standar akuntansi internasional dan harm (1)

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui harmonisasi standar akuntan di
seluruh dunia guna memberikan jasa yang konsisten dan memiliki kualitas yang tinggi
guna kepentingan masyarakat. Standar Akuntansi Internasional oleh beberapa organisasi
tersebut diharapkan dapat mengatur praktik-praktik akuntansi secara internasional.

IFRS (Internasional Financial Accounting Standard) memperkuat arsitektur
keuangan global dan mencari solusi jangka panjang terhadap kurangnya
transparansi informasi keuangan.
Hamonisasi telah berjalan cepat dan efektif, terlihat bahwa sejumlah besar
perusahaan

secara

sukarela

mengadopsi

standard

pelaporan


keuangan

Internasional (IFRS). Banyak Negara yang telah mengadopsi IFRS secara
keseluruhan dan menggunakan IFRS sebagai dasar standard nasional. Hal ini
dilakukan untuk menjawab permintaan investor institusional dan pengguna
laporan keuangan lainnya
Kata kunci : Harmonisasi, standar akuntansi internasional, IFRS

BAB I

1

PENDAHULUAN

Perusahaan-perusahaan multinasional yang beroperasi di berbagai negara
menunjukan telah dimulainya proses globalisasi. Globalisasi telah berperan
menjembatani bertemunya praktek akuntansi yang berbeda dari berbagai negara
baik di atara negara maju yang satu dengan dengan negara maju lainnya, maupun
perbedaan antara negara berkembang yang satu dengan negara berkembang

lainnya, bahkan antara negara maju dengan negara berkembang. Perbedaan yang
demikian ini dapat dimengerti mengingat ilmu akuntansi sebagai bagian dari ilmu
sosial akan sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosial di mana praktek akuntansi
tersebut berada. Akuntansi hanya akan bermanfaat apabila sesuai dengan tuntutan
masyarakat yang menjadi bagian dari lingkungan akuntansi tersebut.
Globalisasi membawa implikasi bahwa hal-hal yang dahulunya merupakan
kewenagan dan tanggungjawab tiap negara, akan dipengaruhi oleh dunia
internasional. Demikian pula dengan pelaporan keuangan dan standar akuntansi
suatu negara.
Operasi bisnis dan pasar modal yang berkembang mengarah ke internasional,
tidak didukung oleh akuntansi dan pelaporannya, karena akuntansi dan
pelaporannya masih berorientasi lokal. Adanya operasi bisnis dan pasar modal
yang bersifat global tersebut tentu menuntut adanya standar yang bersifat global
atau bersifat internasional, karena aturan-aturan akuntansi yang bersifat lokal
tidak mampu memenuhi kebutuhan bisnis dan keuangan internasional. Oleh
karena itu, beberapa kelompok profesi berusaha membuat standar akuntansi
internasional.
Adanya perbedaan praktek akuntansi yang diakibatkan oleh adanya perbedaan
standar akuntansi dapat mengakibatkan daya banding akuntansi menjadi
berkurang atau bahkan hilang sama sekali. Suatu laporan keuangan yang

merupakan hasil dari proses akuntansi pada suatu perusahaan di suatu negara yang
menunjukkan adanya laba atau menggambarkan kinerja yang baik, dapat saja akan
2

menunjukkan perbedaan yang sebaliknya apabila laporan keuangan tersebut
dibuat berdasarkan standar akuntansi di negara yang memiliki standar berbeda
dengan laporan keuangan tersebut.
Standar akuntansi memberikan gambaran yang jelas dan konsisten kepada
pemegang saham, membuat laporan perusahaan lebih dapat dimengerti dan dapat
diperbandingkan. Standar akuntansi yang dapat diperbandingkan sangat
diperlukan oleh perusahaan-perusahaan multinasional, juga oleh para pengguna
laporan keuangan yang ingin mengevaluasi kinerja perusahaan skala global dan
untuk membantu pengambilan keputusan-keputusan yang berhubungan dengan
sekuritas.
Kondisi yang demikian ini tentu saja menimbulkan permasalahan yang serius
mengingat tujuan penyampaian laporan keuangan oleh manajemen adalah untuk
dapat difahami dan dipercayai oleh seluruh pihak yang berkepentingan. Namun
dengan adanya kenyataan bahwa di dunia ini terdapat berbagai standar akuntansi
yang berlaku di masing-masing negara yang semuanya dapat menghasilkan
laporan keuangan yang beragam dapat mengurangi tingkat kepercayaan pihak

eksternal terhadap laporan keuangan tersebut.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis mengambil judul dalam tulisan ini adalah
“Standar Akuntansi Internasional dan Harmonisasi”

BAB II
3

TEORI PEMBAHASAN

Penyusunan Standar Akuntansi Internasional
Standar Akuntansi Internasional (International Accounting Standards/IAS )
disusun oleh empat organisasi utama dunia. Organisasi tersebut yaitu Badan
Standar Akuntansi Internasional (IASB), Komisi Masyarakat Eropa (EC),
Organisasi Internasional Pasar Modal (IOSOC), dan Federasi Akuntansi
Internasioanal (IFAC). Badan Standar Akuntansi Internasional (IASB) yang dahulu
bernama Komisi Standar Akuntansi Internasional (AISC), merupakan lembaga
independen untuk menyusun standar akuntansi. Organisasi ini memiliki tujuan
mengembangkan dan mendorong penggunaan standar akuntansi global yang
berkualitas tinggi, dapat dipahami dan dapat diperbandingkan (Choi et al., 1999).
Komisi Masyarakat Eropa (EC) menekankan negara-negara anggota untuk

menggunakan standar akuntansi internasional guna memasuki pasar modal pada
banyak

negara,

multinasional

sehingga

dalam

skala

mengurangi

masalah

internasional.

operasional


Penerapan

standar

perusahaan
akuntansi

internasional di Eropa lebih bermotif untuk mempermudah jalan masuk ke pasar
modal di banyak negara, khususnya Amerika Serikat dan negara-negara lokasi
anak perusahaan.
Organisasi Internasional Pasar Modal (IOSOC) bertujuan untuk
mengembangkan konsensus internasional, pertukaran informasi penyusunan
standar baku untuk melindungi investor, dan pengawasan yang memadai dalam
pasar modal. Federasi Akuntansi Internasioanal (IFAC) bertujuan untuk
pengembangan profesi dan harmonisasi standar akuntan di seluruh dunia guna
memberikan jasa yang konsisten dan memiliki kualitas yang tinggi guna
kepentingan masyarakat (Choi, et al., 1999). Standar Akuntansi Internasional oleh
beberapa organisasi tersebut diharapkan dapat mengatur praktik-praktik akuntansi
secara internasional.


4

Pada tahun 1971, standar akuntansi internasional menghadapi kritikan dari
berbagai negara di dunia. Kritikan yang dilontarkan yaitu: 1) berkaitan dengan
fleksibilitas standar akuntansi internasional, 2) dianggap sebagai takti dari Kantor
Akuntan Publik (KAP) besar untuk melakukan ekspansi pasar, 3) memungkinkan
terjadinya kelebihan standar akuntansi (Choi, et al., 1999).
Standar akuntansi internasional tidak fleksibel, karena memaksimalkan
standarisasi dari standar akuntansi internasional di berbagai negara untuk
memperoleh keseragaman standar akuntansi, sehingga menghapus perbedaanperbedaan standar akuntansi di berbagai negara. Pada kenyataanya tiap negara
memiliki standar akuntansi yang berbeda satu sama lainnya, karena perbedaan
latar belakang nasional, keunikan iklim bisnis, serta adanya perbedaan kebutuhan
dari pemakai laporan keuangan.
Kebutuhan dari pemakai laporan keuangan berbeda-beda sebagai contoh,
kebutuhan dari negara-negara common law yaitu Amerika Serikat dan negaranegara persemakmuran Inggris yang berbeda dengan kebutuhan dari negaranegara code law seperti Perancis, Italia, Jerman, Spanyol, Belanda (Choi, et al.,
1999), dan Akuntansi Perkoperasian di Indonesia yang belum tentu dibutuhkan di
Amerika Serikat (Arja Sadjiarto, 1999).
Meskipun banyak kritik terhadap standar akuntansi internasional, banyak pula
dukungan terhadap standar akuntansi internasional. Hal ini karena beberapa

organisasi peminjam internasional mendorong digunakannya standar akuntansi
yang diterima secara internasional dan badan-badan pengawas pasar modal
internasional semakin menuntut penggunan standar akuntansi internasional.
Seperti halnya tekanan dunia internasional untuk mengadopsi standar akuntansi
internasional, sebagai contoh tuntutan Bank Dunia dan Bank Pembangunan Asia
yang mengharuskan standar akuntansi keuangan yang sejalan dengan standar
akuntansi internasional (Asian Development Bank Report, 2003)
Adopsi Standar Akuntansi Internasional

5

Adopsi standar akuntansi internasional adalah mengadopsi standar akuntansi
internasional secara penuh tanpa adanya perubahan-perubahan untuk diterapkan di
suatu negara. Adopsi dan implementasi standar akuntansi internasional (IAS) yang
sekarang menjadi International Financial Reporting Standard (IFRS) bukanlah
suatu yang mudah, beberapa permasalahan akan dihadapi oleh tiap negara.
Permasalahan yang dihadapi di antaranya adalah (Media Akuntansi, 2005a) : 1)
masalah penerjemahan standar itu sendiri, IFRS yang diterbitkan dalam bahasa
Inggris perlu diterjemahkan, sedangkan penerjemahan itu sendiri akan mengalami
kesulitan di antaranya adanya ketidakkonsistenan dalam penggunaan kalimat

bahasa Inggris, penggunaan istilah yang sama untuk menerangkan konsep yang
berbeda, dan penggunaan istilah yang tidak terdapat padanannya dalam
penerjemahan, 2) ketidaksesuaian antara IFRS dengan hukum nasional, karena
pada beberapa negara standar akuntansi termasuk sebagai bagian dalam hukum
nasional, sehingga standar akuntansinya ditulis dalam bahasa hukum, dan di sisi
lain IFRS tidak ditulis dalam bahasa hukum, sehingga harus diubah oleh Dewan
Standar Akuntansi masing-masing negara, 3) struktur dan kompleksitas standar
internasional, dengan adanya IFRS menimbulkan kekhawatiran bahwa standar
akan semakin tebal dan kompleks.
Banyaknya permasalahan yang dihadapi dalam mengadopsi IFRS bukan
berarti

mengadopsi

IFRS

tidak

memiliki


manfaat

bagi

negara

yang

mengadopsinya. Manfaatnya antara lain (Media Akuntansi, 2005b): 1)
penghematan waktu dan uang, dengan adanya IFRS perusahaan dapat melakukan
konsolidasi informasi keuangan dari negara yang berbeda, tanpa memerlukan dua
pegawai yaitu yang mengerti standar akuntansi Indonesia dan standar akuntansi
negara lain, 2) dapat melindungi kepentingan masyarakat, karena dengan standar
yang berbeda maka masyarakat yang mengharapkan keuntungan bisa jadi
mengalami kerugian akibat perbedaan perlakuan akuntansi, 3) ekspansi ekonomi
berlangsung dengan cepat, dengan standar yang sama maka laporan keuangan di
semua negara akan sama, sehingga tidak perlu penyesuaian lagi dan proses
analisis laporan keuangan dapat dilakukan dengan cepat dan pengambilan

6


keputusan juga lebih cepat, yang pada akhirnya proses ekspansi pun menjadi
cepat.
Perbandingan Standar Akuntansi Keuangan : Indonesia, Amerika Serikat
dan Internasioanl.
Untuk melihat terjadinya perbedaan praktek akuntansi di berbagai negara di
dunia ini, berikut ini disampaikan contoh Standar Akuntansi Keuangan (SAK)
yang berlaku di Indonesia, Amerika Serikat ( Financial Accounting Standard
Board/FASB) dan Stadar Akuntansi Internasional (International Accounting
Standard/IAS) atau International Financial Report Standard (IFRS).
Standar Akuntansi Keuangan Indonesia
Indonesia sebagai salah satu negara yang sedang berkembang tentu saja sangat
jauh berbeda bila dibandingkan dengan negara maju seperti Amerika Serikat
maupun negara maju lainnya baik dalam praktek bisnis maupun standar dan
prektek akuntansinya. Praktek bisnis yang telah berkembang di negara maju dan
telah dibuat standar akuntansinya namun praktek bisnis
tersebut belum berkembang di Indonesia tentu saja belum memerlukan standar
akuntansi. Sementara praktek bisnis yang berkembang di Indonesia namun tidak
berkembang di negara lainnya termasuk di negara-negara maju, maka dibuat
standar akuntansinya seperti standar akuntansi untuk perbankan syariah.
Standar Akuntansi Keuangan Amerika Serikat
Amerika merupakan salah satu Negara maju didunia yang mempunyai
pengaruh politik, ekonomi, social budaya termasuk akuntansi terhadap sesame
Negara maju maupun Negara berkembang sangat kuat. Dapat diibaratkan apa
yang terjadi di Amerika sekarang secara perlahan atau cepat akan ditiru di Negara
lain. Khusus mengenai praktek bisnis di Amerika berkembang begitu pesat yang
7

pada akhirnya memerlukan standard an praktek akuntansi yang berkembang pula
sesuai dengan perkembangan bisnis yang terjadi. Bila dibandingkan dengan
Standar Akuntansi Keungan Indonesia maupun Standar Akuntansi Internasional
maka standar akuntansi keuangan di Amerika jauh lebih banyak akibat praktek
bisnis yang memang lebih beragam
Standar Akuntansi Internasional (IAS / IFRS)
International Accounting Standard/International Financial Reporting
Standard dikeluarkan oleh International Accounting Standard Board atau Badan
Standar Akuntansi Internasional. Mengingat tujuan penyusunan standar akuntansi
tersebut untuk dapat dipergunakan sebanyak mungking negara di dunia maka
dalam penyusunan standar akuntansi terntu saja Badan Standar Akuntansi
Internasional mempertimbangkan kondisi sebagian besar negara sehingga sesuai
dengan kebutuhan mereka. Bila kita bandingkan dengan standar akuntansi
Amerika maka dari segi jumlah standar yang dikeluarkan Badan Standar
Akuntansi Internasional jauh lebih sedikit karena memang mereka tidak mengacu
pada perkembangan bisnis dan kebutuhan akuntansi di Amerika saja melainkan
pada sebagian besar negara sehingga standar akuntansi yang mereka keluarkan
dapat diadopsi baik sebagian maupun sepenuhnya.
Ketiga standar akuntansi tersebut baik yang berlaku di Indonesia, Amerika
Serikat, dan standar Internasional, maka secara kuantitas jelas tampak perbedaan
yang nyata. Bila melihat dari segi jumlah standar maka standar akuntansi
diIndonesia bila dibandingkan dengan Amerika Serikat hanya kurang lebih
sepertiganya saja sementara bila dibandingkan dengan standar akuntansi
internasional standar akuntansi di Indonesia lebih banyak. Perbedaan jumlah
standar akuntansi di Amerika yang jauh lebih banyak dari Indonesia dapat
dijelaskan bahwa tingkat perkembangan ekonomi Amerika jauh lebih maju bila
dibandingkan dengan Indonesia sehingga di Amerika telah berkembang berbagai

8

jenis instrumen yang dapat dikategorikan ke dalam rekening harta, kewajiban,
maupun ekuitas.

Sementara bila di Indonesia ada standar akuntansi yang sudah berlaku di
Amerika tetapi belum ada di Indonesia menunjukkan bahwa untuk Indonesia hal
tersebut masih dipandang belum mendesak atau penting mengingat frekuensi
terjadinya masih rendah atau bahkan belum timbul sama sekali.Sementara standar
akuntansi internasional yang lebih sedikit bila dibandingkan dengan Amerika
bahkan Indonesia dapat dijelaskan bahwa standar akuntansi internasional berusaha
sebanyak mungkin dapat mengadopsi berbagai keragaman standar akuntansi di
berbagai negara di dunia. Standar akuntansi internasional tersebut diharapkan
banyak negara yang dapat mengadopsi atau menggunakan standar yang ada untuk
diberlakukan di negara masing-masing. Semakin banyaknya negara yang
menggunakan standar akuntansi internasional berarti telah terjadi penyeragaman
standar akuntansi meskipun belum sepenuhnya, mengingat seperti di Amerika
berarti masih ada standar akuntansi lainnya yang belum tercakup dalam standar
akuntansi internasional
Indonesia akan mengadopsi IFRS secara penuh pada 2012, Strategi adopsi
yang dilakukan untuk konvergensi ada dua macam, yaitu big bang strategy dan
gradual strategy. Big bangstrategy mengadopsi penuh IFRS sekaligus, tanpa
melalui tahapan - tahapan tertentu. Strategi ini digunakan oleh negara-negara
maju. Sedangkan pada gradual strategy, adopsi IFRS dilakukan secara bertahap.
Strategi ini digunakan oleh negara-negara berkembang seperti Indonesia.
Hambatan konvergensi biasanya muncul atas beberapa isu akuntansi dan
pelaporan keuangan berikut:
1. Pengakuan dan pengukuran:
2. financial assets and derivative financial instruments,
3. impairment losses,
4. provisions,
5. employee benefit liabilities,
9

6. income taxes;
7. Akuntansi Penggabungan Usaha Pengungkapan atas:
8. related party transactions,
9. segment information

Beberapa standar Akuntansi :
a. Standar Akuntansi USA
Amerika memakai FASB dan US GAAP (Generally Accepted Accounting
Principles)
b. Standar Akuntansi Inggris dan Eropa
Uni Eropa memakai IAS dan IASB
c. Standar Akuntansi Indonesia
Indonesia memakai PSAK – nya IAI
d. Standar Akuntansi lainnya
Standar Akuntansi USA :
1.

Tidak ada kodefikasi

2.

CAP

3.

APB statement

4.

FASB

Standar Akuntansi Indonesia :
1.

Standar “sound business practices” gaya Belanda

10

2.

PAI & USA

3.

PSA

4.

PSAK prinsip Amerika

5.

PSAK prinsip IASC – IFRS

IFRS adalah tata cara bagaimana perusahaan menyusun laporan keuangannya.
Teknik untuk menyusun laporan keuangan dibutuhkan standard.
Di Amerika, terdapat standar yang terbagi dalam tiga era :
1. Standar ditentukan / disusun oleh manajemen
Standar ditentukan / disusun oleh manajemen karena yang membutuhkan
adalah pihak manajemen.
2. Standar ditentukan / disusun oleh profesi
Standar ditentukan / disusun oleh profesi karena profesi yang bertugas untuk
menyusun dan mengaudit laporan keuangan.
3. Financial Accounting Standard World (FASW)
FASW lahir setelah orang menilai pihak kreditur terlalu dominant dalam
menyusun standar akuntansi keuangan.
Standar Akuntansi yang menjadi dua kekuatan besar dunia :
1. Amerika = FASB dan US GAAP
2. Internasional = Eropa = dibentuk IASC yang kemudian berubah IFRS

Sejarah Penentuan Standar Akuntansi Internasional
11

1959- Jacob Kraayenhof, mitra pendiri sebuah firma akuntan independen Eropa
yang utama, mendorong agar usaha pembuatan standar akuntansi internasional
dimulai.
1961- Group d’Etudes, yang terdiri dari akuntan professional yang berpraktik,
didirikan di Eropa untuk memberikan nasihat kepada pihak berwenang Uni Eropa
dalam masalah-masalah yang menyangkut akuntansi.
1966- Kelompok Studi Internasional Akuntan didirikan oleh institute professional
di Kanada, Inggris, dan Amerika Serikat.
1973- Komite Standar Akuntansi Internasional (Internasional Accounting
Standard Committee-IASC) didirikan.
1976- Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (Organization for
Economic Coorporation and Development-OECD) mengeluarkan Deklarasi
Investasi

dalam

Perusahaan

Multinasional

yang

berisi

panduan

untuk

“Pengungkapan Informasi”.
1977- Federasi Internasional Akuntan (International Federation of AccountingIFAC) didirikan.
1977- Kelompok Para Ahli yang ditunjuk oleh Dewan Ekonomi dan Sosial
Perserikatan Bangsa-bangsa mengeluarkan laporan yang terdiri dari empat bagian
mengenai Standar Internasional Akuntansi dan Pelaporan bagi Perusahaan
Transnasional.
1978- Komisi Masyarakat ropa mengeluarkan Direktif Keempat sebagai langkah
pertama menuju harmonisasi akuntansi Eropa.
1981- IASC mendirikan kelompok konsultatif yang terdiri dari organisasi
nonanggota untuk memperluas masukan-masukan dalam pembuatan standar
internasional.

12

1984- Bursa Efek London menyatakan bahwa pihaknya berharap agar perusahaanperusahaan yang mencatatkan sahamnya tetapi tidak didirikan di Inggris atau
Irlandia menyesuaikan dengan standar akuntansi internasional.
1987- Organisasi Internasional Komisi Pasar Modal (IOSCO) menyatakan dalam
konferensi tahunannya untuk mendorong penggunaan standar yang umum dalam
praktik akuntansi dan audit.
1989- IASC mengeluarkan Draf Eksposure 32 mengenai perbandingan laporan
keuangan. Kerangka Dasar untuk Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan
diterbitkan aoleh IASC.
1995- Dewan IASC dan Komisi Teknis IOSCO menyetujui suatu rencana kerja
yang penyelesaiannya kemudian berhasil mengeluarkan IAS yang membentuk
satu kelompok inti standar yang komprehensif. Keberhasilan dalam penyelesaian
standar-standar

ini

menmungkinkan

Komisi

Teknis

IOSCO

untuk

merekomendasikan pengesahan IAS dalam pengumpulan Modal lintas batas dan
keperluan pencatatan saham di seluruh pasar global.
1995- Komisi Eropa mengadopsi sebuah pendekatan daru dalam harmonisasi
akuntansi yang akan memungkinkan penggunaan IAS oleh perusahaanperusahaan yang melakukan pencatatan saham dalam pasar modal internasional.
1996- Komisi Pasar Modal AS (SEC) mengumumkan bahwa pihaknya
”….mendukung tujuan IASC untuk mengembangkan, secepat mungkin, standar
akuntansi yang dapat digunakan untuk menyusun laporan keuangan yang dapat
digunakan dalam penawaran surat berharga lintas batas.
1998- IOSCO menerbitkan laporan “Standar Pengungkapan Internasional untuk
Penawaran Lintas Batas dan Pencatatan Saham Perdana bagi Emiten Asing”.

13

1999- Forum Internasional untuk Pengembangan Akuntansi (International Forum
on Accountancy Development-IFDA) bertemu untuk pertama kalinya pada bulan
Juni.
2000- IOSCO menerima, secara keseluruhan, seluruh 40 standar inti yang disusun
oleh IASC sebagai jawaban atas daftar keinginan IOSCO tahun 1993.
2001- Komisi Eropa mengusulkan sebuah aturan yang akan mewajibkan seluruh
perusahaan EU yang tercatat sahamnya pada suatu pasar yang diregulasi untuk
menyusun akun-akun konsolidasi sesuai dengan IAS selambatnya tahun 2005.
2001- Badan Standar Akuntansi Internasional (Internastiaonal Accounting
Standars Board-IASB) menggantikan IASC dan mengambil alih tanggung
jawabnya per tanggal 1 April. Standar IASB disebut sebagai Standar Pelaporan
Keuangan Internasional (IFRS) dan termasuk didalamnya IAS yang dikeluarkan
oleh IASC.
2002- Parlemen Eropa menyetujui proposal Komisi Eropa bahwa secara nyata
seluruh perusahaan EU yang tercatat sahamnya harus mengikuti standar IASB
dimulai selambat-lambatnya tahun 2005 dalam laporan keuangan konsolidasi.
Negara-negara anggota dapat memperluas ketentuan ini terhadap laporan
keuangan perusahaan-perusahaan yang tidak melakukan pencatatan saham dan
perusahaan secara individu. Dewan Eropa kemudian mengadopsi aturan yang
memungkinkan hal ini tercapai.
2002- IASB dan FASB menandatangani “Perjanjian Norwalk” yang berisi
komitmen bersama terhadap konvergensi standar akuntansi internasional dan AS.
2003- Dewan Eropa menyetujui Direktif EU Keempat dan Ketujuh yang
diamandemen, yang menghapuskan ketidakkonsistenan antara direktif lama
dengan IFRS.
2003- IASB menerbitkan IFRS 1 dan revisi terhadap 15 IAS.
14

Pengertian IFRS( International Financial Accounting Standard)
IFRS merupakan standar akuntansi internasional yang diterbitkan oleh
International Accounting Standard Board (IASB). Standar Akuntansi Internasional
(International Accounting Standards/IAS) disusun oleh empat organisasi utama
dunia yaitu Badan Standar Akuntansi Internasional (IASB), Komisi Masyarakat
Eropa (EC), Organisasi Internasional Pasar Modal (IOSOC), dan Federasi
Akuntansi Internasioanal (IFAC).
Badan Standar Akuntansi Internasional (IASB) yang dahulu bernama Komisi
Standar Akuntansi Internasional (AISC), merupakan lembaga independen untuk
menyusun standar akuntansi. Organisasi ini memiliki tujuan mengembangkan dan
mendorong penggunaan standar akuntansi global yang berkualitas tinggi, dapat
dipahami dan dapat diperbandingkan (Choi et al., 1999)
Struktur IFRS
International Financial Reporting Standards mencakup:
1. International Financial Reporting Standards (IFRS)
standar yang diterbitkan setelah tahun 2001
2. International Accounting Standards (IAS) – standar yang diterbitkan sebelum
tahun 2001

15

3. Interpretations yang diterbitkan oleh International Financial Reporting
Interpretations
Committee (IFRIC) – setelah tahun 2001
4. Interpretations yang diterbitkan oleh Standing Interpretations Committee
(SIC) – sebelum tahun 2001Secara garis besar ada empat hal pokok yang
diatur dalam standar akuntansi. Yang pertama berkaitan dengan definisi
elemen laporan keuangan atau informasi lain yang berkaitan. Definisi
digunakan dalam standar akuntansi untuk menentukan apakah transaksi
tertentu harus dicatat dan dikelompokkan ke dalam aktiva, hutang, modal,
pendapatan dan biaya. Yang kedua adalah pengukuran dan penilaian. Pedoman
ini digunakan untuk menentukan nilai dari suatu elemen laporan keuangan
baik pada saat terjadinya transaksi keuangan maupun pada saat penyajian
laporan keuangan (pada tanggal neraca). Hal ketiga yang dimuat dalam
standar adalah pengakuan, yaitu kriteria yang digunakan untuk mengakui
elemen laporan keuangan sehingga elemen tersebut dapat disajikan dalam
laporan keuangan. Yang terakhir adalah penyajian dan pengungkapan laporan
keuangan. Komponen keempat ini digunakan untuk menentukan jenis
informasi dan bagaimana informasi tersebut disajikan dan diungkapkan dalam
laporan keuangan. Suatu informasi dapat disajikan dalam badan laporan
(Neraca, Laporan Laba/Rugi) atau berupa penjelasan (notes) yang menyertai
laporan keuangan (Chariri, 2009).
Konverjensi ke IFRS di Indonesia
Indonesia saat ini belum mewajibkan bagi perusahaan-perusahaan di Indonesia
menggunakan IFRS melainkan masih mengacu kepada standar akuntansi
keuangan lokal. Dewan Pengurus Nasional IAI bersama-sama dengan Dewan
Konsultatif SAK dan Dewan SAK merencanakan tahun 2012 akan menerapkan
standar akuntansi yang mendekati konvergensi penuh kepada IFRS. Dari data-data
di atas kebutuhan Indonesia untuk turut serta melakukan program konverjensi
tampaknya sudah menjadi keharusan jika kita tidak ingin tertinggal. Sehingga,
16

dalam perkembangan penyusunan standar akuntansi di Indonesia oleh Dewan
Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) tidak dapat terlepas dari perkembangan
penyusunan standar akuntansi internasional yang dilakukan oleh International
Accounting Standards Board (IASB). Standar akuntansi keuangan nasional saat
ini sedang dalam proses secara bertahap menuju konverjensi secara penuh dengan
International Financial Reporting Standards yang dikeluarkan oleh IASB.
Dan untuk hal-hal yang tidak diatur standar akuntansi internasional, DSAK akan
terus mengembangkan standar akuntansi keuangan untuk memenuhi kebutuhan
nyata di Indonesia, terutama standar akuntansi keuangan untuk transaksi syariah,
dengan semakin berkembangnya usaha berbasis syariah di tanah air. Landasan
konseptual untuk akuntansi transaksi syariah telah disusun oleh DSAK dalam
bentuk Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah.
Hal ini diperlukan karena transaksi syariah mempunyai karakteristik yang berbeda
dengan transaksi usaha umumnya sehingga ada beberapa prinsip akuntansi umum
yang tidak dapat diterapkan dan diperlukan suatu penambahan prinsip akuntansi
yang dapat dijadikan landasan konseptual. Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan untuk transaksi syariah akan dimulai dari nomor 101 sampai dengan
200. (SY). Indonesia harus mengadopsi standar akuntansi internasional
(International Accounting Standard/IAS) untuk memudahkan perusahaan asing
yang akan menjual saham di negara ini atau sebaliknya. Namun demikian, untuk
mengadopsi standar internasional itu bukan perkara mudah karena memerlukan
pemahaman dan biaya sosialisasi yang mahal. Membahas tentang IAS saat ini
lembaga-lembaga yang aktif dalam usaha harmonisasi standar akuntansi ini antara
lain adalah IASC (International Accounting Standard Committee), Perserikatan
Bangsa-Bangsa dan OECD (Organization for Economic Cooperation and
Development).
Beberapa pihak yang diuntungkan dengan adanya harmonisasi ini adalah
perusahaan-perusahaan multinasional, kantor akuntan internasional, organisasi
perdagangan,

serta

IOSCO

(International
17

Organization

of

Securities

Commissions) Iqbal, Melcher dan Elmallah (1997:18) mendefinisikan akuntansi
internasional sebagai akuntansi untuk transaksi antar negara, pembandingan
prinsip-prinsip akuntansi di negara-negara yang berlainan dan harmonisasi standar
akuntansi di seluruh dunia. Suatu perusahaan mulai terlibat dengan akuntansi
internasional adalah pada saat mendapatkan kesempatan melakukan transaksi
ekspor atau impor. Standard akuntansi internasional (IAS) adalah standard yang
dapat digunakan perusahaan multinasional yang dapat menjembatani perbedaanperbedaan antar Negara, dalam perdagangan multinasional.
IASC didirikan pada tahun 1973 dan beranggotakan anggota organisasi profesi
akuntan dari sepuluh negara. Di tahun 1999, keanggotaan IASC terdiri dari 134
organisasi profesi akuntan dari 104 negara, termasuk Indonesia. Tujuan IASC
adalah (1) merumuskan dan menerbitkan standar akuntansi sehubungan dengan
pelaporan keuangan dan mempromosikannya untuk bisa diterima secara luas di
seluruh dunia, serta (2) bekerja untuk pengembangan dan harmonisasi standar dan
prosedur

akuntansi

sehubungan

dengan

pelaporan

keuangan.

IASC memiliki kelompok konsultatif yang disebut IASC Consultative Group
yang terdiri dari pihak-pihak yang mewakili para pengguna laporan keuangan,
pembuat laporan keuangan, lembaga-lembaga pembuat standar, dan pengamat dari
organisasi antar-pemerintah. Kelompok ini bertemu secara teratur untuk
membicarakan kebijakan, prinsip dan hal-hal yang berkaitan dengan peranan
IASC. IFRS (Internasional Financial Accounting Standard) adalah suatu upaya
untuk memperkuat arsitektur keungan global dan mencari solusi jangka panjang
terhadap kurangnya transparansi informasi keuangan.
Tujuan IFRS
Tujuan IFRS adalah memastikan bahwa laporan keungan interim perusahaan
untuk periode-periode yang dimaksukan dalam laporan keuangan tahunan,
mengandung informasi berkualitas tinggi
18

1.

Transparansi bagi para pengguna dan dapat dibandingkan sepanjang

peiode yang disajikan.

.

.

.

2. Menyediakan titik awal yang memadai untuk akuntansi yang berdasarkan pada
IFRS
3. Dapat dihasilkan dengan biaya yang tidak melebihi manfaat untuk para
pengguna
Manfaat dari adanya suatu standard global:
1. Pasar modal menjadi global dan modal investasi dapat bergerak di seluruh
dunia tanpa hambatan berarti. Stadart pelaporan keuangan berkualitas tinggi
yang digunakan secara konsisten di seluruh dunia akan memperbaiki efisiensi
alokasi local
2. Investor dapat membuat keputusan yang lebih baik
3. Perusahaan-perusahaan dapat memperbaiki proses pengambilan keputusan
mengenai merger dan akuisisi
4. Gagasan terbaik yang timbul dari aktivitas pembuatan standard dapat
disebarkan dalam mengembangkan standard global yang berkualitas tertinggi.
Hamonisasi telah berjalan cepat dan efektif, terlihat bahwa sejumlah besar
perusahaan

secara

sukarela

mengadopsi

standard

pelaporan

keuangan

Internasional (IFRS). Banyak Negara yang telah mengadopsi IFRS secara
keseluruhan dan menggunakan IFRS sebagai dasar standard nasional. Hal ini
dilakukan untuk menjawab permintaan investor institusional dan pengguna
laporan keuangan lainnya. Usaha-usaha standard internasional ini dilakukan
secara sukarela, saat standard internasional tidak berbeda dengan standard
nasional, maka tidak akan ada masalah, yang menjadi masalah, apabila standard
internasional berbeda dengan standard nasional. Bila hal ini terjadi, maka yang
didahulukan adalah standard nasional.
Banyak pro dan kontra dalam penerapan standard internasional, namun seiring
waktu, Standard internasional telah bergerak maju, dan menekan Negara-negara
19

yang kontra. Contoh : komisi pasar modal AS, SEC tidak menerima IFRS sebagai
dasar pelaporan keuangan yang diserahkan perusahaan-perusahaan yang
mencatatkan saham pada bursa efek AS, namun SEC berada dalam tekanan yang
makin meningkat untuk membuat pasar modal AS lebih dapat diakses oleh para
pembuat laporan non-AS. SEC telah menyatakan dukungan atas tujuan IASB
untuk mengembangkan standard akuntansi yang digunakan dalam laporan
keuangan yang digunakan dalam penawaran lintas batas.
Kerangka Kerja
Kerangka kerja guna Persiapan dan Presentasi Laporan Keuangan
menyampaikan prinsip-prinsip dasar IFRS. Kerangka kerja IASB dan FASB
sedang dalam proses pembaharuan dan perangkuman. Proyek Kerangka
Konseptual Gabungan (The Joint Conceptual Framework project) bertujuan untuk
memperbaharui

dan

merapikan

konsep-konsep

yang

telah

ada

guna

menggambarkan perubahan di pasar, praktek bisnis dan lingkungan ekonomi yang
telah timbul dalam dua dekade atau lebih sejak konsep pertama kali dibentuk.
Tujuan keseluruhan adalah untuk menciptakan dasar guna standar akuntansi di
masa mendatang yang berbasis prinsip, konsisten secara internal dan diterima
secara internasional. Karena hal tersebut, (dewan) IASB dan FASB Amerika
Serikat melaksanakan proyek secara bersama.
Objektif Laporan Keuangan
Sebuah laporan keuangan harus menggambarkan pandangan benar dan adil
atas usaha sebuah organisasi. Oleh karena laporan-laporan ini digunakan oleh
berbagai pihak, laporan tersebut harus menggambarkan pandangan sebenarnya
akan keadaan keuangan sebuah organisasi.
Upaya untuk memperkuat arsitektur keuangan global dan mencari solusi jangka
20

panjang terhadap kurangnya transparansi informasi keuangan, membuat
International Accounting Standard Boards - IASB melakukan percepatan
harmonisasi standar Akuntansi internasional khususnya International Financial
Reporting Standards – IFRS yang dibuat oleh IASB dan Financial Accounting
Standard Boards (Badan Pembuat Standar Akuntansi di Amerika Serikat).

Ruang Lingkup Standar
Standar ini berlaku apabila sebuah perusahaan menerapkan IFRS untuk
pertamakalinya melalui suatu pernyataan eksplisit tanpa syarat tentang kesesuaian
dengan IFRS. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa laporan keuangan
perusahaan yang pertamakalinya berdasarkan IFRS (termasuk laporan keuangan
interim untuk periode pelaporan tertentu ) menyediakan titik awal yang memadai
dan transparan kepada para pengguna dan dapat dibandingkan sepanjang seluruh
periode disajikan.
Alasan Indonesia melakukan konvergensi IFRS
Harmonisasi telah berjalan cepat dan efektif, terlihat bahwa sejumlah besar
perusahaansecara sukarela mengadopsi standard pelaporan keuangan Internasional
(IFRS). Banyak Negarayang telah mengadopsi IFRS secara keseluruhan dan
menggunakan IFRS sebagai dasar standardnasional. Hal ini dilakukan untuk
menjawab permintaan investor institusional dan penggunalaporan keuangan
lainnya.Usaha-usaha standard internasional ini dilakukan secara sukarela, saat
standard internasiona tidak berbeda dengan standard nasional, maka tidak akan
ada masalah, yang menjadi masalah,apabila standard internasional berbeda
dengan standard nasional. Bila hal ini terjadi, maka yangdidahulukan adalah
standard nasional (rujukan pertama).Banyak pro dan kontra dalam penerapan
standard internasional, namun seiring waktu,Standard internasional telah bergerak
maju, dan menekan Negara-negara yang kontra. Contoh :komisi pasar modal AS,
SEC tidak menerima IFRS sebagai dasar pelaporan keuangan yangdiserahkan
perusahaan-perusahaan yang mencatatkan saham pada bursa efek AS, namun
21

SEC berada dalam tekanan yang makin meningkat untuk membuat pasar modal
AS lebih dapatdiakses oleh para pembuat laporan non-AS. SEC telah menyatakan
dukungan atas tujuan IASBuntuk mengembangkan standard akuntansi yang
digunakan dalam laporan keuangan yangdigunakan dalam penawaran lintas
batas.Dengan pengadopsian IFRS memang diperuntukkan sebagai contoh bahwa
dalam hidup amemang mengalami perubahan, dan perubahan ini terjadi akibat
adanya perkembangan dari segala aspek. Namun dalam mengadopsi IFRS ,
sayangnya masih terdapat pihak-pihak yangmungkin menentangnya, contoh
alasannya adalah pemahaman yang mungkin masih dirasakurang. Mengapa tidak,
IFRS ini dalam penjelasannya masih menggunakan bahasa Inggris yang berarti
kita harus menerjemahkannya kedalam bahasa yang sesuai dengan Negara yang
akanmenganutnya. Dengan ini, permasalahannya adalah kita memerlukan banya
waktu untuk menerjemahkan. Serta anggapan bahwa dengan pengubahan ini
menimbulkan biaya yang lumayan besar
Implikasi Bagi Standar dan Praktek Akuntansi di Indonesia
Indonesia merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari bisnis internasional
atau global tentu saja juga akan menghadapi permasalahan dalam standar maupun
praktek akuntansinya yang mau tidak mau harus menyesuaikan diri dengan
perkembangan akuntansi yang berlaku secara internasional. Beberapa negara maju
antara lain Perancis telah memberikan kebebasan kepada perusahaan untuk
menggunakan standar akuntansi Perancis maupun standar akuntansi internasional
yaitu Ineternational Financial Report Standard yang dikeluarkan oleh
International Accounting Standard Board. Pemberian kebebasan kepada
perusahaan untuk menggunakan IFRS tentu saja dapat menjadi kecenderungan
bagi negara lainnya yang pada akhirnya akan mendorong penggunaan IFRS secara
meluas di berbagai negara termasuk Indonesia.
Namun demikian merujuk pada faktor-faktor yang mempengaruhi praktek
akuntansi, maka Indonesia tidak dengan serta merta mengadopsi IFRS secara
penuh atau mutlak mengingat perbedaan faktor pendukung sehingga harus
dilakukan kajian terlebih dahulu standar mana yang sudah dapat diadopsi dan
22

diterapkan diIndonesia dan standar mana yang belum dapat diadopsi untuk
diterapkan di Indonesia, dengan demikian penerapan IFRS dibatasi terlebih dahulu
hanya pada perusahaan-perusahaan yang mempunyai kemampuan penyesuaian
tinggi terhadap perubahan penggunaan standar yang berlaku di Indonesia ke IFRS.
Perusahaan penanaman modal asing (PMA) dan perusahaan yang telah go publik
mungkin merupakan perusahaan-perusahaan yang telah siap beralih dari
penggunaan standar akuntansi Indonesia ke dalam standar akuntansi internasional
mengingat selama ini mereka telah berinteraksi dengan investor, kreditor dan
badan-badan internasional.
Hal ini mengingat di Indonesia terdapat heteroginitas perusahaan dari
perusahaan skala mikro, kecil, menengah hingga yang besar. Perbedaan
karakteristik perusahaan ini tentu saja menuntut pemberlakukan standar akuntansi
yang berbeda sehingga masing-masing kelompok
perusahaan dapat memilih standar akuntansi sesuai dengan karakteristik
perusahaan.
Khusus mengenai usaha mikro, kecil, dan menengah misalnya saat ini sedang
pada tahap penyerapan aspirasi dari berbagai pihak yang berkepentingan guna
penerapan standar akuntansi bagi usaha mikro, kecil dan menengah, maka pada
satu sisi Indonesia dapat menerima dan mengadopsi standar akuntansi yang
berlaku secara internasional sehingga akan meningkatkan daya banding laporan
keuangan perusahaan-perusahaan yang beroperasi di Indonesia. Sementara di sisi
yang lain Indonesia masih dapat memberikan ruang gerak bagi penerapan standar
yang bersifat nasional bagi perusahaan-perusahaan yang secara teknis belum dapat
menyesuaikan dengan standar akuntansi yang berlaku secara internasional.
Harmonisasi Akuntansi Internasional
Pengertian Harmonisasi
“Harmonisasi” merupakan proses untuk menigkatkan kompatibilitas
(kesesuaian) praktik akuntansi dengan menentukan batasan-batasan seberapa
besar praktik-prkatik tersebut dapat beragam. Standar harmonisasi ini bebas dari
23

konflik logika dan dapat meningkatkan komparabilitas (daya banding) informasi
keuangan yang berasal dari berbagai negara. Upaya untuk melakukan harmonisasi
standar akuntansi telah dimulai jauh sebelum pembentukan Komite Standar
Akuntansi Internasional pada tahun 1973. Harmonisasi akuntansi internasional
merupakan salah satu isu terpenting yang dihadapi oleh pembuat standar
akuntansi, badan pengatur pasar modal, bursa efek, dan mereka yang menyusun
atau menggunakan laporan keuangan.
Harmonisasi akuntansi mencakup harmonisasi :
1. Standar akuntansi (yang berkaitan dengan pengukuran dan pengungkapan)
2. Pengungkapan yang dibuat oleh perusahaan-perusahaan public terkait dengan
penawaran surat berharga dan pencatatan pada bursa efek
3. Standar audit
Keuntungan Harmonisasi Internasional
Sebuah tulisan yang mendukung adanya suatu “GAAP global” yang
terharmonisasi. Beberapa manfaat yang disebutkan antara lain:
1. Pasar modal menjadi global dan modal investasi dapat bergerak di seluruh
dunia tanpa hambatan. Standar pelaporan keuangan berkualitas tinggi yang
digunakan secara konsisten di seluruh dunia akan memperbaiki efisiensi
alokasi modal.
2. Investor dapat membuat keputusan investasi yang lebih baik; portofolio akan
lebih beragam dan risiko keuangan berkurang.
3. Perusahaan-perusahaan dapat memperbaiki proses pengambilan keputusan
strategi dalam bidang merger dan akuisisi.
4. Gagasan terbaik yang timbul dari aktivitas pembuatan standard pat disebarkan
dalam mengembangkan standar global yang berkualitas tertinggi.
24

Kritik Atas Standar Internasional
Internasionalisasi standar akuntansi juga menuai kritik. Pada awal tahun 1971
(sebelum pembentukan IASC), beberapa pihak mengatakan bahwa penentuan
standar internasional merupakan solusi yang terlalu sederhana atas masalah yang
rumit. Dinyatakan pula bahwa akuntansi, sebagai ilmu sosial, telah memiliki
flesibilitas yang terbangun dengan sendiri di dalamnya dan kemampuan untuk
menyesuaikan diri dengan situasi yang sangat berbeda merupakan salah satu nilai
terpenting yang dimilikinya. Pada saat standar internasional diragukan dapat
menjadi fleksibel untuk mengatasi perbedaan-perbedaan dalam latar belakang,
tradisi, dan lingkungan ekonomi nasional, maka beberapa orang berpendapat
bahwa hal ini akan menjadi sebuah tantangan yang secara politik tidak dapat
diterima terhadap kedaulatan nasional.
Lebih jauh lagi, ditakutkan bahwa adopsi standar internasional akan
menimbulkan “standar yang berlebihan”. Perusahaan harus merespon terhadap
susunan tekanan nasional, politik, social, dan ekonomi yang semakin meningat
dan semakin dibuat untuk memenuhi ketentuan internasional tambahan yang
rumit dan berbiaya besar.
Faktor-faktor yang mendorong perlunya harmoniasi terhadap akuntansi
Standar dan praktek akuntansi di setiap negara merupakan hasil interaksi yang
kompleks di antara faktor ekonomi, sejarah, kelembagaan, dan budaya. Secara
terperinci

Choi

dan

Meek

(2005)

menyebutkan

delapan

faktor

yang

mempengaruhi perkembangan akuntansi. Mengingat bahwa di masing-masing
negara ke delapan faktor tersebut tentu saja tidak seragam, maka kedelapan faktor
tersebut juga dapat menjadi pendorong perlunya harmonisasi akuntansi.
1. Sumber Pendanaan
Pergeseran atau perubahan sumber pendanaan perusahaan akan berpengaruh
terhadap perubahan atau bertambahnya pihak-pihak yang berkepentingan terhadap
perusahaan. Perusahaan dengan skala permodalan yang kecil dan hanya
25

menggunakan sumber pendanaan dari pemilik saja berarti mereka tidak atau
belum terikat terhadap kreditur atau investor. Sedangkan perusahaan dengan skala
besar yang memerlukan pendanaan dari eksternal baik dari kreditur maupun
investor berarti mereka telah terikat oleh kepentingan kreditur maupun investor.
Di negara-negara dengan pasar ekuitas yang kuat seperti di Amerika Serikat dan
Inggris, akuntansi memiliki fokus atas seberapa baik manajemen menjalankan
perusahaan dan dirancang untuk membantu investor menganalisis arus kas masa
depan dan tingkat resiko terkait. Pengungkapan dilakukan sangat lengkap untuk
memenuhi ketentuan pemilikan publik yang luas. Sebaliknya pada sistem berbasis
kredit di mana bank merupakan sumber utama pendanaan, akuntansi memiliki
fokus atas perlindungan kreditur melalui pengukuran akuntansi yang konservatif.
Karena lembaga keuangan memiliki akses langsung terhadap informasi apa saja
yang diinginkan, pengungkapan publik yang luas dianggap tidak perlu. Contohnya
adalah Swiss dan Jepang.
2. Sistem Hukum
Dunia barat memiliki dua orientasi dasar yaitu hukum kode (sipil) dan hukum
umum (kasus). Dalam negara-negara hukum kode, hukum merupakan satu
kelompok lengkap yang mencakup ketentuan dan prosedur. Kodifikasi dan
prosedur akuntansi merupakan hal yang wajar dan sesuai di sana. Dengan
demikian di negara-negara hukum kode, aturan akuntansi digabungkan dalam
hukum nasional dan cenderung sangat lengkap dan mencakup banyak prosedur.
Sebaliknya hukum umum berkmbang atas dasar kasus per kasus tanpa adanya
usaha untuk mencakup seluruh kasus dalam kode yang lengkap. Pada kebanyakan
negara hukum umum aturan akuntansi ditetapkan oleh organisasi profesional
sektor swasta. Hal ini memungkinkan aturan akuntansi lebih adaptif dan inovatif.
3. Perpajakan
Di kebanyakan negara, peraturan pajak secara efektif menentukan standar
akuntansi karena perusahaan harus mencatat pendapatan dan beban dalam akun
mereka untuk mengklaimnya untuk keperluan pajak. Contoh untuk kasus ini
adalah di Jerman dan Swedia. Di negara lain seperti di Belanda, akuntansi
26

keuangan dan pajak berbeda : laba kena pajak pada dasarnya adalah laba
akuntansi keuangan yang disesuaikan terhadap perbedaan-perbedaan dengan
hukum pajak. Bila terdapat perbedaan dalam akuntansi keuangan dengan hukum
pajak, maka perusahaan biasanya harus menyesuaikan dengan hukum pajak.
Contoh di Indonesia tentang pencatatan persediaan yang dalam ketentuan
perpajakan hanya memperbolhkan metode masuk pertama keluar pertama ( fifo )
dan rata-rata.
4. Ikatan Politik dan Ekonomi
Penyebaran ide dan teknologi akuntansi sering dilakukan melalui penaklukan,
perdagangan, dan kekuatan lain. Sistem pencatatan berpasangan (double entry)
yang berasal dari Itali pada tahun 1940an secara perlahan-lahan menyebar luas di
Eropa bersamaan dengan gagasan-gagasan pembaharuan lainnya. Inggris dan
Jerman mengekspor akuntansi ke negara-negara yang menjadi kekuasaannya.
Amerika Serikat memaksakan praktek akuntansi bergaya Amarika kepada Jepang.
Negara-negara berkembang menggunakan sistem akuntansi yang dikembangkan
di tempat lain (contoh India), sedangkan yang lainnya menggunakan sistem
akuntansi yang mereka pilih sendiri. Jadi dalam pengembangan sistem akuntansi
di suatu negara sangat tergantung oleh ikatan politik atau ekonomi pada negara
lainya.
5. Inflasi
Inflasi menyebabkan distorsi terhadap akuntansi biaya historis dan
mempengaruhi kecenderungan suatu negara untuk menerapkan perubahan harga
terhadap akun-akun perusahaan.Laporan keuangan yang disampaikan manajemen
pada saat terjadi inflasi dapat menyesatkan pihak pihak yang berkepentingan. Hal
ini dapat disebabkan karena pencatatan biaya yang terlalu rendah akibat
penghitungan biaya penyusutan dari aktiva tetap yang dicatat terlalu rendah
nilainya. Laba rugi yang dicatat perusahaan bisa jadi tidak menggambarkan
perubahan kepemilikan aktiva yang semestinya karena laba rugi dalam nominal
tidak diikuti dengan penambahan atau pengurangan kekayaan yang sepadan.
27

6. Tingkat Perkembangan Ekonomi
Perkembangan tingkat ekonomi suatu negara akan mendorong inovasi-inovasi
baik dalam bertransaksi maupun timbulnya instrumen instrumen daru dalam
berinvestasi, sistem pembayaran maupun hal lain yang dibutuhkan dengan
perkembangan ekonomi yang terjadi. Saat ini banyak perekonomian yang berubah
dari industri ke perekonomian jasa. Masalah akuntansi mengenai penilaian aktiva
tetap dan depresiasi yang sangat relevan dalam sekto manufaktur menjadi semakin
kurang penting. Tantangan-tantangan akuntansi yang baru seperti penilian aktiva
tidak berwujud dan sumber daya manusia menjadi semakin berkembang.
7. Tingkat Pendidikan
Praktek akuntansi yang rumit dan sangat kompleks hanya akan dapat
dihasilkan oleh mereka yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi. Sementara
pihak lain informasi akuntansi yang begitu kompleks juga hanya akan bermanfaat
bila dibaca oleh mereka yang memiliki pendidikan memadai sehingga mampu
memahami yang disajikan dalam laporan akuntansi. Jadi pada masyarakat di mana
sebagian besar penduduknya masih berpendirikan rendah kiranya akuntansi yang
sederhana akan lebih bermanfaat biladibandingkan dengan akuntansi yang sangat
rumit dan kompleks.
8. Budaya
Hofstede dalam Choi dan Meek (2005) menjelaskan bahwa budaya dijelaskan
dalam empat dimensi yaitu : individualisme lawan kolektivisme, jarak kekuasaan
yang besar lawan jarak kekuasaan yang kecil, penghindaran ketidakpastian yang
kuat lawan penghindaran ketidakpastian yang lemah, dan maskulinitas yang

28

membedakan pria dan wanita. Keempat dimensi tersebut akan berpengaruh
terhadap sis
Rekonsiliasi dan Pengakuan Bersama
Dua pendekatan yang diajukan sebagai solusi yang mungkin digunakan untuk
mengatasi permasalahan yang terkait dengan isi laporan keuangan lintas batas:
1. Rekonsiliasi
Melalui rekonsiliasi, perusahaan asing dapat menyusun laporan keuangan
dengan menggunakan standar akuntansi negara asal, tetapi harus menyediakan
rekonsiliasi antara ukuran-ukuran akuntansi yang penting (seperti laba bersih dan
ekuitas pemegang saham) di negara asal dan di negara dimana laporan keuangan
dilaporkan.
2. Pengakuan bersama (yang juga disebut sebagai “imbal balik” / resiprositas)
Pengakuan bersama terjadi apabila pihak regulator di luar negara asal
menerima laporan keuangan perusahaan asing yang didasarkan pada prinsipprinsip negara asal.
Evaluasi
Perdebatan mengenai harmonisasi mungkin tidak akan pernah terselesaikan
dengan penuh. Beberapa argumen yang menentang harmonisasi mengandung
sejumlah kebenaran. Namun demikian, semakin banyak bukti menunjukkan
bahwa tujuan harmonisasi internasional akuntansi, pengungkapan, dan audit telah
diterima begitu luas sehingga tren yang mengarah pada harmonisasi internasional
akan berlanjut atau bahkan semakin cepat. Sejumlah besar perusahaan secara
sukarela mengadopsi Standar Pelaporan Keuangan Internasional (Internasional
Financial Reporting Standards-IFRS). Banyak negara telah mengadopsi IFRS
secara keseluruhan, menggunakan IFRS sebagai standar nasional atau
mengizinkan penerapan IFRS. Perbedaan nasional dalam faktor-faktor dasar yang
29

menyebabkan perbedaan dalam akuntansi, pengungkapan, dan praktik audit
semakin sempit karena pasar modal dan produk semakin internasional.

Penerapan Standar Internasional
Standar akuntansi internasional digunakan sebagai hasil dari :
1. Perjanjian internasional atau politis
2. Kepatuhan secara sukarela (atau yang didorong secara professional)
3. Keputusan oleh badan pembuat standar akuntansi internasional
Perkembangan Harmonisasi Akuntansi Internasional
Usaha untuk mengharmonisasikan akuntansi secara internasional sudah dimulai
sejak lama bahkan sebelum terbentuknya International Accounting Standard
Commitee (IASC) didirikan pada tahun 1973. Pada tahun 1959, Jacob Krayenhof,
mtra pendiri sebuah firma akuntan independen Eropa yang utama mendorong agar
usaha pembuatan standar akuntansi internasional dimulai. Pada tahun 1976,
Organisasi untuk Kerjasama dan Pembangunan Ekonomi (Organization for
Economic Cooperation and Development - OECD) mengeluarkan Deklarasi
Investasi

dalam

Perusahaan

Multinasional

yang

berisi

panduan

untuk

”Pengungkapan Informasi”. Tahun 1978 Komisi Masyarakat Eropa mengeluarkan
Dekrit Keempat sebagai langkah pertama menuju harmonisasi akuntansi Eropa.
Pada tahun 1981 IASC mendirikan ke