Aplikasi SIG dan PJ untuk Kajian Kelayak

Aplikasi SIG dan PJ untuk Kajian Kelayakan Hotel Berdasarkan Fasilitas
dan Sarana Prasarana Pendukung

TUGAS AKHIR

Disusun oleh :
JONED DWI AWANGGA
07/258136/DGE/564

PROGRAM DIPLOMA
PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI
FAKULTAS GEOGRAFI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2014

INTISARI
Penelitian ini mengambil tema Aplikasi SIG dan PJ untuk kajian
kelayakan hotel berdasarkan sarana dan prasarana yang ada di Kecamatan
Mergangsan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sebaran hotel
dan mengklasifikasikannya berdasarkan fasilitas serta jangkauan terhadap sarana

prasarana pendukungnya.
Penelitian ini menggunakan metode plotting, digitasi, buffering, serta
overlay dalam pengerjaannya. Dari data-data koordinat hotel di dapat dihasilkan
sebaran hotel di Kecamatan tersebut yang kemudian digabungkan dengan datadata lain sehingga didapatkan hasil sesuai tujuan yang diharapkan. Dalam
prosesnya mulai dari plotting awal sampai pengolahan data menghasilkan peta
akhir penelitian ini menggunakan software ArcGIS.
Hasil dari penelitian ini adalah peta sebaran hotel di Kecamatan
Mergangsan serta klasifikasinya berdasarkan fasilitas serta jangkauannya terhadap
sarana dan prasarana umum sehingga dapat memudahkan wisatawan untuk
memilih hotel yang tepat untuk akomodasi sesuai selera dan kemampuannya.

i

KATA PENGGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
hanya atas rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan
mengambil judul “Aplikasi SIG dan PJ untuk Kajian Kelayakan Hotel
Berdasarkan Sarana dan Prasarana di Kecamatan Mergangsan”.
Penulisan Tugas Akhir ini adalah sebagai syarat untuk menempuh
kelulusan studi selama berada Program Diploma Penginderaan Jauh dan Sistem

Informasi Geografi. Dalam rangka penelitian ini, penulis menyadari sepenuhnya
bahwa banyak pihak yang telah membantu sehingga penelitian ini dapat
terselesaikan. Untuk itu dengan ketulusan hati penulis mengucapkan terimakasih
yang sebesar besarnya kepada :
1.

Bapak Taufik Hery Purwanto, S.Si., M.Si. selaku Ketua Program
Diploma Penginderaan Jauh dan SIG, Fakultas Geografi, UGM, Yogyakarta

2.

Bapak Bowo Susilo, S.Si., m.T selaku Dosen Pembimbing yang telah
banyak memberikan dorongan, pengarahan, koreksi, serta bimbingan
sehingga Tugas Akhir ini dapat terselesaikan

3.

Bapak Nur Muhammad Farda, S.Si., M.Sc selaku dosen wali yang
telah bayak memberikan dorongan, pengarahan, koreksi serta bimbingan
sehingga studi saya ini dapat terselesaikan


4.

Bapak dan Ibu pengelola Program Diploma III PJ dan SIG, Fakultas
Geografi, UGM Yogyakarta, terimakasih atas fasilitas dan syarat-syarat
secara administratif yang diperlukan hingga terselesainya Tugas Akhir ini

5.

Bapak dan Ibu pengelola Perpustakaan Badan Pusat Statistik Kota
Yogyakarta

6.

Orangtua saya, Bapak dan Ibu tercinta atas segalannya, baik materi dan
doa-doanya

7.

Kakak saya atas segalanya, baik materi dan doa-doanya


ii

8.

Sahabatku “ucekuek” Ody, Topan, Paksi, Aul, Apri, Ajiek, dan Ardian
terimakasih atas semangat, motivasi dan persahabatan yang telah terjalin
selama ini

9.

Kekasihku, terimakasih atas kasih sayang, motivasi, dan doa-doanya,
“semuanya sangat berarti”

10.

Teman-teman pemberi motivasi Iva Fatmasari, Iyudh, Joan, April, Lia,
Rizky, Anggi, Heldya yang selalu menyemangati dan membawa keceriaan

11.


Teman-teman Program Diploma PJ & SIG yang tidak dapat penulis
sebutkan satu-persatu kalian adalah sumber inspirasi dan motivasi

12.

Semua pihak yang telah membantu kelancaran penulis dalam
menyusun Tugas Akhir ini

Penulis menyadari laporan ini masih jauh dari kesempurnaan karena
keterbatasan waktu, kemampuan, dan pengetahuan penulis. Untuk itu penulis
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun. Akhir kata semoga
laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya serta bagi penulis pada
khususnya.

Yogyakarta, Januari 2014

Penulis

iii


DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL …………………………………………………………
HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………….
LEMBAR PERSEMBAHAN ……………………………………………….
INTISARI …………………………………………………………………… i
KATA PENGANTAR ………………………………………………………. ii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………… iv
DAFTAR TABEL …………………………………………………………… vi
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………….... vii

BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang……………………………………………………..... 1
1.2 Perumusan Masalah ………………………….................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian….……………………………………………........ 2
1.4 Manfaat Penelitian ………..……………………………………..........3
1.5 Dasar Teori …………………………………………….......................5
1.5.1 Penginderaan Jauh…...………………………………...........5
1.5.2 Sistem Informasi Geografi …………………………...........7
1.5.3 Hotel ……………………………………………………......6

1.5.4 Citra Satelit Quickbird ………………………….…….........6
BAB II. METODE PENELITIAN
2.1 Alat ...……………………………………………………………...10
2.2 Bahan…………………………………………….…..………….....13
2.3 Tahap Penelitian…..…………………………………...………......13
2.3.1 Tahap Persiapan………………………………...…..............13
2.3.2 Pengumpulan Data.........………………................................13
2.3.3 Pemrosesan Data………………………………...…. ...........14
2.3.3.1 Pemrosesan Data Awal ……………………........14

iv

2.3.3.2 Pemrosesan Data Akhir ………………….........27
2.4 Diagram Alir Penelitian……………………………………….. ....30
BAB III. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN
3.1. Letak Geografis dan Batas Wilayah..............................................31
3.2. Pembagian Wilayah .....................................................................32
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil…………………………………………………….…………..34
4.2 Pembahasan……………………………………………………........34

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ……………………………………………….……….41
5.2 Saran …………………………………………………………....…41
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………..…....41

v

DAFTAR TABEL
Hal.
Tabel 1.1 Fitur dari satelit Quickbird........... ..........................................

............6

Tabel 1.2 Profil dan spesifikasi satelit Quickbird............…………........................ 7

Tabel 3.1 Luas Wilayah menurut Kelurahan tahun 2012 .............................32

vi


DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 2.1 pemotongan citra berdasarkan admin Kec. Mergangsan.............14
Gambar 2.2 Proses raster clip..........................................................................

15

Gambar 2.3 Nama hotel beserta koordinatnya dalam excel............................

15

Gambar 2.4 Proses plotting koordinat hotel.....................................................

16

Gambar 2.5 Hasil plotting koordinat hotel....................................................... 16
Gambar 2.6 Plotting sebaran sarana dan prasarana umum....................................... 17
Gambar 2.7 Proses eksport format kml ke shp......................................................... 18
Gambar 2.8 Digitasi jalan area Kecamatan Mergangsan....................................18
Gambar 2.9 Peta jaringan jalan sebelum di buffer.............................................19

Gambar 2.10 Input data buffer..........................................................................19
Gambar 2.11 Peta hasil buffer jaringan jalan.............................................................20
Gambar 2.12 Membuat geodatabase untuk polygon servis area ................................20
Gambar 2.13 Memberi nama feature dataset..............................................................21
Gambar 2.14 Import feature class...............................................................................22
Gambar 2.15 Input data shp yang akan diproses...................................................... 22
Gambar 2.16 Membuka extentions.............................................................................23
Gambar 2.17 Mengaktifkan estensi network analist....................................................23
Gambar 3.18 Membuka dataset yang akan dibuat...................................................... 24
Gambar 3.19 Membuka lokasi titik sebaran sarana dan prasarana............................. 24
Gambar 3.20 Servis area yang akan digunakan adalah sarana................................... 25
Gambar 4.21 Menentukan jangkauan sarana.............................................................. 25
Gambar 4.22Memilih tipe polygon yang diinginkan.................................................. 25
Gambar 2.23.Proses akhir Network analist.................................................................26
Gambar 2.24 Hasil Poligon servis area........................................................................27
Gambar 2.25 Proses overlay peta servis area dengan data sebaran hotel....................27
Gambar 2.26 Data atribut hasil overlay.......................................................................28

vii


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu kawasan tujuan wisata
nomor dua setelah Bali. Disamping itu, Kota Yogyakarta sebagai ibukota Propinsi
DIY terkenal dengan Kota Budaya, yang dikenal memiliki akar budaya keraton,
Kota Pendidikan, dan masih banyak lagi. Dengan predikat sebagai kawasan tujuan
Pariwisata,

tentunya

terdapat

banyak fasilitas-fasilitas

penginapan

yang

disediakan.
Kecamatan Mergangsan merupakan salah satu obyek atau tujuan
akomodasi wisatawan asing maupun domestik yang datang di DIY, khususnya di
wilayah sekitar Jalan Parangtritis. Tempat tersebut, menurut sejarah merupakan
sentra produksi batik di Kota Yogyakarta, sehingga banyak wisatawan asing
maupun domestik yang datang dan kemudian masyarakat sekitar mulai
mengembangkan usaha penginapan hingga kini. Sampai saat ini jumlah hotel atau
penginapan yang ada di kecamatan ini berjumlah 51 buah (Badan Pusat Statistik
DIY), dari jumlah hotel atau penginapan tersebut jelas tampak bahwa daerah
tersebut merupakan daerah yang sering dikunjungi wisatawan.
Sektor pariwisata diketahui melalui indikator yang dihasilkan oleh statistik
perhotelan, seperti tingkat tingkat penghunian kamar dan perkembangan
akomodasi. Hotel, disamping harus memiliki kelengkapan fasilitas juga
dipengaruhi dengan ketersediaan faktor pendukung lainnya seperti akses dan
sarana prasarana pendukung. Hal ini dapat dijadikan bahan perencanaan dan
evaluasi baik oleh Pemda setempat, swasta dan pengusaha hotel/akomodasi untuk
menentukan kebijakan dan sebagai pendapatan. Salah satu pendapatan tersebut
dengan menyediakan fasilitas maupun utilitas yang mendukung keberadaan hotel,
misalkan informasi petunjuk lokasi wisata yang didukung dengan akses jalan yang
mudah dan tempat-tempat umum yang sering kali dibutuhkan.
Wilayah yang tercakup dalam kecamatan Mergangsan tidak semuanya
merupakan tempat atau area yang ideal bagi sebuah hotel, sepertihalnya jaringan

1

jalan yang belum semuanya telah terakses dengan baik oleh angkutan umum, dan
keberadaan sarana prasarana yang belum terbangun secara merata.
Dari hal tersebut, penting sekali untuk memperindah fasilitas-fasilitas
publik,

menggencarkan

promosi
menuju

dan

memberikan

kawasan

wisata),

akses-akses

salah

satunya

(seperti

mempermudah

untuk

dengan

menyediakan

sistem informasi kebumian yang mudah digunakan untuk

menunjukan lokasi penginapan, yang dalam hal ini lokasi penginapan
diasosiasikan dengan akses tujuan tempat-tempat wisata dan harga. Dengan
adanya sistem informasi tersebut, tentunya wisatawan yang akan berkunjung ke
DIY dapat memilih sendiri lokasi penginapannya.
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka penulis
tertarik untuk melakukan penelitian dengan memilih judul : ” Aplikasi SIG dan
PJ untuk Kajian Kelayakan Hotel Berdasar Fasilitas dan Sarana Prasarana
Pendukung di Kecamatan Mergangsan.”
1.2 Perumusan Masalah
Dalam melakukan penelitian ini, berdasarkan uraian latar belakang yang
telah diungkapkan di atas, maka yang menjadi masalah pokok dalam
penelitian ini adalah :
-

Bagaimanakah pola sebaran hotel di Kecamatan Mergangsan ?

-

Bagaimanakah ketersediaan sarana dan prasarana pendukung yang
terdapat di Kecamatan Mergangsan ?

-

Bagaimanakah jangkauan sarana dan prasarana pendukung yang terdapat
di Kecamatan Mergangsan ?

1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini mempunyai tujuan untuk :
-

Membuat Peta Klasifikasi Jangkauan Sarana dan Prasarana Pendukung
Pariwisata di Kecamatan Mergangsan.

2

-

Mengetahui sebaran dan klasifikasi hotel di Kecamatan Mergangsan dan
memberikan opsi kepada wisatawan.

1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini mempunyai beberapa manfaat, diantaranya sebagai berikut :


Untuk mengembangkan

pemahaman

penulis terhadap aplikasi

Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi, terutama aplikasi
kartografi tematik pemetaan lokasi penginapan/hotel di Kecamatan
Mergangsan Kota Yogyakarta.


Sebagai masukan untuk kajian evaluasi akomodasi.



Sebagai masukan bagi developer yang ingin mengembangkan
pariwisata.



Sebagai masukan bagi Pemerintah Daerah dalam pembangunan sarana
dan prasarana pendukung pariwisata.

1.5 Dasar Teori
1.5.1

Penginderaan Jauh

Penginderaan jauh ialah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi
tentang obyek, daerah atau gejala dengan jalan menganalisis data yang
diperoleh dengan menggunakan alat tanpa kontak langsung terhadap obyek,
daerah atau gejala yang dikaji (Lillesand dan Kiefer, 1979).
Didalam interpretasi citra, penafsir citra mengkaji citra melalui proses
penalaran untuk mendeteksi, mengidentifikasi dan menilai arti penting obyek
yang tergambar pada citra. Dengan kata lain maka penafsir citra berupaya
untuk mengenali obyek yang tergambar pada citra dan menterjemahkannya
kedalam disiplin ilmu tertentu.
Ada tiga rangkaian kegiatan yang diperlukan Didalam mengenali obyek
yang tergambar pada citra, yaitu deteksi, identifikasi, dan analisis. Deteksi
ialah pengamatan atas adanya suatu obyek. Identifikasi ialah upaya mencirikan
3

obyek yang telah dideteksi dengan menggunakan keterangan yang cukup.
Sehubungan dengan contoh tersebut maka berdasarkan bentuk, ukuran dan
letaknya. Pada tahap analisis dikumpulkan keterangan lebih lanjut.
Penginderaan

jauh

semakin

banyak

digunakan

karena

citra

menggambarkan obyek, daerah, dan gejala dipermukaan bumi dengan ujud dan
letak obyek yang mirip ujud dan letaknya dipermukaan bumi, citra relatif
lengkap, meliputi daerah yang luas serta permanen. Selain itu dari citra tertentu
dapat ditimbulkan gambaran tiga dimensional apabila pengamatannya
dilakukan dengan alat yang disebut stereoskop, karakteristik obyek yang tak
tampak dapat diujudkan dalam bentuk citra sehingga dimungkinkan
pengenalan obyeknya, citra dapat dibuat secara cepat meskipun untuk daerah
yang sulit dijelajah secara terestrial. Citra dibuat dengan periode ulang yang
pendek.
Colwell dan Lo (1976 dalam Sutanto 1998) menyatakan ada empat
keunggulan foto pankromatik hitam putih diantaranya kesan rona obyek sama
dengan kesan mata yang memandang obyek aslinya karena kepekaan film sama
dengan kepekaan mata manusia, resolusi spasialnya halus yang memungkinkan
pengenalan obyek yang berukuran kecil. Kehalusan resolusi spasialnya ini
memungkinkan pengenalan obyek yang berukuran kecil. Kehalusan resolusi
spasialnya ini disebabkan oleh tenaga foton atau tenaga kuantum yang besar
pada panjang gelombang ini. Stabilitas dimensional tinggi sehingga banyak
digunakan dalam bidang fotogrametri selain itu film pankromatik hitam putih
telah lama dikembangkan sehingga orang telah terbiasa menggunakannya.
Data satelit penginderaan jauh memiliki keunggulan yang
memungkinkan pemanfaatan diberbagai sektor pembangunan dan untuk
bermacam-macam tujuan, yaitu antara lain :
1. Data satelit penginderaan jauh dapat mencakup daerah pengamatan
yang sangat luas dan secara periodik dengan kisaran waktu tertentu.
2. Data satelit penginderaan jauh dapat digunakan untuk tujuan analisis
kewilayahan secara dimensi keruangan, sehingga dapat diperoleh
informasi yang representatif dan akurat.

4

3. Data satelit penginderaan jauh dapat dimanfaatkan untuk beragam
tujuan diberbagai sektor pembangunan, yang dapat diproses dengan
menerapkan berbagai macam metode yang masing-masing dapat
diarahkan agar dapat diperoleh informasi untuk suatu tujuan tertentu.
4. Data satelit penginderaan jauh mempunyai tingkat kompatibilitas yang
fleksibel, sehingga mudah untuk dilakukan integrasi dengan jenis data
lainnya.
1.5.2

Sistem Informasi Geografi

Sistem informasi geografi secara sederhana dapat didefinisikan sebagai
sistem manual dan digital (dengan menggunakan komputer sebagai alat
pengolahan dan analisis) yang digunakan untuk mengumpulkan, menyimpan,
mengelola, memanipulasi, memperbaharui, dan menghasilkan informasi yang
mempunyai rujukan spasial dan geografis.
SIG dapat diuraikan menjadi beberapa subsistem diantaranya yaitu: data
input, data output, data managemen dan data manipulasi dan data analisis.
Disamping subsistem-subsistem dari SIG tersebut, SIG juga terdiri dari
berbagai komponen diantaranya perangkat keras, perangkat lunak, data dan
informasi geografi dan manajemen.
SIG memiliki kelebihan yang membedakan dengan sistem informasi
lainnya, yaitu SIG bukan saja mampu menangani data atribut (kualitatif dan
kuantitatif), sekaligus mampu menangani data spasial (keruangan) yang
berwujud titik garis dan poligon. Kelebihan ini menjadikan SIG memiliki
prospek pengembangan dan pemakaian yang lebih potensial sebagai sistem
pengambilan keputusan untuk berbagai aplikasi.
Secara umum SIG berfungsi sebagai berikut yaitu melakukan perhitungan
sejumlah operasi/perhitungan, display (layer peta – warna, ukuran, bentuk dan
lain-lain), kompilasi data base non-spasial, overlay, buffering, memperbaiki
dan memperbaharui data atau tayangan tabel (SQL), membuat hubunganhubungan keruangan dan mebuat peta tematik dan peta arahan yang berguna
untuk perencanaan pembangunan wilayah.

5

1.5.3

Hotel

Hotel berasal dari kata hostel, konon diambil dari bahasa Perancis kuno.
Bangunan publik ini sudah disebut-sebut sejak akhir abad ke-17. Maknanya
kira-kira, "tempat penampungan buat pendatang" atau bisa juga "bangunan
penyedia pondokan dan makanan untuk umum". Jadi, pada mulanya hotel
memang diciptakan untuk meladeni masyarakat. (http://id.wikipedia.org/wiki/
Hotel). Hotel adalah suatu usaha yang menggunakan suatu bangunan atau
bagian dari bangunan daripadanya yang khusus disediakan, dimana setiap
orang dapat menginap dan makan serta memperoleh pelayanan dan fasilitas
lainnya dengan pembayaran (mempunyai restoran yang berada di bawah
manajemen hotel tersebut). Apabila tidak memenuhi persyaratan seperti
tersebut di atas dikategorikan sebagai "penginapan".
1.5.4

Citra Satelit Quickbird

Citra satelit Quickbird merupakan salah satu citra satelit yang memiliki
resolusi tinggi yang dimiliki dan dioperasikan oleh DigitalGlobe, ukuran pixel
mencapai 0.61cm. Satelit ini menggunakan sensor BGIS 2000 dan memiliki
saluran pankromatik dan multispektral.
Tabel 1.1 Fitur dari satelit Quickbird
Fitur

Keunggulan

Resolusi Sensor komersial paling tinggi yang tersedia

Memperoleh citra kualitas tinggi untuk
pemetaan, pendeteksi perubahan lahan

60-cm (2-ft) pankromatik
2.4-m (8-ft) multispectral
Industri memntingkan kualitas unggul dalam ketelitian dan Pemetaan area tanpa harus menggunkan
akurasi citra

cek lapangan dan tanpa penggunaan GCP
(Ground Control Point)

Platform stabil dalan akurasi atau ketelitian permukaan.
3-axis stabilized, star tracker/IRU/reaction wheels, GPS
Koleksi area yang besar dan paling cepat

membaharui produk perumpamaan global
dengan cepat dibanding sistem kompetitif

6

mutu gambaran Tinggi
16.5-km width imaging swath
128 Gbits on-board image storage capacity
Citra dengan kualitas tinggi

Luas cakupan target koleksi imaging
pantas dan tingkatkan gambaran

Off-axis unobscured design of QuickBird's telescope

interpretabilas yang tinggi sebab

Large field-of-view

gambaran dapat diperoleh pada tingkat

High contrast (MTF)

pencahayaan yang paling rendah tanpa

High signal to noise ratio

menghilangkan kualitas maupun

11 bit dynamic range

kuantitas grafik/gambar

Kuantisasi

11 bits

Tabel 1.2 Profil dan spesifikasi Satelit Quickbird
Tanggal: 18 Oktober 2001
Informasi peluncuran

Peluncuran wahana: 1851-1906 GMT (1451-1506 EDT)
Kendaraan peluncur: Delta II
Lokasi peluncuran: SLC-2W, Vandenberg Air Force Base, California
Ketinggian: 450 km - 98 derajat, sun-synchronous inclination
Resolusi temporal: 1 sampai 3.5 hari berdasar pada latitude

Orbit

Pada resolusi pixel 60-centimeter
Viewing angle: Agile spacecraft - in-track and cross-track pointing
Periode: 93.4 minutes

Koleksi Per Orbit

~128 gigabits (approximately 57 single area images)
Nominal swath width: 16.5-kilometers at nadir
Accessible ground swath: 544-km centered on the satellite ground track (to ~30°
off nadir)

Lebar cakupan dan ukuran

Areas of interest:

wilayah
Single Area - 16.5 km x 16.5 km
Strip - 16.5 km x 165 km
Akurasi metrik

23-meter circular error, 17-meter linear error (tanpa ground control)
Panchromatic

Resolusi Sensor & Rentang
Spectral

Multispectral

60-centimeter GSD (Ground Sample
Distance) at nadir

2.4-meter GSD at nadir
Blue: 450 to 520
nanometers

7

Black & White: 445 to 900
nanometers

Green: 520 to 600
nanometers
Red: 630 to 690
nanometers
Near-IR: 760 to 900
nanometers

Julat dinamis

11-bits per pixel
Payload Data

Housekeeping

320 Mbps X-band

Komunikasi

X-band from 4, 16 and
256 Kbps
2 Kbps S-band uplink

ADCS Approach

3-axis stabilized, star tracker/IRU/reaction wheels, GPS
Accuracy: less than 0.5 milliradians absolute per axis

Pointing and Agility

Knowledge: less than 15 microradians per axis
Stability: less than 10 microradians per second

Onboard Storage
Masa orbit

128 Gbits capacity
Bahan bakar untuk 7 tahun
berat 2100 pound, panjang 3.04-meter (10-ft)

Citra Quickbird diluncurkan oleh DigitalGlobe pada tanggal 18 Oktober
2001 dengan mesin pendorong Boeing Delta II. Peluncuran dilakukan di
Pangkalan Angkatan Udara, Vandenberg California. Ketinggian orbit 450 km,
waktu orbit 93, 5 menit melewati khatulistiwa 10:30 am dan kemiringan 97,2o
sun synchronus. Lebar liputan 16, 5 x 16,5 km (single scene). DigitalGlobe
berhasil memodifikasi Quickbird untuk meningkatkan resolusi melalui
pengaturan orbit terbang satelit , yakni dari 1 meter ke 61 cm (pankromatik)
dan dari 4 meter ke 2, 44 meter (multispektral).

Sejak diluncurkan dan

pengambilan gambar pertama kali, Quickbird ini merupakan satelit komersial
yang mempunyai resolusi tertinggi di dunia hingga saat ini. Citra ini
mempunyai kemampuan menyimpan 11 bit per piksel (2048 gray scale) ini
berarti memberikan kualitas citra yang lebih baik karena gradasi keabuan
mengalami peningkatan 8 kali dibandingkan tipe 8 bit yang dimiliki sebagian
besar citra yang ada saat ini.

8

Produk citra Quickbird ini dibagi ke dalam tiga level, yaitu :
1.

Basic Imagery
Produk ini merupakan produk citra yang paling sedikit
dilakukan pemerosesan. Didesain untuk pengguna yang mempunyai
kemampuan image processing yang handal. Produk ini sudah
terkoreksi radiometri, terkoreksi sensor tetapi belum terkoreksi
geometrinya. Karena belum terkoreksi geometri, maka proyeksi dan
ellipsoid kartografinya belum diketahui.

2.

Standard Imagery
Produk ini didesain untuk pengguna yang menghendaki akurasi
sedang dan atau cakupan area yang sempit. Pengguna yang
menggunakan produk ini mempunyai kemampuan image processing
yang cukup dan mampu memanipulasi dan memanfaatkan citra untuk
berbagai aplikasi. Sudah terkoreksi geometrik maupun radiometrik.
Resolusi bervariasi antara 60–70 cm untuk pankromatik dan 2,4–2,8
meter untuk multispektral.

3.

Orthorectified Imagery
Produk ini sudah menghapus kesalahan topografi dan ketelitian

posisinyapun lebih baik, merupakan “GIS ready”, sebagai basemap
untuk pembuatan atau revisi pemetaan database GIS atau untuk
menunjuk keberadaan suatu kenampakan. Produk ini juga dapat
digunakan untuk deteksi perubahan dan aplikasi analisis yang lain serta
mempunyai kemampuan untuk pembuatan DEM dan GCPs.

BAB II
METODE PENELITIAN

9

Metode penelitian merupakan suatu bentuk tata cara dalam cabang (branch)
kegiatan berfikir yang menekankan pada cara penelitian berdasarkan konsep dari
asas-asas teoritik atau kerangka penelitian Menurut Jujun S. Suriasumantri
sebagian di kutip (Sugiono 2001: 1) Metode keilmuan merupakan gabungan
antara pendekatan rasional dan emperis. Pendekatan rasional memberikan
kerangka berpikir yang koheren dan logis. Sedangkan pendekatan emperis
memberikan kerangka pengujian dalam memastikan suatu kebenaran.
Dalam metode penelitian ini memuat tentang uraian ringkas tentang daerah
penelitian yang dilakukan, yang mana daerah penelitian tersebut merupakan
daerah Kecamatan Mergangsan. Selain itu juga tercantum alat dan bahan yang
digunakan dalam melakukan penelitian sehingga dapat memperoleh hasil, Tahap
pengumpulan data sebagi proses dan tahapan – tahapan untuk mendapat data.
Langkah kerja dalam melakukan penelitian ini juga tercantum dalam metode
penelitian ini. Pembuatan peta citra digital daerah Kecamatan Mergangsan ini di
lakukan dengan menggunakan metode Interpretasi, overlay, buffer, dan network
analis.
2.1 Alat
1. Seperangkat komputer dengan spesifikasi :
-

Processor Core i3 2,27 GHz

-

RAM 2 Gb

-

ATI Radeon Premium Graphics (VGA) 512Mb

-

Harddisk 350 Gb

-

CD ROM dan CD RW 52x

-

USB port untuk Flash disk

-

Printer Hewllet Packard Deskjet 2466

2. Sofware ArcGIS 9.3

10

ArcGIS merupakan salah satu perangkat lunak sistem
informasi

geografi

(Environmental
melakukan

terbaru

System

yang

Research

pertukaran

data,

dikeluarkan
Institute).

oleh

ESRI

ArcGIS

dapat

operasi-operasi

matematik,

menampilkan informasi spasial maupun atribut secara bersamaan,
membuat peta tematik, menyediakan bahasa pemrograman (script)
serta melakukan fungsi-fungsi lainnya. ArcGIS merupakan sebuah
software pengolah data spasial yang memiliki banyak keunggulan
dari pada software keluaran ESRI versi sebelumnya untuk dapat
dimanfaatkan oleh kalangan pengolah data spasial. Perangkat lunak
ArcGIS merupakan perangkat lunak SIG yang baru dari ESRI, yang
memungkinkan kita memsanfaatkan data dari berbagai format data.
Dengan ArcGIS kita memanfaatkan fungsi desktop maupun jaringan.
Kita juga bisa memakai fungsi pada level ArcVIEW, ArcEDITOR,
ArcINFO dengan fasilitas ArcMap, ArcCatalog, dan Toolbox.
Materi yang disajikan adalah konsep SIG, pengetahuan peta ,
pengenalan dan pengoperasian ARCGIS, input data dan manajemen
data spasial, pengoperasian ArcCatalog, komposisi/tataletak peta
dengan ArcMap. Desktop ArcGIS terdiri dari lima modul yaitu Arc
Map, Arc Catalog, Arc Globe, Arc Toolbox dan Model Builder.
1.

Arc Map mempunyai fungsi untuk menampilkan peta untuk

proses, analisis peta, proses editing peta, dan juga dapat digunakan
untuk mendesain secara kartografis.
2.

Arc Catalog digunakan untuk managemen data atau

mengatur managemen file – file, jika dalam Window fungsinya
sama dengan explore.
3.

Arc Globe dapat digunakan untuk data yang terkait dengan

data yang universal, untuk tampilan 3D, dan juga dapat digunakan
untuk menampilkan geogle earth.
4.

Model Builder digunakan untuk membuat diagram alur.

11

5.

Arc Toolbox digunakan untuk menampilkan tools – tools

tambahan.
3. Ekstensi Network Analyst
Network Analyst merupakan salah satu extention yang
disediakan pada software ArcGis yang memiliki kemampuan untuk
melakukan

analisa jaringan, dimana dalam melakukan analisa

jaringan Network Analyst akan menemukan jalur yang paling kecil
impedansinya. Yang termasuk jaringan pada Network Analyst disini
yaitu seperti: jaringan jalan, jaringan kabel listrik, aringan sungai,
jaringan pipa. Network Analyst ArcGis memiliki kemampuan untuk
membuat network dataset dan melakukan analisa pada jaringan
tersebut. Extention ini dibuat dengan menggunakan beberapa bagian
aplikasi dari ArcGis yaitu ArcCatalog untuk membuat network
dataset, ArcMap untuk melakukan analisis dan ArcToolbox untuk
melakukan proses geogrosesing. Network dataset wizard di dalam
ArcCatalog akan memudahkan untuk membuat sebuah dataset dari
sebuat geodatabase atau shapefile, wizard ini akan membantu untuk
mengidentifikasi feature class yang akan digunakan, menetapkan
aturan di dalam jaringan dan mengidentifikasi atribut di dalam
jaringan (ESRI, 1998). Network Analyst ArcGIS dapat menemukan
jalan terbaik dari satu lokasi ke lokasi lain atau menemukan jalan
terbaik untuk mengunjungi beberapa lokasi. Lokasi dapat ditentukan
secara interaktif dengan menempatkan titik-titik pada layer, dengan
memasukkan alamat atau dengan menggunakan titik dalam fitur
yang ada pada fitur kelas.

2.2 Bahan

12

1.

Citra Satelit Quickbird sebagian Kota Yogyakarta tahun 2005,
dalam format citra softcopy dengan format grafik jpeg (Joint
Photographic Expert Group) yang telah terkoreksi.

2.

Peta Administrasi Kecamatan Mergangsan, Kota Yogyakarta,
dalam format shapefile.

3.

Data sebaran lokasi hotel/penginapan Kecamatan Mergangsan,
sumber BPS Kota Yogyakarta 2012

2.3 Tahap Penelitian
Pada tahap penelitian terdapat lima tahap utama yang harus dilakukan,
yaitu
 Tahap persiapan.
 Pengumpulan data
 Pemrosesan data awal
 Pemrosesan data tahap akhir
Kelima tahap tersebut memiliki kaitan antara satu dengan yang lain.
2.3.1 Tahap Persiapan
Pada tahap ini langkah kerja yang dilakukan adalah langkah awal
dalam pembuatan penelitian seperti :
1. Pengembangan ide.
2. Pembuatan proposal penelitian.
3. Pengumpulan dasar teori.
4. Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2.3.2. Pengumpulan Data
Untuk tahap ini langkah kerja yang dilakukan selanjutnya adalah :
1. Mengumpulkan data peta administrasi Kecamatan Mergangsan.
2. Mengumpulkan data sebaran lokasi hotel maupun penginapan
Kecamatan Mergangsan dari BPS Kota Yogyakarta. Data ini
memuat informasi mengenai hotel-hotel ynag berada di Kecamatan
13

Mergangsan beserta fasilitas, jumlah kamar yang dimiliki serta,
tarif yang harus dikeluarkan untuk masing- masing hotel tersebut.
3. Mengumpulkan data dan plotting lapangan sebaran lokasi fasilitasfasilitas publik. Data ini diperoleh melalui proses survei lapangan
menggunakan GPS, jadi diperoleh koordinat masing-masing hotel
untuk kemudian bisa ditampilkan dalam peta digital agar bisa
diproses lebih lanjut.
2.3.3 Pemrosesan Data
2.3.3.1 Pemrosesan Data Awal
Pada tahap ini data yang diperoleh dari masing-masing instansi
diolah/diproses menggunakan komputer, pada tahap ini langkah yang
dilakukan antara lain adalah :
Pemotongan citra.
Data management tool –raster—raster prosccessing--clip

Gambar 2.1 pemotongan citra berdasarkan admin Kec. Mergangsan

14

Gambar 2.2 Proses raster clip
Plotting titik persebaran hotel
-menyiapkan data tabular nama hotel dan koordinat

Gambar 2.3 Nama hotel beserta koordinatnya dalam excel
-

Tool – pilih add xy data—pilih file data tabular—mengisikan x ,y data

15

Gambar 2.4 Proses plotting koordinat hotel
-

Export data titik dalam format shp

Klik kanan pada nama layer – pilih select all, sorot data – pilih export data

Gambar 2.5 Hasil plotting koordinat hotel

16

Plotting titik persebaran sarana dan prasarana dengan memanfaatkan
googlemaps.
- buka google maps - sign in - memilih cakupan area kec. Mergangsan
- pilih background tipe map
-

Pilih tool “mark” untuk menandai tempat yang akan tersimpan pada layer
“my place”

-

Klik export to “kml”

-

Membuka aplikasi online “kml2shp”

-

Mengkonversi data titik sarana dari format kml ke dalam shp.

Gambar 2.6 Plotting sebaran sarana dan prasarana umum

17

Gambar 2.7 Proses eksport format kml ke shp
Digitasi jaringan jalan
-Pada arc catalog-pilih new shapefile-type polyline – pilih proyeksi UTM 49s—ok
- pada arc map –add shapefile yang telah dibuat – start editing – create new
feature – digitasi—save edit.

Gambar 2.8 Digitasi jalan area Kecamatan Mergangsan

18

Membuat peta buffer jaringan jalan
-

Pada arc toolbox—pilih analysis tools—proxymity—pilih multiring buffer

Gambar 2.9 Peta jaringan jalan sebelum di buffer
-

Memasukkan nila-nilai jangkauan yang akan digunakan sebagai acuan
proses buffer.

Gambar 2.10 Input data buffer

19

-

Peta hasil buffer

Gambar 2.11 Peta hasil buffer jaringan jalan
Membuat peta polygon service area
Terlebih dahulu membuat file geodatabase pada arc catalog
-

Arc catalog—klik kanan—new—personal geodatabase.

-

Dalam geodatabase yang telah dibuat –klik kanan—pilih feature dataset—
beri nama –ok.

-

Dalam feature dataset –klik kanan –pilih import—single feature class –
pilih data shp yang dibutuhkan.

20

Gambar 2.12 membuat geodatabase untuk polygon servis area

Gambar 2.13 Memberi nama feature dataset

21

Gambar 2.14 Import feature class

Gambar 2.15 Input shp yg akan diproses
Membuat network dataset
-

Pada arc catalog sorot tools—pilih extension—centang network analysis

22

Gambar 2.16 Membuka extensions

Gambar 2.17 Mengaktifkan extensi network analist
-

Pada layer feature dataset—klik kanan – pilih new network dataset.

23

Gambar 2.18 membuka dataset yang telah dibuat
-

Pada arc map – add data network dataset yang telah dibuat pada arc
catalog.

-

Aktifkan extention network analysis pada toolbar.

-

Pada tab service area—klik kanan pada facilities—pilih load location—
pilih titik persebaran sarana.

Gambar 2.19 membuka lokasi titik sebaran sarana dan prasarana

24

Gambar 2.20 Servis area yang akan digunakan adalah sarana
-

pada service area properties—pilih tab analysis setting.

Pada tab ini berisi satuan impedance yang akan digunakan, satuan dapat berupa
satuan panjang (meter) atau satuan drive time (minute).

Gambar 2.1 Menentukan jangkauan sarana
Kemudian pilih tab polygon generation
Sesuaikan tampilan/ pengaturan untuk polygon yang akan di render – klik ok.

25

Gambar 2.22 Memilih tipe polygon yang diinginkan
Kemudian klik “solve” untuk merender polygon

Gambar 2.23 Proses akhir network analist
Tampilan hasil polygon area service,
Polygon ini merupakan area cakupan jarak panjang ataupun drive time dari titik
sarana berdasarkan jaringan jalan terdekat. Sehingga diperoleh satuan jarak yang

26

harus ditempuh atau lama waktu yang harus ditempuh berdasarkan jaringan jalan
terdekat.

Gambar 2.24 Hasil polygon servis area
2.3.3.2 Pemrosesan data akhir
Proses overlay peta (geoprocessing)
-

Pada arc tool box—pilih analysis tools—overlay—intersect.

-

Melakukan intersect peta service area, buffer jalan terhadap data titik hotel

Gambar 2.25 Proses overlay peta servis area dan buffer jalan dengan data sebaran
hotel
27

Data atribut titik hotel hasil proses intersect

Gambar 2.26 Data atribut hasil overlay
-

Pengharkatan pada setiap field.

Proses pengharkatan; yaitu menentukan nilai-nilai yang sesuai untuk “area” yang
didapatkan dari hasil overlay.
Proses pemberian kelas-kelas dihitung menggunakan formula :

Jumlah kelas = 1 + 3,3 Log n
dimana n merupakan nilai tertinggi dari nilai dalam data atribut.
Sedangkan rentang niali/interval kelas dihitung menggunakan formula:

Interval = (Nilai tertinggi – Nilai terendah) /
Jumlah kelas

Pengharkatan fasilitas-fasilitas intern hotel untuk mendapatkan skorskor hotel.
Pengharkatan fasilitas-fasilitas intern hotel ini merupakan salah
satu faktor dan parameter dalam penentuan klasifikasi hotel; yaitu

28

meliputi pengharkatan jumlah fasilitas yang dimiliki hotel, kapasitas,
serta tarif hotel.
Kemudian menjumlahkan skor total dari masing-masing data atribut ke
“field” baru dan menklasifikasikan skor akhir berdasarkan jumlah
kelas yang telah ditentukan sebelumnya (menggunakan formula 1 +
3,3 Log n), untuk mendapatkan klasifikasi hotel.

29

30

BAB III
DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN
3.1 Letak Geografis dan Batas Wilayah
Kecamatan

Mergangsan merupakan

salah

satu

bagian

dari

Kecamatan di Kota Yogyakarta. Letak wilayah Yogyakarta terbentang
antara 110”24”19” sampai 110”28”53” Bujur Timur dan 07”15’24” sampai
07”49’26” Lintang Selatan. Ditengah wilayah kota tersebut mengalir tiga
buah sungai dari arah utara ke selatan, yaitu sungai Winongo yang terletak
di bagian barat kota, sungai Code terletak di bagian tengah dan sungai
Gadjah Wong terletak di bagian timur. Secara keseluruhan kota Yogyakarta
berada di daerah dataran lereng gunung Merapi, dengan kemiringan lereng
yang relatif datar (antara 0-3%) dan pada ketinggian 114 meter di atas
permukaan air laut. Adapun wilayah kota yang luasnya 32,50 km2 di
sebelah utara di batasi oleh Kabupaten Sleman, di sebelah timur di batasi
oleh Kabupaten Sleman dan Bantul, di sebelah selatan oleh Kabupaten
Bantul dan sebelah barat oleh Kabupaten Bantul dan Sleman (Pemerintah
Kota Yogyakarta, 2002, hlm. 3). Batas-batas kota tersebut sesungguhnya
mengalami perubahan-perubahan sesuai dengan perkembangan jaman dari
masa kerajaan, kolonial, kemerdekaan dan masa-masa mutakhir.
Wilayah Pemerintah Kota Yogyakarta terbagi atas 14 wilayah
Kecamatan yaitu Mantrijeron, Kraton, Mergangsan, Umbulharjo, Kotagede,
Gondokusuman,

Danurejan,

Pakualaman,

Gondomanan,

Ngampilan,

Wirabrajan, Gedongtengen,Jetis, dan Tegalrejo.
KECAMATAN MERGANGSAN
Kecamatan Mergangsan adalah salah satu dari 14 Kecamatan di
daerah Tingkat II Kota Yogyakarta, yang terletak di paling selatan dan
berbatasan dengan Kabupaten Bantul.

31

Batas Wilayah :
Kecamatan Mergangsan terletak didaerah pinggiran kota dengan batas-batas:
-

Sebelah Utara : Kecamatan Pakualaman

-

Sebelah Timur : Kecamatan Umbulharjo

-

Sebelah Selatan : Kabupaten Bantul

-

Sebelah Barat : Kecamatan Mantrijeron, Kraton, dan Gondomanan
Jarak terjauh dari utara ke selatan 1,01 Km, jarak terjauh dari barat

ke timur 1,02 Km, aliran sungai yang melintasi : Sungai Code lebar 9m,
dengan kedalaman 0,5 m.
3.2 Pembagian Wilayah
Secara administratif daerah Kecamatan Mergangsan dibagi menjadi
3 Kelurahan (Brontokusuman, Keparakan, dan Wirogunan), 60 RW dan 216
RT (sumber : BPS kota Yogyakarta). Kelurahan Brontokusuman merupakan
Kelurahan terluas dari 3 kelurahan di Kecamatan Mergangsan yaitu 0.93
Km².
Tabel 3.1 Luas Wilayah menurut Kelurahan tahun 2012
Luas (Km².)
Kelurahan
Brontokusuman
0.93
Keparakan
0.53
Wirogunan
0.85
Jumlah
110.31
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Yogyakarta Tahun 2012

32

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Peta Citra di Kecamatan Mergangsan
Hasil yang pertama setelah dilaksanakan pemorosesan digital adalah
Peta Citra di Kecamatan Mergangsan. Peta ini dihasilkan melalui proses
penggabungan Citra Quickbird dengan Admin Kecamatan Mergangsan. Peta ini
menggambarkan bagaimana karakteristik serta kondisi geografis di Kecamatan
Mergangsan. Dari peta tersebut dapat diketahui bahwa Kecamatan dibagi kedalam
tiga kelurahan yaitu Kelurahan Keparakan, Kelurahan Wirogunan, dan Kelurahan
Brontokusuman. Dilihat dari luas Administrasinya Kelurahan Brontokusuman
merupakan Kelurahan yang terluas dari tiga kelurahan yang ada di Kecamatan
Mergangsan. Dari penampakan Citra Quickbird menunjukan bahwa sebagian
besar bahkan hampir keseluruhan lahan di Kecamatan mergangsan tertutup oleh
bangunan,

kondisi

ini

mengindikasikan

bahwa

Kecamatan

Mergangsan

merupakan kawasan yang padat penduduk. Kecamatan Mergangsan berbatasan
langsung dengan 5 kecamatan lain yaitu Kecamatan Kraton, Mantrijeron, dan
Gondomanan disebelah Timur, wilayah utara berbatasan dengan Kecamatan
Pakualaman, wilayah Barat berbatasan dengan Kecamatan Umbulharjo, dan juga
berbatasan langsung dengan kabupaten Bantul untuk wilayah selatan.

33

34

4.2 Peta Service Area di Kecamatan Mergangsan
Kecamatan Mergangsan yang merupakan salah satu sentra akomodasi
di Kota Yogyakarta pastinya memiliki sarana dan prasarana pendukung untuk
meningkatkan minat para pengunjung, dalam hal ini terdapat beberapa fasilitas
yang dapat menjadi pertimbangan adalah fasilitas umum seperti ATM, kafe,
minimarket, restoran, tempat ibadah, tempat wisata maupun beberapa fasilitas
lainnya yang dapat menunjang kebutuhan para konsumen selama menempati
kawasan tersebut. Fasilitas-fasilitas pendukung akomodasi tersebut tersebar
diseluruh Kecamatan Mergangsan. Fasilitas pendukung yang paling banyak
adalah rumah makan disebabkan kebutuhan pangan adalah kebutuhan pokok yg
harus dipenuhi. Fasilitas umum yang ada di dalam peta terlihat tersebar di
beberapa tempat di Kecamatan Mergangsan, paling banyak terdapat di Kelurahan
Brontokusuman karena di lokasi tersebut terdapat banyak penginapan yang
memungkinkan besarnya peluang fasilitas umum untuk diakses oleh pengguna.
Hasil kedua dalam penelitian ini adalah Peta Service Area di
Kecamatan

Mergangsan

Kota

Yogyakarta.

Peta

ini

diperoleh

dengan

menggunakan aplikasi network analist dari ArcGIS. Dalam peta ini dapat
diperoleh informasi mengenai sebaran sarana dan prasarana pendukung
akomodasi serta tingkat jangkauannya. Letak lokasi sarana dan prasarana
pendukung akomodasi dikelaskan berdasarkan jarak dari jaringan jalan dan
kemudahannya untuk diakses.
Tingkat servis area dalam peta ini dibedakan menjadi tiga kelas, yang
pertama adalah area yang memiliki servis area baik, area ini ditampilkan dengan
warna biru pekat. Area yang memiliki warna biru pekat ini menandakan servis
area yang baik dimana di area tersebut terdapat sarana dan prasarana pendukung
akomodasi yang dekat dan mudah di akses. Kelas kedua adalah area yang
memiliki servis area sedang yang ditampilkan dengan warna biru agak pekat, area
ini menggambarkan bahwa di area tersebut terdapat sarana dan prasarana
pendukung akomodasi yang cukup dekat dan cukup mudah diakses. Kelas ketiga
adalah area yang memiliki servis area yang buruk, ditampilkan dengan warna biru
muda, pada area ini jangkauan sarana dan prasarananya cukup sulit untuk diakses.

35

36

4.3 Peta Sebaran Hotel di Kecamatan Mergangsan Kota Yogyakarta
Terdapat 46 hotel di Kecamatan Mergangsan. Dari semua hotel
tersebut memiliki fasilitas yang berbeda-beda. Fasilitas tersebut diantaranya
adalah jumlah kamar, eskalator, AC, televisi, garasi, binatu, loker, tempat
penukaran uang, karaoke, kolam renang, tempat kebugaran, dan lain-lain.
Semakin banyak fasilitas yang dimiliki semakin bagus hotel tersebut. Peta
Sebaran Hotel di Kecamatan Mergangsan ini memuat informasi mengenai
bagaimana persebaran dan kapasitas hotel tersebut berdasarkan fasilitas yang
dimiliki dan bagaimana jangkauannya terhadap sarana pendukung akomodasi
disekitarnya.
Hasil pemrosesan digital mendapatkan empat kelas hotel yaitu sangat
lengkap, lengkap, cukup lengkap, dan kurang lengkap. Masing-masing kelas
tersebut didapatkan dari pengharkatan beberapa faktor yaitu jumlah kamar, range
harga, dan jumlah jalan, serta bagaimana jangkauan sarana dan prasarana
pendukung disekitar area hotel tersebut. Terdapat empat hotel yang masuk
kategori sangat lengkap yaitu Hotel Pangeran Emas, Hotel Airlangga, Hotel
Grand Rosella, dan Hotel Wisanti. Keempat hotel tersabut masuk kategori sangat
lengkap karena memiliki total jumlah kamar yang banyak, memiliki fasilitas hotel
yang memadai serta terletak di jangkauan sarana yang bagus. Misalnya Hotel
Airlangga, Hotel tersebut memuliki total 37 kamar, dan total 12 fasilitas intern
yang disediakan di Hotel tersebut, serta masuk kedalam jangkauan sarana yang
cukup bagus artinya di area sekitar Hotel Airlangga terdapat beberapa fasilitas
umum yang cukup mudah dijangkau untuk menunjang kebutuhan para
pengunjung untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, dengan begitu hotel ini
masuk kategori kelas yang sangat lengkap dan cocok dan menjadi salah satu
rekomendasi untuk para pengunjung.
Hotel yang masuk kategori lengkap ada & Hotel, yaitu Hotel Indah
Pallace, Hotel Chandra Dewi, Hotel Perwita Sari, Hotel Eclipse, Hotel Metro II,
Hotel Cristalit, dan Hotel Cepuri. Hotel-hotel tersebut dikategorikan menjadi
kelas lengkap karena memilili jumlah kamar, kelengkapan fasilitas intern yang

37

memadai. Salah satu contoh adalah Hotel Indah Pallace, Hotel ini memiliki total
25 kamar yang disewakan, 10 fasilitas intern, dan masuk ke dalam jangkauan
sarana yang lumayan baik sehingga dikategorikan menjadi kategori lengkap.
Hotel yang masuk kategori cukup lengkap ada 22, yaitu Hotel
Prayogo Baru, Hotel Metro I, Hotel Sri Timur, Hotel Cempaka, Hotel Syailendra,
Hotel Madukoro, Hotel Puri Ageng, Hotel Duta Kencana, Hotel Diega Graha,
Hotel D’Talent, Hotel Dina, Hotel Winotosastro, Hotel New Prambanan, Hotel
Sumaryo, Hotel Duta Garden, Hotel Duta, Hotel Tilamas, Hotel Prayogo III,
Hotel Prayogo Lama, Hotel Kirana, dan Hotel Mercury. Semua hotel tersebut
dikategorikan menjadi lengkap karena memiliki Harkat total harkat fasilitas
3.Contoh hotel yang masuk kategori ini adalah Hotel Prayogo Baru, Hotel ini
memiliki total 20 kamar untuk disewakan, untuk jumlah fasilitas intern yang di
miliki ada 5, dengan begitu hotel ini dikategorikan menjadi kategori cukup
lengkap.
Kategori terakhir adalah hotel dengan kategori kurang lengkap,
Jumlah hotel dengan kategori ini ada 13 hotel. Hotel-hotel tersebut adalah Hotel
Kroto Wisma, Hotel Palupi, Hotel Putra Jaya, Hotel Mas Gun, Hotel Parikesit,
Hotel Kampoeng Djawa, Hotel Sunarko, Hotel Sartika, Hotel Dhina Finny Graha,
Hotel Delta, Hotel Muria, Hotel Makuta, dan Hotel Kamajaya. Hotel Tersebut
dikategorikan menjadi kurang lengkap karena hanya memiliki sedikit jumlah
kamar yang tersedia, fasilitas intern yang kurang memadai, serta jankauan sarana
yang kurang bagus.

38

39

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Hasil dari pemetaan jangkauan sarana dan prasarana menghasilkan 3
kelas servis area yaitu kelas servis area yang baik, kelas servis area
sedang, dan kelas servis area buruk. Kelas servis area yang baik
dengan warna biru pekat menunjukan bahwa di area tersebut tersebut
terdapat fasilitas umum yang dekat dan mudah dijangkau, kelas servis
area sedang dengan warna biru menunjukan bahwa di area tersebut
fasilitas umum lumayan mudah untuk di akses, dan kelas servis area
yang buruk dengan warna biru muda mununjukan di area tersebut
fasilitas umum susah untuk di akses.
2. Hasil Pemetaan sebaran hotel berdasarkan fasilitas dan sarana
pendukung didapatkan 4 kelas hotel yaitu hotel dengan kelas fasilitas
sangat lengkap, hotel dengan kelas fasilitas lengkap,hotel dengan kelas
fasilitas cukup lengkap, dan hotel dengan kelas fasilitas kurang
lengkap. Dengan melihat peta sebaran hotel pengunjung akan
mendapat informasi bagaimana karakteristik hotel dan memilih hotel
mana yang akan dipilih sesuai keinginan.
5.2.

Saran
1. Dalam menentukan pilihan hotel hendaknya mengunjung memilih
hotel dengan fasilitas yang lengkap dan terletak di area dengan servis
area yang bagus sehingga akan memperoleh kenyamanan dan
kemudahkan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari saat berwisata.
2. Dengan hasil penelitian tentang aplikasi SIG dan PJ untuk Kajian
Kelayakan Hotel Berdasarkan Fasilitas dan Sararana Prasarana
Pendukung di Kecamatan Mergangsan ini diharapkan ada penelitian
sejenis

untuk

wilayah

yang

berbeda

sehingga

dapat

memudahkan wisatawan dalam memilih tujuan akomodasi.

40

lebih

BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Direktori Hotel dan Akomodasi Lainnya. Badan Pusat Statistik.
Yogyakarta.
Anonim. 2010. Kota Yogyakarta Dalam Angka. Badan Pusat Statistik. Yogyakarta
Anonim. 2010. Luas Penggunaan Lahan dan Alat-alat Mesin Pertanian Propinsi
DIY. Badan Pusat Statistik. Yogyakarta
Anonim. 2010. Tingkat Penghunian Kamar Hotel – DIY. Badan Pusat Statistik.
Yogyakarta.
Barandi, dkk. 2002. Petunjuk Praktikum Sistem Informasi Geografi II. Fakultas
Geografi. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Lillesand & Kiefer, 1991, Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra, GAMA
Press, Yogyakarta.
Prahasta, Eddy. 2004. Sistem Informasi Geografis Tools dan Pluggins. Bab
XVIII, Hal – 369 -395
Sutanto, 1986, Penginderaan Jauh Jilid I, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta
Website
 http://id.wikipedia.org/wiki/Mergangsan,_Yogyakarta
 http://www.chikolah.web.id/2011/09/langkah-langkah-membuattabel.htmlhttp://www.eurimage.com/gallery/webfiles/qb.html
 http://id.wikipedia.org/wiki/Hotel

41