Preface JPK Wallacea Vol.7 Issue 1, 2018
Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea pISSN 2302-299X eISSN 2407-7860 Vol. 7 No. 1, Maret 2018
23. Dr. Ir. Rudi A Maturbongs, M.Si (Konservasi Biologi, UNIPA) 24.
12. Prof. Dr. Ir. Amran Achmad, M.Sc (Konservasi Biologi, UNHAS)
13. Prof. Dr. Yusran S.Hut, M.Si (Kebijakan Kehutanan dan Lingkungan, UNHAS)
14. Prof. Dr. Ir. Supratman, M.P. (Manajemen Hutan, UNHAS) 15.
Prof. Dr. Ir. Muh. Dassir, M.Si (Sosiologi Antropologi Kehutanan, UNHAS)
16. Prof. Dr. Ir. Samuel A. Paembonan, M.Sc (Silvikultur, UNHAS) 17.
Dr. Ir. Ris Hadi Purwanto, M.Agr.Sc. (Manajemen Hutan (Forest carbon/biomass), UGM)
18. Dr. Ir. Agus Hikmat, M.Sc F Trop (Ekologi Flora, IPB) 19.
Dr. Ir. Irdika Mansur, M.For.Sc (Rehabilitasi bekas tambang,
IPB) 20. Naresworo Nugroho, Ph.D (Pengolahan Hasil Hutan, IPB) 21.
Dr. Ir. Cahyo Wibowo, M.Sc. (Ilmu Tanah Hutan, IPB) 22. Dr. Ir. A. Ngalokan Gintings, MS (Hidrologi dan Konservasi Tanah, MKTAI)
Muhammad Kamal, S.Si., M. GIS., Ph.D (Remote Sensing and GIS, Mapping, Mangrove, Fakultas Geografi, UGM)
10. Prof. Dr. Ir. Musrizal Muin, M.Sc (Pengawetan Kayu, UNHAS) 11.
25. Dr. Ir. Anwar Umar, M.S (Tanah Hutan, UNHAS) 26.
Dr. Ir. Usman Arsyad, M.S (Perencanaan Rehabilitasi Lahan, UNHAS)
27. Dr. Ir. Syamsuddin Millang, M.S (Agroforestri, UNHAS) 28.
Dr. Ir. Andi Sadapotto, M.P. (Serangga dan Hama Hutan, UNHAS)
29. Dr. Ir. Supriyanto, DEA (Teknologi Benih, IPB) 30.
Dr. Sapto Indrioko S.Hut. M.P (Pemuliaan Pohon, UGM) Redaksi Pelaksana (Managing Editor) : Ketua (Chairman) : Ir. Turbani Munda, M.Hut (Kepala Seksi Data, Informasi & Kerjasama) Anggota (Members) :
1. Ir. Sahara Nompo 2. Ir. Hermin Tikupadang, M.P.
3. Masrum
4. Jumain, S.E.
5. Arman Suarman, S.Hut
6. Kasmawati, S.Kom
Prof. Dr. Ir. Muhammad Restu, M.P (Genetika dan Pemuliaan Hutan, UNHAS)
Prof. Dr. Ir. Budi Leksono, M.P. (Pemuliaan Tanaman Hutan, BBP2BPTH)
Akreditasi LIPI: 764/AU1/P2MI-LIPI/10/2016 Akreditasi KEMENRISTEKDIKTI: 36b/E/KPT/2016
Yonky Indrajaya, S.Hut, MT, M.Sc (Perencanaan Hutan, BPTA) 7. Ir. M. Kudeng Sallata, M.Sc (Hidrologi dan Konservasi
Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea adalah publikasi ilmiah hasil penelitian bidang kehutanan. Jurnal ini diterbitkan dua kali dalam setahun pada bulan Maret dan Agustus oleh Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Makassar, Badan Penelitian, Pengembangan dan Inovasi, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Indonesia.
Wallacea Journal of Forestry Research is a scientific publication reporting research findings in the field of forestry. The
journal is published two times per year in March and August by Environment and Forestry Research and Development
Institute of Makassar, Research Development and Innovation Agency, Ministry of Environment and Forestry of Indonesia.Penanggung Jawab (Responsible person) : Ir. Misto, M.P. (Balai Litbang Lingkungan Hidup dan Kehutanan Makassar) Dewan Redaksi (Editorial Boards):
Ketua (Editor in chief), merangkap anggota : Hasnawir, S.Hut, M.Sc, Ph.D. (Konservasi Sumberdaya Hutan, Balai Litbang
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Makassar)
Anggota (Members): 1.
Dr. Abdul Kadir Wakka, S.Hut, M.Si (Sosial Ekonomi Kehutanan, BP2LHKM) 2. Dr. Dede J. Sudrajat, S.Hut, MT (Teknologi Benih,
Genetika Populasi, BP2TPTH) 3. Dr. Muhammad Asdar, S.Hut, M.Si (Pengelolaan Hasil
Hutan, BP2LHKM) 4. Dr. Forest. Muhammad Alif K. Sahide, S.Hut M.Si
(Kebijakan Kehutanan, UNHAS) 5. Andes Hamuraby Rozak, S.Hut, M.Sc (Ekologi dan
Evolusi, LIPI) 6.
Tanah, BP2LHKM) 8. Ir. Hunggul Yudono Setio Hadi Nugroho, M.Si
8. Prof. Dr. Ir. Ngakan Putu Oka, M.Sc (Ekologi Hutan, UNHAS) 9.
(Konservasi Sumber Daya Hutan, BP2LHKM) 9. Heru Setiawan, S.Hut, M.Sc (Konservasi Sumber Daya
Hutan, BP2LHKM)
Mitra bestari (Peer reviewer) : 1.
Prof Dr. Tukirin Partomihardjo (Konservasi Tumbuhan, LIPI)
2. Prof. Dr. rer. nat. Muh Aris Marfai, S.Si., M.Sc (Penginderaan Jauh dan Kebencanaan, UGM)
3. Prof. Dr. Yusuf Sudo Hadi, M.Agr (Teknologi Hasil Hutan,
IPB) 4. Prof. Dr. Ir. Y. Purwanto DEA (Etnobotani, LIPI) 5.
Prof. Dr. Rosichon Ubaidillah, MPhil (Entomologi (Biosistematika), LIPI)
6. Prof. Dr. Ir. Baharuddin Nurkin, M.Sc (Silvikultur, UNHAS) 7.
Prof. Dr. Ir. Daud Malamassam, M.Agr. (Inventarisasi Hutan/Perencanaan Hutan, UNHAS)
Diterbitkan oleh (Published by): Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Makassar (Environment and Forestry Research and Development Institute of Makassar) Badan Penelitian, Pengembangan dan Inovasi (Research, Development and Innovation Agency) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Indonesia (Ministry of Environment and Forestry of Indonesia) Alamat (Address) : Jalan Perintis kemerdekaan Km. 16 Makassar 90243, Sulawesi Selatan, Indonesia Telepon (Phone) : +62-411-554049 Faks (Fax) : +62-411-554058 E-mail : jurnal_wallacea@balithutmakassar.org OJS
PENGANTAR REDAKSI
Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea (JPK Wallacea) adalah publikasi ilmiah hasil
penelitian bidang kehutanan dengan No.
(Elektronik). Publikasi ilmiah hasil penelitian bidang kehutanan pada jurnal ini meliputi:
silvikultur, konservasi sumberdaya hutan, perlindungan hutan, biometrika hutan, keteknikan
dan pemanenan hutan, pengolahan hasil hutan, hasil hutan bukan kayu, ekonomi kehutanan,
dan sosiologi kehutanan. Jurnal ini diterbitkan oleh Balai Penelitian dan Pengembangan
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Makassar, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
dengan dua kali terbitan setahun yaitu bulan Maret dan Agustus. JPK Wallacea terakreditasi
nasional oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dengan No. Akreditasi
764/AU1/P2MI-LIPI/10/2016 dan oleh Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi
(KEMENRISTEKDIKTI) dengan No. Akreditasi 36b/E/KPT/2016 untuk masa masing-masing
5 tahun.JPK Wallacea telah terindeks pada DOAJ, EBSCO, ROAD, Microsoft Academic,
SHERPA/RoMEO, Toronto Public Library, GIF, Crossref (DOI), Google Scholar, Cite Factor,
BASE, OAJI, WorldCat, Citeulike, Scilit, Trove, Indonesia One Search, Sinta, Neliti, Indonesian
Publication Index (IPI), Indonesian Scientific Journal Database (ISJD). JPK Wallacea memiliki
Sinta Score S2 dengan H-Index Sinta 7 serta memiliki H-Index Google Scholar 7 dengan I10 =
2.Syukur alhamdulillah Vol. 7 No. 1 JPK Wallacea ini telah terbit pada tanggal 27 Maret
2018 secara online dan merupakan terbitan ke-lima melalui submission online. Pada terbitan
ini terdapat 8 naskah dengan penulis berasal dari berbagai institusi yaitu Pusat Penelitian
Biologi- – Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Balai Penelitian dan Pengembangan
Teknologi Agroforestry, Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan, Fakultas Kehutanan,
Universitas Gadjah Mada UGM), Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Makassar, Pusat Penelitian dan Pengembangan Kualitas dan Laboratorium
Lingkungan, Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan. Pada kesempatan ini,
kami atas nama pengelola JPK Wallacea mengucapkan terima kasih kepada mitra bestari
(peer reviewers) yang telah menelaah naskah pada terbitan ini, sebagai berikut: 1.
Prof. Dr. rer. nat. Muh Aris Marfai, S.Si., M.Sc (Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta) 2. Dr. Ir. A. Ngalokan Gintings, MS (Masyarakat Konservasi Tanah dan Air Indonesia) 3. Prof. Dr. Ir. Y. Purwanto DEA (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Bogor) 4. Muhammad Kamal, S.Si., M. GIS., Ph.D (Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta) 5. Prof. Dr. Ir. Musrizal Muin, M.Sc (Universitas Hasanuddin, Makassar) 6. Prof. Dr. Yusuf Sudo Hadi, M.Agr (Institut Pertanian Bogor, Bogor) 7. Prof. Dr. Ir. Baharuddin Nurkin, M.Sc (Universitas Hasanuddin, Makassar) 8. Prof. Dr. Ir. Budi Leksono, M.P. (Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan, Yogyakarta)
9. Prof. Dr. Ir. Muhammad Restu, M.P (Universitas Hasanuddin, Makassar) 10.
Prof. Dr. Rosichon Ubaidillah, MPhil (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Bogor) 11. Dr. Ir. Andi Sadapotto, M.P. (Universitas Hasanuddin, Makassar) 12. Prof. Dr. Ir. Supratman, M.P. (Universitas Hasanuddin, Makassar) Semoga publikasi ini dapat bermanfaat dan berkontribusi dalam peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Makassar, Maret 2018 Dewan Redaksi
p
ISSN 2302-299X Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea eISSN 2407-7860 Vol. 7 No.1, Maret 2018 Akreditasi KEMENRISTEKDIKTI:
Akreditasi LIPI: 36b/E/KPT/2016 764/AU1/P2MI-LIPI/10/2016
DAFTAR ISI (Table of Contents)
Ridwan, Tri Handayani, Indira Riastiwi, dan Witjaksono ................................................... 01-11
BIBIT JATI TETRAPLOID LEBIH TOLERAN TERHADAP CEKAMAN KEKERINGAN DARIPADA BIBIT JATI DIPLOID ASALNYA (Tetraploid Teak Seedling was More Tolerant to Drought Stress than Its Diploid Seedling)Marcellinus M.B. Utomo, dan Levina A.G.P .................................................................................. 13-23
ANALYSIS OF WILD HONEY DEVELOPMENT POLICY FOR LOCAL PEOPLES LIVELIHOODS IMPROVEMENT IN THE SUMBAWA DISTRICT (Analisis Kebijakan Pengembangan Madu Hutan bagi Peningkatan Penghidupan Masyarakat Lokal di Kabupaten Sumbawa)Kuntadi, dan R.S.B. Irianto. .................................................................................................................. 25-35
DAMPAK SERANGAN ULAT PEMAKAN DAUN Heortia vitessoides TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN GAHARU DI HUTAN PENELITIAN CARITA, PROVINSI BANTEN (The Impact of Leaf-Eating Caterpillars (Heortia vitessoides) Infestation on Agar Trees in Carita Forest Research Station, Province of Banten)Ganis Lukmandaru, Dewi Susanti, dan Ragil Widyorini ...................................................... 37-46
SIFAT KIMIA KAYU MAHONI YANG DIMODIFIKASI DENGAN PERLAKUAN PANAS (Chemical Properties of Modified Mahogany Wood by Heat Treatment)Heru Setiawan, dan Mursidin.............................................................................................................. 47-58
KARAKTERISTIK EKOLOGI DAN KESEHATAN HUTAN MANGROVE DI PULAU TANAKEKE SULAWESI SELATAN (Ecological Characteristic and Health of Mangrove Forest at Tanakeke Island South Sulawesi) Herawikan Mandiriati, Djoko Marsono, Erny Poedjirahajoe, dan RonggoSadono ............................................................................................................................................................. 59-68
PREFERENSI MASYARAKAT TERHADAP SKENARIO PENGELOLAAN KEBUN RAYA BATURRADEN DI PROVINSI JAWA TENGAH (Community Preference on Scenario Management of Baturraden Botanical Garden in Central Java)Edy Junaidi, dan Yonky Indrajaya .................................................................................................... 69-81
RESPON HIDROLOGI AKIBAT PENERAPAN POLA AGROFORESTRI PADA PENGGUNAAN LAHAN YANG TIDAK SESUAI KESESUAIAN LAHAN (STUDI KASUS DI DAS CIMUNTUR) (Hydrological Responses of Agroforestry System Application which is Not Based on Land Suitability, A Case Study in Cimuntur Watershed)Naning Yuniarti, Dida Syamsuwida, dan Rina Kurniaty ....................................................... 83-92
PERUBAHAN VIABILITAS, VIGOR, DAN BIOKIMIA BENIH TREMA (Trema orientalis Linn. Blume) SELAMA PENYIMPANAN (The Changes of Viability, Vigor, and Biochemical Content of Trema (Trema orientalis Linn. Blume) Seeds during Storage)p
ISSN 2302-299X Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea eISSN 2407-7860 Vol. 7 No.1, Maret 2018 Akreditasi KEMENRISTEKDIKTI:
Akreditasi LIPI: 36b/E/KPT/2016 764/AU1/P2MI-LIPI/10/2016
Kata kunci bersumber dari artikel. Lembar abstrak ini boleh difotokopi tanpa izin dan biaya
UDC (OSDCF) 581.526.42
- – Ridwan, Tri Handayani, Indira Riastiwi, dan Witjaksono (Bidang Botani, Pusat Penelitian Biologi
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI))
BIBIT JATI TETRAPLOID LEBIH TOLERAN TERHADAP CEKAMAN KEKERINGAN DARIPADA BIBIT
JATI DIPLOID ASALNYAJurnal Penelitian Kehutanan Wallacea, Vol.7 No.1, Maret 2018, hlm: 01 - 11
Abstrak
Kebutuhan kayu jati (Tectona grandis L.f.) untuk industri nasional hanya bisa dipenuhi sekitar
3
3
0,75 juta m /tahun dari 2,5 juta m /tahun yang diantaranya disebabkan oleh umur panen pohon jati yang lama dan semakin berkurangnya lahan yang sesuai dengan habitat jati akibat perubahan iklim. Indonesia memiliki lahan kering yang cukup luas untuk pengembangan jati, sehingga dibutuhkan bibit tanaman jati yang bisa tumbuh cepat dan tahan dengan kondisi kekeringan. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan sifat ketahanan klon jati tetraploid dengan diploid terhadap cekaman kekeringan. Penelitian dilakukan dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang disusun secara faktorial dengan ulangan sebanyak 9 kali di rumah kaca. Faktor pertama adalah klon diploid (2x) dan tetraploid (4x). Faktor kedua adalah tingkat cekaman kekeringan meliputi interval penyiraman 3 hari, 7 hari, 14 hari, 21 hari, dan disiram hanya di awal perlakuan. Pengamatan dilakukan terhadap tinggi bibit, diameter batang, jumlah daun, luas daun, ketebalan daun, potensial air daun, stomata, perakaran, dan bobot kering tanaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan kedua klon bibit jati menurun dalam kondisi cekaman kekeringan, namun pertumbuhan bibit tetraploid lebih baik dibandingkan dengan bibit diploidnya.
Kata Kunci: Jati, diploid, tetraploid, cekaman kekeringan
UDC (OSDCF) 630*8
Marcellinus M.B. Utomo, dan Levina A.G.P (Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi
Agroforestry)
ANALISIS KEBIJAKAN PENGEMBANGAN MADU HUTAN BAGI PENINGKATAN PENGHIDUPAN MASYARAKAT LOKAL DI KABUPATEN SUMBAWA
Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea, Vol.7 No.1, Maret 2018, hlm: 13 - 23
Abstrak
Telah lebih dari lima tahun Kabupaten Sumbawa dijadikan sentra pengembangan madu hutan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Namun demikian, informasi ilmiah tentang kondisi perlebahan di Kabupaten Sumbawa masih terbatas. Artikel ini bertujuan untuk mengisi kekosongan tersebut dan secara lebih detail membahas tentang upaya-upaya yang diperlukan agar madu hutan Sumbawa mampu lebih berkontribusi bagi masyarakat lokal. Dengan menggunakan dua indikator, yaitu pengembangan aset/modal penghidupan dan permasalahan yang telah berhasil terselesaikan, artikel ini menilai efektifitas program-program pendukung bagi pengembangan madu hutan di Kabupaten Sumbawa oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Hasil studi ini mengindikasikan bahwa program-program selama ini masih belum secara optimal mengembangkan aset-aset penghidupan masyarakat lokal dan masih banyak masalah dalam pengembangan bisnis madu Sumbawa. Studi ini menyarankan bahwa pekerjaan di area ini harus dikerjakan secara simultan, dan meliputi penguatan kontraktualisasi baik secara horizontal maupun vertikal, dan memodifikasi arah atau pendekatan program yang ada saat ini.
Kata kunci: Pengembangan, madu, Sumbawa, peningkatan, penghidupan
UDC (OSDCF) 630*234
Kuntadi, dan R.S.B.Irianto. (Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan) DAMPAK SERANGAN ULAT PEMAKAN DAUN Heortia vitessoides TERHADAP PERTUMBUHAN
TANAMAN GAHARU DI HUTAN PENELITIAN CARITA, PROVINSI BANTEN
Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea, Vol.7 No.1, Maret 2018, hlm: 25 - 35
Abstrak Ulat Heortia vitessoides Moore merupakan hama perusak daun yang utama pada tanaman gaharu.
Hama ini menjadi ancaman serius bagi pertanaman gaharu yang sudah dibudidayakan secara luas di masyarakat. Serangan hama mulai terjadi di Indonesia sejak 2005, mengakibatkan kerusakan dan kematian tanaman gaharu di berbagai daerah. Untuk menentukan dampak serangan ulat gaharu, penelitian dilakukan melalui pengamatan berkala selama 3 tahun (April 2012-Maret 2015) di Hutan Penelitian Carita, Provinsi Banten. Monitoring dilakukan di tiga plot pengamatan yang mewakili tiga blok pertanaman gaharu. Setiap plot terdiri dari enam subplot permanen dan di setiap subplot terdapat 15 contoh tanaman gaharu yang diamati setiap bulan. Data dikumpulkan dan dianalisis berdasarkan pengamatan bulanan, meliputi intensitas defoliasi dan kematian tanaman. Intensitas defoliasi dinilai berdasarkan persen jumlah pohon yang mengalami kerusakan daun untuk semua tingkat defoliasi pada bulan pengamatan tertentu. Tingkat defoliasi dibagi dalam 4 kategori, yaitu ringan (defoliasi 10-25%), sedang (defoliasi 25-50%), berat (50-75%), dan berat sekali (75-100%). Tingkat kematian pohon dihitung sebagai persen jumlah pohon mati per tahun di masing-masing plot. Penelitian menunjukkan defoliasi akibat serangan ulat gaharu terjadi di ketiga plot penelitian setiap bulan sepanjang tahun dalam berbagai tingkat kerusakan. Persen jumlah tanaman yang mengalami defoliasi setiap bulan berkisar 30-70%/tahun. Persentase yang tinggi terutama terjadi pada musim kemarau hingga awal musim hujan (Juni-Desember). Defoliasi berat dan sangat berat terutama terjadi di tingkat semai dan defoliasi berat yang berulang menyebabkan terhambatnya pertumbuhan tanaman, sebagian mengalami kematian. Pengawasan dan pengendalian hama sejak dini menjadi sangat penting dilakukan secara berkala untuk mencegah kerusakan tanaman gaharu semakin berat.
Kata kunci: Tanaman gaharu, Heortia vitessoides, defoliasi, kematian tanaman
UDC (OSDCF) 630*38
Ganis Lukmandaru, Dewi Susanti, dan Ragil Widyorini (Fakultas Kehutanan, Universitas Gadjah
Mada)
SIFAT KIMIA KAYU MAHONI YANG DIMODIFIKASI DENGAN PERLAKUAN PANAS
Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea, Vol.7 No.1, Maret 2018, hlm: 37 - 46
Abstrak
Kayu mahoni hutan rakyat umumnya mempunyai kualitas relatif rendah karena kurangnya tindakan pemeliharaan dan pemanenan usia muda. Perlakuan panas dikenal sebagai metode modifikasi kayu yang dapat meningkatkan kualitas kayu. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh interaksi suhu dan metode perlakuan panas terhadap sifat kimia kayu mahoni muda. Bahan baku penelitian ini adalah papan kayu mahoni yang berasal dari hutan rakyat yang telah mengalami perlakuan panas dengan metode oven dan uap air panas (steaming) pada variasi suhu 90°C, 120°C, dan 150°C selama 2 jam waktu efektif. Perubahan sifat kimia setelah perlakuan kemudian dianalisis. Hasil penelitian menunjukan bahwa interaksi suhu dan metode perlakuan panas memberikan penurunan yang nyata terhadap kadar pentosan dan kadar ekstraktif larut air panas, khususnya untuk metode
steaming pada suhu 150°C. Kadar holoselulosa,
α-selulosa, hemiselulosa dan nilai pH menurun seiring dengan naiknya suhu perlakuan panas sedangkan kadar lignin, ekstraktif (larut air dingin dan alkohol- benzena) dan kelarutan dalam NaOH 1% meningkat. Metode steaming menghasilkan nilai kadar holoselulosa, ekstraktif etanol-benzena, kelarutan dalam air dingin, dan nilai pH yang lebih rendah dibandingkan dengan metode oven. Meski demikian, metode steaming di atas 120 C perlu dipertimbangkan kaitannya dengan penurunan sifat kekuatan kayu.
Kata kunci: Swietenia sp., perlakuan panas, sifat kimia, modifikasi kayu, steaming
UDC (OSDCF) 630*1
Heru Setiawan, dan Mursidin, (Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Makassar)
KARAKTERISTIK EKOLOGI DAN KESEHATAN HUTAN MANGROVE DI PULAU TANAKEKE SULAWESI SELATAN
Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea, Vol.7 No.1, Maret 2018, hlm: 47 - 58
Abstrak
Hutan mangrove di Pulau Tanakeke memiliki peranan yang penting, baik dari segi ekologi maupun ekonomi. Tingginya tekanan terhadap hutan mangrove menyebabkan terjadinya degradasi mangrove di kawasan ini. Pengetahuan mengenai kondisi ekologi dan kesehatan hutan mangrove sangat penting sebagai dasar pertimbangan dalam pengelolaan ekosistem mangrove di Pulau Tanakeke. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui karakteristik ekologi dan tingkat kesehatan hutan mangrove di Pulau Tanakeke, Kabupaten Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Pengambilan data dilakukan menggunakan metode field survey dengan membuat plot pengamatan ukuran 10 m x 10 m. Posisi plot pengamatan ditentukan secara purposive tersebar merata di semua sisi pulau. Hasil penelitian menunjukkan, komposisi jenis penyusun hutan mangrove di Pulau Tanakeke terdiri atas 11 jenis dan 8 suku. Indeks diversitas Shannon-Wiener pada tingkat pohon 2,01, pancang 1,88 dan semai 1,18. Hasil analisis Indeks Nilai Penting (INP) menunjukkan hutan mangrove di Pulau Tanakeke didominasi oleh Rhizophora stylosa dengan nilai INP tertinggi pada semua tingkatan pertumbuhan, yaitu pohon 115,31, pancang 172,11, dan semai 108,89. Struktur tegakan hutan mangrove di Pulau Tanakeke secara umum berbentuk huruf “J” terbalik yang artinya struktur tegakan hutan tergolong normal karena regenerasi tanaman berjalan baik. Tingkat kerapatan untuk fase pertumbuhan pohon adalah 706 ind/ha, pancang 4.824 ind/ha, dan semai 23.382 ind/ha. Secara umum, tingkat kesehatan hutan mangrove di Pulau Tanakeke termasuk dalam kategori rendah sampai sedang.
Kata kunci: Pulau Tanakeke, ekologi mangrove, kesehatan hutan
UDC (OSDCF) 630*234
Herawikan Mandiriati (Program Doktor Ilmu Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Gadjah
Mada), Djoko Marsono, Erny Poedjirahajoe, (Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan, Fakultas Kehutanan, Universitas Gadjah Mada) dan Ronggo Sadono (Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, Universitas Gadjah Mada)
PREFERENSI MASYARAKAT TERHADAP SKENARIO PENGELOLAAN KEBUN RAYA BATURRADEN
DI PROVINSI JAWA TENGAHJurnal Penelitian Kehutanan Wallacea, Vol.7 No.1, Maret 2018, hlm: 59 - 68
Abstrak
Kebun raya sebagai kawasan pelestarian alam memiliki peranan strategis dalam mendukung upaya konservasi tumbuhan. Kawasan kebun raya merupakan sumber informasi terbaik untuk mempelajari distribusi tumbuhan dan karakteristik habitatnya. Kehadiran kebun raya juga dapat berperan dalam memberikan pendidikan lingkungan bagi masyarakat. Sebagai salah satu negara yang terletak di kawasan tropis, Indonesia memiliki sejumlah kawasan kebun raya yang mampu mengoleksi berbagai spesies tumbuhan hutan tropika. Salah satu diantaranya adalah Kebun Raya Baturraden (KR Baturraden) yang terletak di Provinsi Jawa Tengah. Luas KR Baturraden mencapai 143,5 ha dan merupakan kebun raya terbesar di Pulau Jawa. Pengelolaan KR Baturraden saat ini memiliki permasalahan serius terkait tingginya ketergantungan masyarakat terhadap kebun raya. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu skenario pengelolaan yang dapat mengintegrasikan antara keingingan masyarakat dan arah pengelolaan KR Baturraden. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi preferensi masyarakat terhadap skenario pengelolaan KR Baturraden. Pengumpulan data dilakukan melalui pembagian kuesioner dengan teknik accidental sampling yang melibatkan masyarakat di sekitar KR Baturraden. Jumlah responden mencapai 109 orang dengan kriteria umur di atas 15 tahun. Kriteria ini ditetapkan dengan asumsi bahwa masyarakat yang memiliki kisaran umur tersebut telah mengetahui fungsi KR Baturraden sebagai kawasan pelestarian alam. Analisis data dilakukan dengan menggunakan metode analytical hirarycal process. Metode ini dipilih karena dapat mendeskripsikan suatu preferensi secara normatif yang disajikan melalui skala nilai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa preferensi masyarakat terhadap skenario pengelolaan KR Baturraden menurut skala prioritas yaitu pengembangan wisata alam (0,269); optimalisasi sumberdaya air (0,232); Intensifikasi konservasi tumbuhan (0,197); pendidikan lingkungan (0,189); dan penelitian intensif (0,175).
Kata kunci: Kebun Raya Baturraden, skenario pengelolaan, preferensi masyarakat
UDC (OSDCF) 630*11
Edy Junaidi, (Pusat Penelitian dan Pengembangan Kualitas dan Laboratorium Lingkungan) dan Yonky
Indrajaya (Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Agroforestry)RESPON HIDROLOGI AKIBAT PENERAPAN POLA AGROFORESTRI PADA PENGGUNAAN LAHAN YANG TIDAK SESUAI KESESUAIAN LAHAN (STUDI KASUS DI DAS CIMUNTUR)
Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea, Vol.7 No.1, Maret 2018, hlm: 69 - 81
Abstrak
Pemanfaatan lahan dalam suatu DAS seharusnya mempertimbangkan kemampuan lahan dan daya dukung DAS sehingga lahan dapat dimanfaatkan secara optimal. Agroforestri merupakan salah satu sistem pengelolaan lahan yang mempunyai manfaat menjaga fungsi lingkungan serta meningkatan pendapatan masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji penerapan sistem agroforestri pada beberapa pola penggunaan lahan yang telah beralih fungsi peruntukannya, dengan menilai respon hidrologi DAS. Ada tiga tahapan kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini, yaitu (1) Penilaian kondisi penggunaan lahan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), (2) penentuan kesesuaian lahan dengan pola agroforestri dan (3) penataan ruang kesesuaian pola agroforestri ditinjau dari respon hidrologinya. Hasil analisis menunjukkan penerapan pola agroforestri yang terdiri dari tanaman kayu-kayuan (sengon), tanaman buah (rambutan), tanaman perkebunan (cengkih, kelapa, petai, pisang), tanaman bawah tahunan (kapulaga dan pisang), dan tanaman bawah semusim (singkong), pada penggunaan lahan yang tidak sesuai peruntukannya memberikan nilai Koefisien Rejim Sungai (KRS), debit spesifik, Koefisien Aliran Permukaan (C) dan konsentrasi sediment terlarut (TDS) paling rendah dibandingkan pola lain. Pola agroforestri ini dapat dipertimbangkan untuk diterapkan pada pola penggunaan lahan yang telah beralih fungsi, karena mampu memperbaiki fungsi lingkungan dan mampu meningkatkan pendapatan masyarakat.
Kata kunci: Respon hidrologi, agroforestri, kesesuaian penggunaan lahan
UDC (OSDCF) 581.526.42
Naning Yuniarti, Dida Syamsuwida, dan Rina Kurniaty (Balai Penelitian Teknologi Perbenihan
Tanaman Hutan)
PERUBAHAN VIABILITAS, VIGOR, DAN BIOKIMIA BENIH TREMA (Trema orientalis Linn. Blume)
SELAMA PENYIMPANANJurnal Penelitian Kehutanan Wallacea, Vol.7 No.1, Maret 2018, hlm: 83 - 92
Abstrak
Benih trema (Trema orientalis Linn. Blume) termasuk ke dalam benih intermediate, yang mengalami kemunduran benih lebih cepat dibandingkan benih ortodok selama penyimpanannya sehingga menyebabkan terjadinya perubahan viabilitas, vigor, dan kandungan biokimianya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perubahan viabilitas, vigor dan biokimia benih trema selama penyimpanan. Pengunduhan buah trema dilaksanakan di Kabupaten Badung, Provinsi Bali. Pengujian benih dilaksanakan di laboratorium dan rumah kaca Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan di Bogor. Analisis kandungan biokimia (karbohidrat, protein, lemak) dilakukan di Laboratorium Tanah dan Tanaman, Seameo-Biotrop di Bogor. Rancangan penelitian yang digunakan yaitu Rancangan Acak Lengkap dengan perlakuan periode simpan (0, 1, 2, 3, 4, 5, dan 6 bulan). Parameter yang diamati adalah daya berkecambah, kecepatan berkecambah, kadar air, dan kandungan biokimia (karbohidrat, protein, dan lemak) pada setiap periode simpan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa periode simpan berpengaruh nyata terhadap kadar air, daya berkecambah, kecepatan berkecambah, kandungan lemak, kandungan karbohidrat, dan kandungan protein benih trema. Penyimpanan benih trema selama 6 bulan menyebabkan: (1) penurunan kadar air sebesar 6,2%, (2) penurunan daya berkecambah sebesar 61%, (3) penurunan kecepatan berkecambah sebesar 2,5%/Etmal, (4) peningkatan kandungan lemak sebesar 19,19%, (5) penurunan kandungan karbohidrat sebesar 1,84%, dan (6) penurunan kandungan protein benih trema sebesar 10,22%.
Kata kunci: Trema, viabilitas, vigor, biokimia, periode simpan
p
ISSN 2302-299X Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea eISSN 2407-7860 Vol. 7, Issue 1, March 2018
Accreditation Number (KEMENRISTEKDIKTI): Accreditation Number (LIPI):
36b/E/KPT/2016764/AU1/P2MI-LIPI/10/2016
The key words noted here are the words wich represent the concept applied in a writing.
These abstracts are allowed to copy without permision from the publisher and free of charge.
UDC (OSDCF) 581.526.42
- – Ridwan, Tri Handayani, Indira Riastiwi, and Witjaksono (Bidang Botani, Pusat Penelitian Biologi
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI))
TETRAPLOID TEAK SEEDLING WAS MORE TOLERANT TO DROUGHT STRESS THAN ITS DIPLOID
SEEDLINGJurnal Penelitian Kehutanan Wallacea, Vol.7 Issue 1, March 2018, page: 01 - 11
Abstract The demand of teak (Tectona grandis L.f.) wood for the national industry can only be fulfilled about
3
3
0.75 million m /year from 2.5 million m /year which is caused by the long of harvesting time and the
derivation of suitable land for teak due to climate change. Indonesia has a wide area of dry land to
develop teak plant, so that, fast growing and drought resistant teak seedling is needed. The aim of this
research was to compare the resistance of tetraploid and diploid teak clone to drought stress. The
research was conducted in the greenhouse using Randomized Block Design with two factors and 9
replications. The first factor was clone i.e. diploid (2x) and tetraploid (4x). The second factor was drought
stress levels consisted of 5 watering intervals i.e. 3 days, 7 days, 14 days, 21 days, and watering only at the
treatment began. Plant height, stem diameter, number of leaves, leaf area, leaf thickness, leaf water
potential, stomata, root system, and plant dry weight were observed to evaluate the plant growth. The
result showed that the growth of both tetraploid and its diploid seedling clones were declined under
drought stress. However, the growth of tetraploid seedling is better than its diploid seedling.: Teak, diploid, tetraploid, drought stress Keywords
UDC (OSDCF) 630*8
Marcellinus M.B. Utomo, and Levina A.G.P (Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi
Agroforestry)
ANALYSIS OF WILD HONEY DEVELOPMENT POLICY FOR LOCAL PEOPLE LIVELIHOODS
Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea, Vol.7 Issue 1, March 2018, page: 13 - 23
Abstract It has been more than five years Sumbawa becomes the center of wild honey development by
Ministry of Environment and Forestry. However, scientific information of its condition is still lacking. This
article aims to fill that gap and to discuss the efforts needed in order to make Sumbawan honey more
contributes for local people in Sumbawa District. This paper assesses the effectiveness of the Ministry of
Environment and Forestry’s supporting programs for wild honey development in The Sumbawa District
using two indicators: livelihood capital development and problems on the ground accomplished. The
results indicate the programs have not yet optimally developed local peoples’ livelihood capitals and
many problems remain occurred on Sumbawan honey business development. This study suggests that
works in these areas should be undertaken simultaneously, and encompasses strengthening contract
agreement, both horizontally and vertically, and modifying the direction of current programs.Keywords : Development, honey, Sumbawa, improvement, livelihood UDC (OSDCF) 630*234
Kuntadi, and R.S.B.Irianto. (Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan) THE IMPACT OF LEAF-EATING CATERPILLARS (Heortia vitessoides) INFESTATION ON AGAR
TREES IN CARITA FOREST RESEARCH STATION, PROVINCE OF BANTEN
Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea, Vol.7 Issue 1, March 2018, page: 25 - 35
Abstract The gregarious caterpillars of Heortia vitessoides Moore is a major defoliator of agar trees. The pest
seriously threatens the existing agar tree plantation that has been widely cultivated in the community.
Pest attacks began to occur in Indonesia since 2005, resulting in the damage and death of agar tree plants
in various regions.To determine the impact of pest attack, a study was conducted through periodic
monitoring at agar plantation in Carita Forest Research Station (CFRS), Banten Province, from April 2012
to March 2015. Monitoring was conducted in three plots of agar plantations. Each plot consists of six
permanent subplots and in each subplot 15 samples of agar tree were randomly choosen. Data were
collected and analyzed on monthly basis according to the intensity of defoliation and the mortality of agar
trees. Defoliation intensity was determined by the percentage number of trees suffering defoliation in four
damage categories, i.e.: light (10-25%), moderate (25-50%), heavy (50-75%), and severe (75-100%). Tree
mortality was calculated as the annual percentage of dead trees. The study showed that the defoliation
occurred throughout the year in varying degrees of damage. The monthly percentage of defoliated trees is
about 30-70% annualy. The high percentage of tree defoliation mainly occurs during dry and early rainy
season (June-December). Higher percentage of heavy and severe defoliations were found mostly at
seedling. Repeated heavy defoliation causes stunted growth and tree mortality. Early monitoring and
control of pests are very important to be done regularly to prevent the damage wider and heavier.Keywords: Agar tree, Heortia vitessoides, defoliation, tree mortality
UDC (OSDCF) 630*38
Ganis Lukmandaru, Dewi Susanti, dan Ragil Widyorini (Fakultas Kehutanan, Universitas Gadjah
Mada)
CHEMICAL PROPERTIES OF MODIFIED MAHOGANY WOOD BY HEAT TREATMENT
Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea, Vol.7 Issue 1, March 2018, page: 37 - 46
Abstract Mahogany woods from community forests generally have relatively low qualities due to lack of
maintenance activities and for their young harvesting stage. Heat treatment is known as wood
modification method that could improve the quality of the wood. The aim of this study was to determine
the interaction effect of temperature and method of heat treatment on the chemical properties of young
mahogany wood. Materials used in this research were mahogany wood boards from community forest
which were heat-treated using oven and steam methods performed at the temperature of 90°C, 120°C,
oand 150 C for 2 hours. In this research, some chemical changes were analyzed. Results of the research
showed that the interaction of temperature and heat treatment method gave a significant decreasing on
o the pentosan amount, and hot-water extractive solubility, particularly the steaming at 150C. The increasing temperature of heat treatment significantly decreased the c ontent of holocellulose, α-cellulose,
hemicellulose, and pH values whereas it increased lignin content, extractives (cold-water and alcohol-
benzene extractives) and solubility in 1% NaOH. Steaming method provided lower levels in the content of
holocellulose, ethanol-benzene extract, cold-water solubility, and pH values compared to the oven heating.
However, the steaming method over 120 C should be considered as it would reduce the wood strengths.
Keywords: Swietenia sp., heat treatment, chemical properties, wood modification, steaming
UDC (OSDCF) 630*1
Heru Setiawan, dan Mursidin, (Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Makassar)
ECOLOGICAL CHARACTERISTIC AND HEALTH OF MANGROVE FOREST AT TANAKEKE ISLAND SOUTH SULAWESI
Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea, Vol.7 Issue 1, March 2018, page: 47 - 58
Abstract Mangrove forest at Tanakeke Island has important roles both for ecology and economy. High pressure
on mangrove caused mangrove degradation in the island. Knowledge of ecological conditions and health of
mangrove forest are essential for mangrove ecosystem management at the island. The study aims to
determine ecological characteristics and health status of mangrove forest at Tanakeke Island, Takalar
District, South Sulawesi. This study employed quantitative methods using field survey with observations
using plots of 10 m x 10 m. Observation plots were located evenly all over the island. Results showed
mangrove forests at Tanakeke Island consist of 11 species belong to 8 families. Shannon-Wiener diversity
index reached 2.01, 1.88, and 1.18 for tree, sapling, and seedling, respectively. Importance Value Index
reached 115.31, 172.11, and 108.89 for tree, sapling, and seedling, respectively, and dominated by
Rhizophora stylosa at all growth levels. Structure of mangrove forest stands resembles the letter "J" inverted,
which means the structure of forest stands were quite normal as a result of the good process of plant
regeneration. The density reached 706 ind/ha, 4,824 ind/ha, and 23,382 ind/ha for tree, sapling, and
seedling, respectively. In general, mangrove forest health levels at Tanakeke Island were categorized in low
to moderate levels.Keywords: Tanakeke Island, mangrove ecology, forest health
UDC (OSDCF) 630*234
Herawikan Mandiriati (Program Doktor Ilmu Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Gadjah
Mada), Djoko Marsono, Erny Poedjirahajoe, (Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan, Fakultas Kehutanan, Universitas Gadjah Mada) dan Ronggo Sadono (Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, Universitas Gadjah Mada)
COMMUNITY PREFERENCE ON SCENARIO MANAGEMENT OF BATURRADEN BOTANICAL GARDEN
Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea, Vol.7 Issue 1, March 2018, page: 59 - 68
Abstract Botanical garden as a preservation area has an important role supporting the plant conservation
efforts. It is the best source of information to study about plant distribution and its habitat attributes.
Botanical garden can also provide environmental education for the community. Indonesia has a big
number of botanical gardens, one of them is Baturraden Botanical Garden, located in Central Java. It is
the largest botanical garden in Java Island with its area reaches 143.5 hectares. Currently, Baturraden
Botanical Garden management has a serious problem about the high dependence of community in its
area. Therefore, it is important to formulate the scenario management that can integrate between the
community desires and its direction management. This study aimed to identify the community preference
on scenario management of Baturraden Botanical Garden. Data collection was conducted by the
questionnaire method using accidental sampling technique. The number of respondents was about 109
people older than 15 years old. This criterion was decided with the assumption that the respondent who
had the range of age, having good knowledge about the function of Baturraden Botanical Garden as
preservation area. Data analysis was done using Analytical Hirarycal Process. This method was selected
because it was capable to describe the normative preference by the number. The result showed that the
community preference on scenario management of Baturraden Botanical Garden based on the scale of
priority is ecotourism development (0.269); optimization of water resource (0.232); intensification of
plant conservation (0.197); environmental education (0.189); and intensive research (0.175).Keywords : Batturaden Botanical Garden, scenario management, community preference UDC (OSDCF) 630*11