MEDIA BALON UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN

MEDIA BALON UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERNYANYI PADA
ANAK USIA DINI KELOMPOK B TK PKK DESA PAMOTAN, KECAMATAN
SAMBENG, KABUPATEN LAMONGAN

PROPOSAN PENELITIAN

Oleh :
NINIT ESPIRANI
NIM 13020134052

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
JURUSAN PENDIDIKAN SENDRATASIK
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN SENDRATASIK
2017

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Anak merupakan salah satu aset bangsa di masa depan. Untuk itu diperlukan
anak-anak yang tidak hanya memiliki intelektualitas yang tinggi. Namun memiliki
kreativitas yang tinggi pula. Untuk mencapai tujuan tersebut, dibutuhkan peranan

orang dewasa dalam menyediakan sarana yang menunjang kegiatan anak.
Bernyanyi bagi anak merupakan bagian dari music. Nyanyian berfungsi
sebagai alat untuk mencurahkan pikiran dan perasaan untuk berkomunikasi.
Bernyanyi pada anak-anak adalah sebagai bahasa emosi, dimana dengan nyanyian
anak dapat mengungkapkan perasaannya, rasa senang, lucu, kagum dan haru. Bahasa
nada, karena nyanyian dapat didengar, dapat dinyanyikan dan dikomunikasikan.
Bahasa gerak, gerak pada nyanyian tergambar pada birama (gerakan atau ketukan
yang teratur), pada irama (gerakan atau ketukan panjang) dan pada melodi (gerakan
tinggi rendah).
Menyanyi merupakan suatu kegiatan yang disukai anak. Dengan menyanyi.
anak akan menirukan suara guru didepan kelas bersama teman-temannya, anak akan
semakin senang terhadap apa yang dipelajarinya, terutama dilingkungan sekolah
(Ma’arifah, 2009:25).
Dunia anak yang erat sekali dengan kegiatan seperti bernyanyi ini tidak luput
diperhatikan oleh para pendidik dan orang tua. Banyak sekali tema-tema yang sudah
diterapkan untuk melatih siswa itu untuk belajar benyanyi, salah satunya tema
tentang air dan udara, bisa juga menggunaka DVD untuk melatih anak dalam
bernyanyi. Dari yang digunakan baik pada lingkup lembaga pendidikan formal
maupun pendidikan keluarga. Namun anak akan merasa bosa jika kegiatan
bernyanyinya hanya menggunakan multimedia DVD. Di sini penulis membuat media

balon untuk meningkatkan kemampuan bernyanyi pada anak usia dini.
Menurut Heinich, dkk (1993:4.4) media merupakan saluran komunikasi.
Dengan demikian, diharapkan terjadi perubahan-perubahan perilaku berupa
kemampuan-kemampuan dalam hal pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Untuk itu
dengan menggunakan media anak dapat dengan mudah memahami materi yang
disampaikan.
Dalam kamus bahasa Indonesia (2002) balon adalah bola atau pundi-pundi besar
yang dibuat dari karet (kertas, kain dsb) yang diisi dengan udara (gas yang ringan)

mainan anak-anak yang yang terbuat dari karet yang dikembangkan (dengan ditiup
atau diisi gas). Sedangkan pengertian media balon dalam penelitian ini adalah sebuah
media untuk mempermudah peserta didik dalam menebak judul lagu dan bisa
menyanyikannya. Tujuan pembuatan media balon tersebut untuk mempermudah
peserta didik dalam meningkatkan kemampuan bernyanyi, dan mempermudah guru
dalam menyampaikan materi yang diajarkan. Media balon ini tidak hanya
mempermudah peserta didik dalam bernyanyi saja, tetapi bisa digunakan untuk
pembelajaran tematik. Pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang menyangkup
semua pokok atau inti dalam pembelajaran contohnya mengenal warna dan
berhitung.
Sekolah TK PKK adalah sebuah lembaga pendidikan yang memberikan layanan

di bidang Playgroup dan Kindergarten yang berdiri sejak 17 Juli 1985, yang
berlokasikan di Desa Pamotan, Kecamatan Sambeng, Kabupaten Lamongan. Peneliti
memilih objek di TK PKK ini karena sekolah ini terletak didaerah pedalaman yang
jauh dari kota dan dalam proses belajar mengajar guru kurang melibatkan media.
Dari hasil survey peneliti menemukan masalah dalam pembelajaran bernyanyi.
permasalahannya adalah anak sulit untuk mengingat lagu anak-anak, konsentrasi
mereka tidak terfokus dalam pembelajaran karena pembelajaran menyanyi disana
tidak menggunakan media. Jadi Disini peneliti menemukan solusi untuk
mempermudah anak dalam belajar bernyanyi, yaitu dengan menggunakan media
balon.
Fenomena yang terdapat dari media balon tersebut anak-anak lebih bisa
berkonsentrsi dalam bernyanyi, anak-anak lebih mengenal banyak hal tentang warna,
berhitung, bernyanyi, media balon ini belum pernah diterapkan di sekolah TK PKK.
Dan media balon ini mudah dicari dimana-mana.
Dengan demikian peneliti mengambil judul “Media Balon untuk Meningkatkan
Kemampuan Bernyanyi Pada Anak Usia Dini Kelompok B TK PKK Desa Pamotan,
Kecamatan Sambeng, Kabupaten Lamongan”
2. Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang masalah tersebut di atas, maka permasalahan yang
hendak dikaji dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :

2.1 Bagaimanakah bentuk media balon untuk belajar bernyanyi dan cara
penggunaanya ?

2.2 Apa kendala-kendala yang dihadapi guru pada saat menggunakan media
balon ?
3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut :
3.1 Untuk mengetahui bentuk media balon untuk bernyanyi dan cara
penggunaanya
3.2 Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi guru pada saat
menggunakan media balon
4. Manfaat Penelitian
Setiap kegiatan dilakukan pasti memiliki manfaat yang diterapkan dalam
penelitian. Manfaat secara terperinci, manfaat tersebut adalah :
4.1 Manfaat bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan (pengetahuan) peneliti
dalam mengembangkan keterampilan dalam menerapkan media pada suatu
pembelajaran yaitu melalui media “Balon”.
4.2 Manfaat Bagi Jurusan Sendratasik
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan literature atau bahan kajian sejenis

dimasa mendatang
4.3 Manfaat bagi Guru TK
Dapat memotivasi guru untuk melakukan proses pembelajaran yang lebih baik
dan akan membaik dari waktu-kewaktu, guru dapat memperbaiki metode
pembelajaran, menerapkan media yang bisa menarik anak menjai lebih aktif
dalam pembelajaran.
4.4 Manfaat bagi anak
Membantu memotivasi anak untuk lebih kreatif dan sabar dalam berlatih
bernyanyi dengan menggunakan media balon.
4.5 Manfaat bagi Orang Tua
Dapat menambah wawasan bagaimana cara melatih anak dalam bernyanyi
dengan menggunakan beberapa media, salah satunya media balon.

5. Definisi Operasional

Agar tidak terjadi kesalah pahaman, maka perlu adanya difinisi secara
operasional terhadap peristilahan yang berhubungan dengan masalah yang dikaji.
Adapun istilah-istilah yang dimaksud dapat di definisikan sebagai berikut :
5.1 Anak Usia Dini
Anak usia dini adalah sekelompok anak yang berada dalam proses

pertumbuhandan perkembangan yang bersifat unik, artinya memiliki
karakteristik pertumbuhan dan perkembangan fisik, motoric, kognitif, atau
intelektual (daya piker, daya cipta), social-emosional, serta bahasa.
Anak usia dini adalah anak yang aktif dan energik, memiliki rasa ingin
tahu yang sangat kuat, eksploratif, dan mengekspresikan perilakunya secara
spontan.
Berdasarkan keunikannya dalam perkembangan dan pertumbuhan,
anak-anak usia dini terbagi ke dalam 3 tahapan yaitu, masa bayi (usia lahir 12
bulan), masa balita (usia 1-3 tahun), masa pra-sekolah (usia 3-6 tahun), masa
kelas awal SD (usia 6-8 tahun) (KBK2002).
Pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini ini perlu diarahkan
pada peletakan dasar-dasar yang tepat bagi pertumbuhan dan perkembangan
manusia seutuhnya, yang mencakup pertumbuhan dan perkembangan fisik,
daya piker, daya cipta, social, emosional, bahasa, dan komunikasi yang
seimbang sebagai pembentukan pribadi yang utuh.
Menurut

Undang-Undang

Sistem


Pendidikan

Nasional

(2003)

ditegaskan bahwa kegiatan kelompok bermain disediakan bagi anak pada
rentang usia satu tahun sampai dengan empat tahun dan berada dalam
pendidikan nonformal.
Menurut Ki hajar Dewantara bahwa memandang anak adalah sebagai
salah satu kodrat alam yang memiliki pembawaan masing-masing dan
kemerdekaan itu juga sangat relative karena dibatasi oleh hak-hak yang patut
dimiliki orang lain.
Dalam proses tumbuh kembangnya seorag anak, Ki Hajar Dewantara
memandang ada tiga pusat pendidikan yang disebut dengan “system Tripusat”
yang artinya keluarga, sekolah dan masyarakat.

5.2 Bernyanyi


Pengertian media audio untuk pengajaran, dimaksudkan sebagai bahan
yang mengandung pesan dalam bentuk audisi (pita suara atau piringan suara),
yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa,
sehingga terjadi proses belajar-mengajar. Salah satu media audio yang dapat
digunakan adalah dengan kegiatan bernyanyi.
Dalam Jurnal Elisabeth (2005) nyanyian adalah bagian dari music.
Bernyanyi sebagai alat untuk mencurahkan pikiran dan perasaan untuk
berkomunikasi. Pada hakikatnya nyanyian bagi anak-anak adalah sebagai
Bahasa Emosi, dimana dengan nyanyian anak dapat mengungkapkan
perasaannya. Bahasa Nada, karena nyanyian dapat didengar, dapat
dinyanyikan, dan dikomunikasikan. Bahasa Gerak, gerak pada nyanyian
tergambar pada birama (gerak atau ketukan yang teratur), pada irama (gerak
atau ketukan panjang pendek, tidak teratur), dan pada melodi (gerakan tinggi
rendah). Dalam Jurnal Elisabeth (2005) dimaksudkan bernyanyi merupakan
suatu kegiatan yang sangat disukai oleh anak-anak dan dapat memberikan
kepuasan, kegembiraan, kebahagiaan bagi anak sehingga dapat mendorong
anak untuk belajar lebih giat.
5.3 Media
Media merupakan saluran komunikasi. Dengan demikian, diharapkan
terjadi perubahan-perubahan perilaku berupa kemampuan-kemampuan dalam

hal pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Untuk itu dengan menggunakan
media anak dapat dengan mudah memahami materi yang disampaikan
Heinich, dkk (1993:4.4).
5.4 Media Pembelajaran
Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan
pesan, dapat merangsang pikiran, perasaan dan kemampuan peserta didik
sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar mengajar pada diri
peserta didik. Sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri
peserta didik. Media pembelajaran yang dimaksud dalam penelitian ini adala
media balon.
Media pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan kualitas proses
pembelajaran. Pada umumnya hasil belajar anak dengan menggunakan media
pembelajaran lebih tahan lama lama mengendap dalam pikirannya, sehingga
kualitas pembelajaran memiliki nilai yang tinggi (Masitoh, dkk 2008: 4.12)

5.5 Balon
Balon adalah bola atau pundi-pundi besar yang dibuat dari karet (kertas,
kain dsb) yang diisi dengan udara (gas yang ringan) mainan anak-anak yang
yang terbuat dari karet yang dikembangkan (dengan ditiup atau diisi gas)
Kamus Bahasa Indonesia (2002).


KAJIAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu Yang Relevan
Kajian pustaka yaitu tulisan yang merupakan hasil dari mengkaji atau
mempelajari tulisan-tulisan yang ada kaitanya dengan topic penelitian baik berupa
artikel ataupun hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu. Kajian
pustaka berisi informasi-informasi penting yang berkaitan dengan topic penelitian
ini adalah sebagai berikut :
Debora Natalia Fajariawati, telah melakukan penelitian dengan judul
“Peningkatan Pengetahuan Seni dan Budaya Melalui Multimedia “KELILING JAWA
YUK” Karya Dian Lestari Pada Siswa Kindergarten di Pelita Bunda Sidoardjo pada
tahun 2009 saat menempuh Pendidikan Seni Musik Universitas Negeri Surabaya
sevagai tugas akhir (skripsi). Pada penelitian yang dilakukan Debora dapat
disimpulkan bahwa multimedia “KELILING JAWA YUK “ Karya Dian Lestari telah
meningkatkan siswa Kindergarten B Pelita Bunda Sidoardjo dalam pengetahuan
akan seni dan budaya Jawa.
Persamaan yang ada dalam penelitian Debora Natalia Fajariawati dengan
penelitian yang dilakukan peneliti yaitu peneliti sama-sama menerapkan media
dalam pembelajaran, sehingga anak pada kegiatan ini mampu mengenal lagu dan

bisa bernyanyi dengan benar.
Sedangkan perbedaan antara kedua peneliti yaitu, dalam menggunakan
media pembelajaran dalam penelitian Debora menggunakan multimedia “Keliling
Jawa Yuk” untuk meningkatkan kemampuan siswa Kindergarten B Pelita Bunda
Sidoardjo dalam pengetahuan akan seni dan budaya Jawa. Sedangkan pada
penelitian ini peneliti menggunaka media balon untuk meningkatkan kemampuan
bernyanyi pada anak usia dini Kelompok B Desa Pamotan, Kecamatan Sambeng,
Kabupaten Lamongan.
Putri Anggraini Priyono, telah melakukan penelitian judul “Pengaruh
Kegiatan Bernyanyi Lagu Warna-Warni Duniaku Terhadap Kemampuan Mengenal
Warna pada Anak kelompok A di TK Dharma Wanita Persatuan Bluru Kidul
Sidoardjo pada tahun 2012 saat menempuh S1-PG PAUD/2012 Universitas Negeri
Surabaya sebagai tugas akhir (skripsi).
Persamaan yang ada dalam penelitian Putri Anggraini Priyono dengan
penelitian yang dilakukan peneliti yaitu peneliti sama-sama menerapkan media
dalam pembelajaran, tetapi dalam penelitian Putri lebih fokus dalam mengenalkan
warna melalui media lagu “Warna-Warni Duniaku”, sedangkan untuk peneliti lebih

fokus dalam media balon untuk meningkatkan kemampuan bernyanyi pada anak usia
dini.
Sedangkan perbedaan antara kedua peneliti yaitu, dalam menggunakan
media pembelajaran dalam penelitian Putri menggunakan Media lagu “WarnaWarni duniaku” untuk mengenalkan warna pada Anak Kelompok A di TK
Dharmawanita Persatuan Bluru Kidul Sidoardjo. Sedangkan pada penelitian ini
peneliti menggunaka media balon untuk meningkatkan kemampuan bernyanyi pada
anak usia dini Kelompok B Desa Pamotan, Kecamatan Sambeng, Kabupaten
Lamongan.
Ririn Fatmawati, telah melakukan penelitian dengan judul “Meningkatkan
Kemampuan Mengenal warna Melalui Permainan Balon Pada Anak Kelompok
Bermain Permata Bunda Desa Cembor Kecamatan Pacet Kabupaten Mojokerto pada
tahun 2012 saat menempuh S1 Pendidikan Guru-Pendidikan Anak Usia Dini/2012
Universitas Negeri Surabaya sebagai tugas akhir (skripsi).
Persamaan yang ada dalam penelitian Ririn Fatmawati dengan penelitian
yang dilakukan peneliti yaitu peneliti sama-sama menerapkan media dalam
pembelajara, tetapi dalam penelitian Ririn lebih fokus dalam mengenalkan warna
melalui media permainan balon, sedangkan untuk peneliti lebih fokus dalam media
balon untuk meningkatkan kemampuan bernyanyi pada anak usia dini dini
Kelompok B Desa Pamotan, Kecamatan Sambeng, Kabupaten Lamongan.
2.2 Kajian Teori
2.2.1 Pendidikan Anak Usia Dini
Kata pendidikan sendiri merupakan terjemahan dari education, berasal
dari kata dasar educate yang bahasa latiannya ialah educi. Educo berarti
mengembangkan dari dalam, mendidik, melaksanakan hukum kegunaan.
Dalam hal ini, pendidikan tidak hanya dimaknai sebagai transfer pengetahuan.
Pendidikan berarti proses pengembangan berbagai macam potensi yang ada
dalam diri manusia, seperti kemampuan akademis, relasional, bakat-bakat,
talenta, kemampuan fisik dan daya-daya seni.
Pendidikan TK merupakan salah satu bentuk pendidikan anak usia dini
yaitu anak yang berusia empat sampai enam tahun. Pendidikan TK memiliki
peran yang sangat penting untuk mengembangkan kepribadian anak serta
mempersiapkan mereka untuk memasuki jenjang pendidikan selanjutnya.
Pendidikan TK merupakan jembatan antara lingkungan keluarga dengan

lingkungan masyarakat yang lebih luas yaitu sekolah dasar dan lingkungan
lainnya. Menurut Bihler dan Snowman (Masitoh dkk, 2008:1.6) pendidikan
anak usia dini disediakan bagi anak usia dua setengah tahun sampai dengan
enam tahun.
Bredecamp (Masitoh dkk, 2008:1.6) menyatakan bahwa pendidikan
anak usia dini mencakup berbagai program yang melayani anak dari lahir
sampai dengan delapan tahun yang dirancang untuk meningkatkan
perkembangan intelektual, social, emosi, bahasa, dan fisik anak.
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (2003) pada pasal 1 ayat
14 menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya
pembinaan yang ditunjukkan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia
enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk
membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak
memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan yang lebih lanjut. Dari
penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa menurut Undang-Undang Sistem
Pendidikan Nasional (2003) batasan anak usia dini di Indonesia adalah dari
lahir sampai dengan enam tahun.
Pendidikan anak usia dini pada hakikatnya adalah pendidikan yang
diselenggarakan dengan tujuan untuk memfasilitasi pertumbuhan dan
perkembangan anak secara menyeluruh atau menekankan pada pengembangan
seluruh aspek kepribadian anak.
Pendidikan anak usia dini memberi kesempatan pada anak untuk
mengembangkan kepribadiannya. Oleh karena itu, pendidikan untuk anak usia
dini khususnya TK perlu menyediakan berbagai kegiatan yang dapat
mengembangkan berbagai aspek perkembangan yang meliputi kognitif,
bahasa, social, emosi, fisik dan motoric Anderson (Masitoh, dkk 2008:1.8).
Menurut

Pastalozzi,

pendidikan

TK

hendaknya

menyediakan

pengalaman-pengalaman yang menyenangkan, bermakna, dan hangat seperti
yang diberikan oleh orang tua di lingkungan rumah.
Pendidikan bagi anak usia dini adalah pemberian upaya untuk
menstimulasi,

membimbing,

mengasuh

dan

menyediakan

kegiatan

pembelajaran yang akan menghasilkan kemampuan dan keterampilan pada
anak. Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaran
pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar kea rah pertumbuhan

dan perkembangan baik koordinasi motoric (halus dan kasar), kecerdasan
emosi, kecerdasan jamak (multiple intelegences), maupun kecerdasan spiritual.
Sesuai

dengan

keunikan

dan

pertumbuhan

anak

usia

dini,

penyelenggara pendidikan bagi anak usia dini disesuaikan dengan tahap-tahap
perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.
2.2.2 Pembelajaran Pada Anak Usia Dini
Pembelajaran merupakan suatu istilah yang memiliki keterkaitan yang
sangat erat dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Dalam proses
pendidikan. Pembelajaran seharusnya merupakan kegiatan yang dilakukan
untuk menciptakan suasana atau meberikan agar peserta didik belajar.
Pembelajaran anak pada usia dini pada hakikatnya adalah pembelajaran
yang berorientasi bermain (belajar sambil bermain dan bermain sambil
belajar), pembelajaran yang berorientasi perkembangan yang lebih banyak
memberi kesempatan kepada anak untuk dapat belajar dengan cara-cara yang
tepat. Pendekatan yang paling tepat adalah pembelajaran yang berpusat pada
anak (Masitoh, dkk. 2008:1.23)
Secara alamiah bermain memotivasi anak untuk mengetahui sesuatu
lebih mendalam, dan secara spontan anak mengembangkan kemampuannya.
Bermain pada dasarnya mementingkan proses daripada hasil. Bermain
merupakan wahana yang penting untuk perkembangan social, emosi, dan
kognitif anak yang direfleksikan pada kegiatan Bredecamp (Marsitoh, dkk
1997-2008:1.20). sementara itu piaget Devries (Marsitoh, dkk 20022008:1.20) mengemukakan bahwa bermain merupakan wahana yang penting
yang dibutuhkan untuk perkembangan berpikir anak.
Pembelajaran yang paling efektif untuk anak usia dini adalah melaui
suatu kegiatan yang berorientasi bermain. Menurut Froebel, bermain sebagai
bentuk kegiatan belajar di TK adalah bermain yang kreatif dan menyenangkan.
Memulai

permainan

kreatif,

anak

dapat

mengembangkan

serta

mengintegrasikan semua kemampuannya. Anak lebih banyak belajar melalui
bermain dan melakukan eksplorasiterhadap objek-objek dan pengalaman.
Anak dapat membangun pengetahuannya sendiri melalui interaksi social
dengan orang dewasa pada saat mereka memahaminya dengan bahasa dan
gerakan sehingga tumbuh secara kognitif kea rah berfikir verbal.

Pembelajaran

pada

anak

usia

dini

selain

menekankan

pada

pembelajaran yang berorientasi juga menekankan pembelajaran yang
berorientasi perkembangan. David Weikart (Eliason dan Jenkins, 1994)
mengemukakan bahwa pembelajaran yang berorientasi perkembangan
mempunyai arti bahwa pendekatan yang digunakan guru untuk melaksanakan
pembelajaran adalah pembelajaran yang berorientasi pada anak itu sendiri. Ini
berarti guru TK harus memahami kebutuhan dan karakteristik perkembangan
setiap anak secara kelompok maupun secara individual.
Pembelajaran berorientasi perkembangan lebih banyak memberi
kesempatan kepada anak untuk dapat belajar dengan cara-cara yang
tepat,umpamanya melalui pengalaman nyata melakukan kegiatan eksplorasi
serta melakukan kegiaatan-kegiatan yang bermakna untuk anak.
Tujuan-tujuan dan kegiatan belajar harus mengintegrasikan seluruh
aspek perkembangan serta menyediakan kesempatan yang tepat bagi anak agar
mereka dapat mengeksplorasi lingkungannya. Agar pembelajaran optimal,
berorientasi pada bermain dan berorientasi pada perkembangan, maka
pendekatan yang paling tepat dalam pembelajaran di TK adalah pembelajaran
yang berpusat pada anak atau Active Learning. Melalui pendekatan ini anak
dapat menggunakan seluruh inderanya dalam melakukan berbagai kegiatan.
Kurikulum harus direncanakan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan
dan perkembangan anak. Eliason dan Jenkies (1994) mengemukakan bahwa
kurikulum harus memberi kesempatan dalam mengembangkan aspek-aspek
perkembangan intelektual atau kognitif. Kurikulum harus memberikan
dorongan mengembangkan hubungan “social yang sehat, perkembangan
emosi, dan fisik anak”. Kurikulum seperti ini menggambarkan kurikulum
humanistic. Nana Syaodih S. (1997) mengemukakan “kurikulum humanistic
adalah kurikulum yang menekankan integrasi, yaitu kesatuan perilaku, bukan
saja bersifat intelektual tetapi juga emosional dan dan tindakan. Kurikulum
harus mampu memberikan pengalaman yang menyeluruh, bukan pengalaman
yang terpengal-pengal.
Sejala dengan prinsip kurikulum humanistic, pendekatan pembelajaran
yang cocok digunakan di Taman Kanak-Kanak memiliki ciri-ciri pembelajaran
yang terpadu untuk anak-anak. Taman Kanak-Kanak memiliki ciri-ciri sendiri,
karena pembelajaran disajikan berdasarkan tema-tema belajar. Menurut

Eliason dan Jenkis (Masitoh, dkk 1994-2008: 12.3) tema dalam kurikulum
terpadu memudahkan anak membangun konsep tentang benda atau peristiwa
yang ada dilingkungannya.
Pembelajaran terpadu adalah pendekatan yang digunakan dalam
kegiatan belajar mengajar dengan mengintegrasikan kegiatan yang mewakili
semua bidang kurikulum atau bidang-bidang pengembangan yang meliputi
aspek-aspek kognitif, bahasa, fisik atau motoric, seni social dan sebagainya.
Semua bidang pengembangan yang ada dijabarkan kedalam kegiatan-kegiatan
belajar yang berpusat pada satu tema, oleh karena itu pembelajaran terpadu di
Taman Kanak-Kanak disebut dengan pembelajara tema.
Tema adalah ide-ide pokok. Pembelajaran tema adalah salah satu
pendekatan pembelajaran yang didasarkan atas ide-ide pokok atau ide-ide
sentral tentang anak dan lingkungannya. Tema yang disajikan kepada anak
harus dimulai dari hal-hal yang telah dikenal oleh anak menuju yang lebih
jauh, dimulai dari yang sederhana menuju yang lebih berkompleks.
Penggunaan tema untuk mengorganisasikan pembelajaran bagi anakanak telah popular sejak John Dewey mengusulkan kurikulum yang
dihubungkan dengan pengalaman hdup yang rill dan nyata. Dalam
mengembangkan suatu tema, guru-guru memilih topic yang relevan dengan
minat anak.
Pembelajaran terpadu merupakan pembelajarn yang khas bagi anak
usia dini dari jenjang pendidikan pra-sekolah sampai kelas-kelas awal Sekolah
Dasar. Meskipun demikian pembelajaran terpadu ini juga dapat digunakan
dijenjang-jenjang pendidikan yang lebih tinggi dengan mempertimbangkan
kebutuhan dan minat peserta didik. Oleh karena itu, tingkat kesulitanya pun
harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan dan kemampuan mereka.
Kurikulum untuk anak usia dini harus benar-benar memenuhi
kebutuhan anak sesuai dengan tahap perkembangan dan harus dirancang untuk
membuat anak mengembangkan potensi secara utuh. Baik kurikulum TK 1994
maupun kurikulum TK 2004 pada dasarnya sama membuat aspek-aspek
perkembangan yang dipadukan dalam bidang pengembangan yang utuh yang
mencakup bidang pengembangan perilaku melalui pembiasaan dan bidang
kemampuan dasar.

Kurikulum TK Tahun 1994 dikenal dengan Program Kegiatan Belajar
Taman Kanak-kanak atau PKB TK 1994/1995. PKB TK merupakan pedoman
kegiatan belajar yang direncanakan untuk menyiapkan dan meletakkan dasardasar pendidikan bagi pengembangan diri anak lebih lanjut sedangkan
Kurikulum TK 2004 memuat aspek-aspek perkembangan yang dipadukan
dalam bidang pengembangan yang utuh yang mencakup bidang-bidang
pengembangan. Bidang Pengembangan kemampuan dasar merupakan kegiatan
yang dipersiapkan oleh guru untuk meningkatkan kemampuan dan kreativitas
sesuai dengan tahap perkembangan anak. Pengembangan kemampuan dasar
tersebut meliputi kemampuan berikut :
2.2.2.1 Kemampuan Berbahasa
Bertujuan agar anak mampu mengungkapkan pikiran melalui
bahasa yang sederhana secara tepat, mambu berkomunikasi secara
efektif, dan membangkitkan minat untuk dapat berbahasa Indonesia.
2.2.2.2 Kemampuan Kognitif
Bertujuan untuk mengembangkan belajar anak untuk dapat
mengubah perolehan belajarnya, dapat menemukan bemacam-macam
alternative

pemecahan

mengembangkan

masalah,

kemampuan

membantu

logika

anak

matematikannya

untuk
dan

pengetahuan akan ruang dan waktu, mengembangkan kemampuan
memilah-milah

dan

megelompokkan,

serta

mempersiapkan

pengembangan kemampuan berpikir teliti.
2.2.2.3 Kemampuan fisik/motoric
Bertujuan untuk memperkenalkan dan melatih gerakan kasar dan
halus, meningkatkan kemampuan mengelola, mengkontrol, gerakan
tubuh, dan koordinasi, serta meningkatkan keterampilan tubuh dan
cara hidup sehat sehingga dapat menunjang pertumbuhan jasmani
yang kuat, sehat dan terampil.
2.2.2.4 Kemampuan seni
Bertujuan agar anak dapat dan mampu menciptakan sesuatu
berdasarkan hasil imajinasinya, mengembangkan kepekaan, dan
menghargai hasil karya yang kreatif (Masitoh, dkk 2008:1.17-1.19)

Menurut Bredecamp (Masitoh, dkk 2008:1.17) menyatakan bahwa
“Bukan anak yang harus disesuaikan dengan program, tetapi program yang
harus disesuaikan dengan anak”.
Ada beberapa kajian yang dapat dicermati tentang hakikat anak
diantaranya yang dikemukakan oleh Bredecamp dan Copple, Brenner, serta
Kellought, dalam Selohuddin (Masitoh, 2008:1.14) sebagai berikut :
2.2.2.4.1 Anak bersifat unik. Masing-masing anak berbeda satu sama lain.
Anak memiliki bawaan, minat, kapabilitas, dan latar belakang
kehidupan masing-masing. Dengan demikian, meskipun terdapat
pola urutan umum dalam perkembangan anak yang dapat
diprediksi, pola perkembangan dan belajar tetap memiliki
perbedaan satu sama lain. Di samping itu memiliki universalitas,
menurut Bredecamp anak juga memiliki keunikan sendiri seperti
dalam gaya belajar, minat, dan latar belakang keluarga.
2.2.2.4.2 Anak mengekspresikan perilakunya secara relative dan spontan.
Perilaku yang ditampilkan anak pada umumnya relative asli,
tidak ditutup-tutupi. Ia akan marah, kalau memang mau marah,
dan ia akan menanggis, kalau memang mau menanggis. Ia
memperlihatkan wajah yang ceria disaat gembira, dan ia
menampakkan muka murung ketika bersedih hati, dan tak peduli
dimana ia berada dan dengan siapa saja.
2.2.2.4.3 Anak bersifat aktif dan energik. Anak lazimnya senang
melakukan berbagai aktivitas. Selama terjaga dari tidur, anak
seolah tak pernah berhenti untuk beraktivitas, dan tidak pernah
lelah, dan tak pernah bosan. Terlebih lagi kalau anak dihadapkan
pada kegiatan baru dan menantang. Bagi anak, gerak dan
aktivitas merupakan suatu kesenangan.
2.2.2.4.4 Anak memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan antusias terhadap
banyak hal. Karakteristik perilaku ini terutama menonjol pada
anak usia 4-5 tahun. Karena itu sangat lazim jika anak pada usia
dini

banyak

mempertanyakan

memperhatikan,
banyak

hal

yang

membicarakan,
sempat

dilihat

dan
dan

didengarnya., terutama pada hal-hal baru. Dengan karakteristik
seperti Peck, et al ( Masitoh,1987-2008:1.14-1.15).

2.2.2.4.5 Anak bersifat eskploratif dan berjiwa petualang. Terdorong oleh
rasa ingin tahu yang kuat terhadap sesuatu hal, anak lazimnya
sering menjelajah, mencoba dan mempelajari hal-hal baru,
misalnya anak senang membongkar pasang alat-alat mainan yang
baru dibelinya.
2.2.2.4.6 Anak umumnya kaya dengan fantasi. Anak senang dengan halhal yang bersifat imajinatif. Berkaitan dengan karakteristik ini,
cerita dapat merupakan sesuatu kegiatan yang banyak digemari
oleh anak.
2.2.2.4.7 Anak masih mudah frustrasi. Umumnya anak masih mudah
menanggis atau mudah marah apabila keinginannya tidak
terpenuhi.
Karakteristik anak yang telah dijelaskan tersebut, sangatlah jelas bahwa
anak merupakan sosok individu yang unik dan memiliki karakteristik yang
khusus baik dari segi kognitif, social, emosi, bahasa, fisik, maupun motoric,
dan sedang mengalami proses pengembangan yang sangat pesat.
2.2.3 Media Pembelajaran
Media Pembelajaran adalah sarana atau alat yang digunakan dalam
proses belajar mengajar (Daryanto, 2009:419).
Peran media pembelajaran di Taman Kanak-Kanak semakin penting
artunya mengingat perkembangan anak pada saat itu berada pada masa
kongkret. Oleh karena itu, salah satu prinsip pembelajaran di TK adalah
kekontretan, artinya bahwa anak diharapkan dapat mempelajarai sesuatu
secara nyata.
Menurut Heinich (Zaman, 2008:4.4) menyatakan media merupakan
saluran komunikasi. Media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk
jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara sumber pesan (a
source) dengan penerima pesan (a receiver), mereka mencontohkan media ini
dengan film, televise, diagram, bahan tercetak (printed materials), computer,
dan instruktur. Contoh media tersebut bisa dipertimbangkan sebagai media
pembelajaran jika membawa pesan-pesan dalam rangka mencapai sebuah
tujuan.Menurut beberapa ahli, media diartikan sebagai berikut :
2.2.3.1 Teknologi yang pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk
keperluan pembelajaran Schramm (Zaman, 2008:4.4)

2.2.3.2 Sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran, seperti
buku, film, video, slide Brigss (Zaman, 2008:4.5)
2.2.3.3 Sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang-dengar,
termasuk teknologi perangkat keras NEA (Zaman, 2008:4.5)
Media pembelajaran itu selalu terdiri atas dua unsur penting, yaitu
unsur peralatan atau perangkat keras (hardware) dan unsur pesan yang
dibawanya (message/software).
Unsur pesan software adalah informasi atau bahan ajar dalam
tema/topic tertentu yang akan disampaikan atau dipelajari anak, sedangkan
unsur perangkat keras (hardware) adalah sarana atau peralatan yang digunakan
untuk menyajikan pesan tersebut.
Nilai-nilai

media

pembelajaran

diantaranya

adalah

sebagai

Mengkonkretkan konsep-konsep yang abstrak, Menghadirkan objek-objek
yang terlalu bahaya atau sukar didapatkan dalam lingkungan belajar,
Menampilkan objek yang terlalu besar, Melalui media, guru dapat dengan
mudah menyampaikan gambaran mengenai sebuah kapal laut, pesawat udara,
pasar candi, dan sebagainya didepan kelas untuk menampilkan objek-objek
yang terlalu kecil, seperti bakteri, virus, semut dan nyamuk dan
Memperlihatkan gerakan yang paling cepat. Dengan menggunakan media film
(slow motion) guru bisa memperlihatkan lintasan peluru, melesatnya anak
panah atau memperlihatkan proses suatu ledakan. Demikian juga gerakangerakan yang terlalu lambat, seperti pertumbuhan kecambah, mekarnya bunga
menjadi dapat diamati dalam waktu singkat.
Media pembelajaran juga mampu memberikan konstribusi yang sangat
besar terhadap tercapainya kemampuan-kemampuan belajar anak. Terdapat
beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemanfaatan media pembelajaran
bagi anak, diantaranya adalah sebagai Penggunaan media pembelajaran bukan
merupakan fungsi tambahan, tetapi memiliki fungsi tersendiri sebagai sarana
bantu untuk mewujudkan situasi pembelajaran yang lebih efektif.
Media pembelajaran merupakan bagian integral dari keseluruhan
proses pembelajaran. Hal ini mengandung pengertian bahwa media
pembelajaran sebagai salah satu komponen yang tidak berdiri sendiri, tetapi
saling berhubungan dengan komponen lainnya dalam rangka menciptakan
situasi belajar yang diharapkan.

Media pembelajaran dalam penggunaannya harus relevan dengan
tujuan da nisi pembelajaran. Hal ini mengandung makna bahwa penggunaan
media dalam pembelajaran harus selalu melihat kepada tujuan atau
kemampuan yang akan dikuasai oleh anak dalam bahan ajar.
Media pembelajaran berfungsi sebagai mempercepat proses belajar.
Hal ini mengandung arti bahwa dengan media pembelajaran anak dapat
menangkat tujuan dan bahan ajar lebih mudah dan lebih cepat.
Media pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan kualitas proses
pembelajaran. Pada umumnya hasil belajar anak dengan menggunakan media
pembelajaran lebih tahan lama mengendap dalam pikirannya, sehingga
kualitas pembelajaran memiliki nilai yang tinggi.
Media pembelajaran meletakkan dasar-dasar yang kongkret untuk
berpikir. Oleh karena itu, dapat mengurangi terjadinya verbalisme (Zaman,
2008:4.12).
Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan
pesan, dapat merangsang pikiran, dan kemauan peserta didik. Sehngga dapat
mendorong

terciptanya

proses

belajar

pada

diri

peserta

didik.

Mediapembelajaran yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah media
“Balon” untuk meningkatkan kemampuan belajar beryanyi pada anak usia
dini.
Adapun didalam penggunaan media memiliki beberapa fungsi
diantaranya adalah media pembeajaran dapat mengatasi keterbatasan
pengalaman yang diwakili oleh peserta didik. Jika peserta didik tidak mungkin
dibawa ke obyek langsung yang dipelajari., maka obyeknya yang dibawakan
ke peserta didik. Obyek yang dimaksud bisa berupa dalam bentuk nyata,
miniature, model, balon, maupun bentuk gambar-gambar yang dapat disajikan
secara audiovisual, audio dan multimedia.
Media pembelajaran dapat melampau batasan ruang kelas. Banyak hal
yang tidak mungkin dialami secara langsung didalam kelas oleh para peserta
didik tentang suatu objek yang disebabkan karena objek terlalu besar, objek
terlalu kecil, objek yang bergerak terlalu lambat, obyek yang bergerak terlalu
ceat, obyek yang terlalu kompleks, obyek yang bunyinya terlalu halus, dan
onyek mengandung bahaya dan beresiko tinggi. Melalui penggunaan media
yang tepat, maka semua oyek itu dapat disajikan kepada peserta didik.

Media pembelajarn memungkinkan adanya interaksi langsung antara
peserta didik dengan lingkungannya. Media menghasilkan keseragaman
pengalaman, media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkret dan
realistis, media belajar membangkitkan keinginan dan minat baru, mdia dapat
membangkitkan motivasi dan merangsang anak untuk belajar dan media dapat
memberikan pengalaman yang integral atau menyeluruh dari yang kongkret
sampai yang abstrak.
2.2.4 Pembuatan Media
Dalam perencanaan pembuatan dan penggunaan media pembelajaran
diperlukan pemahaman mengenai berbgai jenis dan karakteristik media media
pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran di TK yang
meliputi audio visual, media audio dan media audiovisual.
Jenis-jenis media pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu.
2.2.4.1 Media pembelajaran visual
Media yang digunakan untuk menyampaikan pesan melalui
pengliatan pemirsa atau media yang hanya dapat dilihat.
2.2.4.2 Media pembelajaran audio
Media yang mengandung pesan dalam bentuk audio ( hanya
dapat didengar) yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian
dan kemauan anak untuk mempelajari isi tema.
2.2.4.3 Media pembelajaran audiovisual
Media ini merupakan kontribusi dari media audio dan media
visual atau bisa disebut media pandang-dengar. Dengan menggunakan
media audiovisual ini maka penyajian is tema kepada anak akan
semakin lengkap dan optimal.
Maka penelitian yang akan dilakukan pada kegiatan ini menggunakan
media balon sebagai perantara dalam pembelajaran. Didalam penelitian ini
pendidikan menggunakan balon yang dgunakan untuk meningkatkan
kemampuan bernyanyi pada anak usia ini kelompok B.
2.2.5 Balon
Di dalam Kamus Bahasa Indonesia (2002) balon adalah bola atau pundipundi besar dibuat dari karet (kertas, kain dsb) yang di isi dengan udara (gas
yang

ringan). Mainan

anak-anak

tersebut terbuat

dari karet

yang

dikembangkan (dengan cara ditiup atau diisi gas) sedangkan pengertian media

balon pada penelitian ini adalah sebuah media untuk mempermudah peserta
didik dalam menebak judul lagu dan bisa menyanyikannya.
Tujuan pembuatan media balon tersebut untuk mempermudah peserta
didik dalam meningkatkan kemampuan bernyanyi, dan mempermudah guru
dalam menyampaikan materi yang diajarkan. Media balon ini tidak hanya
mempermudah peserta didik dalam bernyanyi saja, tetapi bisa digunakan untuk
pembelajaran tematik. Pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang
menyangkup semua pokok atau inti dalam pembelajaran contohnya mengenal
warna dan berhitung.
2.2.6 Bernyanyi
Bernyanyi, dalam Jurnal Elisabeth (2005) nyanyian adalah bagian dari
music. Bernyanyi sebagai alat untuk mencurahkan pikiran dan perasaan untuk
berkomunikasi. Pada hakikatnya nyanyian bagi anak-anak adalah sebaga
Bahasa Emosi, dimana dengan nyanyian anak dapat mengungkapkan
perasaannya. Bahasa Nada, karena nyanyian dapat didengar, dapat
dinyanyikan, dan dikomunikasikan. Bahasa Gerak, gerak pada nyanyian
tergambar pada birama (gerak atau ketukan yang teratur), pada irama (gerak
atau ketukan panjang pendek, tidak teratur), dan pada melodi (gerakan tinggi
rendah).
Bernyanyi merupakan mengeluarkan suara dengan syair-syair yang
dilahukan. Mengelolah kelas dengan bernyanyi berabrti menciptakan dan
mengelola pembelajaran dengan menggunakan syair-syair yang dilagukan
Biasanya syair-syair tersebut disesuaikan dengan materi-materi yang
akan diajarkan. Bernyanyi membuat suasana belajar menjadi riang dan
bergairah sehingga perkembangan anak dapat distimulasi secara lebih dan
optimal, karena pada prinsipnya tugas lembaga PAUD adlah untuk
mengembangkan seluruh aspek dalam diri anak, meliputi fisik motoric, social,
emosional, intelektual, bahasa dan seni, serta moral dan agama (Purwanto,
2011:2-3).
Nyanyian disini sifatnya untuk membantu anak dalam memahami
materi. Jadi, nyanyian harus disesuaikan dengan anak usia dini. Seperti
“Balonku ada lima” atau “Pelangi-Pelangi” yang kemudia liriknya diganti
dengan materi yang akan diajarkan (Fadlillah, 2014:176)

Menurut Mahmud (1995:58) dengan adanya prinsip pembelajaran
pendidikan anak usia dini serta pemilihan kegiatan bernyanyi anak-anak
diharapkan dapat mendengarkan dan menikmati nyanyian, mengalami rasa
senang bernyanyi bersama, mengungkapkan pikiran, perasaan, dan suasana
hatinya

merasa senang bernyanyi, dan belajar bagaimana mengendalikan

suara dan menambah pembedaharaan nyanyian.
Manfaat bernyanyi menurut Syamsuri Jari (DALAM Purwanto.,
2012:2.3)

menyebutkan

bahwa

diantara

manfaat

bernyanyi

dalam

pembelajaran yaitu :
2.2.6.1 Sebagai sarana relaksasi dengan menetralisir denyut jantung dan
gelombang otak
2.2.6.2 Untuk menumbuhkan minat dan menguatkan daya tarik dalam
pembelajaran
2.2.6.3 Untuk menciptakan proses pembelajaran lebih humanis dan
menyenangkan
2.2.6.4 Sebagai jembatan dalam mengingat materi pembelajaran
2.2.6.5 untuk membangun dan menyentuh emosi dan rasa estetika anak
2.2.6.6 sebagai proses internalisasi nilai yang terdapat pada materi
pembelajaran
2.2.6.7 untuk menforong motivasi belajar anak.
2.2.7 Kerangka Berpikir Dalam Penelitian

Kondisi Awal

Tindakan

Kondisi Akhir

Guru belum
menggunakan
media “Blalon

Pengetahuan siswa
mengenal lagu ,
mengenal warna,
berhitung dari
media balon

Melalui media, Guru
menggunakan media
“balon” untuk
menyampaikan materi
Melalui Media “Balon” dapat
meningkatkan kemampuan
bernyanyi pada Anak Usia Dini
kelompok B

METODE PENELITIAN
Dalam suatu penelitian yang bersifat ilmiah, metode penelitian ini bersifat ilmiah,
metode penelitian penting, artinya penelitian jika tanpa menggunakan metode
penelitian kemungkinan besar akan menghasilkan suatu hasil yang acak-acakan, ini
berarti tidak memenuhi kriteria sebagai suatu ilmu pengetahuan. Berkaitan dngan ini,
perlu ditemukan beberapa hal sebagai berikut.
3.1 Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini pendekatan yang dilakukan adalah melalui pendekatan
deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif merupakan penelitian yang
termasuk dalam jenis penelitian kualitatif. Artinya data yang dikumpulkan bukan
berupa angka-angka, melainkan data tersebut berasal dari naskah wawancara,
catatan lapangan, dokumen pribadi, catatan memo, dan dokumen lainnya.
Pendekatan penlitian ini menyajikan catatan-catatan dari kegiatan-kegiatan di
TK PKK yang diajarkan oleh Bu. Siti Suleha dan Bu Tasri dan telah diamati untuk
menghasilkan data-data yang akurat. Penelitian ini berupa observasi langsung,
peneliti memasuki lapangan penelitian dan wawancara baik secara terstruktur
maupun tidak terstruktur.
3.2 Subjek Penelitian
Adapun subjek pada penelitian ini adalah Anak Usia Dini Kelompok B di
Sekolah TK PKK Desa Pamotan, Kecamatan Sambeng, Kabupaten Lamongan.
3.3 Objek Penelitian
Menurut Arikunto (2006:101) objek penelitian adalah sasaran atau objek yang
dijadikan pokok pembicaraan dalam penelitian. Objek dalam penelitian ini adala
media balon, untuk meningkatkan kemampuan bernyanyi pada anak usia dini
kelompok B.
3.4 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini berada di TK PKK Desa Pamotan, Kecamatan Sambeng,
Kabupaten Lamongan.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Menurut Marshall dan Rosman (dalam Sugiyono, 2008), menyatakan bahwa
dalam pengumpulan data, dapat dilakukan melalui observasi berperan serta
(Participant observation), wawancara mendalam (in depth interview), dan

dokumentasi. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
antara lain :
3.5.1 Observasi (pengamatan)
Didalam proses pengumpulan data, ada beberapa jenis observasi
dapat dikemukakan yaitu observasi partisipan dan observasi non partisipan.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan observasi partisipan. Yang
dimana, peneliti ikut berperan dalam kegiatan pembelajaran di TK PKK
Lamongan. Peneliti mengamati media yang diajarkan dalam bernyanyi di
sekolah TK PKK Desa Pamotan, Kecamatan Sambeng, Kabupaten
Lamongan.
Observasi dikatakan partisipan apabila observer berperan serta ikut
ambil bagian kehidpuan observe. Dalam hal ini yang berperan sebagai
observer adalah guru TK dengan menggunakan media balon, sehingga
peneliti tersebut dengan mudah mangamati subjek penelitiannya.
3.5.2 Wawancara
Teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini
adalah wawancara terstruktur agar pertanyaan-pertanyaan yang akan
diajukan tidak terlepas jauh dari tujuan penelitian, selain itu juga dapat
memudahkan peneliti dalam memberikan pertanyaan kepada orang yang
hendak diwawancara.
Wawancara akan sangat membantu dalam mengumpulkan data karena
instrument atau alat penelitian dalam metode kualitatif yang merupakan
peneliti itu sendiri. Penggunaan model wawancara tentu saja disesuaikan
dengan keberadaan data lapangan yang dicari dan diperlukan oleh peneliti.
Dengan metode wawancara dapat diperoleh data secara akurat karena data
didapatkan dari tangan pertama (primer).
Wawancara ini ditujukan kepada Kepala Sekolah, Guru Pendamping
Kelompok B, dan beberapa beberapa siswa kelompok B untuk menggali
informasi dan refleksi dari proses penelitian yang telah dilaksanakan.
Pada tanggal 15 Februari 2017 peneliti melakukan wawancara
terstruktur kepada Kepala Sekolah TK PKK Desa Pamotan, Kecamatan
Sambeng, Kabupaten Lamongan. Siti Suleha merupakan Kepala Sekolah di
TK PKK. Hasil wawancara yang didapatkan oleh peneliti adalah mendapat

data informasi tentang sekolah TK PKK secara umum, mendapatkan data
tentang latar belakang sekolah TK PKK.
3.5.2 Dokumentasi
Menurut Winarno Surachmad (Metodologi Penelitian, 1983, hal. 89)
pengertian dokumen adalah laporan tertulis dari suatu peristiwa yang
ditulis dengan sengaja untuk menyimpan atau merekam keterangan
mengenai peristiwa itu. Dokumen adalah setiap benda tertulis yang
mempunyai nilai sebagai alat bukti (Metodologi Penelitian, Prayudi
Atmosudirjo, 2980, hal. 125).
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa metode
dokumentasi adalah metode untuk mengumpulkan data dalam dokumen
sesuai dengan yang diperlukan.
Metode pengumpulan data dengan dokumen dilakukan antara lain:
3.5.2.1 Memeriksa dan mempelajari seluruh dokumen yang
berkaitan dengan subyek meliputi profil dan visi misi TK
PKK.
3.5.2.2 Data siswa kelompok B
3.5.2.3 Foto-foto lokasi sekolah (gedung sekolah) dan fasilitasfasilitasnya
3.5.2.4 Proses kegiatan pembelajaran
3.5.2.5 Perekaman Video
Pencermatan dokumen ini akan sangat membantu untuk melengkapi
dan memperdalam hasil pengamatan dan wawancara (Putra dan Dwi
Lestari, 2012:78).
3.5.6 Catatan Lapangan
Catatan lapangan merupakan catatn yang disengaja dibuat dengan
tujuan agar peneliti dapat mengetahui kemajuan-kemajuan yang dicapai
oleh siswa. Catatan lapangan dibuat ketika proses pembelajaran
berlangsung.
3.7 Teknik Analisis Data
Setelah data yang diperlukan untuk menguji kebenaran atau ketidak benaran
hipotesis yang diajukan dikumpulkan, kemudian data itu dianalisis. Analisis data
menurut Sugiyono (2011:244) adalah proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan

dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan
ke unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang
pentng dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah
dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.
Namun, dalam penelitian deskriptif kulitatif, analisis data yang lebih
difokuskan selama proses di lapangan, bersamaan dengan pengumpulan data.
Dalam menganalisis data di sekolah TK PKK Lamongan, peneliti memfokuskan
wawancara kepada kepala sekolah, guru pendamping dan siswa kelompok B untuk
mendapatkan data temuan. Hasil temuan dianalisis sedemikian rupa untuk
mendukung dan melengkapi analisis data penelitian.
Penganalisaan data itu ada yang dilakukan secara kualitatif dan ada pula yang
dilakukan secara kuantitatif, yaitu dengan menggunakan analisis statistic. Sebelum
data dianalisis biasanya didahului dengan melakukan pengolahan data, yang
dilakukan dengan melakukan pemberian kode (coding), pemeriksaan (editing) dan
pentabulasian (tabulating), pada data hasil pengumpulan data yang menggunakan
kuisioner.
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan teknik analisis data secara deskriptif
kualitatif. Artinya data-data yang diperoleh bukan berupa angka-angka, melainkan
data tersebut berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, dokumen pribadi,
catatan memo, dan dokumen lainnya.
3.8 Validitas Data
Validitas data merupakan derajad ketepatan antara data yang terjadi pada
objek penelitian dengan daya yang dapat dilaporkan oleh peneliti.

Dengan

demikian data yang valid adalah data “yang tidak berbeda” antara data yang
dilaporkan oleh peneliti dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek
penelitian (Sugiyono, 2011:363)
Menurut sugiyono (201:365), dalam penelitian kualitatif temuan data dapat
dinyatakan valid apabila tidak ada perbedaan antara apa yang dilaporkan peneliti
dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti. Tetapi perlu
diketahui bahwa kebenaran realitas data menurut penelitian kualitatif tidak bersifat
tunggal, tetapi jamak dan tergantung pada kemampuan peneliti mengkonstruksi
fenomena yang diamati serta dibentuk dalam diri seseorang sebagai hasil proses
mantap tiap individu dengan berbagai latar belakangnya.

Uji kreadibilitas data merupakan uji keabsahan data dalam penelitian
kualitatif. Uji kreadibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian
kualitatif antara lain dilakukan dengan triangulasi.
Whiliam Wiersma (dalam Meleong, 2011:372) menjelaskan bahwa
triangulasi dalam pengujian kreadibilitas ini diartikan sebagai pengecekkan data
dari berbagai sumber, dengan berbagai cara dan berbagai waktu.
Meleong (2011:373) mengelompokkan triangulasi menjadi tiga, yaitu
triangulasi sumber, triangulasi teknik, dan triangulasi waktu.
3.8.1 Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber untuk menguji kreadibilitas dan dilakukan dengan
cara mengecek data yang telah diperlukan melalui beberapa sumber.
Sebagai sumber contoh, untuk mengkaji kreadibilitas data tentang media
balon untuk meningkatkan kemampuan bernyanyi pada anak usia dini,
maka pengumpulan data dan pengujian data yang telah diperoleh dapat
dilakukan Guru TK PKK sebagai pembelajaran untuk meningkatkan
kemampuan bernyanyi pada anak usia dini dengan menggunakan media
balon, dan catatan peneliti pada saat melakukan observasi lapangan. Dari
data tiga sumber tersebut tidak dapat dirata-ratakan seperti pada data
penelitian kuantitatif
3.8.2 Triangulasi Teknik
Triangulasi teknik untuk menguji kreadibilitas data dilakukan dengan
cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.
Misalnya data diperoleh dengan wawancara tentang proses pembelajaran di
ekolah TK PKK, lalu dicek dengan observasi dan dokumentasi. Bila dengan
tiga teknik pengujian tersebut, menghasilkan data yang berbeda-beda, maka
peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang
bersangkutan atau yang lain, untuk memastikan data mana yang dianggap
benar tetapi apabila dari tiga teknik tersebut bisa dikatakan sebagai data
yang valid.
3.8.3 Triangulasi Waktu
Waktu juga sering mempengaruhi kradibilitas data. Dalam pengujian
kreadibilitas data dapat dilakukan dengan cara melakukan pengecekan
wawancara, observasi atau dokumentasi dalam waktu atau situasi yang
berbeda. Untuk mendapatkan data yang valid penulis melakukan observasi

suyek penelitian tidak hanya satu kali saja, tetapi beberapa kali sehingga
dapat melihat apakah terdapat pengembangan subyek dan oyek penelitian
yang berkaitan dengan perubahan kurun waktu sehingga penulis tiak cukup
satu kali dating ke lokasi penelitian di Sekolah TK PKK Desa Pamotan,
Kecamatan Sambeng, Kabupaten Lamongan.
3.9 Sumber Data Penelitian
Dalam pengumpulan data atau informasi tentang media balon untuk
meningkatkan kemampuan bernyanyi pada anak usia dini kelompok B Desa
Pamotan, kecamatan Sambeng, Kabupaten Lamongan, peneliti menggunakan
sumber data yang diperoleh dari :
3.9.1

Data Primer yaitu data yang diperoleh dari sumber utama (Kepala
Sekolah, Guru Pendamping Kelompok B dan beberapa murid TK PKK
Lamongan).

3.9.2 Data Sekunder yaitu sumber lain yang bukan dari sumber data utama
(Buku, catatan-catatan yang mendukung lengkapnya data) misalnya
Buku kurikulum TK PKK La