25 Pengertian Kurikulum Menurut Para Ahl

25 Pengertian Kurikulum Menurut Para Ahli Dan
Komponennya – Dalam dunia pendidikan tidak akan terlepas dari
kurikulum. Dalam pembahasan kali ini kita akan membahas tentang apa itu
kurikulum dan apa saja komponen yang menunjang dalam kurikulum itu
sendiri. Kurikulum merupakan sebuah perangkat dari mata pelajaran dan
juga program pendidikan yang diberikan oleh lembaga penyelenggara
pendidikan yang isinya mengenai rancangan pelajaran yang akan diberikan
pendidik kepada peserta didik dalam satu periode jenjang pendidikan.
Kurikulum ini tidak sembarangan dibuat, namun disesuaikan pada keadaan
dan kemampuan setiap jenjang pendidikan serta kebutuhan lapangan kerja.

Pengertian Kurikulum Menurut Para Ahli
Mengenai pengertian kurikulum, banyak sekali pendapat-pendapat yang
diungkapkan oleh para ahli, diantaranya yaitu:
1. UU No. 20 Tahun 2003 – Kurikulum merupakan seperangkat
rencana & sebuah pengaturan berkaitan dengan tujuan, isi, bahan ajar & cara
yang digunakan sebagai pedoman dalam penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai sebuah tujuan pendidikan nasional.
2. Dr. H. Nana Sudjana Tahun (2005) – Kurikulum merupakan niat &
harapan yang dituangkan kedalam bentuk rencana maupun program
pendidikan yang dilaksanakan oleh para pendidik di sekolah. Kurikulum

sebagai niat & rencana, sedangkan pelaksaannya adalah proses belajar
mengajar. Yang terlibat didalam proses tersebut yaitu pendidik dan peserta
didik.
3. Drs. Cece Wijaya, dkk – Mengartikan kurikulum dalam arti yang luas
yakni meliputi keseluruhan program dan kehidupan didalam sekolah.
4. Prof.Dr. Henry Guntur Tarigan – Kurikulum ialah suatu formulasi
pedagogis yang termasuk paling utama dan terpenting dalam konteks proses
belajar mengajar.
5. Harsono (2005) – Mengungkapkan bahwa kurikulum ialah suatu
gagasan pendidikan yang diekpresikan melalui praktik. Pengertian kurikulum
saat ini semakin berkembang, sehingga yang dimaksud dengan kurikulum itu
tidak hanya sebagai gagasan pendidikan, namun seluruh program
pembelajaran yang terencana dari institusi pendidikan nasional.

6. Prof. Dr. S. Nasution, M. A. – Menjelaskan kurikulum sebagai suatu
rencana yang disusun untuk melancarkan proses kegiatan belajar mengajar
di bawah naungan, bimbingan & tanggunga jawab sekolah / lembaga
pendidikan.
7. H. Hasan (1992) – Menurutnya kurikulum itu
bersifat fleksibilitas. Yakni sebagai suatu pemikiran kependidikan bagi diklat,

sehingga dalam posisi teoritik, harus dikembangkan dalam kurikulum sebagai
sesuatu yang terencana dan juga dianggap sebagai kaidah pengembang
kurikulum.
8. Prof. Drs. H. Darkir – Menyatakan bahwa kurikulum merupakan alat
dalam mencapai tujuan pendidikan. Jadi, kurikulum ialah program pendidikan
dan bukan program pengajaran, sehingga program itu direncanakan dan
dirancang sebagai bahan ajar dan juga pengalaman belajar.
9. Hamid Hasan (1988) – Berpendapat bahwa konsep kurikulum bisa
ditinjau dari 4 sudut yakni:
1. Kurikulum sebagai suatu ide; yang dihasilkan melalui teoriteori dan penelitian;
2. Sebagai suatu rencana tertulis, yaitu sebagai perwujudan dari
kurikulum sebagai suatu ide, didalamnya berisi tentang
tujuan, bahan ajar, aktiftas belajar, alat-alat atau media, dan
waktu pembelajaran;
3. Sebagai suatu kegiatan, merupakan pelaksanaan dari
kurikulum sebagai suatu rencana tertulis yakni dalam bentuk
praktek pembelajaran;
4. Sebagai suatu hasil, yaitu konsekwensi dari kurikulum
sebagai suatu kegiatan, melalui ketercapaiannya tujuan
kurikulum terhadap peserta didik.

10 Kerr, J.F (1968) – Kurikulum merupakan seluruh pembelajaran yang
dirancang dan dilakukakan secara individu maupun kelompok, baik didalam
sekolah maupun diluar sekolah.
11. George A. Beaucham (1976) – Kurikulum diartikan sebagai
dokumen tertulis yang berisikan seluruh mata pelajaran yang akan diajarkan
kepada peserta didik melalui pilihan berbagai disiplin ilmu dan rumusan
masalah dalam kehidupan sehari-hari.
12. Murray Print – Menjelaskan bahwa kurikulum ialah ruang
pembelajaran yang direncanakan, diberikan secara langsung kepada peserta
didik oleh sebuah lembaga pendidikan dan merupakan pengalaman yang
bisa dinikmati oleh seluruh peserta didik ketika kurikulum itu diterapkan.

13. Good V.Carter (1973) – Mengatakan bahwa kurikulum merupakan
sekumpulan kursus ataupun urutan pembelajaran yang sistematik.
14. Inlow (1966) – Kurikulum merupakan suatu usaha menyeluruh yang
dirancang secara khusus guna untuk membimbing peserta didik dalam
memperoleh hasil belajar dari pembelajaran yang sudah ditetapkan.
15. Daniel Tanner & Laurel Tanner – Mereka mengemukakan
pengertian kurikulum sebagai suatu pengalaman pembelajaran yang terarah,
terencana secara sistematis juga tersusun melalui proses rekontruksi

pengetahuan & pengalaman serta berada dibawah pengawasan lembaga
pendidikan sehingga para peserta didik memiliki motivasi & minat belajar
yang tinggi.
16. Neagley dan Evans (1967) – Mengemukakan kurikulum sebagai
sebuah pengalaman yang telah dirancang dari pihak sekolah untuk
membantu peserta didik dalam mencapai hasil belajar yang baik.
17. Hilda Taba (1962) – Kurikulum dianggap sebagai a plan of
learning yang artinya bahwa kurikulum merupakan sesuatu yang
direncanakan untuk dipelajari oleh peserta didik.
18. Grayson (1978) – Menjelaskan kurikulum sebagai suatu
perencanaan dalam memperoleh pengeluaran yang diharapkan dari suatu
pembelajaran yang telah diajarkan.
19. Crow and Crow – Kurikulum ialah suatu rancangan dalam
pengajaran yang tersusun secara sistematis untuk menyelesaikan program
dalam memperoleh ijazah.

20. William B. Ragam & Robert S. Flaming – Kurikulum
merupakan keseluruhan pengalaman peserta didik yang menjadi tanggung
jawab pihak sekolah atau lembaga.
21. David Praf – Kurikulum merupakan seperangkat organisasi dari

pendidikan formal / pusat-pusat pelatihan pembelajaran.
22. Saylor (1958) – Kurikulum ialah keseluruhan usaha pihak sekolah
untuk mempengaruhi PBM baik secara langsung didalam kelas, tempat
bermain, ataupun di luar sekolah.
23. Valiga, T & Magel, C – Kurikulum merupakan suatu urutan
pengalaman yang telah ditetapkan oleh pihak sekolah untuk mendisiplinkan
cara berfikir & bertindak para peserta didik.
24. Bara, Ch (2008) – Mengkonsepkan kurikulum kedalam 4 pengertian
yakni:
1. Kurikulum sebagai suatu produk;
2. Sebagai program;
3. Sebagai hasil yang diinginkan atau dicapai;
4. Sebagai pengalaman belajar.
25. Donald E. Orlasky, Othanel Smith (1978) & Peter F.
Olivva (1982) – Menyatakan bahwa kurikulum pada dasarnya ialah suatu
bentuk perencanaan maupun program dari pengalaman peserta didik yang
diarahkan dan dikembangkan di sekolah.

Komponen-Komponen Kurikulum
Kurikulum dibuat dan dirancang sebagai alat untuk bisa mencapai tujuan

pendidikan secara universal dalam setiap kegiatan pembelajaran di sekolah
dan memiliki komponen utama & penunjang yang saling terkait diantara
keduanya. Adapun komponen-komponen kurikulum antara lain yaitu:
 Tujuan: Berisikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.
 Materi atau isi: Merupakan bahan ajar yang akan disampaikan
oleh pendidik kepada peserta didik.
 Media (sarana & prasarana): Alat peraga dan juga sarana
prasarana yang menunjang kegiatan belajar mengajar.
 Strategi: Metode atau taktik yang akan diaplikasikan dalam
proses belajar mengajar.

 Proses belajar Mengajar: Mengarah pada sebuah proses
dalam pembelajaran yang meliputi segala bentuk apresiasi
peserta didik.
Banyak pendapat mengenai komponen-komponen kurikulum, ada beberapa
diantaranya yang hanya mengemukakan empat komponen penting, salah
satunya yaitu Nana Sudjana dan Nasution. Adapun komponen-komponen
yang dikemukakan pada dasarnya tetap sama yaitu:

Tujuan pembelajaran

 Isi & struktur kurikulum;
 Strategi dalam pelaksanaan Proses Belajar Mengajar;
 Evaluasi atau penilaian.
Jadi, kesimpulannya adalah bahwa didalam kurikulum itu ada kegiatan
belajar mengajar yang tidak hanya mementingkan bahan ajarnya saja, akan
tetapi juga proses belajarnya itu sendiri yang teramat penting.

Pengertian Kurikulum Menurut Para Ahli
 Menurut Daniel Tanner dan juga Laurel Tanner
pengertian kurikulum ialah pengalaman pembelajaran yang terarah dan
juga terencana dengan secara terstuktur dan juga tersusun dengan melalui
proses rekontruksi pengetahuan serta pengalaman secara sistematis yang
berada dibawah suatu pengawasan lembaga pendidikan sehingga pelajar
tersebut mempunyai motivasi dan juga minat belajar.
 Menurut Inlow (1966)
Pengertian kurikulum ialah usaha menyeluruh yang dirancang secara
khusus oleh sekolah didalam membimbing murid untuk dapat memperoleh
hasil dari pelajaran yang telah ditentukan tersebut.
 Menurut Hilda Taba (1962)
Pengertian kurikulum dituangkan kedalam bukunya yang berjudul

“Curriculum Development Theory and Pratice” ialah sebagai “a plan of
learning” yang mempunyai bahwa kurikulum ialah sesuatu yang
direncanakan untuk dapat dipelajari oleh siswa yang didalamnya
memuat rencana untuk para peserta didik(murid). .
 Menurut Kerr, J. F (1968)
Pengertian kurikulum ialah sebuah pembelajaran yang dirancang dan juga

dilaksanakan dengan individu serta juga berkelompok baik itu di luar
ataupun di dalam sekolah.
 Menurut George A. Beaucham (1976)
Pengertian kurikulum ialah suatu dokumen tertulis yang didalamnya
terkandung isi mata pelajaran yang akan diajar kepada peserta
didik(murid) dengan melalui berbagai mata pelajaran, pilihan disiplin
ilmu, rumusan masalah yang dalam kehidupan sehari-hari
 Menurut Neagley dan Evans (1967)
Pengertian kurikulum ialah semua pengalaman yang telah dibangung atau
dirancang oleh pihak sekolah untuk dapat menolong para siswa didalam
mencapai hasil belajar kepada kemampuan siswa yang paling baik
 Menurut UU. No. 20 Tahun 2003
Pengertian kurikulum ialah suatu perangkat rencana dan juga pengaturan

tentang tujuan, isi, dan juga bahan pengajaran dan cara yang digunakan
ialah sebagai suatu pedoman didalam suatu penyelenggaraan kegiatan
dalam pembelajaran untuk dapat mencapai suatu tujuan pendidikan
nasional.
 Menurut Good V. Carter (1973)
Pengertian kurikulum ialah kelompok pengajaran yang sistematik atau
juga urutan subjek yang dipersyaratkan untuk dapat lulus atau juga
sertifikasi dalam pelajaran mayor
 Menurut Grayson (1978)
Pengertian kurikulum ialah suatu perencanaan untuk mendapatkan suatu
pengeluaran (out-comes) yang diharapkan dari suatu pembelajaran
 Menurut Murray Print
Pengertian kurikulum ialah sebuah ruang pembelajaran yang sudah
terencana diberikan secara langsung kepada siswa oleh sebuah lembaga
pendidikan dan juga pengalaman yang dapat dinikmati oleh semua siswa
pada saat kurikulum tersebut diterapkan.
 Menurut Crow and Crow
Pengertian kurikulum ialah rancangan pengajaran atau juga sejumlah mata
pelajaran yang disusun secara sistematis untuk dapat menyelesaikan suatu
program untuk dapat memperoleh ijazah.


SEJARAH KURIKULUM DI INDONESIA 1945-2013
BAB I

PENDAHULUAN
A.

LATAR BELAKANG
Perkembangan teknologi semakin lama semakin pesat. Hal ini
mengakibatkan semakin cepatnya perkembangan pemikiran peserta
didik terutama peserta didik di Indonesia. Perkembangan pesat dari
teknologi ini juga berdampak pada kualitas pendidikan yang diberikan
oleh guru kepada para peserta didik yang diakibatkan oleh
perkembangan teknologi pendidikan juga sudah tidak mendukung lagi.
Oleh karena itu kurikulum di indonesia juga sudah kesekian kali diubah
untuk
menyesuaikan
perkembangan
pendidikan
dengan

perkembangan teknologi dan perkembangan peserta didik.
Perubahan-perubahan yang dilakukan pada kurikulum di
Indonesia bertujuan untuk menyesuaikan dan mengembangkan
pendidikan Indonesia ke kualitas yang lebih baik dan sejalan dengan
pertumbuhan ekonomi dan teknologi. Selain itu perubahan kurikulum
juga ditujukan untuk menyesuaikan perkembangan peserta didik.
Namun dalam setiap perubahan kurikulum, sistem kurikulum di
indonesia tidak selalu berdampak positif, namun juga ada yang bersifat
negatif sehingga diperlukan adanya perbaikan kembali pada sistem
pendidikan yang diterapkan pada saat itu.
Dalam makalah ini penulis ingin menguraikan beberapa hal
mengenai beberapa kurikulum yang pernah diterapkan di Indonesia
sebelumnya. Sehingga penulis dan pembaca dapat memahami dan
mengambil pelajaran dari rangkuman beberapa kurikulum yang pernah
diterapkan di Indonesia.

B.

RUMUSAN MASALAH
Bagaimanakah perkembangan kurikulum di Indonesia sejak awal
kemerdekaan sampai sekarang?

C.

TUJUAN
Mengetahui perkembangan kurikulum di Indonesia sejak awal
kemerdekaan sampai sekarang.

BAB II
PEMBAHASAN

A.

KURIKULUM

Kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan, sekaligus
sebagai pedoman dalam pelaksanaan pendidikan. Kurikulum dapat (paling
tidak sedikit) meramalkan hasil pendidikan/pengajaran yang diharapkan
karena ia menunjukkan apa yang harus dipelajari dan kegiatan apa yang
harus dialami oleh peserta didik.
Pembaharuan kurikulum perlu dilakukan sebab tidak ada satu kurikulum
yang sesuai dengan sepanjang masa, kurikulum harus dapat menyesuaikan
dengan perkembangan zaman yang senantiasa cenderung berubah.
Menurut Sudjana (1993 : 37) pada umumnya perubahan struktural
kurikulum menyangkut komponen kurikulum yakni:

1.

Perubahan dalam tujuan. Perubahan ini didasarkan kepada pandangan hidup
masyarakat dan falsafah bangsa.

2.

Perubahan isi dan struktur. Perubahan ini meninjau struktur mata pelajaran mata pelajaran yang diberikan kepada siswa termasuk isi dari setiap mata
pelajaran.

3.

Perubahan strategi kurikulum. Perubahan ini menyangkut pelaksanaan
kurikulum itu sendiri yang meliputi perubahan teori belajar mengajar,
perubahan sistem administrasi, bimbingan dan penyuluhan, perubahan sistem
penilaian hasil belajar.

4.

Perubahan sarana kurikulum. Perubahan ini menyangkut ketenagaan baik
dari segi kualitas dan kuantititas, juga sarana material berupa perlengkapan
sekolah seperti laboraturium, perpustakaan, alat peraga dan lain-lain.

5.

Perubahan dalam sistem evaluasi kurikulum. Perubahan ini menyangkut
metode/cara yang paling tepat untuk mengukur/menilai sejauh mana
kurikulum berjalan efektif dan efesien, relevan dan produktivitas terhadap
program pembelajaran sebagai suatu system dari kutikulum.

B.

SEJARAH PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIA
Dalam perjalanan sejarah sejak tahun 1945, kurikulum pendidikan
nasional telah mengalami perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964,
1968, 1975, 1984, 1994, 1999, 2004 dan 2006.

1.

KURIKULUM RENCANA PELAJARAN (1947-1968)

Kurikulum yang digunakan di Indonesia pra kemerdekaan dipengaruhi
oleh tatanan sosial politik Indonesia. Pada masa penjajahan Belanda,
setidaknya ada tiga sistem pendidikan dan pengajaran yang berkembang saat
itu. Pertama, sistem pendidikan Islam yang diselenggarakan perantren.
Kedua, sistem pendidikan Belanda. Sistem pendidikan belanda pun bersifat
diskriminatif. Susunan persekolahan zaman kolinial adalah sebagai berikut
(Sanjaya, 2007:207):
a.

Persekolahan anak-anak pribumi untuk golongan non priyayi menggunakan
pengantar bahasa daerah, namanya Sekolah Desa 3 tahun.

b.

Untuk orang timur asing disediakan sekolah seperti Sekolah Cina 5 tahun
dengan pengantar bahasa Cina, Hollandch Chinese School (HCS) yang
berbahasa Belanda selama 7 tahun.

c.

Sedangkan untuk orang Belanda disediakan sekolah rendah sampai
perguruan tinggi, yaitu Eropese Legere School 7 tahun, sekolah lanjutan HBS
3 dan 5 tahun Lyceum 6 tahun, Maddelbare Meisjeschool 5 tahun, Recht Hoge
School 5 tahun, Sekolah kedokteran tinggi 8,5 tahun, dan kedokteran gigi 5
tahun.

Tiga tahun setelah Indonesia merdeka pemerintah membuat kurikulum
“Rencana Pelajaran”. Tahun 1947. Kurikulum ini bertahan sampai tahun 1968
saat pemerintahan beralih pada masa orde baru.

a.

Rencana pelajaran 1947

Kurikulum ini lebih populer disebut dalam bahasa belanda “leer plan”,
artinya rencana pelajaran, ketimbang “curriculum” (bahasa Inggris).
Perubahan kisi-kisi pendidikannya lebih bersifat politis: dari orientasi
pendidikan Belanda ke kepentingan nasional.
Karena suasana kehidupan berbangsa saat itu masih dalam semangat
juang merebut kemerdekaan maka pendidikan sebagai development
conformism lebih menekankan pada pembentukan karakter manusia

Indonesia yang merdeka dan berdaulat dan sejajar dengan bangsa lain di
muka bumi ini.
Rencana Pelajaran 1947 baru dilaksanakan sekolah-sekolah pada 1950.
Bentuknya memuat dua hal pokok:
1)

Daftar mata pelajaran dan jam pengajarannya

2)

Garis-garis besar pengajaran (GBP)
Rencana Pelajaran 1947 mengurangi pendidikan pikiran dalam arti
kognitif, namun yang diutamakan pendidikan watak atau perilaku (value ,
attitude), meliputi :

1)

Kesadaran bernegara dan bermasyarakat;

2)

Materi pelajaran dihubungkan dengan kejadian sehari-hari

3)

Perhatian terhadap kesenian dan pendidikan jasmani.
Fokus pelajarannya pada pengembangan Pancawardhana, yaitu :

1)

Daya cipta,

2)

Rasa,

3)

Karsa,

4)

Karya,

5)

Moral.
Mata pelajaran diklasifkasikan dalam lima kelompok bidang studi.

1)

Moral

2)

Kecerdasan

3)

Emosional/artistik

4)

Keprigelan (keterampilan)

5)

Jasmaniah.

b.

Rencana Pelajaran Terurai 1952

Ciri dari kurikulum 1952 ini bahwa setiap rencana pelajaran harus
memperhatikan isi pelajaran yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari.
Pada masa itu juga dibentuk Kelas Masyarakat. yaitu sekolah khusus
bagi lulusan SR 6 tahun yang tidak melanjutkan ke SMP. Kelas masyarakat
mengajarkan keterampilan, seperti pertanian, pertukangan, dan perikanan.
Tujuannya agar anak tak mampu sekolah ke jenjang SMP, bisa langsung
bekerja.
Mata Pelajaran yang ada pada Kurikulum 1954 yakni untuk jenjang
Sekolah Rakyat (SD) menurut Rencana Pelajaran 1947 adalah sebagai berikut
1)

Bahasa Indonesia

2)

Bahasa Daerah

3)

Berhitung

4)

Ilmu Alam

5)

Ilmu Hayat

6)

Ilmu Bumi

7)

Sejarah

8)

Menggambar

9)

Menulis

10) Seni Suara
11) Pekerjaan Tangan
12) Pekerjaan kepurtian
13) Gerak Badan
14) Kebersihan dan kesehatan
15) Didikan budi pekerti
16) Pendidikan agama

c.

Kurikulum Rencana Pendidikan 1964

Pokok-pokok pikiran kurikulum 1964 adalah bahwa pemerintah
mempunyai keinginan agar rakyat mendapat pengetahuan akademik untuk
pembekalan pada jenjang SD. Kurikulum 1964 juga menitik beratkan pada
pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya, dan moral, yang kemudian
dikenal dengan istilah Pancawardhana. Pada saat itu pendidikan dasar lebih
menekankan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis, yang
disesuaikan dengan perkembangan anak. Sehingga pembelajaran dipusatkan
pada program Pancawardhana (Hamalik, 2004), yaitu pengembangan moral,
kecerdasan, emosional/artistik, keprigelan, dan jasmani.
Cara belajar dijalankan dengan metode disebut gotong royong
terpimpin. Selain itu pemerintah menerapkan hari sabtu sebagai hari krida.
Maksudnya, pada hari Sabtu, siswa diberi kebebasan berlatih kegitan di
bidang kebudayaan, kesenian, olah raga, dan permainan, sesuai minat siswa.
Kurikulum 1964 adalah alat untuk membentuk manusia pacasialis yang
sosialis Indonesia, dengan sifat-sifat seperti pada ketetapan MPRS No II tanun
1960.
Kurikulum 1964 bersifat separate subject curriculum, yang memisahkan
mata pelajaran berdasarkan lima kelompok bidang studi (Pancawardhana).
Mata Pelajaran yang ada pada Kurikulum 1964 adalah:

1)

Pengembangan Moral

a)

Pendidikan kemasyarakatan

b)

Pendidikan agama/budi pekerti

2)

Perkembangan kecerdasan

a)

Bahasa Daerah

b)

Bahasa Indonesia

c)

Berhitung

d)

Pengetahuan Alamiah

3)

Pengembangan emosional atau Artistik
Pendidikan kesenian

4)

Pengembangan keprigelan
Pendidikan keprigelan

5)

Pengembangan jasmani

Pendidikan jasmani/Kesehatan

d.

Kurikulum 1968

Kurikulum 1968 memiliki perubahan struktur kurikulum pendidikan dari
Pancawardhana menjadi pembinaan jiwa pancasila, pengetahuan dasar, dan
kecakapan khusus. Kurikulum 1968 merupakan perwujudan dari perubahan
orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.
Kurikulum 1968 bertujuan agar pendidikan ditekankan pada upaya
untuk membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani,
mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan
keyakinan beragama. Isi pendidikan diarahkan pada kegiatan mempertinggi
kecerdasan dan keterampilan, serta mengembangkan fsik yang sehat dan
kuat.
Kurikulum 1968 menekankan pendekatan organisasi materi pelajaran:
kelompok pembinaan Pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus.
Kurikulum 1968 disebut sebagai kurikulum bulat. Karena kurikulum ini hanya
memuat mata pelajaran pokok-pokok saja. Muatan materi pelajaran bersifat
teoritis, tak mengaitkan dengan permasalahan faktual di lapangan. Titik
beratnya pada materi apa saja yang tepat diberikan kepada siswa di setiap
jenjang pendidikan.
Kurikulum 1968 bersifat correlated subject curriculum, artinya materi
pelajaran pada tingkat bawah mempunyai korelasi dengan kurikulum sekolah
lanjutan. Bidang studi pada kurikulum ini dikelompokkan pada tiga kelompok
besar: pembinaan pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus.
Jumlah mata pelajarannya 9, yakni:

1)

Pembinaan Jiwa Pancasila

a)

Pendidikan agama

b)

Pendidikan kewarganegaraan

c)

Bahasa Indonesia

d)

Bahasa Daerah

e)

Pendidikan olahraga

2)

Pengembangan pengetahuan dasar

a)

Berhitung

b)

IPA

c)

Pendidikan kesenian

d)

Pendidikan kesejahteraan keluarga

3)

Pembinaan kecakapan khusus
Pendidikan kejuruan

2.

KURIKULUM BERORIENTASI PENCAPAIAN TUJUAN (1975-1994)

Kurikulum ini menekankan pada isi atau materi pelajaran yang
bersumber dari disiplin ilmu. Penyusunannya relatif mudah, praktis, dan
mudah digabungkan dengan model yang lain. Kurikulum ini bersumber dari
pendidikan klasik, perenalisme dan esensialisme, berorientasi pada masa lalu.
fungsi pendidikan adalah memeliharadan mewariskan ilmu pngetahuan,
tehnologi, dan nilai-nilai budaya masa lalu kepada generasi yang baru.
Menurut kurikulum ini, belajar adalah berusaha menguasai isi atau
materi pelajaran sebanyak-banyaknya. kurikulum subjek akademik tidak
berarti terus tetap hanya menekankan materi yang disampaikan, dalam
sejarah perkembangannya secara berangsur-angsur memperhatikan juga
proses belajar yang dilakukan peserta didik.

a)

Kurikulum 1975
Latar belakang ditetapkanya Kurikulum 1975 sebagai pedoman
pelaksanaan pengajaran di sekolah menurut Menteri Pendidikan Republik
Indonesia Sjarif Thajeb, adalah:

1)

Selama Pelita I, yang dimulai pada tahun 1969, telah banyak timbul gagasan
baru tentang pelaksanaan sistem pendidikan nasional.

2)

Adanya kebijaksanaan pemerintah di bidang pendidikan nasional yang
digariskan dalam GBHN yang antara lain berbunyi : “Mengejar ketinggalan di
bidang ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mempercepat lajunya
pembangunan.

3)

Adanya hasil analisis dan penilaian pendidikan nasional oleh Departemen
Pendidikan dan Kebudayaaan mendorong pemerintah untuk meninjau
kebijaksanaan pendidikan nasional.

4)

Adanya inovasi dalam system belajar-mengajar yang dianggap lebih efsien
dan efektif yang telah memasuki dunia pendidikan Indonesia.

5)

Keluhan masyarakat tentang mutu lulusan pendidikan untuk meninjau sistem
yang kini sedang berlaku.

6)

Diperlukan peninjauan terhadap Kurikulum 1968 tersebut agar sesuai
dengan tuntutan masyarakat yang sedang membangun.

Kurikulum 1975 sebagai pengganti kurikulum 1968 menggunakan
prinsip-prinsip di antaranya sebagai berikut.
1)

Berorientasi pada tujuan. Pemerintah merumuskan tujuan-tujuan yang harus
dikuasai oleh siswa yang lebih dikenal dengan khirarki tujuan pendidikan.

2)

Menganut pendekatan integrative dalam arti bahwa setiap pelajaran memiliki
arti dan peranan yang menunjang kepada tercapainya tujuan-tujuan yang
lebih integratif.

3)

Menekankan kepada efsiensi dan efektivitas dalam hal daya dan waktu.

4)

Menganut pendekatan sistem instruksional yang dikenal dengan Prosedur
Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI).

5)

Dipengaruhi psikologi tingkah laku dengan menekankan kepada stimulus
respon (rangsang-jawab) dan latihan (Drill). Pembelajaran lebih banyak
menggunaan teori Behaviorisme, yakni memandang keberhasilan dalam
belajar ditentukan oleh lingkungan dengan stimulus dari luar, dalam hal ini
sekolah dan guru.
Kurikulum 1975 memuat ketentuan dan pedoman yang meliputi unsur-unsur :

1)

Tujuan institusional.
Berlaku mulai SD, SMP maupun SMA.Tujuan Institusional adalah tujuan yang
hendak dicapai lembaga dalam melaksanakan program pendidikannya.

2)

Struktur Program Kurikulum.
Struktur program adalah kerangka umum program pengajaran yang akan
diberikan pada tiap sekolah.

3)

Garis-Garis Besar Program Pengajaran

Garis-Garis Besar Program Pengajaran, memuat hal-hal yang berhubungan
dengan program pengajaran, yaitu.
a)

Tujuan Kurikuler, yaitu tujuan yang harus dicapai setelah mengikuti program
pengajaran yang bersangkutan selama masa pendidikan.

b)

Tujuan Instruksional Umum, yaitu tujuan yang hendak dicapai dalam setiap
satuan pelajaran baik dalam satu semester maupun satu tahun.

c)

Pokok bahasan yang harus dikembangkan untuk dijadikan bahan pelajaran
bagi para siswa agar mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.

d)

Urutan penyampaian bahan pelajaran dari tahun pelajaran satu ke tahun
pelajaran berikutnya dan dari semester satu ke semester berikutnya.

4)

Sistem Penyajian dengan Pendekatan PPSI (Prosedur Pengembangan Sistem
Instruksional)
Sistem PPSI berpandangan bahwa proses belajar-mengajar sebagai suatu
system yang senantiasa diarahkan pada pencapaian tujuan. PPSI sendiri
merupakan sistem yang saling berkaitan dari satu instruksi yang terdiri atas
urutan, desain tugas yang progresif bagi individu dalam belajar (Hamzah
B.Uno, 2007). Oemar Hamalik mendefnisikan PPSI sebagai pedoman yang
disusun oleh guru dan berguna untuk menyusun satuan pelajaran. Komponen
PPSI meliputi:

a)

Pedoman perumusan tujuan. Pedoman perumusan tujuan memberikan
petunjuk bagi guru dalam merumuskan tujuan-tujuan khusus.

b)

b) Pedoman prosedur pengembangan alat penilaian. Tes yang digunakan
dalam PPSI disebut criterion referenced test yaitu tes yang digunakan unuk
mengukur efektiftas program/ pelaksanaan pengajaran.

c)

Pedoman proses kegiatan belajar siswa. Pedoman proses kegiatan belajar
siswa merupakan petunjuk bagi guru untuk menetapkan langkah-langkah
kegiatan belajar siswa sesuai dengan bahan pelajaran yang harus dikuasai
dan tujuan khusus instruksional yang harus dicapai oleh para siswa

d)

Pedoman program kegiatan guru. Pedoman program kegiatan guru
merupakan petunjuk-petunjuk bagi guru untuk merencanakan program
kegiatan bimbingan sehingga para siswa melakukan kegiatan sesuai dengan
rumusan TIK.

e)

Pedoman pelaksanaan program. Pedoman pelaksanaan program merupakan
petunjuk-petunjuk dari program yang telah disusun.

f)

5)

Pedoman perbaikan atau revisi. Pedoman perbaikan atau revisi yang
merupakan pengembangan program setelah selesai dilaksanakan.
Sistem Penilaian
Penilaian menggunakan PPSI diberikan pada setiap akhir pelajaran atau pada
akhir satuan pelajaran tertentu.

6)

Sistem Bimbingan dan Penyuluhan
Setiap siswa memiliki tingkat kecepatan belajar yang tidak sama. Sehingga
mereka memerlukan pengarahan yang akan mengembagkan mereka menjadi
manusia yang mampu meraih masa depan yang lebih baik.

7)

Supervisi dan Administrasi
Sebagai suatu lembaga pendidikan memerlukan pengelolaan yang terarah,
baik yang digunakan oleh para guru, administrator sekolah, maupun para
pengamat sekolah menggunakan teknik supervisi dan administrasi sekolah
yang dapat dipelajari pada Pedoman pelaksanaan kurikulum tentang
supervise dan administrasi.
Mata Pelajaran dalam Kurikulum tahun 1975 adalah

1)

Pendidikan agama

2)

Pendidikan Moral Pancasila

3)

Bahasa Indonesia

4)

IPS

5)

Matematika

6)

IPA

7)

Olah raga dan kesehatan

8)

Kesenian

9)

Keterampilan khusus

b)

Kurikulum 1984

Sidang umum MPR 1983 yang produknya tertuang dalam GBHN 1983
menyiratakan keputusan politik yang menghendaki perubahan kurikulum dari

kurikulum 1975 ke kurikulum 1984, karena suda dianggap tidak mampu lagi
memenuhi kebutuhan masyarakat dan tuntutan ilmu pengetahuan dan
teknologi . Secara umum dasar perubahan kurikulum 1975 ke kurikulum 1984
di antaranya adalah sebagai berikut.
1)

Terdapat beberapa unsur dalam GBHN 1983 yang belum tertampung ke
dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah.

2)

Terdapat ketidakserasian antara materi kurikulum berbagai bidang studi
dengan kemampuan anak didik.

3)

Terdapat kesenjangan antara program kurikulum dan pelaksanaannya di
sekolah.

4)

Terlalu padatnya isi kurikulum yang harus diajarkan hampir di setiap jenjang.

5)

Pelaksanaan Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB) sebagai bidang
pendidikan yang berdiri sendiri mulai dari tingkat kanak-kanak sampai sekolah
menengah tingkat atas termasuk Pendidikan Luar Sekolah.

6)

Pengadaan program studi baru (seperti di SMA) untuk memenuhi kebutuhan
perkembangan lapangan kerja.
Kurikulum 1984 memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

1)

Berorientasi kepada tujuan instruksional. Didasari oleh pandangan bahwa
pemberian pengalaman belajar kepada siswa dalam waktu belajar yang
sangat terbatas di sekolah harus benar-benar fungsional dan efektif.

2)

Pendekatan pengajarannya berpusat pada anak didik melalui cara belajar
siswa aktif (CBSA). CBSA adalah pendekatan pengajaran yang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk aktif terlibat secara fsik, mental, intelektual,
dan emosional dengan harapan siswa memperoleh pengalaman belajar secara
maksimal, baik dalam ranah kognitif, afektif, maupun psikomotor.

3)

Materi pelajaran dikemas dengan nenggunakan pendekatan spiral. Spiral
adalah pendekatan yang digunakan dalam pengemasan bahan ajar
berdasarkan kedalaman dan keluasan materi pelajaran.

4)

Menanamkan pengertian terlebih dahulu sebelum diberikan latihan. Untuk
menunjang pengertian alat peraga sebagai media digunakan untuk
membantu siswa memahami konsep yang dipelajarinya.

c)

Materi disajikan berdasarkan tingkat kesiapan atau kematangan siswa.
Pemberian materi pelajaran berdasarkan tingkat kematangan mental siswa
dan penyajian pada jenjang sekolah dasar harus melalui pendekatan konkret,

semikonkret, semiabstrak, dan abstrak dengan menggunakan pendekatan
induktif dari contoh-contoh ke kesimpulan.
d)

Menggunakan pendekatan keterampilan proses. Keterampilan proses adalah
pendekatan belajar-mengajar yang memberi tekanan kepada proses
pembentukkan
keterampilan
memperoleh
pengetahuan
dan
mengkomunikasikan perolehannya.

Kebijakan dalam penyusunan Kurikulum 1984 adalah sebagai berikut.
1)

Adanya perubahan dalam perangkat mata pelajaran inti. Kurikulum 1984
memiliki enam belas mata pelajaran inti.

2)

Penambahan mata pelajaran pilihan yang sesuai dengan jurusan masingmasing.

3)

Perubahan program jurusan. Kalau semula pada Kurikulum 1975 terdapat 3
jurusan di SMA, yaitu IPA, IPS, Bahasa, maka dalam Kurikulum 1984 jurusan
dinyatakan dalam program A dan B. Program A terdiri dari.

a)

A1, penekanan pada mata pelajaran Fisika

b)

A2, penekanan pada mata pelajaran Biologi

c)

A3, penekanan pada mata pelajaran Ekonomi

d)

A4, penekanan pada mata pelajaran Bahasa dan Budaya.

e)

4)

B, penekanan keterampilan kejuruan. Tetapi mengingat program B
memerlukan sarana sekolah yang cukup maka program ini untuk sementara
ditiadakan.
Pentahapan waktu pelaksanaan
Kurikulum 1984 dilaksanakan secara bertahap dari kelas I SMA berturut tahun
berikutnya di kelas yang lebih tinggi.

a)

Kurikulum 1994

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem
Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa Kurikulum Sekolah Menengah
Umum perlu disesuaikan dengan peraturan perundang-undangan tersebut.

Pada kurikulum sebelumnya, yaitu kurikulum 1984, proses pembelajaran
menekankan pada pola pengajaran yang berorientasi pada teori belajar
mengajar dengan kurang memperhatikan muatan (isi) pelajaran. Akibatnya,
pada saat itu dibentuklah Tim Basic Science yang salah satu tugasnya ikut
mengembangkan kurikulum di sekolah. Tim ini memandang bahwa materi (isi)
pelajaran harus diberikan cukup banyak kepada siswa, sehingga siswa selesai
mengikuti pelajaran pada periode tertentu akan mendapatkan materi
pelajaran yang cukup banyak.
Terdapat ciri-ciri yang menonjol dari pemberlakuan kurikulum 1994, di
antaranya sebagai berikut.
1)

Pembagian tahapan pelajaran di sekolah dengan sistem caturwulan.
Diharapkan agar siswa memperoleh materi yang cukup banyak.

2)

Pembelajaran di sekolah lebih menekankan materi pelajaran yang cukup
padat (berorientasi kepada materi pelajaran/isi)

3)

Kurikulum 1994 bersifat populis, yaitu yang memberlakukan satu sistem
kurikulum inti untuk semua siswa di seluruh Indonesia.

4)

Dalam pelaksanaan kegiatan, guru hendaknya memilih dan menggunakan
strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fsik,
dan sosial.

5)

Dalam pengajaran suatu mata pelajaran hendaknya disesuaikan dengan
kekhasan konsep/pokok bahasan dan perkembangan berpikir siswa, sehingga
menekankan pada pemahaman konsep dan keterampilan menyelesaikan soal
dan pemecahan masalah siswa.

6)

Pengajaran dari hal yang konkrit ke hal yang abstrak, dari hal yang mudah ke
hal yang sulit, dan dari hal yang sederhana ke hal yang komplek.

7)

Pengulangan-pengulangan materi yang dianggap sulit perlu dilakukan untuk
pemantapan pemahaman siswa.
Selama
dilaksanakannya
kurikulum
permasalahan, di antaranya sebagai berikut:

1994

muncul

beberapa

1)

Beban belajar siswa terlalu berat karena banyaknya mata pelajaran dan
banyaknya materi/substansi setiap mata pelajaran.

2)

Materi pelajaran dianggap terlalu sukar karena kurang relevan dengan
tingkat perkembangan berpikir siswa, dan kurang bermakna karena kurang
terkait dengan aplikasi kehidupan sehari-hari.

Hal ini mendorong para pembuat kebijakan untuk menyempurnakan
kurikulum
dengan
diberlakukannya
Suplemen
Kurikulum
1994.
Penyempurnaan tersebut dilakukan dengan tetap mempertimbangkan prinsip
penyempurnaan kurikulum, yaitu :
1)

Penyempurnaan kurikulum secara terus menerus sebagai upaya
menyesuaikan kurikulum dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, serta tuntutan kebutuhan masyarakat.

2)

Penyempurnaan kurikulum dilakukan untuk mendapatkan proporsi yang
tepat antara tujuan yang ingin dicapai dengan beban belajar, potensi siswa,
dan keadaan lingkungan serta sarana pendukungnya.
Penyempurnaan kurikulum 1994 di pendidikan dasar dan menengah
dilaksanakan bertahap yaitu tahap penyempurnaan jangka pendek dan
penyempurnaan jangka panjang.

3.

KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI DAN KTSP (2004/ 2006)

Kurikulum yang berorientasi pada pencapaian tujuan (1975-1994)
berimpilkasi pada penguasaan kognitif lebih dominan namun kurang dalam
penguasaan keterampilan (skill). Sehingga lulusan pendidikan kita tidak
memiliki kemampuan yang memadai terutama yang bersifat aplikatif,
sehingga diperlukan kurikulum yang berorientasi pada penguasaan
kompetensi secara holistik.
Penyempurnaan
kurikulum
yangdimaksudkan itu telah
nasionalsebagai berikut:

untuk
mewujudkan
peserta
didik
diamanatkan dalam kebijakan-kebijakan

1)

Perubahan keempat UUD 1945 Pasal31 tentang Pendidikan.

2)

Tap MPR No. IV/MPR/1999 tentang GBHN tahun 1999-2004.

3)

Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional.

4)

5)

Pemberlakuan Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Otonomi
Daerah
Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 2000 tentangKewenangan
Pemerintah dan Daerah sebagai Daerah Otonom, yang antara lain
menyatakan pusat berkewenangan dalam menentukan: kompetensi siswa;
kurikulum dan materi pokok; penilaian nasional;dan kalender pendidikan.

Atas dasar itulah maka Indonesia memilih untuk memberlakukan
Kurikulum KBK sebagai pedoman penyelenggaraan pendidikan serta
penyempurnaannya dalam bentuk Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP).

a)

Kurikulum Berbasis Kompetensi

Kurikulum 2004 lebih populer dengan sebutan KBK (Kurikulum Berbasis
Kompetensi). Lahir sebagai respon dari tuntutan reformasi diantaranya UU No
2 1999 tentang pemerintahan daerah, UU No 25 tahun 2000 tentang
kewenangan pemerintah dan kewenangan propinsi sebagai daerah otonom,
dam Tap MPR No IV/MPR/1999 tentang arah kebijakan.j pendidikan nasional.
KBK tidak lagi mempersoalkan proses belajar, proses pembelajaran
dipandang merupakan wilayah otoritas guru, yang terpenting pada tingkatan
tertentu peserta didik mencapai kompetensi yang diharapkan.
Kompetensi
mengandung
beberapa
aspek,
yaitu
knowledge,
understanding, skill, value, attitude, dan interest. Dengan mengembangkan
aspek-aspek ini diharapkan siswa memahami, mengusai, dan menerapkan
dalam kehidupan sehari-hari materi-materi yang telah dipelajarinya.
Adapun kompentensi sendiri diklasifkasikan menjadi: kompetensi
lulusan (dimilik setelah lulus), kompetensi standar (dimiliki setelah
mempelajari satu mata pelajaran), kompetensi dasar (dimiliki setelah
menyelesaikan satu topik/konsep), kompetensi akademik (pengetahuan dan
keterampilan dalam menyelesaikan persoalan), kompetensi okupasional
(kesiapan dan kemampuan beradaptasi dengan dunia kerja), kompetensi
kultural (adaptasi terhadap lingkungan dan budaya masyarakat Indonesia),
dan kompetensi temporal (memanfaatkan kemampuan dasar yang dimiliki
siswa
Secara umum kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan,
dan nilai-nilai dasar yang direfeksikan dalam kebiasaan berpikir dan
bertindak. Sedangkan Kurkikulum Berbasis Kompetensi (KBK) merupakan
perangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang
harus dicapai pebelajar, penilaian, kegiatan belajar mengajar, dan
pemberdayaan sumber daya pendidikan dalam pengembangan kurikulum
sekolah (Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas, 2002:3).

1)

Kompetensi Utama

Anderson dan Krathwhol (2001:ii), Kompetensi Utama dapat dikelompok
menjadi 4 (empat) gugus, yaitu:
a)

factual knowledge, menyangkut pengetahuan tentang ftur-ftur dasar
pebelajar dalam disiplin keilmuan dan dapat digunakan dalam memecahkan
masalah. Jenis kompetensi ini, yaitu: pengetahuan tentang terminologi, dan
pengetahuan tentang detil spesifk (specific details) serta fturftur dasar
(basic elements).

b)

conceptual knowledge, meliputi kompetensi yang menunjukkan pemahaman
tata hubungan antar ftur dasar dalam suatu struktur yang lebih luas dan yang
memungkinkan berfungsinya ftur-ftur tersebut. Termasuk ke dalam
kompetensi ini adalah, pengetahuan tentang klasifkasi dan kategori,
pengetahuan tentang prinsi-prinsip kerja dan generalisasinya, serta
pengetahuan tentang teori, model, paradigma dan struktur dasar.

c)

procedural knowledge, meliputi pengetahuan dan pemahaman bagaimana
melakukan sesuatu (technical know how), metode inkuiri, dan kriteria dalam
menggunakan keterampilan, algotima, teknik, dan metode. Termasuk dalam
kompetensi ini, yaitu pengetahuan tentang keterampilan khusus (subjectspecific skills) dan perhitungan-perhitungan (algorithm), pengetahuan tentang
teknik dan metode khusus (subject-specific techniques and methods),serta
pengetahuan tentang kriteria penggunaan sebuah prosedur yang tepat.

d)

metacognitive knowledge. merupakan kompetensi yang menyangkut tentang
pengetahuan terhadap kognisi secara umum dan kesadaran serta memahami
kognisi diri sendiri. Kompetensi ini meliputi 3 hal, yaitu: pengetahuan
strategis, pengetahuan tentang tugas-tugas kognitif, termasuk pengetahuan
tentang kontekstualitas dan kondisi khusus, dan pengetahuan tentang diri
sendiri.
Ke-empat gugus kompetensi utama tersebut perlu dijembatani dengan
lima unsur pokok yang diamanatkan dalam Kepmen 045/U/2002, yaitu:
Pengembangan kepribadian (MK), pengembangan keahlian dan keterampilan
(MKK), pengemabngan keahlian berkarya (MKB), pengembangan perilaku
berkarya (PPB), dan pengembangan berkehidupan bermasyarakat (PBB).
Beberapa keunggulan KBK dibandingkan kurikulum 1994 adalah.

1)

KBK yang dikedepankan Penguasaan materi Hasil dan kompetenasi
Paradigma pembelajaran versi UNESCO: learning to know,learning to do,
learning to live together, dan learning to be.

2)

Silabus ditentukan secara seragam, peran serta guru dan siswa dalam proses
pembelajaran, silabus menjadi kewenagan guru.

3)

Jumlah jam pelajaran 40 jam per minggu 32 jam perminggu, tetapi jumlah
mata pelajaran belum bisa dikurangi.

4)

Metode pembelajaran Keterampilan proses dengan melahirkan metode
pembelajaran PAKEM dan CTL,

5)

Sistem penilaian Lebih menitik beratkan pada aspek kognitif, penilaian
memadukan keseimbangan kognitif, psikomotorik, dan afektif, dengan
penekanan penilaian berbasis kelas.

6)

KBK memiliki empat komponen, yaitu kurikulum dan hasil belajar (KHB),
penilaian berbasis kelas (PBK), kegiatan belajar mengajar (KBM), dan
pengelolaan kurikulum berbasis sekolah (PKBS).

b)

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah sebuah kurikulum
operasional pendidikan yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing
satuan pendidikan di Indonesia. KTSP secara yuridis diamanatkan oleh
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan. Penyusunan KTSP oleh sekolah dimulai tahun
ajaran 2007/2008 dengan mengacu pada Standar Isi (SI) dan Standar
Kompetensi Lulusan (SKL) untuk pendidikan dasar dan menengah
sebagaimana yang diterbitkan melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
masing-masing Nomor 22 Tahun 2006 dan Nomor 23 Tahun 2006, serta
Panduan Pengembangan KTSP yang dikeluarkan oleh BSNP.
KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur
dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan
silabus. Pelaksanaan KTSP mengacu pada Permendiknas Nomor 24 Tahun
2006 tentang Pelaksanaan SI dan SKL.
Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang
dituangkan dalam persyaratan kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian
kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi
peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Standar isi
merupakan pedoman untuk pengembangan kurikulum tingkat satuan
pendidikan yang memuat:
1)

Kerangka dasar dan struktur kurikulum,

2)

Beban belajar,

3)

4)

Kurikulum tingkat satuan pendidikan yang dikembangkan di tingkat satuan
pendidikan, dan
Kalender pendidikan.

SKL digunakan sebagai pedoman penilaian dalam penentuan kelulusan
peserta didik dari satuan pendidikan. SKL meliputi kompetensi untuk seluruh
mata pelajaran atau kelompok mata pelajaran. Kompetensi lulusan
merupakan kualifkasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan standar nasional yang telah
disepakati.
Pemberlakuan KTSP, sebagaimana yang ditetapkan dalam peraturan
Menteri Pendidikan Nasional No. 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan SI dan
SKL, ditetapkan oleh kepala sekolah setelah memperhatikan pertimbangan
dari komite sekolah. Dengan kata lain, pemberlakuan KTSP sepenuhnya
diserahkan kepada sekolah, dalam arti tidak ada intervensi dari Dinas
Pendidikan atau Departemen Pendidikan Nasional. Dengan demikian
diharapkan KTSP yang disusun akan sesuai dengan aspirasi masyarakat,
situasi dan kondisi lingkungan dan kebutuhan masyarakat.
Penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan pada jenjang pendidikan
dasar dan menengah berpedoman pada panduan yang disusun oleh BSNP
dimana panduan tersebut berisi sekurang-kurangnya model-model kurikulum
tingkat satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tersebut dikembangkan sesuai
dengan satuan pendidikan, potensi daerah/ karakteristik daerah, sosial
budaya masyarakat setempat, dan peserta didik.

1)

Tujuan diadakannya KTSP

a)

Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah
dalam mengembangkan kurikulum, mengelola dan memberdayakan
sumberdaya yang tersedia.

b)

Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat
pengembangan kurikulum melalui pengambilan keputusan bersama.

c)

Meningkatkan kompetisi yang sehat antar satuan pendidikan tentang kualitas
pendidikan yang akan dicapai.

dalam

Mulyasa (2006: 22-23)

KTSP perlu diterapkan pada satuan pendidikan berkaitan dengan tujuh
hal berikut :
a)

Sekolah lebih mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman bagi
dirinya.

b)

Sekolah lebih mengetahui kebutuhan
pendidikan yang akan dikembangkan.

c)

Pengambilan keputusan lebih baik dilakukan oleh sekolah karena sekolah
sendiri yang paling tahu yang terbaik bagi sekolah tersebut.

d)

Keterlibatan warga sekolah dan masyarakat dalam pengembangan kurikulum
dapat menciptakan transparansi dan demokrasi yang sehat.

e)

Sekolah dapat bertanggung jawab tentang mutu pendidikannya masingmasing.

f)

Sekolah dapat melakukan persaingan yang sehat dengan sekolah-sekolah
lain dalam meningkatkan mutu pendidikan.

g)

Sekolah dapat merespon aspirasi masyarakatdan lingkungan yang berubah
secara cepat serta mengakomodasikannya dengan KTSP.

lembaganya,

khususnya

input

Adapun prinsip-prinsip pengembangan KTSP menurut Permendiknas
nomor 22 tahun 2006 sebagaimana dikutip dari Mulyasa (2006: 151-153)
adalah sebagai berikut.
a)

Berpusat pada potensi, perkembangan, serta kebutuhan peserta didik dan
lingkungannya.

b)

Beragam dan terpadu.

c)

Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

d)

Relevan dengan kebutuhan.

e)

Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan relevansi pendidikan
tersebut dengan kebutuhan hidup dan dunia kerja.

f)

Menyeluruh dan berkesinambungan.

g)

Belajar sepanjang hayat,

h)

Seimbang antara kepentingan global, nasional, dan lokal.

2)

Komponen KTSP

Secara garis besar, KTSP memiliki enam komponen penting sebagai
berikut.
a)

Visi dan misi satuan pendidikan
Visi merupakan suatu pandangan atau wawasan yang merupakan
representasi dari apa yang diyakini dan diharapkan dalam suatu organisasi
dalam hal ini sekolah pada masa yang akan datang.

b)

Tujuan pendidikan satuan pendidikan
Tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan untuk pendidikan menengah
adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia,
serta ketrampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.

c)

Kalender pendidikan
Kalender pendidikan untuk pengembang kurikulum jam belajar efektif untuk
pembentukan kompetensi peserta didik, dan menyesuaikan dengan standar
kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dimiliki peserta didik.

d)

Struktur muatan KTSP
Struktur muatan KTSP terdiri atas.



Mata pelajaran



Muatan lokal



Kegiatan pengembangan diri



Pengaturan beban belajar



Kenaikan kelas, penjurusan, dan kelulusan



Pendidikan kecakapan hidup



Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global.

e)

Silabus
Silabus merupakan rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata
pelajaran dengan tema tertentu, yang mencakup standar kompetensi,
kompetensi dasar, materi pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu,
dan sumber belajar yang dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan.

f)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran
(RPP)
adalah
rencana
yang
menggambarkan prosedur dan manajemen pembelajaran untuk mencapai
satu atau lebih kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan
dijabarkan dalam silabus.

4.

KURIKULUM 2013

Makna manusia yang berkualitas, menurut Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu
manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang dirancang baik dalam
bentuk dokumen, proses, maupun penilaian didasarkan pada
pencapaian tujuan, konten dan bahan pelajaran serta penyelenggaraan
pembelajaran yang didasarkan pada Standar Kompetensi Lulusan.
Konten pendidikan dalam SKL dikembangkan dalam bentuk
kurikulum satuan pendidikan dan jenjang pendidikan sebagai suatu
rencana tertulis (dokumen) dan kurikulum sebagai proses
(implementasi). Dalam dimensi sebagai rencana tertulis, kurikulum
harus mengembangkan SKL menjadi konten kurikulum yang berasal
dari prestasi bangsa di masa lalu, kehidupan bangsa masa kini, dan
kehidupan bangsa di masa mendatang.
Kurikulum 2013 bertujuan untuk mengarahkan peserta didik
menjadi:
1)

Manusia berkualitas yang mampu dan proaktif menjawab tantangan
zaman yang selalu berubah;

2)

Manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri;

3)

Warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
Pengembangan dan pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi
merupakan salah satu strategi pembangunan pendidikan nasional
sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang- Undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Kurikulum ini menekankan tentang pemahaman tentang apa yang
dialami peserta didik akan menjadi hasil belajar pada dirinya dan
menjadi hasil kurikulum. Oleh karena itu proses pembelajaran harus
memberikan kesempatan yang luas kepada peserta didik untuk
mengembangkan potensi dirinya menjadi hasil belajar yang sama atau
lebih tinggi dari yang dinyatakan dalam Standar Kompetensi Lulusan.
Karakteristik kurikulum berbasis kompetensi adalah:
1)

Isi atau konten kurikulum adalah kompetensi yang dinyatakan dalam
bentuk Kompetensi Inti (KI) mata pelajaran dan dirinci lebih lanjut ke
dalam Kompetensi Dasar (KD).

2)

Kompetensi Inti (KI) merupakan gambaran secara kategorial
mengenai kompetensi yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu
jenjang sekolah, kelas, dan mata pelajaran

3)

Kompetensi Dasar (KD) merupakan kompetensi yang dipelajari
peserta didik untuk suatu mata pelajaran di kelas tertentu.

4)

Penekanan
kompetensi
ranah
sikap, keterampilan
kognitif,
keterampilan psikomotorik, dan pengetahuan untuk suatu satuan
pendidikan dan mata pelajaran ditandai oleh banyaknya KD suatu
mata pelajaran. Untuk SD pengembangan sikap menjadi kepedulian
utama kurikulum.

5)

Kompetensi Inti menjadi unsur organis