Strategi dan Prospek Pengembangan Indust
Strategi dan Prospek Pengembangan Industri Produk Olahan Minyak Pala Dalam Rangka Pemberdayaan Masyarakat di Kabupaten Bogor
Lusianah * , Muhammad Syamsun dan Nurheni Sri Palupi
2 PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk.
3 Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi Manajemen Institut Pertanian Bogor Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor
ABSTRACT
Nutmeg oil is one of essential oil products of economically important nutmeg commodities. Many of nutm eg oil’s product were used for food’s industry, such as astringent, cosmetics, soap, and medicines. The objectives of this research, were to get a good quality nutmeg oil as raw material for nutmeg oil’s downstream industry, to analize the feasibility of the construction of the industry, and to formulate developing strategy of nutmeg oil’s downstream industry in Bogor Regency. The data were collected by experts use exponential comparisons method (MPE) to choose appropriate destilation method of nutmeg oil,
a product that will be develop in Bogor and also potential location to develop the industry’s fabric. To know appropriate strategy to empower the Bogor Regency’s society by means of the industry, first it was necessary to know the position of downstream industry using strengths, weaknesses, opportunities and threats (SWOT) analysis and to formulate appropriate strategy using Analytical Hierarchy Process (AHP). The appropriate destilation method of nutmeg oil that were choosen by experts is direct steam method, the product that were choosen by experts is cosmetic’s product, and the potential location is Ciomas Regency. Based on feasibility analysis nutmeg oil downstream industry has potencial prospect in Bogor Regency. Market aspect shows that the industry is very needed in Bogor. The human resource aspect also shows that there are a lot of productive ages that can be required in the industry. Financial aspect signed that investation of the industry bring profit based on Net Present Value (NPV) that is Rp. 4.362.473.952, Internal Rate of Return (IRR) 47,2% per year with discount rate 16,5% and 8% per year, Payback Period (PBP) 11,5 month, and Benefit/Cost (B/C) ratio 1,11. SWOT analysis showed that nutmeg oil downstream industry located at second quadrant. It means that the industry supported aggressive strategy, and by used this analysis we can formulate seven alternative strategies. The appropriate strategy to empower The Bogor Regency’s society by means cosmetic’s industry is extensification of nutmeg area and corporate community relationship.
Key words: developing strategy, downstream industry, feasibility, nutmeg oil, prospect industry
PENDAHULUAN
lima jenis minyak atsiri yang memberikan kontribusi terbesar terhadap total nilai ekspor
minyak atsiri nasional. Kontribusi kelima jenis merupakan salah satu komoditi perkebunan yang
Pala (Myristica
fragrans
Houtt)
minyak atsiri tersebut mencapai angka 70% dari memiliki nilai ekonomis tinggi, disamping berjenis-
total nilai ekspor minyak atsiri nasional. Volume jenis komoditi perkebunan ekonomis lainnya. dan nilai ekspor lima jenis minyak atsiri terbesar
Sebagai tanaman rempah-rempah, pala dapat Indonesia pada tahun 2002 dapat dilihat pada menghasilkan minyak etheris (minyak atsiri) dan
Tabel 1 berikut.
lemak khusus yang berasal dari biji dan fuli. Biji pala menghasilkan 2 – 15% minyak etheris dan
Tabel 1. Volume dan nilai ekspor lima komoditas minyak atsiri terbesar Indonesia pada
30 – 40% lemak, sedangkan fuli menghasilkan 7 – 18% minyak etheris dan 20-30% lemak (fuli
tahun 2002 (BPS, 2003) adalah arie yang berwarna merah tua dan
Jenis Minyak
merupakan selaput jala yang membungkus biji).
Atsiri
Volume (kg) Nilai (US $)
Daging buah pala dapat digunakan sebagai
1.295.379 22.526.142 manisan, asinan, atau jelly. Biji dan fulinya
Minyak Nilam
295.089 9.273.112 bermanfaat dalam industri pembuatan sosis,
Minyak Pala
106.315 775.564 makanan kaleng, pengawetan ikan, dan lain-
Minyak Serai
Dappres
lainnya. Minyak pala merupakan salah satu dari
Minyak Akar
Wangi
*) Korespondensi : Gd. BNI lt. 22 Jl. Jend. Sudirman Kav. 1 Jakarta
176 3.276 Email: [email protected] ; Telp. 021 5701246 ext. 2304
Minyak Kayu
Manis
66 Strategi dan Prospek Pengembangan Hasil pala Indonesia mempunyai keunggul-
METODOLOGI
an dipasaran dunia karena memiliki aroma yang khas dan memiliki rendemen minyak yang tinggi.
Fokus dari ruang lingkup penelitian ini beragam
adalah penentuan posisi industri produk olahan penggunaan minyak pala. Minyak pala pada
produk dapat dihasilkan
melalui
minyak pala, perumusan alternatif strategi umumnya digunakan dalam industri makanan dan
pengembangan industri, serta pemilihan strategi minuman, industri parfum dan kosmetik, industri
prioritas dalam pengembangan industri produk sabun, industri farmasi dan lain-lain (Purseglove
olahan minyak pala yang berlokasi di Kabupaten et al. 1981). Hal tesebut menunjukkan potensi
Bogor.
yang dimiliki oleh minyak pala.
Penentuan Metode Destilasi dan Produk
Sepuluh Kecamatan yang memiliki luas
Olahan Unggulan Minyak Pala
areal dan produksi perkebunan pala rakyat
a. Penentuan kriteria dan alternatif : terbesar di Kabupaten Bogor, yaitu Cigudeg,
Dramaga, Ciomas, Taman Sari, Caringin, Cijeruk, Diperlukan data primer berupa kriteria yang digunakan dalam pemilihan produk unggulan
Ciawi, Nanggung, Sukajaya dan Sukaraja. Pala merupakan salah satu komoditas
dan alternatif produk unggulan atau data produk
minyak pala, melalui yang tidak diatur tata niaganya oleh pemerintah,
olahan
sehingga harga pala di tingkat petani ditentukan wawancara dan pengisian kuesioner oleh responden pakar, serta studi literatur.
oleh mekanisme pasar bebas. Petani pala di Kabupaten Bogor bebas menjual hasil panennya
b. Pemilihan alternatif Dilakukan justifikasi melalui penentuan bobot
kepada para pedagang pengumpul, baik berupa buah pala (gelondong) maupun biji berikut fuli.
tiap aternatif berdasarkan kepentingannya melalui pengisian kuesioner, dan menyeleksi
Dari informasi pendahuluan di salah satu kecamatan di kabupaten Bogor yakni Desa
bobot.
c. Pemilihan kriteria
Sukamantri Kecamatan Taman Sari, para pemilik kebun
biasa menjual
Pengolahan data hasil pengisian kuesioner dengan
menggunakan teknik Metode mempertimbangkan dengan lebih fokus pada
alternatif pemanfaatannya
dijadikan
produk
Perbandingan Eksponensial (MPE) melalui pembobotan kriteria berdasarkan alternatif-
agroindustri yang memiliki nilai ekonomi lebih tinggi, misalnya produk minyak atsiri.
nya, serta penggabungan pendapat pakar. Pihak-pihak yang dimintakan pendapat dan
Pengolahan pala di kabupaten Bogor masih sederhana, yaitu dimanfaatkan sebagai
saran sebagai pakar adalah : (1) Kepala Bidang Ekonomi Badan Perencanaan Pembangunan
manisan dan bahan makanan lain ditingkat industri rumah tangga. Pengolahan biji dan fuli
Daerah Kabupaten Bogor, (2) Kepala Bidang Perkebunan Dinas Pertanian dan Kehutanan
pala sebagai penghasil minyak atsiri, belum banyak
Kabupaten Bogor, (3) Anggota Komisi B di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Bogor (4)
dikembangkan dan dimanfaatkan menjadi yang produk bernilai tinggi.
Staf Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bogor, dan (5) Peneliti Utama pada
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam upaya pengembangan produksi minyak
Balai Besar Litbang Pascapanen Pertanian. atsiri, terutama untuk tujuan ekspor adalah produk
Penentuan Lokasi Industri Produk Olahan
yang dihasilkan terjamin mutunya, harganya
Unggulan Minyak Pala
kompetitif dan adanya kontinuitas produksi. Pihak yang dimintakan pendapat dan saran Faktor lain yang perlu diperhatikan dalam
sebagai pakar untuk mengidentifikasi macam pengembangan
metode destilasi, serta pemilihan alternatif peningkatan teknologi, rekayasa proses, teknik
metode destilasi paling sesuai, yakni salah analisis, serta rancang bangun alat yang tepat
seorang peneliti pada Balai Besar Industri Agro guna yang ditunjang secara kuat dengan
(BBIA) dan Peneliti Utama pada Balai Besar penelitian dan pengembangan terapan (Lutony
Litbang Pascapanen Pertanian. dan Rahmayati, 2002).
Analisis Kelayakan Industri Produk Olahan
Tujuan kajian ini : (1) Menentukan metode destilasi minyak pala yang efisien bagi industri
Minyak Pala
produk olahan unggulan minyak pala dan memilih
a. Kelayakan Finansial
Digunakan data sekunder seperti kapasitas Kabupaten Bogor; (2) Menganalisis kelayakan
lokasi potensial untuk
produksi, kebutuhan bahan baku, jumlah dan potensi usaha pengembangan industri produk
tenaga kerja, fasilitas pendukung, dan olahan minyak pala di Kabupaten Bogor, serta
proyeksi harga-harga, serta asumsi-asumsi (3) Merumuskan strategi pengembangan industri
yang menjadi dasar perhitungan proyek, produk olahan minyak pala di Kabupaten Bogor.
melalui telaah literatur dengan menggunakan teknik analisis finansial terdiri dari penentuan
komponen cashflow industri dan asumsinya, menghitung Internal Rate of Return (IRR), Net
LUSIANAH et al Manajemen IKM
67 Present Value (NPV), Benefit/Cost (B/C)
Strategi dan Prospek Pengembangan
d. Data finansial berupa biaya investasi industri, Ratio dan analisis sensitivitas.
biaya-biaya
produksi, pemasaran dan
b. Peluang Pasar, Infrastruktur dan SDM administrasi, penyusutan dan sebagainya. Digunakan data sekunder melalui telaah
e. Data penduduk wanita usia 15 – 64 tahun di literatur
Kabupaten Bogor, data jumlah apotik, salon, peramalan dan deskriptif.
dan klinik kecantikan dari Dinas Kesehatan
Penentuan Posisi Industri Produk Olahan
Kabupaten Bogor.
f. Data potensi minyak atsiri di Kabupaten
Minyak Pala
Bogor, data perkembangan industri dan Digunakan data primer seperti faktor-faktor jumlah penduduk yang bekerja di sektor internal kekuatan dan kelemahan, serta faktor- industri di Kabupaten Bogor. faktor eksternal peluang dan ancaman melalui
masing-masing sektor pengisian kuesioner oleh Pakar dalam rangka terhadap Produk Domestik Regional Bruto Internal Factor Evaluation (IFE) dan External (PDRB) atas dasar harga berlaku dan harga Factor Evaluation (EFE) dan menentukan bobot konstan di Kabupaten Bogor. dan rating.
g. Data
kontribusi
Pihak yang dimintakan pendapat dan saran Untuk mendapatkan data tersebut, digunakan sebagai pakar untuk mengidentifikasi faktor teknik pengumpulan data, seperti wawancara internal dan eksternal, yakni seorang Peneliti terstruktur menggunakan kuesioner, observasi pada Balai Besar Industri Agro, Manager Teknik
dan dokumentasi.
Laboratorium Pengujian
Balai
Penelitian
Tanaman Obat dan Aromatik, serta Peneliti pada Pengolahan dan analisa data yang dilakukan Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Aneka
adalah :
Tanaman Industri.
a. Analisis kelayakan usaha
Perumusan Strategi Sesuai dengan Posisi
Perencanaan kebutuhan dana dilakukan
Industri
secara kuantitatif terhadap kebutuhan dana Digunakan data primer berupa faktor
modal tetap dan dana modal operasional. internal dan eksternal industri dari hasil pengisian
perkiraan kebutuhan dana kuesioner
Perhitungan
investasi dilakukan berdasarkan standar harga menggunakan metode Strengths, Weaknesses,
dan analisa
peneliti
dengan
pasar. Perencanaan kebutuhan dana juga Opportunities and Threats (SWOT) dengan
berkaitan dengan analisis secara deskriptif alternatif SO, ST, WO, dan WT, sehingga
mengenai sumber-sumber penyediaan dana diperoleh hasil pengolahan IFE dan EFE.
yang dapat dimanfaatkan. Analisis kelayakan menggunakan instrumen seperti NPV, B/C
Pemilihan Strategi Prioritas
Ratio dan IRR (Sutojo, 2000). Digunakan data primer berupa penentuan
b. Analisis permintaan
sasaran (goal), faktor, tujuan, strategi dan data
prakiraan produksi dan penilaian responden pakar terhadap tingkat permintaan pemasaran
Metode
dihitung dengan pengaruh
menggunakan metode peramalan kualitatif pengisian kuesioner dan wawancara dengan berupa studi literatur (Sutojo, 2000). Pakar. Melalui teknik Analytical Hierarchy Process
c. Analisis aspek teknis dan teknologi (AHP) yang dibantu Expert Choice diperoleh hasil Analisis aspek teknis dan teknologi pengolahan berupa prioritas strategi
kapasitas produksi diperlukan dalam pemberdayaan masyarakat ekonomis, pemilihan teknologi, bahan baku, Kabupaten Bogor melalui pengembangan industri bahan pembantu dan pendukung lain serta produk olahan minyak pala. Dalam hal ini, Pihak- penentuan lokasi proyek dan letak pabrik pihak yang dimintakan pendapat dan saran
(Ariyoto dalam Marimin 1993). Faktor yang sebagai pakar dalam rangka pemilihan prioritas
diperlukan untuk menentukan lokasi adalah strategi.
faktor ketersediaan bahan mentah, letak pasar
Pengumpulan Data
yang dituju, tenaga listrik dan air, ketersediaan Dalam
tenaga kerja dan fasilitas transportasi yang masalah pada kajian ini dibutuhkan data primer
cukup memadai perlu dijadikan dasar analisis dan sekunder, baik yang bersifat kualitatif
(Husnan dan Suwarsono, 1999). maupun kuantitatif. Data yang digunakan adalah:
d. Pengolahan hasil
a. Data produk olahan minyak pala yang Pengisian bobot untuk masing-masing digunakan
kriteria (pemilihan metode destilasi, produk terhadap produk olahan dari minyak pala.
olahan unggulan minyak pala, dan lokasi
b. Data produksi dan lokasi berupa luas lahan potensial pengembangan industri) mengguna- dan potensi lahan kebun pala per kecamatan
kan skala 1-5, yaitu mulai dari paling tidak
c. Data mengenai metode berupa pilihan penting sampai paling penting. Sedangkan metode
penentuan skor alternatif pada kriteria tertentu kelebihan dan kekurangan masing-masing
dilakukan dengan memberi nilai setiap metode.
alternatif
berdasarkan nilai kriterianya. Vol. 5 No. 1
68 Strategi dan Prospek Pengembangan Pemberian bobot pada kriteria dan penentuan
dengan metode uap langsung, namun metode skor pada alternatif menggunakan skala 1-5.
uap langsung tetap paling efisien dan relatif lebih Skala 1 berarti paling tidak berpotensi, skala 2
banyak digunakan untuk skala usaha besar, artinya tidak berpotensi, skala 3 artinya agak
sedangkan pengukusan banyak digunakan untuk berpotensi, skala 4 artinya berpotensi, dan
skala usaha kecil seperti yang banyak dilakukan skala 5 berarti paling berpotensi. Dasar
oleh petani.
pembagian ke dalam lima skala ini adalah pendapat
Tabel 2. Penentuan metode destilasi minyak pala kemampuan
perbedaan kualitatif secara baik disajikan
Nilai Alternatif Metode a*
b dalam lima atribut, yaitu equal, weak, strong, c
5 4.00 3.50 4.00 very strong dan absolut (Saaty, 1993). Data
1 Kemudahan
5 3.50 4.00 4.00 hasil pengisian kuesioner oleh ahli diolah
2 Sesuai dana
yang tersedia
4 3.50 4.00 3.50 penyaringan alternatif pemilihan metode
dengan menggunakan metode MPE untuk
3 Sesuai tingkat
penerimaan
destilasi, produk olahan agroindustri minyak
masyarakat
pala dan penentuan lokasi industri. Untuk
4 2.50 4.50 4.50 mendapatkan agregat dari pendapat pakar
4 Sesuai tingkat
pengetahuan
untuk nilai alternatif didasarkan pada kriteria
masyarakat
dengan menggunakan rataan geometrik.
3 3.50 4.00 3.50 lahan minimum Untuk mengetahui kelayakan finansial
5 Kebutuhan
3 3.00 3.00 dari agroindustri produk olahan minyak pala 3.00
6 Pencemaran
minimum
digunakan beberapa asumsi. Penentuan
1.808 2.306 2.678 posisi agroindustri produk olahan minyak
Total
3 2 1 pala didapatkan dari hasil pengisian dan
Ranking
*) a : perebusan; b : pengukusan; c : uap langsung pengolahan kuesioner berupa analisis faktor
internal dan eksternal. Selanjutnya diolah dengan memakai Matriks Internal-Eksternal
Hasil pengujian yang dilakukan pada (IE) dan analisis SWOT yang selanjutnya
penggunaan alat penyuling dengan metode uap menghasilkan alternatif strategi pengembang-
langsung yang telah mengalami perbaikan, an agroindustri produk olahan minyak pala.
diketahui bahwa total produksi minyak biji pala Untuk menentukan strategi prioritas dalam
dengan waktu penyulingan 24 jam menghasilkan rangka
rendemen 8,5% v/b (volume/berat). Pengujian Kabupaten Bogor melalui pengembangan
pemberdayaan
masyarakat
laboratorium menunjukkan bahwa sisa minyak agroindustri produk olahan minyak pala,
dalam ampas penyulingan sebesar 0,8%, b/v. digunakan alternatif strategi yang telah
menunjukkan bahwa pada dihasilkan
Hasil
tersebut
penyulingan selama 24 jam hampir seluruh menggunakan metode AHP dibantu software
minyak dalam biji pala sudah tersuling (91,4%) Expert Choice 2000.
sehingga secara teknis kinerja alat penyuling dengan metode uap langsung yang sudah
HASIL DAN PEMBAHASAN
diperbaiki cukup memadai. Bila pada penyulingan tradisional lama penyulingan lebih dari 30 jam,
Metode Destilasi Minyak Pala
menggunakan waktu Ada beberapa kriteria yang menjadi acuan
penyulingan 22 jam. Kadar myristisin dalam dalam memilih alternatif metode destilasi dalam
minyak hasil penyulingan 24 jam menjadi cukup rangka mencukupi kebutuhan akan minyak pala,
tinggi (9,37%).
yakni metode perebusan, metode pengukusan,
dan metode uap langsung.
Produk Olahan Unggulan Minyak Pala
pala memiliki banyak sekali responden dan pengolahan data melalui metode
Dari hasil pengisian
kegunaan. Minyak pala dan fuli digunakan MPE, didapatkan hasil seperti terlihat pada Tabel
sebagai penambah flavor pada produk-produk
2. Pada Tabel 2 terlihat responden memberikan olahan daging, pikel, saus dan sup, serta untuk bobot paling tinggi terhadap kriteria kemudahan
menetralkan bau yang tidak menyenangkan dari dan sesuai dengan dana yang tersedia.
rebusan kubis (Lewis dalam Librianto, 2004). Metode destilasi uap langsung menjadi
Pada industri Parfum, minyak pala digunakan prioritas pilihan dari responden karena metode
sebagai bahan pencampur minyak wangi dan uap
penyegar ruangan. Minyak pala yang berasal dari dibandingkan metode lainnya, selain itu hasil
langsung dianggap
paling
efisien
biji, fuli dan daun banyak digunakan untuk industri minyak pala yang diharapkan berupa mutu dan
obat-obatan, serta parfum dan kosmetik. Akhir- rendemen
akhir ini ada perkembangan baru pemanfaatan dibandingkan dengan metode pengukusan, harga
minyak atsiri pala, yaitu sebagai bahan baku alat memang tidak terlalu mahal bila dibandingkan
dalam
Jepang beberapa perusahaan menyemprotkan aroma minyak pala
aromaterapi.
Di
LUSIANAH et al Manajemen IKM
69 melalui
Strategi dan Prospek Pengembangan
Hasil analisis pemilihan lokasi industri meningkatkan mutu udara dan lingkungan.
sistem sirkulasi
udara
untuk
produk olahan minyak pala ditetapkan dengan Penggunaan dalam bentuk lain adalah potpourri,
mempertimbangkan kontinuitas industri produk lilin beraroma, atomizer, dan produk-produk
olahan minyak pala yang mengacu kepada pewangi lainnya (Nurdjannah, 2007).
baku (luas lahan dan Berdasarkan
kecukupan
bahan
kesesuaian agroklimat tanaman pala), kelancaran responden pakar, terdapat empat produk yang
produksi dari industri tersebut yang bergantung paling
kepada fasilitas penunjang, keamanan berusaha Kabupaten Bogor sesuai kondisi sosial ekonomi,
potensial untuk
dikembangkan
di
dan pemasaran produk olahan minyak pala khususnya
nantinya yang bergantung kepada kemudahan berkembang di Bogor. Produk olahan minyak pala
transportasi dan akses konsumen. itu sendiri memilki batasan, yaitu minyak pala
Berdasarkan hasil pengolahan kuesioner yang dihasilkan dari bahan baku baik akan
melalui MPE, didapatkan bahwa industri produk menghasilkan kadar myristicin tertentu, biasanya
olahan minyak pala dikembangkan di daerah langsung diekspor karena memiliki nilai ekonomi
Ciomas yang relatif masih memiliki kebun pala tinggi, sepanjang memenuhi standar yang
cukup luas + 43 Ha. Jarak Ciomas dari pusat kota ditentukan. Sementara itu hasil produksi minyak
maupun kecamatan lain seperti Dramaga yang pala yang berada di bawah mutu ekspor, nantinya
memiliki potensi industri manisan pala relatif lebih dikembangkan
dekat. Dengan pemanfaatan biji dan fuli pala yang melalui strategi dan prospek pengembangan dari
lebih lanjut
pemanfaatannya
berasal dari Dramaga dapat menjadi solusi industri produk olahan minyak pala.
pemenuhan kelangkaan bahan baku industri Setelah dilakukan inventarisasi terhadap
dalam pengembangannya.
produk-produk unggulan dari minyak pala, Kecamatan Ciomas memiliki wilayah terluas selanjutnya
dibanding empat alternatif wilayah lainnya, produk-produk unggulan olahan minyak pala yang
sehingga jika perluasan areal tanaman pala diperkirakan dapat dikembangkan dan dijadikan
diperlukan, Ciomas menjadi pilihan prioritas andalan dan berpotensi untuk dikembangkan di
dengan luas wilayah + 6.373,62 Ha atau 63,73 2 Kabupaten Bogor, yaitu daging olahan, sabun,
km . Sarana transportasi di Kecamatan Ciomas parfum
didukung oleh Jalan dan Jembatan yang dapat Pendekatan MPE digunakan dengan kriteria-
dan kosmetik,
serta
obat-obatan.
dilalui kendaraan roda empat sepanjang 58 km kriteria atas pertimbangan pendapat responden.
dan relatif lengkap sarana jaringan telpon (10.824 Pemberian bobot dengan metode ini sesuai
pelanggan), listrik PLN (23.891 pelanggan), dilakukan apabila responden adalah orang yang
jumlah telepon umum (175 unit) dan wartel (73 mengerti, paham, dan berpengalaman dalam
unit) berdasarkan survei lapang tahun 2005 menghadapi masalah keputusan yang dihadapi
(BAPPEDA Kab. Bogor, 2005). (Ma’arif, 2001). Hasil pengisian bobot kriteria kemudian digabungkan dengan menggunakan
Analisis Kelayakan Industri Produk Olahan
rataan geometrik.
Minyak Pala
Kriteria-kriteria yang digunakan dalam
1. Aspek Pasar dan Pemasaran
pemilihan produk olahan unggulan dari minyak Produk olahan minyak pala yang terpilih pala yang berpotensi dikembangkan di Kabupaten
Bogor merupakan hasil jajak pendapat dengan melalui metode MPE, yaitu kosmetik, sehingga analisis kelayakan yang dilakukan untuk
para pakar yang telah disebutkan sebelumnya. Hasil pengagregasian kuesioner/pendapat pakar
industri
termasuk parfum di dalamnya sebagai produk olahan minyak pala.
kosmetik,
menunjukkan bahwa kriteria kemudahan pasar, nilai
ekonomi, kegunaan
ada data yang memperlihatkan secara langsung besarnya
ini
belum
menyerap tenaga kerja merupakan kriteria yang menduduki peringkat empat teratas.
kebutuhan kosmetik termasuk parfum di Kabupaten Bogor. Namun besarnya kebutuhan
Lokasi Potensial Pengembangan Industri
akan produk kosmetik dan parfum dapat
Produk Olahan Minyak Pala
diperkirakan dengan asumsi jumlah pengguna Kabupaten Bogor terdiri dari 40 Kecamatan.
atau konsumen akhir, yakni penduduk wanita dewasa yang ada di Kabupaten Bogor.
Namun berdasarkan data awal luas lahan dan produksi perkebunan pala di Kabupaten Bogor
Berdasarkan data tahun 2007, jumlah penduduk usia 15 – 64 tahun di Kabupaten
tahun 2006 dan berdasarkan jajak pendapat dengan responden yang sama, ada lima lokasi
Bogor adalah 2.879.380 jiwa, sedangkan jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin
(Taman Sari, Dramaga, Cijeruk, Ciomas, dan Caringin) yang dinilai memenuhi kriteria. Kriteria
adalah 2.178.831 laki-laki dan 2.059.131 wanita. Jika rasio perbandingan antara jumlah
yang digunakan telah disepakati responden untuk menjadi pertimbangan dalam strategi dan prospek
penduduk wanita dibandingkan total jumlah penduduk dan dikalikan dengan jumlah
pengembangan industri produk olahan minyak pala.
penduduk usia 15 – 64 tahun, maka diperoleh prakiraan jumlah penduduk wanita usia 15 –
Vol. 5 No. 1
70 Strategi dan Prospek Pengembangan
terbaru dari Dinas 1.399.026
64 tahun di Kabupaten Bogor sebanyak
Menurut
data
Kesehatan Kabupaten Bogor jumlah apotik, diasumsikan 80% mengkonsumsi kosmetik
salon kecantikan, dan klinik perawatan wajah olahan dasar minyak pala ini, dengan rataan
di Kabupaten Bogor berjumlah 172 buah, konsumsi 15 g per orang per bulannya.
terdiri dari 170 buah apotek, dan 2 diantaranya Berdasarkan
adalah satu salon di Kecamatan Citereup kosmetik rata-rata di
dengan ijin terdaftar di Dinas Kesehatan, dan sebesar 16.788 kg per bulan.
Kabupaten Bogor
satu klinik perawatan kecantikan di wilayah Dengan diketahuinya kapasitas produksi
Kecamatan Gunung Puteri. Sedangkan data per hari, maka dapat dihitung kebutuhan biji
salon-salon berskala kecil atau rumahan belum dan fuli pala untuk memenuhi kebutuhan 823
terdapat data yang pasti, mengingat usaha ini kg biji dan fuli pala (rendemen mesin
biasa berdiri tanpa disertai ijin resmi dari Dinas penyulingan
Kesehatan maupun Disperindag. Dari jumlah penyulingan 8 jam, penyulingan minyak 2
tersebut, dapat diperkirakan industri yang akan kali/hari, mesin menghasilkan 165 liter atau
dikembangkan kurang lebih dapat memasok 110 kg minyak pala per hari).
10 kg kosmetik per bulan untuk satu apotik, Kebutuhan biji dan fuli pala tersebut
salon atau klinik kecantikan. Jika diasumsikan dipenuhi dari luasan kebun pala rakyat yang
produk ini rataan dikemas 15 g per wadah ada di Kabupaten Bogor, yakni di Kecamatan
kemasan, maka jumlah yang dapat dipasok Ciomas, Kecamatan Dramaga, Kecamatan
rataan 27 buah wadah kemasan 15 g per hari Taman sari dengan luasan masing-masing 43
atau 648 wadah kemasan per bulan. Asumsi
ha, 37 ha, dan 46 ha. Kekurangan luasan tersebut belum menyentuh pasar yang ada di dipenuhi seluas 14 ha dari 103,35 ha luasan
Kodya Bogor, atau toko obat dan toko yang ada di Kecamatan Cijeruk. Berdasarkan
kosmetik yang belum terdaftar di Dinas data yang sama produksi pala per hektarnya
Kesehatan Kabupaten Bogor. rataannya mencapai 7,92 ton. Total luasan yang dapat memenuhi kebutuhan bahan baku
2. Aspek Teknis dan Teknologi
industri yang akan dikembangkan sekitar 140
Rencana
pengembangan industri
parfum didalamnya diperoleh melalui bantuan Pemerintah Daerah
ha atau setara 14.000 bibit pohon pala
kosmetik
dengan
merupakan produk olahan minyak pala Kabupaten Bogor.
membutuhkan dua buah mesin penyulingan Menurut Badan Koordinasi Penanaman
dengan metode destilasi. Mesin ini terdiri dari Modal Propinsi Maluku, hasil rataan dari 1
komponen tungku pemanas, ketel, pendingin, pohon pala adalah masing-masing biji pala 8
dan tabung pemisah. Untuk penyulingan kg dan fuli 2 kg. Dari 140 ha tanah yang
berkapasitas besar bahan di dalam ketel ditanami 14.000 pohon pala memperoleh hasil
disusun secara difraksi (diberi antara), agar untuk 2 kali panen dalam 1 tahun, yaitu biji
uap air dapat berpenetrasi dengan merata pala 201.600 kg dan fuli 50.400 kg (umur
sehingga penyulingan lebih singkat dan pohon yang menghasilkan atau siap panen
rendemennya lebih tinggi. Penyulingan cara itu adalah 8 tahun). Berat biji pala sekitar 1/5, 5
membutuhkan waktu 8 jam dengan rendemen bagian
minyak 13,33% (Hernani dan Risfaheri dalam sedangkan fuli 1/22 bagian dari berat
dari berat
keseluruhan
buah,
Hadad et al, 2006). Dari hasil analisis aspek keseluruhan buah pala. Jumlah ini diperkirakan
mesin destilasi yang cukup untuk keperluan industri dalam satu
teknologi,
maka
dibutuhkan adalah sebanyak 2 buah dengan tahun.
rendemen 13,33%, lama penyulingan 8 jam Jika dilihat dari sisi persaingan, maka hal
per ketel, penyulingan minyak 1 kali/hari, satu yang paling mengancam adalah produk
bulan 24 hari kerja dan mesin dapat kosmetik yang berasal dari bahan kimia.
menghasilkan 110 kg minyak pala per hari. Pengusaha salon atau konsumen perorangan
Dari penyulingan tiap harinya diasumsikan masih banyak yang belum memperhatikan
hasil produk dengan kadar myristicin yang efek samping penggunaan kosmetik berbahan
memenuhi mutu untuk diekspor rata-rata dasar kimia untuk jangka panjang, terutama
sebesar 36%, sedang 64% merupakan mutu bahan kimia yang disinyalir badan sertifikasi
lokal yang akan menjadi bahan baku dan badan stadarisasi produk kosmetik sangat
pembuatan kosmetik.
pembuatan kosmetik lainnya seperti ginjal. Hal ini juga disebabkan
berbahaya, baik bagi kulit maupun organ tubuh
Dalam
proses
dibutuhkan alat pemanas pada suhu tertentu belum terlalu meluasnya atau tersosialisasinya
untuk fasa air dan fasa minyak, mixer dan produk kosmetik berbahan dasar herbal seperti
pengaduk untuk memperoleh emulsi. Setelah minyak pala misalnya. Padahal jika dilihat dari
pendinginan sampai mencapai suhu tertentu segi keamanan, minyak pala lebih aman
ditambah emulgator, pewarna dan pewangi dibandingkan dengan bahan kimia yang
(parfum), selanjutnya diemulsikan kembali. biasanya terdapat dalam kosmetik dan parfum
Setelah dilakukan viskositas dan pewarnaan berbahan dasar kimia.
yang sesuai standar, produk disimpan dalam LUSIANAH et al
Manajemen IKM
71 drum untuk kemudian diisi dalam wadah dan
Strategi dan Prospek Pengembangan
Aspek Ekonomi dan Keuangan
dikemas. Dari hasil analisis sebelumnya,
1. Biaya investasi
kapasitas kosmetik yang dibuat adalah 70 kg Biaya investasi diperlukan untuk memulai per hari, dapat mencukupi kebutuhan toko usaha/proyek, yang meliputi biaya tanah, kosmetik, salon kecantikan, klinik perawatan, bangunan, mesin dan peralatan, fasilitas dan apotek di Kabupaten Bogor. penunjang, serta perizinan yang diperlukan.
3. Aspek Sumber Daya Manusia
Biaya investasi ini bersifat tetap (fixed) dan Strategi dan prospek pengembangan
harus dikeluarkan ditahun ke-0 sebelum industri kosmetik yang merupakan produk
usaha/proyek. Jumlah biaya olahan minyak pala di Kabupaten Bogor
melakukan
investasi yang diperlukan pada tahun ke-0 membutuhkan SDM yang mengetahui tentang
untuk mendirikan industri kosmetik yang minyak pala dan juga tenaga-tenaga khusus
merupakan produk olahan minyak pala Rp. untuk menjemur dan melepas biji kering dari
493.206.000 (Tabel 3).
cangkangnya, serta
menimbang
dan
menggiling biji pala yang akan disuling. Tabel 3. Kebutuhan biaya investasi Tenaga kerja yang direncanakan terbagi
Jumlah
menjadi dua jenis yaitu tenaga kerja langsung
No.
Komponen Investasi Biaya (Rp.)
dan tidak langsung. Tenaga kerja tidak langsung terdiri dari satu orang direktur, satu
1 175 000 orang manajer produksi dan pengendalian
1 Perizinan
37 500 000 mutu serta satu orang manajer SDM, lima
2 Tanah/Lahan
90 000 000 orang karyawan serta dua orang mandor
3 Bangunan
4 Mesin dan Peralatan 229 476 000 lapang. Sedangkan tenaga kerja langsung
25 055 000 terdiri dari 41 orang khusus pra penyulingan
5 Fasilitas Penunjang
110 000 000 biji dan fuli pala, dengan asumsi setiap orang
mampu mengerjakan tugas tersebut sebanyak
20 kg per hari selain juga bertugas menjemur, Komponen biaya investasi yang paling empat orang operator mesin destilasi minyak
besar digunakan untuk mesin dan peralatan pala, 7 orang bertugas membuat kosmetik, 5
yang besarnya 46,53% dari seluruh kebutuhan orang pada bagian pengemasan dan distribusi.
industri kosmetik yang Kebutuhan tenaga kerja dipenuhi dari
biaya
investasi
merupakan produk olahan minyak pala. masyarakat Kabupaten Bogor dan juga dari
Komponen ini terdiri dari mesin dan peralatan luar. Tenaga khusus pra penyulingan minyak
pengolahan bahan baku minyak pala senilai pala diambil dari masyarakat sekitar Kabu-
mesin dan peralatan paten Bogor, terutama masyarakat yang hidup
Rp.
pengolahan kosmetik senilai Rp. 110.406.000 dekat dengan lokasi industri kosmetik. Hal ini
Menurut Nurdjannah (2007), proses dimaksudkan dalam rangka memberdayakan
pengolahan minyak pala dengan tenggang masyarakat Kabupaten Bogor, serta adanya
waktu 10 tahun dibutuhkan biaya investasi industri kosmetik dan prospek lain dari minyak
mesin dan peralatan Rp. 119.070.000 dengan pala ini diharapkan dapat merekrut tenaga
kapasitas 21,5 ton minyak per tahun, sesuai kerja produktif yang masih menganggur.
dengan kapasitas industri pengolahan bahan Dalam rangka meningkatkan mutu dari
baku minyak pala yang akan didirikan. produk kosmetik yang dihasilkan, maka perlu
Sedangkan mesin dan peralatan pengolahan adanya peningkatan mutu SDM/tenaga kerja
kosmetik diasumsikan sesuai dengan industri yang terkait dengan industri. Kerjasama
kosmetik dan jamu tradisional yang ada di dengan
Kulonprogo (SIPUK BI, 2008), mengingat instansi yang berkaitan diharapkan mampu
belum ada data industri kometik yang mewujudkan peningkatan kualitas tersebut.
merupakan produk olahan minyak pala. Hal inilah yang perlu menjadi perhatian
Fasilitas penunjang yang dimaksud adalah terutama bagi direktur dan manajer SDM.
instalasi telepon, listrik, air, komputer dan Pelatihan mengenai minyak pala maupun
perlengkapan kantor lainnya. produk-produk turunannya perlu diadakan secara rutin, mengingat minyak pala termasuk
2. Biaya Operasional
hal yang masih baru bagi masyarakat Biaya operasional merupakan biaya yang Kabupaten Bogor. Pelatihan lain yang perlu
diperlukan dalam memproduksi kosmetik diadakan adalah mengenai pengendalian dan
olahan dasar minyak pala. Besarnya biaya peningkatan mutu produk atau tentang
operasional ini tergantung pada jumlah yang teknologi.
akan diproduksi. Semakin banyak bahan baku yang diproduksi maka biaya operasional semakin tinggi. Oleh karena itu, biaya
operasional umumnya merupakan biaya tidak tetap (variable cost) yang terdiri dari biaya
Vol. 5 No. 1
72 Strategi dan Prospek Pengembangan bahan baku dan tenaga kerja langsung. Selain
kerja ini adalah sebesar Rp. 67.180.000. biaya tidak tetap, biaya operasional juga
Biaya bahan pembantu dan penunjang, yaitu meliputi biaya overhead yang merupakan
bahan emulgator bagi kosmetik, pewangi, biaya tetap yang harus dikeluarkan setiap
pewarna dan sebagainya, serta bahan bakar bulannya dan sifatnya tidak langsung.
dan kemasan. Biaya overhead yang bersifat Biaya variabel diproyeksikan dengan
tetap (fixed cost) meliputi biaya tenaga kerja asumsi bahwa pada tahun pertama usaha
tidak langsung (direktur, manajer, karyawan, beroperasi pada kapasitas 85%, pada tahun
biaya pemasaran, kedua beroperasi pada kapasitas 95%, dan
mandor
lapang),
administrasi, perawatan, biaya margin bank, baru pada tahun ketiga, serta seterusnya
penyusutan, dan pemeliharaan yang jumlah industri beroperasi pada kapasitas penuh
totalnya adalah Rp. 41.114.788. (100%). Kebutuhan biaya operasional untuk industri kosmetik pada kapasitas 100%
3. Sumber dan Struktur Pembiayaan
besarnya mencapai Rp. 1.076.250.788. Biaya investasi yang diperlukan dalam Besarnya biaya operasional untuk masing
industri kosmetik yang merupakan produk masing komponen sebagaimana tergambar
olahan minyak pala bersumber dari modal pada Tabel 4.
sendiri
pembiayaan perbankan. Pembiayaan dari perbankan terdiri dari
dan
Tabel 4. Kebutuhan biaya operasional per bulan pembiayaan investasi dan pembiayaan modal kerja. Diasumsikan besarnya margin pembia-
Jumlah Biaya
yaan perbankan setara 16,5% per tahun.
No. Biaya Operasional
(Rp.)
Jangka waktu pengembalian modal sesuai
1. Biaya bahan baku dan
dengan umur industri/proyek selama lima TK langsung
tahun. Struktur pembiayaan investasi dan
2. Biaya bahan pembantu
modal kerja dapat dilihat pada Tabel 5. dan penunjang
3. Biaya overhead
Tabel 5. Struktur pembiayaan industri kosmetik
Jumlah
Tahun ke-0
No.
Sumber Pembiayaan (Rp.)
Asumsi harga biji dan fuli pala per kilo
1. Dana Investasi
adalah Rp. 35.000 Jika industri memiliki 2
a. Pembiayaan (65%) 320.583.900 buah ketel dan masing-masing ketel dapat
b. Dana Sendiri (35%) 172.622.100 beroperasi 1 kali sehari dan hari kerja 24 hari
Jumlah Dana Investasi 493.206.000 per bulan, maka diperlukan biaya bahan baku
2. Dana Modal Kerja
412 kg x 1 penyulingan x 2 ketel x 24 hari x Rp. 35.000/kg = Rp. 692.160.000 per bulan.
a. Pembiayaan (65%) 754.020.150 Tenaga kerja langsung terdiri dari tenaga pra
b. Dana Sendiri (35%) 406.010.850 penyulingan dengan upah Rp. 2.000 untuk
Jumlah Dana Modal Kerja 1.160.031.000 setiap kilogram proses pra penyulingan biji dan
3. Total Biaya Proyek
fuli yang dikerjakan ditambah uang makan Rp.
a. Pembiayaan (65%) 1.074.604.050 5.000 per hari, sedangkan operator mesin
b. Dana Sendiri (35%) 578.632.950 penyulingan minyak pala dan mesin kosmetik
Jumlah Biaya Proyek 1.653.237.000 dengan upah per bulan Rp. 1.750.000,
pembuat kosmetik dengan upah Rp. 45.000 Besarnya jumlah angsuran adalah dari per hari ditambah uang makan Rp. 5.000 per
pengembalian pokok pembiayaan ditambah hari, serta pengemasan dan distribusi dengan
Perhitungan rinci upah per bulan Rp. 1.500.000. Biaya
margin
pembiayaan.
mengenai jadwal pengembalian pembiayaan keseluruhan untuk ketiga kelompok tenaga
dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Angsuran pembiayaan investasi dan modal kerja industri kosmetik
Outstanding Tahun
Angsuran (Rp) Pembiayaan
Pokok (Rp)
4. Harga dan Prakiraan Penerimaan
harinya 36% adalah minyak pala bermutu baik Sesuai dengan asumsi semula bahwa
sesuai standar yang ditentukan, sehingga tidak dari total minyak pala yang diproduksi setiap
perlu diolah menjadi produk olahan berupa
LUSIANAH et al Manajemen IKM
73 kosmetik dan sisanya (64%) dijadikan bahan
Strategi dan Prospek Pengembangan
minyak pala menjadi produk-produk yang baku produk olahan kosmetik. Harga minyak
memilki prospek ke depan lebih baik. Selain itu pala bermutu dan harga kosmetik ditentukan
dengan adanya krisis global yang dialami dengan menggunakan metode full costing.
dunia saat ini, beberapa komitment ekspor dari Berdasarkan perhitungan dengan mengguna-
pembatalan dan kan metode ini didapatkan harga pokok untuk
Indonesia
mengalami
berimbas pada lesunya situasi ekspor saat ini. satu kilogram minyak pala Rp. 294.468,
Tidak menutup kemungkinan dialami komoditi sedangkan harga pokok 15 g kosmetik Rp.
minyak pala. Sementara menunggu situasi 7.384 Nilai tersebut dihitung pada saat pabrik
ekspor membaik, faktor ketahanan dari minyak berproduksi pada kapasitas penuh. Harga jual
pala itu sendiri kurang mendukung, hingga ditentukan dengan cara menambahkan harga
diperlukan proses lebih lanjut menjadi produk pokok
olahan atau mencari solusi agar minyak yang kosmetik dan 2% untuk minyak pala, sehingga
dengan keuntungan
untuk
dihasilkan dapat lebih tahan lama. Dengan harga jual untuk produk minyak pala mutu baik
mark up harga pokok 2% pada kapasitas adalah Rp. 300 000.00 (pembulatan) per kg
penuh, prakiraan penerimaan dari hasil dan harga jual untuk produk kosmetik adalah
penjualan minyak pala ini Rp. 3.456.000.000. Rp. 8.860 (pembulatan) per 15 g atau Rp. 590.725 per kg. Besarnya mark up ini ditentu-
5. Proyeksi Arus Kas
kan atas pertimbangan perkiraan keuntungan Aliran kas dihitung dengan mengurang- yang ingin didapatkan dari hasil penjualan agar
kan kas masuk dengan kas keluar. Aliran kas industri menguntungkan secara finansial,
masuk dalam industri kosmetik ini berasal dari khususnya bagi petani pala di Kabupaten
modal sendiri, modal pinjaman (pembiayaan), Bogor yang selama ini mengalami kelesuan.
dan pendapatan hasil penjualan. Aliran kas Besarnya keuntungan yang diharapkan
keluar terdiri dari biaya modal tetap dan modal tidak akan mengurangi kemampuan bersaing
kerja pada saat awal proyek dan angsuran dari produk kosmetik olahan dasar minyak
pinjaman (pembiayaan) yang harus dikembali- pala. Harga jual tersebut berada di bawah
digunakan dalam pasaran kosmetik non brand saat ini yang
perhitungan aspek keuangan dan proyeksi berkisar Rp. 10.000 - Rp. 15.000 untuk
pendapatan industri kosmetik yang merupakan kemasan 15 g, dengan mutu tidak kalah
produk olahan minyak pala. dengan kosmetik olahan dasar kimia dan
Analisis proyeksi arus kas usaha industri harga lebih murah. Penerimaan pada industri
kosmetik yang merupakan produk olahan kosmetik ini diasumsikan konstan setiap
minyak pala digunakan untuk memperoleh tahunnya (tidak ada perubahan harga), maka
gambaran finansial mengenai pendapatan dan pada
biaya usaha, kemampuan usaha untuk penerimaan didapatkan belum pada kapasitas
tahun pertama
sampai
kedua,
(pembiayaan) dan penuh. Pada kapasitas penuh, prakiraan
membayar
pinjaman
kelayakan usaha.
penerimaan dari hasil penjualan kosmetik ini Perhitungan tersebut memerlukan dasar- Rp. 11.909.007.552.
dasar perhitungan yang diasumsikan berdasar- Untuk produk minyak pala mutu baik yang
kan hasil studi literatur, dengan mempertim- tidak diolah kembali menjadi produk kosmetik,
bangkan kapasitas produksi yang sama atau namun langsung dijual ke pasaran, sehingga
perhitungan secara proporsional, mengingat di dinilai kurang memiliki prospek baik untuk
Kabupaten Bogor belum terdapat industri kondisi saat ini. Jika melihat dari harga pokok
kosmetik yang merupakan produk olahan dan
minyak pala. Proyeksi pendapatan industri ini perhitungan
harga jual
disajikan dalam Tabel 7.
tersebut tidak akan memiliki kemampuan Pada awal tahun pertama, arus kas bersaing pada kapasitas produksi penuh,
sudah menunjukkan angka positif, berarti sejak karena tingkat harga rataan pasaran minyak
tahun pertama hingga tahun ke lima industri pala berkisar Rp. 270.000 per kg, bahkan
mengalami surplus dan tidak mengalami harga pokoknya masih berada di atas harga
kesulitan likuiditas.
pasaran yakni Rp. 294.468. Hal ini disebabkan tingkat harga bahan baku biji dan fuli pala yang
6. BEP
masih tinggi berkisar Rp. 35.000 - Rp. 65.000
perhitungan titik impas per kg. Seperti yang telah dibahas pada bab
Hasil
menunjukkan bahwa perusahaan mencapai sebelumnya, bahwa kondisi beberapa industri
titik impas pada tingkat penjualan Rp. pengolahan minyak pala di Kabupaten Bogor
1.758.125.427 per tahun, seluruh biaya saat ini sedang mengalami kelesuan dan
produksi dapat tertutup. Supaya industri beberapa
minyak pala dapat memang menjadi bahan pemikiran untuk
menguntungkan, maka tingkat penjualannya mencari alternatif pengolahan lebih lanjut dari
harus lebih dari angka tersebut.
Vol. 5 No. 1
74 Strategi dan Prospek Pengembangan Tabel 7. Proyeksi pendapatan industri kosmetik yang merupakan produk olahan minyak pala
Tahun
No. Komponen Pendapatan
A Kapasitas Produksi (%)
B Penerimaan Penjualan
3.456 3.456 MinyakPala (jutaan Rp)
11.909 11.909 Kosmetik (jutaan Rp)
C Penerimaan Penjualan
dibandingkan manfaat yang diberikan tingkat PBP disebut juga periode pengembalian
suku bunga bank.
adalah suatu periode yang menunjukkan Net B/C Ratio sering disebut sebagai lamanya modal yang ditanam dalam proyek
profitability index yang merupakan perban- tersebut dapat kembali dan menggambarkan
dingan antara keuntungan yang diperoleh lamanya
terhadap biaya yang dikeluarkan. Industri diinvestasikan dapat dikembalikan (Rangkuti
waktu agar dana
yang telah
kosmetik mempunyai nilai Net B/C 1,16. Hasil 2000). Hasil perhitungan menunjukkan bahwa
perhitungan ini menunjukkan bahwa industri industri dapat mengembalikan modal dalam
tersebut layak untuk dilaksanakan, karena nilai jangka waktu 11 bulan 15 hari.
Net B/C lebih dari satu.
8. Kelayakan Investasi
9. Analisis Sensitivitas
Kriteria investasi yang digunakan dalam Analisis sensitivitas dilakukan terhadap menilai kelayakan industri kosmetik ini adalah
kondisi paling umum yang mungkin terjadi, NPV, IRR, dan Net B/C Ratio. Rekapitulasi
yaitu penurunan harga jual produk, kenaikan nilai kriteria kelayakan investasi untuk industri
harga bahan baku dan penggabungan kedua kosmetik ini dapat dilihat pada Tabel 8.
kondisi tersebut. Analisis sensitivitas dilakukan dengan asumsi biaya lainnya tetap.
Tabel 8. Rekapitulasi Perhitungan NPV, IRR, Berdasarkan hasil analisis sensitivitas PBP dan B/C Ratio
terhadap kondisi pada saat bahan baku mengalami kenaikan 10% industri kosmetik
Kriteria Kelayakan
Satuan
Ratio/Nilai
yang merupakan produk olahan minyak pala
masih layak. Hal ini disebabkan kenaikan NPV
Investasi
bahan baku tidak terlalu memberikan pengaruh IRR
Rp
yang dikeluarkan, jika PBP
penerimaan yang B/C Ratio
diterima. Pada kondisi harga jual produk turun 5%, industri ini masih layak dipertimbangkan,
Nilai NPV untuk industri kosmetik ini karena berkurangnya penerimaan masih dapat dihitung pada tingkat suku bunga 16.5% per
menutupi biaya-biaya yang ada sehingga tidak tahun yakni Rp. 4.362.473.952 Proyek industri
menimbulkan dampak yang terlalu buruk dinilai menguntungkan, sehingga dinyatakan
terhadap profit yang diterima perusahaan. layak akibat nilai sekarang penerimaan-
Pada kondisi gabungan, yaitu bahan baku naik penerimaan kas bersih di masa mendatang
10% dan harga jual produk turun 5%, maka lebih besar daripada nilai sekarang investasi.
industri masih layak untuk dipertimbangkan, Nilai
karena turunnya harga jual maupun naiknya didapatkan 47,2% per tahun dengan tingkat
harga bahan baku tetap tidak mempengaruhi discount
posisi laba industri. Kondisi tersebut dapat berpedoman
terlihat pada Tabel 9.
pembiayaan yang berlaku dan tingkat suku Dari Tabel 9 terlihat perbandingan dua bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Proyek
skenario arus kas, dimana industri kosmetik ini industri
lebih sensitif terhadap kenaikan harga bahan dilaksanakan, karena memiliki IRR lebih besar
ini dinyatakan
layak
untuk
baku daripada penurunan harga jual, sehingga dari nilai discount rate, artinya investasi
dapat menjadi pertimbangan bagi industri tersebut
untuk memilih strategi pemasaran melalui “perang harga.”
LUSIANAH et al Manajemen IKM
75 Tabel 9. Analisis Sensitivitas Industri Kosmetik
Strategi dan Prospek Pengembangan
Kriteria Kelayakan
Bahan Baku Naik 10% Proyek
Kondisi
Harga Jual
Bahan Baku
dan Harga Jual Turun 5%
671.483.594 IRR (%)
NPV (Rp.)
33,90 PBP (tahun)
3,3 B/C Ratio
1,04 Status Kelayakan
Strategi Pengembangan Industri Produk
belum efektif, (5) Kurangnya bahan baku akibat
Olahan Minyak Pala
kurangnya gairah petani pala, (6) Terbatasnya modal petani pala, dan (7 ) Tidak adanya pola
Penentuan Posisi Agroindustri Produk Olahan Minyak Pala
bapak angkat.
Faktor eksternal yang menjadi peluang :
1. Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal
(1) Prospek pasar dalam negeri dan luar Untuk mengetahui faktor internal yang
Kebijakan pemerintah yang menjadi kekuatan dan kelemahan dari industri mendukung pengembangan agroindustri, (3) yang dikembangkan dilakukan jajak pendapat Adanya perhatian dari litbang untuk pengem- faktor internal yang menjadi kekuatan : (1) bangan minyak pala, dan (4) Meningkatnya Potensi sumber daya lahan, (2) Tersedianya
negeri,