Makalah struktur sosial kebudayaan dan p

STRUKTUR SOSIAL,

KEBUDAYAAN DAN

PENDIDIKAN

Diajukan Guna Melengkapi Tugas Mata Kuliah Sosio Antropologi Pendidikan

Disusun Oleh
1. Vena Melinda

(140210205013)

2. Nadhea Nirmala

(140210205041)

3. Rusdiyahwati

(140210205042)


4. Husnul Khotimah

(140210205047)

5. Riadhotul Badingah (140210205049)
6. Friska Apriyani

(140210205053)

PROGRAM STUDI PG PAUD
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2015
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul
“STRUKTUR SOSIAL, KEBUDAYAAN DAN PENDIDIKAN” dengan sebaik – baiknya.
Tidak lupa penulis sampaikan terimakasih kepada Dosen Matakuliah Sosio Antropologi

Pendidikan yang telah memberikan tugas ini kepada penulis.
Makalah ini menyajikan informasi mengenai struktur sosial masyarakat, aneka ragam
kebudayaan dan telaahnya, kaitan antara kebudayaan dan kepribadian serta pendidikan dalam
kemajemukan budaya.
Penulis telah menyusun makalah ini dengan sebaik – baiknya. Penulis mengetahui
bahwa tidak ada yang sempurna di dunia ini, maka Penulis menerima segala kritik dan saran
dari pembaca untuk kesempurnaan makalah ini.
Makalah ini penulis susun untuk memenuhi tugas matakuliah Sosio Antropologi
Pendidikan.
Sebelumnya penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan dan
penyusunan makalah ini, karena penulis masih dalam proses belajar.

Jember, 08 September 2015

Penulis

DAFTAR ISI

COVER............................................................................................................ i
KATA PENGANTAR.....................................................................................


ii

DAFTAR ISI.................................................................................................... iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang...........................................................................

1

1.2.

Rumusan Masalah......................................................................

1


1.3.

Tujuan dan Manfaat...................................................................

1

BAB II

PEMBAHASAN

2.1.

Memahami Struktur Sosial Masyarakat....................................

2

2.2.

Aneka Ragam Kebudayaan Dan Telaahnya..............................


3

2.3.

Memahami Kaitan Antara Kebudayaan Dan Kepribadian.......

7

2.4.

Memikirkan Kembali Pendidikan Dalam Kemajemukan
Budaya.....................................................................................

BAB III

7

PENUTUP

3.1.


Kesimpulan.................................................................................. 8

3.2.

Saran........................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................

9

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

LATAR BELAKANG
Suatu sistem sosial tidak hanya berupa kumpulan individu tetapi juga berupa
hubungan-hubungan sosial dan sosialisasi yang membentuk nilai-nilai dan adat
istiadat


sehingga

terjalin

kesatuan

hidup

bersama

yang

teratur

dan

berkesinambungan.
Struktur sosial adalah cara bagaimana suatu masyarakat terorganisasi dalam
hubungan-hubungan yang dapat diprediksikan melalui pola perilaku berulang antar
individu dan antar kelompok dalam masyarakat tersebut. Struktur sosial dapat

diartikan sebagai jalinan antara struktur-struktur sosial yang pokok yaitu kaidahkaidah / norma-norma sosial, lembaga-lembaga sosial dan lapisan-lapisan sosial.
kebudayaan mencangkup sesuatu yang didapatkan oleh manusia sebagai
anggota masyarakat. Kebudayaan terdiri dari segala sesuatu yang dipelajari dari
pola-pola perilaku yang normatif, yang mencangkup segala cara-cara atau pola-pola
berfikir, merasakan, dan bertindak. Kebudayaan tersebut dimiliki oleh setiap
masyarakat, bedanya hanyalah bahwa kebudayaan masyarakat yang satu lebih
sempurna daripada kebudayaan masyarakat yang lain dalam perkembangannya
untuk memenuhi segala kebutuhan masyarakatnya.
Pendidikan berlangsung dalam keluarga, dalam lembaga pendidikan dan terutama di
sekolah, dan dalam masyarakat.Meskipun peran keluarga dalam pendidikan amat kuat,
namun peran sekolah dan masyarakat amat penting, terutama di masa kini dan mendatang.
Memperhatikan pengertian pendidikan di atas, maka pendidikan harus bermutu untuk
dapat mencapai tujuannya.Sebab pendidikan yang tidak atau kurang bermutu tidak mungkin
menjadikan pihak penerima menangkap alih tata nilai dan kemampuan yang perlu
dimilikinya.Bahkan pendidikan yang tidak bermutu dapat menjadikan pihak penerima justru
bersikap dan bertindak tidak hanya berbeda tetapi juga bertentangan dengan tujuan
pendidikan.

1.2.


RUMUSAN MASALAH.
1) Bagaimana memahami struktur sosial masyarakat ?
2) Bagaimana aneka ragam kebudayaan dan telaahnya ?
3) Bagaimana memahami kaitan antara kebudayaan dan kepribadian ?
4) Bagaimana memikirkan kembali pendidikan dalam kemajemukan budaya?

1.3.

TUJUAN RUMUSAN MASALAH.
1) Untuk memahami struktur sosial masyarakat.
2) Untuk mengetahui aneka ragam kebudayaan dan telaahnya.
3) Untuk memahami kaitan antara kebudayaan dan kepribadian.
4) Untuk memahami dan memikirkan kembali pendidikan dalam kemajemukan
budaya.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1.

STRUKTUR SOSIAL MASYARAKAT

1. Definisi Struktur Sosial
Struktur bisa diartikan sebagai susunan atau bentuk.Struktur tidak harus
dalam bentuk fisik, ada pula struktur yang berkaitan dengan sosial.Menurut ilmu
sosiologi, struktur sosial adalah tatanan atau susunan sosial yang membentuk
kelompok-kelompok sosial dalam masyarakat.Susunannya bisa vertikal atau
horizontal.
Para ahli sosiologi merumuskan definisi struktur sosial sebagai berikut:
1. George Simmel
Struktur sosial adalah kumpulan individu serta pola perilakunya.
2. George C. Homans
Struktur sosial merupakan hal yang memiliki hubungan erat dengan perilaku
sosial dasar dalam kehidupan sehari-hari.
3. William Kornblum
Struktur sosial adalah susunan yang dapat terjadi karena adanya pengulangan
pola perilaku undividu.
4. Soerjono Soekanto
Struktur sosial adalah hubungan timbal balik antara posisi-posisi dan perananperanan social.
5. Talcott Parsons
Berpendapat bahwa struktur sosial adalah keterkaitan antarmanusia.
6. Coleman

Melihat struktur sosial sebagai sebuah pola hubungan antarmanusia dan
antarkelompok manusia.
7. Abdul Syani
Melihat struktur sosial sebagai sebuah tatanan sosial dalam kehidupan
masyarakat.Tatanan sosial dalam kehidupan masyarakat merupakan jaringan
dari unsur-unsur sosial yang pokok, seperti kelompok sosial, kebudayaan,
lembaga sosial, stratifikasi sosial, kekuasaan, dan wewenang.

2. Ciri-ciri Struktur Sosial


Muncul pada kelompok masyarakat
Struktur sosial hanya bisa muncul pada individu-individu yang
memiliki status dan peran.Status dan peranan masing-masing individu hanya
bisa terbaca ketika mereka berada dalam suatu sebuah kelompok atau
masyarakat.Pada setiap sistem sosial terdapat macam-macam status dan peran
individu.Status yang berbeda-beda itu merupakan pencerminan hak dan
kewajiban yang berbeda pula.



Berkaitan erat dengan kebudayaan
Kelompok masyarakat lama kelamaan akan membentuk suatu kebudayaan.
Setiap kebudayaan memiliki struktur sosialnya sendiri.Indonesia mempunyai
banyak daerah dengan kebudayaan yang beraneka ragam.Hal ini menyebabkan
beraneka ragam struktur sosial yang tumbuh dan berkembang di Indonesia.
Hal-hal yang memengaruhi struktur sosial masyarakat Indonesia adalah sbb:
a. Keadaan geografis
Kondisi

geografis

terdiri

dari

pulau-pulau

yang

terpisah.

Masyarakatnya kemudian mengembangkan bahasa, perilaku, dan ikatanikatan kebudayaan yang berbeda satu sama lain.
b. Mata pencaharian
Masyarakat Indonesia memiliki mata pencaharian yang beragam,
antara lain sebagai petani, nelayan, ataupun sektor industri.
c. Pembangunan
Pembangunan dapat memengaruhi struktur sosial masyarakat
Indonesia.Misalnya pembangunan yang tidak merata antra daerah dapat
menciptakan kelompok masyarakat kaya dan miskin.


Dapat berubah dan berkembang
Masyarakat tidak statis karena terdiri dari kumpulan individu.Mereka
bisa berubah dan berkembang sesuai dengan tuntutan zaman.Karenanya,
struktur yang dibentuk oleh mereka pun bisa berubah sesuai dengan
perkembangan zaman.

3. Fungsi Struktur Sosial


Fungsi Identitas
Struktur sosial berfungsi sebagai penegas identitas yang dimiliki oleh
sebuah kelompok. Kelompok yang anggotanya memiliki kesamaan dalam latar
belakang ras, sosial, dan budaya akan mengembangkan struktur sosialnya
sendiri sebagai pembeda dari kelompok lainnya.



Fungsi Kontrol
Dalam kehidupan bermasyarakat, selalu muncul kecenderungan dalam
diri individu untuk melanggar norma, nilai, atau peraturan lain yang berlaku
dalam masyarakat. Bila individu tadi mengingat peranan dan status yang
dimilikinya dalam struktur sosial, kemungkinan individu tersebut akan
mengurungkan niatnya melanggar aturan. Pelanggaran aturan akan berpotensi
menibulkan konsekuensi yang pahit.



Fungsi Pembelajaran
Individu belajar dari struktur sosial yang ada dalam masyarakatnya.Hal
ini dimungkinkan mengingat masyarakat merupakan salah satu tempat
berinteraksi.Banyak hal yang bisa dipelajari dari sebuah struktur sosial
masyarakat, mulai dari sikap, kebiasaan, kepercayaan dan kedisplinan.

4. Tiga bentuk masyarakat berdasarkan ciri-ciri struktur social
Berikut ini adalah tiga bentuk masyarakat berdasarkan ciri-ciri struktur
sosial dan budayanya seperti yang dikemukukan oleh Selo Soermardjan.
A. Masyarakat sederhana,
Ciri-ciri struktur sosial dan budaya pada masyarakat sederhana adalah
sebagai berikut:
1. Ikatan keluarga dan masyarakatnya sangat kuat.
2. Organisasi sosial berdasarkan tradisi turun-temurun.
3. Memiliki kepercayaan yang kuat terhadap kekuatan gaib.
4. Tidak memiliki lembaga-lembaga khusus, seperti lembaga pendidikan.
5. Hukum yang berlaku tidak tertulis.
6. Sebagain besar produksi hanya untuk keperluan keluarga sendiri atau untuk
pasaran dalam skala kecil.
7. Kegiatan ekonomi dan sosial dilakukan secara gotong royong.

B. Masyarakata madya
Ciri-ciri struktur sosial dan budaya pada masyarakat madya adalah
sebagai berikut:
1. Ikatan keluarga masih kuat, tetapi hubungan dengan masyarakat setempat
sudah mengendor.
2. Adat istiadat masih dihormati, tetapi mulai terbuka dengan pengaruh luar.
3. Timbulnya rasionalitas dalam cara berpikir sehingga kepercayaankepercayaan pada kekuasaan kekuatan gaib baru timbul apabila orang mulai
kehabisan akal untuk menanggulangi suatu masalah.
4. Timbulnya lembaga-lembaga pendidikan formal sampai tingkat lanjutan.
5. Hukum tertulis mulai mendampingi hukum tidak tertulis.
6. Memberi kesempatan pada produksi pasar sehingga muncul diferensiasi
dalam struktur masyarakat.
7. Gotong royong hanya untuk keperluan di kalangan tetangga dan kerabat,
sedangkan kegiatam ekonomi dilakukan atas dasar uang.
C. Masyarakat modern
ciri-ciri struktur sosial dan budaya masyarakat modern adalah berikut:
1. Hubungan sosial didasarkan atas kepentingan pribadi.
2. Hubungan dengan masyarakat lainnya sudah terbuka dan saling
mempengaruhi.
3. Kepercayaan terhadap ilmu kengatahuan dan teknologi sangat kuat.
4. Terdapat stratifikasi sosial atas dasar keahlian.
5. Tingkat pendidikan formal tinggi.
6. Hukum yang berlaku sudah hukum tertulis.
7. Ekonomi hampir seluruhnya merupakan ekonomi pasar yang didasarkan
atas penggunaan uang dan alat pembayaran lain.
2.2.

Aneka Ragam Kebudayaan Dan Telaahnya
1.

Konsep Suku Bangsa
Pokok perhatian dari suatu deskripsi etnografi adalah kebudayaan –
kebudayaan dengan corak yang khas seperti, yang disebut dengan istilah “suku
bangsa” (dalam bahasa Inggris disebut ethnic group, yan gkalau diterjemahkan
secara harfiah menjadi “kelompok etnik”). Istilah suku bangsa dipakai karena

sifat

kesatuan

dari

suatu

suku

bangsa

bukan

kelompok,

melainkan

golongan.Konsep yang mencangkup istilah suku bangsa adalah suatu golongan
manusia yan terikat oleh suatu kesadaran dan jati diri mereka akan kesatuan dari
kebudayaan tidak ditentukan oleh orang luar (misalnya oleh seorang ahli
antropologi, ahli kebudayaan dsb, yang menggunakan metode-metode analis
ilmiah), melainkan oleh warga kebudayaan yang bersangkutan itu sendiri, seperti
misalnya dalam bahsa minangkabau atau ilmu hokum adat Indonesia. Deskripsi
mengenai kebudayaan dari suatu suku bangsa biasanya merupakan isi dari suatu
karangan etnografi.
Aneka Ragam kebudayaan suku Bangsa. Sebaiknya kesatuan masyarakat
suku-suku bangsa diseluruh dunia dibedakan berdasarkan mata pencaharian dan
system ekonominya, yaitu :

2.

1

masyarakat pemburu dan peramu

2

masyarakat peternak

3

masyarakat peladang

4

masyarakat nelayan

5

masyarakat petani pedesaan

6

masyarakat perkotaan kompleks

Konsep Daerah Kebudayaan
Suatu daerah kebudayaan adalah suatu daerah pada peta dunia yang oleh par
aahli antropologi disatukan berdasarkan persamaan unsure-unsur atau ciri-ciri
kebudayaan yang mencolok. Dengan pengolongan seperti itu, berbagai suku
bangsa yang tersebar di suatu daerah di muka bumi diklasifikasikan berdasarkan
unsur-unsur kebudayaan yang menunjukkan persamaaan, untuk memudahkan
para ahli antropologi melakukan penelitian analisa komparatif.
Ciri-ciri kebudayaan yang dijadikan dasar dar suatu pengolongan daerah
kebudayaan bukan hanya unsusr-unsur kebudayaan fisik saja (misalnya alat-alat
yang digunakan berbagai jenis mata pencaharian hidup, yaitu alat bercocok
tanam, alat berburu, dan alat transpor, senjata, bentuk-bentuk ornamen, gaya
pakaian, bentuk rumah, dsb), tetapi juga unsur-unsur kebudayaan abstrak seperti
unsur-unsur

organisasi

kemasyarakatan,

keagamaan, adat istiadat dll.

system

perekonomian,

upacara

3.

Ras, Bahasa, Dan Kebudayaan
Perbedaan ras pada berbagai suku bangsa tidak mengindari kemungkinan
penggunaan bahasa yang walaupun mungkin berbeda-beda, berasal dari keluarga
bahasa yang sama.

2.3.

Memahami Kaitan Antara Kebudayaan Dan Kepribadian
Kepribadian seorang individu disesuaikan dengan system norma yang berlaku
dalam masyarakat Kesesuaian kepribadian dan nilai atau norma membutuhkan proses
sosialisasi. Sifat kebudayaan yang dinamis juga memerlukan sosialisasi agar sesuai
dengan kepribadian masyarakatnya.Saling keterkaitan antara kehidupan tersebut
berlangsung terus dalam lingkaran kehidupan. Kebudayaan merupakan karakter
masyarakat bukan karakter secara individual.Semua yang dipelajari dalam kehidupan
sosial dan diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya merupakan
kebudayaan.Kebudayaan selalu digunakan sebagai pedoman hidup artinya sebagai
sarana untuk menyelenggarakan seluruh tata kehidupan warga masyarakat
tersebut.Bagi generasi baru kebudayaan akan berfungsi membentuk atau mencetak
pola-pola perilaku yang selanjutnya akan membentuk suatu kepribadian bagi warga
generasi baru tersebut. Jelas bahwa dalam proses pembentukan kepribadian bagi
seseorang, kebudayaan merupakan komponen yang akan menentukan bagaimana
corak kepribadian dari warga masyarakat khususnya generasi baru.
Menurut Koentjaraningrat, suatu kebudayaan sering memancarkan suatu
watak khas tertentu yang tampak dari luar. Watak inilah yang terlihat oleh orang
asing. Watak khas itu sering tampak pada gaya tingkah laku masyarakatnya,
kebiasaan-kebiasaannya, maupun dari hasil karya benda mereka.
Menurut Soerjono Soekanto (2001: 206) ada beberapa tipe kebudayaan khusus
yang secara nyata dapat mempengaruhi bentuk kperibadian seorang individu.
1. Budaya khusus atas dasar faktor kedaerahan.
2. Budaya khusus masyarakat desa dan kota.
3. Budaya khusus kelas sosial.
4. Budaya khusus atas dasar agama
5. Budaya khusus berdasarkan profesi.

2.4.

Memikirkan Kembali Pendidikan Dalam Kemajemukan Budaya
Masyarkat majemuk seperti indonesia, bukan hanya secara horizontal
beraneka ragam corak kesukubangsaan dan kebudayaan suku bangsanya, akan tetapi
juga secara vertikal atau jenjang meurut kemajuan ekonomi, teknologi, dan organisasi
sosial-politik yg terdapat didalamnya.
Pendidikan multikultural adalah proses penanaman cara hidup menghormati,
tulus, dan toleran terhadap keanekaragaman budaya yang hidup di tengah-tengah
masyarakat majemuk. Dengan pendidikan multikultural, diharapkan adanya kekuatan
dan kelenturan mental bangsa menghadapi benturan konflik sosial, sehingga persatuan
bangsa tidak mudah patah dan retak. Pendidikan multikultural menurut Lawrence J.
Saha (1997), merpakan suatu proses atau strategi pendidikan yang diarahkan untuk
mewujudkan kesadaran keberagaman, toleransi, pemahaman, dan pengetahuan yang
mempertimbangkan perbedaan kultural dalam kesetaraan, dan juga perbedaan dan
persamaan antar budaya dan kaitannya dengan cara pandang, konsep, nilai, keyakinan,
dan sikap.
Untuk mewujudkan proses pendidikan berbasis multikultural, ada beberapa
pendekatan yang harus dilakukan, yaitu:
Pertama, tidak lagi terbatas pada menyamakan pandangan pendidikan
(education) dengan persekolahan (schooling) atan pendidikan multikultural dengan
program-program sekolah formal.Pandangan yang lebih luas mengenai pendidikan
sebagai transmisi kebudayaan membebaskan pendidik dari asumsi bahwa tanggung
jawab primer menegmbangkan kompetensi kebudayaan di kalangan peserta didik
semata-mata berada di tangan mereka dan justru semakin banyak pihak yang
bertanggung jawab karena program-program sekolah seharusnya terkait dengan
pembelajaran informal di luar sekolah.
Kedua, menghindari pandangan yang menyamakan kebudayaan dengan
kelompok etnik adalah sama. Artinya, tidak perlu lagi mengasosiasikan kebudayaan
semata-mata dengan kelompok-kelompok etnik sebagaimana yang terjadi selama ini.
Secara tradisional, para pendidik mengasosiasikan kebudayaan hanya dengan
kelompok-kelompok sosial yang relatif self sufficient, ketimbang dengan sejumlah
orang yang secara terus menerus dan berulang-ulang terlibat satu sama lain dalam satu
atau lebih kegiatan. Dalam konteks pendidikan multikultural, pendekatan ini
diharapkan

dapat

mengilhami

para

penyusun

program-program

pendidikan

multikultural untuk melenyapkan kecenderungan memandang anak didik secara

stereotip menurut identitas etnik mereka dan akan meningkatkan eksplorasi
pemahaman yang lebih besar mengenai kesamaan dan perbedaan di kalangan anak
didik dari berbagai kelompok etnik.
Ketiga, karena pengembangan kompetensi dalam suatu “kebudayaan baru”
biasanya membutuhkan interaksi inisiatif dengan orang-orang yang sudah memiliki
kompetensi, bahkan dapat dilihat lebih jelas bahwa uapaya-upaya untuk mendukung
sekolah-sekolah yang terpisah secara etnik adalah antitesis terhadap tujuan pendidikan
multikultural. Mempertahankan dan memperluas solidarits kelompok adalah
menghambat sosialisasi ke dalam kebudayaan baru.Pendidikan bagi pluralisme
budaya dan pendidikan multikultural tidak dapat disamakan secara logis.
Keempat, pendidikan multikultural meningkatkan kompetensi dalam beberapa
kebudayaan. Kebudayaan mana yang akan diadopsi ditentukan oleh situasi.
Kelima, kemungkinan bahwa pendidikan (baik dalam maupun luar sekolah)
meningkatkan kesadaran tentang kompetensi dalam beberapa kebudayaan. Kesadaran
seperti ini kemudian akan menjauhkan kita dari konsep dwi budaya atau dikhotomi
antara pribumi dan non-pribumi. Dikotomi semacam ini bersifat membatasi individu
untuk

sepenuhnya

mengekspresikan

diversitas

kebudayaan.

Pendekatan

ini

meningkatkan kesadaran akan multikulturalisme sebagai pengalaman normal manusia.
Kesadaran ini mengandung makna bahwa pendidikan multikultural berpotensi untuk
menghindari dikotomi dan mengembangkan apresiasi yang lebih baik melalui
kompetensi kebudayaan yang ada pada diri anak didik.
Secara operasional, pendidikan multikultural pada dasarnya adalah program
pendidikan yang menyediakan sumber belajar yang jamak bagi pembelajar dan yang
sesuai

dengan

kebutuhan

akademik

maupun

sosial

anak

didik.Pendidikan

multikultural sebagai pengganti dari pendidikan interkultural, diharapkan dapat
menumbuhkan sikap peduli dan mau mengerti atau adanya politik pengakuan terhadap
kebudayaan kelompok manusia seperti; toleransi, perbedaan etno-kultural dan agama,
diskriminasi, HAM, demokrasi dan pluralitas, kemanusiaan universal serta subyekseubyek lain yang relevan.
Dari harapan dan paradigma pendidikan multukultural yang telah diuraikan di
atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan berbasis multikultural bertujuan untuk
membantu peserta didik:
1. memahami latar belakang diri dan kelompok dalam masyarakat
2. menghormati dan mengapresiasi kebhinekaan budaya dan sosio-historis etnik,

3. menyelesaikan sikap-sikap yang terlalu etnosentris dan penuh purbasangka,
4. memahami faktor-faktor sosial, ekonomis, psikologis, dan historis yang
menyebabkan terjadinya polarisasi etnik ketimpangan dan keterasingan etnik
5. meningkatkan kemampuan menganalisis secara kritis masalah-masalah rutin dan
isu melalui proses demokratis melalui sebuah visi tentang masyarakat yang lebih
baik, adil dan bebas
6. mengembangkan jati diri yang bermakna bagi semua orang

BAB III
PENUTUP
3.1.

KESIMPULAN
Dari pembahasan yang telah diuraikan, dapat ditarik kesimpulan bahwa struktur
sosial memiliki keterkaitan antara status dan pola perilaku. Individu belajar dari
struktur sosial yang ada dalam lingkungannya melaui proses interaksi sosial. Banyak
hal yang bisa dipelajari dari sebuah struktur sosial dalam lingkungan sekolah
maupun luar sekolah , mulai dari sikap, kebiasaan, dan kedisplinan.

3.2.

SARAN
Dari struktur sosial yang satu dengan yang lain meskipun ada perbedaan jangan
jadikan perbedaan itu sebagai pemecah belah kegiatan kehidupan di masyarakat,
begitupula di lembaga pendidikan. Meskipun kebudayaannya

majemuk tetapi

didalam pendidikan kita harus bersatu yaitu saling menghargai satu dengan yang
lainnya.

DAFTAR RUJUKAN
https://bestudy.wordpress.com/2012/11/25/struktur-sosial-masyarakat/
https://ayobelajarsosiologi.wordpress.com/sosiologi-sma-3/sosiologi-sma-xi/struktur-sosial/
http://ssbelajar.blogspot.com/2012/03/struktur-sosial.html
http://noviswan.blogspot.com/2013/01/peran-pendidikan-multikultural-dalam.html

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/diktat%20Sosio%20Antropologi%20Pendidikan.pdf