90). Ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan konsep diri. Faktor- faktor tersebut terdiri dari teori perkembangan, significant other, dan self

  perception (Struart dan Sydeen dalam Harapan 2014: 90).

  a. Teori Perkembangan Konsep diri belum ada sewaktu seseorang dilahirkan. Konsep diri berkembang secara bertahap sejak lahir seperti mulai mengenal dan membedakan dirinya dengan orang lain. Dalam melakukan kegiatannya memiliki batasan diri yang terpisah daril ingkungan dan berkembang melalui kegiatan eksplorasi lingkungan melalui bahasa, pengalaman, atau pengenalan tubuh, nama panggilan, pengalaman budaya dan hubungan antarpribadi, kemampuan pada area tertentu yang dinilai oleh diri sendiri atau masyarakat serta aktualisasi diri dengan merealisasi potensi yang nyata. (Harapan, 2014: 90).

  b. Significant Other Significant Other adalah istilah lain untuk orang yang terpenting atau yang terdekat. Dalam hal ini konsep diri dipelajari melalui kontak dan pengalaman dengan orang lain, belajar diri sendiri melalui cermin orang lain yaitu dengan cara pandang diri merupakan interpretasi diri dari pandangan lain terhadap dirinya.

  Seoran anak sangat dipengaruhi orang yang ada di dekatnya. Seorang remaja dipengaruhui oleh orang lain yang dekat dengan dirinya, pengaruh orang dekat atau orang penting sepanjang siklus hidup, pengaruh budaya dan sosialisasi sangat penting dalam membentuk konsep diri (Harapan, 2014: 90).

  c. Self Perception Merupakan persepsi individu terhadap diri sendiri dan penilaiannya, serta perspsi individu terhadap pengalamannya pada situasi tertentu. Konsep diri dapat dibentuk melalui pandangan diri dan pengalaman positif. Sehingga konsep merupakan aspek kritikal dan dasar dari perilaku individu. Individu dengan konsep diri positif dapat berfungsi lebih efektif bila dilihat dari kemampuan antarpribadi, kemampuan intelektual, dan penguasaan lingkungan. Sedangkan konsep diri negatif dapat dilihat dari hubungan individu dan social yang terganggu. (Harapan, 2014: 90).

  Stuart dan Sendeen (dalam Harapan, 2014: 91) penilaian tentang konsep diri dapat dilihat berdasarkan tentang respons konsep diri, mulai dari respon adaptif sampai respon maladatif seperti terlihat pada gambar berikut. Parks Subert (dalam harapan, 2014: 91) menyatakan komunikasi antarpribadi bertujuan untuk memahami dan memperbaiki hubungan dengan orang lain. Dari hubungan dan jalinan komunikasi antarpribadi yang terlihat. Abizar (dalam Harapan, 2014: 91) mengatakan “dalam komunikasi antarpribadi aka nada suatu hubungan antara konsep diri seseorang dengan apa yang dipikirkan orang lain mengenai diriny a”.

  Dalam hubungannya dengan komunikasi antarpribadi, maka bagaimana watak dari komunikasi antarpribadi tersebut, semuanya akan bersumber dari konsep diri. Terdapat interkorelasi antara konsep diri dengan apa yang orang lain pikirkan mengenai dirinya. Misalnya anda mepersentasikan diri pada orang lain, dan keadaan ini mempengaruhi impresinya, mempengaruhi konsep anda tentang diri. Harus dibayangkan bahwa proses yang sama juga terjadi pada individu dengan siapa ia berhubungan. Atas dasar peran timbal balik tersebut, dengan singkat dapat dikatakan bahwa komunikasi antarpribadi fungsinya adalah membentuk consensus mengenai konsep diri. Strukturnya adalah hubungan dua orang dalam persahabatan atau jejaring keluarga dan prosesnya adalah pengembangan, presentasi, dan validasi konsep diri. Perlu diterangkan bahwa prinsip komunikasi antarpribadi bertitik tolak pada fungsi, lalu struktur dan proses yang diterangkan oleh fungsi tersebut. Secara Tradisional, konsep diri dipandang sebagai informasi yang dimiliki individu mengenai hubungan objek ataupun kelompok objek dengan dirinya. Objek adalah segala sesuatu yang ditemui dalam lingkungan dan dapat dibedakan atas orang-orang , tempat-tempat, benda-benda hidup dan mati, dan pesan-pesan.(Harapan, 2014: 93)

  Abiza (dalam Harapan, 2014: 93) bila mau bertindak sehubungan dengan objek tersebut, seseorang harus memastikan apakah objek tersebut dan bagaimana objek tersebut dengan dirinya, dari segi aksi yang tepat dalam keadaan yang tepat. LaRossan dan Reitzes (dalam West & Turner, 2009: 101), menggambarkan individu dengan diri yang aktif, didasarkan pada interaksi sosial dengan orang lainnya dan cara orang mengembangkan konsep diri, yaitu : a Individu-individu mengembangkan konsep diri melalui interaksi dengan orang lain.

  Asumsi ini menyatakan bahwa kita membangun perasaan akan diri tidak selamanya melalui kontak dengan orang lain. Orang-orang tidak lahir dengan konsep diri, mereka belajar tentang diri mereka melalui interaksi. Menurut SI

  (Symbolic Interaction Theory ), bayi tidak mempunyai perasaan mengenai dirinya

  sebagai individu. Selama tahun pertama kehidupannya, anak-anak mulai untuk membedakan dirinya dari alam sekitanya. Ini merupakan perkembangan paling awal dari konsep diri. Proses ini terus berlanjut melalui proses anak mempelajari bahasa dan kemampuan untuk memberikan respons kepada orang lain serta menginternalisasi umpan balik yang dia terima.

  b. Konsep diri memberikan motif yang penting untuk perilaku.

  Pemikiran bahwa keyakinan, nilai, perasaan, penilaian-penilaian mengenai diri mempengaruhi perilaku adalah sebuah prinsip pentimg pada SI (Symbolic

  Interaction Theory) . Mead berpendapat bahwa karena manusia memiliki diri, mereka memiliki mekanisme untuk berinteraksi dengan dirinya sendiri.

  Mekanisme ini digunakan untuk menuntun perilaku dan sikap. Mead melihat diri sebagai proses, bukan struktur. Memiliki diri memaksa orang untuk mengontruksi tindakan dan responsnya, daripada sekedar mengeksperisikannya. Proses ini sering kali. Proses ini sering kali dikatakan sebagai prediksi pemenuhan diri (self-

  , atau pengharapan akan diri yang menyebabkan seseorang

  fulfilling prophecy) untuk berperilaku sedemikian rupa sehingga harapannya terwujud (West & Turner, 2009: 102).

  2.2.4 Human Relation

  Human relation adalah komunikasi persuasif yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain secara tatap muka dalam segala situasi dan dalam semua bidang kehidupan, sehingga menimbulkan kebahagiaan dan kepuasan hati pada kedua belah pihak (Effendy, 2009: 48). Ada dua faktor yang menentukan sifat tabeat manusia yakni pembawaan sejak lahir (heredity) dan lingkungan hidupnya (environment).Yang menjadi dasar dari watak sifat tabeat seseorang ialah sifat-sifat yang dimilikinya begitu ia dilahirkan, sifat mana adalah warisan dari orang tuanya dan nenek moyangnya. (Effendy, 2009: 54).

  Sifat-sifat tersebut terpengaruhi oleh lingkungan di mana ia hidup. Lingkungan akan menentukan apakah sifat-sifat yang dibawanya sejak lahir itu akan berkembang atau tertahan. Interaksi dengan orang-orang dalam lingkungannya akan berpengaruh kepada sifat-sifat yang sudah ada padanya. Yang diartikan pengaruh di sini ialah bahwa sifat-sifat yang sudah ada itu berkembang atau tertahan, tetapi tidak mematikan. Dalam perjalanan hidupnya, dalam beritnteraksi dengan lingkungannya, seseorang menangkap kesan-kesan dari luar dirinya melalui panca inderanya. Yang ia lihat, yang ia dengar, dan sebagainya masuk di alam sadarnya dan berhimpun di alam bawah sadarnya, berpadu dengan kesan-kesan pengalaman warisan nenek moyangnya yang ada sejak ia lahir. Kesan-kesan pengalaman sendiri yang bersatu dengan kesan-kesan pengalaman nenek moyangnya, pada orang yang satu berbrda dengan orang lainnya. Dan itulah yang menimbulkan perbedaan sifat tabeat manusia. Karena itu untuk mengetahui pribadi harus mengetahui pula pula kehidupan orang tua dan enenk moyangnya (Effendy, 2009: 54).

  2.2.5 Teori Penilaian Sosial

  Teori ini dikembangkan oleh Muzafer Sheriff, dkk, dan membahas mengenai bagaimana orang memberi penilaian terhadap pesan-pesan yang ada. Penelitian menunjukkan bahwa orang membuat penilaian berdasarkan jangkar atau poin-poin referensi. Pada persepsi sosial, jangkar merupakan sesuatu yang internal dan berdasarkan pengalaman. (Hutagalung, 2015: 68).

  Teori penilaian sosial membuat prediksi mengenai perubahan sikap sebagai berikut : a.

  Suatu pesan yang berada dalam ruangan penerimaan cenderung mendukung adanya perubahan sikap.

  b.

  Pada saat seseorang menilai sebuah pesan yang berada dalam ruang penolakan, perubahan sikap akan berkurang atau bahkan tidak ada sama sekali.

  c.

  Diantara ruang penerimaan dan ruang tanpa komitmen semakin dekat pesan dilihat dari sudut pandang pribadi, maka semakin mungkin terjadinya perubahan sikap (Hutagalung, 2015: 68).

  d.

  Semakin kuat keterlibatan ego pada suatu isu, semakin besar ruang penolakan, semakin kecil ruang tanpa komitmen, dan saat itu semakin kecil adanya perubahan sikap yang diharapkan (Hutagalung, 2015: 69).

2.3 Model Teoritik

  Kerangka pemikiran merupakan suatu orientasi sederhana terhadap hal yang akan diteliti. Kerangka tersebut merumuskan suatu model terperinci dari masalah yang ada beserta pemecahannya. Dalam pengertian ini, kerangka pemikirannya adalah sebagai berikut:

  Mahasiswi yang Menikah Usia Muda di Konsep Diri Kota Medan

  Mahasiswi yang Menikah Muda di Komunikasi Kota Medan

  Antarpribadi (Konsep Diri Positif dan Konsep Diri Persepsi Masyarakat

  Negatif) Lingkungan

Dokumen yang terkait

BAB II Tinjauan Umum Tentang Perjanjian A. Pengertian dan Hakekat Perjanjian - Tinjauan Yuridis Terhadap Pelaksanaan Perjanjian Pemborongan Bangunan Pabrik Kelapa Sawit Antara PT. Bima Dwi Pertiwi Nusantara Dengan PT. Mutiara Sawit Lestari

0 0 34

BAB I Pendahuluan A. Latar belakang Masalah - Tinjauan Yuridis Terhadap Pelaksanaan Perjanjian Pemborongan Bangunan Pabrik Kelapa Sawit Antara PT. Bima Dwi Pertiwi Nusantara Dengan PT. Mutiara Sawit Lestari

0 1 14

Distribusi Gulma Rumput belulang (Eleusine indicaL. Gaertn )Resisten-Glifosat dan Parakuat di Perkebunan Kelapa Sawit Adolina PTPN IV Serdang Bedagai

1 1 30

Distribusi Gulma Rumput belulang (Eleusine indicaL. Gaertn )Resisten-Glifosat dan Parakuat di Perkebunan Kelapa Sawit Adolina PTPN IV Serdang Bedagai

0 0 9

Adapun manfaat penelitian ini diharapkan dengan pemeriksaan kadar enzim katalase pada wanita menopause dapat memahami ketidakseimbangan metabolisme tubuh pada proses penuaan (aging) di masa menopause dan dapat menjalani masa menopause dengan keluhan yang

0 1 37

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Menopause - Perbedaan Kadar Enzim Katalase Pada Wanita Menopause Dan Wanita Usia Reproduktif

0 0 23

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ekosistem Sungai Batang Toru - Keanekaragaman Ikan di Perairan Sungai Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan, Provinsi Sumatera Utara

0 0 6

BAB II BAGAIMANA PERATURAN PER UNDANG-UNDANGAN TERKAIT TENTANG LARANGAN MELAKUKAN EKSPLOITASI ANAK DALAM TINDAK PIDANA KESUSILAAN MENURUT PER UNDANG-UNDANGAN 1. KUHP - Peran Kepolisian Terhadap Eksploitasi Anak Terhadap Tindak Pidana Kesusilaan (Studi Pol

0 0 16

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG - Peran Kepolisian Terhadap Eksploitasi Anak Terhadap Tindak Pidana Kesusilaan (Studi Polsekta Medan Baru)

0 0 20

b. Pertanyaan Umum - Konsep Diri Mahasiswi yang Menikah Muda (Studi Deskriptif Kualitatif Mengenai Konsep Diri dengan Komunikasi Antarpribadi pada Mahasiswi Setelah Menikah Usia Muda di Kota Medan)

0 1 64