ETIKA MORAL dan akhlahkBIOETIKA docx

ETIKA, MORAL dan BIOETIKA
Oleh : FX Ady Soesetijo
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember

A. Pendahuluan
Etika merupakan ilmu mengenai kesusilaan, yaitu telaah dan penilaian perbuatan manusia
ditinjau dari kesusilaannya. Etika juga dapat dipandang sebagai sarana orientasi bagi usaha
manusia untuk menjawab suatu pertanyaan yang amat fundamental, yaitu : Bagaimana saya
harus hidup dan bertindak ? Atas dasar pertanyaan tersebut, sebenarnya ada banyak pihak
yang berhak menjawab pertanyaan tersebut untuk kita dengarkan : orang tua, guru, adat
istiadat dan tradisi, teman, lingkungan sosial, agama, negara, serta berbagai ideologi. Tetapi
apakah benar yang mereka katakan ? Dan bagaimana kalau mereka masing-masing
memberikan nasehat yang berlainan ? Lalu siapa yang harus kita ikuti ? Dalam situasi
ini etika mau membantu kita untuk mencari orientasi, yang tujuannya adalah agar kita tidak
hidup dengan cara ikut-ikutan saja terhadap berbagai pihak yang akan menetapkan
bagaimana kita harus hidup, melainkan agar kita dapat mengerti sendiri mengapa kita harus
bersikap

begini

atau


begitu.

Etika

mau

membantu,

agar

kita

lebih

mampu

mempertanggungjawabkan kehidupan kita.
Etika merupakan filsafat atau pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran-ajaran dan
pandangan-pandangan moral. Etika adalah sebuah ilmu, bukan sebuah ajaran. Jadi etika dan

ajaran-ajaran moral tidak berada di tingkat yang sama. Yangmengatakan bagaimana kita
harus hidup, bukan etika, melainkan ajaran moral. Etika, mau mengerti dan memahami
mengapa kita harus mengikuti ajaran moral tertentu, atau bagaimana kita dapat mengambil
sikap yang bertanggungjawab terhadap berbagai ajaran moral yang ada.
Dalam menjalankan tugas profesinya, seorang dokter akan selalu terkait dengan bioetika
maupun etika kedokteran gigi, yang kemudian akan diatur dalam kode etik kedokteran gigi.
Namun kini, tidak sedikit dokter gigi (drg) yang melanggar bioetika atau etikanya sebagai
seorang drg dalam menghadapi pasien, sehingga menyebabkan hal tersebut menjadi sorotan
masyarakat dan menimbulkan persepsi dikalangan masyarakat bahwa semua drg dapat
melakukannya. Segelintir drg yang melakukan pelanggaran tersebut akan mengurangi
kepercayaan masyarakat terhadap drg, sehingga meyamaratakan pandangan itu terhadap
semua drg. Nampaknya, meskipun drg telah berupaya melaksanakan tugas profesinya sesuai
dengan standar profesi dan rambu-rambu pelaksanaannya sesuai dengan kode etik kedokteran

1

gigi, tetapi tetap masih ada beberapa dokter yang menjadi sorotan masyarakat dengan
berbagai tuduhan.
Akhir-akhir ini keluhan masyarakat terhadap para drg makin sering terdengar, antara lain
mengenai kurangnya waktu yang disediakan untuk pasiennya, kurang lancarnya komunikasi,

kurangnya informasi yang diberikan drg kepada pasien/keluarganya, serta tingginya biaya
pengobatan. Hal tersebut disebabkan oleh meningkatnya taraf pendidikan dan kesadaran
hukum masyarakat, yaitu masyarakat lebih menyadari akan haknya seiring dengan
munculnya masalah-masalah hak asasi manusia dalam dasawarsa terakhir ini. Memang suatu
masyarakat akan tertib dan tenteram jika setiap anggotanya memahami, menghayati dan
mengamalkan hak dan kewajibannya masing-masing. Demikian pula dalam suatu kontrak
terapeutik antara drg dan pasien, tiap-tiap pihak mempunyai hak dan kewajibannya. Kode
Etik Kedokteran Gigi Indonesia sekarang ini hanya berisikan kewajiban-kewajiban drg dan
belum memuat hak drg, begitu pula belum termasuk semua hak dan kewajiban pasien. Karena
itu perlu dikaji hal-hal tersebut, yang menyangkut hubungan dokter dan pasien, sehingga
tidak selalu menimbulkan konflik yang merisaukan kedua belah pihak.
B. Etika
Etika merupakan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan upaya menentukan
perbuatan yang di lakukan manusia untuk dikatakan baik atau buruk, dengan kata lain aturan
atau pola tingkah laku yang di hasilkan oleh akal manusia. Dengan adanya etika pergaulan
dalam masyarakat akan terlihat baik dan buruknya. Etika bersifat relatif yakni dapat berubahubah sesuai dengan tuntutan zaman.
Etika diartikan ”sebagai ilmu yang mempelajari kebaikan dan keburukan dalam hidup
manusia khususnya perbuatan manusia yang didorong oleh kehendak dan didasari pikiran
yang jernih dengan pertimbangan perasaan”.
Etika ialah suatu cabang ilmu filsafat. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa etik adalah

disiplin yang mempelajari tentang baik dan buruk sikap tindakan manusia. Etika merupakan
bagian filosofis yang berhubungan erat dengan nilai manusia dalam menghargai suatu
tindakan, apakah benar atau salah, dan penyelesaiannya baik atau tidak.
Menurut bahasa, berasal dari bahasa Yunani Ethos, yang artinya kebiasaan atau tingkah laku.
Ethic (bahasa Inggris), yang berarti tingkah laku / perilaku manusia yang baik → tindakan
yang harus dilaksanakan manusia sesuai dengan moral pada umumnya.
Sedangkan dalam koteks lain secara luas dinyatakan bahwa : ETIKA adalah aplikasi dari
proses dan teori filsafat moral terhadap kenyataan yang sebenarnya. Hal ini berhubungan
2

dengan prinsip-prinsip dasar dan konsep yang membimbing makhluk hidup dalam berpikir
dan bertindak serta menekankan nilai-nilai mereka.
Sebagai suatu ilmu maka Etika terdiri atas berbagai macam jenis dan ragamnya antara lain :
1. Etika deskriptif, yang memberikan gambaran dan ilustrasi tentang tingkah laku manusia
ditinjau dari nilai baik dan buruk serta hal-hal mana yang boleh dilakukan sesuai dengan
norma etis yang dianut oleh masyarakat.
2. Etika normatif, membahas dan mengkaji ukuran baik buruk tindakan manusia, yang
biasanya dikelompokkan menjadi :
a. Etika Umum: Yang membahas berbagai berhubungan dengan kondisi manusia untuk
bertindak etis dalam mengambil kebijakan berdasarkan teori-teori dan prinsip-prinsip

moral.
b. Etika khusus : Terdiri dari etika social, etika individu dan etika terapan.
-Etika sosial : Menekankan tanggung jawab social dan hubungan antar sesame manusia
dalam aktivitasnya
- Etika individu: lebih menekankan pada kewajiban-kewajiban manusia sebagai pribadi.
- Etika terapan adalah etika yang diterapkan pada profesi.
C. MORAL
Secara kebahasaan perkataan moral berasal dari ungkapan bahasa latin mores yang
merupakan bentuk jamak dari perkataan mos yang berarti adat kebiasaan. Dalam kamus
umum bahasa Indonesia dikatakan bahwa moral adalah penetuan baik buruk terhadap
perbuatan dan kelakuan. Tolak ukur yang digunakan moral untuk mengukur tingkah laku
manusia adalah adat istiadat, kebiasaan, dan lainnya yang berlaku di masyarakat. Etika dan
moral sama artinya tetapi dalam pemakaian sehari-hari ada sedikit perbedaan. Moral dipakai
untuk perbuatan yang sedang dinilai, sedangkan etika di pakai untuk sistem nilai yang ada.
Teori moral mencoba memformulasikan suatu prosedur dan mekanisme untuk pemecahan
masalah-masalah etik.
Terdapat beberapa pendapat apa yang dimaksud dengan moral.
1. Menurut kamu Kamus Bahasa Indonesia (Tim Prima Pena) : Ajaran tentang baik buruk
yang di terima umum mengenaik akhlak-akhlak dan budi pekerti, kondisi mental yang
memperngaruhi seseorang menjadi tetap bersemangat, berani, disiplin, dan lain-lain.

2. Ensiklopedia Pendidikan : Suatu istilah untuk menentukan batas-batas dari sifat-sifat,
corak-corak, maksud-maksud, pertimbangan-pertimbangan, atau perbuatan-perbuatan

3

yang layak dapat dinyatakan baik/buruk, benar/salah,Lawannya amoral, Suatu istilah
untuk menyatakan bahwa baik-benar itu lebih daripada yang buruk/salah.
Bila dilihat dari sumber dan sifatnya, ada moral keagamaan dan moral sekuler. Moral
keagamaan kiranya telah jelas bagi semua orang, sebab untuk hal ini orang tinggal
mempelajari ajaran-ajaran agama yang dikehendaki di bidang moral. Moral sekuler
merupakan moral yang tidak berdasarkan pada ajaran agama dan hanya bersifat duniawi
semata-mata. Bagi kita umat beragama, tentu moral keagamaan yang harus dianut dan
bukannya moral sekuler.
D. PERBEDAAN ETIKA DAN MORAL
Meskipun secara etimologi arti kata etika dan moral mempunyai pengertian yang sama,
tetapi tidak persis dengan moralitas. Etika adalah penelaah terhadap aktivitas kehidupan
manusia sehari-hari, sedangkan moralitas merupakan subjek yang menjadi penilai benar atau
tidak. Beberapa perbedaan etika dan moral adalah :
1) moral mengajarkan apa yang benar sedangkan etika melakukan yang benar.
2) moral mengajarkan bagaimana seharusnya hidup sedangkan etika berbuat atau

bertindak sesuai dengan apa yang telah diajarkan dalam pendidikan moral.
3) moral menyediakan “rel” kehidupan sedangkan etika berjalan dalam “rel”kehidupan.
4) moral itu rambu-rambu kehidupan sedangkan etika mentaati rambu-rambu
kehidupan.
5) moral itu memberikan arah hidup yang harus ditepumpuh sedangkan etika berjalan
sesuai arah yang telah ditetapkan (menuju arah).
6) moral itu seperti kompas dalam kehidupan sedangkan etika memperhatikan dan
mengikuti arah kompas dalam menjalani kehidupan.
7) moral ibarat peta kehidupan sedangkan etika mengikuti peta kehidupan.
8) moral itu pedoman kehidupan sedangkan etika mengiuti pedoman.
9) moral tidak bisa dimanipulasi sedangkan etika bisa dimanipulasi
10) moral itu aturan yang wajib ditaati oleh setiap orang sedangkan etika sering
berorientasi pada situasi dan kondisui, motif, tujuan, kepentingan, dan sebagainya.
11) moral sumber acuannya adalah norma dan adat istiadat, sedangkan etika bersumber
pada akal manusia
12) moral memandang tingkah laku manusia secara lokal atau khusus, sedangkan etika
berpandangan pada tingkah laku manusia secara umum

4


Tanpa pedoman moral, manusia tidak mempunyai dasar bagaimana berperilaku dalam
dunia yang multi arah. Manusia tidak akan mampu mengambil keputusan etis yang baik,
tepat, dan benar. Pada dasarnya hidup manusia akan cenderung salah arah tanpa acuan moral.
Sebagai contoh, membuang sampah ke sungai. Jika kita adalah manusia yang
bermoral, kita tidak akan melakukan hal tersebut karena kita sadar perbuatan tersebut
dapat merugikan banyak pihak, yaitu sesama manusia dan ekosistem alam. Tetapi
karena banyak manusia yang tidak bermoral atau tidak menyadari bahkan tidak
mengetahui bahwa perbuatan membuang sampah ke sungai adalah buruk, diperlukan
suatu ketetapan baik secara tertulis maupun lisan bahwa membuang sampah ke sungai
dapat merugikan orang lain dan ekosistem. Ketetapan tersebut dihasilkan dari kajian
tentang tingkah laku manusia membuang sampah dengan mempertimbangkan baik
buruknya perbuatan tersebut. Ketetapan tersebut dipelajari dalam etika lingkungan.
E. HUBUNGAN ANTARA ETIKA DAN MORAL
Ada beberapa persamaan antara etika dan moral, yaitu sebagai berikut :
1. Etika dan moral mengacu kepada ajaran atau gambaran tentang perbuatan, tingkah laku,
sifat dan perangai yang baik
2. Etika dan moral merupakan prinsip atau aturan hidup manusia untuk menakar martabat dan
harkat kemanusiaannya. Sebaliknya semakin rendah kualitas etika, moral dan susila
seseorang atau sekelompok orang, maka semakin rendah pula kualitas kemanusiaannya
3. Etika dan moral seseorang atau sekelompok orang bukan merupakan faktor keturunan yang

bersifat tetap, statis dan konstan, tetapi merupakan potensi positif yang dimiliki setiap
orang. Untuk pengembangan potensi positip tersebut diperlukan pendidikan, pembiasaan
dan keteladanan, serta dukungan lingkungan, mulai dari keluarga, sekolah dan masyarakat
yang secara terus menerus, berkesinambungan, dengan tingkat konsistensi yang tinggi.
4. Persamaan ke tiga point tersebut di atas terletak pada fungsi dan peran, yaitu menentukan
hukum atau nilai dari suatu perbuatan manusia untuk ditetapkan baik atau buruk.
Secara ringkas persamaan tersebut di atas terdapat dalam 3 (tiga) hal, yaitu :
Objek
Ukuran
Tujuan

: perbuatan manusia
: baik dan buruk
: membentuk kepribadian manusia

F. PERBEDAAN ETIKA DAN ETIKET
5

1. Etiket menyangkut cara melakukan perbuatan manusia. Etiket menunjukkan cara yang
tepat


artinya

cara

yang

diharapkan

serta

ditentukan

dalam

sebuah

kalangan tertentu.Etika tidak terbatas pada cara melakukan sebuah perbuatan, etika
memberi norma tentang perbuatan itu sendiri. Etika menyangkut masalah apakah sebuah
perbuatan boleh dilakukan atau tidak boleh dilakukan.

2. Etiket hanya berlaku untuk pergaulan.Etika selalu berlaku walaupun tidak ada orang lain.
Barang yang dipinjam harus dikembalikan walaupun pemiliknya sudah lupa.
3. Etiket bersifat relatif. Yang dianggap tidak sopan dalam sebuah kebudayaan, dapat saja
dianggap sopan dalam kebudayaan lain.Etika jauh lebih absolut. Perintah seperti “jangan
berbohong”, “jangan mencuri” merupakan prinsip etika yang tidak dapat ditawar-tawar.
4. Etiket hanya memadang manusia dari segi lahiriah saja sedangkan etika memandang
manusia dari segi dalam. Penipu misalnya tutur katanya lembut, memegang etiket namun
menipu. Orang dapat memegang etiket namun munafik sebaliknya seseorang yang
berpegang pada etika tidak mungkin munafik karena seandainya dia munafik maka dia
tidak bersikap etis. Orang yang bersikap etis adalah orang yang sungguh-sungguh baik.
G. BIOETIKA
Bioetik berasal dari bahasa Yunani; bios yang berarti hidup atau kehidupan, dan ethos
yang berarti norma-norma atau nilai-nilai moral. Bioetika merupakan studi tentang masalah
yang ditimbulkan oleh perkembangan di bidang biologi dan ilmu kedokteran baik skala mikro
maupun makro, tidak hanya memperhatikan masalah-masalah yang terjadi pada masa
sekarang, tetapi juga memperhitungkan kemungkinan timbulnya pada masa yang akan
datang. Bioetika membicarakan masalah medis (seperti rekayasa genetik, implantasi dan
reproduksi buatan), masalah kesehatan, faktor budaya yang berperan dalam lingkup
kesehatan masyarakat, hak pasien, moralitas penyembuhan tradisional, penelitian kesehatan
pada manusia dan hewan percobaan, dan sebagainya.
Dalam bioetika terdapat empat prinsip yang harus dipenuhi oleh seorang dokter, yaitu :
1. Beneficience
Adalah prinsip moral yang mengutamakan tindakan yang ditujukan ke kebaikan pasien.
Dalam beneficence tidak hanya dikenal perbuatan untuk kebaikan saja, melainkan juga
perbuatan yang sisi baiknya (manfaat) lebih besar daripada sisi buruknya. Pada prinsip ini
kepentingan pasien menjadi hal yang paling utama. Hal-hal lain yang terdapat pada prinsip
beneficience adalah :

6



Melindungi dan mempertahankan hak-hak yang lain



Mencegah terjadinya kerugian



Menghilangkan kondisi penyebab kerugian



Menolong orang cacat



Menyelamatkan orang dari bahaya

2. Non-Maleficience
Adalah prinsip moral yang melarang tindakan yang memperburuk keadaan pasien. Yang
harus diperhatikan oleh seorang dokter pada prinsip ini adalah :


Tidak boleh berbuat jahat atau membuat derita pasien



Meminimalisasi akibat buruk



Dokter sanggup mencegah bahaya yang terjadi pada pasien



Tindakan kedokterannya dapat terbukti efektif



Lebih besar manfaat bagi pasien dari pada kerugian dokter

3. Justice
Adalah prinsip moral yang mementingkan fairness dan keadilan dalam bersikap maupun
dalam mendistribusikan sumber daya (distributive justice). Pada prinsip ini dokter tidak boleh
mendeskriminasikan pasien dalam hal apapun. Dokter harus menerima pasien, memberikan
kesamaan sumbangan sesuai kebutuhan pasien, dan memberikan kesamaan beban sesuai
dengan kemampuan pasien.
4. Autonomy
Adalah prinsip moral yang menghormati hak-hak pasien, terutama hak otonomi pasien (the
rights to self determination). Prinsip moral inilah yang kemudian melahirkan doktrin
informed consent. Isi dari informed concent adalah tindakan medis terhadap pasien harus
mendapat persetujuan dari pasien tersebut, setelah ia diberi informasi dan memahaminya.

H. ETIKA KEDOKTERAN
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia DEPDIKBUD/1998, etika adalah :
1.

Ilmu tentang apa yang baik, apa yang buruk, dan tentang hak dan kewajiban moral.

2.

Kumpulan atau seperangkat azas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak.
7

3.

Nilai yang benar dan salah yang diamati suatu golongan atau masyarakat.

Sedangkan menurut Kamus Kedokteran (Ramli dan Pamuncak tahun 1997), etika adalah
pengetahuan tentang perilaku yang benar dalam satu profesi.
Praktek kedokteran juga berpegang kepada prinsip-prinsip moral kedokteran, prinsip-prinsip
moral yang dijadikan arahan dalam membuat keputusan dan bertindak, arahan dalam menilai
baik-buruknya atau benar-salahnya suatu keputusan atau tindakan medis dilihat dari segi
moral. Pengetahuan etika ini dalam perkembangannya kemudian disebut sebagai etika
biomedis. Etika biomedis memberi pedoman bagi para tenaga medis dalam membuat
keputusan klinis yang etis (clinical ethics) dan pedoman dalam melakukan penelitian di
bidang medis.
Nilai-nilai materialisme yang dianut masyarakat harus dapat dibendung dengan memberikan
latihan dan teladan yang menunjukkan sikap etis dan profesional dokter, seperti autonomy
(menghormati hak pasien, terutama hak dalam memperoleh informasi dan hak membuat
keputusan tentang apa yang akan dilakukan terhadap dirinya), beneficence (melakukan
tindakan untuk kebaikan pasien), non maleficence (tidak melakukan perbuatan yang
memperburuk pasien) dan justice (bersikap adil dan jujur), serta sikap altruisme (pengabdian
profesi).
IDI (Ikatan Dokter Indonesia) dan PDGI (Persatuan Dokter Gigi Indonesia) memiliki sistem
pengawasan dan penilaian pelaksanaan etik profesi, yaitu melalui lembaga kepengurusan
pusat, wilayah dan cabang, serta lembaga MKEK (Majelis Kehormatan Etik Kedokteran) di
tingkat pusat, wilayah dan cabang. Selain itu, di tingkat sarana kesehatan (rumah sakit)
didirikan Komite Medis dengan Panitia Etik di dalamnya, yang akan mengawasi pelaksanaan
etik dan standar profesi di rumah sakit. Bahkan di tingkat perhimpunan rumah sakit didirikan
pula Majelis Kehormatan Etik Rumah Sakit (Makersi).
Pada dasarnya, suatu norma etik adalah norma yang apabila dilanggar “hanya” akan
membawa akibat sangsi moral bagi pelanggarnya. Namun suatu pelanggaran etik profesi
dapat dikenai sanksi disiplin profesi, dalam bentuk peringatan hingga ke bentuk yang lebih
berat seperti kewajiban menjalani pendidikan / pelatihan tertentu (bila akibat kurang
kompeten) dan pencabutan haknya berpraktik profesi. Sanksi tersebut diberikan oleh
MKEK/MKEKG setelah dalam rapat/sidangnya dibuktikan bahwa dokter tersebut melanggar
etik (profesi) kedokteran.

8

I. KODE ETIK KEDOKTERAN GIGI
Kedokteran adalah profesi tertua yang telah memiliki kode etik. Kode etik adalah
pedoman perilaku bagi para dokter/dokter gigi dalam menjalankan profesinya. Kode etik
harus memiliki sifat-sifat : 1) kode etik harus rasional; 2) kode etik harus konsisten, tetapi
tidak kaku; serta 3) kode etik harus berlaku universal. Sedangkan kaidah-kaidah yang harus
dipatuhi oleh dokter adalah : 1) agar dokter mengutamakan kepentingan penderita; 2) agar
dokter menjaga martabat dan kehormatan profesinya; 3) agar dokter menjaga pengetahuan
dan keterampilannya, selalu bersikap ilmiah dan tahu batas-batas kemampuannya; serta 4)
agar dokter menghormati guru-gurunya dan menjaga rasa persaudaraan antara sesama teman
sejawatnya.
Definisi kode etik:
a. Kode yang digunakan untuk mengatur tingkah laku moral suatu kelompok khusus dalam
masyarakat melalui ketentuan tertulis.
b. Pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam melaksanakan tugas dan dalam
kehidupan sehari
hari .
Kode etik sangat diperlukan untuk :
1) menyelamatkan reputasi suatu profesi dengan jalan menyediakan kriteria eksplisit yang
dapat dipakai untuk mengatur perilaku para anggotanya.
2) meningkatkan praktik secara lebih kompeten dan lebih bertanggung jawab oleh para
anggotanya.
3) kedokteran gigi tidak terlepas dari fungsi kemanusiaan dalam bidang kesehatan, maka
perlu memiliki suatu kode etik yang dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945.

J. Profesi, Profesional, Profesionalisme, Profesinalisasi dan Profesionalitas
Masih

adakah

profesionalitas dalam

bekerja?

Jadi

benar-benar melaksanakan

pekerjaan dengan sepenuh hati. Sebelum melanjutkan omelan 2 ini, sebaiknya saya paparkan
sedikit perbedaan profesi, profesional, profesionalisme, profesinalisasi dan profesionalitas.
Ini bukan definisi saya pribadi tapi dari berbagai sumber.

9

Profesi merupakan suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian atau
keterampilan dari pelakunya.
Profesional adalah orang yang menyandang suatu jabatan atau pekerjaan yang
dilakukan dengan keahlian atau keterampilan yang tinggi. Hal ini juga pengaruh terhadap
penampilan atau performance seseorang dalam melakukan pekerjaan di profesinya.
Profesionalisme merupakan komitmen para anggota suatu profesi untuk meningkatkan
kemampuannya secara terus menerus.
Profesionalisasi adalah proses atau perjalanan waktu yang membuat seseorang atau
kelompok orang menjadi profesional.
Profesionalitas merupakan sikap para anggota profesi benar-benar menguasai, sungguhsungguh kepada profesinya.

K. Pengertian Dokter Dan Tugas Dokter
Secara operasional, definisi “Dokter” adalah seorang tenaga kesehatan (dokter) yang menjadi
tempat kontak pertama pasien dengan dokternya untuk menyelesaikan semua masalah
kesehatan yang dihadapi tanpa memandang jenis penyakit, organologi, golongan usia, dan
jenis kelamin, sedini dan sedapat mungkin, secara menyeluruh, paripurna, bersinambung, dan
dalam koordinasi serta kolaborasi dengan profesional kesehatan lainnya, dengan
menggunakan prinsip pelayanan yang efektif dan efisien serta menjunjung tinggi tanggung
jawab profesional, hukum, etika dan moral. Layanan yang diselenggarakannya adalah sebatas
kompetensi dasar kedokteran yang diperolehnya selama pendidikan kedokteran.
Kompetensi yang harus dicapai seorang dokter meliputi tujuh area kompetensi atau
kompetensi utama yaitu:
1. Keterampilan komunikasi efektif.
2. Keterampilan klinik dasar.
3. Keterampilan menerapkan dasar-dasar ilmu biomedik, ilmu klinik, ilmu perilaku dan
epidemiologi dalam praktik kedokteran.
4. Keterampilan pengelolaan masalah kesehatan pada individu, keluarga ataupun masyarakat
dengan cara yang komprehensif, holistik, bersinambung, terkoordinasi dan bekerja sama
dalam konteks Pelayanan Kesehatan Primer.
5. Memanfaatkan, menilai secara kritis dan mengelola informasi.
10

6. Mawas diri dan mengembangkan diri/belajar sepanjang hayat.
7. Menjunjung tinggi etika, moral dan profesionalisme dalam praktik.
Ketujuh area kompetensi itu sebenarnya adalah “kemampuan dasar” seorang “dokter”
yang menurut WFME (World Federation for Medical Education) disebut “basic medical
doctor”.
Tugas seorang “dokter” adalah meliputi hal-hal sebagai berikut:
a. Melakukan pemeriksaan pada pasien untuk mendiagnosa penyakit pasien secara cepat dan
memberikan terapi secara cepat dan tepat.
b. Memberikan terapi untuk kesembuhan penyakit pasien.
c. Memberikan pelayanan kedokteran secara aktif kepada pasien pada saat sehat dan sakit.
d. Menangani penyakit akut dan kronik.
e. Menyelenggarakan rekam medis yang memenuhi standar.
F. Melakukan tindakan tahap awal kasus berat agar siap dikirim ke RS.
g. Tetap bertanggung-jawab atas pasien yang dirujukan ke Dokter Spesialis atau dirawat di
RS dan memantau pasien yang telah dirujuk atau di konsultasikan.
h. Bertindak sebagai mitra, penasihat dan konsultan bagi pasiennya.
i.

Memberikan nasihat untuk perawatan dan pemeliharaan sebagai pencegahan sakit.

j. Seiring dengan perkembangan ilmu kedokteran, pengobatan pasien sekarang harus
komprehensif, mencakup promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Dokter berhak dan
juga berkewajiban melakukan tindakan tersebut untuk kesehatan pasien. Tindakan
promotif misalnya memberikan ceramah, preventif misalnya melakukan vaksinasi, kuratif
memberikan obat/ tindakan operasi, rehabilitatif misalnya rehabilitasi medis.
k. Membina keluarga pasien untuk berpartisipasi dalam upaya peningkatan taraf kesehatan,
pencegahan penyakit, pengobatan dan rehabilitasi.
l. Mawas diri dan mengembangkan diri/ belajar sepanjang hayat dan melakukan penelitian
untuk mengembangkan ilmu kedokteran.
m. Tugas dan hak eksklusif dokter untuk memberikan Surat Keterangan Sakit dan Surat
Keterangan Berbadan Sehat setelah melakukan pemeriksaan pada pasien.
Terminologi “dokter” memberikan sejumlah predikat, tanggung jawab, dan peran-peran
eksistensial lainnya. Tanpa melupakan sisi dominan proses pembelajaran dan pengembangan
intelektual, seorang dokter juga pada prinsipnya diamanahkan untuk menjalankan tugas-tugas
antropososial dan merealisasikan tanggung jawab individual kekhalifaan, mewujudkan
“kebenaran” dan keadilan, yang tentunya tidak akan terlepas pada konteks dan realitas
11

dimana dia berada. Dengan tetap mengindahkan tanggung jawab dispilin keilmuan, maka
entitas dokter haruslah mampu mempertemukan konsepsi dunia kedokterannya dengan
realitas masyarakat hari ini.
Maka adalah penting memahami secara benar konsepsi dan melakukan pembacaan
terhadap realitas yang terjadi didepan mata kita. Jika kita bawa pada paradigma kedokteran,
maka konsepsi dunia kedokteran adalah humanisasi, sosialisme, penghargaan atas setiap
nyawa, pembelajaran dan peningkatan kualitas hidup, keseimbangan hak dan kewajiban
tenaga medis dengan pasien.
Sebagai kaum intelektual, yang setiap saat mengkonsumsi pengetahuan akan kehidupan
sains, sosial, keadilan, kebenaran dan fungsi-fungsi peradaban, maka profesi dokter memiliki
tanggung jawab intelektual yang tidak boleh dinafikkan, selain karena profesi ini telah
menjelma menjadi bagian yang tak terpisahkan dari masyarakat, juga karena intelektualitas
merupakan salah satu parameter pencerahan kehidupan yang didalamnya terkandung rahmat
sekaligus amanah bagi yang memilikinya.
Berdasarkan tinjauan historisnya, dunia kedokteran (pengobatan) pada awalnya dipandang
sebagai sebuah profesi yang sangat mulia, sehingga dengan asumsi tersebut, maka orangorang yang terlibat dalam proses hidup dan berlangsungnya dunia kedokteran kemudian
dinisbahkan sebagai orang-orang yang juga memiliki kemuliaan; baik pada kata, sikap
maupun tabiat yang dimilikinya. Dengan memandang profesi kedokteran sebagai pekerjaan
yang senantiasa bergelut untuk menutup pintu kematian dan membuka lebar-lebar
kesempatan untuk dapat mempertahankan dan meneruskan hidup seseorang, maka
berkembanglah kesepakatan sosial (social agrement) akan urgensi dari ilmu kedokteran
sebagai salah satu prasyarat utama untuk dapat mempertahankan hidup.
Pada akhirnya, lambat namun pasti, profesi kedokteran seakan menjadi ilmu pengetahuan
utama (master of science), dimana setiap dokter dipandang sebagai seorang jenius dan tahu
segalanya dan semua orang akan berusaha menjadi dan memegang peran besar dalam
pekerjaan terhormat ini.
Profesi kedokteran dianggap sebagai sebuah seni (art) dalam kehidupan, karenanya tidak
setiap orang dapat dengan mudah mendapatkan kecakapan akan tindakan-tindakan medis,
walaupun itu hanya tindakan medis sederhana yang dapat dimiliki oleh setiap orang saat ini.
Dengan semakin bertambahnya kompleksitas kehidupan manusia, maka ragam lingkup ilmu
pengobatan (kedokteran) menjadi terdesak untuk melakukan pengembangan dan peningkatan
kualitas, sesuai dengan kompleksitas objek pengobatan yang dijumpai dalam realitas.

12

Maka mulailah terjadi proses desakralisasi ilmu kedokteran (pengobatan), dimana setiap
orang memiliki kesempatan untuk dapat memahami dan memilikinya, tentunya setelah
menyanggupi syarat-syarat yang diajukan, melalui proses pendidikan yang lebih sistematik.
Pada aras yang lain, pengembangan ilmu pengobatan yang sudah ada sebelumnya menjadi
bagian yang tak terpisahkan, mulailah dilakukan penelitian-penelitian (medical research)
dengan menggunakan teknologi moderen, untuk menyempurnakan pengetahuan pengobatan
yang telah ada.
DAFTAR PUSTAKA
Konsil Kedokteran Indonesia. 2006. Standar Pendidikan Profesi Dokter. Jakarta: Konsil
Kedokteran Indonesia.
Beauchamp and Childress. 2001. Principles Biomedical Ethics, OUP, 5th edition. New York:
Oxford University Press.
Thomas R. McCormick, D Min Thomas R. McCormick, D Min. 1998. Faculty, Medical
History and Ethics Fakultas, Sejarah Kedokteran dan Etika. Washington: University of
Washington
Hanafiah MJ, Amir A, 2008. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan, edisi ke 4, Jakarta,
EGC.
Gunawan, 2011. Memahami Etika Kedokteran, Yogyakarta, Kanisius.
Suseno FM, 2009. Etika Dasar : masalah pokok-pokok filsafat moral, Yogyakarta, Kanisius.
Bertens K, 2001. Etika, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama.
Shannon TA, 2005. Pengantar Bioetika, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama.

13