PEMILU CERMINAN DEMOKRASI INDONESIA Din

PEMILU CERMINAN DEMOKRASI INDONESIA
- Dina Ayu Kartikawati -

Di tengah peradaban modern saat ini, terdapat suatu sistem yang
begitu populer dan dianut oleh hampir setiap negara yang ada. Sistem
tersebut telah menggantikan kedigdayaan komunis dan otoritarian bersama
dengan runtuhnya Uni Soviet. Kini sistem tersebut dianggap sebagai sistem
yang paling baik dan paling cocok dianut oleh setiap negara yang ada di
dunia yang kini tengah memasuki iklim globalisasi. Sistem tersebut
bernama demokrasi.

Konsep Demokrasi
Konsep demokrasi sebagai sistem pemerintahan berasal dari sistem yang
diterapkan oleh Negara-negara kota di Yunani, yang bentuknya lebih sederhana
dari demokrasi masa kini, dan kemudian menjadi cikal-bakal kemunculan
demokrasi modern. Penggunaan konsep demokrasi pada masa modern dimulai
sejak akhir abad ke-18 saat terjadinya gerakan-gerakan revolusi di Eropa.
Berdasarkan teori klasik, demokrasi dapat diartikan sebagai “kehendak
rakyat” dimana rakyat berperan dan berpartisipasi, melalui perwakilan, dalam
proses pemerintahan sehingga akan mencapai suatu tujuan yang dinamakan
“kebaikan bersama”. Adnan Buyung Nasution mengungkapkan bahwa demokrasi

bukan hanya cara, tetapi juga tujuan yang harus kita bangun terus-menerus 1.
Tujuan itu sendiri harus berdasarkan nilai-nilai demokrasi.
Konsep demokrasi memiliki pandangan yang begitu beragam, tidak hanya
berputar pada sumber, dari rakyat, dan juga tujuan semata. Dalam demokrasi
1 Nasution, Adnan Buyung. 2010. Pikiran & Gagasan Demokrasi Konstitusional. Jakarta: PT
Kompas Media Nusantara. Hal 4.

terdapat apa yang disebut Metode Demokratis sebagaimana yang diungkapkan
Schumpeter, yakni prosedur kelembagaan untuk mencapai keputusan politik yang
di dalamnya individu memperoleh kekuasaan untuk membuat keputusan melalui
perjuangan kompetitif dalam rangka memperoleh suara rakyat2. Pemilihan
pemimpin oleh rakyat merupakan prosedur utama demokrasi yang dimaksud,
yang pada akhirnya membedakan sistem demokrasi dengan sistem-sistem lainnya
yang pernah ada. Proses pemilihan pemimpin dilakukan secara bebas, jujur, dan
adil dimana setiap rakyat memiliki hak setara dalam pengambilan keputusan
tersebut.

Pemilu Demokratis?
Prosedur utama demokrasi dilakukan melalui jalan Pemilu. Pemilu adalah
sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang dilaksanakan secara langsung, umum,

bebas, rahasia, jujur, dan adil. Pemilu mengubah konsep kedaulatan rakyat yang
abstrak menjadi lebih jelas dengan menjadi gerbang perubahan untuk mengantar
rakyat melahirkan pemimpin yang memiliki kemampuan untuk menyusun
kebijakan yang tepat, untuk perbaikan nasib rakyat secara bersama-sama3.
Berdasarkan pendekatan yang dikemukakan oleh Schumpeter mengenai
Metode Demokratis, maka Pemilu dapat dikatakan demokratis sejauh para
pembuat keputusan kolektif terkuat dalam sistem itu dipilih melalui pemilihan
umum yang adil, jujur dan berkala4. Sebaliknya, Pemilu tidak dapat dikatakan
demokratis apabila hasil pemungutan suara dan kemenangan calon yang terpilih
dimanipulasi.
Indonesia sebagai Negara yang menganut sistem demokrasi sukses
menyelenggarakan Pemilu Presiden secara langsung pada tahun 2004, kemudian
diikuti dengan Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Anggota Legislatif. Apakah
2 Huntington, Samuel P. 1995. Gelombang Demokratisasi Ketiga. Terjemahan Asril Marjohan.
Jakarta: Pustaka Utama Grafiti. Hal 5.
3 Lihat http://pantaupemilu.org/pemilu-dan-demokrasi. Diakses pada 2/7/2014 (22:02)
4 Idem 2

hal tersebut dapat menjadi indikator Indonesia sukses menjalankan demokrasi
secara utuh? Nyatanya belum sesuai apa yang menjadi harapan rakyat. Pemilu

demokratis merupakan gerbang dimana rakyat dapat terjun langsung berpartisipasi
memilih perwakilannya yang kelak akan menentukan nasib mereka, namun
apabila Pemilu telah dicurangi dengan tangan dan hati yang kotor maka tidaklah
sedemokratis itu bukan?
Pemilu demokratis memiliki asas jujur, adil, langsung, umum, bebas, dan
rahasia. Apabila Pemilu yang diselenggarakan tidak dapat memenuhi salah satu
asas di atas maka dapat dikatakan Pemilu tersebut bukanlah Pemilu yang
demokratis. Sebagai contoh terdapat beberapa kejadian di Indonesia yang
menunjukkan Pemilu non demokratis. Salah satunya adalah kasus suap
Pemilukada Kabupaten Gunung Mas Kalimantan Tengah yang melibatkan Ketua
Mahkamah Konstitusi, Akil Mochtar, dengan Bupati Gunung Mas, Hambit Bintih.
Pada kasus tersebut Akil tertangkap meminta sejumlah uang untuk menguatkan
kemenangan Hambit, yang sebetulnya tanpa disuap pun sudah memenangi hasil
pemungutan suara. Selain itu terdapat beberapa kasus manipulasi pemenang
Pilkada seperti di Kabupaten Lebak dan Kota Palembang yang juga melibatkan
Akil.
Mencuatnya kasus-kasus di atas menunjukkan bahwa Pemilu yang
diselenggarakan tidak memenuhi asas jujur dan adil, yakni pelaksana, pemerintah
dan partai politik peserta Pemilu, pengawas, dan pemantau Pemilu dan pemilih
bersikap dan bertindak jujur dan mendapat perlakuan yang sama serta bebas dari

kecurangan pihak manapun5. Tidak terpenuhinya asas Pemilu menandakan Pemilu
yang diselenggarakan tidak demokratis karena terdapat manipulasi dan intrik di
dalamnya sehingga demokrasi yang dilaksanakan masih jauh dari kata sempurna,
dan tujuan kedaulatan rakyat pun tidak tercapai.
Hendaknya diresmikannya demokrasi formal di Indonesia melalui Pemilu
dapat dijalankan sesuai dengan prinsip-prinsip maupun asas-asas Pemilu
demokratis. Karena tanpa Pemilu yang demokratis maka demokrasi substantif
5 Lihat http://pantaupemilu.org/pemilu-dan-demokrasi. Diakses pada 2/7/2014 (22:02)

dimana rakyat pribumi, kaum miskin, perempuan, kaum muda, golongan
minoritas keagamaan dan etnik dapat benar-benar menempatkan kepentingannya
dalam agenda politik6 tidak akan tercapai sehingga penyelenggaraan sistem
demokrasi secara utuh akan menjadi suatu gagasan yang utopis.

6 Haynes, Jeff. 2000. Demokrasi dan Masyarakat Sipil Dunia Ketiga: Gerakan Politik Baru Kaum
Terpinggir. Terjemahan R. Soemitro. Jakarta: Obor Indonesia. Hal 129.