Jurnal metode role playing dan media gam

Jurnal metode role playing dan media gambar
1. PENERAPAN METODE ROLE PLAYING DAN MEDIA GAMBAR UNTUK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA (SPEAKING) MATERI PROFESSION
MATA PELAJARAN BAHASA INGGRIS SISWA KELAS IX SMPN 1 MANDIRANCAN
Oleh : YETI SUPRIYATIN, S.Pd.
NIP : 197311102006042018 Email :
[email protected] ABSTRAK Penelitian mengenai Penerapan Metode Role Playing
Dan Media Gambar Untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara (Speaking) Materi Profession
Mata Pelajaran Bahasa Inggris Siswa Kelas IX SMPN 1 MANDIRANCAN Sungailiat telah
dilaksanakan pada bulan Maret sampai April 2013. Yang melatar belakangi penelitian ini adalah
kenyataan masih banyak guru yang gaya mengajarnya monoton sehingga menimbulkan siswa
malas, bosan dan mengantuk saat proses pembelajaran disebabkan guru belum maksimal dan
tidak sesuai antara metode dan media yang digunakan dengan materi. Oleh sebab itu tingkat
penguasaan materi rendah, prestasi siswa menurun. Adapun tujuan penelitian ini untuk
meningkatkan keaktifan siswa dan profesional guru dalam proses belajar mengajar Bahasa
Inggris di SMK Yapensu Sungailiat, sehingga dapat meningkatkan kualitas hasil belajar siswa.
Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan Penelitian Tindakan Kelas melalui tiga siklus. Pada
siklus I penulis memberikan materi dengan metode work individually hasilnya kurang
memuaskan. Pada siklus II, siswa menunjukkan hasil yang agak memuaskan. Begitu juga pada
siklus III hasil yang diperoleh sangat memuaskan. Dari hasil observasi kemampuan berbicara
speaking) siswa meningkat dari siklus I = 46,34% pada siklus II = 73,17%, sedangkan pada

siklus III = 100%. Dari hasil siklus I sampai dengan siklus III dapat disimpulkan bahwa
penggunaan metode role playing dapat meningkatkan kemampuan berbicara siswa pada
pelajaran bahasa inggris di Kelas IX SMPN 1 MANDIRANCAN Sungailiat. Kata kunci :
Metode Role playing, Media gambar, Kemampuan Berbicara. BAB I PENDAHULUAN A. Latar
Belakang Masalah Berbicara (speaking) sebagian siswa menganggap suatu kemampuan yang
sulit baik dalam pengucapan (pronounciation) maupun kosa kata (vocabulary)


2. bahkan ada siswa yang takut ketika ada pelajaran bahasa Inggris karena merasa tidak
bisa, ada juga yang malas atau mengantuk karena disuruh membaca dan menulis. Dengan
Metode dan Media pembelajaran yang digunakan yang akan lebih lanjut dibicarakan
adalah metode bermain peran (role playing) dan media yang berupa gambar (picture)
yang diterapkan pada penelitian ini sehingga siswa dapat memperoleh manfaat yang
maksimal baik dari proses maupun hasil belajarnya. Penulis disini menemukan
pembelajaran bahasa Inggris di kelas X AP1 materi Profession sangat rendah, dimana 41
siswa terdapat 9 orang = 21,95% siswa yang mampu menguasai materi Profession
tersebut dengan cukup baik dan memperoleh nilai diatas Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM) sebesar 75, sedangkan sebagian siswa lainnya mendapatkan nilai di bawah
Kreteria Ketuntasan Minimal (KKM) 75. Kondisi ini akhirnya dapat mempengaruhi
kemampuan berbicara siswa dalam melakukan proses pembelajaran Bahasa Inggris.

Berdasarkan permasalahan diatas, penulis bermaksud melakukan perbaikan pembelajaran
untuk meningkatkan keterampilan berbicara dalam materi ”Profession (profesi)” melalui
Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas (research class room) yaitu
suatu kegiatan menguji cobakan suatu ide dalam praktik atau situasi nyata dalam harapan
kegiatan tersebut mampu memperbaiki dan meningkatkan kualitas proses belajar

mengajar (Ryanto, 2001). 1. Identifikasi Masalah a. Rendahnya motivasi dan percaya diri
siswa dalam proses pembelajaran. b. Rendahnya tingkat penguasaan berbahasa siswa
dalam berbicara (speaking) c. Metode yang digunakan guru tidak sesuai dengan
karakteristik materi d. Guru tidak menggunakan media pembelajaran 2. Analisis Masalah
a. Metode yang digunakan guru tidak menarik siswa selain itu guru kurang bervariasi
atau monoton dalam mengajar. b. Media yang digunakan oleh guru tidak sesuai dengan
materi yang diajarkan. B. Rumusan Masalah Berdasarkan hasil pengamatan dan refleksi
terhadap pembelajaran yang sudah dilaksanakan, permasalahan tersebut diatas, yang
menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah Penerapan Metode Role
Playing Dan Media Gambar Untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara (Speaking)


3. Materi Profession Mata Pelajaran Bahasa Inggris Siswa Kelas IX SMPN 1
MANDIRANCAN Sungailiat ?” C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah

diatas, adapun penelitian ini bertujuan sebagai berikut : 1. Untuk meningkatkan
kemampuan berbicara bahasa Inggris siswa kelas X AP1 melalui Metode Role Playing
dan Penggunaan Media Gambar (picture). 2. Untuk mengetahui dampak Metode Role
Playing dan Penggunaan Media Gambar (picture) terhadap kemampuan berbicara
(speaking). D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk : 1. Siswa :
Termotivasi agar lebih antusias dan kreatif dalam penyelesaian pembelajaran bahasa
Inggris sehingga mempermudah pengajaran pada materi berbicara (speaking). 2. Guru :
Meningkatkan keterampilan mengajar guru menggunakan metode role playing dan
meningkatkan kreatifitas dan inovasi guru dalam melaksanakan proses pembelajaran
Bahasa Inggris. 3. Sekolah Meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan
meningkatkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditentukan sekolah. BAB
II KAJIAN PUSTAKA A. Metode Role Playing Bermain peran merupakan suatu
permainan dimana pemain memainkan peran untuk merajut sebuah cerita bersama
berdasarkan karakteristik tokoh tersebut. Menurut Hayes (1989) “Role playing activity
merupakan salah satu metode yang dapat meningkatkan metode pembangunan karakter
siswa”. Santrock (1995: 272) menyatakan bahwa “bermain peran (role play) adalah suatu
kegiatan yang




4. menyenangkan secara lebih lanjut bermain peran merupakan suatu kegiatan yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh kesenangan”. Santrock juga menyatakan
“bermain peran memungkinkan anak mengatasi frustasi dan merupakan suatu medium
bagi ahli terapi untuk mengalisis konflik-konflik anak dan cara-cara mereka
mengatasinya”. Menurut Corsini (1996) menyatakan bahwa “bermain peran dapat
digunakan sebagai alat untuk mendiagnosa dan mengerti seseorang dengan cara
mengamati atau kegiatan perilakunya waktu memerankan dengan spontan situasi-situasi
yang terjadi dalam kehidupan yang sebenarnya”. (www.psychogymania.com diunduh tgl
15 maret 2013) B. Media Gambar Pendukung Proses Pembelajaran Media adalah alat
yang dipakai sebagai saluran (channel) untuk menyampaikan suatu pesan (Message) atau
informasi dari sumber (resource) kepada penerimanya (receiver). Sebagai seorang guru
media pembelajaran bukanlah sesuatu yang asing baginya. Dengan media pembelajaran
merupakan sesuatu yang akrab dengan profesinya dan harus digunakannya dalam dalam
proses pembelajaran yang sedangkan guru lakukan agar pembelajaran tersebut bermakna.
Media gambar merupakan pendukung dalam proses belajar mengajar karena dengan

pemanfaatan media pembelajaran yang digunakan oleh guru dapat dengan mudah
diterima siswa saat materi disampaikan. Apalagi Media pembelajaran yang ditampilkan
itu menarik sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan siswa akan
termotivasi untuk lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran sehingga suasan pembelajaran

tidak membosankan tapi justru suasana yang menyenangkan. Menurut Brown (1973)
“Media pembelajaran yaitu sebagai alat bantu yang dapat digunakan oleh guru dalam
proses kegiatan pembelajaran”. Tujuan media pembelajaran yaitu untuk membantu guru
menyampaikan pesan atau informasi secara lebih mudah kepada siswa sehingga dapat
menguasai pesan-pesan tersebut secara cepat dan akurat dan yang dikomunikasikan
diserap semaksimal mungkin oleh para siswa sebagai penerima pesan. C. Kemampuan
Berbicara 1. Arti berbicara Berbicara (speaking) adalah sesuatu yang mengandung
maksud dan dirancang untuk menghasilkan beberapa efek atau akibat pada lingkungan
dan para penyimak dan para pembaca, Brown dalam Tarigan, 1981 : 10-13).


5. Berbicara ada serangkaian perbuatan atau tindakan yang mengandung maksud dan
tujuan. Tujuan utama dari berbicara adalah untuk berkomunikasi supaya dapat
menyampaikan pikiran secara efektif. Kriteria dalam perencanaan pengajaran
keterampilan berbicara bagi guru. Harmer (1998 : 122) menyarankan bahwa “suatu
perencanaan yang baik memerlukan variasi yang koherensi yang padu”. Pernyataan ini
mengharapkan guru untuk memberikan kegiatan-kegiatan pembelajaran yang bervariasi
yang berhubungan satu dengan yang lainnya dimana siswa mempelajar topik yang sama
namun siswa distimulan dengan kegiatan yang bervariasi sehingga siswa tidak merasa
bosan atau jenuh. 2. Pemilihan Materi dalam kemampuan berbicara (speaking) Para siswa

harus dilibatkan dalam bermacam-macam kegiatan lisan, serta memberi kesempatan
kepada siswa untuk berlatih berbicara, oleh sebab itu guru mampu membuat skenario
yang dapat memberi motivasi kepada siswa agar berlatih dalam berbicara bahasa Inggris.
Nunan, (1989 : 51) menyimpulkan dari sejumlah teori dan penelitian bahwa “belajar
berbicara dalam bahasa kedua atau bahasa asing akan difasilitasi ketika pelajar secara
aktif ikut serta dalam melakukan komunikasi”. Dari penjelasan diatas guru harus
memiliki perencanaan yang baik sebelum melakukan pembelajaran dikelas. Perencanaan
yang baik harus berdasarkan 4 aspek yang dikemukakan oleh Harmer (1988, selain
perencanaan persiapan materi dengan baik, guru harus mempertimbangkan metode yang
baik dan cocok dengan materi yang akan diajarkan. Proses belajar mengajar yang dikenal
dengan pembelajaran kontekstual (contexual teaching and learning) menyatakan bahwa
belajar akan bermakna ketika guru mampu menyelaraskan materi yang dipelajari dengan
konteks kehidupan yang nyata dan siswa sesuai dengan apa yang sedang mereka pelajari.
Menurut Hadfield dan Hammer (1971), bahwa prosedur pengajaran keterampilan
berbicara memiliki 3 (tiga) tingkatan, umumnya adalah : kegiatan awal (setting up,
engage)¸ kegiatan inti (speaking practice), umpan balik (feed back) dan memperkenalkan
EAS singkatan dari kegiatan awal (engage), kegiatan inti (speaking), belajar (study),
keduanya hanya berbeda pada istilah. Pemilihan materi yang sesuai dengan kebutuhan
siswa sehingga dalam proses pembelajaran siswa merasa lebih aktif dan termotivasi
karena siswa dapat




6. menguasai materi itu dengan baik dan siswa merasa nyaman dalam proses kegiatan
belajar di dalam kelas. D. Profesi (profession) Pengertian profesi adalah suatu hal yang

berkaitan dengan bidang tertentu atau jenis pekerjaan (occupation) yang sangat
dipengaruhi oleh pendidikan dan keahlian, sehingga banyak orang yang bekerja tetapi
belum dikatakan memiliki profesi yang sesuai. Seseorang mengatakan bahwa profesinya
sebagai seorang guru, penyanyi, pedagang, arsitek, dokter, perawat, pengacara, penari
dan sebagainya. Menurut Walter Johnson (1959) definisi profesi : Seseorang yang
menampilkan suatu tugas khusus yang mempunyai tingkat kesulitan lebih dari biasa dan
mempersyaratkan waktu persiapan dan pendidikan cukup lama untuk menghasilkan
pencapaian kemampuan, keterampilan dan pengetahuan berkadar tinggi. Profesi adalah
suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian (expertise), menggunakan teknikteknik ilmiah, serta dedikasi yang tinggi. Artinya, profesi mempunyai kemampuan yang
diperoleh dari pendidikan khusus. Menurut pendapat Didi Atmadilaga, menafsirkan
makna “profesi” yang dikemukakan dalam Encyclopedia of Social Sciences sebagai
berikut : ...Wewenang praktek suatu kejuruan yang bersifat pelayanan pada kemanusiaan
secara intelektual spesifik yang sangat tinggi, yang didukung oleh penguasaan
pengetahuan keahlian serta seperangkat sikap dan keterampilan tehnik, yang diperoleh

melalui pendidikan dan latihan khusus, yang penyelenggaraannya dilimpahkan kepada
lembaga pendidikan tinggi ... yang bersama memberikan izin praktek atau penolakan
praktek dan kelayakan praktek dilindungi oleh peraturan perundang-undangan yang
berlaku, baik yang diawasi langsung oleh pemerintah maupun assosiasi profesi yang
bersangkutan. Selanjutnya Walter Johnson (1959) mengartikan pertugas profesional
(profesionals) sebagai”... seseorang yang menampilkan suatu tugas khusus yang
mempunyai tingkat kesulitan lebh dari biasa dan mempersyaratkan waktu persiapan dan
pendidikan cukup lama untuk menghasilkan pencapaian kemampuan, keterampilan dan
pengetahuan yang berkadar tinggi”. E. Pembelajaran Bahasa Inggris Pembelajaran suatu
usaha untuk membuat siswa belajar. Dalam kegiatan pembelajaran terdapat kegiatan
memilih, menetapkan dan mengembangkan


7. sehingga ditarik kesimpulan aspek yang terlihat adalah siswa, proses belajar dan situasi
belajar. Menurut (Depdiknas 2004:6) menyatakan bahwa : Bahasa Inggris merupakan alat
berkomunikasi secara lisan dan tulisan. Berkomunikasi dalam bahasa Inggris dimaksud
untuk memahami dan mengungkapkan informasi, pikiran, perasaan serta
mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan budaya. F. Hasil Belajar Untuk
mengetahui hasil belajar digunakan bermacam-macam cara dengan melaksanakan
evaluasi, pengukuran, penilaian dan tes dalam proses kegiatan pembelajaran, Stuffbeam

dalam Abin Syamsudin Maknan (1996) mengemukakan “Educational evaluation is the
process of delineating, obtaining and providing useful, information for judging decision
alternative,” Menurut Stuffbeam (1996) menyatakan “esensi evaluasi adalah memberikan
informasi untuk kepentingan pengambilan keputusan”. Evaluasi adalah kegiatan
identifikasi untuk melihat apakah program yang direncanakan sudah tercapai atau belum,
berharga atau tidak melihat tingkat efisiensi pelaksanaannya. Menurut Mendikbud (1980,
dalam Setiyadi 2007:2.24) menyatakan bahwa: terdapat 10 kemampuan dasar guru yang
sangat mempengaruhi hasil belajar siswa. Kemampuan dasar guru tersebut antara lain
penguasaan bahan pelajaran beserta konsep-konsep dasar keilmuannya, pengelolaan
program belajar mengajar, pengelolaan kelas, penggunaan media dan sumber
pembelajaran, penguasaan landasan-landasan kependidikan, pengelolaan interaksi belajar
mengajar, penilaian prestasi siswa, pengenalan dan penyelenggaraan administrasi dan

pemahaman prinsip-prinsip dan pemanfaatan hasil penelitian pendidikan untuk
kepentingan peningkatan mutu pengajaran. Penilaian dalam proses kegiatan pembelajaran
di kelas dilakukan untuk mengetahui kemajuan dari hasil belajar siswa. Dengan penilaian
ini dapat mendiagnosa kesulitan yang dialami siswa dalam belajar, serta memberi umpan
balik untuk perbaikan proses kegiatan belajar mengajar. Menurut Slameto (2003: 62)
mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar secara garis besar terdiri
dari dua faktor utama, yaitu: faktor internal yang terdiri atas faktor jasmaniah (kesehatan

dan cacat tubuh), faktor psikologis (intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif,
kematangan dan kesiapan) dan faktor kelelahan. Faktor eksternal terdiri atas faktor
keluarga (cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah,
keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan), faktor
sekolah (metode mengajar, kurikulum, relasi


8. pendidik dengan peserta didik, relasi peserta didik dengan peserta didik, disiplin
sekolah, alat belajar, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung),
faktor masyarakat, mass media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat. BAB
III PELAKSANAAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMK Yapensu Sungailiat dan khususnya penelitian ini
dilaksanakan di kelas X AP1 yang siswanya pberjumlah 41 orang yang terdiri dari 3
orang siswa laki-laki dan 38 orang siswa perempuan. Subjek penelitian ini adalah siswasiswi SMK Yapensu Sungailiat dan khusunya penelitian ini dilaksanakan di kelas X AP1
yang siswanya berjumlah 41 orang yang terdiri dari 3 orang siswa laki-laki dan 38 orang
siswa perempuan. B. Waktu Penelitian Adapun waktu pelaksanaan mulai dari
pembelajaran normal, siklus I, siklus II dan siklus III adalah sebagai berikut: Tabel 3.1
Waktu Penelitian Jam ke Mata Pelajaran 1-2 Bahasa Inggris 1-2 Bahasa Inggris 1-2
Bahasa Inggris 1-2 Bahasa Inggris Pokok Bahasan Berbicara (speaking) Berbicara
(speaking) Berbicara (speaking) Berbicara (speaking) Pembelajaran Pra siklus Waktu

Pelaksanaan 09 Oktober 2012 Siklus I 14 Maret 2013 Siklus II 21 Maret 2013 Siklus III
26 Maret 2013



9. C. Deskripsi Per-Siklus Penelitian dilaksanakan awalnya dengan pembelajaran pra
siklus yaitu proses pembelajaran dengan metode work induvidually dan penelitian ini
dilaksanakan 3 siklus yang terdiri dari perencanaan, pelaksaan tindakan, pengamatan, dan
refleksi. 1. Pra siklus a. Perencanaan Pada tahap perencanaan sebelum melaksanakan
tindakan maka perlu tindakan persiapan. Adapun kegiatan pada tahap ini adalah : 1)
Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang terdiri dari penentuan
standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator. 2) Menyampaikan materi profesi
(profession) pada siswa dengan menggunakan metode work individually dan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai. 3) Membuat soal test dengan metode work individually
yang memasukkan bagian speaking didalamnya. 4) Menyiapkan lembar evaluasi siswa. b.
Pelasanaan Tindakan Melaksanakan kegiatan sesuai dengan rencana pembelajaran yang
telah dibuat. Dalam pelaksanaan penelitian guru menjadi fasilitator selama pembelajaran
c. Pengamatan Pengamatan dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Dalam
hal ini guru sebagai peneliti melihat perkembangan siswa selama melaksanakan
pembelajaran berbicara (speaking). d. Refleksi Guru dan juga sebagai peneliti melakukan
analisa atau data yang telah didapat pada saat proses pembelajaran. Analisa ini digunakan

sebagai evaluasi apakah memiliki pengaruh terhadap perkembangan kemampuan
berbicara bahasa Inggris siswa atau tidak. Dalam refleksi ini peneliti mengkaji apa yang
telah atau belum berhasil dalam penerapan penelitian tersebut.


10. 2. Siklus I a. Perencanaan Pada tahap perencanaan sebelum melaksanakan tindakan
maka perlu tindakan persiapan. Adapun kegiatan pada tahap ini adalah : 1) Penyusunan
Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP). Pada RPP siklus I fokus pada perbaikan
pembelajaran adalah peningkatan respon siswa dan hasil belajar siswa terhadap
pembelajaran berbicara (speaking) 2). Membuat soal test dengan metode role playing
yang memasukkan bagian speaking didalamnya 3) Menyusun/menyiapkan skenario yang
akan ditampilkan. 4) Membentuk kelompok 5) Memberikan penjelasan pada siswa cara
kerja bermain peran (role playing). b. Pelasanaan Tindakan Melaksanakan kegiatan sesuai
dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat. Dalam pelaksanaan penelitian guru
menjadi fasilitator selama pembelajaran, siswa dibimbing untuk belajar bahasa Inggris
melalui bermain peran (role playing) yaitu langkah-langkah yang dilakukan sesuai
dengan skenario pembelajaran. c. Pengamatan Pengamatan dilakukan selama proses
pembelajaran berlangsung. Dalam hal ini guru sebagai peneliti melihat perkembangan
siswa selama melaksanakan metode role playing yang telah diterapkan. Apakah siswa
mengalami kesulitan dalam menerapkan metode role playing tersebut. d. Refleksi Guru
dan juga sebagai peneliti melakukan analisa atau data yang telah didapat pada saat
penerapan metode role playing. Analisa ini digunakan sebagai evaluasi terhadap kinerja
bermain peran apakah memiliki pengaruh terhadap perkembangan kemampuan berbicara
bahasa Inggris siswa atau tidak. Dalam refleksi ini peneliti mengkaji apa yang telah atau
belum berhasil dalam penerapan penelitian, apa yang telah berhasil dan kenapa hal ini
terjadi.



11. 3. Siklus II a. Perencanaan Pada tahap perencanaan sebelum melaksanakan tindakan
maka perlu tindakan persiapan. Adapun kegiatan pada tahap ini adalah : 1) Penyusunan
Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP) dengan tujuan perbaikan. Pada RPP siklus II
fokus pada perbaikan pembelajaran adalah peningkatan respon siswa dan hasil belajar
siswa terhadap pembelajaran berbicara (speaking). 2) Membuat soal test dengan metode
role playing yang memasukkan bagian speaking didalamnya 3) Menyusun/menyiapkan
skenario yang akan ditampilkan. 4) Membentuk kelompok 5) Memberikan penjelasan
pada siswa cara kerja bermain peran (role playing). b. Pelaksanaan Tindakan
Melaksanakan kegiatan sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat. Dalam
pelaksanaan penelitian guru menjadi fasilitator selama pembelajaran, siswa dibimbing
untuk belajar bahasa Inggris melalui bermain peran (role playing). c. Pengamatan
Pengamatan dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Dalam hal ini guru
sebagai peneliti melihat perkembangan siswa selama melaksanakan metode role playing
dan media gambar yang telah diterapkan. Apakah siswa mengalami kesulitan dalam
menerapkan metode role playing tersebut. d. Refleksi Guru dan juga sebagai peneliti
melakukan analisa atau data yang telah didapat pada saat penerapan metode role playing.
Analisa ini digunakan sebagai evaluasi terhadap kinerja bermain peran apakah memiliki
pengaruh terhadap perkembangan kemampuan berbicara bahasa Inggris siswa atau tidak.
Dalam refleksi ini peneliti mengkaji apa yang telah atau belum berhasil dalam penerapan

penelitian, apa yang telah berhasil dan kenapa hal ini terjadi. Refleksi dilakukan langsung
setelah rencana perbaikan pembelajaran (RPP)


12. bersama dengan supervisor 2. Hasil diskusi pada refleksi II dijadikan masukan pada
siklus III. 4. Siklus III a. Perencanaan Pada tahap perencanaan sebelum melaksanakan
tindakan maka perlu tindakan persiapan. Adapun kegiatan pada tahap ini adalah : 1)
Penyusunan Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP dan tujuan perbaikan. Pada RPP
siklus II fokus pada perbaikan pembelajaran adalah peningkatan respon siswa dan hasil
belajar siswa terhadap pembelajaran berbicara (speaking). 2) Membuat soal test dengan
metode role playing yang memasukkan bagian speaking didalamnya. 3)
Menyusun/menyiapkan skenario yang akan ditampilkan. 4) Membentuk kelompok 5)
Memberikan penjelasan pada siswa cara kerja bermain peran (role playing). b.
Pelasanaan Tindakan Melaksanakan kegiatan sesuai dengan rencana pembelajaran yang
telah dibuat. Dalam pelaksanaan penelitian guru menjadi fasilitator selama pembelajaran,
siswa dibimbing untuk belajar bahasa Inggris melalui bermain peran (role playing). c.
Pengamatan Pengamatan dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Dalam hal
ini guru sebagai peneliti melihat perkembangan siswa selama melaksanakan metode role
playing dan media gambar yang telah diterapkan. Pengamatab ditekankan pada hasil
belajar siswa. d. Refleksi Guru dan juga sebagai peneliti melakukan analisa atau data
yang telah didapat pada saat penerapan metode role playing dan media gambar. Analisa
ini digunakan sebagai evaluasi terhadap kinerja bermain peran apakah memiliki pengaruh
terhadap perkembangan kemampuan berbicara bahasa Inggris siswa atau tidak. Refleksi
dilakukan langsung setelah rencana perbaikan



13. pembelajaran (RPP) bersama dengan supervisor 2. Hasil diskusi pada refleksi III
dijadikan pelaporan. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil
Penelitian Setelah dilaksanakan kegiatan perbaikan pembelajaran melalui Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) dari siklus I sampai siklus III, didapatkan hasil sebagai berikut: 1.
Hasil Pra Siklus a. Peningkatan Hasil Belajar Siswa Berdasarkan hasil pengamatan dan
evaluasi yang dilakukan oleh guru bersama supervisor 2 bahwa hasil belajar siswa pada
pra siklus masih rendah hal ini disebabkan guru dalam proses pembelajaran
menggunakan metode work individually, sehingga nilai atau hasil belajar siswa yang di
dapat dari pembelajaran pra siklus merupakan dasar penilaian terhadap perkembangan
hasil belajar siswa. Kemampuan siswa dalam penguasaan konsep pada pra siklus dengan
rata-rata kelas sebesar 65,71 dengan rincian siswa yang mendapat nilai ≤ 75 sebanyak 32
orang siswa atau 78,05% termasuk dalam kategori belum tuntas, dan yang mendapat nilai
≥ 75 sebanyak 9 orang siswa atau 21,95% termasuk dalam kategori tuntas. b. Hasil
Observasi Hasil observasi terhadap hasil belajar siswa pada pra siklus dapat diketahui
bahwa presentase ketuntasan belajar siswa baru sebanyak 9 orang siswa atau sebesar
21,95% dari seluruh siswa dalam satu kelas dengan nilai rata-rata kelas sebesar 65,71.
Hal ini menunjukan bahwa ketercapaian target pada pra siklus ini masih jauh dari
harapan, yaitu 85% siswa dalam satu kelas harus mencapai kreteria ketuntasan minimal
(KKM) 75. c. Refleksi Hasil observasi terhadap guru melalui proses pembelajaran dan



14. hasil belajar siswa dengan menerapkan metode work individually direfleksi dengan
menganalisis temuan dan hasil akhir penelitian disimpulkan bahwa siswa belum

mencapai tingkat ketuntasan seperti yang diharapkan yang ditunjukan dengan siswa yang
mencapai ketuntasan belajar hanya sebanyak 9 orangs siswa = 21,95%. Sedangkan target
ketuntasan yang ditetapkan yaitu 85% dari seluruh siswa dalam satu kelas harus
menguasai 75% materi pembelajaran. Adapun permasalahan dalam proses pembelajaran
pada Pra Siklus ini yang merupakan penyebab dari rendahnya ketuntasan belajar siswa,
sebagai berikut: 1. Dalam pelaksanaan pembelajaran, guru hanya menggunakan metode
tunggal, yaitu metode work individually, dimana proses pembelajaran berpusat pada guru
dan berlangsung secara monoton dan tidak menarik, sehingga siswa menjadi bosan dan
pasif. hal ini menunjukan bahwa pengetahuan guru terhadap metode pembelajaran sangat
kurang 2. Guru kurang menguasai kelas, sehingga kelas menjadi ribut dan peserta didik
sibuk dengan kegiatan masing masing tanpa memperhatikan materi pembelajaran yang
disampaikan oleh guru. Dari kelemahan kelemahan tersebut diatas, maka dicarikan solusi
sebagai berikut: 1. Guru mencoba untuk menerapkan metode pembelajaran yang
diasumsikan dapat menjadikan suasana pembelajaran lebih menarik, sehingga siswa
berminat dan aktif dalam mengikuti proses pembelajaran, yaitu metode role playing
dalam pelaksanaan pembelajaran pada Siklus I. 2. Penguasaan kelas yang baik dari guru
melalui perhatian yang merata terhadap siswa baik secara individu maupun kelompok. 2.
Hasil Siklus I a. Perencanaan Perencanaan pembelajaran Siklus I didasarkan pada
kekurangan pembelajaran Pra Siklus. Untuk meningkatkan kemampuan berbicara
(speaking) dengan menggunakan metode bermain peran (role playing). Adapun kegiatan
yang dilakukan adalah sebagai berikut:


15. 1) Penyusunan Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP). Pada RPP siklus I fokus pada
perbaikan pembelajaran adalah peningkatan respon siswa dan hasil belajar siswa terhadap
pembelajaran berbicara (speaking). 2). Membuat soal test dengan metode role playing
yang memasukkan bagian speaking didalamnya 3). Menyusun/menyiapkan skenario yang
akan ditampilkan. 4) Membentuk kelompok 5) Memberikan penjelasan pada siswa
mengenai bermain peran (role playing). b. Pelaksanaan Melaksanakan kegiatan sesuai
dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat. Guru menjadi fasilitator selama
pembelajaran, siswa dibimbing untuk belajar bahasa melalui bermain peran (role playing)
sesuai dengan skenario pembelajaran. c. Pengamatan Kemampuan siswa dalam
penguasaan konsep pada siklus I siswa yang mendapat nilai < 75 sebanyak 22 orang
siswa = 53,66% termasuk dalam kategori belum tuntas, dan yang mendapat nilai ≥ 75
sebanyak 19 orang = 46,34% termasuk dalam kategori tuntas. d. Refleksi Hasil observasi
terhadap guru melalui proses pembelajaran dan hasil belajar siswa dengan menerapkan
metode bermain peran (role playing) direfleksi dengan menganalisis temuan dan hasil
akhir penelitian pada Refleksi siklus I ini, siswa belum mencapai tingkat ketuntasan
seperti yang diharapkan walaupun mengalami peningkatan yang cukup berarti
dibandingkan dengan pra siklus yang ditunjukan dengan nilai rata rata kelas sebesar
72,12 dan siswa yang mencapai ketuntasan belajar meningkat sebanyak 19 siswa =
46,34%, berarti meningkat sebanyak 10 siswa atau 24,39 dibandingkan pra siklus.
Adapun permasalahan dalam proses pembelajaran pada Siklus I ini yang merupakan
penyebab dari belum tercapainya ketuntasan belajar siswa, sebagai berikut: 1. Siswa dan
guru masih dalam penyesuaian metode bermain peran (role playing) yang diterapkan
dalam perbaikan pembelajaran siklus I. 2. Guru kurang menguasai kelas, dan mengatur
waktu sehingga proses pembelajaran terkesan terburu-buru.



16. Dari kelemahan kelemahan tersebut di atas, maka dicarikan solusi sebagai berikut: 1.
Guru merencanakan untuk dapat mengatur waktu dalam proses perbaikan menggunakan
metode bermain peran (role playing) dalam proses pembelajaran kemampuan berbicara
(speaking). 2. Guru merencanakan pelaksanaan pembelajaran melalui metode bermain
peran (role playing) diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berbicara (speaking)
siswa dalam proses kegiatan pembelajaran di dalam kelas. 2. Hasil Siklus II a.
Perencanaan Pada tahap perencanaan sebelum melaksanakan tindakan maka perlu
tindakan persiapan. Adapun kegiatan pada tahap ini adalah : 1) Penyusunan Rencana
Perbaikan Pembelajaran (RPP) Pada RPP siklus II fokus pada perbaikan pembelajaran
adalah peningkatan respon siswa dan hasil belajar siswa terhadap pembelajaran berbicara
(speaking) agar mencapai Kriterian Ketuntansan Minimal (KKM) kelas X AP1 yaitu 75
(RPP terlampir) 2) Membuat soal test dengan metode role playing yang memasukkan
bagian speaking didalamnya yang akan diadakan untuk mengetahui hasil belajar siswa. 3)
Menyusun/menyiapkan skenario yang akan ditampilkan. 4) Membentuk kelompok yang
bersifat heterogen baik dari segi kemampuan akademis, jenis kelamin, maupun etnis. 5)
Memberikan penjelasan pada siswa mengenai teknik pelaksanaan model pembelajaran
yang akan dilaksanakan. b. Pelaksanaan Untuk melakukan perbaikan pembelajaran siklus
II dengan penerapan metode Role playing materi Profesi yang dilakukan sesuai dengan
skenario pembelajaran. c. Pengamatan kemampuan siswa dalam berbicara (speaking)
pada siklus II dengan nilai rata-rata kelas sebesar 76,93 dengan rincian siswa yang
mendapat nilai < 75 sebanyak 11 orang siswa atau 26,83% termasuk dalam kategori
belum tuntas,



17. dan siswa mendapat nilai ≥ 75 sebanyak 30 orang siswa atau 73,17% termasuk dalam
kategori tuntas. d. Refleksi Refleksi dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut: 1).
Menganalisis kelemahan dan keberhasilan guru saat menerapkan metode bermain peran
(role playing). 2). Melakukan refleksi terhadap penerapan metode bermain peran (role
playing) dan mempertimbangkan langkah pembelajaran selanjutnya. 3). Melakukan
refleksi terhadap keaktifan siswa dalam pembelajaran Kemampuan berbicara (speaking)
materi profesi. 4. Hasil Siklus III ` a. Perencanaan Pada tahap perencanaan sebelum
melaksanakan tindakan maka perlu tindakan persiapan. Adapun kegiatan pada tahap ini
adalah : 1) Penyusunan Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP) Pada RPP siklus III
fokus pada perbaikan pembelajaran adalah peningkatan respon siswa dan hasil belajar
siswa terhadap pembelajaran berbicara (speaking) agar mencapai Kriterian Ketuntansan
Minimal (KKM) kelas X AP1 yaitu 75 (RPP terlampir) 2) Membuat soal test dengan
metode role playing yang memasukkan bagian speaking didalamnya yang akan diadakan
untuk mengetahui hasil belajar siswa. 3) Menyusun/menyiapkan skenario yang akan
ditampilkan. 4) Membentuk kelompok yang bersifat heterogen baik dari segi kemampuan
akademis, jenis kelamin, maupun etnis. 5) Memberikan penjelasan pada siswa mengenai
teknik pelaksanaan model pembelajaran yang akan dilaksanakan. b. Pelaksanaan
Melaksanakan kegiatan sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat. Dalam
pelaksanaan penelitian guru menjadi fasilitator selama pembelajaran, siswa dibimbing
untuk belajar bahasa Inggris melalui bermain peran (role playing) sesuai dengan skenario
pembelajaran. c. Pengamatan Kemampuan siswa dalam kemampuan berbicara (speaking)
siklus III dengan nilai rata-rata kelas sebesar 81,07 dengan rincian tidak ada lagi siswa



18. yang mendapat nilai < 75 termasuk dalam kategori belum tuntas, dan seluruh siswa
mendapat nilai ≥ 75 sebanyak 41 orang siswa atau 100% termasuk dalam kategori tuntas.
Hal ini berarti kreteria ketuntasan minimal yang ditetapkan dapat tercapai. d. Refleksi
Refleksi dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut: 1) Menganalisis kelemahan dan
siswa saat menerapkan metode bermain peran (role playing). 2) Melakukan refleksi
terhadap penerapan bermain peran (role playing) dan menggunakan media gambar untuk
pertimbangkan langkah pembelajaran selanjutnya. 3) Melakukan refleksi terhadap
keaktifan siswa dalam pembelajaran Bahasa Inggris materi profesi. 4) Melakukan refleksi
terhadap hasil belajar siswa. 5) Menganalisis hasil akhir penelitian. Berdasarkan tahapan
kegiatan perbaikan Siklus III ini, siswa sudah mencapai keaktifan dan ketuntasan seperti
yang diharapkan yang ditunjukkan dengan nilai rata-rata kelas sebesar 81,07 dan siswa
yang mencapai ketuntasan belajar sebanyak 41 orang peserta didik atau 100%. Hal ini
melebihi target ketuntasan yang ditetapkan yaitu 85% dari seluruh siswa dalam satu kelas
harus menguasai 75% materi pelajaran. B. Pembahasan Berdasarkan hasil
pengamatan/observasi kemampuan berbicara (speaking) terhadap 41 orang siswa Kelas
IX SMPN 1 MANDIRANCAN Sungailiat selama dilakukan perbaikan pembelajaran
dapat disimpulkan bahwa penerapan metode bermain peran (role playing) dan media
gambar (picture) dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran Kemampuan
berbucara (speaking) materi Profesi untuk peningkatan hasil belajar siswa. Sehingga hasil
belajar yang diharapkan dapat tercapai seperti pendapat Cocco, De, 1968, dalam Ibrahim,
et. al. (2007: 3.9), “untuk meningkatkan hasil belajar siswa, guru harus bisa
menumbuhkan motivasi dalam diri siswa”.



19. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari hasil penelitian yang
telah dilaksanakan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Kemampuan berbicara
siswa dapat ditingkatkan melalui penerapan metode bermain peran (role playing) 2.
Penggunaan metode bermain peran (role playing) untuk meningkatkan kemampuan
berbicara siswa karena didalam kegiatan metode role playing sudah tercangkup semua
kompetensi didalamnya dan dapat meningkatkan partisipasi aktif para siswa dalam
kegiatan pembelajaran Bahasa Inggris khususnya Kemampuan Berbicara (speaking). 3.
Penggunaan Alat peraga merupakan segala sesuatu alat yang dapat menunjang
keefektifan dan keefisiensi penyampaian, pengembangan dan pemahaman informasi atau
pesan pembelajaran. Media gambar dimanfaatkan oleh guru dalam pembelajaran agar
materi dapat dengan mudah diterima oleh siswa B. Saran Berdasarkan hasil penelitian
yang telah dilakukan saran untuk upaya meningkatkan kualitas pembelajaran Bahasa
Inggris adalah sebagai berikut: 1. Proses pembelajaran Bahasa Inggris khususnya
kemampuan berbicara (speaking) dapat dilakukan untuk dapat menciptakan konteks yang
bermakna bagi peningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. 2. Menggunakan media
pembelajaran yang sesuai dan menarik sehingga dapat meningkatkan pemahaman siswa.
3. Guru hendaknya menciptakan suasana pembelajaran yang aktif, kreatif dan
menyenangkan sehingga siswa tidak jenuh atau mengantuk kegiatan pembelajaran di
kelas. dalam proses



20. DAFTAR PUSTAKA Setiyadi Bambang, Ag., dkk. (2008), TEFL 2. Jakarta :
Universitas Terbuka. Setiyadi, Ag., Junaidi, Mistar, (2007). Strategi Pembelajaran Bahasa
Inggris Jakarta : Universitas Terbuka. Menurut Tarigan. (1981). Batasan dan Tentang

Bahasa dalam Berbicara Sebagai suatu siswa Kelas 2 SMP Negeri 6 Serang. Jakarta :
mhtml : file//F:majalah %20 skripsi %20 PENGARUH %20 PENGUASAAN %20
TEORI %20 BE. http://www.sekolahdasar.net/2012/03.media-gambar-pendukung-proseshtml?m=1
diunduh
tanggal
15
Maret
2013.
http://zulkifli
media
pembelajaran.wordprese.com/292/05/15/pengertian-media-menurutpara-ahli/.
http://www.sarjanaku.com/2011/05/pengertian-mediapemanfaatan-media-html?m=1
diunduh tanggal 15 Maret 2013. http://www.psychogymania.com. Diunduh tanggal 15
Maret 2013. Suyitno, Amin. 2004.Pemilihan model-model Pembelajaran dan
penerapannya di sekolah Semarang : PPS UNNES. Suminarsih. 2007. Pengembangan
Model Pembelajaran : LPMP Jawa Tengah. Menurut Harmer. (1998;122). Pemilihan
Materi yang Baik dalam Keterampilan Berbicara Dalam Setiyadi Bambang, Ag., dkk.
TEFL 2, Jakarta : Universitas Terbuka. Menurut Nunan. (1989:51). Pemilihan Metode
yang dapat Mendorong Siswa untuk Berbicara Bahasa Inggris Dalam Setiyadi Bambang,
Ag., dkk TEFL 2. Jakarta : Universitsa Terbuka. Stuffbeam (Abin Syamsudin Makman,
1996). Hasil Belajar. Dalam Rachmadie, Sabrony H, andi dan Sudja’h Moch. TEFL IV.
Jakarta : Universitas Terbuka. Menurut Johnson Walter (Satori Djam’an, dkk. 2007).
Defini Profesi. Profesi Keguruan. Jakarta : Universitas Terbuka. Menurut Didi
Atmadilaga (Satori Djam’an, dkk. 2007) Makna Profesi. Dalam Encyclopedia of Social
Sciences. Profesi Keguruan Jakarta : Universitas Terbuka.