MEKANISME PEMBENTUKAN dan mekanisme penyusunan PERDA

Dosen Penanggungjawab:
Dr. Aminuddin Kasim SH.MH
Dr. surahman SH .MH

MEKANISME PEMBENTUKAN
PERDA
(EXECUTIVE)

Pengertian perda
Peraturan Daerah adalah
peraturan perundang-undangan
yang dibentuk oleh Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah dengan
persetujuan bersama Kepala
Daerah.

Kedudukan Peraturan Daerah dalam Hierarki
Peraturan Perundang-undangan

Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;

Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;
UU/Peraturan Pemerintah Pengganti UU;
PP;
Peraturan Presiden;
Peraturan Daerah Provinsi; dan
Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
(Pasal 7 ayat (1) UU Nomor 12 Tahun 2011
ttg
Pembentukan Peraturan Perundangundangan)

Dasar Pembentukan
Peraturan Daerah
 Berdasarkan ketentuan butir 39 Lampiran II UU No. 12/2011,








dasar pembentukan Peraturan Daerah dibedakan menjadi:
Yang memberikan dasar kewenangan
a. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945
b. Undang-Undang tentang Pembentukan Daerah yang
bersangkutan
c. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah
Yang memerintahkan
peraturan perundang-undangan yang memerintahkan secara
tegas pembentukan Peraturan Daerah.

MEKANISME PEMBENTUKAN PERDA
Tahap Perencanaan
Perencanaan dilakukan dalam suatu Program Pembentukan
Peraturan Daerah (Propemperda)
 Disusun oleh DPRD dan kepala daerah untuk jangka waktu 1 (satu)

tahun berdasarkan skala prioritas pembentukan rancangan Perda.
 Penyusunan dan penetapan Program Pembentukan Peraturan


Daerah Provinsi, Kabupaten/Kota dilakukan setiap tahun sebelum
penetapan Rancangan Peraturan Daerah Provinsi tentang Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi, Kabupaten/Kota.
 Program pembentukan Perda ditetapkan dengan keputusan DPRD,

tapi sebelum itu khusus dilingkungan Pemda, kepala daerah
menugaskan pimpinan perangkat daerah(SKPD) dalam penyusunan
Propemperda di lingkungan pemerintah daerah

Penyusunan Propemperda di lingkungan
pemerintah daerah dikoordinasikan oleh
perangkat daerah yang membidangi hukum
dipemerintahan daerah
Penyusunan
Propemperda
dapat
mengikutsertakan instansi vertikal terkait,
Instansi vertikal terkait
Hasil penyusunan Propemperda diajukan

oleh perangkat daerah yang membidangi
hukum dipemerintahan daerah kepada kepala
daerah melalui sekretaris daerah
Kepala
daerah
menyampaikan
hasil
penyusunan Propemperda di lingkungan
Pemerintah Daerah kepada Bapemperda

Tahap Penyusunan
 Penyusunan rancangan Perda dilakukan berdasarkan program

pembentukan Perda.
 Kepala

daerah memerintahkan perangkat daerah(SKPD)
pemrakarsa untuk menyusun rancangan perda berdasarkan
Propemperda


 Pemrakarsa(pimpinan SKPD) dalam mempersiapkan rancangan

perda disertai dengan penjelasan atau keterangan dan/atau
naskah akademik
 Penyusunan penjelasan atau keterangan dan/atau naskah

akademik untuk rancangan perda yang berasal dari pimpinan
perangkat daerah(SKPD) mengikutsertakan perangkat daerah
yang membidangi hukum dipemda
 Perangkat daerah(SKPD) yang membidangi hukum dipemda

melakukan penyelarasan naskah akademik rancangan perda
yang diterima dari perangkat daerah(SKPD)

Dalam menyusun rancangan perda, Kepala
daerah membentuk tim penyusun rancangan perda
yang ditetapkan dengan keputusan keputusan
kepala daerah
Tim penyusun dipimpin oleh seorang ketua yang
ditunjuk oleh perangkat daerah(pimpinan SKPD)

pemrakarsa dan Dalam hal ketua tim adalah
pejabat lain yang ditunjuk, pimpinan perangkat
daerah(SKPD) pemrakarsa tetap bertanggungjawab
terhadap materi muatan rancangan perda yang
disusun
Ketua tim penyusun menyampaikan hasil
rancangan perda kepada kepala daerah melalui
sekretaris
daerah
untuk
dilakukan
pengharmonisasian, pembulatan, dan pemantapan
konsepsi
Setiap rancangan perda yang merupakan konsep
akhir yang akan disampaikan kepada DPRD harus

Tahap Pembahasan
 Pembahasan dilakukan oleh DPRD bersama kepala








daerah untuk mendapat persetujuan bersama.
Pembahasan bersama dilakukan melalui tingkat
pembicaraan, yaitu: pembicaraan tingkat I dan
pembicaraan tingkat II.
Pembicaraan Tingkat I meliputi:
1. penjelasan kepala daerah dalam rapat
paripurna mengenai rancangan peraturan daerah;
2. pemandangan umum fraksi terhadap rancangan
Perda; dan
3. tanggapan dan/jawaban kepala daerah terhadap
pemandangan umum fraksi.

Pembicaraan Tingkat II meliputi:
a. pengambilan keputusan dalam rapat paripurna yang
didahului dengan:

1. penyampaian laporan pimpinan komisi/ pimpinan
gabungan komisi/pimpinan panitia khusus yang berisi
proses pembahasan, pendapat fraksi dan hasil
pembicaraan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf
c; dan
2. permintaan persetujuan dari anggota secara lisan oleh
pimpinan rapat paripurna.
b. pendapat akhir kepala daerah.
Pada tingkat II, apabila persetujuan tidak dapat dicapai
secara musyawarah untuk mufakat, keputusan diambil
berdasarkaan suara terbanyak.
Dalam hal rancangan Perda tidak mendapat persetujuan
bersama antara DPRD dan kepala daerah, rancangan
Perda tersebut tidak boleh diajukan lagi dalam
persidangan DPRD masa itu.

Tahap Penetapan
 Rancangan

Perda yang telah disetujui

bersama oleh DPRD dan Kepala Daerah
disampaikan oleh pimpinan DPRD kepada
kepala daerah untuk ditetapkan menjadi
Perda.
 Penyampaian rancangan Perda dilakukan
dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) hari
terhitung
sejak
tanggal
persetujuan
bersama.

Rancangan
Perda
yang
tidak
ditandatangani kepala daerah dinyatakan
sah dengan kalimat pengesahannya
berbunyi “Peraturan Daerah ini dinyatakan
sah”.

Pengesahan tersebut harus dibubuhkan
pada halaman terakhir Perda sebelum
pengundangan naskah Perda ke dalam
lembaran daerah.
Rancangan
Perda
yang
belum
mendapatkan nomor register belum dapat
ditetapkan kepala daerah dan belum
dapat diundangkan dalam lembaran
daerah.
Gubernur sebagai wakil Pemerintah
Pusat secara berkala menyampaikan

Tahap Pengundangan
 Perda diundangkan dalam lembaran

daerah.
 Pengundangan Perda dalam

lembaran daerah dilakukan oleh
Sekretaris Daerah.
 Perda mulai berlaku dan mempunyai
kekuatan mengikat pada tanggal
diundangkan, kecuali ditentukan lain
di dalam Perda yang bersangkutan.

Kepala
Daerah

SEKDA
skpd

Bagian
Hukum

Prope
mperd
a

Naskah
Akademi
k

Tahap
Perencanaan

Tahap
Penyusunan

skpd

Bagian
Hukum
Tahap
Pembahasan

SEKDA

Tahap
Pengundanga
n

Tahap
Penetapan