EKONOMI KEPENDUDUKAN Penduduk Usia Muda

EKONOMI KEPENDUDUKAN
“ Penduduk Usia Muda dan Pembangunan Ekonomi”

Oleh:
Efran Marbun

1211021140

Ulung Purba

1211021121

Viola Carera

1211021123

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMPUNG
2014/2015


BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pembangunan ekonomi dan yang lebih merata merupakan syarat
untuk meredakan laju pertumbuhan penduduk dan mengantarkan
suatu negara untuk lebih maju. Darwis dalam BKKBN mengatakan
bahwa

penduduk

menjadi

independent

variabel

pertumbuhan

penduduk dan pembangunan ekonomi. Sedangkan, kemajuan suatu
bangsa sangat ditentukan oleh pertumbuhan ekonomi negara tersebut.

Jadi, teori tentang kependudukan terhadap pembangunan menjadi
sangat penting untuk kemajuan suatu bangsa. Negara Indonesia
berada pada struktur penduduk Muda yang kini menjadi beban besar
bagi bangsa indonesia. Akan tetapi ada suatu masa di masa yang akan
datang Indonesia akan menerima Bonus demografi sebagai bentuk
Transi

penduduk

muda

menuju

penduduk

dewasa/produktif.

Kesempatan besar yang akan diperoleh Indonesia mengenai bonus
demografi akan menjadi kesempatan yang sia-sia jika tidak bisa
memanfaatkan momentum ini untuk membawa Indonesia menjadi

lebih maju dari sebelumnya.
Bonus demografi merupakan suatu kesempatan yang sangat langka,
karena tidak setiap tahun dan tidak setiap negara akan memperoleh
bonus ini. Oleh sebab itu, agar bonus demografi ini menjadi suatu
kesempatan yang berguna dalam peranannya untuk memajukan
bangsa Indonesia, perlu adanya pemanfaatan secara optimal dengan
perencanaan pembangunan yang berwawasan kependudukan karena
penduduk sebagai aspek utama dalam proses pembangunan suatu
bangsa. Seperti pendapat yang diungkapkan oleh Adam Smith dalam
Darwis bahwa sesungguhnya ada hubungan yang harmonis dan alami
antara pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan ekonomi. Sehingga
untuk

mempersiapkan

pemanfaatan

peluang

itu


perlu

adanya

kebijakan peningkatan kualitas sumber daya manusia dan perluasan

lapangan kerja mulai dari sekarang agar keinginan untuk memajukan
bangsa dengan memanfaatkan bonus demografi dapat terwujud
dengan nyata.

1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dikemukakan
perumusan masalah dalam penulisan ini yaitu:“ bagaimana Penduduk Usia Muda
memberikan pengaruh terhadap Pembangunan Ekonomi di Indonesia?

1.3 TUJUAN

Tujuan penulisan makalah ini adalah : “Mengetahui pengaruh yang diberikan oleh
penduduk Usia Muda bagi Pembangunan Ekonomi Di Indonesia”


BAB II
ISI
A. Pengertian komposisi penduduk
Komposisi penduduk adalah penyusunan atau pengelompokan penduduk berdasarkan kriteria
tertantu. Adapun kriteria yang digunakan antara lain kriteria usia dan jenis kelamin, angkatan
kerja, dan rasio ketergantungan.
Struktur penduduk dipengaruhi oleh 3 variabel demografi,antara lain fertilitas,mortalitas dan
migrasi. Berdasarkan pengelompokan tersebut,struktur ini kemudian dibagi menjadi 3
kelompok yaitu struktur penduduk muda,struktur penduduk tua,dan struktur penduduk tua
(Samadi,2006). Pada penulisan ini akan disinggung mengenai struktur penduduk muda saja.

B. Batasan Umur Penduduk Muda
Umur 0-14 tahun dinamakan usia muda. Jika satu negara sebagian besar penduduknya
berusia muda,negara tersebut termasuk struktur penduduk muda (Samadi,2006). Penduduk
usia muda memberikan beban ketergantungan bagi penduduk usia dewasa,hal ini karena
penduduk usia muda belum mampu memenuhi kebutuhannya sendiri. Pada usia balita yaitu
usia 0-5 tahun,penduduk usia muda akan sangat tergantung kebutuhannya tentang makan dan
minum. Sedangkan pada usia 6-14 tahun merupakan usia sekolah, di mana pada masa ini
anak memerlukan sarana pendidikan.


C. Piramida Penduduk Muda
Komposisi penduduk menurut usia dan jenis kelamin yang dapat digambarkan dalam bentuk
bagan disebut Piramida Penduduk.

Piramida penduduk ini dapat dengan mudah

menunjukkan struktur penduduk satu negara. Bagian kiri piramida menggambarkan
banyaknya penduduk laki-laki,sedangkan pada bagian kanan menggambarkan banyaknya
penduduk perempuan.
Piramida penduduk muda berbentuk kerucut,alasnya lebar dan puncaknya meruncing. Berikut
ini merupakan ciri-ciri piramida penduduk usia muda:
1. Sebagian besar penduduk berada pada usia muda
2. Kondisi tersebut menggambarkan bahwa terjadi pertumbuhan penduduk yang sangat
cepat
3. Tingkat kelahiran tinggi
4. Tingkat kematian rendah
Gambar piramida penduduk Muda

Piramida penduduk seperti ini umumnya kita temukan di negara berkembang. Hal ini terjadi

karena:

1.
2.
3.
4.
5.

Tidak efektifnya program KB
Anggapan Kuno tentang banyak anak banyak rezeki
Belum berkembangnya Pola pikir masyarakat tentang bahaya kepadatan penduduk
Banyaknya usia kawin muda
Nafsu yang tak dapat dikontrol

D. Dampak Suatu negara memiliki Struktur Penduduk Muda
Ada 3 dampak dari struktur penduduk Muda:
1. Untuk penduduk usia Muda,jumlah berbagai kebutuhan yang harus dipenuhi relatif
besar. Bagi negara berkembang seperti Indonesia, dimana struktur penduduknya
didominasi penduduk usia muda,hal ini merupakan Beban Nasional
2. Golongan usia muda merupakan penduduk yang belum produktif,artinya tidak dapat

menstimulasi pertumbuhan ekonomi
3. Golongan usia muda akan meningkatkan jumlah angkatan kerja. Padahal untuk
jumlah ini belum tentu pula tersedia lapangan kerja,karena yang berada diatas usia itu
pun masih banyak yang belum mendapatkan pekerjaan (Siahaan,2004).
Jika satu negara cenderung lebih banyak penduduk usia muda,tidak menutup kemungkinan
akan terjadi ledakan penduduk di satu negara. Hal ini dapat menyebabkan kesenjangan strata
sosial serta penyimpangan sosial di sekitar kita,diantaranya:
1.
2.
3.
4.
5.

Tenaga kerja lebih banyak dibandingkan lapangan pekerjaan
Pengangguran cenderung lebih tinggi
Tingkat kriminalitas akan meningkat
Lahan produktif semakin sempit
Tingginya angka ketergantungan

E. Bonus Demografi


Gamba
r. Piramid populasi jepang. Dari kiri-kanan adalah piramida penduduk muda, stasioner dan
penduduk tua (sumber: people.uncw.edu)

Demografi adalah bonus yang dinikmati suatu negara sebagai akibat dari besarnya proporsi
penduduk produktif (rentang usia 15-64 tahun) dalam evolusi kependudukan yang
dialaminya. Indonesia akan mengalami bonus demografi ini dikarenakan proses transisi
demografi yang berkembang sejak beberapa tahun yang lalu yang dipercepat dengan
keberhasilan program KB menurunkan tingkat fertilitas dan meningkatnya kualitas kesehatan
serta suksesnya program-program pembangunan lainnya.
Indonesia diprediksi akan mendapat bonus demografi di tahun 2020-2030, dimana penduduk
dengan umur produktif sangat besar sementara usia muda semakin kecil dan usia lanjut
belum banyak.
Akan tetapi usia produktif ini apabila tidak berkualitas malah akan menjadi beban negara,
oleh karena itu Pemerintah harus meningkatkan wajib belajar 12 tahun, lakukan pembinaan
pola asuh & tumbuh kembang anak melalui posyandu dan PAUD, peningkatan usaha
ekonomi keluarga, intinya peningkatan segala bidang agar SDM kita mampu bersaing di
dunia International,


Jumlah usia angkatan kerja (15-64 tahun) pada 2020-2030 akan mencapai 70 persen,
sedangkan sisanya, 30 persen, adalah penduduk yang tidak produktif (di bawah 15 tahun dan
diatas 65 tahun). Dilihat dari jumlahnya, penduduk usia produktif mencapai sekitar 180 juta,
sementara non-produktif hanya 60 juta.
Bonus demografi ini tentu akan membawa dampak sosial – ekonomi. Salah satunya adalah
menyebabkan angka ketergantungan penduduk, yaitu tingkat penduduk produktif yang
menanggung penduduk non-produktif (usia tua dan anak-anak) akan sangat rendah,
diperkirakan mencapai 44 per 100 penduduk produktif.
Hal ini sejalan dengan laporan PBB, yang menyatakan bahwa dibandingkan dengan negara
Asia lainnya, angka ketergantungan penduduk Indonesia akan terus turun sampai 2020.
Tentu saja ini merupakan suatu berkah. Melimpahnya jumlah penduduk usia kerja akan
menguntungkan dari sisi pembangunan sehingga dapat memacu pertumbuhan ekonomi ke
tingkat yang lebih tinggi. Impasnya adalah meningkatkannya kesejahteraan masyarakat
secara keseluruhan.
Dalam hal ini pemerintah harus mampu menjadi agent of development dengan cara
memperbaiki mutu modal manusia, mulai dari pendidikan, kesehatan, kemampuan
komunikasi, serta penguasaan teknologi. Solusi lainnya bisa dengan memberikan
keterampilan kepada tenaga kerja produktif sehingga pekerja tidak hanya bergantung pada
ketersediaan lapangan pekerjaan tapi mampu menciptakan lapangan pekerjaan itu sendiri.
Selain itu pemerintah juga harus mampu menjaga ketersediaan lapangan pekerjaan, menjaga

aset-aset Negara agar tidak banyak dikuasai pihak asing yang pastinya akan merugikan dari
sisi peluang kerja.
Bukan hanya Pemerintah, masyarakat juga harus menjadi pendukung utama pembangunan
mutu manusia dengan cara menyadari pentingnya arti pendidikan, kesehatan dan aspek-aspek
yang dapat mengembangkan kualitas manusia itu sendiri.
Kesimpulan yang bisa ditarik adalah bonus demografi ibarat pedang bermata dua. Satu sisi
adalah berkah jika berhasil memanfaatkannya. Satu sisi yang lain adalah bencana seandainya
kualitas SDM tidak dipersiapkan.

Indonesia, sebagai sebuah bangsa yang kuat harus mempunyai perencanaan, termasuk
membangun sumber daya manusia berkualitas yang akan menjadi daya saing sebuah bangsa.
Sejatinya, perubahan tidak bisa dilakukan dalam sekejap, maka dari itu pembenahan kualitas
manusia harus dimulai dari sekarang!

F. Bonus Demografi Berpotensi Tumbuhkan Ekonomi
Harus dipersiapkan dengan kebijakan yang fokus di bidang kesehatan, pendidikan dan
ketenagakerjaan. Kontribusi penduduk berusia produktif ini telah terlihat dari peningkatan
Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia yang stabil. Fenomena ini terlihat juga di beberapa
negara yang jumlah penduduknya turut meningkat dan kondisi ekonominya sama seperti
Brazil, Rusia dan India.
Bahkan di sejumlah negara lain, bonus demografi telah berkontribusi menumbuhkan
ekonomi. Sedangkan Thailand, Tiongkok, Taiwan dan Korea bonus demografi di sana
berkontribusi dengan pertumbuhan ekonomi antara 10-15 persen.
Bonus demografi ini dapat dimanfaatkan secara baik oleh Pemerintah baik di pusat maupun
di daerah. Manfaat bisa dilakukan dengan adanya kesiapan kebijakan seperti memperkuat
investasi di bidang kesehatan, pendidikan maupun ketenagakerjaan. Bonus demografi tidak
otomatis menguntungkan kita, harus ada syarat yang harus diperjuangkan.
Misalnya dalam bidang pendidikan, agar wajib belajar terus diperpanjang menjadi 12 tahun.
Lalu, jumlah drop out (DO) pelajar yang keluarganya berpenghasilan rendah harus dikurangi
dan kurikulum juga harus direvisi. Kurikulum Sekolah Dasar (SD) betul-betul diubah supaya
dari kecil diajarkan cara berpikir yang lebih kreatif.
Dari sisi kesehatan, juga harus dimulai nutrisi 1000 hari pertama sejak kelahiran. Dalam
jangka waktu tersebut masa-masa untuk perkembangan otak. Sedangkan dari sisi
ketenagakerjaan, bila perlu Pemerintah harus terus menggenjot industri padat karya,
pertanian, industri kreatif serta industri mikro, kecil dan menengah.
Pembangunan dilakukan pada saat manusia menjadi pelaku utama dari pembangunan itu
sendiri yang diukur dari kualitas sumber daya manusia (human resource development). Oleh

karena itu, pembangunan manusia harus menjadi prioritas dalam pembangunan. Pentingnya
proyeksi penduduk sebagai prasyarat untuk merumuskan perencanaan pembangunan di masa
depan secara lebih efektif dan efisien.
Angka ketergantungan penduduk (dependency ratio) cenderung lebih rendah. Suplai tenaga
kerja yang stabil diharapkan dapat memenuhi kebutuhan pasar kerja. Kondisi ini sangat
menguntungkan, masyarakat akan memperoleh pendapatan yang lebih tinggi dengan dana
tabungan yang lebih banyak.
Bonus demografi sangat erat kaitannya dengan perubahan komposisi penduduk menurut
umur. Bonus demografi adalah kesempatan sekaligus tantangan yang harus ditanggapi dan
diantisipasi.
Saat bonus demografi, angka ketergantungan penduduk menjadi lebih rendah. Jika
masyarakat paska usia produktif 65 tahun ke atas dapat melakukan upaya menabung lebih
banyak, maka tidak akan menjadi beban negara. Namun bila kondisi sebaliknya, maka akan
menjadi beban negara.

G. Membangun Sumber Daya Manusia
Persoalan kependudukan memiliki dampak pada lingkungan. Kualitas SDM sangat
menentukan tingkat kesadaran perilaku manusia dalam mengelola lingkungan. Jumlah
penduduk yang besar dan tidak diikuti kualitas kesadaran lingkungan yang baik, akan
mengakibatkan terjadinya degradasi kerusakan lingkungan. Saat ini Indonesia begitu agresif
mendorong pertumbuhan ekonomi, namun secara tidak sadar merusak lingkungan.
Yang terpenting ke depan adalah peningkatan kualitas SDM karena angka Human
Development Index (HDI) Indonesia saat ini menempati urutan ke-111 dari 182 negara. Di
ASEAN, Indonesia berada di urutan keenam dari sepuluh negara.

Di masa depan, bangsa Indonesia harus siap mengelola potensi dan sumber daya angkatan
kerja yang terus meningkat. Tingkat pertumbuhan tenaga kerja Indonesia sangat tinggi.
Bangsa Indonesia mengalami bonus demografi hingga 2035 mendatang.
Saat itu, jumlah generasi muda jauh lebih banyak daripada generasi tua. Jadi, Indonesia harus
melakukan persiapan membangun potensi dan sumber daya manusia (SDM). Indonesia juga
harus mampu menghadapi persaingan antar tenaga kerja dari berbagai negara, apalagi dengan
potensi bonus demografi yang sedang dialami.
Bonus demografi ini harus disyukuri, karena negara lain di Eropa dan Amerika tidak
mengalaminya. Sebagian besar warga Eropa dan Amerika Serikat, mayoritas adalah generasi
tua, jumlah anak-anak atau generasi muda mereka relatif sedikit.
Pemerintah harus kritis melihat perlunya menanggapi bonus demografi yang dialami
Indonesia. Tanpa persiapan yang matang, maka bonus demografi bisa menjadi beban
tambahan.
Dengan bonus demografi ini, jumlah penduduk usia produktif mencapai 2/3 dari total jumlah
penduduk. Lapangan kerja yang dibutuhkan pun makin banyak. Kalau lapangan kerja tidak
diakomodasi, maka bisa menciptakan banyak pengangguran.
Agar pengangguran tidak lantas membengkak, maka kompetensi sumber daya manusia harus
ditingkatkan. Salah satunya melalui pendidikan yang baik. Populasi terbesar merupakan
golongan anak muda dengan tingkat konsumsi tinggi. Dengan demikian, konsumsi domestik
akan mendorong pertumbuhan ekonomi sebesar enam hingga tujuh persen.
Sumber daya manusia (SDM) Indonesia saat ini harus diberdayakan untuk menghadapi
berkah bonus demografi pada 2020-2030. Diharapkan tingginya jumlah penduduk usia
produktif akan mampu mempercepat peningkatan produksi negara.
Bonus demografi akan menjadi modal besar bagi NKRI apabila kualitas sumber daya
manusianya tinggi sehingga memiliki daya saing di era pasar bebas saat itu. Selain itu, bonus
demografi itu juga akan mampu mempercepat peningkatan produksi negara yang sekaligus
mampu melepaskan diri dari keterjebakan sindrome negara berkembang.

Pemerintah harus mampu memanfaatkan bonus demografi yang terjadi di Indonesia. Usia
produktif harus didorong untuk terus meningkatkan produktivitas. Bonus demografi harus
diisi dengan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan
netto dari bonus demografi.
Namun berkah ini bisa berbalik menjadi bencana jika bonus ini tidak dipersiapkan
kedatangannya. Masalah yang paling nyata adalah ketersediaan lapangan pekerjaan. Yang
menjadi pertanyaan adalah apakah Pemerintah mampu menyediakan lapangan pekerjaan
untuk menampung 70% penduduk usia kerja di tahun 2020-2030?
Kalau pun lapangan pekerjaan tersedia, mampukah sumber daya manusia yang melimpah ini
bersaing di dunia kerja dan pasar internasional?
Berkaca dari fakta yang ada sekarang, indeks pembangunan manusia atau human
development index (HDI) Indonesia masih rendah. Dari 182 negara di dunia, Indonesia
berada di urutan 111. Sementara dikawasan ASEAN, HDI Indonesia berada di urutan enam
dari 10 negara ASEAN. Posisi ini masih di bawah Filipina, Thailand, Malaysia, Brunei dan
Singapura. Tingkat HDI ini terbukti dari tidak kompetitifnya.pekerja Indonesia di dunia kerja
baik di dalam ataupun luar negeri. Paling banter, pekerja Indonesia di luar negeri adalah
menjadi pembantu. Ujung-ujungnya disiksa dan direndahkan. Untuk tingkat dalam negeri
sekali pun, pekerja indonesia masih kalah dengan pekerja asing. Hal ini ditandai dari
banyaknya peluang kerja dan posisi strategis yang masih ditempati tenaga kerja asing.
Permasalah pembangunan sumber daya manusia inilah yang harusnya bisa diselesaikan dari
sekarang, jauh sebelum bonus demografi datang. Jangan sampai hal yang menjadi berkah
justru membawa bencana dan membebani negara karena masalah yang mendasar: kualitas
manusia!
Kenyataannya pembangunan kependudukan seolah terlupakan dan tidak dijadikan underlined
factor. Padahal pengembangan sumber daya manusia yang merupakan investasi jangka
panjang yang menjadi senjata utama kemajuan suatu bangsa.
H. Solusi Yang Harus Disiapkan
Untuk memanfaatkan bonus demografi maka anak-anak harus dibentuk kualitasnya sejak
sekarang. Pada tahun 2025 nanti anak-anak sudah dewasa dan termasuk dalam usia produktif.

Untuk itu, mulai saat ini, generasi muda harus mempersiapkan diri agar mampu bersaing
meraih kesempatan kerja, dan bersaing dengan negara-negara lain di seluruh dunia. Artinya
mulai sekarang, anak-anak harus meningkatkan kecerdasan intelektual, kecerdasan
emosional, dan kecerdasan spiritual secara optimal.
Indonesia tengah mengalami bonus demografi yang ditandai dengan banyaknya penduduk
usia muda dan produktif. Bonus demografi itu harus segera dioptimalkan dengan investasi
lebih besar pada pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM).
Menurut proyeksi penduduk tahun 2035 berbasis sensus 2010 diketahui masa maksimum
bonus demografi ini terjadi pada 2028, 2029, 2030 dan 2031. Selama itu, prosentase
penduduk usia muda dan produktif mencapai 46.7 persen. Melihat dari proyeksi ini,
Indonesia memiliki peluang hingga 2030, jadi selama 16 tahun mendatang, Indonesia harus
investasi habis-habisan di SDM.
Investasi SDM itu memang butuh dana besar namun lebih cepat return-nya. Misalnya saja,
Indonesia berpotensi menaikan GDP sekitar 1 persen dengan growth ekonomi mencapai 7
persen. Skenario MP3I pada 2025 pertumbuhannya 7 persen. Ini artinya, sangat mungkin
pertumbuhannya diatas 7 persen, yakni 10 persen bila investasi dilakukan.
Ada beberapa syarat agar bonus demografi bisa tercapai. Pertama, yakni suplai tenaga kerja
produktif yang besar harus diimbangi dengan lapangan pekerjaan sehingga pendapatan
perkapita naik dan bisa menabung yang akan meningkatkan tabungan nasional.
Kedua, tabungan rumah tangga diinvestasikan untuk kegiatan produktif. Ketiga, jumlah anak
sedikit memungkinkan perempuan memasuki pasar kerja, membantu peningkatan
pendapatan.
Keempat, anggaran yang sebelumnya dipakai untuk anak usia 0-15 tahun karena jumlah
berkurang, bisa dialihkan untuk peningkatan sumber daya manusia untuk usia 15 tahun ke
atas seperti untuk traning, pendidikan, dan upaya pemeliharaan kesehatan remaja terutama
kesehatan reproduksi dan penanggulangan perilaku tidak sehat seperti alkohol, narkoba,
rokok dan seks bebas.
Untuk dapat memanfaatkan peluang adanya bonus demografi perlu dilakukan aksi sejak dini.
Seluruh pihak, baik Pemerintah, swasta maupun masyarakat perlu terlibat dan berpartisipasi.

Misalnya, dalam hal penurunan fertilitas sebagai salah satu syarat mencapai peluang bonus
demografi. Penurunan fertilitas ini tidak akan tercapai bila masyarakat tidak berpartisipasi
dalam program Keluarga Berencana (KB). Jika tidak dilakukan aksi sejak sekarang, maka
yang akan terjadi adalah door to disaster.
Jumlah penduduk produktif yang besar jika tidak diikuti dengan kualitas tinggi, maka berarti
Indonesia akan memiliki penduduk besar tetapi tidak produktif. Jika Pemerintah tidak
menyediakan lapangan kerja atau peluang usaha yang kondusif, maka kondisi ini akan diikuti
dengan jumlah pengangguran tinggi.
Pengangguran ini akan didominasi oleh penduduk muda dan terdidik yang dapat mendorong
timbulnya social unrest dan peningkatan jumlah penduduk miskin. Untuk menghindari
terjadinya door to disaster perlu dilakukan upaya keras dalam penurunan fertilitas,
peningkatan kualitas penduduk, baik dari sisi kesehatan maupun pendidikan. Adanya
employment creation dan job creation yang baik mampu mendorong percepatan
perekonomian negara.
I. Bonus demografi dan hubungannya dengan pembangunan
Kita perlu untuk sepakat bahwasanya bonus demografi bukan berarti sebuah keuntungan.
Karena perlu pengelolaan yang baikdalam hal ini,mengelola sumber daya Manusia,agar
memiliki daya saing tinggi dan memiliki nilai jual di bursa kerja. Satu hal yang pasti bahwa
keberhasilan pembangunan terjadi apabila pengelolaan di berbagai sektor dapat dilakukan
dengan

baik,secara

terstruktur

dan

berkesinambungan.

Pembangunan

berwawasan

kependudukan di era milenium ini sudah menjadi harga mati bagi bangsa indonesia,yang
akan segera menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean. Tentu ini menjadi tugas berat bagi
pemerintah untuk menghasilkan Sumber Daya Manusia yang tiada duanya,dan jangan sampai
menghasilkan Sumber Daya Manusia yang tiada Gunanya.

BAB III
PENUTUP

Simpulan
Komposisi penduduk menggambarkan susunan penduduk berdasarkan karakteristik
yang sama. Komposisi penduduk menurut umur dikenal dengan istilah

struktur

penduduk,biasanya dibagi dalam beberapa kelompok umur. Umur 0-14 tahun dinamakan usia
muda (usia belum produktif). Jika satu negara sebagian besar penduduknya masih berusia
muda,negara tersebut termasuk struktur penduduk muda. Piramida ekspansif terbentuk jika
sebagian besar penduduk berada dalam kelompok usia muda. Piramida ekspansif terdapat di
negara berkembang seperti Indonesia.
Laju pertumbuhan penduduk yang cepat akibat tingginya fertilitas dan rendahnya
mortalitas serta meningkatnya jumlah penduduk usia muda pada akhirnya akan membuat
jumlah penduduk dewasa akan semakin meningkat. Pada kondisi ini satu negara akan
diperhadapkan pada keadaan dimana ada begitu banyaknya penduduk usia produktif. Hal ini

biasa disebutkan dengan istilah bonus demografi. Bonus demografi ibarat dua sisi mata uang.
Kemampuan mengelola bonus demografi akan membuat satu negara mampu menghasilkan
Sumber Daya Manusia yang berkualitas sehingga mampu mempercepat pembangunan. Di
lain sisi,ketidakmampuan mengelola bonus ini akan segera membawa satu negara kepada
keterpurukan dan justru menambah beban Nasional.

DAFTAR PUSTAKA

Samadi. 2006. Demografi penduduk. Bogor. Quandra
Siahaan. 2004. Hukum Lingkungan dan ekologi pembangunan. Jakarta:Erlangga
http://www.datastatistik-indonesiaa.com