PENGARUH PEMBERIAN MASSAGE PETRISSAGE TERHADAP PENURUNAN DISMENOREA PADA SISWI MAN 2 SUMBAWA BESAR
PENGARUH PEMBERIAN MASSAGE PETRISSAGE TERHADAP PENURUNAN
DISMENOREA PADA SISWI MAN 2 SUMBAWA BESAR1
2
3
4 Eti Sumiati, Citra Sepriana, Maria Yosevina Agatha, Desi Oktviani 1,2,3,4
Staf Pengajar Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mataram Email
ABSTRAK
Angka kejadian nyeri haid di dunia sangat besar. Rata-rata lebih dari 50% perempuan di setiap negara mengalami nyeri haid. Diperkirakan 55% perempuan Indonesia usia produktif mengalami nyeri haid. Salah satu tindakan nonfarmakologi untuk menurunkan dismenorea (nyeri haid) adalah pemberian massage petrissage yang dapat membantu meningkatkan aliran darah dan meningkatkan relaksasi fisik. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian massage petrissage terhadap penurunan
dismenorea pada siswi MAN 2 Sumbawa Besar.
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan desain pra-eksperimen dengan rancangan one group pretest-postest. Subyek penelitian adalah siswi MAN 2 Sumbawa Besar yang mengalami dismenorea. Teknik pengambilan sampel yaitu accidental sampling. Jumlah sampel sebanyak 30 responden. Analisis data yaitu menggunakan uji t. Hasil penelitian menunjukan bahwa pemberian massage petrissage dapat menurunkan rasa nyeri pada responden karena sebelum diberikan massage petrissage sebanyak 23 (76,7%) responden mengalami nyeri haid akan tetapi turun menjadi 2 (6,7%) responden setelah diberikan massage petrissage. Hasil analisis data dengan uji t diperoleh taraf signifikansi sebesar 0,000 (p < 0,05), artinya terdapat pengaruh yang bermakna antara tingkat nyeri sebelum dan sesudah diberikan perlakuan massage petrissage pada siswi MAN 2 Sumbawa Besar. Kata-kata kunci: Massage petrissage, dismenorea, remaja
PENDAHULUAN pembuahan, maka akan terjadi
Masa remaja adalah suatu tahapan pendarahan (menstruasi). Menstruai antara masa kanak-kanak dengan masa terjadi secara periodik satu bulan sekali. dewasa. Istilah ini menunjukan masa dari Setiap wanita sehat yang tidak sedang awal pubertas sampai tercapainya hamil dan menopause akan mendapat kematangan, biasanya mulai dari usia 14 menstruasi secara teratur. Menstruasi tahun pada pria dan 12 tahun pada merupakan bagian dari siklus menstruasi, wanita. Pertumbuhan dan perkembangan suatu komponen penting dalam siklus pada masa remaja sangat pesat, baik fisik reproduksi wanita female reproductive maupun psikologis. Masa pubertas bagi cycle, (FRC) . Menstruasi merupakan wanita biasanya mudah dilihat, pada gejala biologis alami, progresif dan remaja putri ditandai dengan perubahan positif sebagai tanda biologis dari fisik yang khas yaitu pematangan sistem kematangan seksual, sehingga peristiwa reproduksi yang mudah dikenal salah ini seharusnya diterima dengan sikap satunya adalah menstruasi (Properawati wajar (Reeder, 2011). & Misaroh, 2009). Menstruasi terkadang tidak bisa
Setiap bulan wanita melepaskan direspon atau diterima dengan sikap satu sel telur dari salah satu ovariumnya. wajar karena wanita memiliki keluhan Bila sel telur ini tidak mengalami rasa tidak nyaman ketika menstruasi. Rasa ketidaknyamanan jika tidak diatasi akan mempengaruhi fungsi mental dan fisik individu sehingga mendesak untuk segera mengambil tindakan seperti terapi secara farmakologis atau non farmakologis. Dalam lingkup keperawatan dikembangkan terapi non farmakologis sebagai tindakan mandiri perawat. Menurut Abidin (2005) gangguan menstruasi dalam masa reproduksi meliputi hipermenorea,
hipomenorea, polimenorea, oligomenorea, amenorea dan disminorea.
Masase kulit memberikan efek
petrissage terhadap penurunan dismenorea pada siswi MAN 2
Berdasarkan informasi tersebut maka perlu dilakukan penelitian pengaruh pemberian massage petrissage terhadap penurunan dismenorea pada siswi MAN 2 Sumbawa Besar. Oleh karena itu, tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian massage
Survei pendahuluan di MAN 2 Sumbawa Besar didapatkan jumlah siswa sebanyak 262 orang, dengan perempuan berjumlah 139 orang dan laki – laki sebanyak 123 orang. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan Februari 2017 didapatkan 59 orang siswi mempunyai riwayat dismenorea dengan skala nyeri yang bervariasi.
petrissage bermanfaat sebagai penghilang nyeri, mengurangi produksi adrenalin, meningkatkan cairan- cairan di seluruh tubuh yang akhirnya menyingkirkan racun, memperbaiki sirkulasi, kulit akan menjadi lebih bercahaya dan bertekstur saat racun dikeluarkan dari tubuh hingga kulit menjadi lebih elastis dan fikiran menjadi tenang dan rileks dibandingkan mereka yang tegang dan stres (Rowen, 2007).
Masase
adalah stimulasi kulit tubuh secara umum, dipusatkan pada punggung dan bahu atau dapat dilakukan pada beberapa bagian tubuh dan dilakukan sekitar 10 menit pada masing-masing bagian tubuh untuk mencapai hasil relaksasi yang maksimal. Salah satu tehnik masase yang dapat diberikan yaitu tehnik masase petrissage (Tamsuri, 2006).
Masase
penurunan kecemasan dan ketegangan otot. Rangsangan masase otot ini dipercaya akan merangsang serabut berdiameter besar, sehingga mampu memblok atau menurunkan impuls nyeri.
dan relaksasi. Penanganan non- farmakologis saat ini menjadi pilihan karena lebih aman digunakan serta tidak menimbulkan efek samping seperti obat- obatan karena terapi non-farmakologis menggunakan proses fisiologis. Oleh karena itu, untuk mengatasi nyeri tingkat ringan atau sedang lebih baik menggunakan manajemen nyeri non- farmakologis (Tamsuri, 2006). Pengobatan nonfarmakologi yang dapat dilakukan salah satunya dengan masase.
Dari masalah gangguan menstruasi tersebut yang paling sering terjadi yaitu
distraksi
penanganan secara non-farmakologis seperti pemberian kompres, masase, stimulasi kontralateral, pijat refleksi,
analgesic adjuvant sedangkan
(non-narkotik), dan
analgesic non-opioid
Penanganan yang dapat diberikan untuk mengatasi gangguan dismenorea yaitu penanganan secara farmakologis seperti analgesic opioid (narkotik),
merupakan kram dan nyeri menusuk yang terasa di perut bagian bawah, paha, punggung bawah, mual, muntah, diare, kram dan nyeri selama menstruasi tentu saja sangat menyiksa bagi wanita. Nyeri ini dapat berlangsung setengah hari sampai dua hari dan sering tampak seperti nyeri berkepanjangan. Banyak wanita terpaksa harus berbaring karena terlalu menderita sehingga tidak dapat mengerjakan sesuatu apapun (Kurniawati, 2008).
Dismenorea
disminorea.
Sumbawa Besar.
METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Juni sampai dengan Agustus 2016 bertempat di MAN 2 Sumbawa Besar.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
D. Analisis Data
mengalami nyeri sedang yaitu sebanyak 23 orang ( 76,7 %) dan nyeri ringan sebanyak 7 orang (23,3 %). Responden dengan nyeri ringan memiliki ciri-ciri dapat berkomunikasi dengan baik, sedangkan nyeri sedang memiliki ciri-ciri
petrissage sebagian besar responden
Tabel 1 menunjukkan bahwa karakteristik tingkat nyeri responden sebelum diberikan perlakuan masase
2. Nyeri sedang 23 76,7 Total 30 100
1. Nyeri ringan 7 23,3
(%)
masase petrissage No Tingkat nyeri Frekuensi Persentase
Penelitian dilakukan pada siswi MAN 2 Sumbawa Besar sebanyak 30 responden dengan karakteristik umur remaja pertengahan dan remaja akhir yaitu umur 15
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis data pada penelitian ini menggunakan uji t-test dengan tingkat kemaknaan α < 0.05 (5%).
nyeri (daerah paha dan punggung) selama 5 - 10 menit, dilakukan menggunakan telapak tangan dan jari dengan tekanan halus.
Massase Petrissage yaitu dengan melakukan massase pada daerah yang dirasakan
Prosedur pelaksanaan
Skala nyeri yang digunakan adalah berdasarkan skala nyeri bourbanais yaitu nilai 0 = tidak nyeri, 1-3 = nyeri ringan, 4-6 = nyeri sedang, 7-9 = nyeri berat sedangkan 10 = nyeri sangat berat.
kelompok pembanding (kontrol). Akan tetapi dilakukan observasi pertama (pretest) yang memungkinkan peneliti dapat menguji perubahan-perubahan yang terjadi setelah adanya eksperimen (Notoadmojdo, 2010).
“One Group
Desain penelitian adalah penelitian pra-eksperimen dengan menggunakan rancangan
menentukan kriteria inklusi yaitu: 1) Siswi yang mengalami dismenorea dengan nyeri skala sedang dan ringan yang bersedia menjadi responden, 2)Siswi yang menstruasi hari pertama dengan dismenorea, 3)Siswi yang tidak mendapat terapi farmakologis dan non- farmakologis lainnya pada saat penelitian. Sedangkan Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah: 1) Berdasarkan hasil wawancara siswi memiliki kelainan alat-alat kandungan, 2) Siswi yang disertai dengan diare pada saat menstruasi. Berdasarkan kriteria tersebut maka jumah sampel adalah 30 responden.
sampling . Dalam penelitian ini, peneliti
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik accidental
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010). Populasi penelitian ini adalah semua siswi yang mengalami nyeri haid (dismenorea) di MAN 2 Sumbawa Besar sebanyak 59 orang.
Objek penelitian ini adalah siswi MAN 2 yang mengalami nyeri haid.
- – 18 tahun. Berikut merupakan karakteristik nyeri yang dialami oleh responden sebelum diberikan perlakuan masase petrissage Tabel 1. Distribusi Tingkat Nyeri Responden Sebelum Diberikan Perlakuan
C. Desain Penelitian
Pretest- Postest Design” tanpa ada
menunjukkan lokasi nyeri, mendiskusikan nyeri dan dapat mengikuti perintah dengan baik. Menurut Perry & Potter (2005) keadaan ini menunjukkan bahwa nyeri yang timbul merupakan tanda peringatan terjadi kerusakan jaringan, sehingga nyeri merupakan mekanisme fisiologis yang bertujuan untuk melindungi diri.
6
beberapa responden yang sebelumnya mengalami nyeri ringan ataupun nyeri sedang setelah diberikan terapi massase
petrissage. Dari hasil tersebut terdapat
Berdasarkan Tabel 2 bahwa responden yang mengalami nyeri ringan sebanyak 22 orang (73,3 %), nyeri sedang sebanyak 2 orang (6,7 %) dan 6 orang (20 %) tidak merasakan nyeri setelah diberikan terapi massase
29. Derajat kebebasan 29 pada tabel dengan taraf signifikasi 5 %. Hasil analisis data dengan uji t diperoleh taraf signifikansi sebesar 0,000 (p < 0,05), artinya terdapat pengaruh yang bermakna antara tingkat nyeri sebelum dan sesudah diberikan perlakuan massage petrissage pada siswi MAN 2 Sumbawa Besar
2 Sumbawa Besar yang ditentukan oleh derajat kebebasan dari besaran sampel yang digunakan yaitu: d.b = N-1= 30-1=
Hasil konversi nilai t hitung dengan nilai t tabel menunjukan bahwa t hitung > t tabel (2,679 > 1,697) artinya Ho ditolak, yang artinya ada pengaruh pemberian massage petrissage terhadap penurunan dismenorea pada siswi MAN
menjadi nyeri ringan yaitu sebanyak 22 orang (73,3 %). Perubahan ini menunjukan bahwa terdapat pengaruh pemberian massase petrissage terhadap penurunan nyeri haid pada siswi MAN 2 Sumbawa besar.
petrissage sebagian besar berubah
Tabel 2. menunjukkan bahwa karakteristik tingkat nyeri responden setelah diberikan perlakuan massase
30 100
3. Nyeri sedang 2 6,7 Total
2. Nyeri ringan 22 73,3
20
1. Tidak ada nyeri
Secara umum, dismenorea muncul akibat kontraksi disritmik
(%)
Tingkat nyeri Frekuensi Persentase
massase petrissage No.
Sensasi nyeri terjadi ketika merasakan nyeri, individu bereaksi terhadap nyeri dengan cara yang berbeda. Toleransi bergantung pada sikap, motivasi dan nilai yang diyakini seseorang (Perry & Potter, 2005). Tabel 2 Distribusi Tingkat nyeri responden setelah diberikan perlakuan
penurunan aliran darah dan oksigen ke uterus yang mengakibatkan iskemia (Sherwood, 2012), munculnya respon dari reseptor disebabkan adanya stimulus yang membahayakan dan memulai transmisi neural dengan melepaskan substansi yang menghasilkan nyeri.
disritmi uterus sehingga terjadi
merangsang peningkatan kontraksi dan
prostaglandin didalam darah yang
Berdasarkan teori hormonal, terjadinya nyeri haid (dismenore) disebabkan oleh peningkatan kadar
biasanya timbul pada usia muda. Pada penelitian ini, pengambil sampel dalam kategori nyeri berat tidak di ambil sebagai responden karena biasanya pada kondisi nyeri berat, seseorang tidak akan mampu diatasi dengan cara non farmakologi saja akan tetapi dibantu secara farmakologi juga (Tamsuri, 2006).
Dismenorea
gejala atau lebih (Sherwood, 2012) mulai dari nyeri yang ringan sampai nyeri yang berat di perut bagian bawah, bokong, dan nyeri spasmodik di sisi medial paha (Anurogo dan Wulandari, 2011).
miometrium yang menampilkan satu
petrissage, menjadi tidak ada nyeri ataupun nyeri ringan. Pada responden yang mengalami penurunan tingkat nyeri terjadi karena dengan pemberian masase petrissage akan memberikan rasa nyaman karena dengan memberikan pijatan akan membantu melancarkan sirkulasi darah yang terganggu sehingga dapat mengurangi rangsangan nyeri. Masase
petrissage diberikan selama 5-10 menit
menggunakan uji t-test, didapatkan hasil t-hitung sebesar 2,679 dan nilai t-tabel 1,699, sehingga Ho ditolak dan Ha diterima yang artinya ada pengaruh pemberian massase petrissage terhadap penurunan dismenorea . Masase
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa:
KESIMPULAN
Dengan teknik memijat secara tenang berirama, bertekanan yang akan meningkatkan sirkulasi darah, memberikan tekanan, menghangatkan otot dan meningkatkan relaksasi fisik dan mental sehingga dapat memutus impuls nyeri sampai ke otak. Pernyataan tersebut didukung juga oleh Rowen (2007) memberikan pemijatan akan meningkatkan aliran darah, yang pada gilirannya akan memeras pembuluh kapiler dan kelenjar getah bening, serta membuang racun dari tubuh. Tubuh akan memberikan respon untuk meningkatkan aliran darah dengan memproduksi lebih banyak sel darah merah yang membawa oksigen segar ke dalam otot, massage juga membantu membentuk endorphin yang merupakan penghilang rasa sakit alami bagi tubuh.
massase bagian punggung dan paha.
Menurut Hendriyanto (2011) teknik masase petrissage merupakan teknik yang dilakukan untuk mengurangi nyeri pada saat dismenore dengan cara
secara non-farmakologi untuk mengatasi nyeri dengan merangsang tubuh melepaskan senyawa endorphin yang merupakan senyawa alami yang dapat menciptakan perasaan nyaman dan tenang.
petrissage merupakan salah satu tindakan
petrissage, setelah dianalisis
berupa pijatan dengan menggunakan telapak tangan dan jari dengan tekanan halus pada daerah punggung dan paha (Aziz, 2004). Selain itu, nyeri juga dipengaruhi oleh umur. Price (2005) mengatakan bahwa seseorang yang lebih dewasa akan mampu mengontrol nyeri yang dirasakan, hal ini akibat dari pengalaman dan kematangan jiwa dalam mempersepsikan nyeri. Andaners (2010) menyatakan bahwa penyebab dismenorea antara lain faktor kejiwaan meliputi emosi tidak stabil.
Tingkat nyeri responden sebelum dan sesudah pemberian tindakan masase
(Danuatmaja & Meliasari, 2004).
mengurangi ketegangan otot dan stres tubuh secara keseluruhan, dengan tujuan utama adalah agar tubuh dan fikiran menjadi rileks (Peters & Cormier, 2002). Pijatan juga merangsang tubuh untuk melepaskan senyawa endorphin yang merupakan pereda rasa sakit, endorphin juga dapat menciptakan rasa nyaman
petrissage memberikan pengaruh
membantu melancarkan sirkulasi darah dan meningkatkan kenyamanan sehingga mampu mengurangi rasa nyeri. Masase
petrissage pada responden akan
Dengan memberikan masase
Dismenorea yang terjadi pada remaja putri disebabkan oleh proses menstruasi itu sendiri yang merangsang otot-otot rahim untuk berkontraksi. Kontraksi otot-otot rahim tersebut membuat aliran darah ke otot-otot rahim menjadi berkurang yang berakibat meningkatnya aktivitas rahim untuk memenuhi kebutuhannya akan aliran darah yang lancar, otot-otot rahim yang kekurangan darah tadi akan merangsang ujung-ujung saraf, sehingga terasa nyeri (Genie, 2009).
1. Sebagian besar responden mengalami dismenorea sedang
(nyeri haid sedang) yaitu sebanyak DAFTAR PUSTAKA 23 responden (76,7 %) dan 7 responden nyeri ringan yaitu 23,3%
Ali, M dan Asrori. 2011. Psikologi sebelum diberikan masase
Remaja Perkembangan Peserta petrissage. Didik. Jakarta: Bumi Aksara 2.
Terjadi penurunan nyeri haid yaitu Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian nyeri ringan sebanyak 22 responden
Suatu Pendekatan Praktik.
dengan persentase 73,3 %, nyeri Jakarta: Rineka Cipta. sedang 2 responden yaitu 6,7% dan
Asmadi. 2009. Teknik Prosedural tidak nyeri 6 responden yaitu 20%
Keperawatan: Konsep dan
setelah diberikan perlakuan masase Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien.
petrissage.
Jakarta: Salemba Medika 3. Hasil analisis data dengan uji t
Brunner & Suddarth. 2001. Keperawatan diperoleh taraf signifikansi sebesar
Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta:
0,000 (p < 0,05), artinya terdapat EGC. pengaruh yang bermakna antara
Candranita, I.A.M, Fajar, I.B.G, Gede, tingkat nyeri sebelum dan sesudah
I.B. 2009. Memahami kesehatan
massage
diberikan perlakuan
Reproduksi Wanita. Jakarta: EGC petrissage pada siswi MAN 2
Dito Anurogo & Ari Wulandari. Sumbawa Besar.
2011.Cara Jitu Mengatasi: Nyeri haid. Yogyakarta: C.V ANDI OFFSET
Gunarsa, Ny Singgih D. 2009. Psikologi Remaja. Jakarta: Gunung Mulia
Ignatavius, DD, Workman, and Mishler, MA. 1995. Pain Medical Surgical Nursing
Hidayat, Aziz Alimul. 2005. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: EGC. Hurlock, E.B. 2007. Psikologi
Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan
. Jakarta: Erlangga
Kurniawati,
D. 2008. Pengaruh
Dismenore Terhadap Aktivitas Pada Siswi SMK Batik
1 Surakarta. Surakarta. Metodelogi Notoadmojdo, 2010. Penelitian Kesehatan . Jakarta:
Rineka Cipta Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan
Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan,
Pedoman Skripsi,Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Perry & Potter, 2005. Fundamental
Keperawatan . Jakarta: EGC. Prawirohardjo, Winkjosastro. 2008. Ilmu Kebidanan, Edisi Kedua .
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Price & Wilson. 2005. Patofisiologi.
Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6.
Jakarta: EGC. Proverawati,A dan Misaroh,S. 2009.
Menarche, Menstruasi Pertama Penuh Makna. Yogyakarta: Nuha
Medika. Ramaniah Savitri. 2006. Mengatasi
Gangguan Menstruasi, Edisi Kedua: Cetakan 1 . Jogyakarta:
Diglossia Medika Reeder, Sharon J. 2011. Keperawatan
Maternitas: Kesehatan Wanita, Bayi, & Keluarga, Ed.18
. Jakarta:EGC Rowen, B. 2007. Pemijatan. Tanggerang.
Karisma Publishing Group. Saryono, Waluyo, S.J. 2009. Sindrom
Premenstruasi. Yogyakarta: Nuha Medika.
Sherwood, L., 2012. Fisiologi Manusia.
Edisi 6, Jakarta. Buku Kedokteran EGC Smeltzer.S.C. 2002. Konsep Dasar Nyeri.
Jakarta: EGC. Sugiyono. 2010. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sumiati. 2009. Kesehatan jiwa remaja
dan konseling
. Jakarta: TIM Tamsuri,
A. 2006. Konsep dan
Penatalaksanaan Nyeri . Jakarta: EGC.
Yahya, Nadjibah. 2010. Kesehatan
Reproduksi Pranikah Panduan Hidup Sehat Masa Pranikah .
Jakarta: Tiga Kelana