Waktu Waktu Shalat Waktu Waktu Shalat
HOME
Waktu-Waktu Shalat
Kamis, 25 Nopember 2004 09:20:24 WIB
Kategori : Alwajiz : Shalat
WAKTU-WAKTU SHALAT
Oleh
Syaikh Abdul Azhim bin Badawi al-Khalafi
Dari Jabir bin ‘Abdillah Radhiyallahu anhu, bahwasanya Nabi Shallallahu 'alaihi wa
sallam pernah didatangi Jibril Alaihissallam lalu ia berkata kepada Nabi Shallallahu
'alaihi wa sallam, “Bangun dan shalatlah!” Maka beliau shalat Zhuhur ketika matahari
telah tergelincir. Kemudian Jibril mendatanginya lagi saat ‘Ashar dan berkata,
“Bangun dan shalatlah!” Lalu Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam shalat ‘Ashar ketika
bayangan semua benda sama panjang dengan aslinya. Kemudian Jibril mendatanginya
lagi saat Maghrib dan berkata, “Bangun dan shalatlah.” Lalu Nabi Shallallahu 'alaihi
wa sallam shalat Maghrib ketika matahari telah terbenam. Kemudian Jibril
mendatanginya saat ‘Isya' dan berkata, “Bangun dan shalatlah!” Lalu beliau shalat
‘Isya' ketika merah senja telah hilang. Kemudian Jibril mendatanginya lagi saat
Shubuh dan berkata, “Bangun dan shalatlah!” Lalu Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam
shalat Shubuh ketika muncul fajar, atau Jabir berkata, “Ketika terbit fajar.”
Keesokan harinya Jibril kembali mendatangi Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam saat
Zhuhur dan berkata, “Bangun dan shalatlah!” Lalu beliau shalat Zhuhur ketika
bayangan semua benda sama panjang dengan aslinya. Kemudian dia mendatanginya
saat ‘Ashar dan berkata, “Bangun dan shalatlah!” Lalu beliau shalat ‘Ashar ketika
panjang bayangan semua benda dua kali panjang aslinya. Kemudian dia
mendatanginya saat Maghrib pada waktu yang sama dengan kemarin dan tidak
berubah. Kemudian dia mendatanginya saat ‘Isya' ketika pertengahan malam telah
berlalu -atau Jibril mengatakan, sepertiga malam,- lalu beliau shalat ‘Isya'. Kemudian
Jibril mendatangi Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam saat hari sudah sangat terang dan
berkata, “Bangun dan shalatlah!” Lalu beliau shalat Shubuh kemudian berkata, ‘Di
antara dua waktu tersebut adalah waktu shalat.’” [1]
At-Tirmidzi mengatakan bahwa Muhammad (yaitu Ibnu Isma'il al-Bukhari) berkata,
“Riwayat paling shahih tentang waktu shalat adalah hadits Jabir.”
1. Zhuhur
Waktunya dari tergelincirnya matahari hingga bayangan semua benda sama panjang
dengan aslinya.
2. ‘Ashar
Waktunya dari saat bayangan semua benda sama panjang dengan aslinya hingga
terbenamnya matahari.
3. Maghrib
Waktunya dari terbenamnya matahari hingga hilangnya warna kemerah-merahan pada
senja.
Berdasarkan sabda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam : “Waktu shalat Maghrib selama
warna kemerah-merahan pada senja belum hilang.” [2]
4.‘Isya'
Waktunya dari hilangnya merah senja hingga pertengahan malam.
Berdasarkan sabda Nabi Shallallahu a'alaihi wa sallam: “Waktu shalat ‘Isya' hingga
pertengahan malam.”
5. Shubuh
Waktunya dari terbit fajar hingga terbit matahari.
Berdasarkan sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam :
جعر شمال شمم تشمطل سعع ال ششممسس
شومق س.
ت شصل شعة ال شسصبمعح عممن سطل سموعع ال مشف م
“Waktu shalat Shubuh dari terbitnya fajar hingga sebelum matahari terbit." [4]
A. Apakah yang Dimaksud dengan ash-Shalat al-Wustha (Pertengahan)?
Allah Ta'ala berfirman:
عشلى ال شصل ششوا ع
ت شوال شصشلاعة ال مسومسشطىى شوسقوسموا لعل شعه شقاعنعتيشن
شحاعفسظوا ش
“Peliharalah segala shalat(mu), dan (peliharalah) shalat Wusthaa. Berdirilah untuk
Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu'.” [Al-Baqarah: 238].
Dari 'Ali Radhiyallahu anhu, dia mengatakan bahwa di hari terjadinya perang alAhzab Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
مل ش اللسه بسي سموتشسهمم شوسقبسموشرسهمم شناررا،ععن ال شصل شعة ال مسومسشطى شصل شعة ال مشعمصعر
شش شغل سموشنا ش.
"Mereka telah menyibukkan kita dari shalat al-Wustha (yaitu) shalat 'ashar. Semoga
Allah memenuhi rumah-rumah dan kubur-kubur mereka dengan api."[5]
B. Disunnahkan Memajukan Shalat Zhuhur di Awal Waktu Ketika Hari Tidak Terlalu
Panas.
Dari Jabir bin Samurah, dia berkata:
عل شي معه شوشسل ششم ي سشصعشلى ال شسظمهشر عإشذا شدشحشض ع
ت ال ششممسس
شكاشن الن شعب شسي شص شلى الل شسه ش.
"Dahulu Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam mengerjakan shalat Zhuhur ketika
matahari telah tergelincir (condong ke barat)." [6]
C. Jika Cuaca Sangat Panas, Disunnahkan Menunda Shalat Zhuhur sampai Cuaca
Agak Dingin (Selama Tidak Keluar dari Waktunya-Ed.)
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda:
حعشر عممن شفميـعح شجشهن ششم
شفعإ شن عش شدشة ال م ش،ح شسر شفأ شبمعرسدموا عبال شصل شعة
عإشذا امشتش شد ال م ش.
"Jika hari sangat panas, maka tidaklah shalat hingga cuaca menjadi agak dingin.
Sesungguhnya panas yang sangat itu merupakan bagian dari didihan Jahannam."[7]
D. Disunnahkan Menyegerakan Shalat 'Ashar
Dari Anas Radhiyallahu anhu:
أ ش شن شرسسموشل اللعهJ ب عإشلى ال مشعشوالعمي شفي شأ معتي ال مشعشوالعمي
ب ال شذاعه س
شفي شمذشه س،شكاشن ي سشصعشلى ال مشعمصشر شوال ششممسس سممرتشعفشعةة شحي شةة
شوال ششممسس سممرتشعفشعةة.
"Bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah shalat 'Ashar, sedangkan
matahari masih tinggi dan terang. Lalu seseorang pergi dan mendatangi al-'Awali
(tempat di sudut Madinah) sedangkan matahari masih tinggi." [8]
E. Dosa Orang yang Melewatkan Shalat 'Ashar.
Dari Ibnu 'Umar Radhiyallahu anhuma, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda, "Orang yang melewatkan shalat 'Ashar seperti orang yang berkurang
keluarga dan hartanya."
Dari Buraidah Radhiyallahu anhu, Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
عشمل سسه
شممن تششرشك شصل ششة ال مشعمصعر شفشقمد شحعبشط ش.
"Barangsiapa meninggalkan shalat 'Ashar, maka terhapuslah amalannya." [10]
F. Dosa Orang yang Mengakhirkannya Hingga Menjelang Senja (Ketika Matahari
Akan Terbenam)
Dari Anas Radhiyallahu anhu dia berkata, "Aku mendengar Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda:
ت بشي مشن شقمرن شعي ال ششي مشطاعن شقاشم شفن ششقشرشها أ شمربشرعا ل ش ي شمذك سسر اللشه عإل ش
ب ال ششممسس شح شتى عإشذا شكان ش م
ي ش م،عتل مشك شصل شسة ال مسمشناعفعق
جلعسس ي شمرسق س
شقلعي مل ر.
'Itulah shalatnya orang munafiq. Dia duduk sambil mengawasi matahari. Hingga
ketika matahari berada di antara dua tanduk syaitan (waktu terbit dan tenggelamnya
matahari) ia bangkit dan shalat empat raka'at dengan cepat. Ia tidak mengingat Allah
kecuali hanya sedikit."[11]
G. Disunnahkan Menyegerakan Shalat Maghrib dan Dimakruhkan Mengakhirkannya
Dari 'Uqbah bin 'Amir Radhiyallahu anhu, Nabi Shalallahu a'alaihi wa sallam
bersabda:
جموسم
ل ش تششزاسل أ س شمعتى عب ش.
ب شح شتى تشمشتشعبشك الن شس س
خي مرر أ شمو ش
عشلى ال معفمطشرعة شمـال شمم ي سشؤعشخسروا ال مشممغعر ش
"Umatku senantiasa dalam kebaikan atau dalam keadaan fithrah selama mereka tidak
mengakhirkan shalat Maghrib hingga banyak bintang bermunculan."[12]
Dari Salamah bin al-Akwa' Radhiyallahu anhu : “Dulu Rasulullah Shallallahu 'alaihi
wa sallam shalat Maghrib jika matahari telah terbenam dan bersembunyi di balik tirai
(tidak nampak).” [13]
H. Disunnahkan Mengakhirkan Shalat 'Isya' Selama Tidak Memberatkan
Dari 'Aisyah Radhiyallahu anhuma, ia berkata, “Pada suatu malam Nabi Shallallahu
'alaihi wa sallam mengakhirkan shalat ‘Isya’, hingga berlalulah sebagian besar malam
dan para penghuni masjid telah tertidur. Kemudian beliau keluar dan shalat, lalu
berkata, 'Sesungguhnya ini adalah waktunya, hanya saja aku tak ingin memberatkan
umatku. [14]
I. Dimakruhkan Tidur Sebelumnya dan Perbincangan yang Tidak Berguna
Sesudahnya.
Dari Abu Barzah Radhiyallahu anhu : “Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
membenci tidur sebelum 'isya' dan berbincang-bincang sesudahnya." [15]
Dari Anas Radhiyallahu anhu, ia berkata, “Suatu malam kami menunggu Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam hingga pertengahan malam. Lalu beliau datang dan shalat
dengan kami, kemudian menasihati kami. Beliau berkata:
شوعإن شك سمم ل شمم تششزاسلوا عفمي شصل شرة شما ان متششظمرتسسم ال شصل ششة،أ شل ش عإ شن ال شناشس شقمد شصل شموا ث سمش شرشقسدموا.
'
Ketahuilah, sesungguhnya orang-orang telah shalat kemudian tidur. Dan
sesungguhnya kalian senantiasa dalam shalat selama kalian menunggu shalat.'"[16]
J. Disunnahkan Menyegerakan Shalat Shubuh di Awal Waktunya (Ketika Masih
Gelap)
Dari 'Aisyah Radhiyallahu anhuma, ia berkata, “Dulu para wanita mukminat
menghadiri shalat Shubuh bersama Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dengan
berbungkus pakaian mereka. Kemudian kembali ke rumah-rumah mereka ketika telah
menyelesaikan shalat. Tidak ada seorang pun yang mengenali mereka karena gelapnya
malam."[17]
K. Kapankah Seseorang Dianggap Masih Mendapatkan Waktu Shalat?
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam
bersabda:
ش
ش
ش
ش
ش
ب
شوشممن أمدشرشك شرك مشعرة عمشن ال مشعمصعر شقبمشل أمن تشمغعر ش،شممن أمدشرشك عمشن ال شسصبمعح شرك مشعرة شقبمشل أمن تشمطل سشع ال ششممسس شفشقمد أمدشرشك ال شسصبمشح
ش
ال ششممسس شفشقمد أمدشرشك ال مشعمصشر.
"Barangsiapa mendapati satu raka'at shalat Shubuh sebelum matahari terbit, maka dia
telah mendapati shalat Shubuh. Dan barangsiapa mendapati satu raka'at shalat 'Ashar
sebelum matahari terbenam, maka dia telah mendapati shalat 'Ashar." [18]
Hukum ini tidak di khususkan bagi shalat Shubuh dan 'Ashar saja, tetapi untuk seluruh
shalat.
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda:
شممن أ شمدشرشك شرك مشعرة عمشن ال شصل شعة شفشقمد أ شمدشرشك ال شصل ششة.
"Barangsiapa mendapati satu raka'at shalat, maka dia telah mendapati shalat itu" [19]
L. Mengqadha Shalat yang Terlewatkan
Dari Anas Radhiyiallahu anhu, dia mengatakan bahwa Nabi Allah Shallallahu 'alaihi
wa sallam bersabda:
عن مشها شفك ش شفاشرتسشها أ شمن ي سشصلع شي ششها عإشذا شذك ششرشها
شممن ن شعسشى شصل شرة أ شمو شناشم ش.
“Barangsiapa lupa terhadap suatu shalat atau tertidur darinya, maka kaffarat
(tebusan)nya adalah melakukan shalat itu jika ia telah mengingatnya.” [20]
M.Apakah Orang yang Meninggalkan Shalat Dengan Sengaja Hingga Keluar dari
Waktunya Wajib Untuk Mengqadha Shalat Tersebut?
Ibnu Hazm rahimahullah berkata dalam al-Muhallaa (II/235), “Sesungguhnya Allah
Ta'ala telah menjadikan waktu tertentu, yaitu awal dan akhirnya, bagi setiap shalat
wajib. Masuk pada waktu tertentu dan keluar pada waktu tertentu. Tidak ada bedanya
antara orang yang shalat sebelum waktunya dan orang yang shalat sesudah waktunya.
Karena keduanya shalat pada selain waktunya. Qadha adalah kewajiban dari agama.
Sedangkan agama tidak boleh selain dari Allah melalui lisan Rasul-Nya. Jika memang
qadha wajib bagi orang yang sengaja meninggalkan shalat hingga keluar waktunya,
maka tentu Allah dan Rasul-Nya tidak akan melalaikan dan melupakannya. Tidak pula
sengaja menyulitkan kita dengan tidak memberi penjelasan mengenainya. “Dan
tidaklah Rabb-mu lupa.” (Maryam: 64). Dan setiap syari'at yang bukan dari al-Qur-an
dan Sunnah adalah bathil."
[Disalin dari kitab Al-Wajiiz fii Fiqhis Sunnah wal Kitaabil Aziiz, Penulis Syaikh
Abdul Azhim bin Badawai al-Khalafi, Edisi Indonesia Panduan Fiqih Lengkap,
Penerjemah Team Tashfiyah LIPIA - Jakarta, Penerbit Pustaka Ibnu Katsir, Cetakan
Pertama Ramadhan 1428 - September 2007M]
_______
Footnote
[1]. Shahiih: [Irwaa’ul Ghaliil (250)], Ahmad (al-Fat-hur Rabbaani) (II/241 no. 90),
Sunan an-Nasa-i (I/263), dan Sunan at-Tirmidzi (1/101 no. 150), dengan lafazh serupa.
[2]. Hasan: [Irwaa’ul Ghaliil (I/268)], Shahiih Muslim (I/427 no. 612 (173)), ini
adalah lafazh darinya, Sunan Abi Dawud (‘Aunul Ma’buud) (II/67 no. 392), Sunan anNasa-i (I/260).
[3]. Ibid.
[4]. Ibid.
[5]. Shahiih: [Mukhtashar Shahiih Muslim (no. 217)], Shahiih Muslim (I/437 no. 627
(205)).
[6]. Shahiih: [Irwaa’ul Ghaliil (no. 254)], Shahiih Muslim (I/432 no. 618).
[7]. Muttafaq 'alaihi: [Shahiih Muslim (I/430 no. 615)], ini adalah lafazh darinya,
Shahiih al-Bukhari (Fat-hul Baari) (II/15 no. 533), Sunan Abi Dawud (‘Aunul
Ma’buud) (II/75 no. 398), Sunan at-Tirmidzi (I/105 no. 157), Sunan an-Nasa-i (I/248),
dan Sunan Ibni Majah (I/222 no. 677).
[8]. Muttafaq 'alaihi: [Shahiih al-Bukhari (Fat-hul Baari) (II/28 no. 550)], Shahiih
Muslim (I/433 no. 621), Sunan Abi Dawud (‘Aunul Ma’buud) (II/77 no. 400), Sunan
an-Nasa-i (I/252), dan Sunan Ibni Majah (I/223 no. 682).
[9]. Muttafaq 'alaihi: [Shahiih Muslim (I/435 no. 626)], Shahiih al-Bukhari (Fat-hul
Baari) (II/30 no. 552), Sunan Abi Dawud (‘Aunul Ma’buud) (II/84 no. 410), Sunan atTirmidzi (I/113 no. 175), dan Sunan an-Nasa-i (I/238)
[10]. Shahiih: [Shahiih Sunan an-Nasa-i (no. 497)], Shahiih al-Bukhari (Fat-hul Baari)
(II/31 no. 553), dan Sunan an-Nasa-i (I/236).
[11]. Shahih: [Shahiih Sunan Abi Dawud (no. 399)], Shahiih Muslim (XXI/434 no.
622), ini adalah lafazhnya, Sunan Abi Dawud (‘Aunul Ma’buud) (II/83 no. 409),
Sunan at-Tirmidzi (I/107 no. 160), dan Sunan an-Nasa-i (I/254).
[12]. Hasan Shahih: [Shahiih Sunan Abi Dawud (no. 403)], dan Sunan Abi Dawud
(‘Aunul Ma’buud) (II/87 no. 414).
[13]. Muttafaq 'alaihi: [Shahiih Muslim (I/441 no. 636)], Sunan at-Tirmidzi (I/108 no.
164), Shahiih al-Bukhari (Fat-hul Baari) (II/41 no. 561), tanpa lafazh: "matahari
tenggelam", Sunan Abi Dawud (‘Aunul Ma’buud) (II/87 no. 413), dengan lafazh
serupa, dan Sunan Ibni Majah (I/225 no. 688), dengan lafazh serupa.
[14]. Shahih: [Mukhtashar Shahiih Muslim (no. 223)] dan Shahiih Muslim (I/442 no.
638 (219)).
[15]. Muttafaq 'alaihi: [Shahiih al-Bukhari (Fat-hul Baari) (II/49 no. 568)], Shahiih
Muslim (I/447 no. 647 (237)), Sunan Abi Dawud (‘Aunul Ma’buud) (II/69 no. 394),
Sunan an-Nasa-i (I/246).
[16]. Muttafaq 'alaihi: [Shahiih al-Bukhari (Fat-hul Baari) (II/73 600)], ini adalah
lafazh darinya, Shahiih Muslim (I/443 no. 640), dan Sunan an-Nasa-i (I/268).
[17]. Muttafaq 'alaihi: [Shahiih al-Bukhari (Fat-hul Baari) (1/54 no. 578)], Shahiih
Muslim (I/445 no. 645), Sunan Abi Dawud (‘Aunul Ma’buud) (II/91/419), Sunan anNasa-i (I/271), Sunan at-Tirmidzi (1/103 no. 153), Sunan Ibni Majah (I/220 no. 669).
[18]. Muttafaq 'alaihi: [Shahiih al-Bukhari (Fat-hul Baari) (I/56 no. 579)], Shahiih
Muslim (I/424 no. 608), Sunan an-Nasa-i (I/273), dengan lafazh serupa.
[19]. Muttafaq 'alaihi: [Shahiih al-Bukhari (Fat-hul Baari) (I/57 no. 580)], Shahiih
Muslim (I/423 no. 607), Sunan Abi Dawud (‘Aunul Ma’buud) (III/471 no. 1108),
Sunan at-Tirmidzi (II/19 no. 523), dan Sunan an-Nasa-i (I/274).
[20]. Shahih: [Mukhtashar Shahiih Muslim (no. 229)], Shahiih Muslim (I/477 no. 684
(no. 315)).
BAHASAN :
Home
Adab Dan Perilaku
Ahkam
Ahkam : Hudud
Akhlak
Aktual
Aktual : Wahhabi
Al-Ilmu
Al-Ilmu : Qawaid Fiqhiyah
Al-Masaa'il
Al-Masaa'il : Dialog Pemikiran-1
Al-Masaa'il : Dialog Pemikiran-2
Al-Masaa'il : Dialog Pemikiran-3
Al-Masaa'il : Jihad
Al-Masaa'il : Politik
Al-Masaa'il : Propaganda
Al-Masaa'il : Terorisme
Al-Qur'an
Al-Qur'an : Ilmu
Al-Qur'an : Tafsir
Alwajiz : Haji & Umrah
Alwajiz : Hukum & Pidana
Alwajiz : Jenazah
Alwajiz : Jual Beli
Alwajiz : Makanan
Alwajiz : Nikah
Alwajiz : Puasa
Alwajiz : Shalat
Alwajiz : Shalat Sunnah
Alwajiz : Sumpah & Jihad
Alwajiz : Thaharah
Alwajiz : Wasiat & Waris
Alwajiz : Zakat
Bahasan : Aqidah
Bahasan : Asmaaul Husna
Bahasan : Assunnah
Bahasan : Bai'at
Bahasan : Bid'ah
Bahasan : Hadits (1)
Bahasan : Hadits (2)
Bahasan : Manhaj
Bahasan : Sirah Nabi
Bahasan : Syakhshiyah
Bahasan : Tauhid
Bahasan : Uswah Nabi
Dakwah
Dakwah : Firaq
Dakwah : Hizbiyyah
Dakwah : Kepada Kafir
Dakwah : Nahi Mungkar
Dakwah : Perpecahan !
Dakwah : Syubhat
Fiqih : Bisnis & Riba
Fiqih : Haji & Umrah
Fiqih : Hari Raya
Fiqih : Jenazah & Kematian
Fiqih : Jual Beli
Fiqih : Kurban & Aqiqah
Fiqih : Makanan
Fiqih : Media
Fiqih : Nasehat
Fiqih : Nikah
Fiqih : Nikah & Talak
Fiqih : Puasa
Fiqih : Puasa Sunnah
Fiqih : Shalat
Fiqih : Shalat Jum'at
Fiqih : Sumpah
Fiqih : Waris & Waqaf
Fiqih : Zakat
Fokus : Fatawa
Fokus : Mabhats
Fokus : Waqiuna
Kitab : Al-Ushul Ats-Tsalatsah
Kitab : Aqidah (Syarah Aqidah ASWJ)
Kitab : As-Sunnah
Kitab : Dasar Islam
Kitab : Hari Kiamat (1)
Kitab : Hari Kiamat (2)
Kitab : Kunci Rizki
Kitab : Manhaj Salaf
Kitab : Nikah - Sakinah
Kitab : Nikah Beda Agama?
Kitab : Nikah Dari A - Z
Kitab : Puasa Nabi
Kitab : Qadha & Qadar
Kitab : Rifqon Ahlus Sunnah
Kitab : Shalat Tahajjud
Kitab : Tanya Jawab Al-Qur'an
Kitab : Tauhid Prioritas Utama
Risalah : Anak
Risalah : Do'a & Dzikir
Risalah : Gambar, Musik
Risalah : Hukum
Risalah : Keluarga
Risalah : Orang Tua
Risalah : Pakaian, Hiasan
Risalah : Rizqi & Harta
Risalah : Sakit, Obat
Risalah : Sihir, Dukun
Risalah : Tazkiyah Nufus
Wanita : Darah Wanita
Wanita : Fiqih Shalat
Wanita : Kesehatan
Wanita : Konsultasi
Wanita : Muslimah
Wanita : Thaharah
Wanita : Wasiat
© COPYLEFT almanhaj.or.id
Seluruh artikel dan tulisan di situs almanhaj.or.id dapat disebarluaskan, dengan
mencantumkan sumbernya dan tetap menjaga keilmiahan
HOME
Waktu-Waktu Shalat
Kamis, 25 Nopember 2004 09:20:24 WIB
Kategori : Alwajiz : Shalat
WAKTU-WAKTU SHALAT
Oleh
Syaikh Abdul Azhim bin Badawi al-Khalafi
Dari Jabir bin ‘Abdillah Radhiyallahu anhu, bahwasanya Nabi Shallallahu 'alaihi wa
sallam pernah didatangi Jibril Alaihissallam lalu ia berkata kepada Nabi Shallallahu
'alaihi wa sallam, “Bangun dan shalatlah!” Maka beliau shalat Zhuhur ketika matahari
telah tergelincir. Kemudian Jibril mendatanginya lagi saat ‘Ashar dan berkata,
“Bangun dan shalatlah!” Lalu Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam shalat ‘Ashar ketika
bayangan semua benda sama panjang dengan aslinya. Kemudian Jibril mendatanginya
lagi saat Maghrib dan berkata, “Bangun dan shalatlah.” Lalu Nabi Shallallahu 'alaihi
wa sallam shalat Maghrib ketika matahari telah terbenam. Kemudian Jibril
mendatanginya saat ‘Isya' dan berkata, “Bangun dan shalatlah!” Lalu beliau shalat
‘Isya' ketika merah senja telah hilang. Kemudian Jibril mendatanginya lagi saat
Shubuh dan berkata, “Bangun dan shalatlah!” Lalu Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam
shalat Shubuh ketika muncul fajar, atau Jabir berkata, “Ketika terbit fajar.”
Keesokan harinya Jibril kembali mendatangi Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam saat
Zhuhur dan berkata, “Bangun dan shalatlah!” Lalu beliau shalat Zhuhur ketika
bayangan semua benda sama panjang dengan aslinya. Kemudian dia mendatanginya
saat ‘Ashar dan berkata, “Bangun dan shalatlah!” Lalu beliau shalat ‘Ashar ketika
panjang bayangan semua benda dua kali panjang aslinya. Kemudian dia
mendatanginya saat Maghrib pada waktu yang sama dengan kemarin dan tidak
berubah. Kemudian dia mendatanginya saat ‘Isya' ketika pertengahan malam telah
berlalu -atau Jibril mengatakan, sepertiga malam,- lalu beliau shalat ‘Isya'. Kemudian
Jibril mendatangi Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam saat hari sudah sangat terang dan
berkata, “Bangun dan shalatlah!” Lalu beliau shalat Shubuh kemudian berkata, ‘Di
antara dua waktu tersebut adalah waktu shalat.’” [1]
At-Tirmidzi mengatakan bahwa Muhammad (yaitu Ibnu Isma'il al-Bukhari) berkata,
“Riwayat paling shahih tentang waktu shalat adalah hadits Jabir.”
1. Zhuhur
Waktunya dari tergelincirnya matahari hingga bayangan semua benda sama panjang
dengan aslinya.
2. ‘Ashar
Waktunya dari saat bayangan semua benda sama panjang dengan aslinya hingga
terbenamnya matahari.
3. Maghrib
Waktunya dari terbenamnya matahari hingga hilangnya warna kemerah-merahan pada
senja.
Berdasarkan sabda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam : “Waktu shalat Maghrib selama
warna kemerah-merahan pada senja belum hilang.” [2]
4.‘Isya'
Waktunya dari hilangnya merah senja hingga pertengahan malam.
Berdasarkan sabda Nabi Shallallahu a'alaihi wa sallam: “Waktu shalat ‘Isya' hingga
pertengahan malam.”
5. Shubuh
Waktunya dari terbit fajar hingga terbit matahari.
Berdasarkan sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam :
جعر شمال شمم تشمطل سعع ال ششممسس
شومق س.
ت شصل شعة ال شسصبمعح عممن سطل سموعع ال مشف م
“Waktu shalat Shubuh dari terbitnya fajar hingga sebelum matahari terbit." [4]
A. Apakah yang Dimaksud dengan ash-Shalat al-Wustha (Pertengahan)?
Allah Ta'ala berfirman:
عشلى ال شصل ششوا ع
ت شوال شصشلاعة ال مسومسشطىى شوسقوسموا لعل شعه شقاعنعتيشن
شحاعفسظوا ش
“Peliharalah segala shalat(mu), dan (peliharalah) shalat Wusthaa. Berdirilah untuk
Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu'.” [Al-Baqarah: 238].
Dari 'Ali Radhiyallahu anhu, dia mengatakan bahwa di hari terjadinya perang alAhzab Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
مل ش اللسه بسي سموتشسهمم شوسقبسموشرسهمم شناررا،ععن ال شصل شعة ال مسومسشطى شصل شعة ال مشعمصعر
شش شغل سموشنا ش.
"Mereka telah menyibukkan kita dari shalat al-Wustha (yaitu) shalat 'ashar. Semoga
Allah memenuhi rumah-rumah dan kubur-kubur mereka dengan api."[5]
B. Disunnahkan Memajukan Shalat Zhuhur di Awal Waktu Ketika Hari Tidak Terlalu
Panas.
Dari Jabir bin Samurah, dia berkata:
عل شي معه شوشسل ششم ي سشصعشلى ال شسظمهشر عإشذا شدشحشض ع
ت ال ششممسس
شكاشن الن شعب شسي شص شلى الل شسه ش.
"Dahulu Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam mengerjakan shalat Zhuhur ketika
matahari telah tergelincir (condong ke barat)." [6]
C. Jika Cuaca Sangat Panas, Disunnahkan Menunda Shalat Zhuhur sampai Cuaca
Agak Dingin (Selama Tidak Keluar dari Waktunya-Ed.)
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda:
حعشر عممن شفميـعح شجشهن ششم
شفعإ شن عش شدشة ال م ش،ح شسر شفأ شبمعرسدموا عبال شصل شعة
عإشذا امشتش شد ال م ش.
"Jika hari sangat panas, maka tidaklah shalat hingga cuaca menjadi agak dingin.
Sesungguhnya panas yang sangat itu merupakan bagian dari didihan Jahannam."[7]
D. Disunnahkan Menyegerakan Shalat 'Ashar
Dari Anas Radhiyallahu anhu:
أ ش شن شرسسموشل اللعهJ ب عإشلى ال مشعشوالعمي شفي شأ معتي ال مشعشوالعمي
ب ال شذاعه س
شفي شمذشه س،شكاشن ي سشصعشلى ال مشعمصشر شوال ششممسس سممرتشعفشعةة شحي شةة
شوال ششممسس سممرتشعفشعةة.
"Bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah shalat 'Ashar, sedangkan
matahari masih tinggi dan terang. Lalu seseorang pergi dan mendatangi al-'Awali
(tempat di sudut Madinah) sedangkan matahari masih tinggi." [8]
E. Dosa Orang yang Melewatkan Shalat 'Ashar.
Dari Ibnu 'Umar Radhiyallahu anhuma, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda, "Orang yang melewatkan shalat 'Ashar seperti orang yang berkurang
keluarga dan hartanya."
Dari Buraidah Radhiyallahu anhu, Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
عشمل سسه
شممن تششرشك شصل ششة ال مشعمصعر شفشقمد شحعبشط ش.
"Barangsiapa meninggalkan shalat 'Ashar, maka terhapuslah amalannya." [10]
F. Dosa Orang yang Mengakhirkannya Hingga Menjelang Senja (Ketika Matahari
Akan Terbenam)
Dari Anas Radhiyallahu anhu dia berkata, "Aku mendengar Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda:
ت بشي مشن شقمرن شعي ال ششي مشطاعن شقاشم شفن ششقشرشها أ شمربشرعا ل ش ي شمذك سسر اللشه عإل ش
ب ال ششممسس شح شتى عإشذا شكان ش م
ي ش م،عتل مشك شصل شسة ال مسمشناعفعق
جلعسس ي شمرسق س
شقلعي مل ر.
'Itulah shalatnya orang munafiq. Dia duduk sambil mengawasi matahari. Hingga
ketika matahari berada di antara dua tanduk syaitan (waktu terbit dan tenggelamnya
matahari) ia bangkit dan shalat empat raka'at dengan cepat. Ia tidak mengingat Allah
kecuali hanya sedikit."[11]
G. Disunnahkan Menyegerakan Shalat Maghrib dan Dimakruhkan Mengakhirkannya
Dari 'Uqbah bin 'Amir Radhiyallahu anhu, Nabi Shalallahu a'alaihi wa sallam
bersabda:
جموسم
ل ش تششزاسل أ س شمعتى عب ش.
ب شح شتى تشمشتشعبشك الن شس س
خي مرر أ شمو ش
عشلى ال معفمطشرعة شمـال شمم ي سشؤعشخسروا ال مشممغعر ش
"Umatku senantiasa dalam kebaikan atau dalam keadaan fithrah selama mereka tidak
mengakhirkan shalat Maghrib hingga banyak bintang bermunculan."[12]
Dari Salamah bin al-Akwa' Radhiyallahu anhu : “Dulu Rasulullah Shallallahu 'alaihi
wa sallam shalat Maghrib jika matahari telah terbenam dan bersembunyi di balik tirai
(tidak nampak).” [13]
H. Disunnahkan Mengakhirkan Shalat 'Isya' Selama Tidak Memberatkan
Dari 'Aisyah Radhiyallahu anhuma, ia berkata, “Pada suatu malam Nabi Shallallahu
'alaihi wa sallam mengakhirkan shalat ‘Isya’, hingga berlalulah sebagian besar malam
dan para penghuni masjid telah tertidur. Kemudian beliau keluar dan shalat, lalu
berkata, 'Sesungguhnya ini adalah waktunya, hanya saja aku tak ingin memberatkan
umatku. [14]
I. Dimakruhkan Tidur Sebelumnya dan Perbincangan yang Tidak Berguna
Sesudahnya.
Dari Abu Barzah Radhiyallahu anhu : “Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
membenci tidur sebelum 'isya' dan berbincang-bincang sesudahnya." [15]
Dari Anas Radhiyallahu anhu, ia berkata, “Suatu malam kami menunggu Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam hingga pertengahan malam. Lalu beliau datang dan shalat
dengan kami, kemudian menasihati kami. Beliau berkata:
شوعإن شك سمم ل شمم تششزاسلوا عفمي شصل شرة شما ان متششظمرتسسم ال شصل ششة،أ شل ش عإ شن ال شناشس شقمد شصل شموا ث سمش شرشقسدموا.
'
Ketahuilah, sesungguhnya orang-orang telah shalat kemudian tidur. Dan
sesungguhnya kalian senantiasa dalam shalat selama kalian menunggu shalat.'"[16]
J. Disunnahkan Menyegerakan Shalat Shubuh di Awal Waktunya (Ketika Masih
Gelap)
Dari 'Aisyah Radhiyallahu anhuma, ia berkata, “Dulu para wanita mukminat
menghadiri shalat Shubuh bersama Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dengan
berbungkus pakaian mereka. Kemudian kembali ke rumah-rumah mereka ketika telah
menyelesaikan shalat. Tidak ada seorang pun yang mengenali mereka karena gelapnya
malam."[17]
K. Kapankah Seseorang Dianggap Masih Mendapatkan Waktu Shalat?
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam
bersabda:
ش
ش
ش
ش
ش
ب
شوشممن أمدشرشك شرك مشعرة عمشن ال مشعمصعر شقبمشل أمن تشمغعر ش،شممن أمدشرشك عمشن ال شسصبمعح شرك مشعرة شقبمشل أمن تشمطل سشع ال ششممسس شفشقمد أمدشرشك ال شسصبمشح
ش
ال ششممسس شفشقمد أمدشرشك ال مشعمصشر.
"Barangsiapa mendapati satu raka'at shalat Shubuh sebelum matahari terbit, maka dia
telah mendapati shalat Shubuh. Dan barangsiapa mendapati satu raka'at shalat 'Ashar
sebelum matahari terbenam, maka dia telah mendapati shalat 'Ashar." [18]
Hukum ini tidak di khususkan bagi shalat Shubuh dan 'Ashar saja, tetapi untuk seluruh
shalat.
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda:
شممن أ شمدشرشك شرك مشعرة عمشن ال شصل شعة شفشقمد أ شمدشرشك ال شصل ششة.
"Barangsiapa mendapati satu raka'at shalat, maka dia telah mendapati shalat itu" [19]
L. Mengqadha Shalat yang Terlewatkan
Dari Anas Radhiyiallahu anhu, dia mengatakan bahwa Nabi Allah Shallallahu 'alaihi
wa sallam bersabda:
عن مشها شفك ش شفاشرتسشها أ شمن ي سشصلع شي ششها عإشذا شذك ششرشها
شممن ن شعسشى شصل شرة أ شمو شناشم ش.
“Barangsiapa lupa terhadap suatu shalat atau tertidur darinya, maka kaffarat
(tebusan)nya adalah melakukan shalat itu jika ia telah mengingatnya.” [20]
M.Apakah Orang yang Meninggalkan Shalat Dengan Sengaja Hingga Keluar dari
Waktunya Wajib Untuk Mengqadha Shalat Tersebut?
Ibnu Hazm rahimahullah berkata dalam al-Muhallaa (II/235), “Sesungguhnya Allah
Ta'ala telah menjadikan waktu tertentu, yaitu awal dan akhirnya, bagi setiap shalat
wajib. Masuk pada waktu tertentu dan keluar pada waktu tertentu. Tidak ada bedanya
antara orang yang shalat sebelum waktunya dan orang yang shalat sesudah waktunya.
Karena keduanya shalat pada selain waktunya. Qadha adalah kewajiban dari agama.
Sedangkan agama tidak boleh selain dari Allah melalui lisan Rasul-Nya. Jika memang
qadha wajib bagi orang yang sengaja meninggalkan shalat hingga keluar waktunya,
maka tentu Allah dan Rasul-Nya tidak akan melalaikan dan melupakannya. Tidak pula
sengaja menyulitkan kita dengan tidak memberi penjelasan mengenainya. “Dan
tidaklah Rabb-mu lupa.” (Maryam: 64). Dan setiap syari'at yang bukan dari al-Qur-an
dan Sunnah adalah bathil."
[Disalin dari kitab Al-Wajiiz fii Fiqhis Sunnah wal Kitaabil Aziiz, Penulis Syaikh
Abdul Azhim bin Badawai al-Khalafi, Edisi Indonesia Panduan Fiqih Lengkap,
Penerjemah Team Tashfiyah LIPIA - Jakarta, Penerbit Pustaka Ibnu Katsir, Cetakan
Pertama Ramadhan 1428 - September 2007M]
_______
Footnote
[1]. Shahiih: [Irwaa’ul Ghaliil (250)], Ahmad (al-Fat-hur Rabbaani) (II/241 no. 90),
Sunan an-Nasa-i (I/263), dan Sunan at-Tirmidzi (1/101 no. 150), dengan lafazh serupa.
[2]. Hasan: [Irwaa’ul Ghaliil (I/268)], Shahiih Muslim (I/427 no. 612 (173)), ini
adalah lafazh darinya, Sunan Abi Dawud (‘Aunul Ma’buud) (II/67 no. 392), Sunan anNasa-i (I/260).
[3]. Ibid.
[4]. Ibid.
[5]. Shahiih: [Mukhtashar Shahiih Muslim (no. 217)], Shahiih Muslim (I/437 no. 627
(205)).
[6]. Shahiih: [Irwaa’ul Ghaliil (no. 254)], Shahiih Muslim (I/432 no. 618).
[7]. Muttafaq 'alaihi: [Shahiih Muslim (I/430 no. 615)], ini adalah lafazh darinya,
Shahiih al-Bukhari (Fat-hul Baari) (II/15 no. 533), Sunan Abi Dawud (‘Aunul
Ma’buud) (II/75 no. 398), Sunan at-Tirmidzi (I/105 no. 157), Sunan an-Nasa-i (I/248),
dan Sunan Ibni Majah (I/222 no. 677).
[8]. Muttafaq 'alaihi: [Shahiih al-Bukhari (Fat-hul Baari) (II/28 no. 550)], Shahiih
Muslim (I/433 no. 621), Sunan Abi Dawud (‘Aunul Ma’buud) (II/77 no. 400), Sunan
an-Nasa-i (I/252), dan Sunan Ibni Majah (I/223 no. 682).
[9]. Muttafaq 'alaihi: [Shahiih Muslim (I/435 no. 626)], Shahiih al-Bukhari (Fat-hul
Baari) (II/30 no. 552), Sunan Abi Dawud (‘Aunul Ma’buud) (II/84 no. 410), Sunan atTirmidzi (I/113 no. 175), dan Sunan an-Nasa-i (I/238)
[10]. Shahiih: [Shahiih Sunan an-Nasa-i (no. 497)], Shahiih al-Bukhari (Fat-hul Baari)
(II/31 no. 553), dan Sunan an-Nasa-i (I/236).
[11]. Shahih: [Shahiih Sunan Abi Dawud (no. 399)], Shahiih Muslim (XXI/434 no.
622), ini adalah lafazhnya, Sunan Abi Dawud (‘Aunul Ma’buud) (II/83 no. 409),
Sunan at-Tirmidzi (I/107 no. 160), dan Sunan an-Nasa-i (I/254).
[12]. Hasan Shahih: [Shahiih Sunan Abi Dawud (no. 403)], dan Sunan Abi Dawud
(‘Aunul Ma’buud) (II/87 no. 414).
[13]. Muttafaq 'alaihi: [Shahiih Muslim (I/441 no. 636)], Sunan at-Tirmidzi (I/108 no.
164), Shahiih al-Bukhari (Fat-hul Baari) (II/41 no. 561), tanpa lafazh: "matahari
tenggelam", Sunan Abi Dawud (‘Aunul Ma’buud) (II/87 no. 413), dengan lafazh
serupa, dan Sunan Ibni Majah (I/225 no. 688), dengan lafazh serupa.
[14]. Shahih: [Mukhtashar Shahiih Muslim (no. 223)] dan Shahiih Muslim (I/442 no.
638 (219)).
[15]. Muttafaq 'alaihi: [Shahiih al-Bukhari (Fat-hul Baari) (II/49 no. 568)], Shahiih
Muslim (I/447 no. 647 (237)), Sunan Abi Dawud (‘Aunul Ma’buud) (II/69 no. 394),
Sunan an-Nasa-i (I/246).
[16]. Muttafaq 'alaihi: [Shahiih al-Bukhari (Fat-hul Baari) (II/73 600)], ini adalah
lafazh darinya, Shahiih Muslim (I/443 no. 640), dan Sunan an-Nasa-i (I/268).
[17]. Muttafaq 'alaihi: [Shahiih al-Bukhari (Fat-hul Baari) (1/54 no. 578)], Shahiih
Muslim (I/445 no. 645), Sunan Abi Dawud (‘Aunul Ma’buud) (II/91/419), Sunan anNasa-i (I/271), Sunan at-Tirmidzi (1/103 no. 153), Sunan Ibni Majah (I/220 no. 669).
[18]. Muttafaq 'alaihi: [Shahiih al-Bukhari (Fat-hul Baari) (I/56 no. 579)], Shahiih
Muslim (I/424 no. 608), Sunan an-Nasa-i (I/273), dengan lafazh serupa.
[19]. Muttafaq 'alaihi: [Shahiih al-Bukhari (Fat-hul Baari) (I/57 no. 580)], Shahiih
Muslim (I/423 no. 607), Sunan Abi Dawud (‘Aunul Ma’buud) (III/471 no. 1108),
Sunan at-Tirmidzi (II/19 no. 523), dan Sunan an-Nasa-i (I/274).
[20]. Shahih: [Mukhtashar Shahiih Muslim (no. 229)], Shahiih Muslim (I/477 no. 684
(no. 315)).
BAHASAN :
Home
Adab Dan Perilaku
Ahkam
Ahkam : Hudud
Akhlak
Aktual
Aktual : Wahhabi
Al-Ilmu
Al-Ilmu : Qawaid Fiqhiyah
Al-Masaa'il
Al-Masaa'il : Dialog Pemikiran-1
Al-Masaa'il : Dialog Pemikiran-2
Al-Masaa'il : Dialog Pemikiran-3
Al-Masaa'il : Jihad
Al-Masaa'il : Politik
Al-Masaa'il : Propaganda
Al-Masaa'il : Terorisme
Al-Qur'an
Al-Qur'an : Ilmu
Al-Qur'an : Tafsir
Alwajiz : Haji & Umrah
Alwajiz : Hukum & Pidana
Alwajiz : Jenazah
Alwajiz : Jual Beli
Alwajiz : Makanan
Alwajiz : Nikah
Alwajiz : Puasa
Alwajiz : Shalat
Alwajiz : Shalat Sunnah
Alwajiz : Sumpah & Jihad
Alwajiz : Thaharah
Alwajiz : Wasiat & Waris
Alwajiz : Zakat
Bahasan : Aqidah
Bahasan : Asmaaul Husna
Bahasan : Assunnah
Bahasan : Bai'at
Bahasan : Bid'ah
Bahasan : Hadits (1)
Bahasan : Hadits (2)
Bahasan : Manhaj
Bahasan : Sirah Nabi
Bahasan : Syakhshiyah
Bahasan : Tauhid
Bahasan : Uswah Nabi
Dakwah
Dakwah : Firaq
Dakwah : Hizbiyyah
Dakwah : Kepada Kafir
Dakwah : Nahi Mungkar
Dakwah : Perpecahan !
Dakwah : Syubhat
Fiqih : Bisnis & Riba
Fiqih : Haji & Umrah
Fiqih : Hari Raya
Fiqih : Jenazah & Kematian
Fiqih : Jual Beli
Fiqih : Kurban & Aqiqah
Fiqih : Makanan
Fiqih : Media
Fiqih : Nasehat
Fiqih : Nikah
Fiqih : Nikah & Talak
Fiqih : Puasa
Fiqih : Puasa Sunnah
Fiqih : Shalat
Fiqih : Shalat Jum'at
Fiqih : Sumpah
Fiqih : Waris & Waqaf
Fiqih : Zakat
Fokus : Fatawa
Fokus : Mabhats
Fokus : Waqiuna
Kitab : Al-Ushul Ats-Tsalatsah
Kitab : Aqidah (Syarah Aqidah ASWJ)
Kitab : As-Sunnah
Kitab : Dasar Islam
Kitab : Hari Kiamat (1)
Kitab : Hari Kiamat (2)
Kitab : Kunci Rizki
Kitab : Manhaj Salaf
Kitab : Nikah - Sakinah
Kitab : Nikah Beda Agama?
Kitab : Nikah Dari A - Z
Kitab : Puasa Nabi
Kitab : Qadha & Qadar
Kitab : Rifqon Ahlus Sunnah
Kitab : Shalat Tahajjud
Kitab : Tanya Jawab Al-Qur'an
Kitab : Tauhid Prioritas Utama
Risalah : Anak
Risalah : Do'a & Dzikir
Risalah : Gambar, Musik
Risalah : Hukum
Risalah : Keluarga
Risalah : Orang Tua
Risalah : Pakaian, Hiasan
Risalah : Rizqi & Harta
Risalah : Sakit, Obat
Risalah : Sihir, Dukun
Risalah : Tazkiyah Nufus
Wanita : Darah Wanita
Wanita : Fiqih Shalat
Wanita : Kesehatan
Wanita : Konsultasi
Wanita : Muslimah
Wanita : Thaharah
Wanita : Wasiat
© COPYLEFT almanhaj.or.id
Seluruh artikel dan tulisan di situs almanhaj.or.id dapat disebarluaskan, dengan
mencantumkan sumbernya dan tetap menjaga keilmiahan