AAAAA Pengertian Balaghah dan Bidang Kaj

AAAAA
Pengertian Balaghah dan Bidang Kajiannya
BAB I
PENDAHULUAN
Al-Qur’an merupakan mukjizat yang paling agung bagi Rasulullah SAW. Kemukjizatannya itu dapat
dibuktikan dengan isi kandungannya. Selain itu kemukjizatan al-Qur’an juga terdapat pada aspek
bahasaanya, yang mempunyai fashahah dan balaghah yang sangat tinggi, sehingga tidak akan ada
seorang pun yang mampu membuat semisilnya.
Ketika al-Qur’an diturunkan di dalamnya banyak terkandung hal-hal yang tidak dapat dimengerti
oleh akal manusia, namun seiring berkembangnya ilmu pengetahuan, ketidakmengertian itu pun
dapat terjawab. Gaya bahasa yang sangat tinggi nan indah yang terdapat dalam al-Qur’an membuat
manusia sulit untuk memahaminya. Namun Allah maha Tahu dan maha Kuasa. Allah tidak hanya
menciptakan kesulitan, melainkan lengkap dengan penawarnya. Atas izin Allah terciptalah ilmu-ilmu
yang dapat mengupas kesulitan-kesulitan bahasa yang terdapat dalam al-Qur’an. Diantaranya adalah
ilmu balaghah. Dengan balaghah kita dapat memahami ayat-ayat Allah khususnya yang bersidat
konotatif.
Pada kesempatan kali ini, insya Allah kami akan sedikit memaparkan tentang ilmu balaghah yang
mencakup ilmu bayan, ma’ani, dan badi’.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Balaghah

Balaghah ( ‫ ) بلغاة‬secara etimologi barasal dari kata ‫ بلغ‬, yang memiliki arti ‘sampai’, sama dengan
arti dari kata ‫وصل‬. Makna ini sebagaimana terdapat dalam al-qur’an, diantaranya dalam surat alkahfi, ayat 90 sebagai berikut:
“Hingga apabila Dia telah sampai ke tempat terbit matahari (sebelah Timur) Dia mendapati matahari
itu menyinari segolongan umat yang Kami tidak menjadikan bagi mereka sesuatu yang
melindunginya dari (cahaya) matahari itu.”
(٨٣) ‫ت ْالح ُْلقُو َم‬
ِ ‫فَلَوْ إِ َذا بَلَ َغ‬
“ Maka mengapa ketika nyawa sampai di kerongkongan.”
Selain ayat diatas, masih banyak ayat-ayat yang di dalamnya terdapat kata ‫ بلغ‬, yang mengandung arti
‘sampai’ .
Menurut Abd al-Qadir Husein, Balaghah yaitu ” ‫ ”مطابقة لمقتضى الحال مع فصاحته‬yang artinya sesuai
dengan situasi dan kondisi. Istilah ini kaitannya dengan ‫( كلم‬ucapan), dimana ‫( متكلم‬pembicara) harus
menyusun dan menyampaikan ucapannya sesuai dengan situasi dan kondisi para pendenganrnya,
sehingga perubahan situasi dan kondisi para pendengar menuntut perubahan susunan ‫( كلم‬ucapan).
Situasi dan kondisi yang menuntut pembicaraan panjang lebar (‫)إطناب‬, tentu berbeda dengan situasi
dan kondisi yang menuntut pembicaraan ringkas (‫)يجازإ‬. Berbicara kepada orang cerdas tentu berbeda
dengan berbicara kepada orang yang kurang cerdas. Oleh karena itu muncullah istilah “ ‫“ مقام مقاللكل‬
yang artinya untuk setiap situasi dan kondisi ada ‫ كلم‬yang sesuai dengannya.
Dalam kajian sastra, balaghah ( ‫ ) بلغاة‬ini menjadi sifat dari ‫ كلم‬dan ‫ متكلم‬, sehingga lahirlah sebutan
‫ كلم بليغ‬dan ‫بليغ متكلم‬. Maksud dari ‫ كلم بليغ‬yaitu ucapan atau pembicaraan yang sesuai dengan situasi

dan kondisi pendengar serta terdiri dari kata-kata yang fashih, adapun ‫ بليغ متكلم‬yaitu orang yang
mampu menyampaikan pembicaraannya sesuai dengan situasi dan kondisi pendengarnya dengan
kata-kata yang tepat nan indah.
Nilai balaghah ( ‫ ) بلغاة‬setiap ‫ كلم‬bergantung kepada sejauh mana ‫ كلم‬itu dapay memenuhi tuntutan
situasi dan kondisi, setelah memperhatikan ‫( فصاحة‬kejelasannya)-nya. ‫ كلم فصيح‬yaitu kalam yang jika
dilihat dari aspek nahwiyah tidak dianggap menyalahi aturan, yang dapat mengakibatkan ‫ضعف التأليف‬

(lemah susunan) dan ‫( تعقيد‬rumit), dari aspek bahasa tidak terdapat kata-kata ‫( غارابة‬asing), dan jika
dilihat dari aspek sharaf tidak menyalahi qiyas, seperti tidak menggunakan kata “ ‫ ”الجألل‬yang
menurut aturan sharaf seharusnya “ ‫“ الجأ ّل‬. Sedangkan jika dilihat dari aspek ‫ ذوق‬terbebas dari ‫تنافر‬
(berat pengucapannya), baik hanya dalam satu kata seperti ‫ مستشزرات‬ataupun dalam beberapa kata,
meskipun satuan kata-katanya tidak bersifat ‫تنافر‬.
Secara ilmiah, ilmu balaghah merupakan suatu disiplin ilmu yang mengarahkan pembelajarannya
untuk bisa mengungkapkan ide pikiran dan perasaan seseorang berdasarkan kepada kejernihan jiwa
dan ketelitian dalam menangkap keindahan.
Sebagai suatu disiplin ilmu, tentunya ilmu balaghah mempunyai objek kajian. Adapun untuk lebih
jelasnya, objek kajian ilmu balaghah akan dibahas pada poin berikutnya.
2. Bidang Kajian Balaghah
Ilmu balaghah merupakan sebuah disiplin ilmu yang berkaitan dengan masalah kalimat, yaitu
mengenai susunannya, maknanya, pengaruh jiwa terhadapnya, serta keindahan dan kejelian

pemilihan kata yang sesuai dengan tuntutan. Sebagai sebuah disiplin ilmu, ilmu balaghah mempunyai
tiga bidang kajian, yaitu:
a. Ilmu bayan ( ‫) علم البيان‬
Secara etimologi, ‫ بيان‬berarti ‘terbuka’ atau ‘jelas’. Sedangkan dalam ilmu balaghah, ilmu bayan
adalah ilmu yang mempelajari cara-cara menyampaikan suatu gagasan dengan redaksi yang
bervariasi. Ilmu ini pertama kali dikembangkan oleh Abu Ubaidah Ibn al-Matsani dengan kitab
karangannya yang berjudul ‫ مجاز القران‬. Objek yang menjadi kajian ilmu ini adalah ‫تشبيه‬
(penyerupaan), ‫( مجاز‬majaz), dan ‫( كناية‬konotasi).
b. Ilmu ma’ani ( ‫) علم المعانى‬
Secara etimologi ‫ معانى‬berarti ‘maksud’, ‘arti’, atau ‘makna’. Para ahli ilmu ma’ani mendefinisikan
sebagai pengungkapan melaluai ucapan sesuatu yang ada dalam pikiran atau disebut juga gambaran
dari pikiran.
Sedangkan menurut istilah, ilmu ma’ani adalah
‫علم يعرف به أحوال اللفظ العربي التى بها يطابق مقتضى الحال‬
“Ilmu yang mempelajari hal ihwal bahasa Arab yang sesuai dengan tuntutan situasi dan kondisi.”
Ilmu ini pertama kali dikembangkan oleh Abd al-Qahir al-Jurzanji. Adapun objek kajiannya yaitu
kalimat-kalimat bahasa Arab.
c. Ilmu badi’ ( ‫)علم البديع‬
Menurut pengertian leksikal, badi’ adalah suatu ciptaan baru yang tidak ada contoh sebelumnya.
Sedangkan secara terminologi adalah suatu ilmu yang mempelajari segi-segi (metode dan cara-cara

yang ditetapkan untuk menghiasi kalimat dan memperindahnya) dan keistimewaan- keistimewaan
yang dapat membuat kalimat semakin indah, bagus dan menghiasinya dengan kebaikan dan
keindahan setelah kalimat tersebut sesuai dengan situasi dan kondisi dan telah jelas makna yang
dikehendakinya.
Peletak dasar ilmu badi’ adalah Abdullah Ibn al-Mu’taz (W. 274 H). Adapun Objek kajian ilmu ini
adalah upaya memperindah bahasa, baik pada tataran lapal ( ‫ )محسناتت لفظية‬maupun makna ( ‫محسنات‬
‫)معنوية‬.

3. Fashohah
Fashohah menurut bahasa bermakna ‘jelas’ atau ‘terang’. Sedangkan menurut istilah, fashohah
terbagi kedalam tiga kategori, yaitu:
a. ‫( كلمة فصيحة‬kata fashih)
Suatu kata disebut pasti atau jelas, jika kata tersebut terbebas dari aspek-aspek berikut ini:
1) ‫ تنافر الحروف‬, yakni kata-kata yang sukar diucapkan.
Contoh:
‫تركتها ترعى الهعخع‬
Artinya: “Aku membiarkannya makan rumput”
Pada ungkapan diatas terdapat kata ‫ هعخع‬. kata ini terdiri dari tiga huruf, yaitu ‫ خ‬, ‫ ه‬, dan ‫ ع‬yang
dibaca berulang-ulang. Kata yang terdiri dari huruf-huruf seperti ini biasanya sulit diucapkan, dan
yang seperti ini dinamakan ‫ تنافر الحروف‬.

2) ‫ غارابة‬, yakni suatu ungkapan yang terdiri dari kata asing, jarang dipakai, dan tidak masyhur.

Contoh:
‫ما لكم تكأكئتم علي كتكأكئكم على ذي جأنة افرنقعوا‬
Artinya: “mengapa kalian berkumpul padaku seperti menonton orang gila? Peregilah!”
Kata yang sulit disini adalah ‫ تكأكئتم‬dan ‫ افرنقعوا‬. Kedua kata tersebut dianggap gharabah, karena jarang
digunakan sehingga sulit diartikan.
3) ‫ مخالفة القياس‬, yakni kata-kata yang menyalahi kaidah umum ilmu sharaf.
Contoh:
‫فل يُ ْب َر ُم الم ُر الذى هو حالل و يُحْ لَ ُل الم ُر الذى هو يَ ْب ُر ُم‬
Artinya: “sesuatu yang lentur akan sulit untuk ditegakkan, dan sesuatu yang keras akan sulit untuk
dilenturkan.”
Pada syi’ir di atas terdapat dua kata, yaitu ‫ حالل‬dan ‫ يُحْ لَ ُل‬. bentuk kedua kata tersebut tidak sesuai
dengan kaidah ilmu sharaf, karena jika mengikuti kaidah ilmu sharaf seharusnya ‫ حال‬dan ‫ يح ُل‬.
b. ‫ كلم فصيح‬, artinya kalimat yang baik, indah, mudah diucapkan dan difahami. Suatu kalimat
dinilai fasih jika terhindar hal-hal berikut ini:
1) Susunan kalimatnya tidak tanafur, yakni tidak tersusun dari kata-kata yang berat atau sukar
diucapkan. Bisa jasi kata-katanya fashih, akan tetapi susunannya sulit diucapkan, maka ia termasuk
‫ تنافر الكلمة‬.
Contoh:

‫وقبر حرب بمكان قفر وليس قرب قبر حرب قبر‬
Artinya: “Adapun kuburan musuh itu di tempat sunyi dan tiada kuburan lain dekat kuburan itu.”
Susunan kalimat di atas dianggap berat pengucapannya, sebab berkumpul beberapa kata yang hampir
bersamaan hurufnya.
2) Susunan kalimatnya tidak ‫ ضعف التأليف‬, yaitu susunan kalimat yang lemah, sebab menyalahi
kaidah ilmu nahwu atau sharaf.
Contoh: ‫ ضرب غالمه زيد‬seharusnya ‫ضرب زيد غالمه‬
3) Adanya ‫ تعقيد لفظى‬, yakni kerancuan pada kata-kata. Suatu kaliam termasuk ke dalam ‫تعقيد اللفظى‬
apabila ungkapan kata-katanya tidak menunjukkan tujuan karena ada cacat dalam susunannya.
Contoh: ُ‫ُقاربُه‬
‫َو َما ِم ْثلُهُ فِى‬
ِ
ِ ‫الناس ا ّ ملِكا اَبُو أ ّمه ح ّي اَبُوهُ ي‬
Susunan kaliamat di atas asalnya,
‫َو َما ِم ْثلُهُ فِى‬
ُ‫ُقاربُهُ ا ّ ملِكا اَبُو أ ّمه اَبُوه‬
ِ
ِ ‫الناس ح ّي ي‬
Artinya: “tiadalah seorang pun yang menyerupainya, kecuali raja yang bapak ibunya itu masih hidup,
yaitu bapaknya (Ibrahim) yang menyerupai dia.”

Maksudnya tiada di antara manusia yang masih hidup yang menyerupai dia, kecuali raja yang
menyerupai bapak ibunya, yaitu Ibrahim..
4) ‫ تعقيد معنوي‬, yakni kerancuan pada makna, seperti:
‫عيناي ال ّد ُمو َع لتج ُمدا‬
‫سأطلُبُ بُع َد‬
ُ‫الدار عنكم لتَق ُربُوا وتسكب‬
َ
ِ
Artinya: “aku mencari tempat ang jauh dari kamu sekalian, agar kamu kelk menjadi dekatdenganku
dan supaya kedua mataku mengucurkan air mata, kemudian supaya menajdi keras.”
Maksudnya, “sekarang aku lebih suka berpisah jauh denganmu untuk sementara waktumeskipun
sampai mengucurkan air mata karena prihatin.”
Untuk mengambil makna dari syi’ir di atas sangat sulit, sehingga dinamakan ‫ تعقيد معنوي‬.
c. ‫ متكلم فصيح‬, yaitu bakat kemampuan berekspresi secara baik yang melekat pada seorang
mutakallim. Seorang mutakalim yang fasih adalah orang yang dapat menyampaikan maksudnya
dengan ucapan yang fashihah atau baik dan lancer.
BAB III
PENUTUP
Demikian sekelumit pembahasan tentang balaghah yang mencakup ilmu bayan, ma’ani, dan badi’.
Secara singkat balaghah berarti ‫( مطابقة لمقتضى الحال مع فصاحته‬sesuai situasi dan kondisi). Ilmu bayan

yaitu ilmu yang mempelajari cara-cara menyampaikan suatu gagasan dengan redaksi yang bervariasi.
Ilmu ma’ani yaitu Ilmu yang mempelajari hal ihwal bahasa Arab yang sesuai dengan tuntutan situasi
dan kondisi. Sedangkan ilmu badi’ yaitu ilmu yang mempelajari segi-segi dan keistimewaankeistimewaan yang dapat membuat kalimat semakin indah.
BBBBBBB

A. Balaghoh
1. Pengertian Balaghah
Secara etimologi (bahasa), balaghah ialah sampai atau mencapai. Balaghah secara terminologi
dikatakan bahwa balaghah menjadi sifat bagi kalimat (ÇáßáÇã) dan pembicara atau orang yang
berkata (ÇáãÊßáã), sehingga : ßáÇã ÈáíÛ dan ãÊßáã ÈáíÛ tidak menjadi sifat bagi kata (ÇáßáãÉ)
sebab memang tidak didengar ketentuannya.
Balaghah ialah menyampaikan makna yang agung secara jelas dengan menggunakan kata-kata yang
benar dan fasih, yang memiliki kesan dalam hati dan cukup menarik, serta sesuai setiap kalimatnya
kepada kondisi atau situasi sekaligus orang-orang yang diajak bicara.
2. Kalimat yang baligh
“Kalimat baligh adalah kalimat yang sesuai dengan kondisi khitab dan lafadz-lafadznya telah fasik,
baik kata-kata ataupun kalimat-kalimatnya.”
- Kondisi khitab disebut juga “maqam” ialah hal-hal yang merangsang pembicaraan untuk
menyampaikan kata-katanya dengan bentuk khusus.
- Kondisi khitob atau muqtadhal hal ialah keadaan yang mengajak untuk menyampaikan kalimat

sesuai dengan konteksnya. Artinya, sesuai dengan mukhatabnya dan bentuk khususnya.
3. Balaghah pembicara
Balaghah pembicara adalah kemampuan yang ada dihati yang dengan kemampuan itu dapat disusun
kalimat yang baligh yang sesuai dengan kontekstual. Bersama itu kalimat tersebut telah fasik dalam
segala makna yang dituju.
Yang dimaksud dengan kemampuan yang ada dihati adalah bakat, suatu sifat yang tertanam dihati
manusia. Oleh karenannya, seorang yang “baligh” (petah lidahnya) haruslah berpikir mengenai
makna yang ada dihatinya terlebih dahulu sebelum mengucapkan perkataan.
Bagi peminat ilmu baligh wajib mengetahui ilmu bahasa, ilmu sharaf, ilmu tata bahasa (nahwu), ilmu
ma'ani, ilmu bayan dan ilmu badi'. Sebagai peminat ilmu balaghah sebaiknya mengetahui tentang
uslub (gaya bahasa) yang merupakan makna yang dibentuk dalam lafadz untuk mencapai makna
yang dimaksudkan. Gaya bahasa ada 3 macam, yaitu :
a. Gaya bahasa ilmiah. Keistimewaan metode ini yang paling menonjol adalah memberikan kejelasan
dan mesti menampakkan kesan yang kuat dan indah.
b. Gaya bahasa sastra. Pada gaya bahasa ini, keindahan adalah merupakan sifat-sifatnya yang paling
menonjol. Gaya bahasa ini menampilkan khayalan indah, gambaran halus dan menyentuh. Aspek
puisi dan prosa merupakan sasaran metode ini.
c. Gaya bahasa pidato. Pada metode ini, terdapat posisi yang agung mengenai kesan dan sasarannya
kelubuk hati. Diantara hal yang bisa menambah kesan ialah kedudukan si khatib sendiri di hati para
pendengarnya, kekuatan sifat yang dimilikinya, argumentasinya, ketinggian suaranya, kebaikan cara

menyampaikannya dan kekukuhan isyarat-isyaratnya.
B. Ilmu Ma'ani
1. Pengertian
Ilmu Ma'ani adalah pokok-pokok dan dasar-dasar untuk mengetahui tata cara menyesuaikan kalimat
kepada kontekstualnya (muqtadhal halnya) sehingga cocok dengan tujuan yang dikehendaki.
Perkataan Al-Ma'ani adalah bentuk jamak dari kata makna. Secara terminology adalah hal yang
dituju. Menurut pengertian terminology ulama ilmu Bayan ialah menyatakan apa yang tergambar di
hati dengan suatu ucapan atau lafazd, atau tujuan yang dimaksudkan oleh lafadz tergambar di dalam
hati.
2. Faedah ilmu Ma'ani

a. Mengetahui kemukjizatan al-Qur'an melalui aspek kebaikan susunan dan sifatnya, keindahan
kalimat, kehalusan bentuk ijaz yang telah diistemawakan oleh Allah dan segala hal yang telah
dikandung oleh al-Qur'an itu sendiri.
b. Mengetahui rahasia balaghah dan fushahah dalam bahasa Arab yang berupa prosa dan puisi agar
dapat mengikutinya dan menyusun sesuai dengan aturannya serta membedakan antara kalimat yang
bagus dengan yang bernilai rendah.
C. Ilmu Bayan
1. Pengertian
Al-Bayan (‫ )البيان‬menurut pengertian bahasa adalah Al-Kasyafu (‫ )الكشف‬yang berarti membuka atau

menyatakan. Bisa juga disebut Al-Lidhaah (ÇáÇíÖÇÍ). Artinya menerangkan atau menjelaskan.
Menurut istilah ulama Balaghah (Al-Balagha') adalah :
ÇÕæá æÊæÇÚÏ íÚÑÝ ÈåÇ ÇíÑÇÏ ÇáãÚäì ÇáæÇÍÏ ÈØÑÞ íÎÊáÝ ÈÚÕåÇ Úä ÈÚÖ Ýì æÖæÍ
ÇáÏáÇáÉ Úáì äÝÓ Ðáß ÇáãÚäì.
“Dasar-dasar dan kaidah-kaidah untuk mengetahui cara menyampaikan satu makna dengan beberapa
cara yang sebagiannya berbeda dengan sebagian yang lain dalam menjelaskan segi penunjukan
terhadap keadaan makna tersebut.”
Jadi, ilmu Bayan adalah ilmu pengetahuan yang dijadikan pedoman untuk menyatakan satu makna
dengan beberapa bentuk yang berbeda dan susunan yang berlainan derajat kejelasannya.
Perlu diketahui bahwasannya yang dianggap dalam ilmu Bayan adalah kehalusan makna-makna yang
terdiri dari isti'arah dan kinayah beserta jelasnya lafadz-lafadz yang menunjukkannya.
Dari itu dapat disimpulkan bahwa Al-Bayan adalah lafadz atau ucapan yang fasih yang menjelaskan
maksud yang ada dalam hati nurani.
2. Pembahasan Ilmu Bayan
Pembahasan ilmu Bayan ini adalah lafadz-lafadz Arab dari segi majaz dan kinayah. Sedangkan
hakikat dan tasyabih, bukan termasuk dalam pembahasan ilmu Bayan.
3. Faedah Ilmu Bayan
Faedah ilmu ini adalah dapat melihat atau mengetahui rahasia-rahasia kalimat Arab, baik prosa
maupun puisinya, dan juga mengetahui perbedaan macam-macam kefasikan dan perbedaan tingkatan
sastra, yang dengannya ia dapat mengetahui tingkat kemukjizatan al-Qur'an dimana manusia dan jin
kebingungan untuk menirunya dan tidak mampu menyusun semisalnya.
D. Ilmu Badi'
Al-Badi' (‫ )البديع‬menurut pengertian etimologi ialah sesuatu yang diciptakan tanpa dengan contoh
yang mendahului. Menurut pengertian terminology ialah :
“Suatu ilmu yang dengannya diketahui segi-segi dan keistimewaan-keistimewaan yang dapat
membuat kalimat semakin indah, bagus dan menguasinya dengan kebaikan dan keindahan setelah
kalimat tersebut sesuai dengan situasi dan kondisi serta jelas makna yang dikehendaki.”
Segi-segi yang dimaksud adalah cara-cara yang ditetapkan untuk mengiasai kalimat dan
memperindahnya, dengan ilmu Ma'ani dan ilmu Bayan menurut materinya dan dengan ilmu Badi'
menurut sifatnya.
Memperindah kalimat ada 2 :
1. Memperindah kalimat secara maknawiyah (muhassinat ma'nawiyah) ialah tata cara memperindah
yang kembali kepada segi makna sejak semula dan sesuai dengan keadaannya, walaupun lafadz
menjadi indah karena mengikutinya.
2. Memperindah kalimat secara lafdziyah (muhassinat lafdziah) ialah tata cara memperindah kalimat
yang hanya kepada segi lafadz saja, sejak semula, meskipun segi makna menjadi indah karena
mengikutinya.
CCCCC

Dasar-dasar Balaghah
Ditulis oleh Abdur Rosyid
Shifat kalam yang baliigh
1. Tanaasuq al-ashwaat (kesesuaian bunyi) : a) derajat terendahnya ialah ketiadaan tanaafur
huruf, b) derajat tertingginya ialah kesesuaian antara bunyi dan makna.
2. Tarkib lughawi yang sesuai : a) shahih (bebas dari khatha’ dan syadzdz), b)
merepresentasikan makna secara efektif
3. Mengandung unsur-unsur imajinatif yang berkesan.
Unsur-unsur kalam :
1) Madhmun = makna
2) Syakl = lafazh
Hubungan diantara keduanya ibarat jasad dengan ruh.
Definisi Ilmu Balaghah
Ilmu Balaghah ialah ilmu untuk menerapkan (mengimplementasikan) makna dalam lafazh-lafazh
yang sesuai (muthabaaqah al-kalaam bi muqtadhaa al-haal).

Tujuan ilmu balaghah :
mencapai efektifitas dalam komunikasi antara mutakallim dan mukhathab.
Jenis-jenis Ilmu Balaghah :
Ilmu Ma’ani : ilmu yang mempelajari susunan bahasa dari sisi penunjukan maknanya, ilmu yang
mengajarkan cara menyusun kalimat agar sesuai dengan muqtadhaa al-haal.
Ilmu Bayan : ilmu yang mempelajari cara-cara penggambaran imajinatif. Secara umum bentuk
penggambaran imajinatif itu ada dua. Pertama, penggambaran imajinatif dengan menghubungkan
dua hal. Kedua, penggambaran imajinatif dengan cara membuat metafora yang bisa diindera.
Ilmu Badii’ : ilmu yang mempelajari karakter lafazh dari sisi kesesuaian bunyi atau kesesuaian
makna. Kesesuaian tersebut bisa dalam bentuk keselarasan ataupun kontradiksi.
Fashahah
Berarti implementasi makna melalui lafazh-lafazh yang jelas.
Fashahah meliputi : 1) Kemudahan pelafalan. 2) Kejelasan makna (tidak gharib). 3) Ketepatan
sharaf. 4) Ketepatan nahwu.
Setiap kalimat yang baliigh mesti fashiih, namun tidaklah kalimat yang fashiih itu selalu baliigh.
ILMU BAYAN
Tasybih : uslub yang menunjukkan perserikatan sesuatu dengan sesuatu yang lain dalam sifatnya.
Rukun-rukun atau unsur-unsurnya ialah :
1) Musyabbah : obyek yang ingin disifati
2) Musyabbah bihi : sesuatu yang dijadikan sebagai model untuk perbandingan

3) Wajh al-syibh : sifat yang terdapat dalam perbandingan
4) Aadaat al-tasybih : kata yang dipakai untuk menunjukkan adanya tasybih. Bisa berupa huruf (kaaf,
ka-anna), fi’il (hasiba, zhanna, khaala, dsb), atau isim (matsal, syibh, syabiih,dsb).
Tasybih Baliigh : tasybih yang unsur-unsurnya tinggal dua saja yaitu musyabbah dan musyabbah
bih.
Tasybih Tamtsili (Tasybih al-Tamtsil, Matsal) : jenis tasybih yang wajh al-syibh nya murakkab
dari beberapa sifat, dan biasanya aqli.
Tasybih Dhamni : tasybih yang dipahami dari siyaq (konteks) kalimat, dan biasanya dilakukan
dengan dua jumlah atau lebih sebagai ganti dari satu jumlah.
Tasybih Maqlub (Tasybih Yang Dibalik)
Asalnya, sifat yang ada pada musyabbah bih mesti lebih kuat daripada sifat pada musyabbah. Namun
dalam tasybih maqlub, kondisi tersebut dibalik yakni sifat yang ada pada musyabbah lebih kuat
daripada yang ada pada musyabbah bih. Pembalikan ini dilakukan untuk tujuan mubalaghah, yakni
untuk menunjukkan bahwa sifat yang ada pada musyabbah sudah sangat kuat dan agar perhatian
memang tertuju pada musyabbah.
Tujuan-tujuan Tasybih :
Secara umum tujuan tasybih ialah untuk menjadikan suatu sifat lebih mudah diindera. Adapun secara
terperinci tujuan-tujuan tasybih ialah :
1) Bayaan miqdaar al-shifat (menjelaskan kualitas sifat)
2) Taqriir al-shifat (meneguhkan sifat)
3) Tahsiin al-musyabbah (memperindah musyabbah)
4) Taqbiih al-musyabbah (memperburuk musyabbah)
5) Tashwiir al-musyabbah bi shuurah al-thariifah
6) Itsbaat qadhiyyah al-musyabbah
Majaz : Penggunaan suatu kata dengan makna yang lain daripada maknanya yang lazim. Kebalikan
dari majaz ialah haqiqah.
Majaz ada dua macam :
1) Majaz Mursal : majaz yang tidak dibangun diatas tasybih
2) Isti’arah : majaz yang dibangun diatas tasybih, atau penggunaan kata tidak dalam makna
haqiqinya karena adanya hubungan keserupaan (syibh) antara makna yang dipakai tersebut dan
makna haqiqinya.
Isti’arah Tashrihiyah : mengemukakan maksud musyabbah dengan menggunakan lafazh
musyabbah bih, dan setiap orang mesti akan memahami bahwa maksud yang sebenarnya ialah
musyabbah berdasarkan konteks kalimatnya. Dalam hal ini sang penutur menggunakan musyabbah
bih dengan menghilangkan musyabbahnya. Konteks kalimat harus benar-benar menunjukkan bahwa
musyabbah bih tidaklah digunakan dalam makna hakikinya, tetapi sebaliknya yakni mengandung
makna musyabbah. Indikasi yang demikian ini disebut sebagai qarinah al-isti’arah.
Isti’arah Makniyah : Dalam isti’arah ini, musyabbah bih tidak muncul dengan jelas akan tetapi
sedikit samar. Lafazh yang menunjukkan isti’arah dengan demikian bukanlah lafazh musyabbah bih
melainkan lafazh-lafazh yang mengiringinya atau lafazh-lafazh yang menunjukkan sifat-sifatnya.
Lafazh-lafazh ini dinisbatkan kepada musyabbah bih. Jadi, tasybih yang ditimbulkan bersifat
mudhmar didalam pikiran.
Apabila suatu isti’arah makniyah menyerupakan sesuatu dengan manusia maka ia disebut tasykhish
(personifikasi).

Kinayah : penunjukan terhadap suatu makna yang dimaksud dengan secara tidak langsung, dimana
lafazh yang dipakai tidak sampai keluar dari makna haqiqinya ke makna majazinya.
Macam-macam kinayah :
1) Kinayah dari shifat
2) Kinayah dari dzat
3) Kinayah dari nisbah
ILMU MA’ANI
Asas dari jumlah ialah isnad. Jumlah terbagi dua : jumlah khabariyah dan jumlah insya-iyah.
Khabar dan Insya’
Jenis-jenis insya’ yang terpenting : amr, nahy, istifham, dan tamanniy
Tujuan-tujuan Khabar
1) Tujuan asal dan yang lazim ialah untuk memberitahu kepada mukhathab sesuatu yang belum ia
ketahui.
2) Tujuan lainnya ialah ta’tsir nafsi (memberikan kesan kejiwaan) yang meliputi : ‘izhah (nasihat),
sikhriyah(olok-olok), istihtsaats (membangkitkan semangat), dan madh (pujian).
Bentuk-bentuk Khabar
1) Uslub (dharb) ibtida-iy : tanpa adat ta’kid, digunakan apabila mukhathab dalam keadaan khaliy aldzihni.
2) Uslub (dharb) thalabiy : menggunakan satu ta’kid, digunakan apabila mukhathab ragu-ragu
sehingga membutuhkan penegasan.
3) Uslub (dharb) inkariy : menggunakan dua ta’kid atau lebih, digunakan jika mukhathab mungkir
terhadap khabar.
Amar dan Nahy
Shighat-shighat amar : 1) F’il amar. 2) Fi’il mudhari’ yang didahului oleh laam amr. 3) Mashdar
sebagai pengganti fi’il amar
Makna amar : talab al-fi’il dari otoritas yang lebih tinggi kepada otoritas yang lebih rendah.
Makna nahy : talab tark al-fi’il dari otoritas yang lebih tinggi kepada otoritas yang lebih rendah.
Namun terkadang amar dan nahy mempunyai makna lain: 1) Doa. 2) Tahqiir. 3) Tahdiid. 4) Nasihat.
5) Sikhriyyah (olok-olok)
Istifham : Adat-adatnya
1) Dua huruf : hamzah dan hal. Perbedaan antara hamzah dan hal : a) Hamzah bisa digunakan untuk
menuntut penentuan pilihan. Dalam hal ini hamzah disertai dengan huruf “am” (atau). b) Pertanyaan
dengan hamzah cocok jika digunakan menghadapi orang yang ragu-ragu atau mendustakan.
2) Sembilan isim : 1.Maa : menuntut definisi hakikat yang ditanyakan. 2.Man : menuntut penentuan
yang ditanyakan berupa isim atau shifat yang berakal. 3.Ayyu : menuntut penentuan salah satu dari
hal-hal yang di-idhafah-kan kepadanya. 4.Kam : menanyakan jumlah. 5.Kaifa : menanyakan hal
(keadaan). 6.Aina : menanyakan tempat. 7.Annaa : terkadang bermakna “darimana (min aina)” dan
terkadang bermakna “bagaimana (kaifa)”. 8.Mataa : menanyakan waktu. 9.Ayyaana : menanyakan
waktu
Istifham : Makna-makna Yang Ditimbulkannya
Terkadang istifham bisa menimbulkan makna yang bukan makna asli istifham. Makna-makna
tersebut ialah:
1) Ta’ajjub

2) Taubikh
3) Istihzaa’
4) Wa’iid
4) Tamanniy
5) Taqriir
6) Istibthaa’
7) Istihtsaats
8) Tahwiil
Tamanniy
1) Laita
2) Hal
3) La’alla
4) Lau laa
5) Lau maa
ILMU BADII’
Thibaaq wa Muqaabalah
Thibaaq : menggabungkan dua hal yang saling bertentangan dalam sebuah kalam.
Muqabalah : jenis thibaq dimana terdapat dua makna atau lebih yang diikuti (disusul) dengan
lawannya secara urut.
Sajak : kesesuaian pada akhir dari hentian-hentian (waqaf) pada natsr. Dalam syi’r, yang demikian
ini disebut dengan qafiyah.
Sebagian ulama tidak sepakat apabila dikatakan bahwa kebanyakan ayat Al-Qur’an merupakan
sajak-sajak. Dalam hal ini mereka lebih suka menyebutnya sebagai faashilah (jamak : fawaashil).
Mereka mengemukakan dua alasan :
1) Sajak itu mesti berulang-ulang sebagaimana qafiyah dalam syi’r. Sementara, apa yang terdapat
dalam Al-Qur’an tidaklah seluruhnya demikian.
2) Sajak itu dibuat dengan mengalahkan makna dalam rangka kesesuaian bunyi atau lafazh.
Sementara, Al-Qur’an sangat memelihara makna atau menjadikan makna sebagai hal ang terpenting
diatas yang lainnya.
Jinas : keserupaan lafazh antara dua kata atau lebih tanpa disertai keserupaan makna.
Jinas ada dua : taamm dan naaqish
Tauriyah : penggunaan dua kata yang sama dengan makna yang berbeda.