MEMAHAMI KEBUDAYAAN NASIONAL INDONESIA D

MEMAHAMI KEBUDAYAAN NASIONAL INDONESIA DARI SISI
GAGASAN DAN MATERIAL
Oleh Pertampilan S. Brahmana
1. Pendahuluan
Kebudayaan Nasional Indonesia didefinisikan adalah kebudayaan hasil produk
setelah adanya Sumpah Pemuda (1928) atau sesudah Indonesia Merdeka
(1945). Sebagai pendampingnya adalah kebudayaan yang ada di Indonesia.
Kebudayaan yang ada di Indonesia ini juga dapat dibagi dua yaitu kebudayaan
etnik, seperti etnik Batak (Toba, Karo, Mandailing, Pakpak, Simalungun), Melayu,
Bali, Aceh, Minang, Sunda, Betawi, Jawa, Sulawesi, sampai ke Papua (Irianjaya)
dan lainnya serta kebudayaan asing, seperti Arab, Belanda, Inggris dan lainnya.
Pada Pasal 32, UUD 45, sebelum diamandemen dijelaskan Pemerintah
memajukan kebudayaan nasional Indonesia. Pengertian kebudayaan nasional
Indonesia ini, dijelaskan dalam penjelasan tentang Undang-Undang Dasar
Negara Indonesia yaitu kebudayaan bangsa. Kebudayaan bangsa dijelaskan
adalah kebudayaan yang timbul sebagai buah usaha budi-daya rakyat Indonesia
seluruhnya. Kebudayaan lama dan asli yang terdapat sebagai puncak-puncak
kebudayaan di daerah-daerah di seluruh Indonesia, terhitung sebagai
kebudayaan bangsa. Usaha kebudayaan harus menuju ke arah kemajuan adab
budaya dan persatuan, dengan tidak menolak bahan-bahan baru dari
kebudayaan asing yang dapat memperkembangkan atau memperkaya

kebudayaan bangsa sendiri, serta mempertinggi derajat kemanusiaan bangsa
Indonesia.
Berdasarkan penjelasan yang diberikan pasal 32 di atas, terdapat perbedaan
istilah antara pasal 32 dengan penjelasannya. Pada pasal 32 disebut istilah
kebudayaan nasional Indonesia, sedangkan pada penjelasan disebut
kebudayaan bangsa. Kebudayaan bangsa ini dijelaskan adalah kebudayaan
yang timbul sebagai buah usaha budi-daya rakyat Indonesia seluruhnya.
Adanya perbedaan istilah ini, dimaknai bahwa pengertian Kebudayaan Nasional
Indonesia, pada saat UUD 45 tersebut disusun dianggap belum ada, yang ada
baru kebudayaan bangsa, yaitu kebudayaan lama dan asli (etnik) yang terdapat
di Indonesia, dan ini sebagai puncak-puncak kebudayaan di daerah-daerah
(etnik) di seluruh Indonesia.
Padahal dalam UUD 45 tersebut, Kebudayaan Nasional Indonesia yang jelasjelas telah ada yaitu dasar negara Pancasila UUD 45 itu sendiri (wujud
gagasan), Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) (pasal 1), lembaga MPR
(Majelis Permusyawaratan Rakyat) (pasal 2), lembaga kepresidenan (Bab III),
lembaga DPA (dewan Pertimbangan Agung) pasal 16), DPR (Dewan Perwakilan
Rakyat) (pasal 19), Bendera dan Bahasa, Bendera Negara Indonesia ialah Sang
Merah Putih (pasal 35), Bahasa negara ialah Bahasa Indonesia (Pasal 36) dan

lainnya dalam bentuk material kebudayaan. Ini sudah nyata menjadi

Kebudayaan Nasional Indonesia, tetapi ini tidak disebut-sebut dan dimasukkan
ke dalam pasal, 32 tersebut.
Maka mengikut penjelasan tentang undang-undang dasar negara Indonesia di
atas yang mana sebenarnya Kebudayaan Nasional Indonesia itu dalam bentuk
konkritnya belum jelas, yang ada baru unsur pendukungnya yaitu kebudayaan
etnik dan kebudayaan asing.
Lalu bagaimana pengertian Kebudayaan Nasional Indonesia berdasarkan UUD
45 yang telah diamandemen?
Pada Pasal 32, UUD 45, hasil amandemen pun sama saja dengan Pasal 32,
UUD 45, sebelum diamandemen. Pada pasal 32, UUD 45, amandemen
dijelaskan (1) Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah
peradapan dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara
dan pengembangkan nilai-nilai budayanya, (2) Negara menghormati dan
memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan budaya nasional.
Pengertian kebudayaan nasional Indonesia tersebut juga tidak mendapat
penjelasan, yang mana kebudayaan nasional Indonesia dan yang mana
kebudayaan bukan nasional Indonesia. Hanya saja bagaimana bentuk material
kebudayaan nasional Indonesia tidak dijelaskan.
Padahal Kebudayaan Nasional Indonesia juga jelas-jelas telah ada yaitu pada
uud 45 yang diamandemen tersebut yaitu dasar negara Pancasila dan UUD 45

itu sendiri (wujud gagasan), Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) (pasal
1), lembaga MPR (Majelis Permusyawaratan Rakyat) (pasal 2), lembaga
kepresidenan (Bab III), Dewan Perwakilan Daerah (Bab VIIA), DPR (Dewan
Perwakilan Rakyat) (Bab VII), Bendera, Bahasa, dan lembang negara serta lagu
kebangsaan (Bendera Negara Indonesia ialah Sang Merah Putih (pasal 35),
Bahasa negara ialah Bahasa Indonesia (Pasal 36) lambang negara garuda
Pancasila dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika (pasal 36A), Lagu
kebangsaan Indonesia Raya (Pasal 36B) dan lainnya seperti sistem pendidikan
nasional, sistem pertahanan dan keamanan negara, penghormatan dan
penghargaan kepada hak asasi manusia yang mendidik warganya selain
mempunyai hak juga mempunyai tanggung jawab, semua ini dalam bentuk
material kebudayaan. Ini sudah nyata menjadi Kebudayaan Nasional Indonesia,
tetapi ini tidak disebut-sebut dan dimasukkan ke dalam pasal, 32 tersebut.
(Penafsiran atas UUD 45 yang diamandemen ini saya susun dengan belum
membaca penjelasan dari UUD 45 yang diamandemen tersebut)
2. Wujud Kebudayaan
Menurut E.B Taylor (Sulaeman, 1995: ) kebudayaan atau yang disebut
peradapan, mengandung pengertian yang luas, meliputi pemahaman perasaan

suatu bangsa yang kompleks meliputi pengetahuan, kepercayaan seni, moral,

hukum, adat istiadat (kebiasaan), dan pembawaan lainnya yang diperoleh dari
anggota masyarakat.
Sedangkan Kroeber dan Klukhon (Bakker, 1984:15-19) mengajukan definisi
kebudayaan, adalah kebudayaan terdiri atas berbagai pola, bertingkah laku
mantap, pikiran, perasaan dan reaksi yang diperoleh dan terutama diturunkan
oleh simbol-simbol yang menyusun pencapainnya secara tersendiri dari
kelompok-kelompok manusia, termasuk di dalamnya perwujudan benda-benda
materi. Pusat esensi kebudayaan terdiri atas tradisi cita-cita atau paham dan
terutama keterikatan terhadap nilai-nilai. Ketentuan-ketentuan ahli kebudayaan
ini sudah bersifat universal, dapat diterima oleh pendapat umum meskipun dalam
praktek, arti kebudayaan menurut pendapat umum ialah sesuatu yang berharga
atau baik.
Sedangkan Herkovits mengajukan teori kebudayaan sebagai berikut (1)
kebudayaan dapat dipelajari, (2) berasal atau bersumber dari segi biologis,
lingkungan, psikologis,
dan komponen sejarah eksistensi manusia, (3)
mempunyai struktur, (4) dapat dipecah-pecah ke dalam berbagai aspek, (5)
bersifat dinamis, (6) mempunyai variabel, (7) memperlihatkan keteraturan yang
dapat dianalisis dengan metode ilmiah, (8) merupakan alat bagi seseorang
(individu) untuk mengatur keadaan totalnya dan menambah arti bagi kesan

kreatifnya.
Tetapi secara umum, setiap kebudayaan mempunyai wujud, apakah itu disebut
wujud ide atau gagasan, maupun wujud materi sebagai benda-benda hasil karya.
Kebudayaan dalam pengertian luas, pun demikian, tetap mempunyai wujud
Secara umum wujud kebudayaan dapat juga dibagi atas empat yaitu:
a. wujud kebudayaan sebagai
suatu ide-ide, cita-cita, rencana-rencana,
gagasan-gagasan, keinginan, kemauan. Ini adalah wujud ideal yang berfungsi
memberi arah pada tingkah laku manusia di dalam di kehidupannya.
b. wujud kebudayaan sebagai nilai-nilai, norma-norma, peraturan, pedoman,
cara-cara dan sebagainya. Ini adalah wujud yang berfungsi mengatur,
mengendalikan dan penunjuk arah pada tingkah laku manusia di dalam
bermasyarakat.
c. wujud kebudayaan suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari
manusia. Wujud ini disebut juga sistem sosial yaitu sistem yang mengatur,
menata aktivitas-aktivitas manusia dalam berinteraksi, bergaul.
d. wujud kebudayaan benda-benda hasil karya manusia. Wujud kebuda-yaan ini
merupakan benda-benda yang dapat diraba, dilihat melalui pancaindra,
seperti mobil, kapal dsbnya.
Sebagai contoh kasus adalah pembangunan Indonesia, sebagai kebudayaan,

dilihat dari keempat wujud di atas adalah sebagai berikut:

Wujud
Wujud Cita-Cita
Wujud Arahan

Wujud Aktivitas
Wujud Benda

Kategori
Membangun
masyarakat
Indonesia
berdasarkan undanguUndang dasar 45.
GBHN (Orde Baru), Orde Reformasi (janjijanji pemenang pada kampanye pilkada atau
pilpres).
Budaya politik, tingkah laku atau aktivitas
lainnya.
Hasil yang dicapai melalui aktivitas budaya
politik, seperti pembangunan gedung sekolah,

jembatan,
pembangunan
jalan
dan
sebagainya.

3. Kebudayaan Nasional Indonesia
Bila dicermati pandangan masyarakat Indonesia tentang kebudayaan Indonesia,
ada dua kelompok pandangan.
1

2

Kelompok pertama yang mengatakan kebudayaan Nasional Indonesia
belum jelas, yang ada baru unsur pendukungnya yaitu kebudayaan etnik
dan kebudayaan asing. Kebudayaan Indonesia itu sendiri sedang dalam
proses pencarian.
Kelompok kedua yang mengatakan mengatakan Kebudayaan Nasional
Indonesia sudah ada. pendukung kelompok ketiga ini antara lain adalah
Sastrosupono. Sastrosupono. Sastrosupono. Sastrosupono mencontohkan,

Pancasila, bahasa Indonesia, undang-undang dasar 1945, moderenisasi
dan pembangunan (1982:68-72).

Adanya pandangan yang mengatakan Kebudayaan Nasional Indonesia belum
ada atau sedang dalam proses mencari, boleh jadi akibat (1) tidak jelasnya
konsep kebudayaan yang dianut dan pahami, (2) akibat pemahaman mereka
tentang kebudayaan hanya misalnya sebatas seni, apakah itu seni sastra, tari,
drama, musik, patung, lukis dan sebagainya. Mereka tidak memahami bahwa
iptek, juga adalah produk manusia, dan ini termasuk ke dalam kebudayaan.
Tulisan ini mencoba berpendapat, seperti pendapat kedua bahwa Kebudayaan
Nasional Indonesia itu sudah ada dan memisahkannya dari kebudayaan yang
ada di Indonesia. Alat pengindentifikasiannya adalah wujud ide dan wujud
material.
3.1 Wujud Ide (Cita-Cita)
Wujud ide ini dipelopori oleh Gerzt. Gerzt melihat kebudayaan sebagai
keseluruhan pengetahuan yang dimiliki manusia untuk mengintepretasi dan
mewujudkan tindakan-tindakan dalam rangka menghadapi lingkungan alam dan
sosialnya. Gerzt hanya membatasi pengertian kebudayaan kepada keseluruhan

pengetahuan yang dimiliki manusia, perilaku dan benda-benda tidak lagi

dianggap sebagai kebudayaan, melainkan sebagai hal-hal yang diatur atau ditata
oleh kebudayaan.
Pengetahuan yang dimiliki manusia pada dasarnya merupakan berbagai model
pengetahuan yang didapat melalui proses belajar dan pengalamannya. Berbagai
model pengetahuan ada yang saling berhubungan, ada yang saling mendukung,
tetapi ada juga saling bertentangan. Model-model yang tidak selalu terintegrasi
ini sering digunakan dalam konteks dan situasi-situasi sosial tertentu sesuai
dengan interpretasinya terhadap situasi yang dihadapinya.
Keseluruhan pengetahuan yang bersifat abstrak ini, agar lebih operasional
diwujudkan ke dalam apa yang disebut pranata-pranata sosial yang
dikembangkan oleh kelompok masyarakat. Pranata-pranata tersebut merupakan
rangkaian aturan-aturan yang menata kegiatan-kegiatan manusia dalam bidangbidang kehidupan tertentu.
Dalam konsepsi seperti ini, manusia tidak dilihat sebagai mahluk yang melulu
diatur oleh kebudayaannya dalam melangsungkan hidupnya, tetapi sebagai
mahluk yang mampu menseleksi dan memanipulasi model-model pengetahuan
kebudayaan yang tersedia. Model-model yang akan diseleksi atau
dimanipulasinya sangat dipengaruhi oleh situasi dan interpretasinya.
Berdasarkan definisi di atas, definisi Kebudayaan Nasional Indonesia
berdasarkan sisi ide dapat dijelaskan semua pola atau cara berfikir/merasa
bangsa Indonesia dalam suatu ruangan dan waktu. Pola atau cara

berfikir/merasa ini dapat dimulai sesudah adanya Sumpah Pemuda (1928) atau
sesudah Indonesia Merdeka (1945) hingga saat ini. Pilihan angka tahun ini
(1928) karena, pada masa ini sudah tumbuh keinginan untuk bersatu (cara
berfikir/merasa yang seragam untuk mencapai cita-cita atau tujuan bersama) ke
dalam sebuah negara. Keinginan ini kemudian wujudkan pada tahun 1945
(kemerdekaan Indonesia).
Perkembangan lebih lanjut dari buah kemerdekaan ini dapat dilihat pada
gagasan misalnya gagasan pendidikan nasional, gagasan ekonomi nasional,
politik nasional, kesenian nasional, filsafat nasional dan lainnya.
Kebudayaan Nasional Indonesia Dalam Pandangan dan Sisi Ide
Uraian
Bentuk Konkrit
Penciptanya
Lokasinya
Mulai
Berakhir

Keterangan
Ide, Gagasan-Gaasan, Norma-norma
Cendekiawan Indonesia

Dalam Wilayah Indonesia
Hingga Indonesia Merdeka (1945) atau
Boleh Juga Setelah Sumpah Pemuda (1928)
Hingga Indonesia Bubar

Sifatnya
Sumber Inspirasi
Kriteria
Fungsi

Pola Pikir dan Pola Merasa
Diserap melalui Difusi, Akulturasi, dll
Kebudayaan Etnis dan Asing
Disepakati Bangsa Indonesia Sebagai Bagian Dari
Budaya Indonesia
1. Alat Pemersatu Bagi Etnik Yang Berbeda-beda.
2. Lambang Kebanggan Nasional
3. Lambang Identitas nasional.

3.2 Wujud Materil
Materialisme adalah salah satu paham yang beranggapan bahwa manusia hidup
di dunia adalah hasil rekayasa materi. Artinya selagi seorang manusia hidup di
dunia, dia sebenarnya hidup di dunia materi. Dia mau hidup, harus makan, dia
mau menata sistem nilai dan budayanya harus menggunakan alat (materi).
Materialisme berpandangan kebudayaan adalah hasil dari kumpulan pikiranpikiran yang dipelajari dan kelakuan-kelakuan yang diperlihatkan oleh anggotaanggota dari kelompok sosial masyarakat, yang diwariskan dari satu generasi ke
generasi berikutnya. Pandangan materialisme ini berkaitan dengan hubungan
manusia dengan lingkungannya, oleh Marvin Harris, disebut variabel yang
bersifat empiris dan ini diistilahkan dengan tekno-ekonomi dan tekno-lingkungan.
Kebudayaan bukanlah hal-hal yang irasional, yang tidak dapat dimengerti, yang
penuh dengan subyektifitas, tetapi bersifat material, dapat jelas dan dapat diukur.
Dalam kaitan ini, kebudayaan didefinisikan adalah sebagai kumpulan dari
pikiran-pikiran yang dipelajari dan kelakuan-kelakuan yang diperlihatkan oleh
anggota-anggota dari kelompok-kelompok sosial. Semua ini diwariskan dari satu
generasi ke generasi berikutnya. Kebudayaan terlepas dari faktor hereditas
genetika.
Berdasarkan pengertian di atas, definisi Kebudayaan Nasional Indonesia
berdasarkan sisi materialisme budaya adalah produk dari suatu bangsa dalam
suatu ruangan dan waktu. Penjabaran hal ini dapat dilihat pada produk suatu
bangsa tersebut misalnya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), lembaga
MPR (Majelis Permusyawaratan Rakyat), lembaga kepresidenan, DPR (Dewan
Perwakilan Rakyat), Dewan Perwakilan Daerah, sistem pendidikan nasional,
sistem politik nasional, sistem hukum nasional, bangunan arsitektur, produk
kesenian, teknologi, bahasa Indonesia, bendera nasional, lagu kebangsaan,
lambang negara garuda Pancasila dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika dan
lainnya. Maka definisi Kebudayaan Nasional Indonesia berdasarkan sisi material
adalah semua produk yang dihasilkan bangsa Indonesia baik yang
dikembangkan di luar Indonesia, maupun yang dikembangkan di Indonesia, yang
tumbuh dan berkembang sejak Indonesia merdeka (1945) atau sesudah
Sumpah Pemuda (1928) hingga saat ini, apakah itu diserap dari kebudayaan

etnik maupun kebudayaan asing, baik melalui proses difusi, akulturasi yang
disepakati menjadi bagian dari milik nasional di dalam negara kesatuan RI.
Kebudayaan Nasional Indonesia Dalam Pandangan dan Sisi Material
Urian
Bentuk Konkrit
Penciptanya
Lokasinya
Mulai
Berakhir
Sumber Inspirasi
Kriteria
Fungsi

Keterangan
Produk/Ciptaan (Material)
Bangsa Indonesia
Dalam/Luar Negeri
Boleh Dimulai Setelah Sumpah Pemuda (1928)
atau Sejak Indonesia Merdeka (1945)
Hingga Indonesia Bubar
Kebudayaan di Indonesia dan Asing
Disepakati Bangsa Indonesia Sebagai Bagian
Tujuan Bersama Yang Hendak Dicapai.
1. Lambang Kebanggan Nasional.
2. Lambang Identitas Nasional
3. Alat Pemersatu Bagi Etnik Yang Berbeda-beda.

4. Masalah dalam Kebudayaan Nasional
Masalah dalam Kebudayaan Nasional Indonesia saat ini adalah tidak sesuainya
perilaku dengan gagasan atau ide nasional yang dibangun. Sebagai contoh,
Pancasila dan UUD 45 sebagai pandangan hidup dan dasar negara beserta
normatifnya sudah bagus, tetapi di lapangan aktivitas sehari-hari justru kerap
tidak sejalan. Lain dalam tataran gagasan lain dalam tataran perilaku. Contoh
nyata
masalah penghargaan kepada kebhinekaan atau pluralitas atau
kemajemukan. Kita sepakat bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang
pluralis dalam segala hal. Normatifnya penghargaan kita terhadap kebhinekaan
totalitas, artinya tidak ada satu kelompok pun, apakah itu karena faktor etnis atau
budaya atau agama yang dipinggirkan. Namun penghargaan tersebut dalam
tingkatan aktivitas tidak demikian. Masih kerap kita dengar etnis tertentu,
penganut agama tertentu, aksesnya ke bidang-bidang tertentu dimarjinalkan,
dipinggirkan, dijadikan warganegara kelas 2 atau kelas 3, hanya faktor karena
etnis, faktor agama dan lainnya. Alasan peminggiran karena faktor agama,
karena tidak sesuai dengan ajaran agama yang sedang dianut. Penyesuaian ini
dikatakan karena Tuhan mensyaratkan demikian. Tetapi bila ditanya mana bukti
material Tuhan mengatakan demikian tidak pernah ada. Artinya belum pernah
ada mandat yang diberikan Tuhan secara faktual kepada manusia untuk
mewakili diriNya sebagai pencipta, yang ada hanyalah mandat non material.
Mandat seperti ini susah membuktikannya karena lebih banyak berdasarkan
mimpi atau tafsiran atau pengkultusan, sementara di sisi lain,
material
kehidupan tidak seperti itu, karena material kehidupan ini adalah faktual,
seharusnya tidak perlu terjadi pemarjinalan karena faktor agama tersebut.
Idealnya memang demikian, kenyataannya tidak demikian. Inilah contoh perilaku
kelompok tertentu di Indonesia yang tidak sesuai dengan Kebudayaan Nasional

Indonesia, baik dalam tingkat gagasan, maupun material, sebab tidak ada
undang-undang produk Indonesia yang berisi diskriminatif tersebut. Tetapi
budaya politik yang dikembangkan bersifat diskriminatif.
Perilaku korupsi, bermental atau berkarakter monyet, menunggangi masyarakat
untuk kepentingan yang tidak sesuai dengan kemajemukan Indonesia adalah
beberapa perilaku yang belum sesuai dengan Kebudayaan Nasional Indonesia
dari sisi gagasan.
5. Simpulan
Kebudayaan di Indonesia adalah kebudayaan etnik dan kebudayaan asing,
sedangkan Kebudayaan Nasional Indonesia adalah hasil kreasi bangsa
Indonesia sejak Sumpah Pemuda atau sejak Indonesia merdeka.
Kebudayaan nasional Indonesia adalah semua yang dikategorikan sistem
nasional apakah itu berbentuk gagasan kolektif, berbentuk material seperti
sistem pendidikan, sistem politik, sistem hukum, dan sistem lainnya dan
berbentuk perilaku seperti menghargai kemajemukan, atau pluralitas, menunjung
hak dan kewajiban adalah kebudayaan nasional Indonesia.
Secara nyata gagasan kolektif dan material kebudayaan nasional Indonesia
sudah ada. Kebudayaan nasional Indonesia saat ini:
No
1

Kategori
Sudah
Terbentuk

2

Dalam Proses
Pembentukan

3

Dalam Proses
Pencarian

Penjelasan
seperti antara lain bentuk negara Indonesia, Pancasila
dan UUD 45 sebagai pandangan hidup dan dasar
negara, bahasa Indonesia, produk-produk hukum
selama indonesia merdeka, teknologi yang diambil
dari luar, pendidikan, moderenisasi dalam segala
lapangan, sistem politik, sistem hukum, kesenian
seperti musik dengan variasinya yang digandrungi
dengan melewati batas agama, suku, daerah,
pendidikan dan status sosial, tanpa mempersoalkan
asal-usul asal budaya tersebut, dan sebagainya.
misalnya semangat berdemokrasi. Negara Indonesia
dikatakan menganut demokrasi Pancasila, namun
dalam kenyataannya sering berubah menjadi
demokrasi jalanan dalam bentuk demonstrasi,
semangat demokrasi seperti ini belum semangat
demokrasi dari seorang yang demokrat
misalnya hubungan antar umat beragama, sebab
hubungan antar umat beragama masih sering terjadi
gesekan-gesekan yang memaksa seseorang berpulang
kembali ke dalam kelompoknya. Dalam tahapan yang
lebih rendah, hubungan antar etnis/suku. Dalam

hubungan antar etnis/suku ini, pada beberapa wilayah
terjadi gesekan-gesekan, kasus konflik suku di
Kalimantan beberapa tahun yang lalu, imbas konflik di
Ambon dengan istilah BBM (Buton Bugis Makasar,
bentrokan antar suku yang masih kerap terjadi di
Papua.
Berdasarkan wujud ide definisi kebudayaan adalah semua pola atau cara
berfikir/merasa bangsa dalam suatu ruangan dan waktu. Pengertian ini
dikembangkan ke dalam kebudayaan Indonesia menjadi Kebudayaan Nasional
Indonesia semua pola atau cara berfikir/merasa bangsa Indonesia yang sama
terhadap kelangsungan hidupnya di dalam sebuah negara.
Sedangkan kebudayaan nasional Indonesia berdasarkan wujud material adalah
produk dari suatu bangsa dalam suatu ruangan dan waktu. Misalnya semua
produk bangsa Indonesia baik yang dikembangkan di luar negeri, maupun yang
dikembangkan di dalam negeri, yang tumbuh dan berkembang sejak Indonesia
Indonesia merdeka (1945) atau sesudah Sumpah Pemuda (1928) hingga saat
ini, apakah itu yang diserap dari kebudayaan etnik maupun kebudayaan asing,
baik melalui proses difusi, akulturasi yang disepakati menjadi bagian dari alat
mencapai tujuan nasional bersama di dalam negara kesatuan RI. Darimana asal
kebudayaan ini tidak dipersoalkan, selagi bentuk kebudayaan yang diserap itu
mampu mempersatukan dan mempererat persatuan dan kesatuan, itulah
Kebudayaan Nasional Indonesia.
Masalah dalam Kebudayaan Nasional Indonesia saat ini, ada dalam tataran aksi.
Masih banyak perilaku dari masyarakat Indonesia, terutama dari kalangan elit –
maaf mungkin terlalu kasar istilah ini - seperti monyet, tidak bisa membedakan
mana yang telah sesuai atau baik berdasarkan kemajemukan masyarakat
Indonesia, mana yang tidak baik. Bila sesuatu itu tidak sesuai dengan
kepentingannya, apakah kepentingan pribadi atau kepentingan kelompoknya,
kondisi yang sudah baik tersebut pun “tega” dirusak. Kalau tidak dirusak secara
fisik (material), dirusak secara ideologi dengan istilah kafir, sesat, walaupun
mereka ini bukan berperilaku kriminal, atau bukan beragama X dan isme-isme.
Contoh lain adalah black campaign, pada waktu pemilihan Presiden dan dan
sejumlah pemilihan kepada daerah.
Daftar Bacaan
Bakker. 1984. Filsafat Kebudayaan: Sebuah Pengantar. Yogyakarta-Jakarta:
Penerbit Kanisius dan BPK Gunung Mulia.
Brahmana, Pertampilan S. 1996. Materialisme Budaya Sebagai Suatu
Pemahaman Perubahan Budaya. Karya Tulis Pada Program Magister
Kajian Budaya UNUD.

Brahmana, Pertampilan S. 1997. Gagasan Kebudayaan Nasional Dalam Masa
Kolonial: Dalam Perkembangan Masyarakat. Karya Tulis Pada
Program Magister Kajian Budaya UNUD.
Brahmana, Pertampilan S. 1997. Awal Pertumbuhan Kebudayaan Nasional
Indonesia. Karya Tulis Pada Program Magister Kajian Budaya UNUD.
Sastrosupono M, Suprihadi. 1982. Menghampiri Kebudayaan. Bandung: Penerbit
Alumni.
Sulaeman, Munandar. 1995. Ilmu Budaya Dasar Suatu Pengantar. Bandung:
Penerbit PT. ERESCO.
UUD 45 Sebelum di Amandemen dengan penjelasan.
UUD 45 Sesudah di Amandemen tanpa penjelasan.