Etika bisnis dan profesi akuntansi

MAKALAH
PERANAN DAN PENERAPAN ETIKA DIDALAM BISNIS TRANSPORTASI

Kata Pengantar
Rasa syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang dengan rahmat dan hidayahNya kami
dapat menyelesaikan makalah ini, untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Etika Bisnis dengan
tema Peranan dan Penerapan etika didalam bisnis transportasi.
Semoga dengan tersusunnya makalah ini dapat berguna bagi kami dalam memenuhi tugas
Mata Kuliah Etika Bisnis. Dan dengan tersusunnya makalah ini diharapkan juga bisa menjadi
pedoman bagi yang membaca
Dalam penyusunan makalah ini penulis telah berusaha dengan segenap kemampuan, sebagai
pemula tentunya masih banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, kritik dan saransaran anda kami butuhkan agar makalah ini menjadi lebih baik dan digunakan sebagaimana
fungsinya.
Melalui kesempatan yang sangat berharga ini kami menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian makalah ini,
terutama kepada yang terhormat Ibu Siti Krisnawati selaku dosen Etika Bisnis. Serta Semua
pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu dalam kesempatan ini, yang telah memberikan
bantuan moral dan materiil dalam proses penyelesaian makalah ini. Semoga Allah SWT,
memberikan balasan atas kebaikan yang telah diberikan kepada penulis.
Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya


Daftar isi

Pendahuluan
Bisnis modern merupakan realitas yang amat kompleks. Banyak faktor yang turut
mempengaruhi dan menentukan kegiatan bisnis. Antara lain ada faktor organisatorismanajerial, ilmiah-teknologis dan politik-sosial-kultural. Kompleksitas bisnis itu berkaitan
langsung dengan kompleksitas masyarakat modern sekarang. Sebagian kegiatan sosial, bisnis
dengan banyak cara terjalin dengan kompleksitas masyarakat modern itu.
Etika dapat diartikan sebagai pegangan atau orientasi dalam menjalani hidup. Ini berarti
tindakan manusia selalu mempunyai tujuan tertentu yang ingin dicapainya. Ada sasaran dan
arah dari tindakan atau hidup manusia.
Perlunya etika dalam berbisnis. Pada saat ini, mungkin ada sebagian masyarakat yang belum
mengenali apa itu etika dalam berbisnis. Bisa jadi masyarakat beranggapan bahwa berbisnis
tidak perlu menggunakan etika, karena urusan etika hanya berlaku di masyarakat yang
memiliki kultur budaya yang kuat. Ataupun etika hanya menjadi wilayah pribadi seseorang.
Tetapi pada kenyataannya etika tetap saja masih berlaku dan banyak diterapkan di masyarakat
itu sendiri. Bagaimana dengan di lingkungan perusahaan?. Perusahaan juga sebuah organisasi
yang memiliki struktur yang cukup jelas dalam pengelolaannya. Ada banyak interaksi antar
pribadi maupun institusi yang terlibat di dalamnya. Dengan begitu kecenderungan untuk
terjadinya konflik dan terbukanya penyelewengan sangat mungkin terjadi. Baik dalam tataran
manajemen ataupun personal dalam setiap team maupun hubungan perusahaan dengan

lingkungan sekitar. Untuk itu etika ternyata diperlukan sebagai kontrol akan kebijakan, demi
kepentingan perusahaan itu sendiri. Etika bisnis mempunyai peranan penting sebagai
kerangka implementasi good corporate governance (GCG). Kode etik dalam tingkah laku
berbisnis di perusahaan merupakan suatu acuan bagi seluruh karyawan, karyawan , para
manajer dan bahkan para dewan direksi dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Moral untuk
melakukan kejujuran, keterbukaan, dan profesional, berisi nilai-nilai moral dan universal.
Kini etika bisnis sudah mempunyai status ilmiah yang serius. Ia semakin diterima diantara
ilmu yang sudah mapan dan memiliki ciri-ciri yang biasanya menandai sebuah ilmu. Tentu
saja, masih banyak harus dikerjakan. Etika bisnis harus berusaha untuk membuktikan diri
sebagai disiplin ilmu yang dapat disegani.
Dalam prinsip-prinsip etika bisnis terdapat salah satu yang penting yaitu tanggung jawab
moral, persoalan pelik yang harus dijawab pada tempat pertama adalah manakah kondisi bagi
adanya tanggung jawab moral. Dengan adanya prinsip tersebut dapat dikatakan bahwa
perusahaan harus bertanggung jawab atas tindakan dan kegiatan bisnisnya yang mempunyai
pengaruh atas orang-orang tertentu, masyarakat, serta lingkungan dimana perusahaan itu
beroperasi. Maka, secara negatif itu berarti suatu perusahaan harus menjalankan kegiatan
bisnisnya sedemikian rupa sehingga tidak merugikan pihak-pihak tertentu dalam masyarakat.
Secara positif itu berarti suatu perusahaan harus menjalankan kegiatan bisnisnya sedemikian
rupa sehingga pada akhirnya akan dapat ikut menciptakan suatu masyarakat yang baik dan
sejahtera.


Latar Belakang Masalah

LANDASAN TEORI
A. Deskripsi Teori
1. Bisnis
a. Pengertian Bisnis
Bisnis dalam arti luas adalah suatu istilah umum yang menggambarkan suatu aktivitas dan
institusi yang memproduksi barang dan jasa dalam kehidupan sehari-hari (Amirullah,
2005:2). Menurut Bukhori Alma (1993:2), bisnis adalah sejumlah total usaha yang meliputi
pertanian, produksi, konstruksi, distribusi, transportasi, komunikasi, usaha jasa dan
pemerintah, yang bergerak dalam bidang membuat dan memasarkan barang dan jasa kepada
konsumen. Menurut Louis E. Boone (2007:5), bisnis (bussines) terdiri dari seluruh aktivitas
dan usaha untuk mencari keuntungan dengan menyediakan barang dan jasa yang dibutuhkan
bagi sistem perekonomian, beberapa bisnis memproduksi barang berwujud sedangkan yang
lain memberikan jasa. Sedangkan perilaku merupakan tindakan seseorang dalam kehidupan
sehari-hari. Oleh karena itu, bisnis merupakan tindakan individu dan sekelompok orang yang
menciptakan nilai melalui 12 penciptaan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat dan memperoleh keuntungan melalui transaksi.
b. Jenis - jenis Bisnis

Menurut Indriyo Gito Sudarmo (1993: 3), ada beberapa macam jenis bisnis, untuk
memudahkan mengetahui pengelompokannya maka dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1) Ekstraktif, yaitu bisnis yang melakukan kegiatan dalam bidang pertambangan atau
menggali bahan-bahan tambang yang terkandung di dalam perut bumi.
2) Agraria, yaitu bisnis yang menjalankan bisnisnya dalam bidang pertanian.
3) Industri, yaitu bisnis yang bergerak dalam bidang industri.
4) Jasa, yaitu bisnis yang bergerak dalam bidang jasa yang menghasilkan produk-produk
yang tidak berwujud.
c. Elemen Bisnis
Elemen bisnis yang utama dan merupakan sumber daya yang kompetitif bagi sebuah bisnis
terdiri dari empat elemen utama yaitu:
1) Modal, yaitu sejumlah uang yang digunakan dalam menjalankan kegiatan-kegiatan bisnis.
2) Bahan material, yaitu bahan-bahan yang terdiri dari sumber daya alam, termasuk tanah,
kayu, mineral, dan minyak. Sumber daya alam tersebut disebut juga sebagai faktor produksi
yang dibutuhkan 13 dalam melaksanakan aktivitas bisnis untuk diolah dan menghasilkan
barang dan jasa yang dibutuhkan masyarakat.

3) Sumber daya manusia, yaitu sumber daya yang berkualitas yang diperlukan untuk
kemajuan sebuah bisnis.
4) Keterampilan manajemen

5) Suatu bisnis yang sukses adalah suatu bisnis yang dijalankan dengan manajemen yang
efektif. Sistem manajemen yang efektif adalah sistem yang dijalankan berdasarkan prosedur
dan tata kerja manajemen.
2. Etika Bisnis
a. Pengertian Etika Bisnis
Etika berasal dari kata Yunani yaitu ethos yang berarti tempat tinggal, padang rumput,
kandang, kebiasaan, adat, watak, perasaan, sikap, cara berpikir. Bentuk jamaknya adalah ta
etha, yang berarti adat istiadat. Dalam hal ini, kata etika sama pengertiannya dengan moral.
Menurut Suhardana (2006) dalam Sukirno Agus dan I Cekik Ardana (2009: 127-128) istilah
lain dari etika adalah susila, su artinya baik, sila artinya kebiasaan. Jadi susila berarti
kebiasaan atau tingkah laku perbuatan manusia yang baik. Menurut Lawrence, Weber, dan
Post (2005) dalam Sukirno Agus dan I Cekik Ardana (2009: 127-128) etika adalah suatu
konsepsi tentang perilaku benar dan salah.
Etika menjelaskan kepada kita apakah perilaku kita bermoral atau tidak berkaitan
dengan hubungan 14 kemanusiaan yang fundamental, bagaimana kita berpikir dan bertindak
kepada orang lain dan bagaimana kita inginkan meraka berpikir dan bertindak terhadap kita.
Menurut David P. Baron (2005) dalam Sukirno Agus dan I Cekik Ardana (2009: 127-128)
etika adalah suatu pendekatan sistematis atas penilaian moral yang didasarkan atas penalaran,
analisis, sintetis, dan reflektif. Menurut Muslich (2004: 9) etika bisnis dapat diartikan sebagai
pengetahuan tentang tata cara ideal pengaturan dan pengelolaan bisnis yang memperhatikan

norma dan moralitas yang berlaku secara universal dan secara ekonomi/sosial, dan
pengetrapan norma dan moralitas ini menunjang maksud dan tujuan kegiatan bisnis.
Etika bisnis terkait dengan masalah penilaian terhadap kegiatan dan perilaku bisnis
yang mengacu pada kebenaran atau kejujuran berusaha (Murti Sumarni, 1995:21). Chandra R
(1998: 20) menambahkan bahwa perubahan-perubahan besar dalam oraktik pengelolaan
bisnis dewasa ini menyebabkan perhatian terhadap etika bisnis semakin penting. Oleh karena
itu, etika bisnis merupakan pengetahuan pedagang tentang tata cara pengaturan dan
pengelolaan bisnis yang memperhatikan norma dan moralitas melalui penciptaan barang dan
jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan memperoleh keuntungan melalui transaksi.

Peranan Etika Bisnis
Peranan etika bisnis bagi perusahaan dapat diliha pada :
a.

Nilai-nilai Perusahaan

Nilai-nilai perusahaan merupakan landasan moral dalam mencapai visi dan misi perusahaan.
Oleh karena itu, sebelum merumuskan nilai-nilai perusahaan, perlu dirumuskan visi dan misi
perusahaan. Walaupun nilai-nilai perusahaan pada dasarnya universal, namun dalam
merumuskannya perlu disesuaikan dengan sektor usaha serta karakter dan letak geografis dari

masing-masing perusahaan. Nilai-nilai perusahaan yang universal antara lain adalah
terpercaya, adil dan jujur.
b.

Pedoman Perilaku

Pedoman perilaku merupakan penjabaran nilai-nilai perusahaan dan etika bisnis dalam
melaksanakan usaha sehingga menjadi panduan bagi organ perusahaan dan semua karyawan
perusahaan; Pedoman perilaku mencakup panduan tentang benturan kepentingan, pemberian
dan penerimaan hadiah dan donasi, kepatuhan terhadap peraturan, kerahasiaan informasi, dan
pelaporan terhadap perilaku yang tidak etis.
c.

Benturan Kepentingan

Benturan kepentingan adalah keadaan dimana terdapat konflik antara kepentingan ekonomis
perusahaan dan kepentingan ekonomis pribadi pemegang saham, angggota Dewan Komisaris
dan Direksi, serta karyawan perusahaan; Dalam menjalankan tugas dan kewajibannya,
anggota Dewan Komisaris dan Direksi serta karyawan perusahaan harus senantiasa
mendahulukan kepentingan ekonomis perusahaan diatas kepentingan ekonomis pribadi atau

keluarga, maupun pihak lainnya; Anggota Dewan Komisaris dan Direksi serta karyawan
perusahaan dilarang menyalahgunakan jabatan untuk kepentingan atau keuntungan pribadi,
keluarga dan pihak-pihak lain; Dalam hal pembahasan dan pengambilan keputusan yang
mengandung unsur benturan kepentingan, pihak yang bersangkutan tidak diperkenankan ikut
serta; Pemegang saham yang mempunyai benturan kepentingan harus mengeluarkan suaranya
dalam RUPS sesuai dengan keputusan yang diambil oleh pemegang saham yang tidak
mempunyai benturan kepentingan; Setiap anggota Dewan Komisaris dan Direksi serta
karyawan perusahaan yang memiliki wewenang pengambilan keputusan diharuskan setiap
tahun membuat pernyataan tidak memiliki benturan kepentingan terhadap setiap keputusan
yang telah dibuat olehnya dan telah melaksanakan pedoman perilaku yang ditetapkan oleh
perusahaan.
d. Pemberian dan Penerimaan Hadiah dan Donasi
Setiap anggota Dewan Komisaris dan Direksi serta karyawan perusahaan dilarang
memberikan atau menawarkan sesuatu, baik langsung ataupun tidak langsung, kepada pejabat
Negara dan atau individu yang mewakili mitra bisnis, yang dapat mempengaruhi
pengambilan keputusan; Setiap anggota Dewan Komisaris dan Direksi serta karyawan
perusahaan dilarang menerima sesuatu untuk kepentingannya, baik langsung ataupun tidak

langsung, dari mitra bisnis, yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan; Donasi oleh
perusahaan ataupun pemberian suatu aset perusahaan kepada partai politik atau seorang atau

lebih calon anggota badan legislatif maupun eksekutif, hanya boleh dilakukan sesuai dengan
peraturan perundang- undangan. Dalam batas kepatutan sebagaimana ditetapkan oleh
perusahaan, donasi untuk amal dapat dibenarkan; Setiap anggota Dewan Komisaris dan
Direksi serta karyawan perusahaan diharuskan setiap tahun membuat pernyataan tidak
memberikan sesuatu dan atau menerima sesuatu yang dapat mempengaruhi pengambilan
keputusan.
e.

Kepatuhan terhadap Peraturan

Organ perusahaan dan karyawan perusahaan harus melaksanakan peraturan perundangundangan dan peraturan perusahaan; Dewan Komisaris harus memastikan bahwa Direksi dan
karyawan perusahaan melaksanakan peraturan perundang-undangan dan peraturan
perusahaan; Perusahaan harus melakukan pencatatan atas harta, utang dan modal secara benar
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
f.

Kerahasiaan Informasi

Anggota Dewan Komisaris dan Direksi, pemegang saham serta karyawan perusahaan harus
menjaga kerahasiaan informasi perusahaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan,

peraturan perusahaan dan kelaziman dalam dunia usaha; Setiap anggota Dewan Komisaris
dan Direksi, pemegang saham serta karyawan perusahaan dilarang menyalahgunakan
informasi yang berkaitan dengan perusahaan, termasuk tetapi tidak terbatas pada informasi
rencana pengambil-alihan, penggabungan usaha dan pembelian kembali saham.
g.

Pelaporan terhadap pelanggaran Pedoman Perilaku

Dewan Komisaris berkewajiban untuk menerima dan memastikan bahwa pengaduan tentang
pelanggaran terhadap etika bisnis dan pedoman perilaku perusahaan diproses secara wajar
dan tepat waktu; Setiap perusahaan harus menyusun peraturan yang menjamin perlindungan
terhadap individu yang melaporkan terjadinya pelanggaran terhadap etika bisnis dan
pedoman perilaku perusahaan. Dalam pelaksanannya, Dewan Komisaris dapat memberikan
tugas kepada komite yang membidangi pengawasan implementasi GCG
Penerapan etika bisnis didalam perusahaan Von der Embse dan R.A. Wagley dalam artikelnya
di Advance Managemen Jouurnal (1988) yang berjudul Managerial Ethics Hard Decisions on
Soft Criteria, membedakan antara ethics, morality dan law sebagai berikut :
• Ethics is defined as the consensually accepted standards of behavior for an occupation,
trade and profession



Morality is the precepts of personal behavior based on religious or philosophical grounds

• Law refers to formal codes that permit or forbid certain behaviors and may or may not
enforce ethics or morality.

Berdasarkan pengertian tersebut, terdapat tiga pendekatan dasar dalam merumuskan tingkah
laku etika kita :
A. Utilitarian Approach : setiap tindakan harus didasarkan pada konsekuensi nya. Oleh
karena itu dalam bertindak seseorang seharusnya mengikuti cara-cara yang dapat
memberi manfaat sebesar-besarnya kepada masyarakat, dengan cara yang tidak
membahayakan dan dengan biaya serendah-rendahnya.
B. Individual Rights Approach : setiap orang dalam tindakan dan kelakuan nya memiliki
hak dasar yang harus dihormati. Namun tindakan ataupun tingkah laku tersebut harus
dihindari apabila diperkirakan akan menyebabkan terjadi benturan dengan hak orang
lain.
C. Justice Approach : para pembuat keputusan mempunyai kedudukan yang sama, dan
bertindak adil dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan baik secara
perseorangan ataupun secara kelompok.
Dari pengelompokan tersebut Cavanagh (1990) memberikan cara menjawab permasalahan
etika dengan merangkum dalam 3 bentuk pertanyaan sederhana yakni :


Utility : Does it optimize the satisfactions of all stakeholders ?



Rights : Does it respect the rights of the individuals involved ?



Justice : Is it consistent with the canons oif justice ?

Mengapa etika bisnis dalam perusahaan terasa sangat penting saat ini? Karena untuk
membentuk suatu perusahaan yang kokoh dan memiliki daya saing yang tinggi serta
mempunyai kemampuan menciptakan nilai (value-creation) yang tinggi, diperlukan suatu
landasan yang kokoh. Biasanya dimulai dari perencanaan strategis , organisasi yang baik,
sistem prosedur yang transparan didukung oleh budaya perusahaan yang andal serta etika
perusahaan yang dilaksanakan secara konsisten dan konsekwen.
Contoh kasus I
Kenaikan Harga Tiket Jambi-Padang Tak Manusiawi
MEDAN | DNA – Adanya dugaan beberapa maskapai penerbangan yang melihat musibah
gempa di Padang dan Jambi sebagai peluang bisnis dengan menaikkan harga tiket pesawat
kelas ekonomi adalah perbuatan tidak manusiawi. Demikian ditegaskan anggota Fraksi PPP
DPTD Medan Drs. Muhammad Yusuf, SPDI Selasa (6/10) diruang kerjanya.
Dikatakannya, banyaknya keluhan masyarakat karena terjadi lonjakan harga tiket jurusan
Padang-Jambi pasca gempa mesti menjadi perhatian serius pemerintah. Kita sangat
mendukung apa yang disampaikan Kepala Cabang PT (Persero) II Angkasa Pura Bandara
Polonia Endang A. Sumiarsih beberapa waktu lalu akan mencabut ijin operasional counter
tiket tidak diperbolehkan lagi ada di Bandara Polonia bagi 3 maskapai penerbangan Mandala

Airlines, Sriwijaya Airlines dan Lion Airlines kalau menjual tiket melebihi TBA (Tarif Batas
Atas).
"Namun kita sangat mengharapkan adanya tindak lanjut yang serius dari pernyataan Kacab
Angkasa Pura Bandara Polonia tersebut. Jangan hanya sekedar lips service belaka.
Disamping itu TNI Angkatan Udara, Kepolisian, administrator Bandara dan pihak terkait
mesti proaktif mendukung niat baik dan pernyataan itu," kata Yusuf yang juga wakil ketua
DPC PPP Kota Medan itu.
Ditegaskannya, jauh-jauh hari Allah SWT telah mengingatkan dan memerintah umat manusia
untuk saling tolong bersitolongan dalam kebaikan dan takwa. Bukan tolong bersitolongan
dalam kemungkaran. Maka sikap tolong menolong adalah wajib bagi manusia termasuk
menolong korban bencana alam di padang dan Jambi. Jangan kita memanfaatkan duka cita,
penderitaan dan nasib tragis orang lain sebagai sumber rejeki untuk pribadi maupun
kelompok.
Menurutnya, pasca musibah gempa di Padang Dan Jambi semestinya harga tiket semua
transportasi bukan hanya tiket pesawat tapi harga tiket semua jenis angkutan laut, darat dan
udara yang menuju lokasi bencana lebih dimurahkan. Apalagi kepada penumpang yang
sengaja turun kelokasi untuk mencari, menjenguk dan mengetahui nasib kerabat maupun
saudaranya diseputaran lokasi musibah. Ini kok malah yang terjadi sebaliknya banyak oknum
yang mengambil kesempatan dalam kesempitan. Sudah begini pudarkah moralitas bangsa
Indonesia yang mengaku sebagai umat yang beragama, tanya Yusuf.
Lebih lanjut dikatakannya, disamping mengontrol harga tiket pemerintah juga mesti segera
menurunkan aparat hukum yang bermoral sebanyak-banyaknya untuk mengatur, mengawasi
lalu lintas masuk dan keluarnya bantuan barang dan uang yang ditujukan untuk korban
gempa dan keluarganya. Menguasai lokasi musibah dari oknum-oknum dan jaringan mafia
yang memang mengincar bantuan bencana alam sebagai sumber rejekinya.
"Terhadap perbuatan orang perorang atau kelompok seperti ini mesti diberantas dan dicegah
untuk tidak terulang lagi dimasa-masa yang akan datang dengan hukuman mati. Dapat
dijadikan pelajaran dari kasus perkasus dari tragedi bencana terdahulu bahwa hampir semua
bentuk bantuan barang dan uang selalu menimbulkan masalah yaitu terjadi penyimpangan
dan korupsi. Perbuatan ini mesti diputus dengan hukuman mati bagi pelakunya.
Pendapat atas artikel di atas :
Kejadian di atas melanggar etika dalam berbisnis. Terutama prinsip-prinsp dari etika bisnis,
antara lain prinsip kejujuran, prinsip keadilan dan prinsip saling menguntungkan. Pada
prinsip kejujuran, maskapai-maskapai penerbangan tidak bertindak jujur dengan tiba-tiba
menaikkan harga tinggi sekali yang melampaui harga batas atas. Padahal itu merupakan
peraturan dari pemerintah. Dengan kata lain, telah dilakukan penipuan kepada konsumen.
Pada prinsip keadilan, maskapai-maskapai penerbangan itu telah bertindak tidak adil. Karena
memanfaatkan kondisi masyarakat yang sedang mengalami kesulitan. Pada saat masyarakat

membutuhkan tiket murah karena keluarganya terkena bencana, harga tiket tersebut malah
melonjak tinggi. Jelas ini telah melanggar prinsip keadilan.
Pada prinsip saling menguntungkan sudah jelas terlihat bahwa yang diuntungkan disini hanya
maskapai penerbangan. Hal ini terlihat karena harga yang sangat tinggi membuat masyarakat
kesulitan untuk memperoleh tiket (karena harganya mahal). Sedangkan harga yang
seharusnya tidak mencapai sedemikian mahal harus dibayar oleh masyarakat. Kerugian
dialami oleh masyarakat yang harus mengeluarkan uang tambahan untuk mendapatkan tiket
tersebut. Sangsi seharusnya diberikan pada perusahaan maskapai yang melakukan hal
tersebut. Pencabutan izin operasional dapat menjadi salah satu hukuman yang dapat
diberikan.
KESIMPULAN & SARAN CONTOH KASUS I
Kesimpulan
Dari artikel di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pada saat ini masih banyak perusahaanperusahaan (dalam hal ini maskapai penerbangan) yang masih mengambil untung dari
konsumennya. Mengambil untung disini bukan mengambil keuntungan secara wajar tetapi
dengan memanfaat situasi kondisi konsumen yang sedang dalam keadaan tidak baik. Hal ini
jelas melanggar prinsip-prinsip etika bisnis, antara lain prinsip kejujuran, prinsip keadilan dan
prinsip saling menguntungkan.
Selain itu, mengambil keuntungan pada saat tersebut sangat tidak manusiawi. Pada saat
sesama kita membutuhkan pertolongan seharusnya kita memberikan pertolongan untuk
meringankan bebannya, bukan malah memberatkan keadaan mereka.
Saran
Menanggapi hal ini, sebaiknya direktorat jenderal Perhubungan segera melakukan
pengawasan yang baik terhadap kegiatan jasa transportasi tersebut. perusahaan-perusahaan
yang melakukan hal tersebut sebaiknya diberikan sangsi, Sangsi berupa pencabutan izin
operasional seperti yang dikatakan dalam artikel seharusnya didukung dan dilakukan. Hal ini
agar perusahaan tersebut mendapatkan efek jera.
Contoh kasus II
Penumpang Keluhkan Mahalnya Tiket KA menjelang lebaran
SURABAYA–MIOL: Tingginya harga tiket kereta api yang diberlakukan PT Kereta Api
Indonesia menjelang arus mudik dikeluhkan pengguna jasa kereta api. Kenaikannya dinilai
terlalu sehingga memberatkan pengguna kereta api. Keluhan tingginya tiket kereta api
disampaikan sejumlah penupang yang membeli tiket untuk mudik melalui penjualan tiket
kereta api di Stasiun Gubeng Surabaya.
Seorang penumpang Rifki kepada Media Indonesia, Minggu (23/9) mengaku terkejut ketika
membeli tiket Kereta Api Sancaka Jurusan Yogjakarta yang awalnya Rp50.000 naik menjadi
Rp100.000 untuk kelas bisnis.

Kenaikan tersebut tidak jauh beda dengan bus. Namun karena kebutuhan akhirnya membeli
tiket kereta api. Naiknya terlalu tinggi untuk ukuran kita yang ekonomi lemah,” kata Rifki.
Dalam daftar tiket yang dipasang tercatat PT Kereta Api Indonesia menaikkan sebanyak tiga
kali kenaikan, yakni tanggal 1 Oktober, 5 Oktober dan 9 Oktober 2007. Kereta Argo Bromo
Anggrek dari Rp200 ribu dinaikkan menjadi Rp350 ribu, Kereta Api Sembrani dari Rp170
ribu naik menjadi Rp320.000 untuk satu kali perjalanan.
Selain mengeluhkan kenaikan tiket, para penumpang juga kesulitan mencari tiket untuk H-7
sebelum lebaran, semua tiket sudah terjual habis. Humas PT KAI Daops VIII Surabaya
Sudarsono menyatakan kenaikan tarif tiket kereta merupakan keputusan Pusat, di daerah
hanya sebatas mengikuti anjuran itu. Jadi, kita hanya sebatas melaksanakan anjuran dari
Pusat, wewenang menaikan tiket ada di Pusat bukan di daerah.
KESIMPULAN & SARAN CONTOH KASUS II
Kesimpulan :
Jadi menurut saya suatu etika bisnis itu dinyatakan perlu , dikarenakan untuk mengenali apa
itu etika dalam berbisnis sebagai pegangan atau orientasi dalam menjalani etika bisnis.
Dengan adanya prinsip tersebut dapat dikatakan bahwa perusahaan harus bertanggung jawab
atas tindakan dan kegiatan bisnisnya yang mempunyai pengaruh atas orang-orang tertentu,
masyarakat, serta lingkungan dimana perusahaan itu beroperasi.
Saran
Menanggapi hal ini, sebaiknya pemerintah dapat meninjau harga - harga tiket moda
transportasi menjelang lebaran, maupun naiknya harga tiket menjelang lebaran tetapi ada
batas harga kewajaran agar semua pengguna moda transportasi tsb dapat menggunakannya
dari kalangan ekonomi manapun.
Contoh kasus III
Tiga Perusahaan Diduga Buang Limbah ke Kali Surabaya
SURABAYA, MINGGU - Inspeksi mendadak patroli air di kawasan industri
sepanjang Kali Surabaya dan Kali Tengah Jumat (9/1) lalu sempat dihalang-halangi pihak
keamanan setempat. Namun demikian, tim patroli air berhasil melakukan pemberkasan di
tiga industri yang terindikasi melakukan pembuangan limbah. Dalam patroli air keempat
yang berlangsung pukul 14.00 hingga pukul 23.30 ini, tim menemukan tiga industri yang
diduga menyalurkan limbah industri berbahaya ke Kali Surabaya dan Kali Tengah. Tiga
perusahaan tersebut adalah, industri kertas PT Surya Agung Kertas, industri baja PT Sepindo,
dan industri kerupuk PT Titian Alam Semesta. Saat di lapangan, tim menemukan indikasi
pembuangan limbah berbahaya di salura pembuangan yang mengalirkan air berwarna putih.
“Air yang mengalir di saluran pembuangan limbah PT Surya Agung Kertas dan PT Sepindo
berwarna putih pekat. Cairan tersebut menyebabkan gatal- gatal di tangan,” kata anggota tim
patroli sekaligus Koordinator Konsorso ium Lingkungan Hidup Imam Rohani, Minggu (11/1)
di Surabaya.

Melihat fenomena tersebut, tim kemudian masuk ke dalam pabrik untuk mengambil
sampel limbah di instalasi pengolahan limbah (ipal) dan melakukan pemberkasan di tempat.
Namun, satuan pengamanan (satpam) di PT Surya Agung Kertas dan PT Sepindo
menghalang-halangi petugas. “Tanggapan dari petugas keamanan kurang bersahabat, padahal
kami sudah menunjukkan surat tugas resmi yang ditanda tangani pihak Kepolisian Wilayah
Kota Besar (Polwiltabes) Surabaya. Mereka meminta tim untuk menunggu izin resmi dari
pihak perusahaan,” tuturnya. Namun demikian, tim patroli tetap bersikeras untuk mengambil
sampel limbah secara langsung. Setelah terjadi perdebatan, tim akhirnya dapat mengambil
sampel limbah dan melakukan pemberkasan. Sementara itu, pengambilan sampel dan
pemberkasan di PT Titian Alam Semesta berlangsung lancar. Saat tim datang, industri
tersebut ditemui sedang menguras ipal mereka. Karena saluran limbah ke kolam
penampungan ditutup, maka sebagian cairan limbah meluap dan mengalir ke Kali Tengah.
Wakil Kepala Divisi Jasa Air dan Sumber Air IV Perum Jasa Tirta I Achmad Syam
menambahkan, dalam patroli air petugas memakai dua moda transportasi yaitu perahu dan
mobil. Mobil berpatroli di kawasan industri Kali Tengah, sedangkan perahu menyusur
kawasan industri Kali Surabaya
KESIMPULAN & SARAN CONTOH KASUS III
Kesimpulan
kasus diatas adalah tindakan kecurangan yang dilakukan oleh perusahaan, membuang limbah
pabrik yang dibuang ke kali jika dilihat dari etika bisnis merupakan hal yang salah dan
merugikan banyak pihak. Secara langsung pihak masyarakat sekitar di Kali Surabaya dan
Kali Tengah merasa terganggu dan dirugikan dengan pengelolaan limbah yang dilakukan
manajemen pabrik. Limbah berbahaya ini mengalirkan air berwarna putih, cairannya dapat
menyebabkan gatal– gatal di tangan.
Saran
Sebaiknya, perusahaan membuatkan kolam penampungan untuk saluran limbah tersebut dan
sejenisnya untuk meminimalisir dampak limbah yang dapat menggangu masyarakat sekitar.
Atau pihak manajemen perusahaan sebaiknya membuang limbah di kawasan yang tidak ada
penduduk sehingga limbah tersebut tidak menggangu masyarakat sekitar.
Pemerintah perlu terus melakukan sosialisasi kepada para pelaku usaha untuk menyamakan
persepsi mengenai pentingnya CSR dalam mewujudkan iklim penanaman modal di
Indonesia. Dibutuhkan konsistensi dan komitmen baik dari pemerintah maupun pelaku usaha
(investor) dalam melakssanakan CSR sebagai suatu kewajiban hukum.

Footnote
K. Bertens, Pengantar Etika Bisnis, Yogyakarta: Kanisus, 2000.