Permasalahan Ekonomi Makro Jangka Pendek (1)
Permasalahan Ekonomi Makro Jangka Pendek
Masalah jangka pendek atau masalah stabilisasi. Masalah ini berkaitan dengan bagaimana
“menyetir” perekonomian nasional dan bulan ke bulan, dan triwulan ke triwulan atau dan
tahun ke tahun, agar terhindar dan tiga “penyakit makro” utama yaitu:
1) Inflasi
Inflasi merupakan salah satu masalah ekonomi yang banyak dialami oleh hampir semua
negara. Yang dimaksud dengan inflasi adalah suatu keadaan kecenderungan kenaikan hargaharga secara umum dan terus-menerus. Oleh sebab itu, kondisi semacam itu dianggap sebagai
masalah dan tidak diperlukan kebijakan khusus untuk mengatasinya. Walaupun tidak secara
otomatis menurunkan standar hidup, inflasi tetap merupakan masalah, karena dapat
mengakibatkan redistribusi pendapatan di antara anggota masyarakat, dapat menyebabkan
penurunan efisiensi ekonomi, dan dapat menyebabkan perubahan output dan kesempatan
kerja dalam masyarakat.
Tingkat Keparahan
Inflasi Ringan berada dibawah 10% per tahun
Inflasi Sedang berada 10% - 30% per tahun
Inflasi Berat berada 30% - 100% per tahun
Penyebab Inflasi
1. Demand Pull Inflation. Inflasi ini disebabkan kelebihan permintaan atas barang / jasa dan
sering disebut sebagai inflasi sisi permintaan.
2. Cost-Push Inflation. Kenaikan biaya produksi
Penyebab Inflasi
1. Jumlah Uang Yang Beredar Dimasyarakat
2. Administered Prices adalah harga barang dan jasa tertentu yang tingkat harganya ditentukan
secara sepihak oleh pemerintah atau BUMN
3. Supply shock misalnya kekeringan, wabah ternak, gagal panen, harga minyak dunia dll
Cara Mengendalikan Inflasi
1. Kebijakan moneter adalah kebijakan yang berasal dari bang sentral dalam mengatur jumlah
uang yang beredar melalui instrumen –instrumen yang dimiliki bank sentral.
2. Kebijakan fiskal adalah kebijakan yang berasal dari pemerintah dengan mempengaruhi
perekonomian melalui perubahan pengeluaran dan penerimaan pemerintah.
3. Kebijakan lainya diantaranya : peningkatan Produksi, kebijakan upah, pengawasan harga.
2) Pengangguran
Pengangguran terjadi karena jumlah tenaga kerja atau angkatan kerja melebihi tingkat
kesempatan kerja yang tersedia. Berdasarkan tingkat pengangguran, dapat diketahui apakah
perekonomian berada pada tingkat kesempatan kerja penuh (full employment) atau tidak.
Secara teoretis perekonomian dianggap mencapai tingkat kesempatan kerja penuh apabila
tenaga kerja yang tersedia seluruhnya digunakan. Di negara kita upaya untuk menekan
tingkat pengangguran dilakukan melalui pengendalian tingkat pertumbuhan penduduk.
Program keluarga berencana merupakan salah satu alternatif untuk menekan laju
pertumbuhan penduduk. Hal ini disebabkan pembangunan ekonomi tidak mempunyai arti
jika dibarengi dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang terlalu tinggi.
3) Ketimpangan dalam neraca pembayaran.
Neraca pembayaran adalah neraca yang memuat ikhtisar dari segala transaksi yang terjadi
antara penduduk suatu negara dan penduduk negara lain selama jangka waktu tertentu, dan
biasanya satu tahun. Transaksi-transaksi yang terdapat dalam neraca pembayaran menyangkut
barang-barang dan jasa, dalam bentuk ekspor atau impor, transaksi finansial, seperti
pemberian atau penerimaan kredit kepada atau dari negara lain, penanaman modal di luar
negeri dan transaksi-transaksi yang bersifat unilateral, seperti pembayaran transfer dari
orang-orang yang tinggal di luar negeri. Ketidakseimbangan dalam neraca pembayaran suatu
negara dapat dikatakan merupakan masalah apabila ketidakseimbangan tersebut cukup besar.
Jika kenyataan itu terjadi, diperlukan kebijakan pemerintah untuk mengatasinya. Dalam
jangka panjang permasalahan ekonomi makro menyangkut persoalan pertumbuhan di bidang
ekonomi. Masalah ini pada dasarnya menyangkut bagaimana mengatur perekonomian agar
terdapat keserasian antara pertumbuhan penduduk, pertambahan kapasitas produksi, dan
tersedianya dana untuk investasi.
Dalam analisa jangka pendek faktor-faktor berikut ini kita anggap tidak berubah atau tidak
bisa kita ubah:
(a) Kapasitas total dan perekonomian kita. Kegiatan investasi dalam jangka pendek, masih
mungkin dilakukan, tetapi hanya dalam arti khusus, yaitu sebagai pengeluaran investasi
berupa penambahan stok barang jadi, setengah jadi atau pun barang mentah di dalam gudang
para pengusaha, dan pengeluaran oleh perusahaan-perusahaan untuk pembelian barangbarang modal (mesin-mesin, konstruksi gedung-gedung dan sebagainya). Tetapi yang perlu
diingat, “jangka pendek” yang kita maksud di sini adalah begitu pendek sehingga
pengeluaran (pembelian) barang-barang modal tersebut beleum bias menambah kapasitas
produksi dalam periodesasi tersebut. (Yaitu mesin-mesin sudah dibeli tapi belum dipasang).
(b) Jumlah penduduk dan jurnlah angkatan kerja. Dalam suatu triwulan misalnya, jumlahjumlah mi praktis bisa dianggap tidak berubah.
(c) Lembaga-lembaga sosial, politik, dan ekonomi yang ada.
Selanjutnya dari segi teori, apabila kita ingin “menyetir” perekonomian kita dalam jangka
pendek, kita harus melakukan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang bersifat jangka pendek pula,
misalnya dengan jalan :
1. menambah jumlah uang yang beredar,
2. menurunkan bunga kredit bank,
3. mengenakan pajak import,
4. menurunkan pajak pendapatan atau pajak penjualan,
5. menambah pengeluaran pemerintah,
6. mengeluarkan obligasi negara dan sebagainya.
Kebijaksanaan-kebinksanaan semacam ini mempunyai ciri umum bahwa kesemuanya bisa
dilakukan tanpa harus mengubah ketiga factor tersebut di atas.
Jadi seandainya kita menginginkan kenaikan produksi dalam jangka pndek, kita bisa
melakukannya dengan, misalnya:
1. memperlancar distribusi bahan-bahan mentah kepada para produsen,
2. mendorong pcngusaha untuk mempergunakan pabrik-pabriknya secara lebih intensif
(menambah giliran kerja/shift),
3. memberikan kerja lembur kepada para karyawan dan sebagainya.
Kehijaksanaan-kebijaksanaan semacam mi bisa menaikkan arus produksi barang/jasa tanpa
mengubah ketiga faktor di atas. Kesemuanya ini adalah kebijakilnaan-kebijaksanaan jangka
pendek. Dan kebijaksanaan-kebijaksanaan semacam inilah yang sering diandalkan untuk
tujuan stabilisasi.
Meskipun demikian perlu kita catat di sini bahwa dalam praktek yang berkaitan antara
masalah jangka pendek dan masalah jangka panjang, adalah sangat erat, terutama bagi
negara-negara sedang berkembang. Dengan lain kata, kita seringkali tidak bisa mengkotakkan
secara jelas mana yang jangka pendek dan mana yang jangka panjang.
Di banyak negara-negara sedang berkembang, kita tidak bisa melakukan kebijaksanaan
stabilisasi yang terlepas dan kebijaksaanaan pembangunan ekonomi (jangka panjang).
Seringkali kebijaksanaan-kebijaksanaan jangka pendek yang kita sebutkan di atas, meskipun
kita Iaksanakan secara setepat-tepatnyapun, tidak bisa menghilangkan secara tuntas penyakit
makro, seperti inflasi dan pengangguran yang diderita oleh masyarakat dalam jangka pendek.
Sebabnya adalah bahwa di negara-negara tersebut seringkali penyakit iniflasi dan
pengangguran tersebut berakar pada sebab-sebab “sturuktural,” yaitu pada faktor-faktor yang
hanya bisa berubah atau diubah dalam jangka panjang dan biasanya melalui pembangunan
ekonomi dan social.
Masalah jangka pendek atau masalah stabilisasi. Masalah ini berkaitan dengan bagaimana
“menyetir” perekonomian nasional dan bulan ke bulan, dan triwulan ke triwulan atau dan
tahun ke tahun, agar terhindar dan tiga “penyakit makro” utama yaitu:
1) Inflasi
Inflasi merupakan salah satu masalah ekonomi yang banyak dialami oleh hampir semua
negara. Yang dimaksud dengan inflasi adalah suatu keadaan kecenderungan kenaikan hargaharga secara umum dan terus-menerus. Oleh sebab itu, kondisi semacam itu dianggap sebagai
masalah dan tidak diperlukan kebijakan khusus untuk mengatasinya. Walaupun tidak secara
otomatis menurunkan standar hidup, inflasi tetap merupakan masalah, karena dapat
mengakibatkan redistribusi pendapatan di antara anggota masyarakat, dapat menyebabkan
penurunan efisiensi ekonomi, dan dapat menyebabkan perubahan output dan kesempatan
kerja dalam masyarakat.
Tingkat Keparahan
Inflasi Ringan berada dibawah 10% per tahun
Inflasi Sedang berada 10% - 30% per tahun
Inflasi Berat berada 30% - 100% per tahun
Penyebab Inflasi
1. Demand Pull Inflation. Inflasi ini disebabkan kelebihan permintaan atas barang / jasa dan
sering disebut sebagai inflasi sisi permintaan.
2. Cost-Push Inflation. Kenaikan biaya produksi
Penyebab Inflasi
1. Jumlah Uang Yang Beredar Dimasyarakat
2. Administered Prices adalah harga barang dan jasa tertentu yang tingkat harganya ditentukan
secara sepihak oleh pemerintah atau BUMN
3. Supply shock misalnya kekeringan, wabah ternak, gagal panen, harga minyak dunia dll
Cara Mengendalikan Inflasi
1. Kebijakan moneter adalah kebijakan yang berasal dari bang sentral dalam mengatur jumlah
uang yang beredar melalui instrumen –instrumen yang dimiliki bank sentral.
2. Kebijakan fiskal adalah kebijakan yang berasal dari pemerintah dengan mempengaruhi
perekonomian melalui perubahan pengeluaran dan penerimaan pemerintah.
3. Kebijakan lainya diantaranya : peningkatan Produksi, kebijakan upah, pengawasan harga.
2) Pengangguran
Pengangguran terjadi karena jumlah tenaga kerja atau angkatan kerja melebihi tingkat
kesempatan kerja yang tersedia. Berdasarkan tingkat pengangguran, dapat diketahui apakah
perekonomian berada pada tingkat kesempatan kerja penuh (full employment) atau tidak.
Secara teoretis perekonomian dianggap mencapai tingkat kesempatan kerja penuh apabila
tenaga kerja yang tersedia seluruhnya digunakan. Di negara kita upaya untuk menekan
tingkat pengangguran dilakukan melalui pengendalian tingkat pertumbuhan penduduk.
Program keluarga berencana merupakan salah satu alternatif untuk menekan laju
pertumbuhan penduduk. Hal ini disebabkan pembangunan ekonomi tidak mempunyai arti
jika dibarengi dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang terlalu tinggi.
3) Ketimpangan dalam neraca pembayaran.
Neraca pembayaran adalah neraca yang memuat ikhtisar dari segala transaksi yang terjadi
antara penduduk suatu negara dan penduduk negara lain selama jangka waktu tertentu, dan
biasanya satu tahun. Transaksi-transaksi yang terdapat dalam neraca pembayaran menyangkut
barang-barang dan jasa, dalam bentuk ekspor atau impor, transaksi finansial, seperti
pemberian atau penerimaan kredit kepada atau dari negara lain, penanaman modal di luar
negeri dan transaksi-transaksi yang bersifat unilateral, seperti pembayaran transfer dari
orang-orang yang tinggal di luar negeri. Ketidakseimbangan dalam neraca pembayaran suatu
negara dapat dikatakan merupakan masalah apabila ketidakseimbangan tersebut cukup besar.
Jika kenyataan itu terjadi, diperlukan kebijakan pemerintah untuk mengatasinya. Dalam
jangka panjang permasalahan ekonomi makro menyangkut persoalan pertumbuhan di bidang
ekonomi. Masalah ini pada dasarnya menyangkut bagaimana mengatur perekonomian agar
terdapat keserasian antara pertumbuhan penduduk, pertambahan kapasitas produksi, dan
tersedianya dana untuk investasi.
Dalam analisa jangka pendek faktor-faktor berikut ini kita anggap tidak berubah atau tidak
bisa kita ubah:
(a) Kapasitas total dan perekonomian kita. Kegiatan investasi dalam jangka pendek, masih
mungkin dilakukan, tetapi hanya dalam arti khusus, yaitu sebagai pengeluaran investasi
berupa penambahan stok barang jadi, setengah jadi atau pun barang mentah di dalam gudang
para pengusaha, dan pengeluaran oleh perusahaan-perusahaan untuk pembelian barangbarang modal (mesin-mesin, konstruksi gedung-gedung dan sebagainya). Tetapi yang perlu
diingat, “jangka pendek” yang kita maksud di sini adalah begitu pendek sehingga
pengeluaran (pembelian) barang-barang modal tersebut beleum bias menambah kapasitas
produksi dalam periodesasi tersebut. (Yaitu mesin-mesin sudah dibeli tapi belum dipasang).
(b) Jumlah penduduk dan jurnlah angkatan kerja. Dalam suatu triwulan misalnya, jumlahjumlah mi praktis bisa dianggap tidak berubah.
(c) Lembaga-lembaga sosial, politik, dan ekonomi yang ada.
Selanjutnya dari segi teori, apabila kita ingin “menyetir” perekonomian kita dalam jangka
pendek, kita harus melakukan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang bersifat jangka pendek pula,
misalnya dengan jalan :
1. menambah jumlah uang yang beredar,
2. menurunkan bunga kredit bank,
3. mengenakan pajak import,
4. menurunkan pajak pendapatan atau pajak penjualan,
5. menambah pengeluaran pemerintah,
6. mengeluarkan obligasi negara dan sebagainya.
Kebijaksanaan-kebinksanaan semacam ini mempunyai ciri umum bahwa kesemuanya bisa
dilakukan tanpa harus mengubah ketiga factor tersebut di atas.
Jadi seandainya kita menginginkan kenaikan produksi dalam jangka pndek, kita bisa
melakukannya dengan, misalnya:
1. memperlancar distribusi bahan-bahan mentah kepada para produsen,
2. mendorong pcngusaha untuk mempergunakan pabrik-pabriknya secara lebih intensif
(menambah giliran kerja/shift),
3. memberikan kerja lembur kepada para karyawan dan sebagainya.
Kehijaksanaan-kebijaksanaan semacam mi bisa menaikkan arus produksi barang/jasa tanpa
mengubah ketiga faktor di atas. Kesemuanya ini adalah kebijakilnaan-kebijaksanaan jangka
pendek. Dan kebijaksanaan-kebijaksanaan semacam inilah yang sering diandalkan untuk
tujuan stabilisasi.
Meskipun demikian perlu kita catat di sini bahwa dalam praktek yang berkaitan antara
masalah jangka pendek dan masalah jangka panjang, adalah sangat erat, terutama bagi
negara-negara sedang berkembang. Dengan lain kata, kita seringkali tidak bisa mengkotakkan
secara jelas mana yang jangka pendek dan mana yang jangka panjang.
Di banyak negara-negara sedang berkembang, kita tidak bisa melakukan kebijaksanaan
stabilisasi yang terlepas dan kebijaksaanaan pembangunan ekonomi (jangka panjang).
Seringkali kebijaksanaan-kebijaksanaan jangka pendek yang kita sebutkan di atas, meskipun
kita Iaksanakan secara setepat-tepatnyapun, tidak bisa menghilangkan secara tuntas penyakit
makro, seperti inflasi dan pengangguran yang diderita oleh masyarakat dalam jangka pendek.
Sebabnya adalah bahwa di negara-negara tersebut seringkali penyakit iniflasi dan
pengangguran tersebut berakar pada sebab-sebab “sturuktural,” yaitu pada faktor-faktor yang
hanya bisa berubah atau diubah dalam jangka panjang dan biasanya melalui pembangunan
ekonomi dan social.