EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM IMAN DAN TAQWA SMPN DI KECAMATAN GERUNG

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM IMAN DAN TAQWA SMPN DI KECAMATAN GERUNG

Rindawan, Suyata Prodi Penelitian dan Evaluasi Pendidikan PPs UNY, Universitas Negeri Yogyakarta rindawans@gmail.com

Absrak

Penelitian ini bertujuan mengungkapkan: langkah-langkah, stretegi, dan keefektifan pelaksanaan program IMTAQ di SMPN 1 Gerung dan SMPN 5 Gerung. Penelitian ini merupakan penelitian evaluasi dengan pendekatan naturalistik. Subjek penelitian adalah kepala sekolah, wakil kepala sekolah, dan guru agama Islam. Pengambilan data menggunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Data dianalisis secara interaktif yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian ditarik kesimpulan berikut ini. (1) Langkah pelaksanaan program IMTAQ di SMPN 1 Gerung dalam pembinaan akhlak siswa yaitu menciptakan suasana sekolah yang kondusif dan penciptaan budaya religius. Di SMPN 5 Gerung yaitu pengintegrasian IMTAQ dalam mata pelajaran dan pemberian pelajaran yang memiliki keterkaitan dengan IMTAQ. Langkah pelaksanaan program IMTAQ dalam aspek Al- Qur’an di SMPN 1 Gerung yaitu, pembacaan surat yasin, Al-Ikhlas, Al-Falaq, Al-Fatihah, dan Al-Baqarah. Di SMPN 5 Gerung yaitu, pembacaan surat yasin, Al-Ikhlas, Al-Falaq, Al-Fatihah, dan Al-Baqarah. (2) Strategi pelaksanaan program IMTAQ dalam pembinaan akhlak di SMPN 1 Gerung yaitu, keteladanan, nasehat yang bijak, pembiasaan, hadiah dan hukuman. Di SMPN 5 Gerung yaitu, kegiatan rutin dan keteladanan. Sedangkan strategi pelaksanaan program IMTAQ dalam aspek Al- Qur’an di SMPN 1 Gerung yaitu, klasikal, menyimak, dan mandiri. Di SMPN 5 Gerung yaitu individu dan qiro’ati. (3) Pelaksanaan kegiatan program IMTAQ di SMPN 1 Gerung dan SMPN 5 Gerung belum efektif .

Kata kunci: evaluasi, program IMTAQ.

AN EVALUATION OF THE IMPLEMENTATION OF FAIT AND TAQWA PROGRAM IN JUNIOR HIGH SCHOOL IN GERUNG DISTRICT

Rindawan, Suyata Prodi Penelitian dan Evaluasi Pendidikan PPs UNY, Universitas Negeri Yogyakarta rindawans@gmail.com

Abstract

The objectives of this study revealed that: The steps, strategy, and effectiveness of the implementation of the IMTAQ program in SMPN 1 Gerung and SMPN 5 Gerung. This study was a qualitative study that used the naturalistic approach. This study conducted at SMPN 1 and SMPN 5 Gerung. The data were collected through observation, interviews, and documents. The data analyzed used interactively and it consists of data reduction, data display, and data verification. The result of this research reveals that the steps of the implementation of IMTAQ program at SMPN 1 and SMPN 5 Gerung at Gerung district, West Nusa Tenggara Regency have differences each other, which are: (1) the steps of the implementation of IMTAQ program at SMPN 1 Gerung in build up the students’ moral are to create a conducive situation and religious culture. Moreover, at SMPN 5 Gerung the implementation of IMTAQ program with the integration of IMTAQ in lessons study of teaching and learning process that has an integration of faith taqwa. In contrast, the steps of the implementation of IMTAQ and ALQURAN aspects at SMPN 1 Gerung are reading of Yasin verse, Al-ikhlas verse, Al- Falaq verse, Al-fatihah verse, and Al-baqarah. But, at SMPN 5 Gerung consists of reading of Yasin verse, Al-ikhlasverse,Al- Falaq verse, Al-Fatihah verse, and Al-baqarah. (2) The strategy of the implementation of IMTAQ program in moral build up at SMPN 1 Gerung is a wise moral, wise advice, customary, gift and punishment. The strategy of SMPN 5 Gerung is routine activity, and wise moral. In contrast, the strategy of the implementation of IMTAQ program in ALQURAN aspects at SMPN 1 Gerung is classical, listening and independent. At SMPN 5 Gerung is individual and qiro’ati. (3) The implementation of IMTAQ program at SMPN 1 Gerung and SMPN 5 Gerung are not effective yet.

Keywords: evaluation ,IMTAQ program

Jurnal Evaluasi Pendidikan – Volume 2, No 1, 2014

Jurnal Evaluasi Pendidikan 86

Pendahuluan

Belum lepas dari ingatan akan kejadian akhir-akhir ini dengan maraknya berita aksi kenakalan remaja yang menghiasi di halaman surat kabar dan acara kriminalitas di siaran televisi belakangan ini. Berita-berita itu antara lain tawuran antar pelajar, tindak kriminal, konsumsi minuman keras, pemakaian obat terlarang, pergaulan bebas, dan lain sebagainya. Kejadian ini tentu saja mengundang keprihatin- an bersama karena para pelakunya adalah seba- gian masih usia remaja atau generasi penerus bangsa yang nota bene adalah masih berstatus sebagai pelajar.

Dalam konteks dunia pendidikan, pel- ajar memiliki fondasi yang kuat tentang agama, moral, dan budaya sendiri sehingga budaya- budaya baru yang kontra produktif bahkan destruktif tidak dengan mudah mempengaruhi gaya hidup para pelajar. Akan tetapi, realitas berbicara lain. Para pelajar rupanya belum siap menghadapi itu semua. Mereka ternyata belum siap dengan konsekuensi globalisasi. Apalagi bila melihat kenyataan bahwa langkah-langkah antisipatif dalam memperkuat kekuatan mental dan rohani mereka sebagai benteng moral sede- mikian rapuh. Ini bisa dilihat dari prosentase kegiatan belajar mengajar (KBM) mata pelajar- an pendidikan agama Islam di sekolah-sekolah yang hanya dua jam pelajaran saja, sementara tuntutannya sangat berat yaitu merubah perilaku siswa.

Berbagai alternatif penyelesaian terha- dap tindakan-tindakan destruktif yang dilaku- kan di kalangan remaja yang berstatus pelajar sering menjadi tema yang termuat di surat kabar, acara televisi, majalah oleh beberapa narasumber yang berbeda. Misalnya diajukan seperti peraturan dan undang-undang. Alternatif lain yang banyak dikemukakan untuk meng- atasi, paling tidak mengurangi, masalah budaya dan karakter bangsa yang dibicarakan itu adalah pendidikan.

Keluarnya Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), yakni UU No. 20 tahun 2003, menegaskan kembali fungsi dan tujuan Pendidikan Nasional kita. Pada pasal 3 UU ini ditegaskan, pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampu- an dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka men- cerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa

kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Adanya kata-kata berakhlak mulia dalam rumusan tujuan pen- didikan nasional di atas mengisyaratkan bahwa bangsa Indonesia mencita-citakan agar akhlak mulia menjadi bagian dari karakter nasional. Hal tersebut diharapkan dapat terwujud melalui proses pendidikan nasional yang dilakukan secara berjenjang dan berkelanjutan. Terlebih bangsa Indonesia dengan mayoritas muslim menjadi daya dukung tersendiri bagi terwujud- nya masyarakat dengan akhlak yang dilandasi oleh nilai-nilai Islam. Hal tersebut dikarenakan akhlak menjadi bagian integral dari struktur ajaran Islam (akidah, syariah dan akhlak).

Sekolah diharapkan sebagai wahana dan jembatan yang strategis untuk mewujudkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang me- nyiapkan dan mengembangkan berbagai prog- ram, baik melalui jalur kurikuler maupun ekstrakurikuler. Produk pendidikan yang di- hasilkan oleh sekolah diharapkan melahirkan peserta didik yang menguasai ilmu penge- tahuan, teknologi, cakap, kreatif dan mandiri tetapi sekaligus dibarengi dengan nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan, menjunjung nilai kemanusiaan, serta berakhlak mulia. Namun, demikian disadari bahwa pendidikan agama dengan pengalokasian jam pelajaran agama yang terbatas (2-3 jam/minggu) dan dilaksana- kan secara tatap muka di ruang kelas masih belum mampu memenuhi tuntutan kompetensi yang diharapkan.

Program pembinaan IMTAQ (Iman dan Taqwa) yang dilaksanakan di luar jam pelajaran tatap muka di SMP merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting, karena pada pe- riode usia remaja inilah penanaman nilai agama sangat berpengaruh dalam rangka mengem- bangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia. Mutu pendidikan di Indonesia, menurut pen- dapat sebagian pengamat pendidikan kita, tidak meningkat, bahkan cenderung menurun. Salah satu indikatornya adalah menurunnya sikap dan perilaku moral para lulusan pendidikan kita yang semakin hari cenderung semakin jauh dari tatanan nilai-nilai moral yang dikehendaki (Ajat Sudrajat, 2011, p.2).

Program IMTAQ diharapkan mampu menyentuh nilai-nilai yang implementatif (dapat dimanfaatkan bagi kehidupan nyata)

Evaluasi Pelaksanaan Program Iman dan ... 87 Rindawan, Suyata

untuk kepentingan peserta didik sendiri maupun Untuk itu program IMTAQ ini diharap- dalam kehidupan bermasyarakat. Keragaman

kan mampu menyentuh nilai-nilai yang dapat pola dan jenis pelaksanaan IMTAQ sangat

dimanfaatkan bagi kehidupan nyata untuk ke- diperlukan namun harus dilandasi oleh prinsip-

pentingan peserta didik sendiri maupun dalam prinsip pendidikan nilai/akhlak sesuai dengan

kehidupan bermasyarakat. Sebagai salah satu kebutuhan dan perkembangan peserta didik.

kegiatan untuk membangun keimanan dan Pendidikan agama yang dilaksanakan

ketaqwaan program IMTAQ ternyata masih dalam proses pembelajaran di kelas dirasakan

belum dapat berjalan secara maksimal. Hal ini belum memadai untuk mewujudkan pengamal-

dapat dilihat pada beberapa SMPN di Keca- an dan pengalaman beragama yang sangat di-

matan Gerung yang masih belum semua perlukan bagi peserta didik dalam menghadapi

melaksanakan program IMTAQ sesuai dengan kehidupan sebagai pribadi, anggota masyarakat

buku petunjuk.

dan warga negara. Oleh karena program Imtaq Ketertarikan untuk melakukan evaluasi yang dilaksanakan secara sistematis, terencana

pelaksanaan program IMTAQ adalah karena dan terpadu disekolah sangat diperlukan agar

program IMTAQ belum pernah dievaluasi, baik tujuan pendidikan nasional tersebut tercapai.

oleh lembaga sekolah maupun lembaga lain Mengingat sangat pentingnya nilai-

sehingga sampai saat ini belum mengatahui nilai moral dan akhlak, maka pemerintah

seberapa manfaat bagi siswa/siswi. Oleh karena Kabupaten Lombok Barat dalam hal ini Dinas

itu untuk mengetahui pelaksanaan program Pendidikan dan kebudayaan menginstruksikan

IMTAQ di SMPN Kecamatan Gerung sekira- kepada semua sekolah untuk memberlakukan

nya perlu dilakukan kajian melalui evaluasi program IMTAQ yang merupakan realisasi dari

program, dari sinilah maka penelitian ini akan pelaksanaan pendidikan berkarakter secara ter-

mengangkat judul: Evaluasi Pelaksanaan Prog- padu. Program Imtaq ini mulai dilaksanakan

ram IMTAQ (Iman Dan Taqwa) Sekolah Me- pada tahun 2006 sampai dengan sekarang masih

nengah Pertama Negeri (SMPN) Di Kecamatan dilaksanakan disetiap satuan pendidikan.

Gerung Kabupaten Lombok Barat. Program IMTAQ di sekolah bertujuan untuk memberikan bekal pengetahuan, penga-

Pengertian Evaluasi Program laman dan pengamalan agama dan nilai ibadah

Evaluasi program adalah suatu rang- bagi peserta didik melalui kegiatan yang kaian kegiatan yang dilakukan dengan sengaja terintegrasi dengan kegiatan kurikuler dan ke-

untuk melihat tingkat keberhasilan program. giatan ekstrakurikuler, baik dalam lingkungan

Ada beberapa pengertian tentang program sen- sekolah maupun di luar lingkungan sekolah. diri. Dalam kamus (a) program adalah rencana, Namun untuk mencapai tujuan program Imtaq

(b) program adalah kegiatan yang dilakukan tersebut ada beberapa strategi dan langkah-

dengan seksama.

langkah yang harus dilakukan. Menurut Tyler yang dikutip oleh Su- Dalam Keputusan Kepala Dinas Pen- harsimi Arikunto dan Cepi Safruddin Abdul

didikan dan Kebudayaan Kabupaten Lombok Jabar (2009,p. 5), evaluasi program adalah pro- Barat Nomor 821 Tahun 2006 disebutkan ses untuk mengetahui apakah tujuan pendidikan bahwa ada beberapa strategi pelaksanaan yang

telah terealisasikan.

dilakukan untuk mencapai tujuan dari program Stufflebeam & Shinkfield (1985, p. 3) Imtaq tersebut, antara lain: pemberdayaan, pe- meny ebutkan bahwa, “Evaluation is the ngembangan diri, pengintegrasian IMTAQ

systematic assessment of the worth or merit of dalam mata pelajaran lain, penetapan waktu

some object”. Evaluasi adalah penilaian yang tertentu pelaksanaan kegiatan IMTAQ, melibat- sistematis atas kebaikan atau manfaat dari kan narasumber dari luar sekolah, dan kerja

beberapa obyek.

sama. Namun, dalam pelaksanaan program Menurut Donna M. Mertens (2010,p. IMTAQ tersebut antara satu sekolah dengan

49) memberi definisi tentang evaluasi sebagai sekolah yang lain menggunakan strategi yang

berikut: “Evaluation is an applied inquiry berbeda-beda. Dari sekian strategi yang sudah process for collecting and synthesizing evidence ditentukan, ada beberapa strategi yang tidak

that culminates in conclusions about the state of dilaksanakan. Sebagian besar sekolah hanya

affairs, value, merit, worth, significance, or menggunakan ceramah agama, yasinan, zikir dan do’a bersama, itupun dilaksanakan hanya quality of a program, product, person, policy,

proposal, or plan”.

pada hari jum’at.

88 Jurnal Evaluasi Pendidikan

Evaluasi adalah proses penyelidikan ambil keputusan. Jika keputusan tidak diambil, diterapkan untuk mengumpulkan dan mensin-

maka hasil-hasil evaluasi dapat pula diabaikan. tesis bukti-bukti yang berpuncak pada kesim- pulan tentang keadaan, nilai, prestasi, nilai,

Manfaat Evaluasi Program makna, atau kualitas dari sebuah program, pro-

Evaluasi program sama artinya dengan duk, orang, kebijakan, usulan, atau rencana.

kegiatan supervise. Kegiatan evaluasi/supervise Menurut Jacqueline kosecoff & Arlene dimaksudkan untuk mengambil keputusan atau fink (1982, p. 20), “evaluation is a set of

procedures to appraise a program’s merit and melakukan tindak lanjut dari program yang telah dilaksanakan. Manfaat dari evaluasi prog-

to provide information about its goals, expec- tations, activities, outcomes, impact, and cost”. ram terdapat berupa penghentian program, me-

revisi program, melanjutkan program dan Evaluasi adalah serangkaian prosedur untuk

menyebarluaskan program. menilai prestasi program dan untuk mem- Menurut Arikunto (2010, p. 22) apabila berikan informasi tentang tujuan, harapan,

suatu program tidak dievaluasi maka tidak kegiatan, hasil, dampak, dan biaya.

dapat diketahui bagaimana dan seberapa tinggi Dari beberapa pendapat di atas, dapat kebijakan yang sudah dikeluarkan dapat ter- dikatakan bahwa evaluasi program merupakan

laksana. Informasi yang diperoleh dari kegiatan proses pengumpulan data atau informasi yang

evaluasi sangat berguna bagi pengambilan ke- ilmiah yang hasilnya dapat digunakan sebagai putusan dan kebijakan lanjutan dari program, bahan pertimbangan bagi pengambil keputusan

karena dari masukan hasi evaluasi program dalam menentukan alternatif kebijakan. Hasil

itulah para pengambil keputusan akan menentu- evaluasi juga dapat digunakan untuk memper- kan tindak lanjut dari program yang sedang atau baiki atau memodifikasi program yang sedang

telah dilaksanakan.

berjalan.

Model Evaluasi

Tujuan Evaluasi Program Memilih model evaluasi yang akan

Tujuan evaluasi adalah untuk mem- digunakan dalam penelitian sangat penting. peroleh data atau informasi yang akurat dan

Model yang digunakan harus sesuai dengan obyektif tentang pelaksanaan suatu program. masalah dan tujuan dari evaluasi itu sendiri. Informasi tersebut dapat mengenai dampak atau

Ada banyak model evaluasi yang dikembang- hasil yang dicapai, proses, efisiensi atau peman- kan oleh para ahli yang dapat dipakai dalam faatan pendayagunaan sumberdaya. Sedangkan

mengevaluasi sebuah program. Kaufman & pemanfaatan hasil dapat tertuju pada program

Thomas (Arikunto, 2009; p. 40) membedakan itu sendiri untuk dilanjutkan apakah mau model evaluasi menjadi delapan, yaitu: Goal dimodifikasi atau dihentikan untuk dapat

Oriented Evaluation Model; Goal Free Evalua- dipertanggung jawababkan.

tion Model; Formative Summative Evaluation Weis (1972; p. 4) menyebutkan, “The model; Countenance Evaluation Model; Res- purpose of evaluation research is to the effects ponsive Evaluation Model; CSE-UCLA Evalua-

of a program against the goals it set out to tion Model; CIPP Evaluation Model; dan Dis- accomplish as a mean of contributing to sub-

crepancy Model.

sequent decision making about the program and improving furure programming”. Tujuan Adapun beberapa diantara model-mo- del evaluasi dimaksud adalah sebagai berikut:

evaluasi adalah mengukur dampak dari suatu

program dibandingkan dengan tujuan yang Goal Free Evaluation Model telah ditetapkan. Sebagai bahan pertimbangan

Model evaluasi yang dikembangkan bagi pembuat keputusan dalam mengambil oleh Michael Scriven ini dapat dikatakan kebijakan, baik yang berkenan dengan program

berlawanan dengan model pertama yang yang sedang berlangsung maupun peningkatan

dikembangkan oleh Tyler. Jika dalam model perencanaan program yang akan datang. yang dikembangkan oleh Tyler, evaluator terus- Evaluasi ditujukan untuk mengumpul-

menerus memantau tujuan, yaitu sejak awal kan data (hasil), mengubah data tersebut proses terus melihat sejauh mana tujuan menjadi informasi yang dapat membantu dalam

tersebut sudah dapat dicapai, dalam model goal pengambilan keputusan yang bermanfaat, dan

free evaluation (evaluasi lepas dari tujuan) menggunakan informasi tersebut untuk meng- justru menoleh dari tujuan.

Evaluasi Pelaksanaan Program Iman dan ... 89 Rindawan, Suyata

Menurut Scriven (2009; p. 41), dalam data for the purposes of assessing academic melaksanakan evaluasi program evaluator tidak

progress at the end of specified time period. perlu memerhatikan apa yang menjadi tujuan

Formative evaluation was defined as the program. Yang perlu diperhatikan dalam prog-

evaluation of assessment-based evidence for the ram tersebut adalah bagaimana kerjanya prog-

purposes of providing feedback to and ram, dengan jalan mengidentifikasi penampil-

informing teachers, students, and educational an-penampilan yang terjadi, baik hal-hal positif

stakeholders about the teaching and learning (yaitu hal yang diharapkan) maupun hal-hal

process”.

negatif (yang sebetulnya memang tidak Evaluasi sumatif didefinisikan sebagai diharapkan).

evaluasi data penilaian berbasis untuk keper- luan menilai kemajuan akademik di akhir

Formatif Summatif Evaluation Model periode waktu tertentu. Evaluasi formatif dide- finisikan sebagai evaluasi penilaian berbasis

Model ini menunjukkan adanya tahap- an dan lingkup objek yang di evaluasi, yaitu

bukti untuk tujuan memberikan umpan balik evaluasi yang dilakukan pada waktu program

dan untuk menginformasikan guru, siswa, dan stakeholder pendidikan tentang pengajaran dan

masih berjalan (evaluasi formatif) dan ketika program sudah selesai (evaluasi sumatif). Tuju-

proses belajar.

an dari evaluasi formatif adalah mengetahui Countenance Evaluation Model seberapa jauh program yang dicarancang dapat

berlangsung. Sedangkan tujuan dari evaluasi Menurut Fernandes (2010, p. 43), mo- sumatif adalah untuk mengukur ketercapaian

del Stake menekankan pada adanya pelaksana- program. sementara fungsi dari evaluasi

an dua hal pokok, yaitu: Deskripsi (descrip- formatif dan Sumatif dalam evaluasi program

tion ), dan Pertimbangan (Judgments); serta pembelajaran dimaksudkan sebagai sarana

membedakan tiga tahap dalam evaluasi prog- untuk mengetahui posisi atau kedudukan

ram, yaitu: Antesenden, transaksi, dan keluaran. individu didalam kelompoknya.

Dimana antesenden diartikan sebagai kontek, Fernandes (1984, p. 10) menyebutkan

transaksi diartikan sebagai proses, dan keluaran bahwa: “Formative evaluation provides conti-

diartikan sebagai deskripsi dan pertimbangan. nual feedback to assist in the development of a program, and it pays attention to questions

CSE-UCLA Evaluation Model about content validity, vocabulary level, reada-

CSE merupakan singkatan dari Center bility and other matters. overall formative

for the Study of Evaluation. Fernandes evalu-ation is internal evaluation that serves to

improve the product being developed”. (Arikunto, 2010; p. 44) membagi model CSE menjadi emapat tahap, yaitu need assessment,

Evaluasi formatif memberikan umpan dalam tahap ini evaluator memusatkan pada balik terus-menerus untuk membantu dalam

penentuan masalah; Program Planing, pada pengembangan program, dan memperhatikan tahap ini evaluator melakukan pengumpulan pertanyaan tentang validitas isi, tingkat kosa-

data yang terkait langsung dengan pembelajaran kata, mudah dibaca, dan hal-hal lainnya. Eva-

dan mengarah pada pemenuhan kebutuhan yang luasi formatif keseluruhan adalah evaluasi telah diidentifikasikan pada tahap kesatu; internal yang berfungsi untuk meningkatkan

Formatif Evaluation , evaluator memusatkan produk yang dikembangkan.

pada keterlaksanaan; dan Summative Evalu- Sedangkan Florence, (2007, p. 124) ation , Evaluator diharapkan dapat mengumpul- menyatakan bahwa “Stated that summative eva-

kan semua data tentang hasil dan dampak dari luation is an evaluation to prove but formative

program.

evaluation is an evaluation to improve the programs or the product.” Evaluasi sumatif Model evaluasi yang satu dengan yang

lainnya memang tampak bervariasi namun ke- adalah evaluasi untuk membuktikan tapi eva-

semuanya memiliki tujuan yang sama yaitu luasi formatif adalah evaluasi untuk mening- sehubungan dengan pengambilan keputusan. katkan program atau produk.

Pemilihan model evaluasi yang akan digunakan Karee E. Dunn & Sean W. Mulvenon tergantung pada tujuan evaluasi dalam meng- (2009; p. 3) mendefinisikan evaluasi Forma-

evaluasi program pendidikan digunakan pende- tive-Summative: “Summative evaluation was katan sistem. Pendekatan sistem adalah pen-

defined as the evaluation of assessment based dekatan yang dilaksanakan dengan mencakup

90 Jurnal Evaluasi Pendidikan

seluruh proses pendidikan yang dilaksanakan. eksekusi, rencana, metode dan strategi yang Model yang digunakan dalam penelitian ini

hendak dipilih.

adalah model pengambilan keputusan yang

Evaluasi Produk

dikembangkan oleh Provus yang dikenal dengan Descrepancy model yang merupakan

informasi untuk untuk melihat kesenjangan yang terjadi tentang

Mengakomodasi

meyakinkan dalam kondisi apa tujuan dapat keterlaksanaan program yang sebenarnya

dicapai, dan juga untuk menentukan jika dengan keadaan dilapangan.

strategi yang berkaitan dengan prosedur dan metode yang diterapkan guna mencapai tujuan

CIPP Evaluation model

sebaiknya berhenti.

Model evaluasi ini merupakan model yang paling banyak dikenal dan diterapkan oleh

Discrepancy Model

para evaluator. Model CIPP ini dikembangkan oleh Stufflebeam, dkk (1967) dalam Suharsimi

Kata discrepancy adalah istilah bahsasa (2009; p. 45) yang merupakan sebuah singkatan

inggris yang diterjemahkan kedalam bahasa dari huruf awal empat buah kata, yaitu:

Indonesia menjadi “kesenjangan” model yang Context evaluation : evaluasi terhadap

dikembangkan oleh Malcom Provus ini

merupakan model yang menekankan pada Input evaluation

konteks

: evaluasi terhadap

pandangan adanya kesenjangan didalam

masukan

pelaksanaan program.

Process evaluation : evaluasi terhadap Menurut Fernandes (1984; p. 9)

Discrepancy model terdiri dari lima tahap, Product evaluation : evaluasi terhadap hasil

proses

yaitu:

Model CIPP ini disusun dengan tujuan

Design

untuk melengkapi dasar pembuatan keputusan Activities associated with this stage dalam evaluasi sistem dengan analisis yang are: a) Objektives of the program; b) the berorientasi pada perubahan rencana. Keempat

students, staff and other resourch that must be macam fokus Evaluasi dengan model CIPP,

present before the program objectives can be yaitu: achieved; and c) the instruction objectives.

Evaluasi Konteks Dalam tahap ini program mengorga- nisir gambaran tujuan, proses, atau aktivitas dan

Menghasilkan informasi tentang ma- kemudian menggambarkan sumber daya yang cam-macam kebutuhan yang telah diatur prio- diperlukankan. Harapan atau standar ini adalah ritasnya, agar tujuan dapat diprioritaskan. Se- dasar dimana evaluasi berkelanjutan tergantung. hingga menghasilkan keputusan yang mem-

pengaruhi pemilihan tujuan umum dan tujuan

Installation

khusus. The second stage of the discrepancy Evaluasi Input

model involves an effort to see whether an installed program is congruent with its plans.

Menyediakan informasi tentang masuk- the program design emerging from stage 1 an yang terpilih, butir-butir kekuatan dan represents the standars (S) againtst which the kelemahan, strategi dan desain untuk merea- program (P) is compared (C) to detect the lisasikan tujuan. presence or absence of dicrepancies. four

Evaluasi Proses choices of action are available to the decision makers: Terminate, Proceed, Alter, Alter

Menyediakan informasi untuk para

Standars (design).

evaluator melakukan prosedur monitoring ter- Dalam installation (langkah instalasi), pilih yang mungkin baru diimplementasi se- desain/ definisi program menjadi standar baku hingga butir yang kuat dapat dimanfaatkan dan untuk diperbandingkan dengan penilaian ope- yang lemah dapat dihilangkan. Dimana pada rasi awal program. Gagasannya adalah untuk keputusan ini para evaluator mengusahakan menentukan sama dan sebangun, sudah atau sarana prasarana untuk menghasilkan dan tidaknya program telah diterapkan sebagaimana meningkatkan pengambilan keputusan atau

desainnya.

Evaluasi Pelaksanaan Program Iman dan ... 91 Rindawan, Suyata

Process untuk menggambarkan kembali program ter- sebut, kemudian memulai evaluasi pertentangan

In the stage of the Discrepancy Model lagi pada tahap satu; d) Jika tahap 3 tidak bias the Evaluator studies whether th e “ objectives” terpenuhi pilihannya adalah mengahiri program. are being achieved. Dalam tahap prosses (tahap

proses), evaluasi ditandai dengan pengumpulan Konsep Pendidikan Karakter data untuk menjaga keterlaksanaan program.

Gagasannya adalah untuk memperhatikan Sebagaimana yang diungkapkan oleh kemajuan kemudian menentukan dampak awal,

Ghufron (2011; p. 55) bahwa pendidikan karak- pengaruh, atau efek.

ter merupakan model pendidikan pembentukan watak dan kepribadian peserta didik sesuai

Product dengan nilai-nilai luhur bangsa. Watak dan

The fourth stage of the Discrepancy kepribadian yang diharapkan dimiliki peserta Model is fokused on the question: has the

didik, antara lain kejujuran, kedisiplinan, keter- program achieved its terminal objectives?

tiban, kemerdekaan, kemandirian, toleransi, Dalam tahap product, pengumpulan data dan

ketaatan, dan keadilan.

analisa yang membantu ke arah penentuan Aynur Pala (2011; p. 25), menyebutkan tingkat capaian sasaran dari outcome. Dalam

bahwa: “Character education is a national tahap

4 ini pertanyaannya adalah “Apakah movement creating schools that foster ethical, sasaran program telah dicapai?" Harapannya

responsible and caring young people by model- adalah untuk merencanakan follow up jangka

ling and teaching good character”. Pendidikan panjang pemahaman atas dampak.

karakter adalah gerakan nasional menciptakan sekolah yang mendorong etika, orang-orang

Program Comparision muda yang bertanggung jawab dan peduli de-

The final stage of the discrepancy ngan pemodelan dan mengajarkan karakter Model is conserned with cost benefit analysis of

yang baik.

the complete program with other competing Dorothy L. Prestwich, (2002; p. 140) program. They key emphasis in the Discrepancy

“states that the nature of character education Model is in comparing performance with

itself is very subjective yet also quotes Thomas behavioural objectives. The Discrepancy Model

Lickona, “Character Education is the deliberate depicts the evaluation process as (a) develoving

effort to cultivate virtue”. Edgington menyata- behaviourally stated objectives; (b) developing

kan bahwa sifat pendidikan karakter itu sendiri process and content elements in relationship to

sangat subjektif namun juga mengutip Thomas the achievement of the objectives; (c) mea-

Lickona,”Pendidikan Karakter adalah usaha suring the discrepancy between actual

yang disengaja untuk menumbuhkan kebajik- achievement and specified objectives; and (d)

an”.

making recommendations and revitions based Sedangkan menurut Jones & Stoodley on these findings.

(Lehr, 2007; pp. 71-72) berpendapat bahwa: Dalam tahap Comparison menunjuk-

“Character education be directed toward the kan peluang untuk membandingkan hasil

development of “personal qualities,” or the dengan yang dicapai oleh pendekatan lain yang

development of community or life context. serupa. Jika terdapat kesenjangan maka

From a personal quality perspective (Jones and selanjutnya memberikan rekomendasi untuk

Stoodley, 1999; Williams, 2000), character direvisi berdasarkan temuan tersebut.

education is instruction that seeks to teach Pada masing-masing empat tahap

“knowing the good, loving the good, and doing perbandingan standar dengan capaian program

the good.”

untuk menentukan bila ada pertentangan. Penggunaan informasi pertentangan selalu

Urgensi Pendidikan Akhlak mengarah pada satu dari empat pilihan: a)

Pada saat ini banyak keluhan yang di- dilanjutkan ketahap berikutnya bila tidak ada sampaikan orang tua, para guru dan orang yang pertentangan; b) Jika terdapat pertentangan bergerak di bidang sosial mengeluhkan tentang kembali mengulang tahap yang ada setelah perilaku sebagian remaja yang amat mengkha- merubah standar program; c) Jika tahap dua watirkan. Di antara mereka sudah banyak ter- tidak bias terpenuhi, kemudian mendaur ulang libat dalam tawuran, penggunaan obat-obat kembali kelangkah satu-tahap defenisi program, terlarang, minuman keras, pembajakan bis,

92 Jurnal Evaluasi Pendidikan

penodongan, pelanggaran seksual, dan perbuat- menghajar anak, (e) Membudayakan akhlak an criminal. Kedua orang tua di rumah, guru di

pada anak-anak sehingga akan menjadi sekolah, dan masyarakat pada umumnya, tam-

kebiasaan dan watak pada diri mereka. pak seperti sudah kehabisan akal untuk meng-

Akhlak yang mulia sebagaimana atasi krisis akhlak. Hal yang demikian jika terus

dikemukakan para ahli bukanlah terjadi dengan dibiarkan dan tidak segera diatasi, maka bagai-

sendirinya, melainkan dipengaruhi oleh mana nasib masa depan Negara dan bangsa ini.

berbagai faktor, terutama lingkungan keluarga, Para pendidik sependapat bahwa pendi-

pendidikan, dan masyarakat pada umumnya. dikan akhlak merupakan aspek pendidikan pa- ling sulit dalam bidang pendidikan secara

Pentingnya Pendidikan IMTAQ Bagi Siswa umum. Hal itu dikarenakan pendidikan akhlak

Nilai-nilai yang berkembang dan mun- bertumpu pada pendidikan jiwa, sedangkan

cul dalam tata kehidupan masyarakat senantiasa mendidik jiwa lebih sulit dari pada mendidik dialami oleh anak dalam kehidupannya. Deras raga atau tubuh. Pengetahuan dan ilmu tentang

arus nilai- nilai baru yang datang melalui raga telah mengalami kemajuan dan perkem-

perkembangan teknologi informasi seperti bangan yang pesat. Tetapi, pengetahuan dan televisi, majalah, koran, bacaan-bacaan yang ilmu tentang kejiwaan masih menjadi misteri

mudah di dapat di mana-mana atau yang paling dan tersembunyi.

canggih seperti internet seakan tidak dapat Para pendidik juga sependapat bahwa membendung anak manjadi nakal serta ke- pendidikan akhlak adalah pendidikan paling

inginan menentang nilai-nilai lama yang telah penting dalam kehidupan manusia. Kesuksesan

lama mapan dapat membingungkan anak, ma- dan kebahagiaan dalam kehidupan kelompok nakala tidak ada keteladanan dalam masyrakat (masyarakat) berkaitan erat dengan akhlak.

itu sendiri.

Dalam dunia pendidikan dan pengajaran, Yang lebih repot lagi nilai-nilai itu pilihan kita adalah mendidik manusia agar dikemas dalam bentuk yang begitu menarik pandai dan berakhlak, atau kita tidak mendidik

sehingga mempermudah nilai-nilai itu mempe- dan tidak mengajar sama sekali. Sebab, bila kita

ngaruhi jiwa anak yang masih labil. Di sisi lain hanya mengajari manusia agar jadi pandai sifat anak yang suka meniru menyebabkan ia dengan tidak dibekali akhlak, maka pada saat

suka mencoba mencicipi nilai-nilai baru terse- orang tersebut menempati jabatan strategis akan but. Sikap coba-coba ini bila tidak diimbangi mungkin melakukan korupsi atau mencuri

dengan landasan moral dan akhlak atau tuntutan kekayaan Negara atau menggadaikan Negara

yang baik dapat menyebabkan anak menjadi demi ambisi pribadinya. Bila demikian, tentu nakal atau dapat membentuk perilakunya men- kita tidak mengajari seseorang agar pandai

jadi jahat (Dako, 2012; p. 3) mencari atau mengkhianati negeri.

Dalam Undang-undang Nomor 20 Menurut Syekh Khalid (2006; p. 243) Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasio- Ada beberapa dasar dalam pendidikan akhlak

nal (Sisdiknas) pasal 3 dikemukakan bahwa yang perlu diterapkan, diantaranya adalah: (a)

pendidikan nasional bertujuan untuk berkem- Menanamkan kepercayaan pada jiwa anak, bangnya potensi peserta didik agar menjadi yang mencakup percaya pada diri sendiri,

manusia yang beriman dan bertaqwa kepada percaya pada orang lain terutama dengan

Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, pendidikannya, dan percaya bahwa manusia berilmu, kreatif, mandiri, dan mejadi warga bertanggung jawab atas perbuatan dan

negara yang demokratis dan bertanggung jawab perilakunya. Ia juga mempunyai cita-cita dan

(UU RI No 20 Tahun 2003). semangat, (b) Menanamkan rasa cinta dan kasih Dari rumusan tujuan pendidikan nasio- terhadap sesame anak, anggota keluarga, dan

nal tersebut ditegaskan bahwa iman dan taqwa orang lain, (c) Menyadarkan anak bahwa nilai-

kepada Tuhan Yang Maha Esa merupakan nilai akhlak muncul dari dalam diri manusia, landasan nilai yang sejati dan harus dianut oleh dan bukan berasal dari peraturan dan undang-

setiap pendidik. Sikap dan perilaku para pen- undang. Karena akhlak adalah nilai-nilai yang didik yang dilandasi iman dan taqwa ini membedakan manusia dari binatang, (d)

Menanamkan “perasaan peka” pada anak-anak. diharapkan berpengaruh kepada diri para peserta didik, baik melalui Transfer of Know-

Caranya adalah membangkitkan perasaan anak ledge maupun melalui Building Of Character terhadap sisi kemanusiaannya, yakni dengan

( Ta’rifin, 2011; p. 95).

tidak banyak menghukum, menghakimi, dan

Evaluasi Pelaksanaan Program Iman dan ... 93 Rindawan, Suyata

Menurut Ince Ami, (2008; p. 294) Tujuan Evaluasi Program IMTAQ pembinaan iman dan taqwa (Imtaq) di kalangan

Adapun tujuan evaluasi dari program siswa sangat penting. Hal ini didasari bahwa IMTAQ adalah: (1) engidentifikasi langkah- berbagai peristiwa bagai epidemi tak bisa langkah pelaksanaan program IMTAQ; (2) dibendung yang menggambarkan kesadisan dan mengidentifikasi strategi pelaksanaan program merosotnya nilai-nilai moral di kalangan siswa IMTAQ; (3) mengidentifikasi faktor peng- dan remaja pada umumnya. Pembinaan iman hambat dan pendukung dalam pelaksanaan dan taqwa di kalangan siswa dapat dilakukan program IMTAQ; (4) mengidentifikasi keter- dengan berbagai strategi antara lain, 1) Opti- capaian dan efektifitas program IMTAQ yang malisasi pendidikan agama di sekolah, baik dari mencakup: (a) ketercapaian program kegiatan segi materi maupun cara penilaian, 2) Integrasi ibadah; (b) ketercapaian program kegiatan pendidikan Imtaq ke dalam mata pelajaran pembacaan dan pemahaman Al- Qur’an; (c) umum, 3) Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler. ketercapaian program kegiatan hari-hari besar

Pengertian Program IMTAQ agama; (d) ketercapaian program kegiatan muamalah/ akhlak.

Deskripsi Iman dan Taqwa di atas hanyalah memperjelas bahwa pentingnya

Kriteria atau indikator program IMTAQ tingkat pendidikan dalam konteks keislaman dan

SMPN

moralitas adalah terbinanya hubungan vertical di samping secara manusiawi dan social. Maka

Dalam pelaksanaan program IMTAQ ada sebuah konsep pendidikan atau pembinaan yang

empat aspek yang harus dicapai, keempat aspek dilandasi keimanan dan ketaqwaan, bukan

tersebut terdiri dari yaitu: 1) Aspek Al- Qur’an, hanya menghasilkan output yang memiliki

2) aspek keimanan/aqidah, 3) aspek akhlak/ tanggung jawab social (pribadi, masyarakat,

muamalat, dan 4) aspek fiqih/ibadah. dan bangsa) namun juga memiliki tanggung

Aspek Al- Qur’an

jawab moral (kepada Tuhan). Nama IMTAQ (Iman dan Taqwa)

Untuk aspek Al- Qur’an ada beberapa dipakai bertujuan agar para siswa memiliki

indikator atau kriteria yang harus dicapai, keimanan dan ketaqwaan sehingga menjadikan

antara lain sebagai berikut: (1) siswa mampu mereka bermoral keagamaan yang luhur dan

membaca Al- Qur’an dengan baik sesuai didasarkan pada Al- Qur’an dan Sunnah Rasul.

makhrajnya; (2) siswa mampu menyalin ayat- Adapun tujuan diadakannya pembinaan Iman

ayat Al- Qur’an sesuai tulisannya; (3) siswa dan Taqwa (IMTAQ) di sekolah adalah untuk

mampu menghafal dan menerjemahkan Al- memberikan bekal pengetahuan, pengalaman

Qur’an; (4) siswa mampu memahami ayat-ayat dan pengamalan agama dan nilai ibadah, bagi

Al- Qur’an sesuai maknanya. peserta didik melalui kegiatan yang terintegrasi

Aspek keimanan/aqidah

dengan kegiatan kokurikuler dan ekstrakuri- kuler, baik di dalam lingkungan sekolah mau-

Untuk aspek keimanan/aqidah ada pun di luar lingkungan sekolah.

beberapa indikator atau kriteria yang harus Adanya kegiatan IMTAQ ini pada

dicapai, antara lain sebagai berikut: (1) siswa dasarnya memberikan jam tambahan pada ma-

mampu memahami dan mengahayati iman teri Pendidikan Agama Islam yang meliputi

kepada Allah SWT; (2) siswa mampu me- materi tentang Al- Qur’an, akidah akhlak, dan

mahami dan menghayati iman kepada malaikat; fiqih yang dibuat materi cerita oleh guru-guru

(3) siswa mampu memahami dan menghayati Pembina IMTAQ.

iman kepada rasul; (4) siswa mampu mema- hami dan menghayati iman kepada Kitab Allah;

Tujuan Pelaksanaan Program IMTAQ (5) siswa mampu memahami dan menghayati Pembinaan IMTAQ (Iman dan Taqwa)

iman kepada qadla’ dan qadar Allah SWT. di sekolah bertujuan untuk memberikan bekal

Aspek akhlak/muamalat

pengetahuan, pengalaman dan pengamalan agama dan nilai ibadah bagi peserta didik me-

Untuk aspek akhlak/muamalat ada lalui kegiatan yang terintegrasi dengan kegiatan

beberapa indikator atau kriteria yang harus kurikuler dan kegiatan ekstrakurikuler, baik di

dicapai, antara lain sebagai berikut: (1) me- dalam lingkungan sekolah maupun di luar

nunjukkan akhlak yang baik kepada guru; (2) lingkungan sekolah.

menunjukkan sikap sopan santun; (3) menun-

94 Jurnal Evaluasi Pendidikan

jukkan akhlak yang baik terhadap teman; (4) agama Islam. Sedangkan objek dalam penelitian memelihara dan melestarikan lingkungan.

ini adalah program IMTAQ yang diselenggara- kan di SMPN 1 Gerung dan SMPN 5 Gerung,

Aspek fiqih/ibadah Kecamatan Gerung, Kabupaten Lombok Barat-

Untuk aspek fiqih/ibadah ada beberapa

NTB.

indikator atau kriteria yang harus dicapai, antara lain sebagai berikut: (1) mampu me-

Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data laksanakan sholat; (2) mampu melaksanakan

Untuk mendapatkan data dalam pe- puasa; (3) mampu menunaikan zakat; (3) mam-

nelitian evaluasi ini maka membutuhkan pu melaksanakan tata cara haji; (4) mampu

Informan sebagai sumber data. Informan dalam melaksanakan tata cara mengurus jenazah.

penelitian ini adalah orang yang benar-benar mengetahui dan menguasai serta terlibat

langsung dengan permasalahan yang sedang Jenis Penelitian

Metode Penelitian

diteliti. Informan yang bersinggungan langsung dengan pelaksanaan program IMTAQ, yaitu

Sesuai dengan tujuan penelitian maka warga sekolah yang terdiri dari kepala sekolah jenis penelitian yang digunakan dalam pene-

dan guru. Penentuan sumber data dilakukan litian ini adalah penelitian evaluasi, dengan

secara purposive, yaitu dipilih dengan pertim- tujuan untuk memperoleh informasi yang akurat

bangan dan tujuan tertentu. untuk mendeskripsikan langkah-langkah pelak-

Instrument yang digunakan dalam pe- sanaan program IMTAQ, strategi-strategi dalam

nelitian kualitatif adalah orang atau human pelaksanaan program IMTAQ, faktor-faktor

instrument, yaitu peneliti itu sendiri. Sedangkan pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan

teknik pengumpulan data dalam penelitian ini program IMTAQ, dan efektifitas dari pelaksa-

menggunakan teknik observasi, wawancara, dan naan program IMTAQ. Pendekatan yang digu-

dokumentasi.

nakan dalam penelitian evaluasi ini adalah Observasi atau pengamatan adalah pendekatan kualitatif, karena data-data atau

kegiatan keseharian dengan menggunakan pan- informasi yang akan dikumpulkan dalam ben-

ca indera mata sebagai alat bantunya. Dalam hal tuk kata-kata atau lisan dari orang-orang dan

ini peneliti melakukan pengamatan langsung perilaku yang diamati.

objek penelitian. Pengamatan ini perlu dilaku- Model evaluasi digunakan yaitu model

kan dengan pertimbangan bahwa kadang apa evaluasi Descrepancy yang dikembangkan oleh

yang dikatakan informan seringkali berbeda Provus . Alasan digunakan dalam penelitian

dengan kenyataan yang ada. evaluasi ini adalah untuk mengetahui, mendes-

Dalam penelitian evaluasi ini akan kripsikan dan menginterpretasikan data secara

digunakan teknik observasi nonpartisipatif yaitu jelas dan rinci tentang langkah-langkah pelak-

observer tidak melibatkan diri ke dalam sanaan program IMTAQ, strategi-strategi dalam

observer hanya pengamatan yang dilakukan pelaksanaan program IMTAQ, faktor-faktor

secara sepintas pada saat tertentu. Dalam hal ini pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan

peneliti mengamati kondisi fisik maupun non program IMTAQ, dan efektifitas dari pelak-

fisik SMPN di Kecamatan Gerung. Adapun sanaan program IMTAQ di SMPN kecamatan

yang berupa fisik meliputi; sarana prasarana, Gerung.

kondisi lingkungan sekolah, performa yang Tempat dan Waktu Penelitian

ditampilkan oleh semua civitas akademik SMPN Kecamatan Gerung baik siswa, guru,

Adapun lokasi penelitian ini adalah di pegawai dan kepala sekolah. Sedangkan yang SMPN 1 Gerung, Jalan Gatot Subroto, Keca-

non fisik berupa kegiatan-kegiatan yang matan Gerung-NTB dan di SMPN 5 Gerung,

berlangsung baik kegiatan kurikuler maupun Jalan Selaparang Reyan, Kecamatan Gerung-

ekstrakurikuler, serta sikap dan perilaku yang NTB. Penelitian dilaksanakan selama tiga bulan

ditampilkan oleh siswa, guru dan kepala yaitu mulai pada bulan November 2013 sampai

sekolah.

Januari 2014. Wawancara dengan maksud untuk memperoleh data kualitatif serta beberapa

Subjek dan Objek Penelitian keterangan atau informasi dari informan.

Subjek dalam penelitian ini adalah Dalam penelitian ini peneliti akan memakai Kepala Sekolah, wakil kepala sekolah dan guru

wawancara berstruktur yaitu wawancara yang

Evaluasi Pelaksanaan Program Iman dan ... 95 Rindawan, Suyata

pewawancaranya menetapkan sendiri masalah- sedangkan triangulasi teknik meliputi peng- masalah dan pertanyaan yang akan diajukan.

amatan atau observasi, wawancara, dan doku- Penulis menggunakan jenis wawancara ini

mentasi. Kegiatan triangulasi yang dilakukan karena ingin mengetahui bagaimana langkah-

dalam penelitian ini adalah mengecek kebenar- langkah pelaksanaan program IMTAQ, strategi-

an informasi tentang ketercapaian tujuan dari strategi yang digunakan dalam pelaksanaan

program IMTAQ yaitu pelaksanaan program program IMTAQ, faktor pendukung dan

IMTAQ dan efektifitas dari program IMTAQ penghambat program IMTAQ dalam rangka

tersebut.

pembinaan akhlak siswa, dan efektifitas dari pelaksanaan program IMTAQ di SMPN 1

Teknik Analisis Data

Gerung dan SMPN 5 Gerung. Teknik Analisis data tentang pelaksanaan wawancara ini dilakukan terhadap informan

program IMTAQ dilakukan secara interaktif. yang dianggap memiliki pengetahuan yang Langkah-langkah analisis data yang dilakukan memadai tentang suatu persoalan atau

dalan penelitian ini terdiri dari: fenomena terhadap obyek yang sedang diamati.

Adapun pihak-pihak yang akan menjadi target Reduksi Data (data reduction). wawancara meliputi guru Pembina IMTAQ,

kepala sekolah, dan wakil kepala sekolah. Matthew B. Miles & A. Michael Dokumentasi digunakan untuk menge-

Huberman (2009:16) mengatakan: reduksi data tahui data mengenai keadaan umum serta

diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan catatan-catatan lain yang berhubungan dengan

perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di SMPN

dan transformasi data “kasar” yang muncul dari

1 dan SMPN 5 Gerung yang relevan dengan catatan-catatan tertulis di lapangan. Jadi, proses fokus penelitian, baik catatan mengenai ke-

reduksi data mempunyai arti merangkum, giatan program IMTAQ maupun catatan

memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan kegiatan yang lain.

pada hal-hal yang penting dicari tema dan pola. Teknik ini digunakan untuk mengum-

Dengan demikian data yang telah direduksi pulkan data dan informasi tentang pelaksanaan

akan memberikan gambaran yang lebih jelas, program IMTAQ, keadaan lembaga tempat pe-

dan mempermudah peneliti untuk melakukan nelitian yaitu data personel sekolah, data sarana

pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya prasarana, dan lain-lain.

bila diperlukan.

Keabsahan data Penyajian data (data display). Usaha peneliti untuk memperoleh

Penyajian data dapat disajikan dalam keabsahan data dapat dilakukan dengan bebe-

bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar rapa teknik, diantaranya:

kategori, flowchart dan sejenisnya. Dalam penelitian ini penyajian data dilakukan dalam

Perpanjangan Keikutsertaan bentuk uraian teks yang bersifat naratif yang mengungkapkan tentang langkah-langkah pe-

Dalam penelitian evaluasi ini, peneliti laksanaan kegiatan program IMTAQ, strategi- akan berusaha semaksimal mungkin untuk

strategi yang dipakai dalam pelaksanaan prog- mengumpulkan data sesuai dengan jadwal ram IMTAQ, faktor pendukung dan peng- penelitian yang telah ditentukan. Tetapi jika

hambat dalam pelaksanaan kegiatan program data yang dibutuhkan masih dirasa belum

IMTAQ, dan efektifitas atau keberhasilan cukup, maka peneliti akan memperpanjang program kegiatan IMTAQ. penelitian agar data yang terkumpul dapat

dipertanggungjawabkan kebenarannya. Penarikan kesimpulan/ verifikasi (conclusion drawing/verification)

Triangulasi Penarikan kesimpulan/ verifikasi (con-

Dalam hal ini agar data hasil penelitian clusion drawing/verification ) merupakan ke- dapat dianggap kredibel, maka dapat dilakukan