Index of /ProdukHukum/kehutanan

DEPARTEMEN KEHUTANAN
DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL
JAKARTA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL
REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL
NOMOR: P. 08/V-PTH/2007
PEDOMAN
PEMASUKAN DAN PENGELUARAN BENIH DAN/ATAU BIBIT TANAMAN HUTAN
DIREKTUR JENDERAL
REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL,
Menimbang : a. bahwa dalam rangka mendukung pembangunan hutan tanaman pada
keadaan tertentu dapat terjadi kekurangan atau kelebihan benih
dan/atau bibit tanaman hutan, yang menyangkut mutu maupun
jumlahnya, maka perlu dilakukan pemasukan atau pengeluaran benih
dan/atau bibit dari dalam maupun luar wilayah Republik Indonesia
sesuai dengan kebutuhan;
b. bahwa sebagai tindak lanjut Pasal 21 dan Pasal 24 Peraturan Menteri
Kehutanan Nomor P.10/Menhut-II/2007 tentang Perbenihan Tanaman
Hutan, maka pemasukan dan pengeluaran benih dan/atau bibit tanaman
hutan, khususnya untuk tujuan pembangunan hutan serta rehabilitasi

hutan dan lahan, ke dalam atau ke luar wilayah Republik Indonesia
harus mendapat izin dari Direktur Jenderal Rehabilitasi Lahan dan
Perhutanan Sosial;

c. bahwa sehubungan dengan hal tersebut dipandang perlu untuk
menetapkan pedoman pemasukan dan pengeluaran benih dan/atau bibit
tanaman hutan kedalam dan keluar wilayah Republik Indonesia dengan
Peraturan Direktur Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990
Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya;
2.
3.
4.

5.
6.
7.

tentang


Konservasi

Undang-Undang Nomor 12 tahun 1992 tentang Sistem Budidaya
Tanaman;
Undang-Undang Nomor 16 tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan
dan Tumbuhan;
Undang-Undang Nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang
penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1
Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 41 Tahun
1999 tentang Kehutanan menjadi Undang-Undang;
Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004
tentang Pemerintahan
Daerah;
Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1995 tentang Perbenihan
Tanaman;
Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2002 tentang Karantina
Tumbuhan;

1


8.
9.
10.

11.
12.

13.

14.

Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2005 tentang Keamanan Hayati
Produk Rekayasa Genetik;
Keputusan Presiden Nomor 187/M Tahun 2004 tentang Pembentukan
Kabinet Indonesia Bersatu;
Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas,
Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara
Republik Indonesia;
Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit Organisasi dan

Tugas Eselon I Kementerian Negara Republik Indonesia;
Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 447/Kpts-II/2003 tentang Tata
Usaha Pengambilan atau Penangkapan dan Peredaran Tumbuhan dan
Satwa Liar;
Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.13/Menhut-II/2005 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kehutanan sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Kehutanan
Nomor P.71/Menhut-II/2006;
Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P. 10/Menhut-II/2007 tentang
Perbenihan tanaman Hutan;
MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL
REHABILITASI LAHAN DAN
PERHUTANAN SOSIAL TENTANG PEDOMAN
PEMASUKAN DAN
PENGELUARAN BENIH DAN/ATAU BIBIT TANAMAN HUTAN
BAB I
PENDAHULUAN
Bagian Kesatu

Pengertian
Pasal 1
Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan :
1.

Perbenihan Tanaman Hutan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan
konservasi sumberdaya genetik, pemuliaan tanaman hutan, pengadaan, peredaran
benih dan/atau bibit.

2.

Benih tanaman hutan yang selanjutnya di dalam keputusan ini disebut benih adalah
bahan tanaman yang berupa bagian generatif (biji) atau bagian vegetatif tanaman
yang antara lain berupa mata tunas, akar, daun, jaringan tanaman yang digunakan
untuk memperbanyak dan/atau mengembangbiakan tanaman.

3.

Bibit tanaman hutan yang selanjutnya di dalam peraturan ini disebut bibit adalah
tumbuhan muda hasil perbanyakan dan/atau pengembangbiakan secara generatif

(biji) maupun vegetatif.

4.

Sumber Benih adalah suatu tegakan hutan di semua kawasan kecuali Cagar Alam
serta Zona Inti dan Zona Rimba pada Taman Nasional, dan di luar kawasan hutan
yang dikelola guna memproduksi benih berkualitas

5.

Pengada benih dan/atau bibit adalah Perorangan, Koperasi, BUMN, BUMS, BUMD
dan Instansi Pemerintah yang mempunyai kegiatan pengadaan benih dan/atau bibit.

2

6.

Pengedar benih dan/atau bibit adalah Perorangan, Koperasi, BUMN, BUMS, BUMD
dan Instansi Pemerintah yang mempunyai kegiatan peredaran benih dan/atau bibit.


7.

Pengeluaran benih tanaman hutan adalah kegiatan pengiriman benih ke luar wilayah
Negara Republik Indonesia

8.

Pemasukan benih tanaman hutan adalah kegiatan pemasukan benih ke wilayah
Negara Republik Indonesia.

9.

Perizinan adalah surat keterangan tertulis yang dikeluarkan oleh pejabat yang ditunjuk
yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk melakukan kegiatan sebagaimana
yang tercantum di dalamnya.

10.

Direktorat Jenderal adalah Direktorat Jenderal yang diserahi tugas dan bertanggung
jawab di bidang perbenihan tanaman hutan


11.

Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal yang diserahi tugas dan bertanggung
jawab di bidang perbenihan tanaman hutan

12.

Balai adalah Unit Pelaksana Teknis Direktorat Jenderal yang diserahi tugas dan
bertanggung jawab menangani perbenihan tanaman hutan.

13.

Kepala Balai adalah Kepala Balai yang diserahi tugas dan bertanggung jawab di
bidang perbenihan tanaman hutan dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal.
Bagian Kedua
Maksud dan Tujuan
Pasal 2

(1) Pedoman pemasukan dan pengeluaran benih dan/atau bibit tanaman hutan

dimaksudkan untuk memberikan petunjuk kepada pengada dan pengedar benih
dan/atau bibit tanaman hutan dalam rangka memasukan dan mengeluarkan benih
dan/atau bibit ke dalam dan ke luar Wilayah Negara Republik Indonesia.
(2) Pedoman pemasukan dan pengeluaran benih dan/atau bibit tanaman hutan
bertujuan untuk menjamin kelestarian sumberdaya genetic, meningkatkan
keragaman genetic dan menjaga keamanan hayati.

Bagian Ketiga
Ruang Lingkup
Pasal 3
(1) Pemasukan benih dan/atau bibit tanaman hutan ke dalam Wilayah Negara Republik
Indonesia adalah untuk memenuhi kebutuhan benih dan/atau bibit dalam
pembangunan hutan dan lahan di dalam negeri.
(2) Benih dan/atau bibit sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus bersertifikat.
(3) Pengeluaran benih dan/atau bibit tanaman hutan ke luar Wilayah Negara Republik
Indonesia adalah :
a. Untuk benih dan/atau bibit berasal dari sumber benih yang telah disertifikasi dan
tanaman hutan tersebut dikembangkan di Indonesia.
b. bukan merupakan benih dan/atau bibit dengan kualitas terbaik dan setelah
kebutuhan di dalam negeri terpenuhi;

c. benih dan/atau bibit yang dimaksudkan sebagaimana huruf a, harus bersertifikat

3

BAB II
PROSEDUR PEMASUKAN DAN PENGELUARAN
Bagian Kesatu
Pemasukan Benih dan/atau Bibit
Pasal 4
(1) Pemohon wajib mengajukan permohonan secara tertulis kepada Direktur Jenderal
dengan menggunakan format seperti tercantum pada Lampiran I.
(2) Direktur Jenderal paling lambat 15 (lima belas) hari kerja setelah permohonan
diterima memberikan jawaban menerima atau menolak.
(3) Bila permohonan diterima, Direktur Jenderal menerbitkan izin pemasukan benih
dan/atau bibit dengan menggunakan format seperti tercantum pada Lampiran II.
(4) Bila permohonan
ditolak, Direktur
Jenderal menerbitkan surat penolakan
pemasukan benih dan/atau bibit dengan menggunakan format seperti tercantum
pada Lampiran III.

Bagian Kedua
Pengeluaran Benih dan/atau Bibit
Pasal 5
(1) Pemohon wajib mengajukan permohonan secara tertulis kepada Direktur Jenderal
dengan menggunakan format sebagaimana tercantum pada Lampiran IV dilengkapi
dengan salinan surat pesanan negara pemohon, sertifikat kesehatan benih badan
karantina, sertifikat asal usul), dan sertifikat mutu benih apabila diminta dari Negara
pemohon.
(2) Direktur Jenderal paling lambat 15 (lima belas) hari kerja setelah permohonan
diterima memberikan jawaban menerima atau menolak
(3) Bila permohonan ditolak karena persyaratan yang tidak lengkap, pemohon diberi
kesempatan untuk melengkapi berkas dalam jangka waktu 5 (lima) hari kerja terhitung
sejak diterimanya surat pemberitahuan.
(4) Setelah jangka waktu 5 (lima) hari kerja pemohon tidak dapat melengkapi
persyaratan, Direktur Jenderal menolak permohonan sebagaimana format seperti
tercantum pada lampiran V.
(5) Direktur Jenderal menerbitkan izin pengeluaran benih dan/atau bibit sebagaimana
format seperti tercantum pada lampiran VI.

BAB III
PEMBINAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN
PENGELUARAN DAN PEMASUKAN BENIH DAN/ATAU BIBIT
TANAMAN HUTAN
Pasal 6
(1) Direktur Jenderal melakukan pembinaan, pengawasan dan pengendalian terhadap
kegiatan pemasukan dan pengeluaran benih dan/atau bibit tanaman hutan.

4

(2) Bentuk pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada butir 1 terhadap
pemasukan dan pengeluaran benih dan/atau bibit tanaman hutan adalah :
a.

Pengada dan pengedar benih dan/atau bibit yang memasukkan dan mengeluarkan
benih dan/atau bibit berkewajiban :
1) Melaporkan jumlah benih dan/atau bibit untuk setiap kali pemasukan atau
pengeluaran kepada Direktur Jenderal dengan tembusan kepada Kepala Balai;
2) Menerima kedatangan pengawas benih dan/atau bibit atau petugas perbenihan
lainnya dan memberikan keterangan yang diperlukan;
3) Bertanggung jawab atas kebenaran mutu benih dan/atau bibit nya.

b.

Izin pemasukan dan pengeluaran benih dan/atau bibit tanaman diberikan untuk
setiap kali pemasukan dan pengeluaran benih atau bibit dengan jangka waktu
berlakunya izin selama 6 bulan.

c.

Izin pemasukan atau pengeluaran benih dan/atau bibit tanaman hutan dapat
dicabut karena alasan sebagai berikut :
1)
2)
3)
4)

Pemegang izin tidak melaksanakan ketentuan yang tercantum dalam izin;
Tidak sesuai peraturan perundang-undangan dibidang karantina tumbuhan;
Melakukan kegiatan yang dapat menimbulkan gangguan ketertiban umum;
Memindahtangankan izin kepada pihak lain.
BAB IV
PENUTUP
Pasal 7

Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 10 Oktober 2007
DIREKTUR JENDERAL,

Ir. D A R O R I, MM
NIP. 080049355
Salinan Peraturan ini disampaikan kepada Yth.
1. Menteri Kehutanan di Jakarta
2. Para Pejabat Eselon I lingkup Departemen Kehutanan di Jakarta.
3. Para Pejabat Eselon II lingkup Direktorat Jenderal RLPS di Jakarta.
4. Kepala Dinas Provinsi yang diserahi tugas dan tanggung jawab di bidang kehutanan
di seluruh Indonesia.
5. Kepala BP DAS seluruh Indonesia
6. Kepala BPTH seluruh Indonesia.
7. Perusahaan Pemilik Pengelola Sumber Benih di seluruh Indonesia.

5

LAMPIRAN I
FORMAT PERMOHONAN IZIN PEMASUKAN

Nomor
Lampiran
Perihal

:
: 3 (tiga) berkas
: Permohonan izin pemasukan benih/bibit *)
ke dalam Wilayah Negara RI

Kepada Yth.
Direktur Jenderal Rehabilitasi Lahan dan
Perhutanan Sosial
di
JAKARTA
Dengan ini kami :
1.
2.
3.
4.

Nama
Alamat
Pekerjaan
NPWP

: …………………………
: …………………………
: perorangan/badan hukum/instansi pemerintah *)
: …………………………

mengajukan permohonan izin untuk memasukan benih tanaman hutan ke dalam wilayah
Negara Republik Indonesia, dengan penjelasan sebagai berikut :
a. Jenis tanaman
: ……………………………
b. Perlakuan benih
: …………………………….
c. Jumlah benih
: ……………………………
d. Nama produsen/pengolah benih: ……………………………
e. Negara pengirim
: ……………………………
f. Nama pengirim
: ……………………………
g. Alamat pengirim
: ……………………………
h. Tempat pemasukan
: ……………………………
(Pelabuhan/Bandar Udara)
i. Tujuan penggunaan benih : ……………………………
Demikian disampaikan. Atas perhatian Bapak, kami ucapkan terima kasih

Nama dan Tanda tangan
pemohon
Jabatan cap
Ket ; *) Coret yang tidak perlu

Nama terang

6

LAMPIRAN II
FORMAT PEMBERIAN IZIN PEMASUKAN BENIH/BIBIT TANAMAN HUTAN KE
DALAM WILAYAH NEGARA REPUBLIK INDONASIA
DEPARTEMEN KEHUTANAN
DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL
JAKARTA

KEPUTUSAN
DIREKTUR JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL
NOMOR : SK.

/V-PTH/200....

TENTANG
PEMBERIAN IZIN PEMASUKAN BENIH/BIBIT TANAMAN HUTAN
KE DALAM WILAYAH NEGARA REPUBLIK INDONESIA
DIREKTUR JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL
Menimbang : a. bahwa sehubungan dengan surat dari Saudara/Direktur
Pemerintah Nomor …………………… tanggal ……………..;

PT/Instansi

b.

bahwa sesuai dengan Peraturan Menteri Kehutanan No. P.10/MenhutII/2007 tanggal 13 Maret 2007 tentang Perbenihan Tanaman Hutan,
Pemasukan Benih dan/atau Bibit ke dalam wilayah Negara Republik
Indonesia untuk pembangunan hutan tanaman;

c.

bahwa sebagai tindak lanjut Peraturan Menteri Kehutanan tersebut
dipandang perlu memberikan izin pemasukan benih tanaman hutan ke
dalami wilayah Negara Republik Indonesia;

Mengingat :1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990
Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya;
2. Undang-Undang Nomor
Tanaman;

12

tahun

tentang

Konservas

1992 tentang Sistem Budidaya

3. Undang-Undang Nomor 16 tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan
dan Tumbuhan;
4. Undang-Undang Nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan;
5. Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2002 tentang Karantina
Tumbuhan;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2005 tentang Keragaman Hayati
Produk Rekayasa Genetik;
8. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 447/Kpts-II/2003 tentang Tata
Usaha Pengambilan atau Penangkapan dan Peredaran Tumbuhan dan
Satwa Liar;
9. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.10/Menhut-II/2007 tentang
Perbenihan Tanaman Hutan.

7

MEMUTUSKAN:
Menetapkan :
PERTAMA : Memberikan izin untuk memasukan benih tanaman hutan kepada :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.

KEDUA

KETIGA

Nama
Alamat
Pekerjaan

: ………………………………
: ………………………………
: perorangan/ badan hukum/
instansi pemerintah *)
NPWP
: ……………………….........
Jenis tanaman
: ………………………...........
Varietas/Klon/Hibrida : ..........................................
Perlakuan Benih : …………………….............
Jumlah benih
: ……………………..............
Nama produsen benih : …………………........
Negara pengirim
: …………………………......
Nama pengirim
: ………………………...........
Alamat pengirim
: ………………………………
Tempat pemasukan : …………………………
(Pelabuhan/Bandar Udara)

: Dalam memasukan benih dan/atau bibit sebagaimana tersebut pada diktum
PERTAMA, wajib memenuhi ketentuan sebagai berikut :
a.

Benih yang diimpor dipergunakan untuk kepentingan penanaman bukan
untuk kepentingan penelitian dan harus memenuhi standar mutu benih;

b.

Benih yang diimpor tersebut merupakan benih dengan kualitas terbaik
dan kebutuhan di dalam negeri belum terpenuhi;

c.

Dilengkapi dengan data : sertifikat asal-usul (certificate of origin)l,
sertifikat mutu benih dan/atau bibit (certificate of quality); dan sertifikat
kesehatan (certificate of phytosanitary);

d.

Mentaati semua peraturan perundang-undangan yang berlaku tentang
pemasukan benih dan/atau bibit tanaman hutan di wilayah Republik
Indonesia;

e.

Memberikan laporan pemasukan benih kepada Direktur Jenderal RLPS
Cq. Direktur Perbenihan Tanaman Hutan.

: Izin dimaksud diktum PERTAMA diberikan untuk
jangka waktu 6
(enam) bulan terhitung sejak ditanda tangani Keputusan ini dan selama
jangka waktu tersebut pemegang izin harus telah selesai memasukan
seluruh benih yang diizinkan ke dalam wilayah Negara Republik Indonesia
dan melaporkannya ke Direktur Jenderal Rehabilitasi Lahan dan
Perhutanan Sosial.

KEEMPAT : Izin pemasukan benih tanaman hutan sebagaimana dimaksud diktum
PERTAMA dicabut apabila pemegang :
a. tidak melaksanakan ketentuan yang tercantum dalam izin;
b. melakukan kegiatan yang dapat menimbulkan gangguan ketertiban
umum;
c. memindahtangankan izin kepada pihak lain.

8

KELIMA

: Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal
DIREKTUR JENDERAL,

…………………………..
Salinan Keputusan ini disampaikan kepada Yth.
1. Menteri Kehutanan di Jakarta;
2. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan;
3. Kepala Pusat Karantina Tumbuhan;
4. Kepala Pelabuhan/Bandar Udara ……………………
Ket : *) Coret yang tidak perlu

9

LAMPIRAN III
FORMAT PENOLAKAN/PENUNDAAN IZIN PEMASUKAN BENIH/BIBIT TANAMAN
HUTAN KE DALAM WILAYAH NEGARA REPUBLIK INDONASIA
DEPARTEMEN KEHUTANAN
DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL
JAKARTA

Nomor
Lampiran
Perihal

:
:
: Penolakan izin pemasukan benih/bibit
Ke dalam wilayah Negara RI

Kepada Yth.
………………………………………..
…………………………………
di
………………………………
Sehubungan dengan surat Saudara Nomor : …………………… tanggal ……………..
perihal permohonan izin pemasukan benih/bibit tanaman hutan jenis ……………………..
dengan ini kami beritahukan bahwa sesuai dengan Peraturan Menteri Kehutanan N0.
P.10/Menhut-II/2007 tentang Perbenihan Tanaman Hutan, permohonan izin pemasukan
benih/bibit saudara ke dalam wilayah Negara Republik Indonesia ditolak dengan alasan :
a. ……………………………………………………………………
b. ……………………………………………………………………
c. ……………………………………………………………………
d. ……………………………………………………………………
Saran / arahan :
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
Demikian untuk menjadi maklum
DIREKTUR JENDERAL,
………………………………….
Salinan Surat Keputusan ini disampaikan kepada Yth.
1. Menteri Kehutanan di Jakarta;
2. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan;
3. Kepala Pusat Karantina Tumbuhan;
4. Kepala Pelabuhan/Bandar Udara ……………………

10

LAMPIRAN IV
FORMAT PERMOHONAN IZIN PENGELUARAN BENIH/BIBIT TANAMAN HUTAN
DARI WILAYAH NEGARA REPUBLIK INDONASIA
DEPARTEMEN KEHUTANAN
DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL
JAKARTA

Nomor
Lampiran
Perihal

:
: 1 (satu) berkas
: Permohonan izin pengeluaran benih/bibit
dari wilayah Negara RI

Kepada Yth.
Direktur Jenderal Rehabilitasi Lahan dan
Perhutanan Sosial
di
JAKARTA
Dengan ini kami :
1.
2.
3.
4.

Nama
Alamat
Pekerjaan
NPWP

: ……………………………………….
: ………………………………………
: perorangan/badan hokum/instansi pemerintah *)
: …………………………………………

mengajukan permohonan izin untuk mengeluarkan benih/bibit tanaman dari wilayah
Negara Republik Indonesia sesuai pesanan (surat terlampir), dengan penjelasan sebagai
berikut :
a. Jenis tanaman
: ………………………………
b. Nomor Sertifikat Sumber Benih: ………………………………
c. Nomor Sumber Benih
: ………………………………
d. Jumlah benih yang diajukan
: ………………………………
e. Nama produsen/pengolah benih: ………………………………
f. Negara tujuan
: ……………………………….
g. Nama penerima
: ……………………………….
h. Alamat penerima
: ……………………………….
i. Tempat pengeluaran
: ………………………………
(Pelabuhan/Bandar Udara)
j. Tujuan pengeluaran benih
: ………………………………
Demikian disampaikan, atas perhatian Bapak diucapkan terima kasih
Nama dan Tanda tangan
pemohon
Jabatan cap

Ket ; *) Coret yang tidak perlu

Nama terang

11

LAMPIRAN V
FORMAT PENOLAKAN/PENUNDAAN IZIN PENGELUARAN BENIH/BIBIT TANAMAN
HUTAN DARI WILAYAH NEGARA REPUBLIK INDONASIA
DEPARTEMEN KEHUTANAN
DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL

Nomor
Lampiran
Perihal

:
:
: Penolakan izin pengeluaran benih/bibit
dari wilayah Negara RI

Kepada Yth.
………………………………………..
…………………………………
di
………………………………
Sehubungan dengan surat Saudara Nomor : …………………… tanggal ……………..
perihal permohonan izin pengeluaran benih/bibit tanaman hutan jenis ……………………..
dengan ini kami beritahukan bahwa sesuai dengan Pasal 24 Peraturan Menteri
Kehutanan N0. P.10/Menhut-II/2007 tentang Perbenihan Tanaman Hutan, permohonan
izin pengeluaran benih/bibit saudara ke Negara ………………….. ditolak dengan alasan :
a. ……………………………………………………………………
b. ……………………………………………………………………
c. ……………………………………………………………………
d. ……………………………………………………………………
Saran / arahan :
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
Demikian untuk menjadi maklum
DIREKTUR JENDERAL,
………………………………
Salinan Surat Keputusan ini disampaikan kepada Yth.
1. Menteri Kehutanan di Jakarta;
2. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan;
3. Kepala Pusat Karantina Tumbuhan.
Ket ; *) Coret yang tidak perlu

12

LAMPIRAN VI
FORMAT PEMBERIAN IZIN PENGELUARAN BENIH/BIBIT TANAMAN HUTAN DARI
WILAYAH NEGARA REPUBLIK INDONASIA
DEPARTEMEN KEHUTANAN
DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL

KEPUTUSAN
DIREKTUR JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL
NOMOR :
/V-PTH/200....
TENTANG
PEMBERIAN IZIN PENGELUARAN BENIH/BIBIT TANAMAN HUTAN
DARI WILAYAH NEGARA REPUBLIK INDONESIA
DIREKTUR JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL
Menimbang : a. bahwa sehubungan dengan surat dari Saudara/Direktur PT/Instansi
Pemerintah Nomor …………………… tanggal ……………..;.
b. bahwa sesuai dengan Peraturan Menteri Kehutanan No. P.10/MenhutII/2007 tanggal 13 Maret 2007 tentang Perbenihan Tanaman Hutan,
Pengeluaran Benih dan/atau Bibit ke luar wilayah Republik Indonesia
untuk pembangunan hutan tanaman dilakukan berdasarkan izin Direktur
Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial;.
c. bahwa sebagai tindak lanjut Peraturan Menteri Kehutanan tersebut
dipandang perlu memberikan izin pengeluaran benih tanaman hutan dari
wilayah Negara Republik Indonesia.
Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya
Alam Hayati dan Ekosistemnya;
2. Undang-Undang Nomor 12 tahun 1992 tentang Sistem Budidaya
Tanaman;
3. Undang-Undang Nomor 16 tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan
dan Tumbuhan;
4. Undang-Undang Nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan;
5. Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2002 tentang Karantina
Tumbuhan;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2005 tentang Keragaman Hayati
Produk Rekayasa Genetik;
8. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 447/Kpts-II/2003 tentang Tata
Usaha Pengambilan atau Penangkapan dan Peredaran Tumbuhan dan
Satwa Liar;
9. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.10/Menhut-II/2007 tentang
Perbenihan Tanaman Hutan.

13

MEMUTUSKAN:
Menetapkan :
KESATU : Memberikan izin untuk mengeluarkan benih tanaman hutan kepada :

: …………………………………
: ……………………………......
: perorangan/badan hukum /
instansi pemerintah*)
d. NPWP
: …………………………………
e. Jenis tanaman
: …………………………………
f. No Sertifikat Sumber Benih : ……………………
g. No Sumber Benih : …….………………………
h. Jumlah benih
: ……………………………
i. Nama produsen benih : ………………………..
j. Negara tujuan
: ……………………………
k. Nama penerima
: ……………………………
l. Alamat penerima
: ……………………………
m. Tempat pengeluaran : …………………………
(Pelabuhan/Bandar Udara)
n. Tujuan pengeluaran benih : …………………….
a.
b.
c.

KEDUA

KETIGA

Nama
Alamat
Pekerjaan

: Dalam mengeluarkan benih dan/atau bibit sebagaimana tersebut pada
dictum KESATU, wajib memenuhi ketentuan sebagai berikut :
1.

Benih yang diekspor tersebut bukan merupakan benih dengan kualitas
terbaik dan setelah kebutuhan di dalam negeri terpenuhi.

2.

Dilengkapi dengan data : sertifikat asal-usul (certificate of origin) dari
Direktur Jenderal, sertifikat mutu benih dan/atau bibit (certificate of
quality) dari Balai dan/atau Lembaga Sertifikasi; dan sertifikat kesehatan
(certificate of phytosanitary) dari Badan Karantina Tumbuhan apabila
dibutuhkan pihak pemohon.

3.

Mentaati semua peraturan perundang-undangan yang berlaku tentang
pengeluaran benih dan/atau bibit tanaman hutan dari wilayah Republik
Indonesia.

4.

Memberikan laporan pengeluaran benih kepada Direktur Jenderal RLPS
Cq. Direktur Perbenihan Tanaman Hutan.

: Izin dimaksud dictum KESATU diberikan untuk jangka waktu 6 (enam)
bulan terhitung sejak ditanda tangani Keputusan ini dan selama jangka
waktu tersebut pemegang izin harus telah selesai mengeluarkan seluruh
benih yang diizinkan dari wilayah Negara Republik Indonesia.

KEEMPAT : Izin diberikan untuk 1 (satu) kali pengiriman.

14

KELIMA

: Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal
DIREKTUR JENDERAL,

………………………………
Salinan Surat Keputusan ini disampaikan kepada Yth.
1. Menteri Kehutanan di Jakarta
2. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan
3. Kepala Pusat Karantina Tumbuhan.
4. Kepala Pelabuhan/Bandara……………………………………
Ket ; *) Coret yang tidak perlu

15

STANDAR OPERASI ONAL PROSEDUR ( SOP)
TENTANG PEMASUKAN DAN PENGELUARAN
BENI H DAN BI BI T TANAMAN HUTAN

I.

Dasar Hukum
a. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budi Daya Tanaman
b. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1995 tentang Perbenihan Tanaman
c. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.10/ Menhut-I I / 2007 tentang Perbenihan
Tanaman Hutan
d. Peraturan Direktur Jenderal Rehabiliasi Lahan dan Perhutanan Sosial Nomor
P.08/ V-PTH/ 2007 tentang Pedoman Pemasukan dan Pengeluaran Benih
dan/ atau Bibit Tanaman Hutan

I I . Uraian Kegiatan
A. Urutan
1. Pemohon mengajukan permohonan izin pemasukan dan pengeluaran benih
dan/ atau bibit tanaman hutan kepada Direktur Jenderal …. 1 hari
2. Direktur Jenderal memberikan jawaban menerima atau menolak pemasukan
dan pengeluaran benih dan/ atau bibit tanaman hutan. …… 15 hari

B. Unit Kerja Petugas Terkait
1. Pemilik bibit
2. Direktorat Jenderal RLPS

C. Waktu Penyelesaian ……… 16 hari

16

SKEMA PROSEDUR
PEMASUKAN DAN PENGELUARAN
BENI H DAN BI BI T TANAMAN HUTAN

Pemohon izin
pemasukan dan
pengeluaran

Direktorat Jenderal
RLPS

17

SKEMA PROSEDUR PERI JI NAN PEMASUKAN DAN PENGELUARAN BENI H DAN/ ATAU BI BI T TANAMAN HUTAN
Unit Penyelesaian
No

Tahap Kegiatan

Pemohon

Subdit

DPTH

Sekditjen
RLPS

Dirjen
RLPS

Waktu (Hari)

1

Penerimaan Surat Permohonan ijin

1

2

Penerimaan Disposisi Surat Permohonan
ijin

2

3

Penelaahan dan pembuatan konsep surat
penerimaan, penundaan dan penolakan
permohonan ijin

4

Konsep surat diperiksa dan diparaf

5

Penandatanganan surat penundaan,
penolakan atau perijinan ekspor/ impor
benih/ bibit oleh Dirjen RLPS

6

Pendistribusian surat

7

Pengarsipan/ File

8

2

2

1

Jumlah

Keterangan :

16

: Operation yaitu proses kegiatan penyusunan konsep surat dinas
: I nspektion yaitu konsep surat dinas telah diperiksa baik kualitas maupun kuantitasnya
: Storage yaitu kegiatan penyimpanan / pengarsipan

: Transportation yaitu arus surat dinas

18