komunikasi antar pribadi dan kelompok ma

MANAJEMEN PRIVASI KOMUNIKASI

KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI DAN KELOMPOK
Adelia Putri

1471500411

Fasya Afifah

1471500353

Lusy Permata. S

1471500171

Rekcy Okta. S

1471500809

Trisnadi Wicaksono 1471500296
Yoel Christianto


1471501534

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS BUDI LUHUR
JAKARTA
2016

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
Rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
tentang Manajemen Privasi Komunikasi. Dan juga kami berterima kasih pada Bapak
Taufan Prahara Gunadi, M.I.Kom selaku Dosen mata kuliah Komunikasi Antar
Pribadi dan Kelompok yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai Manajemen Privasi Komunikasi. Kami
juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan
jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan
usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan penulis memohon kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan masa depan.

Jakarta, 06 Juni 2016

BAB I

1.1

Latar Belakang
Teori Manajemen Privasi Komunikasi (Communication Privacy Management

CPM) dikembangkan oleh Sandra Petronio (2002). Ia menyatakan bahwa CPM
adalah teori praktis yang didesain untuk menjelaskan isu-isu “keseharian” seperti
yang digambarkan dalam kegiatan sehari-hari. Ketika kita bertemu dengan berbagai
macam orang dalam kehidupan rekan sekerja, teman sekelas, anggota keluarga,
teman sekamar, dan seterusnya kita terlibat di dalam negosisasi kompleks antara

privasi dan keterbukaan. Memutuskan apa yang akan diungkapkan dan apa yang
harus dirahasiakan bukanlah keputusan yang dapat langsung diambil, melainkan
merupakan tindakan penyeimbangan yang berlangsung secara terus-menerus.
Kita berusaha untuk menimbang tuntutan-tuntutan situasi dengan kebutuhan
kita dan orang lain yang ada disekitar kita. Privasi merupakan hal yang penting bagi
kita karena hal ini memungkinkan kita untuk merasa terpisah dari orang lain.hal ini
memberikan kita perasaan bahwa kita adalah pemilik sah adalah pemilik sah dari
informasi mengenai diri kita. Ada resiko yang dapat muncul dari pembukaan kepada
orang yang salah, membuka diri pada saat yang tidak tepat, mengatakan terlalu
banyak tentang diri kita sendiri, atau berkompromi dengan orang lain. Dilain pihak,
pembukaan dapat memberikan keuntungan yang besar, kita dapat meningkatkan
kontrol sosial, memvalidasi perspektif kita, dan menjadi lebih intim dengan pasangan
kita dalam suatu hubungan ketika membuka diri.

BAB II
ISI

2.1

Penjelasan

Teori Manajemen Privasi Komunikasi (Communication Privacy Management

CPM) dikembangkan oleh Sandra Petronio (2002). Teori ini adalah teori yang
menjelaskan proses yang digunakan orang untuk mengelola hubungan antara
menutupi dan mengungkapkan informasi privat. Teori praktis yang di desain untuk
menjelaskan isu-isu “keseharian”. Sebagaimana diamati oleh Petronio, untuk
mengatakan sesuatu apa yang kita pikirkan terhadap orang lain adalah hal yang rumit.
Dan memutuskan apa yang akan diungkapkan bukanlah keputusan yang langsung
dapat diambil.

2.2

Asumsi Dasar Manajemen Privasi Komunikasi
Teori Manajemen Privasi Komunikasi (CPM) tertarik untuk menjelaskan

proses-proses negosiasi orang seputar pembukaan informasi privat. Petronio (2000)
menyatakan bahwa yang mendefinisikan informasi privat sebagai informasi mengenai
hal-hal yang sangat berarti bagi mereka. Oleh karena itu, proses mengkomunikasikan
informasi privat dalam hubungan dengan orang lain menjadi pembukaan diri. CPM
berfokus pada pembukaan pribadi daripada pembukaan diri.

Teori ini tidak membatasi proses ini hanya kepada diri, tetapi memperluas
mencakup banyak level pembukaan termasuk kelompok dan organisasi. Untuk
mencapai tujuan ini, teori CPM mengajukan lima asumsi dasar : informasi privat,
batasan privat, kontrol dan kepemilikan, sistem manajemen berdasarkan aturan, dan
dialektika manajemen. Dibawah ini sekilas asumsi dasar CPM diadaptasi dari
Petronio, 2002.

Informasi Privat
Batasan Privat
Asumsi

Kontrol dan Kepemilikan
Sistem Manajemen Berdasarkan Aturan
Dialektika Manajemen

Karakteristik aturan Privasi:
Pengembangan aturan
Atribut-atribut aturan

Proses-proses dalam

Sistem Manajemen
Berdasarkan aturan

Koordinasi batasan:
Pertalian batasan
Hak-hak kepemilikan batasan
Daya tembus batasan

Turbulensi batasan

INFORMASI PRIVAT
Asumsi yang pertama, informasi privat merujuk pada cara tradisional untuk
berpikir mengenai pembukaan. Ini merupakan informasi mengenai hal-hal yang
sangat berarti bagi seseorang yang sifatnya privat. Isi dari pembukaan memungkinkan
kita untuk menguraikan konsep-konsep mengenai privasi dan keintiman dan
mempelajari bagaimana mereka saling berhubungan. Keintiman adalah perasaan atau
keadaan seseorang secara mendalam dalam cara fisik, psikolgi, emosional, dan
perilaku karena orang ini penting dalam kehidupan seseorang.

BATASAN PRIVAT

Asumsi kedua adalah batasan privat (private boundaries). CPM bergantung
pada metafora batasan untuk menjelaskan bahwa terdapat garis antara bersikap public
dan bersikap privat. Ketika informasi privat dibagikan batasan disekelilingnya disebut
batasan kolektif (collective boundary), dan informasi itu tidak hanya mengenai diri:
informasi ini menjadi milik hubungan yang ada. Ketika informasi privat tetap
disimpan oleh seorang individu dan tidak dibuka, maka batasannya disebut batasan
personal (personal boundary).

KONTROL DAN KEPEMILIKAN
Asumsi yang ketiga berkaitan dengan kontrol dan kepemilikan. Asumsi ini
bergantung pad aide bahwa orang merasa mereka memiliki informasi privat mengenai
diri mereka sendiri. Sebagai pemilik informasi ini, mereka percaya bahwa mereka
harus ada dalam posisi untuk mengontrol siapa saja (jika memang ada) yang boleh
mengakses informasi ini.

SISTEM MANAJEMEN BERDASARKAN ATURAN
Asumsi yang keempat dari teori CPM adalah sistem manajemen
berdasarkan aturan. Sistem ini adalah kerangka untuk memahami keputusan yang
dibuat orang mengenai informasi privat. Sistem manajemen berdasarkan aturan
memungkinkan pengelolaan pada level individual dan kolektif serta merupakan

pengaturan rumit yang terdiri atas tiga proses:
1. KARAKTERISTIK ATURAN PRIVASI
Karakteristik aturan privasi adalah salah satu proses di dalam sistem
manajemen aturan privasi, yang mendeskripsikan sifat dasar dari aturan
privasi. Karakteristik ini memiliki dua fitur utama yaitu pengembangan aturan

dan atribut aturan. Pengembangan aturan (rule development) dituntun oleh
kriteria-kriteria keputusan orang untuk mengungkapkan atau menutupi
informasi privat. Teori CPM menyatakan bahwa lima kriteria keputusan
digunakan untuk mengembangkan aturan-aturan privasi: kriteria berdasarkan
budaya,

kriteria

berdasarkan

gender,

kriteria


motivasional,

kriteria

kontekstual, dan kriteria rasio resiko-keuntungan. Aspek yang kedua dari
karakteristik aturan privasi adalah atribut aturan privasi.
2. KOORDINASI BATASAN
Proses yang kedua yang terdapat dalam sistem manajemen berdasarkan aturan
adalah koordinasi batasan (boundary coordination), yang merujuk pada
bagaimana kita mengelola informasi yang dimiliki bersama. Pertalian batasan
(boundary linkaze) merujuk pada hubungan yang membentuk aliansi batasan
antar individu. Kepemilikan batasan (boundary ownership) merujuk pada hakhak dan keistimewaan yang diberikan kepada pemilik pendamping (co-owner)
dari sebuah informasi privat. Terakhir koordinasi batasan dicapai melalui daya
tembus batasan (boundary permeability) yang merujuk pada seberapa banyak
informasi dapat melalui batasan yang ada. Ketika akses terhadap suatu
informasi privat ditutup, batasannya disebut sebagai batasan tebal (batasan
tertutup yang memungkinkan sedikit atau tidak ada informasi yang dapat
lewat), sedangkan ketika aksesnya terbuka, batasannya disebut sebagai
batasan tipis (batasan terbuka yang memungkinkan semua informasi lewat)
3. TURBULENSI BATASAN

Turbulensi batasan (boundary turbulence) muncul ketika aturan-aturan
koordinasi batasan tidak jelas atau ketika harapan orang untuk manajemen
privasi berkonflik anatara satu dengan yang lainnya. Kasus yang mungkin
dalam turbulensi batasan adalah bocornya suatu rahasia seseorang atau
organisasi ke pihak orang lain.
DIALEKTIKA MANAJEMEN

Asumsi yang kelima, dialektika manajemen privasi, berfokus pada
ketegangan-ketegangan antara keinginan untuk mengungkapkan informasi privat dan
keinginan untuk menutupinya. Tesis dasar dari teori ini didasarkan pada kesatuan
dialektika yang merujuk pada ketegangan-ketegangan yang dialami oleh orang
sebagai akibat dari oposisi dan kontradiksi.

BAB III

PENUTUP

3.1

Kesimpulan

Setelah mempelajari teori Manajemen Privasi Komunikasi, teori ini
membantu kita untuk memilah dan menjelaskan kempleksitas proses
negosiasi antara privasi dan keterbukaan. Pembukaan diri di dalam
hubungan membutuhkan pengelolaan batasan public dan batasan privat.
Batasan-batasan ini ada diantara perasaan yang ingin diutarakan oleh
seseorang dan perasaan yang ingin disimpan.
Tidak semua informasi harus disampaikan ke orang lain. Ada informasi
yang dibagikan di pembukaan pribadi dan tertutup hanya untuk orang
yang sudah dipercaya. Ada juga hal-hal yang dapat membuat hubungan
menjadi rusak karena tidak mempertimbangkan berbagai hal, mulai dari
tempat, subjek, karakteristik orang, dan masih banyak lagi.

DAFTAR PUSTAKA

West, Richard & Lyn, H. Tumer (2012). Pengantar Teori Komunikasi-Analisis dan
Aplikasi. Bandung : Salemba Humanika.