INGIN MENYETKAN BIMA

Mana A Majid Binfas:
INGIN MENYELAMATKAN BIMA
Maman A.Majid Binfas, yang akrab dipanggil Maman ini adalah lulusan FKIP Sastra Indonesia
Universitas Muhammadiyah Makassar. Sekarang sebagai salah satu calon Bupati Bima termuda
dari kalangan aktivis Muhammadiyah. Ia diunggulkan jadi calon Bupati Bima oleh Ikatan
Keluarga Besar Donggo-Bima (IKBD) di Jakarta yang diketuai oleh Jaenuddin Abdul Manan,
S.Pd. karena Maman dianggap sebagai generasi muda yang potensial, jujur dan kritis terhadap
berbagai persoalan bangsa khususnya untuk daerah Bima, maka banyak dukungan yang mengalir
dari beberapa tokoh masyarakat Bima di Jakarta. Ia sebagai putera daerah asli kecamatan
Donggo satu-satunya yang diunggulkan. IKBD memiliki alasan kuat mencalonkan Maman
sebagai calon Bupati Bima, karena ia dianggap bisa memberi kontribusi positif bagi proses
konsolidasi demokrasi dan memelihara iklim keterbukaan di sana. Sebab selama ini kehidupan
demokrasi di Bima telah dikebiri oleh sekelompok orang yang berkuasa. Karena itu
keikutsertaan Maman dalam pemilihan Bupati mendatang merupakan bagian dari sebuah ikhtiar
untuk menyelamatkan Kabupaten Bima, dari ancaman keterpurukan dan keterbelakangan.
Sehingga diharapkan Kabupaten Bima kembali tegak dan sejajar dengan Kabupaten-Kabupaten
lain di Indonesia. Dan kami sepakat bahwa perjuangan mengikuti pemilihan Bupati Bima nanti
sebagai manifestasi ibadah kepada Allah SWT. Dan bila Maman berhasil akan melaksanakan
amanah dengan segenap kekuatannya, namun bila ia gagal tidak akan pernah kecewa, apalagi
putus asa. Maman yang mantan Ketua DPD IMM Sul Sel l994-l996 dan pernah menjadi ketua
korp instruktur DPP IMM2001-2003 ini sejak masuk Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi

ikut keluarga angkatnya di Bima sekaligus sambil bekerja serabutan untuk membiayai
sekolahnya dan Alhadulillah berhasil.
Maman dilahirkan di desa Doridungga Kecamatan Donggo pada 1 Januari l969 dari pasangan
Abdul Madjid dengan Siti Fatimah ini adalah ssulung dari lima bersaudara, yang semua
saudaranya sudah menjadi sarjana.
Dosen ilmu manajemen di STIE Swadaya Jakarta ini, hingga sekarang masih berstatus bujangan,
belum menikah, masih ingin meneruskan studi S2 di Jakarta, kata Sekretaris Lembaga Seni
Budaya PP Muhammadiyah.
Ketika ditanya SM, kenapa bersedia dicalonkan jadi Bupati Bima, ia mengatakan bahwa di
Kabupaten Bima sangat potensial hasil alamnya, dari kelautan, hutan, pertanian dan kerang
mutiara bisa menghasilkan devisa yang besar. Selama ini hasil hutan, laut dan mutiara banyak
dijarah oleh bangsa asing dan bangsa sendiri (para koruptor). Karena itulah kami terpanggil
untuk membangun daerah yang menjadi tanah kelahirannya, bahkan prioritas utama
adalahmeningkatkan sarana pndidikan agar SDM di Kabupaten Bima berkualitas minimal sejajar
dengan Kabupaten lain di Indonesia, kata pendiri “ Teater Badai” ini.
Maman yang menulis antologi pusi “ Suratan Syair” yang memuat lebih dari 2000 puisi ini
adalah Anggota Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah dan Korp Mubaligh Nasional Majelis
Tabligh dan Dakwah Khusus yang sering ditugaskan di daerah rawan konflik, Malaku, Menado
dan Papua. Karena sering terjun di daerah untuk membina umat maka Maman agak terlambat
memikirkan pendaping hidupnya, bahkan badannya kerempeng akibat selalu berfikir keras. Ciri

khas dia selalu memakai topi laken, maklum ia seorang seniman aktif yang sering tampil
membaca puisi di Taman Ismail Marzuki bersama Taufik Ismail dan Helvi Tiana Rosa. Ia juga
seorang penulis dan editor buku antara lain: Generasi Pembuka Jendela Dunia, Indipenden,
Mengkaji Puisi Relijius Amir Hamzah” dan lain-lain. Ton Martono

Sumber:
Suara Muhammadiyah
Edisi 20 2004