Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban

Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) siap melindungi korban
pelanggaran hak asasi manusia terkait dengan proyek Masterplan Percepatan dan
Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI).
Wakil Ketua LPSK Edwin Partogi Pasaribu mengatakan perlindungan ini atas tindak
lanjut dari International Federation on Human Rights (IFHR) yang menyampaikan
beberapa data terkait dengan dampak MP3EI terhadap HAM.
"Data ini akan menjadi bahan kajian yang berharga bagi kami dalam memproses
permohonan perlindungan terkait dengan dugaan pelanggaran HAM dalam
pelaksanaan MP3EI," ujar Edwin melalui siaran persnya, Rabu, 25 Juni 2014. (Baca
juga:Janji Dua Kandidat Presiden Soal Infrastruktur).
MP3EI sendiri merupakan proyek percepatan pembangunan ekonomi yang
sebelumnya diketuai Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa. Sekarang
Hatta mencalonkan diri sebagai wakil presiden berpasangan dengan Prabowo
Subianto. Menko Perekonomian saat ini dijabat Chairul Tanjung. (Lihat pula: Hatta
Ingatkan Penggantinya LanjutkanMP3EI)
LPSK, menurut dia, selalu siap memberikan perlindungan terhadap segala bentuk
pelanggaran HAM, termasuk yang teraktual, yakni pelanggaran kebebasan
beragama di Sleman. Edwin meminta kepada FIDH untuk memenuhi syarat formal
atas perlindungan yang diberikan LPSK, yakni kasus yang melibatkan saksi atau
korban harus mengandung unsur pidana, "Sudah ditangani oleh pihak berwenang,
dan menimbulkan kerugian atau ancaman terhadap saksi korban." Selain itu, kata

Edwin, perlu ada permohonan dari saksi atau korban kepada LPSK.
Direktur Advokasi Internasional IFHR Antoine Madeline mengatakan Indonesia
melakukan beberapa pelanggaran HAM dalam pelaksanaan MP3EI. Menurut dia,
beberapa hal yang rawan akan pelanggaran HAM di antaranya sektor perkebunan
dan kebebasan beragama. Antonie menuturkan data ini juga disampaikan kepada
Perserikatan Bangsa-Bangsa, pemerintah Indonesia, dan Ecosoc--lembaga PBB
terkait dengan pelanggaran ekonomi dan sosial .