Rencana Induk dan Sonasi Pelabuhan

Teknik Bangunan Khusus
Teknik Pengairan
2015

RENCANA INDUK DAN SONASI PELABUHAN
Husnia Ayu Aziza1, Mareta Anggun1, Cloudia Ficha U.1, Desy Ayu Maharani1,
Desy Nur Cahyani1, Ajeng Titin Suciana1, Fahrunnisa Azzura1, Intan Puspitaningrum1
1) Mahasiswa S1 Teknik Pengairan Universitas Brawijaya, Malang.

Abstrak - Pembangunan pelabuhan diharapkan mampu melayani
segala kegiatan kapal dan perahu yang merapat dipelabuhan
tersebut. Oleh karena itu diperlukan suatu perhitungan dan
pertimbangan yang matang untuk memutuskan pembangunan
suatu pelabuhan. Keputusan pembangunan pelabuhan biasanya
didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan ekonomi, politik
dan teknis. Untuk itu dibuat rencana induk dan sonasi pelabuhan
sebagai dasar dalam pembangunannya. Dalam pemilihan lokasi
pelabuhan menggunakan beberapa faktor yang perlu
diperhatikan diantaranya Tinjauan Topografi dan Geologi,
Tinjauan Pelayaran, Tinjauan Sedimentasi, Tinjauan Gelombang
dan Arus dan Tinjauan Kedalaman Arus.

Kata Kunci : Pelabuhan, Rencana Induk, Sonasi.

I. PENDAHULUAN
Pelabuhan merupakan tempat pemberhentian
(terminal) kapal-kapal dan perahu-perahu agar dapat
merapat dan membuang jangkar setelah melakukan
pelayaran. Di pelabuhan ini kapal melakukan berbagai
kegiatan seperti manaik-turunkan penumpang, bongkar
muat barang, pengisian bahan bakar dan air tawar,
melakukan reparasi, mengadakan perbekalan, dan
sebagainya. Untuk bisa melakukan kegiatan tersebut
maka pelabuhan harus tenang terhadap gangguan
gelombang, karena sekarang pelabuhan tidak lagi harus
berada di daerah terlindung secara alami, seperti teluk
ataupun tepi sungai, tetapi bisa berada di laut terbuka.
Untuk mendapatkan perairan yang luas dan dalam
tersebut, maka dibuat pemecah gelombang untuk
melindungi daerah perairan[2].
II. METODOLOGI
Dalam pembahasan kali ini diperlukan materimateri yang diperoleh dari beberapa literatur dan media

elektronik. Beberapa materi yang diperlukan dalam
pembahasan ini antara lain : lokasi pelabuhan, pendekatan
rencana induk, klasifikasi pelabuhan, sonasi bebas,
reklamasi penimbunan, dan lainnya.
Selanjutnya materi tersebut disusun secara
sistematis
sehingga didapatkan bahan materi yang
banyak mengenai Rencana Induk dan Sonasi Pelabuhan.
III. PEMBAHASAN
3.1. Lokasi Pelabuhan
Sebuah pelabuhan tradisional biasanya terletak di
dekat atau pada kota pantai. Fungsi pelabuhan itu untuk
melayani kota tersebut, kemudian baru melayani
kepentingan daerah pedalaman dan kota-kota sekitarnya.

Kelompok 1

Trafik utama pelabuhan ini adalah general cargo.
Meskipun di pelabuhan ini terdapat komoditi ekspor,
namun jumlah komoditi itu ditangani dengan cara

breakbulk (misalnya dalam kantung-kantung). Kegiatan
niaga di dalam pelabuhan ini terpisah dengan kegiatan
perdagangan dan tidak membutuhkan banyak tempat,
karena di kota tersebut hanya terdapat sejumlah kecil
industri. Dengan demikian letak pelabuhan di pusat kota
pantai itu merupakan lokasi yang tepat bagi dermaga
general cargo yang lama.
Dalam beberapa dekade terakhir ini, banyak
faktor mempengaruhi tata letak pelabuhan yang berbeda
jauh dengan bentuk diatas yaitu sebagai berikut:
a. Kegiatan usaha perdagangan barang-barang niaga
kecil terpaksa keluar dari wilayah kota baik karena
meningkatkan skala komoditas dan membutuhkan
tempat bagi komoditi di kota maupun untuk
meningkatkan kebutuhan lain.
b. Dunia industri telah berkembang pesat sehingga
memerlukan area yang lebih besar untuk pelabuhan
dan jalan sebagai distribusi ke daerah pedalaman.
c. Komoditi utama telah berkembang pesat dimana
keseluruhan skala kegiatan niaga meningkat di

pelabuhan.
d. Kenaikan tonase komoditi mengenalkan sistem
transportasi curah menggunakan kapal berukuran
besar sehingga membutuhkan kolam pelabuhan yang
lebih dalam, area transit penumpukan yang luas dan
jalur lalu lintas jalan darat yang lancar.
e. Skala
ekonomi
mengharuskan
pengelolaan
pelabuhan
untuk
konsentrasi
perencanaan
pengembangan pelabuhan yang lebih luas.
Sehingga lokasi pelabuhan modern yang
diharapkan tidak berada pada keberadaan kota pelabuhan
mungkin akan terus berlanjut, namun mereka hanya
melayani salah satu bagian dari total trafik, terutama sisa
muatan trafik breakbulk bagi daerah pedalaman besar

daerah pedalaman beserta kegiatan niaga kota itu dan
oprasional ringan. Trafik utama dan bagian besar trafik
general cargo terutama dalam unit-unit satuan harus
dipindahkan ke lokasi yang lebih memadai. Pada negaranegara berkembang, jika perkembangan muatan unit-unit
satuan rendah maka terdapat kemungkinan untuk
menangani semua general cargo pada lokasi pelabuhan
lama, tetapi jika volume trafik general cargo tak
terkecuali muatan non satuan-satuan unit-unit tinggi maka

Teknik Bangunan Khusus
Teknik Pengairan
2015
5.

6.

Gambar 3.1. Skema Pembuatan Pelabuhan di Daerah
Rawa
Gambar 3.1. adalah contoh penggunanaan bahan
kerukan dasar laut untuk mereklamasi daerah rawa.

Dalam gambar 3.1.a. daerah daratan secara periodik
dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Pada saat surut
daerah daratan kering sedang pada waktu pasang
tergenang air. Daerah tersebut akan dibangun suatu
pelabuhan. Seperti terlihat dalam gambar 3.1.b., dibuat
turap atau penahan tanah, yang nantinya dapat
dimanfaatkan sebagai dermaga. Tanah hasil kerukan dasar
laut digunakan untuk menimbun daratan, dengan
demikian diperoleh kedalaman perairan yang cukup untuk
kolam pelabuhan, sementara daerah rawa dapat
direklamasi. Gambar 3.1.c. adalah pelabuhan yang sudah
jadi.
2. Tinjauan Pelayaran
Kapal yang berlayar dipengaruhi oleh faktorfaktor alam seperti angin, gelombang dan arus yang
dapat menimbulkan gaya-gaya yang bekerja pada badan
kapal. Faktor tersebut semakin besar apabila pelabuhan
terletak di pantai yang terbuka ke laut, dan sebaliknya
pengaruhnya berkurang pada pelabuhan yang terletak di
daerah yang terlindung secara alam. Sedapat mungkin
kapal-kapal harus memasuki pelabuhan pada arah sejajar

dengan arah angin dominan. Gelombang yang
mempunyai amplitudo besar akan menyebabkan
diperlukannya kedalaman saluran pengantar yang lebih
besar, karena pada keadaan tersebut kapal-kapal
berosilasi (bergoyang naik turun sesuai dengan fluktuasi
muka air).
3. Tinjauan Sedimentasi
Pelabuhan harus dibuat sedemikian rupa
sehingga sedimentasi yang terjadi harus sesedikit
mungkin (kalau bisa tidak ada). Untuk itu di dalam
iencanaan pelabuhan harus ditinjau permasalahan
sedimentasi.
Proses sedimentasi ini sulit ditanggulangi, oleh
karena itu masalah ini harus diteliti dengan baik untuk
dapat memprediksi resiko pengendapan. Sedimen yang
ada di daerah pantai bisa berupa pasir atau sedimen
susupensi. Sedimen suspensi biasanya berasal dari sungaisungai yang bermuara di pantai.
4. Tinjauan Gelombang dan Arus

Kelompok 1


Pelabuhan harus mempunyai fasilitas bongkar muat
barang (kran, dsb) dan gudang-gudang penyimpanan
barang.
Pelabuhan harus mempunyai fasilitas untuk
mereparasi
kapal-kapal.
Untuk
memenuhi
persyaratan tersebut pada umumnya pelabuhan
mempunyai
bangunan-bangunan
sebagai
pelengkapnya (Garnbar 3.2).

Berikut bagian-bagian yang harus ada dalam pelabuhan:
1. Pemecah gelombang, yang digunakan untuk
melindungi daerah perairan pelabuhan dari gangguan
gelombang. Gelombang besar yang datang dari laut lepas
akan dihalangi oleh bangunan ini. Apabila daerah perairan

sudah terlindung secara alamiah, maka tidak diperlukan
pemecah gelombang.

Gambar 3.2. Bangunan pada pelabuhan
2. Alur pelayaran, yang berfungsi untuk mengarahkan
kapal-kapal yang akan keluar/masuk ke pelabuhan. Alur
pelayaran harus mempunyai kedalaman dan lebar yang
cukup untuk bisa dilalui kapal-kapal yang menggunakan
pelabuhan. Apabila laut dangkal maka harus dilakukan
pengerukan untuk mendapatkan kedalaman yang
diperlukan.
3. Kolam pelabuhan, merupakan daerah perairan di
mana kapal berlabuh untuk melakukan bongkar muat,
melakukan gerakan untuk memutar (di kolam putar), dsb.
Kolam pelabuhan harus terlindung dari gang-guan
gelombang dan mempunyai kedalaman yang cukup. Di
laut yang dangkal diperlukan pengerukan untuk
mendapatkan kedalaman yang direncanakan.
4. Dermaga, adalah bangunan pelabuhan yang
digunakan untuk merapatnya kapal dan menambatkannya

pada waktu bongkar muat barang. Ada dua macam
dermaga yaitu yang berada di garis pantai dan sejajar
dengan pantai yang disebut quai atau wharf; dan yang
menjorok (tegak lurus) pantai disebut pier. Pada
pelabuhan barang, dibelakang dermaga harus terdapat
halaman yang cukup luas untuk menempatkan barangbarang selama menunggu pengapalan atau angkutan ke

Teknik Bangunan Khusus
Teknik Pengairan
2015
darat. Dermaga ini juga dilengkapi dengan kran untuk
mengangkut barang dari dan ke kapal.
5. Alat penambat, digunakan untuk menambatkan
kapal pada waktu me-rapat di dermaga maupun
menunggu di perairan sebelum bisa merapat ke dermaga.
Alat penambat bisa diletakkan di dermaga atau di perairan yang berupa pelampung penambat. Pelampung
penambat ditem-patkan di dalam dan di luar perairan
pelabuhan. Bentuk lain dari pelampung penambat adalah
dolphin yang terbuat dari tiang-tiang yang dipancang dan
dilengkapi dengan alat penambat.

6. Gudang, yang terletak di belakang dermaga untuk
menyimpan barang-barang yang harus menunggu
pengapalan.
7. Gedung terminal untuk keperluan administrasi.
8. Fasilitas bahan bakar untuk kapal.
9. Fasilitas pandu kapal, kapal tunda dan perlengkapan
lain yang diperlukan untuk membawa kapal masuk/keluar
pelabuhan. Untuk kapal-kapal besar, keluar/masuknya
kapal dari/ke pelabuhan tidak boleh de-ngan kekuatan
(mesin) nya sendiri, sebab perputaran baling-baling kapal
dapat menimbulkan gelombang yang akan mengganggu
kapal-kapal yang sedang melakukan bongkar muat
barang. Untuk itu kapal harus dihela oleh kapal tunda,
yaitu kapal kecil bertenaga besar yang diran-cang khusus
untuk menunda kapal.
10. Peralatan bongkar muat barang seperti kran darat,
kran apung, kenda-raan untuk mengangkat/ memindahkan
barang seperti forklift.
Fasilitas-fasilitas
lain
untuk
keperluan
penumpang, anak buah kapa: dan muatan kapal seperti
dokter pelabuhan, karantina, bea cukai, imigrasi,
keamanan, dsb[2].
3.3. Pendekatan Rencana Induk
Penentuan lokasi pengembangan pelabuhan baru
yang tepat dan lokasi perluasan pelabuhan dipengaruhi
oleh kebutuhan berikut:
a. Perairan yang dalam dan aman untuk bertambatnya
kapal serta kedalaman alur pelayaran,
b. Lahan darat yang cukup
c. Potensi tenaga kerja
d. Akses jalan darat, kereta api dan alur pelayaran yang
baik
Kebutuhan diatas merupakan bagian awal
kerangka kerja rencana induk. Hubungan antara rencana
induk dengan proyak pengembangan pelabuhan jangka
pendek merupakan persiapan proyek jangka panjang.
Penekanan utama rencana induk adalah menyiapkan suatu
rencana kerja pengembangan yang rasional sehingga
proyek pembangunan itu berturut-turut mampu
menyesuaikan diri dengan kenaikan trafik.
Para perencana induk harus mampu melihat ke
masa depan dan mencari konfigurasi yang paling
ekonomis. Akan tetapi teknik penilaian keuangan proyek

Kelompok 1

biasanya tidak sesuai dengan tingkat pengembangan ini.
Kriteria utama penilaian yang dipakai adalah melalui
studi industri, sosial, lingkungan, serta studi teknik praktis
yang cukup untuk menjamin bahwa rencana jangka
panjang yang diambil tidak akan mengarah pada
tingginya biaya teknik sipil[1].
3.4. Klasifikasi Pelabuhan
Klasifikasi pelabuhan dilihat dari tata letak
pelabuhan dapat dilihat pada gambar berikut.
1. Dilihat dari konfigurasi pelabuhan buatan
(Gambar 3.3 – Gambar 3.7)
2. Dilihat dari konfigurasi pelabuhan alam
(Gambar 3.8 – Gambar 3.10)
Pada beberapa pelabuhan alam, pelabuhan muara
seperti pada gambar 3.9 merupakan bentuk fasilitas dari
pelabuhan yang produktif terhadap biaya pengembangan
dan biaya konstruksi perunit, karena biaya pengerukan
yang diperlukan tidak terlalu tinggi[1].
3.5. Konfigurasi Pelabuhan
Indikator yang dipakai untuk menentukan luasan
design tata letak pelabuhan adalah berapa meter persegi
lahan yang dibutukan untuk tiap meter pelabuhan. Untuk
pembangunan tambatan yang optimal dapat dilihat pada
Gambar 3.11.
Tata letak seperti Gambar 3.11 dapat
meningkatkan produktivitas cargo perkapal sebesar 100
samapai 200. Selain itu untuk mengatasi kapal yang
memiliki panjang lebih besar dapat didesain seperti
Gambar 3.12.
Meskipun tata letak pada Gambar 3.12
merupakan operasi yang terbaik tetapi bentuk ini
memerlukan lebih banyak garis pantai yang alami tenang
pada setiap tambatan[1].

Gambar 3.3. Menjorok (Garis putus-putus menunjukan
garis pantai atau asli)

Teknik Bangunan Khusus
Teknik Pengairan
2015

Gambar 3.9. Pengembangan pelabuhan alam di perairan
Gambar 3.4. Potongan alur dan kolam untuk berputar

Gambar 3.5. Alur dengan potongan model

Gambar 3.10. Pengembangan pelabuhan alam di muara

Gambar 3.6. Alur dengan potongan sejajar

Gambar 3.11. Layout pelabuhan untuk memperbanyak
panjang tambatan.

Gambar 3.7. Penambahan pelabuhan buatan pada
pelabuhan yang sudah ada
Gambar 3.12. Layout pelabuhan unutk memaksimalkan
Operasi di darat

Gambar 3.8. Pengembangan pelabuhan alam

Gambar 3.13. Layout dermaga modern lurus

Kelompok 1

Teknik Bangunan Khusus
Teknik Pengairan
2015
tetapi sekarang sonasi ini lebih dipakai untuk kegiatan
operasinal industri seperti pembuatan, pengolahan dan
pemasangan suatu produk. Prinsip perencanaan sonasi
industri adalah tersedianya jalan darat dilengkapi dengan
penerangan sehingga dapat digunakan untuk pekerjaan di
malam hari. Tenaga listrik yang dibutuhkan untuk
pengembangan suatu industri menengah sebesar 1 Kw per
10 m2 luas pabrik. Air yang dibutukan antar 135-165
liter/orang/hr[1].
Gambar 3.14. Layout dermaga modern dengan
kemiringan
3.6. Pelabuhan Industri
Suatu pelabuhan tidak hanya tempat perpindahan
muatan barang dari darat ke laut maupun sebaliknya,
melainkan juga dapat mempengaruhi suatu industri.
Dengan demikian, merencanakan suatu pelabuhan tanpa
mempertimbangkan suatu wilayah industri sama juga
artinya dengan menghilangkan kesempatan berharga yang
merupakan faktor pendukung perkembangan suatu
daerah. Perkembangan sebuah pelabuhan baru tanpa
mempertimbangkan unsur-unsur kegiatan industri dapat
diterima jika:
a. Tekanan kota dan/atau aspek lingkungan menahan
laju perkembangan pelabuhan lebih lanjut.
b. Faktor geografis dan iklim membatasi kegiatan
pantai ke nilai minimum.
Perkembangan industri yang ditempatkan dekkat
dengan pantai untuk tujuan ekonomi harus dipandang
secara murni sebagai penggerak trafik oleh karena itu
perlu didukung dengan pelayanan pelabuhan yang layak.
Bila terjadi pemberian fasilitas khusus untuk industri
dapat
mendorong
timbulnya
konsep-konsep
pengembangan yang jauh dari sebuah pelabuhan niaga.
Contoh terminal untuk minyak bumi, biji besi dan
sebagainya harus dibangun jauh dari area pemukiman dan
harus dapat menekan biaya trasportasi darat.
Kebebasan
untuk
mengembangkan
dan
mengelola suatu pelabuhan lepas dari pelabuhan utama
secara umum merupakan hal yang disukai oleh para
industri, karena mereka dapat tetap mengawasi
keseluruhan tahap operasional industri. Namun untuk
pengembangan industri seperti industri khusus seharusnya
dilengkapi dengan fasilitas normal dan umum seperti
layaknya suatu pelabuhan[1].
3.7. Sonasi Bebas
Penetapan pelabuhan bebas (free port) atau
sonasi bebas untuk komersial dan kepentingan industri
akan membawa pengaruh yang kuat dalam rencana induk
pelabuhan. Hal ini belum cukup untuk mendukung
dilakukannya suatu kegiatan tambahan, dan untuk itu
perlu dilakukan survei pasar yang cermat dan objektif
sebelum keputusan spekulasii ini dilakukan.
Sonasi bebas adalah area dimana barang tidak
perlu melalui pintu pabean atau bea-cukai nasional.
Dimasa lalu sonasi ini dipakai untuk perdugaan dan niaga,
Kelompok 1

3.8. Reklamasi Penimbunan
Tanah untuk operasional pelabuhan biasanya
diperoleh dengan memompa atau mengeruk tanah didepan
dermaga dinding berakar tanah ke lahan tanah yang akan
dipakai di belakangnya. Gabungan kedua jenis pekerjaan
itu dapat menekan biaya , karena material hsil kerukan
sangat tinggi harganya. Khualitas material kerukan
tersebut sesuai untuk digunakan dalam rencana induk.
Dengan cara ini, pulau-pulau kecil, daerah
subway(sundbase), tanah payau atau bagian darat yang
tidak digunakan dapat ditingkatkan prnggunaannya
sebagai tambatan dengan kolam perairan. Pulau-pulau
kecil dilepas pantai dapat berperan penting dalam sebuah
pelabuhan modern, terutama untuk pengembangan
fasilitas bongkar muat curah yang dapat memindahkan
komoditi tersebut kedarat melaluisaluran pipa atau sebuah
conveyor, tanpa harus mengeluarkan biaya mahal. Selain
itu dapat pula membangun pelabuhan apung tetapi
membutuhkan biaya yang cukup mahal.
Apabila perkembangan ekonomi semakin pesat
di dunia maka diperlukan studi yang serius dalam skala
besar mengenai reklamasi sebagai jalan keluar jangka
panjang. Selaiin itu reklamasi tanah akan mendapatkan
kolam yang cukup dalam sehingga mengurangi biaya
pengerukan. Konfigurasi dermaga supaya sesuai dengan
keadaan lahan seperti reklamasi akan lebih tepat jika
diterapkan pada skema perbaikan tanah payau atau daerah
pasang surut. Dalam perubahan besar atas tanah dan air
yang mampu menyebabkan sedimentasi lumpur akibat
buruk dari operasional pelabuhan. Sehinga memerlukan
penanggulangan yang baik untuk menekan efek negatif
tersebut[1].
3.9. Rasionalisasi Penggunaan Lahan
Pada sebuah pelabuhan yang memiliki sistem
pola yang rumit terhadap dermaga, kolam dan area jalan
kereta api, rasionalisasi penting yang perlu dilakukan
adalah penyederhanaan pola rencana pelabuhan dengan
cara menutup kelebihan tambatan melalui penerapan
metode penanganan muatan modern, menimbun kolam,
dan dermaga serta meratakan dan menutup jalan-jalan.
Kemungkinan kedua adalah memindahkan kegiatan yang
tidak penting dari area pelabuhan dimana kegiatan
pelabuhan hanya meliputi bongkar muat dari kapal.
Sehingga perlu pemindahan kegiatan. Pemindahan
kegiatan ke inlan depo (kedalaman )harus memenuhi 3
teknis diantaranya :

Teknik Bangunan Khusus
Teknik Pengairan
2015
a.

Pengoprasian transportasi diorganisasikan secara
ekonomis,
b. Pengiriman muatan diserahkan melalui dokumendokumen pelabuhan,
c. Formalitas pembean muatan dipindahkan ke
kantorpelabuhan inland,
Tetapi penerapan sistem pelabuhan ini sering
menimbulkan konflik atau masalah manajemen yang
serius sehingga sistem ini hanya mungkin diterapkan si
negara-negara yang mempunyai manajemen yang kuat[1].
3.10. Sonasi
Penyesuaian wilayah dan berbagai bentuk lahan
merupakan suatu faktor utama yang harus diatasi, agar
tidak ada persulitan dikemudian hari. Zona-zona khusus
pelabuhan harus dijelakan secara lengkap pada tingkat
awal perencanaan induk. Selanjutnya pihak yang
bersangkutan mengenai pelahan juga harus memahami
perubahan alami atau ciri-ciri fisik alami zona-zona yang
bersangkutan dengan perubahan.
Semua pelabuhan kecuali pelabuhan terkecil atau
paling khusus terdiri dari beberapa teminal atau kelompok
tambatan, setiap terminal menangani satu jenis trafik.
Kebutuhan untuk membagi area khusus pelabuhan ke
dalam zone-zone khusus berasal dari kebutuhan kenaikan
produktifitas kegiatan disetiap terminal. Dalam istilah
umum pelabuhan akan terdiri dari beberapa sonasi
terpisah( lihat gambar 3.15). Selain itu pihak perencana
harus memberikan alternatif waktu lama kapal
dipelabuhan yaitu dengan menggunakan terminal khusus
dan non terminal khusus[1].

faktor mempengaruhi tata letak pelabuhan yaitu kegiatan
usaha perdagangan, perkembangan dunia industri,
komoditi utama telah berkembang, kenaikan tonase
komoditi, dan skala ekonomi.
Dalam pembangunan pelabuhan yang perlu
diperhatikan yaitu Pemilihan lokasi yang tepat dan
tergantung pada beberapa faktor seperti kondisi tanah dan
geologi, kedalaman dan luas daerah perairan,
perlindungan pelabuhan terhadap gelombang, arus dan
sedimentasi, daerah daratan yang cukup luas untuk
menampung barang yang akan dibongkar muat, jalanjalan untuk transportasi, dan daerah industri di
belakangnya. Indikator yang dipakai untuk menentukan
luasan design tata letak pelabuhan adalah berapa meter
persegi lahan yang dibutukan untuk tiap meter pelabuhan.
Untuk menghindari gangguan gelombang terhadap kapal
yang berlabuh maka dibuat bangunan pelindung yang
disebut pemecah gelombang.
Kapal laut diusahakan oleh suatu perusahaan
pelayaran untuk mengangkut barang dan/atau penumpang.
Keuntungan yang diperoleh perusahaan tersebut
tergantung banyak faktor seperti banyak/sedikitnya
barang dan penumpang yang diangkut, waktu pelayaran
kapal, waktu singgah di pelabuhan, dan sebagainya.
Semakin banyak barang/penumpang yang diangkut akan
memberikan penghasilan yang besar.
Penetapan pelabuhan bebas (free port) atau
sonasi bebas untuk komersial dan kepentingan industri
akan membawa pengaruh yang kuat dalm rencana induk
pelabuhan. Hal ini belum cukup untuk mendukung
dilakukannya suatu kegiatan tambahan, dan untuk itu
perlu dilakukan survei pasar yang cermat dan objektif
sebelum keputusan spekulasii ini dilakukan.
V. SARAN
Adapun saran yang dapat penyusun sampaikan
adalah sebagai berikut:
Setelah selesainya dibangun pelabuhan nantinya
pemerintah
atau
instansi
terkait
hendaknya
memaksimalkan penanganan pemeliharaan pelabuhan
tersebut agar ketika terjadi kerusakan dapat segera diatasi
dan meminimalisir biaya operasi dan pemeliharaan.
DAFTAR PUSTAKA

Gambar 3.15 Pembagian Trafik Ke Sonasi Pelabuhan
IV. KESIMPULAN
Pelabuhan merupakan tempat pemberhentian
(terminal) kapal-kapal dan perahu-perahu agar dapat
merapat dan membuang jangkar setelah melakukan
pelayaran. Di pelabuhan ini kapal melakukan berbagai
kegiatan seperti manaik-turunkan penumpang, bongkar
muat barang, pengisian bahan bakar dan air tawar,
melakukan reparasi, mengadakan perbekalan, dan
sebagainya. Dalam beberapa dekade terakhir ini, banyak

Kelompok 1

[1]

Japan International Cooperation Agency. 2000. Pedoman
Pembangunan Pelabuhan. Terjemahan dari Port Development
Handbook, UNCTAD.

[2]

Triatmodjo, Bambang. 2007. Pelabuhan. Yogyakarta: Beta Offset.