168071908 Buku Panduan STP pdf
Buku Panduan
Unit Pengolahan Limbah Sewage Treatment Plant ( STP )
Project PT. Martina Berto Kap. 50 m 3 / Hari
SYSTEM EXTENDED AERATION BIO MEDIA
DEFINISI
A. Buku Panduan ( Manual Book ) Buku panduan merupakan suatu alat komunikasi kepada semua jenjang manajemen,
yang memberi informasi kepada mereka yang berhubungan mengenai kebijaksanaan – kebijaksanaan, prosedur – prosedur, dan metode – metode yang telah disetujui.
Buku panduan mengembangkan suatu pengertian umum mengenai interprestasi – interprestasi kebijaksanaan, dengan demikian menghindarkan konflik .
B. Tujuan Buku panduan mempuyai tujuan yaitu menetapkan kebijaksanaan – kebijaksanaan
dasar bagi perusahaan, di mulai dengan kebijaksanaan – kebijaksanaan yang ditetapkan oleh dewan komisaris atau para pemilik utama dari sebuah perusahaan.
SEJARAH
Martha Tilaar ( lahir di Kebumen, Jawa Tengah, 4 September 1937; umur 75 tahun ) adalah seorang pengusaha Indonesia yang bergerak di bidang kosmetika dan jamu dengan nama dagang Sariayu. Ia menikah dengan H.A.R. Tilaar dan memiliki empat anak yaitu : Bryan Emil Tilaar, Pinkan Tilaar, Wulan Tilaar, dan Kilala Tilaar. Bekerja sama dengan Kalbe Farma, ia membuat perusahaan kosmetika dan jamu Martina Berto. Selain itu ia juga memiliki usaha kerajinan di Sentolo, Yogyakarta bernama Prama Pratiwi Martha Gallery. Dia juga memiliki Kampung Jamu Organik di Cikarang, Bekasi.
Pada tahun 1977, PT. Martina Berto berdiri sebagai industri rumah dengan produk bermerek Sariayu kemudian pada tahun 1981, PT. Martina Berto mendirikan pabrik modern pertama di Pulo Ayam, Pulogadung Industrial Estate dan pada tahun 1986, pabrik kedua pun didirikan pada Pulo Kambing, Pulogadung Industrial Estate sebagai wujud dari permintaan pelanggan yan terus meningkat akan kebutuhan kosmetik dalam negeri.
Pada tahun 1993, perusahaan mengakuisisi pabrik kosmetik PT. Cedefindo sebagai manufaktur kontrak untuk internal dan eksternal. Pada tahun 1995, PT. Martina Berto III didirikan di Gunung Putri, Bogor dan pada tahun 1996 PT. Martina Berto menjadi pabrik kosmetik pertama di Indonesia yang memperoleh 9001 certification ISO 2000, perusahaan ini menjadi satu-satunya pendiri Global Compact PBB dari Asia, juga mendapatkan sertifikat ISO 14001 dan sertifikat GMP: CPKB ( Cara Produksi kosmetika Yang Baik ) dan CPOTB ( Cara Produksi Obat Tradisional Yang Baik ). da tahun 2008, ia dianugerahi "Most Admired Enterprise di ASEAN" kategori 'Inovasi' dari Asean Bussiness Forum.
Kinerja dan perkembangan PT. Martina Berto memiliki pertumbuhan begitu pesat, sejumlah penghargaan baik nasional maupun internasional juga telah di tangan. Baru-baru ini, Dr. Martha Tilaar diberikan penghargaan oleh Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki Moon pada UN Global Compact Leaders Summit di New York karena menjalankan perusahaan yang memiliki program meliputi 10 prinsip Global Compact etika, seperti hak asasi manusia, tenaga kerja, konservasi pengendapan, dan anti-korupsi sejalan dengan delapan tujuan pembangunan millennium.
PRAKATA
Pengolahan limbah atau pengolahan air limbah domestik, adalah proses penghilangan kontaminan dari air limbah, baik limbah rumah tangga, limpasan ( effluent ) maupun domestik. Hal ini meliputi proses fisika, kimia, dan biologi untuk menghilangkan kontaminan fisik, kimia dan biologis. Tujuannya adalah untuk menghasilkan aliran limbah ( atau effluent yang telah diolah ) dan limbah padat atau lumpur yang cocok untuk pembuangan atau penggunaan kembali terhadap lingkungan. Bahan ini sering secara tidak sengaja terkontaminasi dengan banyak racun senyawa organik dan anorganik.
Limbah yang dihasilkan oleh perumahan, perusahaan kelembagaan, dan komersial dan industri ini, termasuk limbah rumah tangga cair dari toilet, kamar mandi, limbah dapur, laundry, dan sebagainya yang dibuang melalui saluran pembuangan. Di banyak daerah, limbah juga termasuk limbah cair dari industri dan perdagangan. Pemisahan dan pengeringan limbah rumah tangga ke air hasil proses filtrasi dan air sebelum proses filtrasi menjadi lebih umum di negara maju, dengan air hasil proses filtrasi yang dapat digunakan untuk menyiram tanaman atau daur ulang untuk menyiram toilet.
Limbah mungkin termasuk limpasan darurat. Sistem pembuangan limbah mampu menangani air hujan yang dikenal sebagai sistem saluran pembuangan gabungan. Desain ini adalah umum ketika sistem pembuangan limbah perkotaan pertama kali dikembangkan, pada abad ke-20, ke-19, dan lebih awal. Selokan gabungan memerlukan fasilitas penampungan yang jauh lebih besar dan lebih mahal daripada selokan sanitasi. Volume berat limpasan badai dapat membanjiri sistem pengolahan limbah, menyebabkan tumpahan atau overflow. Selokan sanitasi biasanya jauh lebih kecil dari selokan gabungan, dan mereka tidak dirancang untuk menampung air hujan. Endapan limbah mentah dapat terjadi jika infiltrasi berlebihan / inflow ( pengenceran oleh air hujan dan / atau air tanah ) yang dapat masuk ke sistem saluran pembuangan sanitasi. Masyarakat pada pertengahan abad ke-20 atau yang lebih baru umumnya telah membangun sistem yang terpisah untuk pembuangan air ( selokan sanitasi ) dan air hujan, karena curah hujan menyebabkan arus sangat beragam yang dapat mengurangi proses efisiensi pengolahan limbah.
Seperti curah hujan yang berada di atas atap dan tanah, mungkin mengandung berbagai kontaminan termasuk partikel tanah dan sedimen lainnya seperti: logam berat, senyawa organik, kotoran hewan, dan minyak dan lemak. Beberapa yurisdiksi membutuhkan air hujan untuk menerima beberapa tingkat penyaringan sebelum dibuang langsung ke saluran air. Contoh proses pembuatan yang digunakan untuk air hujan termasuk kolam retensi, lahan basah, kubah yang dikuburkan dengan berbagai macam media filter, dan pemisah vortex ( untuk menghilangkan padatan kasar ).
PETA LOKASI
Lokasi bertempat di Jalan Pulo Kambing II No. 1, JIEP – Pulogadung, Jakarta Timur, Indonesia
Section I
Unit Pengolahan Limbah Sewage Treatment
Plant ( STP ) Project PT. Martina Berto Kap. 50 m 3 / Hari
PENDAHULUAN
A. UMUM Memanfaatkan limbah menjadi sesuatu yang berguna, adalah tindakan yang sangat
bijaksana. Reuse atau menggunakan kembali hasil olahan limbah, ternyata dapat dilakukan tidak hanya untuk limbah kering saja, tetapi juga limbah cair. Di beberapa gedung, air hasil pegelolaan dapat digunakan untuk menyiram tanaman, fasilitas pencucian mobil, adalah hasil air limbah yang telah diolah.
Merujuk Peraturan Gubernur DKI Jakarta No 122 tahun 2005, tentang tata cara membuang air limbah ke saluran kota, maka pengelola gedung melakukan treatment, untuk mengolah air limbah yang ada. Tidak saja mengatasi persoalan limbah cair, menggunakan hasil olahan limbah, juga dapat menghemat pemakaian air yang semakin mahal. Merujuk Peraturan Gubernur DKI Jakarta No 122 tahun 2005, tentang tata cara membuang air limbah ke saluran kota, maka pengelola gedung melakukan treatment, untuk mengolah air limbah melalui proses recycling. “Proses recycling air limbah domestik atau Sewage Treatment Plant ( STP ) dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain 'Rotor disk’ atau Konventional ( Extended Aeration )”.
Rotor Disk adalah sistem di mana pemberian oksigen bagi bakteri dengan cara membiakan bakteri yang menempel pada disk sehingga bakteri akan kontak dengan oksigen, sedang pada saat bakteri ada di dalam cairan mereka akan makan kotoran yang ada pada cairan tersebut. Sementara Konventional ( Extended Aeration ), suatu sistem di mana pemberian oksigen dilakukan dengan cara menyemburkan oksigen ke dalam cairan dengan mengunakan Blower.
B. UNIT PENGOLAHAN LIMBAH / SEWAGE TREATMENT PLANT ( STP ) Unit pengolahan limbah ini dirancang dan dibangun sebagai utility dalam proyek
pengembangan didalam ruang lingkup PT. Martina Berto untuk menangani / mengolah air limbah yang berasal dari toilet maupun closet agar air limbah yang dihasilkan layak untuk dibuang kesaluran kota. Proses yang terlibat dalam unit pengolahan limbah ini adalah :
1.1. PRETREATMENT Pada tahap ini dilakukan pemisahan padatan berukuran besar ataupun Grease,
agar tidak terbawa pada unit pengolahan selanjutnya, agar tercipta performa pengolahan yang optimal. Air dialirkan lewat Inffluent Chamber di mana ada Screen yang dapat menyaring benda padat maupun kotoran. Selanjutnya air masuk ke Grease Trap yang berguna untuk memisahkan lemak yang dapat mengganggu proses biologi kemudian air akan menuju ke Aeration Tank.
1.2. AERASI Secara umum, aerasi merupakan proses yang bertujuan untuk meningkatkan
kontak antara udara dengan air. Pada prakteknya, proses aerasi terutama bertujuan untuk meningkatkan konsentrasi oksigen di dalam air limbah. Peningkatan konsentrasi oksigen di dalam air ini akan memberikan berbagai manfaat dalam pengolahan limbah.
Proses aerasi sangat penting terutama pada pengolahan limbah yang proses pengolahan biologinya memanfaatkan bakteri aerob. Bakteri aerob adalah kelompok bakteri yang mutlak memerlukan oksigen bebas untuk proses metabolismenya. Dengan tersedianya oksigen yang mencukupi selama proses biologi, maka bakteri-bakteri tersebut dapat bekerja dengan optimal. Hal ini akan bermanfaat dalam penurunan konsentrasi zat organik di dalam air limbah. Selain diperlukan untuk proses metabolisme bakteri aerob, kehadiran oksigen juga bermanfaat untuk proses oksidasi senyawa-senyawa kimia di dalam air limbah serta untuk menghilangkan bau. Aerasi dapat dilakukan secara alami, difusi, maupun mekanik dengan penjelasan sebagai berikut :
1.2.1. AERASI ALAMI
merupakan kontak antara air dan udara yang terjadi karena pergerakan air secara alami. Beberapa metode yang cukup populer digunakan untuk meningkatkan aerasi alami antara lain menggunakan cascade aerator, waterfalls, maupun cone tray aerator.
1.2.2. AERASI DIFFUSI
Pada aerasi secara difusi, sejumlah udara dialirkan ke dalam air limbah melalui diffuser. Udara yang masuk ke dalam air limbah nantinya akan berbentuk gelembung-gelembung ( bubbles ). Gelembung yang terbentuk dapat berupa gelembung halus ( fine bubbles ) atau kasar ( coarse bubbles ). Hal ini tergantung dari jenis diffuser yang digunakan.
1.2.3. AERASI MEKANIK
Aerasi secara mekanik atau dikenal juga dengan istilah mechanical agitation menggunakan proses pengadukan dengan suatu alat sehingga memungkinkan terjadinya kontak antara air dengan udara.
1.3. POST AERASI Proses ini memastikan bahwa tingkat oksigen terlarut dari limbah terpenuhi
sehingga terjadinya kadar oksigen terlarut rendah yang dapat memiliki efek negatif terhadap lingkungan sekitar. Air mengalir melalui serangkaian dinding menciptakan efek riak air terjun. Air cascading menciptakan pencampuran yang meningkatkan tingkat oksigen dalam air. Sebuah jaringan aerasi tambahan berupa gelembung udara dimasukkan ke dalam proses selama kondisi aliran air menjadi rendah.
1.4. CLARIFIER Pada proses ini terjadi pemisahan partikel yang mengendap secara gravitasi (
suspended solid ) sehingga mengurangi beban pengolahan pada unit selanjutnya. Pada proses ini berguna untuk membuat aliran jadi lebih tenang dan aliran dapat stabil dan unit ini berfungsi sebagai Clarifier akhir untuk mengendapkan partikel- partikel yang masih belum terendapkan, serta biomass yang telah mati.
1.5. CHLORINASI Pada proses ini dilakukan penginjeksian Chlorine yang bertujuan membunuh
bakteri - bakteri patogen yang ada dan menghilangkan tingkat kekeruhan dalam air serta meningkatkan kejernihan air outlet.
1.6. EFFLUENT Air yang telah kita olah akan dialirkan menuju Effluent Tank untuk selanjutnya
dibuang pada saluran kota. Sebagian air ini dapat kita proses lagi untuk keperluan recycling yang dapat kita gunakan untuk menyiram tanaman maupun air cuci kendaraan.
Setelah melewati proses di atas maka diharapkan kadar BOD ( Biological Oxygen Demand ) dan COD ( Chemical Oxygen Demand ) dapat memenuhi standar air buang yang telah ditetapkan pemerintah, sehingga air buangan tidak mencemari lingkungan. Sedangkan proses pengolahan kembali akan membuat kita ikut menjaga kelestarian alam dengan melakukan penghematan air, dengan demikian akan ikut melestarikan lingkungan hidup kita.
C. DAFTAR PERALATAN ( EQUIPMENT LIST )
No.
Nama Barang DNo
Quantity
1. EQUALIZING PUMP
2 Unit Tipe
: Summersible Pump
: 40 Liter / Min
: Manual dan Full Auto ( Single Alternate )
2. BAR SCREEN
1 Unit Material
: Stainless Steel
3. ROOT BLOWER for AERATION SYSTEM
2 Unit Merk
: FU - TSU
Tipe
: TSB 65 ( RPM 1.080 )
: 3.500 mm Aqua
Daya
: 2.2 kW / 380 V / 50 Hz
Accessories : V – belt, Cover, Pulley, Intake Silencer,
Base Plate, Rubber Mounting.
4. DIFFUSER Fine Bubble Kam Air Disc Diffuser
1 Lot Kapasitas
: Air Flow 4 – 6 CFM
Material
: EPDM dia. 9”
Efficiency
:O 2 Transfer / Fet 2%
Coarse Bubble Diffuser ( Lokal )
1 Lot Kapasitas
: Air Flow 4 – 6 CFM
Material
: EPDM dia. 6”
Connection : ¾” NPT
5. BIOMEDIA
1 Lot Merk
: Munters ( Ex. India )
Surface Area : 150 m 2 /m 3
6. PIPING SYSTEM Iron Pipe
1 Lot Merk
: Bakrie / Spindo
Class
: Medium Galvanized Iron Pipe ( GIP )
PVC Pipe
1 Lot Merk
1 Lot Merk
7. SEDIMENTATION EQUIPMENT Air Lift System
1 Lot Material
: PVC
Accessories : Pipe Connection with Ejector
1 Sheet Material
SCUM SKIMMER
: PVC
Accessories : Weir dan Scumb Buffle
8. DESINFECTION
Tipe
1 Sheet Merk
: Diapragram Pump
: LMI Milton Roy
Kapasitas
: 1.6 Liter / Min
Accessories : 1 Unit Chemical Tank 250 Liter
9. PANEL CONTROL
Tipe
1 Set Consist
: Panel Electrical Control – Indoor Type
: Panel Housing – Local Assembled
Component : MG, Telemechanique, Omron, Schneider Accessories : Switch Control Operation for Blower dan
1 Lot Tipe
: Supreme dan Kabel Metal
: NYY
1 Lot Merk
CONDUIT
: Clipsal
11. POMPA SUMPIT
3 Unit Merk
: Ebara
Tipe
: 50DF Flange
Daya
: 0.75 kW / 380V / 50 Hz
12. FIBERGLASS TANK
1 Set Material
: FRP berangka
Include : Aerobic Tank, Clarifier Tank, Effluent Tank,
Chlorination Tank
Section II
Unit Pengolahan Limbah Sewage Treatment
Plant ( STP ) Project PT. Martina Berto Kap. 50 m 3 / Hari
A. PROSES Proses pengolahan limbah industri terdiri dari proses fisika, kimia, dan biologi.
Untuk proses fisika – kimia adalah proses yang menuntut perlakuan sesuai unsur yang terkandung didalamnya. Proses ini biasanya menggunakan pengolahan awal ( Inffluent Chamber ), Anaerob Pretreatment Tank, Equalizing Tank, Flow Control Box, Aeration Tank, Post Aeration Tank, Clarifier Tank, Chlorination Tank, Effluent Tank, dan Sludge Holding Tank didalam sistemnya untuk menghasilkan buangan yang lebih bersih. Sedangkan untuk proses pengolahan limbah secara biologi adalah menggunakan makhluk hidup sebagai pengurainya. Proses pengolahan limbah industri secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. PENGOLAHAN AWAL ( INFFLUENT CHAMBER ) Pada tahap ini dilakukan pemisahan padatan berukuran besar ataupun grease,
agar tidak terbawa pada unit pengolahan selanjutnya, agar tercipta performa pengolahan yang optimal. Air dialirkan lewat inffluent chamber di mana ada screen yang dapat menyaring benda padat. Selanjutnya air masuk ke grease trap yang berguna untuk memisahkan lemak yang dapat mengganggu proses biologi. Kemudian air akan menuju ke bak Anaerob Tank.
2. ANAEROB TANK Pada bak ini terjadi proses biologis yang lebih komplek, yakni kumpulan mikro -
organisme, umumnya bakteri, terlibat dalam transformasi senyawa komplek organic menjadi metan. Lebih jauh lagi, terdapat interaksi sinergis antara bermacam-macam kelompok bakteri yang berperan dalam penguraian limbah
3. EQUALIZING TANK Equalization Tank ini berfungsi untuk menyetarakan debit aliran air agar dalam
proses mikrobiologis tidak terjadi fluktuasi aliran yang akan berakibat kurang optimalnya proses biologis oleh mikro-organisme.
4. FLOW CONTROL BOX Fungsi Flow Control Box hampir sama dengan Equalizing Tank yaitu sebagai bak
pengontrol debit air yang masuk kedalam bak Aeration Tank supaya tidak pengontrol debit air yang masuk kedalam bak Aeration Tank supaya tidak
5. AERATION TANK Bak Aeration Tank ini berfungsi untuk melarutkan udara ke dalam air agar
bakteri yang ada menjadi aktif. Bak Aeration Tank dilengkapi dengan air seal diffuser. Air limbah yang masuk ke dalam bak ini akan diproses dengan cara menambah atau melarutkan udara ke dalam air limbah melalui air seal diffuser.
6. POST AERATION TANK Bak Post Aeration Tank ini berfungsi untuk mengendapkan lumpur yang datang
dari bak Aeration Tank untuk mempercepat proses pengendapan. Di sini, lumpur yang mengendap diangkat oleh Air Lift Pump melalui udara blower, kemudian lumpur dikembalikan lagi ke bak Clarifier Tank. Bak Post Aeration Tank dilengkapi dengan air seal diffuser. Air limbah yang masuk ke dalam bak ini akan diproses dengan cara menambah atau melarutkan udara ke dalam air limbah melalui air seal diffuser.
7. CLARIFIER TANK Unit ini berfungsi sebagai Clarifier akhir untuk mengendapkan partikel-partikel
yang masih belum terendapkan, serta biomass yang telah mati.
8. CHLORINATION TANK Chlorination Tank bertujuan untuk membunuh kuman dan mengoksidasi bahan-
bahan kimia dalam air supaya air dari Effluent Tank layak untuk dibuang kesaluran kota maupun untuk penggunaan kembali.
9. EFFLUENT TANK Air yang telah diolah akan dialirkan menuju Effluent Tank untuk selanjutnya
dibuang pada saluran kota. Sebagian air ini dapat kita proses lagi untuk keperluan recycling yang dapat kita gunakan untuk menyiram taman dan air cuci kendaraan.
10. SLUDGE HOLDING TANK Sludge Holding Tank ini berfungsi sebagai bak tempat sedimentasi flok mikroba (
lumpur ) yang dihasilkan selama fase oksidasi dalam bak Aeration Tank. Seperti disebutkan diawal bahwa sebagian dari lumpur dalam tangki penjernih didaur ulang kembali dalam bentuk lumpur aktif balik kedalam bak Clarifier Tank dan sisanya dibuang untuk menjaga rasio yang tepat antara makanan dan mikro - organisme.
B. SPESIFIKASI ALAT - ALAT
No.
Nama Barang
Quantity
1. EQUALIZING PUMP
2 Unit Tipe
: Summersible Pump
: 40 Liter / Min
: Manual dan Full Auto ( Single Alternate )
2. BAR SCREEN
1 Unit Material
: Stainless Steel
3. ROOT BLOWER for AERATION SYSTEM
2 Unit Merk
: FU - TSU
Tipe
: TSB 65 ( RPM 1.080 )
: 3.500 mm Aqua
Daya
: 2.2 kW / 380 V / 50 Hz
Accessories : V – belt, Cover, Pulley, Intake Silencer,
Base Plate, Rubber Mounting.
4. DIFFUSER FINE BUBBLE KAM AIR DISC DIFFUSER
1 Lot Kapasitas
: Air Flow 4 – 6 CFM
Material
: EPDM dia. 9”
Efficiency
:O 2 Transfer / Fet 2%
COARSE BUBBLE DIFFUSER ( Lokal )
1 Lot Kapasitas
: Air Flow 4 – 6 CFM
Material
: EPDM dia. 6”
Connection : ¾” NPT
5. BIOMEDIA
1 Lot Merk
: Munters ( Ex. India )
Surface Area : 150 m 2 /m 3
6. PIPING SYSTEM IRON PIPE
1 Lot Merk
: Bakrie / Spindo
Class
: Medium Galvanized Iron Pipe ( GIP )
PVC PIPE
1 Lot Merk
1 Lot Merk
7. SEDIMENTATION EQUIPMENT AIR LIFT SYSTEM
1 Lot Material
: PVC
Accessories : Pipe Connection with Ejector
1 Sheet Material
SCUM SKIMMER
: PVC
Accessories : Weir dan Scumb Buffle
8. DESINFECTION
Tipe
1 Sheet Merk
: Diapragram Pump
: LMI Milton Roy
Kapasitas
: 1.6 Liter / Min
Accessories : 1 Unit Chemical Tank 250 Liter
9. PANEL CONTROL
Tipe
1 Set Consist
: Panel Electrical Control – Indoor Type
: Panel Housing – Local Assembled
Component : MG, Telemechanique, Omron, Schneider Accessories : Switch Control Operation for Blower dan
1 Lot Tipe
: Supreme dan Kabel Metal
: NYY
1 Lot Merk
CONDUIT
: Clipsal
11. POMPA SUMPIT
3 Unit Merk
: Ebara
Tipe
: 50DF Flange
Daya
: 0.75 kW / 380V / 50 Hz
12. FIBERGLASS TANK
1 Set Material
: FRP berangka
Include : Aerobic Tank, Clarifier Tank, Effluent Tank,
Chlorination Tank
C. PERSIAPAN LARUTAN KIMIA Pembuatan larutan kimia mutlak dilakukan sebelum mengoperasikan unit
pengolahan limbah, karena larutan kimia ini merupakan faktor yang paling penting dalam proses pengolahan limbah, khususnya pada proses Chlorinasi. Dalam pembuatan larutan ini digunakan rumus pengenceran berikut :
V 1 xN 1 =V 2 xN 2
Dengan
Volume larutan 1
Volume larutan 2
Konsentrasi / kadar larutan 1
Konsentrasi / kadar larutan 2
Contoh perhitungan :
1. PEMBUATAN LARUTAN CHLORINE • Chlorine konsentrat / pekat
• Kadar Chlorine di inginkan
• Volume Chlorine 5% yang diinginkan
250 liter
• Maka Chlorine pekat yang dibutuhkan ( V 1 ) untuk membuat 250 liter larutan Chlorine 5%
adalah :
V 2 xN 2
250 x 5
104.1 Liter
Volume air yang dibutuhkan
V 2 –V 1
250 – 104.1
145.9 Liter
2. PROSEDUR PEMBUATAN • Kosongkan Chemical Tank dan bersihkan dengan air bersih.
• Isi Chemical Tank dengan air ± 20 Liter. • Tuangkan secara perlahan dan hati – hati Chlorine cair seberat 30 Kg
kedalam Chemical Tank tersebut kemudian aduk sampai rata. • Tambahkan air sebanyak 145.9 Liter atau sampai mencapai batas ± 150
Liter. • Hidupkan Dosing Pump dan atur stroke Dosing Pump diposisi 100%
kemudian biarkan Dosing Pump tersebut bekerja secara otomatis.
D. PENGOPERASIAN Unit pengolahan limbah ini dirancang dengan sistim pengoperasian otomatis, yang
pengoperasiannya dikendalikan berdasarkan level air di dalam setiap bak – bak penampungan. Meskipun sistem ini didesain secara otomatis, namun untuk mengantisipasi terjadinya trouble dalam pengoperasian secara otomatis, dapat dilakukan pengoperasian secara manual, supaya sistem dapat terus berjalan dengan baik. Tahapan yang harus dilakukan dalam pengoperasian ini, yaitu :
1. PERSIAPAN PENGOPERASIAN SISTEM • Periksa semua Ball Valve yang berada pada suction dan discharge pompa
dalam keadaan terbuka penuh. • Periksa saringan Stainless Steel pada Effluent Tank dan Rotary Meter pada
Outlet Effluent supaya tidak terdapat kotoran yang menyangkut. • Pastikan semua Chemical Tank telah berisi larutan kimia ( Chlorine ). • Pada panel kontrol, hidupkan semua Circuit Breaker dan Motor Circuit
Breaker. • Aktifkan sistem kontrol dengan memutar Selector Switch ke arah ON.
• Atur stroke dosing pump sesuai keperluan maupun kebutuhan .
• Pastikan lampu indikator telah menyala, yang berarti sistem siap untuk dioperasikan.
2. PENGOPERASIAN SISTEM
2.1. PENGOPERASIAN SECARA OTOMATIS • Putar semua Selector Switch kearah “AUTO”.
• Untuk mematikan pengoperasian putar Selector Switch kearah “OFF”. • Hidupkan Switch pengoperasian pada Dosing Pump kearah “AUTO”.
2.2. PENGOPERASIAN SECARA MANUAL • Putar semua Selector Switch kearah “MAN”.
• Matikan Switch pada Dosing Pump dalam posisi “OFF”. • Untuk pengoperasian secara manual putar Selector Switch kearah “MAN”
( manual ).
• Tekan push button “ON” untuk menghidupkan pompa dan untuk mematikannya tekan push button “OFF“.
• Untuk mematikan proses kembalikan Selector Switch ke posisi OFF.
Section III
Unit Pengolahan Limbah Sewage Treatment
Plant ( STP ) Project PT. Martina Berto Kap. 50 m 3 / Hari
A. PEMELIHARAAN Sebelum mengoperasikan instalasi pengolahan air limbah ( IPAL ), Operator
bertanggung jawab penuh atas instalasi, harus mengorganisir, dan menginstruksikan tindakan – tindakan yang tepat dan bertanggung jawab atas pengoperasian instalasi tersebut dan juga untuk meminimalisir kejadian yang tak terduga maka Operator harus melakukan perawatan dengan periode waktu sebagai berikut :
1. PERAWATAN MINGGUAN • Periksa selalu cairan kimia dalam chemical tank, bila perlu tambahkan
kembali. • Bersihkan komponen dari debu.
2. PERAWATAN BULANAN • Periksa sistem dari kebocoran.
• Bersihkan pompa – pompa yang terpasang disetiap bak – bak maupun sumpit.
3. PERAWATAN 6 ( ENAM ) BULANAN • Periksa selang - selang injeksi kimia.
• Periksa kondisi pompa.
4. PERAWATAN TAHUNAN • Bersihkan bak – bak penampungan, tangki bahan kimia, dan saringan –
saringan. • Cek hasil air dilaboratorium yang memenuhi standar air bersih.
B. TROUBLESHOOTING Troubleshooting merupakan pencarian sumber masalah secara sistematis sehingga
masalah tersebut dapat diselesaikan. Troubleshooting, kadang-kadang merupakan proses penghilangan masalah, dan juga proses penghilangan penyebab potensial dari sebuah masalah. Troubleshooting, pada umumnya digunakan dalam berbagai bidang. Troubleshooting dalam Instalasi Pengolahan Air Limbah ( IPAL ) mencakup beberapa hal yaitu :
1. SISTEM KELISTRIKAN Pasokan listrik biasanya dari jaringan PLN, tetapi jika diperlukan bisa juga di
backup dengan unit genset tersendiri. Jika dengan dua sumber, maka panel listrik untuk power supply juga harus dipasang.
Dari panel power supply ini, listrik akan masuk kepanel listrik utama. Panel listrik dan perlengkapannya adalah untuk memudahkan komunikasi dan interaksi antara Operator dengan mesin yang dikelolanya. Semua peralatan mesin pada suatu plant IPAL dikontrol dan dimonitor melalui panel listrik yang sudah diatur dan disetel sedemikian rupa, baik susunan peralatan listrik dan masing – masing kapasitasnya serta kabel dan sambungannya.
Beragam bentuk dan dimensi dari panel listrik adalah bergantung pada banyaknya peralatan dan mesin yang dikontrol, dan juga sampai seberapa jauh atau detail akan memonitor dan mengamati unjuk kerja dari setiap peralatan atau mesin yang terpasang. Bila ada peralatan atau mesin yang bisa bekerja secara otomatis, maka pasti ada peralatan sensor yang mengatur sistem otomatisasi tersebut.
Secara umum peralatan listrik standar yang selalu ada pada box panel adalah sebagai berikut :
1.1. NFB ( NO FUSE BREAKER ) • Untuk pembatas daya atau beban listrik yang digunakan oleh sesuatu
mesin. • Sebagai pengaman jaringan jika terjadi hubungan arus pendek.
• Sebagai penghubung atau pemutus jaringan atau tegangan listrik yang mempunyai kapasitas amper tinggi.
1.2. MCB ( Magnetic Circuit Breaker ) MCB berfungsi sama dengan NFB namun MCB digunakan untuk kekuatan
arus dengan amper yang kecil.
1.3. CONTACTOR • Saklar yang bekerja berdasarkan magnit listrik.
• Untuk mengaktifkan atau bekerjanya magnit, kontaktor memerlukan tegangan listrik. • Untuk mengaktifkan magnit membutuhkan tegangan listrik ± 3 Watt, bisa difungsikan sebagai otomatisasi untuk mengontrol alat atau jaringan yang mempunyai tegangan sampai ribuan Watt.
1.4. OVERLOAD THERMIS Fungsinya untuk mengamankan beban listrik, terutama motor listrik agar
tidak rusak atau terbakar jika kelebihan beban atau tidak kuat memutar alat yang digerakkan. Overload Thermis bekerja berdasarkan sensor panas.
1.5. TOMBOL TEKAN ON ATAU OFF ( PUSH BUTTON ) • Warna hijau : Untuk mengaktifkan kontaktor, menghubungkan kontaktor
dengan tegangan listrik agar aktif atau bekerja. • Warna merah : untuk memutuskan kontaktor dari aliran atau jaringan
tegangan listrik supaya mati ( Off ).
1.6. LAMPU INDIKATOR • Sebagai alat bantu visual yang dihubungkan ke push button, sehingga
mudah dilihat apakah posisi pada On ( lampu warna hijau ) atau posisi pada Off ( lampu warna merah ).
• Pada indikator power supply dengan jaringan 3 phasa, mempunyai lampu indikator 3 warna, yaitu: merah, kuning, dan hijau. Sehingga power supply ketika dihidupkan akan menyala pada ke 3 warna tersebut dan jika salah satu ada yang mati, artinya salah satu pasokan listrik dari 3 aliran phasa • Pada indikator power supply dengan jaringan 3 phasa, mempunyai lampu indikator 3 warna, yaitu: merah, kuning, dan hijau. Sehingga power supply ketika dihidupkan akan menyala pada ke 3 warna tersebut dan jika salah satu ada yang mati, artinya salah satu pasokan listrik dari 3 aliran phasa
1.7. SAKLAR GESER Fungsinya adalah untuk memindahkan fungsi kerja, dari atau ke otomatis
maupun manual.
1.8. PENGHUBUNG KABEL ATAU TERMINAL Fungsinya adalah untuk mengkoneksikan atau menghubungkan kabel –
kabel dari atau menuju peralatan kelistrikan.
1.9. AKSESSORIES PELENGKAP LAINNYA Alat bantu untuk memudahkan penyambungan atau pengerjaan electrical.
2. SISTEM SEWAGE TREATMENT PLANT ( STP )
2.1. PENGOLAHAN AWAL ( INFFLUENT CHAMBER ) Pada tahap ini dilakukan pemisahan padatan berukuran besar ataupun
grease, agar tidak terbawa pada unit pengolahan selanjutnya, agar tercipta performa pengolahan yang optimal. Air dialirkan lewat inffluent chamber di mana ada screen yang dapat menyaring benda padat. Selanjutnya air masuk ke grease trap yang berguna untuk memisahkan lemak yang dapat mengganggu proses biologi. Kemudian air akan menuju ke bak Anaerob Tank.
2.2. ANAEROB TANK Pada bak ini terjadi proses biologis yang lebih komplek, yakni kumpulan
mikro - organisme, umumnya bakteri, terlibat dalam transformasi senyawa komplek organic menjadi metan. Lebih jauh lagi, terdapat interaksi sinergis antara bermacam-macam kelompok bakteri yang berperan dalam penguraian limbah.
2.3. EQUALIZING TANK Equalization Tank ini berfungsi untuk menyetarakan debit aliran air agar
dalam proses mikrobiologis tidak terjadi fluktuasi aliran yang akan berakibat kurang optimalnya proses biologis oleh mikro-organisme.
2.4. FLOW CONTROL BOX Fungsi Flow Control Box hampir sama dengan Equalizing Tank yaitu sebagai
bak pengontrol debit air yang masuk kedalam bak Aeration Tank supaya tidak terjadinya fluktuasi air secara berlebihan yang berakibat kepada kurang bekerjanya mikro – organisme sebelum melewati bak Aeration Tank.
2.5. AERATION TANK Bak Aeration Tank ini berfungsi untuk melarutkan udara ke dalam air agar
bakteri yang ada menjadi aktif. Bak Aeration Tank dilengkapi dengan air seal diffuser. Air limbah yang masuk ke dalam bak ini akan diproses dengan cara menambah atau melarutkan udara ke dalam air limbah melalui air seal diffuser.
2.6. POST AERATION TANK Bak Post Aeration Tank ini berfungsi untuk mengendapkan lumpur yang
datang dari bak Aeration Tank untuk mempercepat proses pengendapan. Di sini, lumpur yang mengendap diangkat oleh Air Lift Pump melalui udara blower, kemudian lumpur dikembalikan lagi ke bak Clarifier Tank. Bak Post Aeration Tank dilengkapi dengan air seal diffuser. Air limbah yang masuk ke dalam bak ini akan diproses dengan cara menambah atau melarutkan udara ke dalam air limbah melalui air seal diffuser.
2.7. CLARIFIER TANK Unit ini berfungsi sebagai Clarifier akhir untuk mengendapkan partikel-
partikel yang masih belum terendapkan, serta biomass yang telah mati.
2.8. CHLORINATION TANK Chlorination Tank bertujuan untuk membunuh kuman dan mengoksidasi
bahan - bahan kimia dalam air supaya air dari Effluent Tank layak untuk dibuang kesaluran kota maupun untuk penggunaan kembali.
2.9. EFFLUENT TANK Air yang telah diolah akan dialirkan menuju Effluent Tank untuk selanjutnya
dibuang pada saluran kota. Sebagian air ini dapat kita proses lagi untuk keperluan recycling yang dapat kita gunakan untuk menyiram taman dan air cuci kendaraan.
3.0. SLUDGE HOLDING TANK Sludge Holding Tank ini berfungsi sebagai bak tempat sedimentasi flok
mikroba ( lumpur ) yang dihasilkan selama fase oksidasi dalam bak Aeration Tank. Seperti disebutkan diawal bahwa sebagian dari lumpur dalam tangki penjernih didaur ulang kembali dalam bentuk lumpur aktif balik kedalam bak Clariffier Tank dan sisanya dibuang untuk menjaga rasio yang tepat antara makanan dan mikro - organisme.
Section IV
Unit Pengolahan Limbah Sewage Treatment
Plant ( STP ) Project PT. Martina Berto Kap. 50 m 3 / Hari
A. PERAWATAN Perawatan yaitu kegiatan membersihkan atau merawat secara berkala yang harus
dan wajib dilakukan oleh pengguna peralatan, sehingga peralatan tersebut tidak mempercepat usianya. Perawatan sebaiknya diusahakan dilakukan secara rutin atau terus menerus agar peralatan tersebut atau sistem selalu siap pakai. Beberapa macam istilah tentang kegiatan perawatan, yaitu:
• Perawatan dalam keadaan Off ( shut down ) yaitu perawatan yang dilakukan pada saat peralatan tersebut tidak sedang bekerja.
• Perawatan dengan perbaikan ( Corrective ) yaitu perawatan yang dilakukan dengan cara melakukan pebaikan dari peralatan ( mengganti, penyetelan dll ) untuk memenuhi kondisi yang semestinya.
• Perawatan jalan ( running ) yaitu peralatan yang dikerjakan selama peralatan itu dipakai.
• Perawatan pencegahan ( preventive ) yaitu perawatan yang dilakukan untuk mencegah terjadinya kerusakan terhadap peralatan.
B. TUJUAN PERAWATAN Tujuan Perawatan adalah :
• Untuk memperpanjang usia pakai peralatan. • Untuk mencegah terjadinya kerusakan terhadap peralatan. • Untuk mencegah terjadinya hal hal yang tidak diinginkan saat menggunakan
peralatan. • Untuk menjamin keselamatan si pekerja. • Untuk menjamin kegunaan yang memuaskan. • Untuk menjamin kesiapan pakai peralatan.
C. JENIS PERAWATAN PERALATAN Dalam melakukan perawatan peralatan ini dibedakan menjadi dua yaitu perawatan
pencegahan dan perawatan sebelum dioperasikan.
• PERAWATAN PENCEGAHAN
Perawatan ini bertujuan untuk mencegah terjadinya peralatan yang lebih parah. Perawatan ini merupakan kegiatan yang dilaksanakan secara rutin dalam melakukan perawatan agar peralatan selalu siap pakai. Perawatan Pencegahan ini meliputi beberapa macam yaitu:
1. PENCEGAHAN TERJADINYA KOROSI Sebagian besar peralatan untuk menunjang pekerjaan selalu terbuat dari baja
atau logam hal ini dikarenakan baja atau logam adalah benda yang kuat, tetapi apabila terkena hujan oksigen, air, dan beberapa asam lainnya dan tidak segera dibersihkan akan terjadi korosi atau pengkaratan. Apabila terjadi korosi hal ini sangat merugikan bagi pekerja karena mempercepat kerusakan peralatan tersebut, oleh karena itu korosi ini harus dicegah Pencegahan dapat dilakukan dengan cara berikut:
• Melindungi peralatan itu dengan mengecat, mengolesi dengan pelumas, melapisi dengan anti karat.
• Kebersihan ini sangat penting jaga peralatan ini supaya tetap bersih dan selalu dibersihkan setelah digunakan.
• Apabila terkena zat asam segera bersihkan.
2. PELUMASAN Peralatan yang bekerja dengan berputar atau bergesekan ini perlu diberi
pelumas. berfungsi untuk mendinginkan, untuk mengurangi gesekan, mencegah aus.
3. MEMBERI PENDINGIN Setiap peralatan yang bekerja pada suhu yang tidak rendah ini memerlukan
pendinginan, dengan ini suhu pada peralatan bisa di minimalisir sehingga tidak terjadi kerusakan.
4. MENCEGAH BEBAN BERLEBIHAN Peralatan harus selalu dijaga bebannya agar tidak melebihi kemampuan,
contohnya muatan yang dikerjakan melebihi atau terlalu berat, suhu contohnya muatan yang dikerjakan melebihi atau terlalu berat, suhu
5. PERAWATAN YANG DILAKUKAN SETIAP PERIODE Yaitu perawatan yang dilakukan saat dioperasikan, kegiatan ini harus
dilakukan oleh pekerja. Beberapa macam perawatan periode yaitu : • Selama peralatan dioperasikan pekerja harus rutin memeriksa peralatan
tersebut apabila ada yang rusak dan tidak dapat diperbaiki segera menggantinya, bahkan setiap peralatan bekerja.
• Selalu membersihkan peralatan setelah dipakai, dll. Memeriksa dan mengamati ini dengan cara:
• Melihat, yaitu pekerja harus memperhatikan peralatan mungkin ada benda asing yang dapat menghambat kualitas kerja peralatan, lihat hingga sedetail mungin.
• Mendengar, adalah pekerja harus mendengarkan cara kerja peralatan itu barang kali ada suara asing yang menandakan kecacatan peralatan tersebut.
• Merasakan, ialah pekerja harus merasakan peralatan barangkali ada getaran suhu meniggi, dll.
6. PERAWATAN SEBELUM DIOPERASIKAN Agar tidak terjadi kerusakan pada peralatan dan peralatan dapat bekerja
sesuai keinginan, peralatan harus dicek terlebih dahulu sebelum dioperasikan. Untuk itu cara mudah pengecekan yaitu, dengan cara membuat rencana perawatannya. Perawatan dapat berupa penjadwalan pembersihan rutin, menguji coba peralatan tanpa diberi beban dahulu, penggantian pelumas. Peralatan sebaiknya tidak digunakan terlebih dahulu atau memberi beban saat baru menghidupkan, lakukan pengecekan pada bagian - bagian yang rentan terkena kerusakan apabila dirasa tidak terjadi kerusakan atau telah selesai mengecek, barulah peralatan dapat dibebani secara berkala.
D. PERAWATAN EQUIPMENT SEWAGE TREATMENT PLANT ( STP )
1. SARINGAN AWAL ( BAR SCREEN ) PADA INFFLUENT CHAMBER • Sampah seperti plastik dan kotoran-kotoran mengambang dalam Inffluent
Chamber disaring dengan saringan kasar. • Kotoran yang tersaring pada bar screen seperti yang tersebut diatas diambil
secara manual. • Kotoran diambil dan dibuang paling tidak satu kali sehari jika menggunakan
bar screen dan sistem manual.
2. SUMMERSIBLE PUMP Pada suatu IPAL biasanya selalu terdapat 3 unit pompa celup / angkat (
Summersible Pump ), 2 unit pompa untuk dioperasikan dan 1 unit pompa untuk Standby. Standby bisa berarti pompa bisa dioperasikan sewaktu-waktu, misal dalam kondisi air di stasiun pompa dalam keadaan banjir, atau bila salah satu pompa mengalami kerusakan atau macet, dan lain sebagainya.
A. PERSIAPAN OPERASI / ITEM YANG AKAN DIPERIKSA • Jika pompa mati, cek capasitor. Ganti terlebih dahulu jika komponen ini
tidak berfungsi. • Cek Ampere kabel power saat pompa running. Jika lebih cukup tinggi ( >
10 A ) ada beberapa kemungkinan, yaitu :
1. Motor mendapat beban cukup berat. ( Benda asing seperti endapan tanah merah, tanah kapur, dll. )
2. Volume air sudah berkurang, pompa bekerja dalam air dengan batas sangat minimum/kering dalam waktu yang lama.
3. Lilitan kumparan stator bermasalah. • Instalasi pompa submersible standard dilengkapi safety untuk mendeteksi
kedalaman air berupa sensor electroda. Jika sensor ini dalam kondisi baik, turunnya kedalaman air dalam batas minimum akan terdeteksi, dan automatis memutus power ke motor.
• Perhatikan debit air, jika semburan awal tinggi kemudian melemah, kemungkinan besar volume air berkurang. Jika semburannya lemah mulai dari awal motor running, ini tanda-tanda problem dari motor.
• Angkat pompa submmersible ke permukaan. Periksa kondisi fisik, adakah
benda asing yang menghambat putaran shaft atau impeler. • Cek ulang Level kedalaman air dengan menggunakan tali ber-pemberat.
Ukur kedalaman air dan jarak permukaan ke dasar. • Lakukanlah cleaning, berilah tanda terlebih dahulu sepanjang bodi casing
penutup impeler, untuk memastikan posisi pasang seperti awal. Buka impeller satu persatu, cuci lalu pasang kembali. Setelah itu buka impeler berikutnya.
• Periksa kondisi impeller, dan shaft. Jika sudah aus atau cacat, catat tipe pompa submersible, lalu dapatkan parts original di suplier resmi. • Cek tahanan lilitan kumparan pada rotor, jika tahanan menunjukkan nilai yang rendah, menunjukkan kumparan bermasalah, misal bocor. Jika menemui masalah ini, sangat disarankan untuk mengganti dengan pompa yang baru.
• Jika sudah selesai cleaning dan pompa dirakit kembali. Test terlebih
dahulu didalam bak air, debit air keluar dan ampere motor. • Jika tidak ada perubahan, jangan diteruskan. Segera hubungi Service Pompa resmi dan terpercaya. Setelah selesai service, minta pompa harus ditest kembali dan lihat ampere motor saat running. Jika masih cukup tingggi ( >10 A ), jangan diterima. Perbaikan belum complete atau selesai.
1. MODE PENGOPERASIAN Ada 2 jenis mode pengoperasian, tergantung dari tinggi permukaan air
dibak – bak penampungan dan cara pengoperasiannya adalah sebagai berikut :
1.1. PENGOPERASIAN SECARA OTOMATIS Sebagai contoh, jika tinggi permukaan air dibak – bak penampungan
mencapai level Y, maka pompa otomatis akan menyala, dan jika air mencapai level Z, maka pompa otomatis akan mati.
1.2. PENGOPERASIAN SECARA MANUAL Tombol pengoperasian pompa yang di inginkan oleh operator,
harus diposisikan pada tulisan “MANUAL”, maka pompa akan bekerja secara manual.
Jika tombol pengoperasian diposisikan ke posisi “STOP”, maka pompa akan mati. Waktu kerja ( beberapa jam nyalanya ) pompa
juga akan bekerja secara manual.
3. PANEL KONTROL ( CONTROL PANEL ) Panel kontrol listrik adalah peralatan yang berfungsi untuk mengatur dan
mengendalikan beban listrik di bengkel listrik atau industri yang menggunakan motor listrik sebagai penggeraknya. Setiap beban motor listrik berdaya besar di industri selalu dilengkapi dengan panel kontrol listrik. Guna mengoperasikan motor listrik dimana motor listrik dapat dikendalikan dari dekat maupun jauh diperlukan alat kontrol sebagai penghubung sekaligus sebagi pengatur. Agar motor dan alat kontrolnya dapat berfungsi dengan baik sebagaimana mestinya, banyak faktor yang harus dipertimbangkan baik mesin maupun alat kontrolnya.
A. PEMELIHARAAN SAAT TIDAK BERTEGANGAN
Dalam pemeliharaan panel distribusi listrik perlu diketahui prosedur / langkah yang ditempuh sebelum petugas memulai pekerjaan. Prosedur pemeliharaan saat tidak bertegangan yaitu:
• Perlu dikoordinasikan dengan pimpinan instansi terkait • Berikan informasi bagi konsumen atau pengguna tentang waktu atau hari
serta jam, bahwa akan ada pemutusan tenaga listrik untuk pemeriksaan paneL, jauh sebelum pekerjaan dilaksanakan.
• Siapkan petugas dalam melakukan pemeliharaan. • Siapkan peralatan pendukung dalam melaksanakan pemeliharaa misalnya
alat tangan, alat ukur, tulisan-tulisan yang perlu ”ADA PERBAIKAN
PANEL”, “AWAS JANGAN MASUKAN ARUS LISTRIK”, “MAAF ALIRAN
LISRIK TERGANGGU”, dan sebagainya sesuai kondisi. Letakan tulisan tersebut pada tempat yang tepat, sehingga pelaksanaan pemeliharaan berjalan dengan lancar.
• Mulailah bekerja dengan langkah sebagi berikut:
Putuskan aliran listrik yang masuk dengan memposisikan saklar utama panel pada OFF dan kuncilah tuas saklar utama agar tidak berubah
posisi ( segel pengaman ). Ceklah dan yakinkan bahwa semua komponen dalam panel bebas
tegangan. Posisikan MCB dan yang lain dalam posisi Off / tidak bekerja.
B. PEMELIHARAAN SAAT BERTEGANGAN Dalam pemeliharaan panel distribusi listrik perlu diketahui prosedur/
langkah yang ditempuh sebelum petugas memulai pekerjaan terlebih pemeliharaan saat panel dalam kondisi kerja. Prosedur pemeliharaan saat bertegangan yaitu:
• Perlu dikoordinasikan dengan pimpinan instansi terkait secara vertikal misalnya : pimpinan industri, engineering, maupun kepada pihak PLN.
• Berikan informasi kepada konsumen / pengguna listrik, waktu dan jam akan ada pemeliharaan / pemeriksaan panel listrik. • Siapkan petugas pemeliharaan dengan baik. • Siapkan peralatan untuk mengadakan pemeriksaan panel saat
bertegangan misalnya sarung tangan dari karet, tespen, dan alat tangan lainnya yang mendukung harus dalam kondisi tahanan isolasinya baik.
• Siapkan tulisan/informasi untuk umum yang dipasang dekat panel saat melakukan pengecekan panel, misal : ”HATI - HATI ADA TEGANGAN LISTRIK”, “AWAS BAHAYA LISTRIK”, dll.
• Hidupkan saklar masukan / panel utama. • Periksa dan cek terminal setiap saklar dan semua komponen dalam panel
masih kerja baik atau tidak.
4. BAK – BAK PENAMPUNGAN
4.1. BAK AERASI ( AERATION TANK ) Setelah mengalami proses aerasi, air limbah akan mengalir secara over flow
masuk ke dalam bak Post Aeration tank, dimana dalam bak ini akan terjadi proses pemisahan air dengan sludge / endapan yang dihasilkan pada saat masuk ke dalam bak Post Aeration tank, dimana dalam bak ini akan terjadi proses pemisahan air dengan sludge / endapan yang dihasilkan pada saat
• Lakukan pengecekan pada bak Aerasi ( Aeration Tank ) tersebut agar terhindar dari kebocoran maupun kegagalan sistem.
• Lakukan penambalan jika menemukan kebocoran pada bak Aerasi ( Aeration Tank ).
• Amati level permukaan air didalam bak tersebut agar terhindar dari banjir.
• Lakukan pengecekan pada panel kontrol dan pada tiap – tiap pompa yang terpasang agar terhindar dari malfungsi sistem yang berakibat pada kegagalan sistem.
• Lakukan pengecekan kondisi lumpur dan jika lumpur telah mengalami peningkatan yang sangat banyak buatlah jadwal pembuangan / penyedotan lumpur setiap 6 bulan sekali dengan menggunakan Car Tank.
• Usahakan agar debit air limbah yang masuk tidak lebih besar dari ukuran daya tampung sistem itu sendiri.
• Lakukan pengecekan terhadap lamela, biomedia, tube settler, maupun air seal diffuser apakah mengalami kerusakan atau tidak. Jika kedua item tersebut mengalami kerusakan lakukanlah penggantian. Sebelum melakukan penggantian agar kondisi bak penampungan dalam keadaan kosong terlebih dahulu.
• Lakukan pengecekan pada supply udara dari blower apakah telah bekerja atau tidak. Jika blower tidak mengeluarkan udara lakukan pengecekan pada blower tersebut baik dari segi komponen maupun dari segi kelistrikan.
4.2. BAK POST AERATION TANK Bak Post Aeration Tank ini berfungsi untuk mengendapkan lumpur yang
datang dari bak Aeration Tank untuk mempercepat proses pengendapan. Di sini, lumpur yang mengendap diangkat oleh Air Lift Pump melalui udara blower, kemudian lumpur dikembalikan lagi ke bak Clarifier Tank. Bak Post Aeration Tank dilengkapi dengan air seal diffuser. Air limbah yang masuk ke dalam bak ini akan diproses dengan cara menambah atau melarutkan udara datang dari bak Aeration Tank untuk mempercepat proses pengendapan. Di sini, lumpur yang mengendap diangkat oleh Air Lift Pump melalui udara blower, kemudian lumpur dikembalikan lagi ke bak Clarifier Tank. Bak Post Aeration Tank dilengkapi dengan air seal diffuser. Air limbah yang masuk ke dalam bak ini akan diproses dengan cara menambah atau melarutkan udara
• Lakukan pengecekan pada bak Post Aerasi ( Post Aeration Tank ) tersebut
agar terhindar dari kebocoran maupun kegagalan sistem. • Lakukan penambalan jika menemukan kebocoran pada bak Post Aerasi (
Post Aeration Tank ). • Amati level permukaan air didalam bak tersebut agar terhindar dari
banjir. • Lakukan pengecekan pada panel kontrol dan pada tiap – tiap pompa yang terpasang agar terhindar dari malfungsi sistem yang berakibat pada
kegagalan sistem. • Lakukan pengecekan kondisi lumpur dan jika lumpur telah mengalami
peningkatan yang berlebih buatlah jadwal pembuangan / penyedotan lumpur setiap 6 bulan sekali dengan menggunakan Car Tank.
• Usahakan agar debit air limbah yang masuk tidak lebih besar dari ukuran daya tampung sistem itu sendiri.
• Lakukan pengecekan terhadap lamela, biomedia, tube settler, maupun air seal diffuser apakah mengalami kerusakan atau tidak. Jika kedua item tersebut mengalami kerusakan lakukanlah penggantian. Sebelum melakukan penggantian agar kondisi bak penampungan dalam keadaan kosong terlebih dahulu.
• Lakukan pengecekan pada supply udara dari blower apakah telah bekerja atau tidak. Jika blower tidak mengeluarkan udara lakukan pengecekan pada blower tersebut baik dari segi komponen maupun dari segi kelistrikan.
4.3. BAK CLARIFIER TANK Unit ini berfungsi sebagai Clarifier akhir untuk mengendapkan partikel-
partikel yang masih belum terendapkan, serta biomass yang telah mati. Proses perawatan bak Clarifier Tank adalah :
• Lakukan pengecekan pada bak Clarifier Tank tersebut agar terhindar dari kebocoran maupun kegagalan sistem. • Lakukan penambalan jika menemukan kebocoran pada bak Clarifier Tank.
• Amati level permukaan air didalam bak tersebut agar terhindar dari banjir.
• Lakukan pengecekan pada panel kontrol dan pada tiap – tiap pompa yang terpasang agar terhindar dari malfungsi sistem yang berakibat pada kegagalan sistem.
• Lakukan pengecekan kondisi lumpur dan jika lumpur telah mengalami peningkatan yang berlebih buatlah jadwal pembuangan / penyedotan lumpur setiap 6 bulan sekali dengan menggunakan Car Tank.
• Usahakan agar debit air limbah yang masuk tidak lebih besar dari ukuran daya tampung sistem itu sendiri.
• Lakukan pengecekan terhadap air lift system apakah mengalami kerusakan atau tidak. Jika item tersebut mengalami kerusakan lakukanlah penggantian. Sebelum melakukan penggantian agar kondisi bak penampungan dalam keadaan kosong terlebih dahulu.
4.4. BAK EFFLUENT TANK Air yang telah diolah akan dialirkan menuju Effluent Tank untuk selanjutnya
dibuang pada saluran kota. Sebagian air ini dapat kita proses lagi untuk keperluan recycling yang dapat kita gunakan untuk menyiram taman dan air cuci kendaraan. Proses perawatan bak Effluent Tank adalah :