Proses pengawasan dan pengang garan

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang

Pengawasan adalah proses untuk menjamin bahwa tujuan-tujuan organisasi dan
manajemen tercapai. Pengertian ini menunjukkan adanya hubungan erat antara perencanaan
dan pengawasan. Fungsi pengawasan manajemen berhubungan erat dengan fungsi-fungsi
menajerial. Pengawasan membantu penilaian apakah perencanaan, pengorganisasian,
penyusunan personalia, dan pengarahan telah dilaksanakan secara efektif. Dan fungsi
pengawasan itu sendiri harus diawasi.
Sistem pengawasan berdasar anggaran (budgetary control) sangat penting bagi suatu

organisasi. Anggaran merupakan ekspresi rencana secara kuantitatif dan finansial. Dengan
anggaran dialokasikan sumber daya pada kegiatan. Anggaran di nyatakan dalam satuan
moneter , mengandung unsur komitmen manajemen , berdasarkan sulan dan dapat di ubah
kalau kondisi berubah.

Sistem pengawasan anggaran di laksanakan pada pusat-pusat pertanggungjawaban ,
apakah itu pusat pendapataan, biaya laba ataupun investasi . Anggaran itu berjenis-jenis .
Ada yang tetap atau statis , ada yang luwes , ada yang jangka pendek , operasi, dan
anggaran utama serta anggaran jangka panjang ada pula anggaran nilai nol.
Berbagai alat analisis dapat di manfaatkan untuk membuat anggaran sehingga kita
dapat melakukan pengawasan berdasar anggaran . Alat analisis tersebut adalah analisi
break-even atau impas dan rasio.Anggaran dibuat agar berada di atas impas sehingga badan
usaha memperolah laba.
Penganggaran dalam arti luasyaitu: comprehensive profit planning control yang
membagi penganggaran bukan saja yang bersifat kuantitatif tetapi juga
kualitatif.Penganggaran dalam arti sempir yaitu: Hanya memuat aspek kuantitatif saja.
Penganggaran ini sebenarnya adalah bagian dari pelakasanaan fungsi pencatatan. Kegiatan
yang paling banyak dibantunya adalah fungsi planning dan fungsi controlling.

1.2.

Tujuan

Makalah ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang proses dalam
pengawasana serta memenuhi tugas kuliah untuk mata kuliah Penganggaran.


2

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Proses pengawasan dan penganggaran
Menurut Handoko (1998), proses pengawasan biasanya terdiri dari paling sedikit lima
tahap (langkah). Tahap-tahapnya adalah sebagai berikut:
1. Penetapan standar pelaksanaan
Standar mengandung arti sebagai suatu satuan pengukuran yang dapat digunakan
sebagai patokan untuk penilaian hasil-hasil. Tujuan, sasaran, kuota, dan target pelaksanaan
dapat digunakan sebagai standar. Adapun bentuk standar yang lebih khusus antara lain target
penjualan, anggaran, bagian pasar, marjin keuntungan, keselamatan kerja dan sasaran
produksi.
Ada tiga bentuk standar yang umum:
a. Standar-standar phisik; meliputi kuantitas barang atau jasa, jumlah langganan, atau
kualitas produk.
b. Standar-standar moneter; yang ditunjukkan dalam rupiah dan mencakup biaya tenaga
kerja, biaya penjualan, laba kotor, pendapatan penjualan, dan sejenisnya.
c. Standar-standar waktu; meliputi kecepatan produksi atau batas waktu suatu pekerjaan

harus diselesaikan.

2. Penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan
Penetapan standar adalah sia-sia bila tidak disertai berbagai cara untuk mengukur
pelaksanaan kegiatan nyata. Oleh sebab itu, langkah kedua dalam proses pengawasan adalah
menentukan pengukuran pelaksanaan kegiatan secara tepat.
Beberapa pertanyaan yang penting berikut ini dapat digunakan:
Berapa kali (how often) pelaksanaan seharusnya diukur? Setiap jam, harian,
mingguan atau bulanan? Dalam bentuk apa (what form) pengukuran akan dilakukan?
Laporan tertulis, inspeksi visual, atau melalui telepon? Siapa (who) yang terlibat? Manajer,
staf departemen? Pengukuran yang dilakukan sebaiknya mudah dilaksanakan dan tidak
mahal, serta dapat diterangkan kepada karyawan.
3. Pengukuran pelaksanaan kegiatan
Ada berbagai cara untuk melakukan pengukuran pelaksanaan, yaitu 1) pengamatan
(observasi), 2) laporan-laporan, baik lisan dan tertulis, 3) metode-metode otomatis dan 4)
inspeksi, pengujian (test), atau dengan pengambilan sampel.

3

4. Pembandingan pelaksanaan dengan standar dan analisa penyimpangan

Tahap kritis dari proses pengawasan adalah pembandingan pelaksanaan nyata dengan
pelaksanaan yang direncanakan atau standar yang telah ditetapkan. Penyimpanganpenyimpangan harus dianalisa untuk menentukan mengapa standar tidak dapat dicapai.
5. Pengambilan tindakan koreksi bila diperlukan
Bila hasil analisa menunjukkan perlunya tindakan koreksi, tindakan ini harus diambil.
Tindakan koreksi dapat diambil dalam berbagai bentuk, seperti:
a. Mengubah standar mula-mula (barangkali terlalu tinggi atau terlalu rendah)
b. Mengubah pengukuran pelaksanaan (inspeksi terlalu sering frekwensinya, atau
kurang, atau bahkan mengganti sistem pengukuran itu sendiri.)
c. Mengubah cara dalam menganalisa dan menginterpretasikan penyimpanganpenyimpangan.

2.2. Kaitan Antara Pengawasan dan Penganggaran
Untuk melihat kaitan antaran pengawasan dan penganggaran maka kita bawah dahulu
proses pengawasan.
Tahap dan proses pengawasan adalah:
a.
b.
c.
d.

Menyusun standar

Menilai prestasi
Membandingkan prestasi dewngan standar
Menilai dan menyesuaikan dengan situasi

Dalam ilmu manajemen pengawasan langkah-langkah yang diikuti dalam proses
pengawasan ini adalah sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
e.

Menyusun tujuan
Penetapan standar
Pengukuran hasil kerja
Perbandingan fakta dengan standar
Tindakan koreksi

4


Proses ini dapat dilihat dalam bentuk daigram sebagai berikut:

Tujuan

Standar

Pengukuran

Perbandingan Standar dan
Fakta

Analisa Varians

Tinadakan Koreksi

F
E
E
E
D

B
A
C
K

D
A
L
A
M
M
E
N
Y
U
S
U
N
T
U

J
U
A
N

5

a. Tujuan
Didalam proses pengawasan menyusun tujuan adalah salah satu dari proses
pengawasan yang utama. Didalam manajemen tujuan adalah suatu proses penentuan tujuan
bersamaantara penyedia dan bawahan. Manajemen berdasarkan tujuan (MBO) Manajemen
By Objectives mencakup persetujuan formal antara penyedia dan bawahan berkaitan dengan
tujuan kinerjabawahan untuk suatu periode tertentu, rencana pencapaian tujuan, standar
mengukur apabila tujuan telah tercapai, dan prosedur peninjau ulang hasil-hasil.
Tujuan kinerja biasanya tertulis dan secara formal disetujui baik oleh atasan maupun
bawahan. Ada 3 tujuan , yaitu tujuan perbaikan dengan berupaya meningkatkan factor kinerja
; tujuan pengembangan yang bertalian dengan kegiatan perkembangan pribadi , dan tujuan
pemeliharaan secara formal mencerminkan maksud menruskan kinerja berdasar peringkat
yang ada sekarang.
Sistem pengawasan berdasar anggaran (budgetary control) sangat penting bagi suatu

organisasi. Anggaran merupakan ekspresi rencana secara kuantitatif dan finansial. Dengan
anggaran dialokasikan sumber daya pada kegiatan. Anggaran di nyatakan dalam satuan
moneter , mengandung unsur komitmen manajemen , berdasarkan sulan dan dapat di ubah
kalau kondisi berubah.Sistem pengawasan anggaran di laksanakan pada pusat-pusat
pertanggungjawaban , apakah itu pusat pendapataan, biaya laba ataupun investasi .
Anggaran itu berjenis-jenis . Ada yang tetap atau statis , ada yang luwes , ada yang jangka
pendek , operasi, dan anggaran utama serta anggaran jangka panjang ada pula anggaran nilai
nol.Berbagai alat analisis dapat di manfaatkan untuk membuat anggaran sehingga kita dapat
melakukan pengawasan berdasar anggaran . Alat analisis tersebut adalah analisi break-even
atau impas dan rasio. Anggaran dibuat agar berada di atas impas sehingga badan usaha
memperolah laba.
Urutan yang ditempuh dalam MBO adalah sbb;
1. Para anggota menyusun tujuan kinerja yang pokok untuk masa datang sekaligus
dengan jadwal pencapainya.
2. Tujuan diusulkan pada penyedia agar ditinjau ulang; dilakukan diskusi anatara
penyelia dan bawahan sehingga tercapai tujuan yang disetujui bersama
3. Penyelia dan bawahan bertemu secara periodik meninjau ulang kemajuan dan
melakukan revisi atau memperbaharui tujuan bila di perlukan
4. Pada akhir tahun , para anggota menyerahkan laporan kinerja yang memuat pencapain
tujuan dan komentar penyimpangan.

5. Penilain diri / pengawasn diri ini dibicarakan dengan penyelia; alas an mengapa
tujuan tak tercapai di bicarakan disini.
6. Tujuan yang baru ditetapkan untuk tahun yang akan datang; dan baru MBO mulai.

6

b. Menetapkan standar
Standar mengandung arti sebagai suatu satuan pengukuran yang dapat digunakan sebagai
patokan untuk penilaian hasil-hasil. Tujuan, sasaran, kuota, dan target pelaksanaan dapat
digunakan sebagai standar. Adapun bentuk standar yang lebih khusus antara lain target
penjualan, anggaran, bagian pasar, marjin keuntungan, keselamatan kerja dan sasaran
produksi.Ada tiga bentuk standar yang umum antara lain:
1. Standar-standar phisik; meliputi kuantitas barang atau jasa, jumlah langganan, atau
kualitas produk.
2. Standar-standar moneter; yang ditunjukkan dalam rupiah dan mencakup biaya tenaga
kerja, biaya penjualan, laba kotor, pendapatan penjualan, dan sejenisnya.
3. Standar-standar waktu; meliputi kecepatan produksi atau batas waktu suatu pekerjaan
harus diselesaikan.

c. Mengukur hasil kerja

Langkah kedua dalam proses pengawasan adalah menentukan pengukuran
pelaksanaan kegiatan secara tepat untuk mendapatkan hasil kerja. Ada berbagai cara untuk
melakukan pengukuran pelaksanaan antara lain yaitu sebagai beriku:
1) pengamatan (observasi),
2) laporan-laporan, baik lisan dan tertulis,
3) metode-metode otomatis dan
4) inspeksi, pengujian (test), atau dengan pengambilan sampel.

d. Perbandingan fakta dengan standar
Tahap kritis dari proses pengawasan adalah pembandingan pelaksanaan nyata dengan
pelaksanaan yang direncanakan atau standar yang telah ditetapkan. Penyimpanganpenyimpangan harus dianalisa untuk menentukan mengapa standar tidak dapat dicapai.
e. Tindakan koreksi
Bila hasil analisa dalam perbandingan fakta dan standar menunjukkan perlunya
tindakan koreksi, tindakan ini harus diambil. Tindakan koreksi dapat diambil dalam berbagai
bentuk, seperti:
1. Mengubah standar mula-mula (barangkali terlalu tinggi atau terlalu rendah)
2. Mengubah pengukuran pelaksanaan (inspeksi terlalu sering frekwensinya, atau
kurang, atau bahkan mengganti sistem pengukuran itu sendiri.)

7

3. Mengubah cara dalam menganalisa dan menginterpretasikan penyimpanganpenyimpangan.

2.3.Kaitannya dengan Penganggaran
Melalui tahap-tahap pengawasan ini maka dapat dilihat bahwa setiap tahap tidak bisa
melepaskan diri dari akuntansi. Dalam menyusun tujuan diperlukan informasi dari system
yang dihasilkan akuntansi dan format penyajiannya juga harus sesuai dengan format
akuntansi. Penetapan standar yang sebenarnya merupakan bagian dari proses perencanaan
juga Menggunakan data dari format akuntansi. Pengukuran hasil kerja juga dilakukan melalui
pencatatan kejadian atau transaksi yang dilakukan akuntansi melalui prosedur akuntansi
sampai akhirnya dilaporkan melalui laporan keuangan.
Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa akuntansi memiliki komponen pengawasan
yang built in dalam system akuntansi itu sendiri. Manajer akan selalu hati-hati dalam
menjalankan perusahaan karena ia sadar bahwa setiap kebijaksanaan dan tindakan yang
dilakukannya tidak bisa lepas dari “pipa atau alur” siklus akuntansi, direkam, dicatat dan
akhirnya akan digambarkan dalam laporan keuangan yang akan dibaca oleh pihak yang
berkepentingan nantinya. Dengan demikian secara sadar atau tidak sadar akuntansi dan
penganggaran juga melakukan fungsi pengawasan.
Budgeting atau penganggaran yang kita kenal ada dua konsep yaitu:
a. Penganggaran dalam arti luasyaitu: comprehensive profit planning control yang
membagi penganggaran bukan saja yang bersifat kuantitatif tetapi juga kualitatif.
b. Penganggaran dalam arti sempir yaitu: Hanya memuat aspek kuantitatif saja.
Penganggaran ini sebenarnya adalah bagian dari pelakasanaan fungsi pencatatan.
Kegiatan yang paling banyak dibantunya adalah fungsi planning dan fungsi
controlling.
Penganggaran dapat disajikan sebagai manifestasi dari rencana yang akan dicapai oleh
perusahaan dan pada saat yang sama budget itu menjadi alat control. Ia sebagai panduan yang
hatus dicapai, sehingga manajemen memiliki standar atau sasaran. Dengan demikian maka
manajemen dapat melakukan fungsi pengawasan tang berarti mengupayakan agar tiap
rencana dapat tercapai.

8

BAB III
PENUTUP

3.1.KESIMPULAN
tahap-tahap dalam proses pengawasan terdapat 5 tahapan, yaitu penetapan standar, penentuan
pengukuran pelaksanaan kegiatan, pengukuran pelaksanaan kegiatan, pembandingan pelaksanaan
dengan standar dan analisa penyimpangan, dan pengambilan tindakan koreksi bila diperlukan.
Pentingnya pengawasan juga sering mempunyai konotasi yang tidak menyenangkan karena
dianggap akan mengancam kebebasan dan otonomi pribadi lalu perancangan proses pengawasan
terdapat 5 tahapan, yaitu merumuskan hasil yang diinginkan, menetapkan penunjuk hasil, menetapkan
standar penunjuk dan hasil, menetapkan jaringan informasi dan umpan balik, dan menilai informasi
serta mengambil tindakan koreksi.

3.2.SARAN
Dalam melaksanakan pengawasan diperlukan kerjasama yang baik dengan seluruh
stakeholders agar dapat terlaksana dengan baik serta meminimalkan resiko yang tidak diinginkan.

9

DAFTAR PUSTAKA

Handoko, T. Hani. 1998. Manajemen, Edisi Kedua. Yogyakarta: BPFE.
Handoko, Hani. 2003. Manajemen. Edisi . Yogyakarta: BPFE YOGYAKARTA.
Julita,SE., M.Si. dkk. 2014. Penganggaran Perusahaan. Medan: Ciptapustaka media
(Muhkition) Istina Sari . Rabu, 21 September 2016. Bagan Proses Pengawasan dalam
Manajemen.Retrieved From http://www.semuapilihanku.tk/2016/09/bagan-prosespengawasan-dalam-manajemen.html