Laporan Praktikum dan Fitokimia KLTP

KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS PREPARATIF
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar belakang
Wilayah Indonesia merupakan wilayah yang sangat strategis dan
baik untuk pertmubuhan tanaman taman. Hal ini dibuktikan dengan
banyaknya keanekaragaman dari tumbuhan yang dapat dijumpai. Dan
dari berbagai tanaman tersebut, memiliki banyak potensi untuk dijadikan
obat-obat yang berasal dari alam.
Pengobatan tradisional yang menggunakan bahan-bahan alam telah
sangat berkembang hingga saat ini, dan sangat menarik minat
masyarakat pada umumnya untuk kembali menggunakan bahan-bahan
alam sebagai obat karena mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan
dengan obat-obat sintesis. Oleh sebab itu perlu dilakukan pemisahan
senyawa bermanfaat dari tamanan untuk dapat di manfaatkan secara
maksimal.
Kromatografi merupakan salah satu metode pemisahan komponenkomponen campuran dimana cuplikan berkesetimbangan di antara dua
fasa, fasa gerak yang membawa cuplikan dan fasa diam yang menahan
cuplikan secara selektif. Bila fasa gerak berupa gas, disebut kromatografi
gas, dan sebaliknya kalau fasa gerak berupa zat cair, disebut kromatografi
cair


AYU MELINDA
15020140081

NUR REZKY KHAIRUN NISAA, S.Farm

KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS PREPARATIF
Proses isolasi biasanya dilakukan dengan cara kromatografi. Pada
praktikum ini akan dilakukan percobaan yaitu kromatografi lapis tipis (KLT)
preparatif

merupakan

salah

satu

metode

pemisahan


dengan

menggunakan peralatan sederhana. Ketebalan penjerap yang sering
dipakai adalah 0,5-2 mm, ukuran plat kromatografi biasanya 20x20 cm.
Pembatasan ketebalan lapisan dan ukuran plat sudah tentu mengurangi
jumlah bahan yang dapat dipisahkan dengan KLT preparatif. Penjerap
yang paling umum digunakan adalah silika gel.
KLT Preparatif dapat digunkaan untuk memisahkan bahan dalam
jumlah gram, namun sebagian besar pemakaian hanya dalam jumlah
milligram. Seperti halnya KLT secara umum, KLT Preparatif juga
melibatkan fase diam dan fase gerak. Dimana fase diamnya adalah
sebuah plat dengan ukuran ketebalan bervariasi. Untuk jumlah sampel 10100 mg, dapat dipisahkan dengan mengunakan KLT Preparatif dengan
adsorben silika gel atau aluminium oksida, dengan ukuran 20x20 cm dan
tebal 1 mm, jika tebalnya di dua kalikan, maka banyaknya sampel yang
dapat dipisahkan bertambah 50%, seperti halnya KLT biasa, adsorben
yang paling umum digunakan pada KLT Preparatif adalah silika gel.

B.Maksud praktikum
Adapun maksud dari peraktikum ini adalah untuk mengetahui dan

memahami cara pemisahan senyawa pada fraksi sampel daun paku hata
(Lygodium circinnatum) dengan menggunakan KLTP.

C.Tujuan praktikum
AYU MELINDA
15020140081

NUR REZKY KHAIRUN NISAA, S.Farm

KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS PREPARATIF
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk melakukan pemisahan
komponen kimia dengan menggunakan metode KLTP.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Uraian Tanaman
1. Klasifikasi (Catalogue of Life, 2016)
Regnum

: Plantae


Subkingdom

: Tracheobionta

Divisio

: Pteridophyta

Kelas

: Pteridopsida

Sub Kelas

: Schizaeatae

Ordo

: Schizaeales


Famili

: schizaeaceae

Genus

: Lygodium

Spesies

: Lygodium circinatum (Burm.) Sw.

2. Nama Lain (Anonim, 2015)
Daerah pasundan sering di sebut paku hata, daerah pangkep
sering disebut caweng
3. Morfologi Tanaman
Tumbuhan paku merambat (Schizaeaceae) yang panjangnya dapat
mencapai 10 m dan diameter batang 2 – 5 mm. Bentuk daunnya
menjari 2-5 dengan tepi daun bergerigi, pada permukaan bawahnya

AYU MELINDA
15020140081

NUR REZKY KHAIRUN NISAA, S.Farm

KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS PREPARATIF
terdapat sporangium. Jenis ini memiliki rimpang pendek ( 10 cm),
sedikit berdaging dan menjalar dalam tanah. Tumbuh subur pada
tempat-tempat terbuka dan hutan-hutan sekunder mulai dari dataran
rendah hingga ketinggian 1.500 m dpl.
4. Kandungan Kimia (Medicinal Herbs Of Pasir Mayang, Jambi :
Ethnopharmacyand Toxicity screening, 2004).
Tumbuhan paku mengandung steroid dan tidak mengandung
saponin dan flavonoid
5. Kegunaan Tanaman
Kegunaan paku ini yaitu batangnya untuk pembuatan tas tangan,
topi, sebagai obat luka dari sengatan binatang melata seperti ular, lipan
dan laba-laba yaitu dengan menggunakan getah yang terdapat pada
paku ini. Juga sebagai obat luka dari sengatan binatang air yaitu
dengan cara menumbuk halus daunnya.


B. Teori Umum
Kromatografi lapis tipis preparatif (KLTP) adalah salah satu
metode yang memerlukan pembiayaan paling murah dan memakai
peralatan paling dasar. Walaupun KLTP dapat memisahkan bahan
dalam jumlah gram, sebagian besar pemakainya hanya dalam jumlah
miligram.KLTP bersama-sama dengan kromatografi kolom terbuka,
masih dijumpai dalam sebagian besar publikasi mengenai isolasi
bahan alam (Hostettmann, 2006).

AYU MELINDA
15020140081

NUR REZKY KHAIRUN NISAA, S.Farm

KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS PREPARATIF
Ketebalan penjerap (adsorben) yang paling sering dipakai pada
KLTP adalah sekitar 0,5-2 mm. Ukuran pelat kromatografi biasanya 20
x 20 cm atau 20 x 40 cm. Pembatasan ketebalan lapisan dan ukuran
pelat sudah tentu mengurangi jumlah bahan yang dapat dipisahkan

dengan KLTP. Penjerap yang paling umum digunakan ialah silika gel
dan dipakai untuk pemisahan campuran senyawa lipofil maupun
campuran senyawa hdrofil (Hostettmann, 2006).
Dalam teknik kromatografi, sampel yang merupakan campuran
dari berbagai macam komponen ditempatkan dalam situasi dinamis
dalam sistem yang terdiri dari fase diam dan fase bergerak. Semua
pemisahan pada kromatografi tergantung pada gerakan relatif dari
masing-masing komponen diantara kedua fase tersebut. Senyawa atau
komponen yang tertahan (terhambat) lebih lemah oleh fase diam akan
bergerak lebih cepat daripada komponen yang tertahan lebih kuat.
Perbedaan gerakan (mobilitas) antara komponen yang satu dengan
lainnya disebabkan oleh perbedaan dalam adsorbs, partisi, kelarutan
atau penguapan diantara kedua fase. Jika perbedaan-perbedaan ini
cukup besar, maka akan terjadi pemisahan secara sempurna. Oleh
karena itu dalam kromatografi, pemilihan terhadap fase bergerak
maupun fase diam perlu dilakukan sedemikian rupa sehingga semua
komponen bisa bergerak dengan kecepatan yang berbeda-beda agar
dapat terjadi proses pemisahan (Ibnu, 2005).

AYU MELINDA

15020140081

NUR REZKY KHAIRUN NISAA, S.Farm

KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS PREPARATIF
Pada kromatografi lapis tipis preparatif, cuplikan yang akan
dipisahkan ditotolkan berupa garis pada salah satu sisi pelat lapisan
besar dan dikembangkan secara tegak lurus pada garis cuplikan
sehingga campuran akan terpisah menjadi beberapa pita. Pita
ditampakkan dengan cara yang tidak merusak jika senyawa itu
tanwarna, dan penyerap yang mengandung senyawa pita dikerok dari
pelat kaca. Kemudian cuplikan dielusi dari penyerap dengan pelarut
polar. Cara ini berguna untuk memisahkan campuran reaksi sehingga
diperoleh senyawa murni untuk telaah pendahuluan, untuk menyiapkan
cuplikan analisis, untuk meneliti bahan alam yang lazimnya berjumlah
kecil dan campurannya rumit dan untuk memperoleh cuplikan yang
murni untuk mengkalibrasi kromatografi lapis tipis kuantitatif (Nasution,
2010).
Proses


isolasi

kromatografi

lapis

tipis

preparatif

terjadi

berdasarkan perbedaan daya serap dan daya partisi serta kelarutan
dari komponen-komponen kimia yang akan bergerak mengikuti
kepolaran eluen, oleh karena daya serap adsorben terhadap komponen
kimia tidak sama, maka komponen bergerak dengan kecepatan yang
berbeda sehingga hal inilah yang menyebabkan pemisahan (Munson,
2010).
Pengembangan plat KLTP biasanya dilakukan dalam bejana kaca
yang dapat menampung beberapa plat. Koefisien pemisahan dapat

ditingkatkan dengan cara pengembangan berulang. Harus diperhatikan
AYU MELINDA
15020140081

NUR REZKY KHAIRUN NISAA, S.Farm

KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS PREPARATIF
bahwa semakin lama senyawa berkontak dengan penyerap maka
semakin besar kemungkinan penguraian (Nasution, 2010).
KLT Preparatif dapat digunakan untuk memisahkan bahan dalam
jumlah gram, namun sebagian besar pemakaian hanya dalam jumlah
milligram (Kristanti, 2008).
Seperti halnya KLT secara umum, KLT Preparatif juga melibatkan
fase diam dan fase gerak. Dimana fase diamnya adalah sebuah plat
dengan ukuran ketebalan bervariasi. Untuk jumlah sampel 10-100 mg,
dapat dipisahkan dengan mengunakan KLT Preparatif dengan
adsorben silika gel atau aluminium oksida, dengan ukuran 20x20 cm
dan tebal 1 mm, jika tebalnya di dua kalikan, maka banyaknya sampel
yang dapat dipisahkan bertambah 50%, seperti halnya KLT biasa,
adsorben yang paling umum digunakan pada KLT Preparatif adalah
silika gel (Kristanti, 2008).
Sebelum ditotolkan pada plat KLT Preparatif, sampel dilarutkan
terlebih dahulu dalam sedikit pelarut. Pelarut yang baik adalah pelarut
yang mudah menguap, misalnya n-heksana, diklorometana atu etil
asetat. Karena jika pelarut yang digunakan tidak mudah menguap,
maka akan terjadi pelebaran pita. Konsentrasi sampel juga sebaiknya
hanya 5-10%. Sampel yang ditotolkan harus berbentuk pita yang
sesempit mungkin karena baik tidaknya pemisahan juga bergantung
pada lebarnya pita (Kristanti, 2008).

AYU MELINDA
15020140081

NUR REZKY KHAIRUN NISAA, S.Farm

KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS PREPARATIF
Kelebihan dari penggunaan KLT Preparatif adalah biaya yang
digunakan murah dan memakai peralatan paling dasar. Sementara
kekurangannya antara lain : adanya kemungkinan senyawa yang
diambil dari plat adalah senyawa beracun, waktu yang diperlukan
dalam proses pemisahan cukup panjang ,adanya pencemar setelah
proses ekstraksi senyawa dari adsorben dan biasanya rendemen yang
diperoleh berkurang dari 40%-50% dari bahan awal (Kristanti, 2008).

AYU MELINDA
15020140081

NUR REZKY KHAIRUN NISAA, S.Farm

KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS PREPARATIF
BAB III
METODE KERJA
A. Alat
Adapun alat yang digunakan yaitu chamber kecil, chamber besar,
gelas ukur, lampu UV254 dan

UV366, lempeng KLT preparatif, mistar,

penggaris, pensil, pipa kapiler, pipet tetes, sentrifuge, tabung sentrifuge,
vial.

B. Bahan
Adapun bahan yang digunakan yaitu aluminium foil, fraksi daun paku
hata (Lygodium circinnatum), etil asetat, n-heksan, dan tissue.

C. Prosedur Kerja
a. Skrining eluen
Dipilih fraksi dari metode KKK dan KCV, setelah itu ditotolkan pada
lempeng KLT ukuran 7 x 1 cm. Selanjutnya dielusi dengan eluen,
misalnya eluen perbandingan N-heksan: etil asetat 8:2 dalam 5 mL.
Kemudian diamati pada lampu UV 254 dan UV 366 nm.
b. Skrining fraksi
Dipilih fraksi dari metode KKK dan KCV, setelah itu ditotolkan pada
lempeng KLT ukuran 7 x 1 cm. Selanjutnya dielusi dengan eluen,
misalnya eluen perbandingan N-heksan: etil asetat 8:2 dalam 5 mL.
Kemudian diamati pada lampu UV 254 dan UV 366 nm. Setelah itu
disemporot dengan DPPH (2,2 Diphenil phicryl Hidrazyl). Setelah
AYU MELINDA
15020140081

NUR REZKY KHAIRUN NISAA, S.Farm

KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS PREPARATIF
penyemprotan dengan DPPH maka akan terjadi perubahan warna
kuning berlatar ungu.
c. Kromatografi lapis tipis preparatif (KLTP)
Fraksi yang aktif dari metode KKK dan KCV selanjutnya dilarutkan
dengan eluen, kemudian ditotolkan dengan membentuk garis lurus
(pita) pada KLTP ukuran 20x20 cm (10 cm untuk KKK dan 10 cm untuk
KCV). Selanjutnya dielusi dalam chamber yang sesuai ukuran lempeng.
Selanjutnya diamati pada UV 254 dan UV 366 nm, terbentuk pita/noda.
Setelah itu sebagian lempeng KLTP ditutu[i dengan aluminium foil,
bagian yang tidak tertutup disemprot dengan DPPH, kemudian diamati
di bawah sinar tampak dan beri tanda. Setelah itu dikeruk pita lalu
dimasukkan dalam tabung sentrifuge dan tambahkan dengan 5 mL
metanol kemudian disentrifuge dengan kecepatan 500-1000 rpm
selama 10 menit. Setelah itu, jika terbentuk endapat maka endapan
disaring dan filtrat ditampung di vial.

AYU MELINDA
15020140081

NUR REZKY KHAIRUN NISAA, S.Farm

KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS PREPARATIF
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari praktikum Kromatografi Lapis Tipis Preparatif didapatkan hasil
sebagai berikut :
Eluen

Pengamatan UV 254 dan

Jumlah

KKK

UV 366
Orange,biru,kuning, dan

pita
4

KCV

hijau
Biru, hijau, orange dan

4

Fraksi
8:2
(N-heksan: etil asetat)
(N-heksan: etil asetat)

ungu muda
Kromatografi adalah suatu nama yang diberikan untuk teknik
pemisahan tertentu. Cara yang asli telah diketengahkan pada tahun 1903
oleh Tsweet yang digunakan untuk pemisahan senyawa-senyawa yang
berwarna, dan nama kromatografi diambil dari senyawa yang berwarna.
Meskipun demikian pembatasan untuk senyawa-senyawa yang berwarna
tak

lama,

dan

sekarang

hampir

kebanyakan

pemisahan

secara

kromatografi digunakan juga untuk senyawa-senyawa yang tak berwarna,
termasuk gas.
Kromatografi Lapis Tipis Preparatif merupakan proses isolasi yang
terjadi berdasarkan perbedaan daya serap dan daya partisi serta
kelarutan dari komponen-komponen kimia yang akan bergerak mengikuti
kepolaran eluen oleh karena daya serap adsorben terhadap komponen

AYU MELINDA
15020140081

NUR REZKY KHAIRUN NISAA, S.Farm

KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS PREPARATIF
kimia tidak sama, maka komponen bergerak dengan kecepatan yang
berbeda sehingga hal inilah yang menyebabkan pemisahan.
KLT Preparatif dapat digunakan untuk memisahkan bahan dalam
jumlah gram, namun sebagian besar pemakaian hanya dalam jumlah
milligram. Prinsip dari kromatografi Lapis Tipis Preparatif yaitu adsorpsi
dan partisi, adsorpsi yaitu penyerapan pada permukaan oleh adanya fase
diam (silica) sedangkan partisi yaitu pemisahan oleh adanya fase gerak
(eluen).
Keuntungan KLTP adalah salah satu metode pemisahan yang
memerlukan pembiayaan paling murah

dan memakai peralatan paling

dasar. Kerugian KLTP adalah pengambilan senyawa dari plat yang
dilanjutkan dengan pengekstraksian penjerap memerlukan waktu lama
dan jika senyawa beracun harus dikerok dari plat akan menimbulkan
banyak masalah serius. Serta adanya zat pencemar dan sisa dari plat
sendiri setelah pengsekstraksian pita yang mengandung senyawa yang
dipisahkan dengan pelarut.
Tujuan

dilakukannya

praktikum

ini

yaitu

untuk

menentukan

komponen kimia dari fraksi dari sampel paku hata (Lygodium circinnatum)
dengan metode kromatografi lapis tipis preparatif.
Dalam praktikum ini prosedur yang digunakan yaitu kromatografi
lapis tipis preparatif. Sebelum melakukan pemisahan dengan KLT
preparatif terlebih dahulu dilakukan pemilihan eluen yang cocok yaitu
untuk memastikan eluen memiliki daya serap untuk fraksi yang digunakan,
AYU MELINDA
15020140081

NUR REZKY KHAIRUN NISAA, S.Farm

KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS PREPARATIF
kemudian dilakukan pemilihan fraksi untuk melihat fraksi yang lebih
banyak senyawa yang tertarik. Setelah dilakukan pemelihan eluen dan
pemilihan fraksi barulah dilakukan pengerjaan kromatografi lapis tipis
preparatif.
Fraksi aktif dari hasil KKK dan fraksi aktif dari hasil KCV ditotolkan
berbentuk pita pada garis yang telah dibuat sebelumnya. Lempeng yang
digunakan itu berukuran 20 x 20 cm. Setelah ditotolkan, kemudian dielusi
dengan eluen n-heksan : etil asetat (8:2). Setelah dielusi lempeng diamati
di bawah lampu UV 254 nm dan UV 366 nm. Pita yang terbentuk dideteksi
dengan menyemprotkan DPPH untuk melihat senyawa yang aktif dan
diberi tanda kemudian dikeruk untuk disentrifuge sehingga terpisah
supernatan dengan isolat murni.
Setelah itu masing-masing fraksi yang telah dipilih ditotolkan pada
lempeng KLTP menggunakan pipa kapiler. Selanjutnya dielusi dalam
chamber yang berisi eluen n-heksan : etil asetat dengan perbandingan 8:2
dalam 100 mL yang telah jenuh. Lalu

dibiarkan terelusi, selanjutnya

diamati penampakan bercak noda pada lampu UV 254 dan 366 nm.
Setelah itu dilakukan uji antioksidan dengan cara menyemprot lempeng
menggunakan DPPH. Setelah disemprot, maka akan tampak fraksi aktif
sebagai antioksidan dengan perubahan warna noda menjadi kuning.
Setelah itu fraksi aktif tersebut dikeruk. Dan hasil pengerukan tersebut
disimpan ke dalam vial, kemudian dilarutkan dengan metanol, lalu
dipindahkan ke tabung sentrifuge, dan sentrifuge selama 10 menit.
AYU MELINDA
15020140081

NUR REZKY KHAIRUN NISAA, S.Farm

KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS PREPARATIF
Setelah terbentuk endapan, bagian metanolnya diambil kemudian
dipindahkan ke dalam vial kembali, dan untuk endapannya dimasukkan
kedalam vial yang berbeda.
Alasan penggunaan n-heksan : etil asetat (8:2) yaitu karena nheksan etil asetat ialah salah satu fase gerak biner yang sering dipakai
pada pemisahan. Adapun kegunaan dari DPPH yaitu untuk pengujian
aktivitas antioksidan pada sampel fraksi yang digunakan. DPPH yaitu
radikal bebas yang dapat bereaksi dengan senyawa. DPPH juga
digunakan

sebagai

pewarna

(indikator)

yang

dapat

menunjukkan

perubahan warna dari ungu ke kuning, yang menandakan bahwa senyawa
tersebut dapat menangkal radikal bebas. Sedangkan bahaya dari
penggunaan DPPH yaitu karena sifatnya yang radikal bebas maka sangat
reaktif sehingga kerusakan fungsi sel sehingga harus digunakan secara
hati-hati.
Dari praktikum yang dilakukan ini didapatkan hasil dari KKK dan KCV
masing terbentuk 4 pita/noda yang dimana dari metode KKK dan KCV
masing-masing diambil 2 pita/noda untuk dikeruk dan selanjutnya
dimasukkan ke dalam vial dan dilakukan sentrifuge untuk mengetahui
senyawa yang terbentuk pada lempeng.

AYU MELINDA
15020140081

NUR REZKY KHAIRUN NISAA, S.Farm

KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS PREPARATIF
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
isolasi pada fraksi daun paku hata (Lygodium circinnatum) pada metode
KKK terbentuk 4 pita/noda dan pada metode KCV terbentuk 4 pita/noda
setelah diamati pada UV 254 dan 366 nm dan dipilih 2 dari masing-masing
metode untuk selanjutnya disentrifug.

B. Saran
Diharapkan agar bahan dan alat yang akan digunakan, dapat
disediakan oleh laboratorium.

AYU MELINDA
15020140081

NUR REZKY KHAIRUN NISAA, S.Farm

KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS PREPARATIF
LAMPIRAN
Skema Kerja
a. Skrining eluen
Fraksi dari metode KKK
dan KCV
o Dipilih fraksi dari metode KKK dan KCV
o Ditotolkan pada lempeng KLT ukuran 7 x
1 cm
o Dielusi dengan eluen n-heksan: etil asetat
8:2 dalam 5 mL
o Diamati pada UV 254 dan UV 366 nm

Terbentuk noda
b. Skrining fraksi
Fraksi dari metode KKK
dan KCV
o Dipilih fraksi dari metode KKK dan KCV
o Ditotolkan pada lempeng KLT ukuran 7 x
1 cm
o Dielusi dengan eluen n-heksan: etil asetat
8:2 dalam 5 mL
o Diamati pada UV 254 dan UV 366 nm
o Disemprot dengan DPPH
Terjadi perubahan warna
kuning berlatar ungu

AYU MELINDA
15020140081

NUR REZKY KHAIRUN NISAA, S.Farm

KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS PREPARATIF
c. Kromatografi lapis tipis preparatif (KLTP)
Fraksi yang aktif dari
metode KKK dan KCV
o Dipilih fraksi dari metode KKK dan KCV
o Ditotolkan pada lempeng KLT ukuran 7 x
1 cm
o Dielusi dengan eluen n-heksan: etil asetat
8:2 dalam 5 mL
o Diamati pada UV 254 dan UV 366 nm
o Disemprot dengan DPPH
Terbentuk pita/noda

isolat

GAMBAR
AYU MELINDA
15020140081

NUR REZKY KHAIRUN NISAA, S.Farm

KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS PREPARATIF
a. Skrining eluen

(pada UV 254 nm)

(pada UV 366 nm)

b. Skrining fraksi

(pada UV 254 nm)

AYU MELINDA
15020140081

(pada UV 366 nm)

NUR REZKY KHAIRUN NISAA, S.Farm

KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS PREPARATIF

(pada UV 254 nm)

(pada UV 366 nm)

(sebelum diamati pada lampu UV)

AYU MELINDA
15020140081

NUR REZKY KHAIRUN NISAA, S.Farm

KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS PREPARATIF
c. Kromatografi lapis tipis preparatif (KLTP)
1. Dari metode KKK

(pada UV 254 nm)

(pada UV 366 nm)

2. Dari metode KCV

(pada UV 254 nm)

AYU MELINDA
15020140081

(pada UV 366 nm)

NUR REZKY KHAIRUN NISAA, S.Farm