Audit Perencanaan Umum PBJ dan Audit PBJ oleh Pihak III oleh Emharri (Kelas A)

AUDIT PENGADAAN
BARANG DAN JASA
SWAKELOLA
Disampaikan oleh ;
Emharri Manda Nasution, SE, MM, CA.
Sentul, 4 Juni 2016

Peningkatan Kapasitas API
di Lingkungan Kemenristekdikti
dalam Melakukan APBJ

1

Agenda
Pokok

1. Audit PBJ Swakelola
2. Titik Kritis PBJ/ Modusmodus Penyimpangan
PBJ
3. Konsepsi penulisan
temuan hasil audit.

4. Impilkasi Hukum
5. Kontroversi Keuangan
Negara dan Kerugian
Keuangan Negara
2

Sub Bahasan I

AUDIT PBJ SWAKELOLA

3

KONSEPSI PENGADAAN BARANG/JASA

SWAKELOLA
Definisi

• Kegiatan PBJ di mana pekerjaannya
direncanakan, dikerjakan, dan/atau
diawasi sendiri oleh K/L/D/I sebagai

penanggung jawab anggaran, instansi
pemerintah lain, dan/atau kelompok
masyarakat.

Kriteria

• Pekerjaan tertentu yang telah diatur dalam
Perpres Nomor 70 tahun 2012 Pasal 26
ayat 2. Pekerjaan yang tidak memenuhi
kriteria pada pasal tersebut, tidak boleh
diadakan melalui swakelola.
4

TAHAPAN SWAKELOLA

• Terdapat 11 jenis
kegiatan
pengadaan
barang/jasa yang
dapat di-swakelolakan

Identifikasi barang/jasa
yang dibutuhkan memenuhi
kriteria dapat diadakan
melalui swakelola

Penetapan
pelaksana swakelola
• K/L/D/I penanggung
jawab anggaran
• Instansi lain yang
bukan penanggung
jawab anggaran
• Kelompok masyarakat

• Perencanaan
• Pelaksanaan
• Pengawasan dan
evaluasi

Pelaksanaan

pengadaan

Dapat Di-Swakelola-kan
(Perpres 70/2012 Pasal 26 ayat 2)
Pekerjaan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
dan/atau memanfaatkan kemampuan teknis sumber daya manusia
serta sesuai dengan tugas pokok K/L/D/I.
• Contoh : bimbingan teknis, workshop, dan lain-lain.

Pekerjaan yang operasi dan pemeliharaannya memerlukan
partisipasi langsung masyarakat setempat atau dikelola oleh
K/L/D/I.
• Contoh : perbaikan pintu irigasi/pintu pengendalian banjir, dan lain-lain.

Pekerjaan yang dilihat dari segi besaran, sifat, lokasi atau
pembiayaannya tidak diminati oleh penyedia barang/jasa.
• Contoh : pemeliharaan rutin (skala kecil, sederhana), penanaman
gebalan rumput, dan lain-lain.
6


Dapat Di-Swakelola-kan
(Perpres 70/2012 Pasal 26 ayat 2)
Pekerjaan yang secara rinci/detail tidak dapat dihitung/ditentukan terlebih
dahulu, sehingga apabila dilaksanakan oleh penyedia barang/jasa akan
menimbulkan ketidakpastian dan risiko yang besar

• Contoh : pengangkutan/ pengerukan sampah pada instalasi pompa,
penimbunan daerah rawa, dan lain-lain.
Penyelenggaraan diklat, kursus, penataran, seminar, lokakarya atau
penyuluhan.

• Contoh : pelatihan keahlian/keterampilan, kursus pengadaan barang/jasa
pemerintah dan lain-lain.
Pekerjaan untuk proyek percontohan (pilot project) dan survei yang bersifat
khusus untuk pengembangan teknologi/metode kerja yang belum dapat
dilaksanakan oleh penyedia barang/jasa.

• Contoh : prototype rumah tahan gempa, prototype sumur resapan, dan
lain-lain.
7


Dapat Di-Swakelola-kan
(Perpres 70/2012 Pasal 26 ayat 2)
Pekerjaan survei, pemrosesan data, perumusan kebijakan pemerintah,
pengujian di laboratorium dan pengembangan sistem tertentu.
• Contoh : penyusunan/pengembangan peraturan perundang-undangan.

Pekerjaan yang bersifat rahasia bagi K/L/D/I yang bersangkutan.
• Contoh : pencetakan ijazah, pembangunan bangunan rahasia, dan lain-lain.

Pekerjaan industri kreatif, inovatif, dan budaya dalam negeri.
• Contoh : pembuatan film animasi, pembuatan permainan interaktif, dan lain-lain.

Penelitian dan pengembangan dalam negeri.
• Contoh : penelitian konstruksi tahan gempa.

Pekerjaan pengembangan industri pertahanan, industri alutsista dan industri
almatsus dalam negeri.
• Contoh : pengembangan senjata keperluan militer
8


Penyelenggaraan Swakelola
K/L/D/I penanggung jawab anggaran
• Perencanaan
• Pelaksanaan
• Pengawasan dan Evaluasi
Instansi Pemerintah Lain Pelaksana Swakelola

• Perencanaan
• Pelaksanaan
• Pengawasan dan Evaluasi
Kelompok Masyarakat Pelaksana Swakelola
• Perencanaan
• Pelaksanaan
• Pengawasan dan Evaluasi
9

PKA PENGADAAN BARANG/JASA
SWAKELOLA
PKA pengadaan barang/jasa swakelola diarahkan pada aspekaspek berikut:

 Aspek ketaatan terhadap ketentuan perundang-undangan
yang berlaku
 Aspek kewajaran harga
 Aspek ketepatan kualitas
 Aspek ketepatan kuantitas
 Aspek ketepatan waktu
 Aspek pemanfaatan hasil

10

PKA Pengadaan Barang/Jasa
Swakelola – Modifikasi
Penekanan: prosedur pengadaan
1. Identifikasi apakah pekerjaan pengadaan barang/jasa telah memenuhi
ketentuan untuk dilaksanakan secara swakelola (terdapat 11 kriteria sesuai
pasal 26 ayat (2) Perpres Nomor 70 Tahun 2012).
2. Identifikasi apakah pelaksanaan swakelola dengan menggunakan tenaga ahli
perseorangan dari luar tidak melebihi 50% dari tenaga sendiri.
3. Identifikasi apakah pelaksanaan swakelola dilaksanakan oleh penanggung
jawab anggaran, instansi pemerintah lain atau kelompok masyarakat

pelaksana swakelola.
 Untuk pelaksanaan swakelola oleh penanggung jawab anggaran apakah
telah memenuhi ketentuan Lampiran Perka LKPP Nomor 14 Tahun 2012
Bab VIII Butir B.
 Untuk pelaksanaan swakelola oleh instansi pemerintah lain apakah telah
memenuhi ketentuan pada Lampiran Perka LKPP Nomor 14 Tahun 2012
Bab VIII Butir C dan naskah kerja sama atau Nota Kesepahaman
mengenai pelaksanaan pekerjaan Swakelola.
 Untuk pelaksanaan swakelola oleh kelompok masyarakat apakah telah
memenuhi ketentuan pada Lampiran Perka LKPP Nomor 14 Tahun 2012
Bab VIII Butir D dan pedoman/petunjuk teknis yang ditetapkan oleh
11
instansi penanggung jawab anggaran.

PKA Pengadaan Barang/Jasa
Swakelola – Modifikasi
Penekanan: prosedur pengadaan
4. Identifikasi apakah pelaksanaan swakelola telah dilaporkan secara
berkala oleh pelaksana lapangan/pelaksana swakelola kepada PPK.
5. Identifikasi apakah laporan kemajuan (realisasi fisik dan keuangan) telah

dilaporkan setiap bulan oleh PPK kepada Menteri/Kepala Lembaga/
Gubernur/Bupati/Walikota/Pejabat yang disamakan.
6. Identifikasi apakah setelah pelaksanaan pekerjaan Swakelola selesai
100% (sasaran akhir pekerjaan telah tercapai), Ketua Tim Pelaksana telah
menyerahkan pekerjaan kepada PPK.
7. Identifikasi apakah PPK menyerahkan pekerjaan dan laporan pekerjaan
selesai kepada PA/KPA melalui Berita Acara Serah Terima Hasil
Pekerjaan.
8. Untuk swakelola yang dilaksanakan instansi lain dan kelompok
masyarakat, teliti apakah setelah dilakukan penyerahan pekerjaan,
dilanjutkan dengan proses penyerahan aset sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
12

PKA Pengadaan Barang/Jasa
Swakelola – Pelaksana Pokmas
1. Dapatkan proposal kegiatan yang dibuat kelompok masyarakat (Pokmas).
Bandingkan kesesuaian proposal dengan ketentuan yang berlaku dan
kebutuhan masyarakat (kebutuhan masyarakat bisa diketahui dari
observasi dan wawancara kepada masyarakat).

2. Lakukan wawancara dengan perangkat pemerintahan setempat
(lurah/camat) dan anggota Pokmas mengenai eksistensi Pokmas.
Identifikasi keterlibatan/partisipasi masyarakat sesuai peran dalam
keanggotaan Pokmas.
3. Lakukan pengamatan/wawancara/konfirmasi untuk meyakinkan bahwa
pelaksanaan pekerjaan dilakukan sendiri oleh Pokmas (tidak diborongkan
kepada pihak III).
4. Lakukan inventarisasi/opname untuk menilai kualitas hasil pekerjaan,
kesesuaian dengan item pekerjaan di proposal, dan kesesuaian
penyelesaian pekerjaan dengan laporan kemajuan.
5. Dapatkan rekening penampungan dana swakelola pada Pokmas.
Bandingkan tanggal penerimaan dana di buku rekening Pokmas dengan
laporan pencairan dana dari penanggung jawab anggaran serta
bandingkan kesesuaian waktu penerimaan dana dengan realisasi prestasi
13
pekerjaan.

Sub Bahasan II:

TITIK KRITIS PBJ/ MODUSMODUS PENYIMPANGAN PBJ
14

Titik Kritis (Red Flag) dalam RUP
• Identifikasi keinginan, bukan kebutuhan;
– Biasanya muncul karena ketidakpahaman prinsip perencanaan.
– Juga disebabkan “titipan”.

• Pemaketan pekerjaan;
– Tidak berdasarkan sifat pekerjaan
– Memperbanyak pengadaan langsung

• Cara pelaksanaan pengadaan;
– Swakelola vs. penyedia

• Tidak menyusun dan mengumumkan RUP
• Melaksanakan pengadaan sebelum semua pendukung dinyatakan
siap (ijin, pembebasan lahan, dana, dll)
• Pembentukan organisasi pengadaan;





PA/KPA merangkap PPK (bukan “bertindak sebagai”)
PPK tidak bersertifikat
Organisasi di SK kan berdasarkan tahun anggaran
Panitia/Pejabat Pengadaan /Pokja tidak bersertifikat.

Titik Kritis (Red Flag) dalam
Pengadaan Barang
aspek
kewajaran
harga.

pemanfaatan
barang yang
diperoleh.

ketepatan
kuantitas.

kesesuaian
spesifikasi.

Titik Kritis
Secara
Spesifik

ketepatan
kualitas.

Titik Kritis (Red Flag) dalam Pengadaan
Pekerjaan Konstruksi
ketidaktepatan
penggunaan
standar koefisien
dalam penyusunan
RAB;

spesifikasi/kualitas
bahan tidak sesuai
dengan yang
ditetapkan;

keterlambatan
penyelesaian
pekerjaan;

kemahalan harga
terutama bahan
dan pemakaian alat
yang digunakan;

kelebihan
perhitungan volume
fisik yg ditagihkan
pembayarannya
(kontrak harga
satuan);

adanya pengalihan
pekerjaan utama dari
penyedia kepada
pihak lain
(subkontraktor)
pekerjaan utama.

perbedaan asumsi
dalam penyusunan
spesifikasi teknis
maupun RAB dgn
kondisi lapangan;

kekurangan volume
pekerjaan;

Titik Kritis (Red Flag) dalam Pengadaan
Jasa Konsultansi
Tahap Persiapan ...
1) Penyusunan KAK tidak sesuai ketentuan:
• Persyaratan kualifikasi tenaga ahli tidak
memadai.
• Persyaratan kualifikasi tenaga ahli terlalu
tinggi.
• Ruang lingkup dan hasil pekerjaan tidak
jelas/tidak spesifik.
• Perhitungan kebutuhan tenaga ahli
(orang/bulan) tidak didukung analisis yang
memadai/terlalu besar sehingga tidak efisien.

Titik Kritis (Red Flag) dalam Pengadaan
Jasa Konsultansi
2) Penyusunan dokumen seleksi jasa konsultansi
• Persyaratan administrasi, teknis, dan biaya
yang dibuat dalam dokumen seleksi tidak
lengkap.
• Jenis dan draft kontrak tidak dibuat.
• Sistem pengadaan tidak dijelaskan dalam
dokumen seleksi.
• Kriteria dan tata cara evaluasi kualifikasi dan
evaluasi administrasi, teknis, dan biaya tidak
jelas (tidak lengkap).

Titik Kritis (Red Flag) dalam Pengadaan
Jasa Konsultansi
3) Penyusunan Rencana Anggaran Biaya (RAB)
• Penyusunan RAB untuk tenaga ahli dan non-tenaga ahli
terlalu tinggi/rendah karena tidak dilakukan survai pasar
dan tidak sesuai dengan kualifikasi tenaga ahli dan ruang
lingkup pekerjaan.
4) Pemilihan sistem pengadaan
• Kesalahan dalam menetapkan metode seleksi, metode
pemasukan dokumen, metode evaluasi, dan penentuan
jenis kontrak.
5) Penyusunan jadwal pemilihan dan pelaksanaan pekerjaan
• Jadwal seleksi terlalu pendek.
• Jadwal pelaksanaan tidak realistis (terlalu pendek sehingga
kualitas hasil pekerjaan rendah atau terjadi serah terima
hasil pekerjaan secara fiktif).

Titik Kritis (Red Flag) dalam Pengadaan
Jasa Konsultansi
Tahap Seleksi Konsultan
1) Proses kualifikasi yang tidak benar dan hasilnya tidak disampaikan
secara lengkap di dalam pengumuman.
2) Adanya post-bidding, yaitu menambah, mengganti, mengubah,
dan/atau mengurangi dokumen seleksi dan/atau dokumen
penawaran oleh ULP dan/atau peserta pengadaan setelah batas
akhir pemasukan penawaran.
3) Kriteria evaluasi tidak jelas dan cenderung subjektif (contoh dalam
menilai metodologi kerja).
4) Tahap negosiasi biaya, khususnya biaya tenaga ahli tidak
dilakukan sesuai ketentuan.
5) Tahap klarifikasi dan pembuktian kualifikasi:
a. terdapat rekayasa pengalaman kerja baik perusahaan ataupun
tenaga ahli;
b. metode kerja yang ditawarkan sekadar ada atau menjiplak.

Titik Kritis/Red Flag dalam Pengadaan
Barang/Jasa Swakelola - Umum
1. Pekerjaan yang dilaksanakan tidak memenuhi kriteria
sebagai pekerjaan yang dapat dilakukan secara swakelola
sesuai Perpres Nomor 70 Tahun 2012 pasal 26 ayat 2.
2. Pekerjaan sulit dikendalikan karena tidak dibuatnya jadwal
pelaksanaan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan
pengawasan;
3. Tenaga ahli perseorangan yang digunakan melebihi 50%
dari jumlah keseluruhan pegawai K/L/D/I yang terlibat dalam
kegiatan swakelola;
4. Pelaksana swakelola tidak membuat laporan harian, laporan
mingguan dan laporan bulanan sebagai bentuk
pertanggungjawaban
22

Titik Kritis/Red Flag dalam Pengadaan
Barang/Jasa Swakelola - Pokmas
1) Proposal tidak dibuat dengan cermat/sekadar
formalitas.
2) Eksistensi kelompok masyarakat diragukan.
3) Partisipasi masyarakat rendah.
4) Pekerjaan diborongkan ke pihak III.
5) Kualitas pekerjaan rendah.
6) Penyaluran dana tidak sesuai dengan prestasi
pekerjaan.
7) Laporan kemajuan pekerjaan tidak sesuai kondisi riil.
8) Pelaksanaan pekerjaan menyimpang dari
proposal yang ada.
23

M ODU S T PK DALAM PEN GADAAN BARAN G/JASA
PERENCANAAN PBJ

PROSES
PERENCANAAN
ANGGARAN

PERSIAPAN
PENGADAAN B/J
PEMERINTAH

PEMBENTUKAN PANITIA/
PEJABAT PENGADAAN
PENETAPAN METODE PBJ
PENYUSUNAN
JADWAL PELAKSANAAN
PENYUSUNAN HPS
PENYUSUNAN
DOKUMEN PBJ

PELAKSANAAN
PB/J PEMBORONGAN
/JAS ALAINNYA

PROSES
SERAH TERIMA
&

PELAKSANAAN
PENGADAAN
JASA KONSULTASI
PENYUSUNAN KONTRAK

PROSES
PENGADAAN B/J
PEMERINTAH

PEMBAYARAN
PELAKSANAAN KONTRAK

24

M ODU S T PK DALAM PEN GADAAN BARAN G/JASA
PEMANFAATAN INFO UTK
PIHAK TERTENTU

SUAP PIHAK TERTENTU
KE PEJABAT SATKER,
SETJEN

PROSES
PERENCANAAN
ANGGARAN

KEGIATAN YG DIUSULKAN
TIDAK SESUAI KEBUTUHAN

SUAP DLM RANGKA BAHAS
ANGGARAN
FORMALITAS DOKUMEN
UTK BAHAS ANGG, BACK
DATE
BACK DATE DOKUMEN
ANGGARAN

25

PERSIAPAN
PENGADAAN B/J
PEMERINTAH

M ODU S T PK DALAM PEN GADAAN BARAN G/JASA

PEMAKETAN PEKERJAAN UTK AKOMODIR
KEPENTINGAN PIHAK TERTENTU (PESANAN/JATAH)

PERENCANAAN PBJ
PEMBENTUKAN PANITIA/
PEJABAT PENGADAAN

PENYUSUNAN SPESIFIKASI BARANG/JASA MENGARAH
PADA MEREK TERTENTU SESUAI
PESANAN/KEPENTINGAN PIHAK TERTENTU
PENYUSUNAN KRITERIA EVALUASI UTK AKOMODIR
KEPENTINGAN PIHAK TERTENTU

PENETAPAN METODE PBJ
PENYUSUNAN
JADWAL PELAKSANAAN
PENYUSUNAN HPS
PENYUSUNAN
DOKUMEN PBJ

PENGANGKATAN PANITIA/PEJABAT PENGADAAN
YANG DAPAT DIAJAK BEKERJASAMA (KOLUSI)
ATAU TIDAK BERKUALIFIKASI (FORMALITAS)
GUNAKAN METODE PEMILIHAN/PENUNJUKAN
LANGSUNG DGN ALASAN YANG TIDAK TEPAT ATAU
LELANG DENGAN SKENARIO TERTENTU (FORMALITAS)
JADWAL PENGADAAN FORMALITAS ATAU DISUSUN
DGN SKENARIO UTK KEPENTINGAN PIHAK TERTENTU
HPS DISUSUN TIDAK SESUAI KETENTUAN (SURVEY)
BAHKAN BERSUMBER/TITIPAN PIHAK TERTENTU DGN
INDIKASI SUDAH DI MARK-UP
DOKUMEN PENGADAAN DISUSUN FORMALITAS, BACK
DATE, NOMOR SISIPAN, DLL.

26

M ODU S T PK DALAM PEN GADAAN BARAN G/JASA
PROSES
PENGADAAN B/J
PEMERINTAH
PENGUMUMAN PENGADAAN TIDAK TRANSPARAN,
TERBATAS, FIKTIF, DLL

PELAKSANAAN
PB/J PEMBORONGAN
/JAS ALAINNYA
PELAKSANAAN
PENGADAAN
JASA KONSULTASI
PENYUSUNAN KONTRAK

PELAKSANAAN KONTRAK

AANWIJZING FORMALITAS, TIDAK TRANSPARAN,
AKOMODIR KEPENTINGAN PIHAK TERTENTU
SKENARIO DALAM PROSES PENDAFTARAN CALON
PENYEDIA B/J & PENERIMAAN DOKUMEN PENAWARAN
PROSES EVALUASI TIDAK TRANSPARAN, POST
BIDDING, STANDAR GANDA, FORMALITAS, DLL
INTERVENSI DALAM PENETAPAN CALON PEMENANG /
PENYEDIA B/J, PROSES PENGUMUMAN PEMENANG
TIDAK TRANSPARAN, SKENARIO.
SKENARIO DALAM PROSES SANGGAH, FORMALITAS,
PENYELESAIAN SANGGAH TIDAK SESUAI KETENTUAN
PROSES PENYUSUNAN KONTRAK FORMALITAS,
BAHKAN DISERAHKAN KEPADA CALON PEMENANG
PROSES TTD KONTRAK FORMALITAS, BACK DATE
PERUBAHAN KONTRAK TANPA ADENDUM, ADENDUM
KONTRAK FORMALITAS

27

M ODU S T PK DALAM PEN GADAAN BARAN G/JASA

PROSES PEMERIKSAAN B/J FORMALITAS, FIKTIF, DLL
DOKUMEN PEMERIKSAAN B/J FORMALITAS, FIKTIF,
BACKDATE, DLL
SUAP KEPADA PANITIA PENERIMA

PROSES
SERAH TERIMA
&

DOKUMEN & PERSYARATAN PENCAIRAN ANGGARAN
FORMALITAS, FIKTIF, BACKDATE, DLL
SKENARIO PROSES PEMBAYARAN PEKERJAAN,
REKENING BERSAMA UTK TAMPUNG PEMBAYARAN

PEMBAYARAN
SUAP KEPADA PETUGAS PELAKSANA PEMBAYARAN
PEMERASAN, PUNGLI, DANA TAKTIS, DLL DALAM
PROSES PEMBAYARAN PEKERJAAN
ALIRAN DANA KEPADA PEJABAT/PANITIA (KICKBACK,
GRATIFIKASI,)

28

Sub Bahasan III

KONSEPSI PENULISAN
TEMUAN HASIL AUDIT

Kerangka Konseptual
Pelaksanaan Audit PBJ

Strategi utk
mencapai
SA
Sasaran
Audit

TK  Proses Bisnis
MR Sisa Risiko
PI  Pengendalian
Kunci

PKA

Memilih sesuai
analisis (SWOT
dan MR)

Prosedur
Audit

Bukti
dianalisis

Teknik
Audit

Harus Logis
Mekenisme
Sesuai SA

Bukti
Audit

Mendapatkan
sesuai
Rekocuna

KKA

Mendokumentasikan
keg audit

Tahapan Penyusunan PKA
Perumusan Sasaran Audit

Mengidentifikasi bukti –bukti yang
dibutuhkan (rekocuna) utk mendukung
masalah yg akan diungkapkan

Memilih teknik audit yang tepat

Menyusun kalimat yang akan dituangkan
dalam PKA
31

pengujian

Bukti audit yg
diperoleh
permintaan

UNSUR-UNSUR temUaN
haSil aUdit
• KONDISI  Fakta

• KRITERIA  Hal yg harus dipedomani

• SEBAB  Pelaku yg mendorong Kondisi ≠
kriteria

• AKIBAT / DAMPAK  Pengaruh thd tujuan,
organisasi, atau sth.

• REKOMENDASI  Menghilangkan penyebab
dan meminimalkan akibat
33

PENGERTIAN AUDIT
Audit adalah proses kegiatan yang bertujuan
untuk meyakinkan tingkat kesesuaian antara
suatu kondisi yang menyangkut kegiatan dari
suatu entitas dgn kriterianya, dilakukan oleh
auditor yg kompeten dan independen dgn
mendapatkan dan mengevaluasi bukti-bukti
pendukungnya secara sistematis, analitis, kritis,
dan selektif, guna memberikan pendapat atau
simpulan dan rekomendasi kepada pihak
yang berkepentingan.

TIPS...
THA ; Kondisi ≠ Kriteria
Kondisi – Kriteria = Akibat  akibat = temuan
Kondisi – Kriteria = Penyebab
Akibat = Penyebab
Rekomendasi – Penyebab = 0 (menghilangkan
penyebab)
• Rekomendasi > Akibat
• Rekomendasi – Akibat > 0 (meminimalkan
akibat)  menghilangkan output dan
meminimalkan outcome






Contoh 1...
• Hasil audit kinerja atas pengadaaan 20 unit
mesin genset yang dilaksanakan oleh CV. ABC
dengan nilai kontrak Rp. 330.000.000,-, auditor
menyimpulkan bahwa pengadaan yang
dilakukan oleh CV. ABC terjadi kemahalan
harga senilai Rp 44.000.000,-.

Terdapat Kerugian Negara Sebesar Rp 44.000.000 Atas
Pengadaan 20 Unit Genset Oleh CV. ABC .
KONDISI
Dari hasil verifikasi bukti pembayaran no .... tanggal .... dan berita acara serah
terima barang dari CV ABC tgl ...., diperoleh data bahwa telah direalisasikan
pembayaran senilai Rp 330.000.000 atas pengadaan 20 unit mesin genset.
KRITERIA
• Perka LKPP no 14 thn 2012 ttg Juknis Perpres 70 thn 2012, mengatur bahwa
HPS adalah alat untuk menilai kewajaran penawaran harga termasuk
rinciannya dan sebagai dasar untuk menetapkan batas tertinggi penawaran
yang sah
• Berdasarkan konfirmasi harga pada 3 toko penyedia mesin genset diperoleh
rata-rata harga wajar untuk 20 unit mesin genset adalah Rp 286.000.000
SEBAB
PPK tidak melaksanakan prosedur yang tepat untuk mendapatkan harga wajar
dalam proses penyusunan HPS.

Terdapat Kerugian Negara Sebesar Rp 44.000.000 Atas
Pengadaan 20 Unit Genset Oleh CV. ABC .
AKIBAT/DAMPAK
HPS tidak dapat dijadikan acuan untuk menilai kewajaran harga penawaran
yang masuk sehingga berdampak terjadinya kelebihan pembayaran kepada
CV. ABC yang dapat merugikan negara sebesar Rp. 44.000.000,REKOMENDASI
• Kepala Satker agar memberikan sanksi kepada PPK sesuai PP .... atas
kelalaian dalam melaksanakan prosedur penyusunan dan menetapkan
HPS.
• PPK agar mempertanggungjawabkan penyetoran ke kas negara sebesar
Rp. 44.000.000,-

Contoh 2 ...
• Hasil audit kinerja atas pengadaaan 20 unit
komputer yang dilaksanakan oleh CV. XYZ
dengan nilai kontrak Rp. 330.000.000,-, auditor
menyimpulkan bahwa pengadaan yang
dilakukan oleh CV. XYZ terdapat pekerjaan
yang tidak sesuai dengan spesifikasi teknis yang
setara dengan nilai Rp 22.000.000,-. Yaitu di
kontrak mencantumkan spek diantaranya adalah
RAM 4 GB, dan operating system 64 bit, namun
yang direalisasikan RAM 2 GB dan operating
system 32 bit.

Terdapat Pengadaan 20 Unit Komputer Oleh CV. XYZ
Tidak Sesuai Spek Yang Merugian Negara sebesar Rp
22.000.000
KONDISI
Dari hasil inventarisasi fisik atas pengadaan komputer yang
dilaksanakan oleh CV. XYZ, diketahui bahwa spesifikasi
teknis dari 20 unit komputer tersebut adalah RAM 2 GB
dan operating system 32 bit dengan harga wajar adalah Rp
308.000.000
KRITERIA
Berdasarkan Kontrak Pengadaan Komputer Nomor
123/IX/20xx senilai Rp 330.000.000 dengan spesifikasi
teknis komputer yang harus diadakan adalah RAM 4 GB
dan operating system 64 bit

Terdapat Pengadaan 20 Unit Komputer Oleh CV. XYZ
Tidak Sesuai Spek Yang Merugian Negara sebesar Rp
22.000.000
SEBAB
• Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan (PPHP) tidak teliti dalam
melakukan pemeriksaan spesifikasi komputer.
• PPK tidak melakukan penilaian ulang atas hasil pekerjaan.
AKIBAT
Komputer tidak dapat digunakan secara optimal yang dapat merugikan
negara sekurang-kurangnya sebesar Rp. 22.000.000, dan maksimal
Rp 330.000.000,REKOMENDASI
• Kepala Satker agar memberikan sanksi kepada PPK dan PPHP
sesuai PP ... kepada PPHP atas ketidaktelitian dalam melaksanakan
pemerikasaan hasil pekerjaan.
• PPK dan PPHP agar mempertanggungjawabkan penggantian 20 unit
komputer sesuai spek sebesar Rp. 330.000.000,-

Contoh 3 ...
• Hasil audit kinerja atas pengadaaan 20 unit
Hasil audit kinerja atas pembangunan gedung
asrama 3 lantai yang dilaksanakan oleh PT.
ABC dengan nilai kontrak Rp. 4.400.000.000,-,
auditor menyimpulkan bahwa pembangunan
yang dilakukan oleh PT. ABC dengan unit price
tersebut, terjadi kekurangan pekerjaan
pemasangan keramik lantai dengan total luas
100 m2 (atau senilai Rp 25.000.000) dari yang
seharusnya 1.350 m2.

Terdapat Kekurangan Pekerjaan Seluas 100m2 Atas
Pemasangan Keramik Lantai Gedung Asrama Oleh PT
ABC Yang Merugian Negara Sebesar Rp 25.000.000.
KONDISI
Dari hasil inventarisasi fisik atas pembangunan gedung
asrama 3 lantai yang dilakukan oleh PT. ABC dengan nilai
kontrak Rp 4 M, diketahui bahwa untuk pemasangan
keramik lantai yang terealisasi adalah seluas 1.250m2
yang setara dengan nilai Rp 312.500.000
KRITERIA
Berdasarkan Kontrak Pembangunan gedung asrama
Nomor 123/IX/20xx , total pemasanagn keramik lantai
adalah 1.350m2 yang setara dengan nilai Rp 337.500.000

Terdapat Kekurangan Pekerjaan Seluas 100m2 Atas
Pemasangan Keramik Lantai Gedung Asrama Oleh PT
ABC Yang Merugian Negara Sebesar Rp 25.000.000.
SEBAB
• Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan (PPHP) tidak teliti dalam
melakukan pengukuran luas pemasangan keramik lantai.
• PPK tidak melakukan penilaian ulang atas hasil pekerjaan.
AKIBAT/DAMPAK
Terdapat kekurangan pekerjaan keramik lantai seluas 100m2 yang
merugiakan negara setara dengan nilai Rp. 25.000.000,
REKOMENDASI
• Kepala Satker agar memberikan sanksi kepada PPK dan PPHP
sesuai PP ... kepada PPHP atas ketidaktelitian dalam melaksanakan
pemerikasaan hasil pekerjaan.
• PPK dan PPHP agar mempertanggungjawabkan degan penyetoran
ke kas negara sebesar Rp. 25.000.000,-

Sub Bahasan IV

IMPLIKASI HUKUM

Permasalahan PBJ dan Dampak Hukum
Perencanaan
PBJ

Pemilihan Penyedia PBJ

Pelaksanaan Kontrak PBJ

PA/KPA

PA/KPA

ULP/PP

PPK/KPA

PPHP

20xx-1

20xx-1
20xx

20xx-1
20xx

20xx

20xx

• Proses
Pemilihan
• Penetapan
Penyedian

RUP

HPS
HAN (PTUN)

Dok PBJ

• Kontrak diputus ?
• Blacklist
• Kualitas rendah
• Akuntabilitas tdk ada

Kontrak

PA/KPA

Hasil Uji B/J

B/J

HUKUM PERDATA
HUKUM PIDANA

Pemanfaatan
PBJ

Neraca

Tindakan yang Dikenakan Sanksi
• Tindakan Pokja ULP/PP/PPK
Tindakan
Pelanggaran dan/atau
kecurangan dalam proses
Pengadaan Barang/Jasa

Sanksi
Sanksi Administrasi
Penuntutan ganti
rugi’Pelapran secara
Pidana

Dasar
Pasal 118.7
Pasal 123

Tindakan yang Dikenakan Sanksi
• Tindakan Penyedia Barang/Jasa
Tindakan

Sanksi

Dasar

Mengundurkan diri setelah batas • Jaminan penawaran
dicairkan
akhir pemasukan penawaran
atau mengundurkan diri dari
• Pengenaan daftar
hitam
pelaksanaan kontrak dengan
tidak dapat
dipertanggungjawabkan
dan/atau tidak dapat diterima
oleh Kelompok Kerja
ULP/Pejabat Pengadaan

Pasal 85.4

Penyedia B/J mengalihkan
pelaksanaan pekerjaan utama
berdasarkan kontrak, dengan
melakukan subkonrak kepada
pihak lain, kecuali sebagian
kepada Penyedia B/J Spesialis.

Pasal 87

• Denda sesuai
ketentuan dalam
kontrak

Tindakan yang Dikenakan Sanksi
• Tindakan Penyedia Barang/Jasa
Tindakan
Penyedia B/J melakukan
ketidaksesuaian dalam
penggunaan B/J produksi dalam
negeri (pemeriksaan dilakukan
oleh APIP)

Sanksi
• Sanksi Administrasi
• Pencantuman daftar
hitam
• Penuntutan secara
perdata.
• Sanksi finansial.

Dasar
Pasal 99
Pasal 118
Pasal 119

Konsulltan Perencana yang
• Keharusan menyusun Pasal 121.
tidak cermat dan mengakibatkan
kembali perencanaan
kerugian negara, dikenakan
dengan beban biaya
sanksi berupa keharusan
dari konsultan ybs.
menyusun kembali perencanaan
dengan beban biaya dari
konsultan yang bersangkutan,
dan.atau tuntutan ganti rugi.

Tindakan yang Dikenakan Sanksi
• Tindakan Penyedia Barang/Jasa
Tindakan
Membuat dan/atau
menyampaikan dokumen
dan/atau keterangan lain
yang tdak benar untuk
memenuhi persyaratan
Pengadaan B/J yang
ditentukan dalam dokumen
pengadaan.

Sanksi
• Pembatalan sebagai calon
pemenang.
• Pencairan jaminan
pelaksanaan.
• Pencantuman daftar hitam.
• Penuntutan secara perdata.
• Pelaporan secara pidan
kepada pihak yang
berwenang.

Dasar
Pasal 118

Tindakan yang Dikenakan Sanksi
• Tindakan Penyedia Barang/Jasa
Tindakan
Melakukan persekongkolan
dengan Penyedia B/J lain
untuk mengaur Harga
enawaran di luar prosedur
pelaksanaan pengadaan B/J,
sehingga mengurangi/
menghambat/memperkecil
dan/atau meniadakan
persaingan yang sehat
dan/atau merugikan oran lain.

Sanksi





Sanksi administrasi.
Pencantuman daftar hitam.
Penuntutan secara perdata.
Pelaporan secara pidan
kepada pihak yang
berwenang.

Dasar
Pasal 118.

Tindakan yang Dikenakan Sanksi
• Tindakan Penyedia Barang/Jasa
Tindakan
Berusaha mempengaruhi
Kelompok Kerja
ULP/PP/Pihak Lain yang
berwenang dalam bentuk dan
cara apapun, baik langsun
maupun tidak langsung guna
memenuhi keinginannya yang
bertentangan dengan
ketentuan dan prosedur yang
telah ditetapkan dalam
Dokumen Pengadaan/
Kontrak, dan/atau ketentuan
peraturan perundangundangan.

Sanksi





Sanksi administrasi.
Pencantuman daftar hitam.
Penuntutan secara perdata.
Pelaporan secara pidan
kepada pihak yang
berwenang.

Dasar
Pasal 118.

Tindakan yang Dikenakan Sanksi
• Tindakan Penyedia Barang/Jasa
Tindakan
Tidak dapat menyelesaikan
pekerjaan sesuai dengan
kontrak secara bertanggung
jawab.

Sanksi
• Pencairan jaminan
pelaksanaan.
• Pengembaian uang muka
(bila ada)
• Pengenaan denda (bila
ada).
• Pengenaan daftar hitam.

Dasar
Pasal 118.
Pasal 93.2

Sub Bahasan V

KONTROVERSI KEUANGAN NEGARA
DAN KERUGIAN KEUANGAN NEGARA

MULTI PERSEPSI TERHADAP
KEUANGAN NEGARA

RAGAM PERSEPSI

Batasan
Kualifikasi
Kerugian
Keuangan Negara

Masalah
dalam
Pembuktian
Kerugian
Keuangan
Negara

Keuangan Negara

UU 31/1999

UU 17/2003

• Keuangan negara yang dimaksud adalah seluruh kekayaan
negara dalam bentuk apapun, yang dipisahkan atau yang
tidak dipisahkan, .

• Keuangan Negara adalah semua hak dan kewajiban negara
yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik
berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan
milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan
kewajiban tersebut.

Kerugian Keuangan Negara/Kerugian Negara

• Kerugian Keuangan Negara atau Kerugian Negara tidak
didefinisikan
UU TPK & UU
Keu Neg

UU 1/2004

• Kerugian Negara/Daerah adalah kekurangan uang, surat
berharga dan barang, yang nyata dan pasti jumlahnya sebagai
akibat perbuatan melawan hukum baik sengaja maupun lalai.

Kerugian Keuangan Negara

Bentuk

Saat Terjadi

Tahapan

Ukuran Nilai

KERUGIAN KEUANGAN NEGARA


Kerugian negara yang terjadi bersifat pasti
artinya kerugian keuangan negara benarbenar telah terjadi, misalnya sejumlah dana
yang hilang dari kas, pembayaran telah
dilaksanakan melebihi jumlah yang
seharusnya, rumah dinas hancur, hilang
atau berpindah hak secara tidak sah, dan
lain-lain yang sudah terjadi.

Tahapan
Penghitungan Kerugian Keuangan Negara
Kasus
Posisi

Fakta

• Mengidentifikasi Penyimpangan
• Mengidentifikasi Transaksi

• Mengidentifikasi, Mengumpulkan, Verifikasi, dan
Evaluasi Bukti
Method
Simpula
n

• Menghitung Jumlah Kerugian Keuangan Negara

Metode penghitungan
NET LOSS

TOTAL LOSS
Memperhatikan
proses penyimpangan
yang diidentifikasi
berdasar rekonstruksi
fakta

Ragam pola penghitungan kerugian
keuangan negara_Total Loss

Total pengeluaran

Total aset yg hilang

Total Penerimaan
Tidak Disetor

Total Pengeluaran
+ Biaya Tambahan

Total Kewajiban
Nyata yang harus
ditanggung negara

Ragam pola penghitungan kerugian
keuangan negara_Net Loss
Pengeluaran
– Harga Wajar

Realisasi –
Harga Wajar

Pengeluaran
– Real Cost

Harga wajar –
Penerimaan

Tarif –
Penerimaan

Pengeluaran
– Recovery

Nilai yang Digunakan ???