PENGARUH SIMPANAN AKAD WADI’AH YAD ADH-DHAMANAH TERHADAP PENINGKATAN KEUNTUNGAN DI KJKS MAWAR KARANGGENENG LAMONGAN PERIODE 2011-2013.

(1)

PENGARUH SIMPANAN AKAD

WADI’AH YAD

ADH-DHAMANAH

TERHADAP PENINGKATAN KEUNTUNGAN DI

KJKS MAWAR KARANGGENENG LAMONGAN PERIODE

2011-2013

SKRIPSI

OLEH

AIZZATUL MAGHFIROH

NIM : C94211181

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

PRODI EKONOMI SYARIAH

SURABAYA


(2)

PENGARUH SIMPANAN AKAD

WADI’AH YAD

ADH-DHAMANAH

TERHADAP PENINGKATAN KEUNTUNGAN DI

KJKS MAWAR KARANGGENENG LAMONGAN PERIODE

2011-2013

SKRIPSI Diajukan Kepada

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu

Ilmu Ekonomi dan Bisnis Islam

Oleh:

Aizzatul Maghfiroh NIM. C94211181

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam

Program Studi Ekonomi Syariah

SURABAYA


(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

Skripsi ini menggunakan penelitian pendekatan empiris kuantitatif dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan kepada KJKS Mawar mengenai apakah penggunaan simpanan akad wadi’ah yad adh-dhamanah berpengaruh terhadap peningkatan keuntungan dan seberapa besar pengaruh simpanan akad wadi’ah yad adh-dhamanah terhadap peningkatan keuntungan.

Dalam membuktikan dan menganalisis hal tersebut, maka digunakan analisis regresi linier sederhana dengan uji t. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 36 (tiga puluh enam) bulan, teknik pengumpulan data dengan dokumentasi dan wawancara pada pegawai. Pengujian analisis data menggunakan uji regresi linier sederhana, koefisisen detreminasi, uji t dan uji asumsi klasik.

Wadi’ah Yad adh-Dhamanahmerupakan jenis titipan di mana sipenerima titipan dapat memanfaatkan barang titipan tersebut dengan seizin pemiliknya dan menjamin untuk mengembalikan titipan tersebut secara utuh setiap saat si pemilik menghendakinya. Keadaan penggunaan simpanan akad wadi’ah yad adh-dhamanah yang terus mengalarni peningkatan berpengaruh terhadap peningkatan keuntungan pada KJKS.Secara umum keuntungan dapat diperoleh dari seluruh penghasilan dikurangi dengan biaya.

Hasil pengujian koefisien regresi sederhana Y = -5284.795 + 0,085X,yang artinya; (a) = -5284.795 artinya apabila X= 0 atau tidak ada simpanan akad wadi’ah yad adh-dhamanah, maka keuntungan KJKS Mawar (Y) sebesar negatif 5284.795. (b) = koefisen regresi hasil menunjukkan sebesar 0,085 menyatakan bahwa setiap adanya peningkatan simpanan akad wadi’ah yad adh-dhamanah naik sebesar satu satuan, maka akan meningkatkan keuntungan KJKS Mawar sebesar 0,085. Maka hasil tersebut menunjukkan bahwa simpanan akad wadi’ah yad adh-dhamanah memiliki pengaruh terhadap peningkatan keuntungan KJKS Mawar.Pada pengujian koefisien

determinasinya diperoleh (r2/R Square) sebesar 81,6% artinya keuntungan KJKS

Mawar dapat dijelaskan oleh akad wadi’ah yad adh-dhamanahsebesar 81,6%.

Kemudian koefisien korelasi diperoleh hasil sebesar 0,903. Artinya jumlah simpanan

akad wadi’ah yad adh-dhamanahmempunyai korelasiyang positif dan kuat terhadap

peningkatan keuntungan.Bagi para peneliti yang tertarik mengangkat simpanan akad wadi’ah yad adh-dhamanah disarankan agar menambahkan faktor-faktor kualitatif seperti faktor apa saja yang menyebabkan kontribusi kegiatan simpanan akad wadi’ah yad adh-dhamanahterhadap peningkatan keuntungan KJKS.


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN ... iv

MOTTO ... v

ABSTRAK ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR TRANSLITRASI ... xv

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian... 8

D. Kegunaan Hasil Penelitian ... 9

1. Secara Teoritis (Keilmuan) ... 9

2. Secara Praktis ... 10

BAB II :KAJIAN PUSTAKA ... 11


(8)

1. Tentang Koperasi Jasa Keuangan Syariah ... 11

2. Tentang Wadi’ah Yad adh-Dhamanah ... 16

3. Tentang Keuntungan ... 34

B.Penelitian Terdahulu yang Relevan... 40

C. Kerangka Konseptual ... 44

D. Hipotesis ... 46

BAB III : METODE PENELITIAN ... 48

A. Jenis Penelitian ... 48

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 48

C. Variabel Penelitian ... 49

D. Populasi dan Sampel ... 50

E. Definisi Operasional ... 51

1. Simpanan wadi’ah yad adh-dhamanah ... 51

2. Peningkatan Keuntungan ... 52

F. Data dan Sumber Data ... 53

1. Data ... 53

2. Sumber Data ... 53

G. Teknik Pengumpulan Data ... 55

H. Teknik Analisis Data ... 56

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 60

A. Deskripsi Umum Objek Penelitian ... 60

1. Lokasi penelitian ... 60

2. Objek penelitian ... 60


(9)

B. Analisis data ... 78

1. Analisis regresi linier sederhana ... 85

2. Koefisien determinasi ... 87

3. Uji T statistik ... 89

4. Uji normalitas ... 90

BAB V PEMBAHASAN ... 93

A. Pengaruh penggunaan simpanan akad wadi’ah yad adh-dhamanah terhadap peningkatan keuntungan ... 93

B. Seberapa besar pengaruh simpanan akad wadi’ah yad adh-dhamanah terhadap peningkatan keuntungan. ... 95

BAB VI PENUTUP ... 97

A. Simpulan ... 97

B. Saran ... 98

DAFTAR PUSTAKA


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Peningkatan Keuntungan ... 7

2.1 Perbedaan Antara Jasa Giro dan Bonus ... 32

2.2 Penelitian Terdahulu ... 43

4.1 Bagan Struktur Organisasi KJKS Mawar ... 64

4.2 Keterangan Bagan Organisasi ... 64

4.3 Simpanan Akad Wadi’ah Yad adh-Dhamanah ... 82

4.4 Akumulasi Perubahan Simpanan Akad Wadiah Yad adh-Dhamanah ... 83

4.5 Peningkatan Keuntungan ... 84

4.6 Akumulasi Perubahan Peningkatan Keuntungan ... 84

4.7 Hasil Regresi Linier Sederhana ... 86

4.8 Model Summary Hasil Koefisien Determinasi ... 87

4.9 Correlations Hasil Koefisien Korelasi ... 88


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Skema wadi’ah yad adh-amanah ... 29

2.2 Skema wadi’ah yad adh-dhamanah ... 30

2.3 Hubungan Variabel ... 45

3.1 Skema Variabel Penelitian ... 50

4.1 Skema Simpanan Wadi’ah Yad adh-Dhamanah ... 78


(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sistem keuangan merupakan tatanan perekonomian dalam suatu

negara yang berperan dan melakukan aktifitas dalam berbagai jasa

keuangan yang diselenggarakan oleh lembaga keuangan. Tugas utama

sistem keuangan adalah mengalihkan dana yang tersedia (loanable funds)

dari penabung kepada pengguna dana untuk kemudian digunakan membeli

barang dan jasa-jasa di samping untuk investasi sehingga ekonomi dapat

tumbuh dan meningkatkan standart kehidupan.1 Oleh karena itu, sistem

keuangan memiliki peran yang sangat prinsipil dalam perekonomian dan

kehidupan.

Dalam sistem keuangan konvensional, fungsi sistem keuangan

didasarkan pada tingkat suku bunga (interest rate). Selama ini telah

terbukti bahwa usaha-usaha mengatur keuangan melalui tingkat suku

bunga cenderung memperkecil permintaan uang untuk kegiatan-kegiatan

pemenuhan kebutuhan dasar dan investasi yang produktif, bahkan

sebaliknya memperbesar kebutuhan spekulatif. Hal ini akan

mengakibatkan gagalnya pencapaian tujuan pembangunan ekonomi suatu

negara, karena sistem berbasis tingkat suku bunga cenderung lebih tidak

stabil. Ketidakstabilan ini akan menyebabkan ketidakstabilan sektor

1

Dahlan Siamat, Manajemen Lembaga Keuangan edisi keempat, (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2004), 5.


(13)

2

moneter yang pada gilirannya mengakibatkan ketidakstabilan bagi

perekonomian secara keseluruhan.

Penting dipahami bahwa sistem syariah dan konvensional

memberikan dampak yang berbeda terhadap kesehatan perekonomian. Hal

ini dirasakan terutama pasca krisis ekonomi dan moneter yang terjadi di

Indonesia. Krisis ekonomi dan moneter pada kurun waktu 1997-1998

merupakan suatu pukulan yang sangat berat bagi sistem perekonomian

Indonesia. Dalam periode tersebut, banyak lembaga-lembaga keuangan,

termasuk perbankan, mengalami kesulitan keuangan. Tingginya tingkat

suku bunga telah mengakibatkan tingginya biaya modal bagi sektor usaha

yang pada akhirnya mengakibatkan merosotnya kemampuan usaha sektor

produksi. Sebagai akibatnya kualitas aset lembaga keuangan turun secara

drastis sementara lembaga keuangan diwajibkan untuk terus memberikan

imbalan kepada depositor sesuai dengan tingkat suku bunga pasar. 2

Rendahnya kemampuan daya saing usaha pada sektor produksi

telah pula menyebabkan berkurangnya peran sistem keuangan secara

umum untuk menjalankan fungsinya sebagai intermediator kegiatan

investasi. Selama periode krisis ekonomi tersebut, bank syariah masih

dapat menunjukkan kinerja yang relatif lebih baik dibandingkan dengan

lembaga perbankan konvensional. Hal ini dapat dilihat dari relatif lebih

rendahnya penyaluran pembiayaan yang bermasalah (nonperforming

loans) pada bank syariah dan tidak terjadinya negative spread dalam

2

Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah (Jakarta: Kencana Media Group 2009), 25.


(14)

3

kegiatan operasionalnya. Hal tersebut dapat dipahami mengingat tingkat

pengembalian pada bank syariah tidak mengacu pada tingkat suku bunga

(interest spread based) tetapi pada prinsip profit and loss sharing (bagi

hasil) dan pada akhirnya dapat menyediakan dana investasi dengan biaya

modal relatif lebih rendah kepada masyarakat. Bahkan, data menunjukkan

bahwa bank syariah relatif memiliki kemampuan lebih dalam menyalurkan

dana kepada sektor produksi.

Secara kelembagaan, Perbankan Syariah di Indonesia dapat

dipetakan menjadi Bank Umum Syariah, Bank Pembiayaan Rakyat

Syariah (BPRS) dan Baitul Mal Wat-Tamwil (BMT). BMT pada dasarnya

bukan lembaga perbankan murni, melainkan lembaga keuangan mikro

syariah yang menjalankan sebagian besar sistem operasional Perbankan

Syariah.3

BMT merupakan leading sektor untuk pembiayaan usaha mikro,

ini dikarenakan BMT merupakan salah satu multiplier efect dari

pertumbuhan dan perkembangan lembaga ekonomi dan keuangan bank

syariah. Lembaga ekonomi mikro ini lebih dekat dengan kalangan

masyarakat bawah.

Koperasi syariah mulai dibicarakan ketika banyak orang menyikapi

pesatnya pertumbuhan Baitul Maal Wat-Tamwil (BMT) di Indonesia.

BMT Bina Insan Kamil Jakarta yang berdiri pada tahun 1992 menjadi

inspirasi berdirinya BMT-BMT di seluruh Indonesia. BMT-BMT ini

3

Hendar, Manajemen Perusahaan Koperasi (Semarang: PT Gelora Aksara Pratama, 2010), 9.


(15)

4

ternyata memberi manfaat bagi kalangan akar rumput yakni para

pengusaha gurem di sektor informal yang tidak tersentuh oleh sektor

perbankan.

Kendati pada awalnya BMT Bina Insan Kamil Jakarta hanya

merupakan KSM Syariah (kelompok swadaya masyarakat berlandaskan

syariah) namun demikian memiliki kinerja layaknya sebuah bank.

Diklasifikasikannya BMT sebagai KSM guna menghindari jeratan hukum

sebagai bank gelap dan adanya program PHBK Bank Indonesia (pola

hubungan kerja sama antara bank-bank dengan lembaga swadaya

masyarakat).4

Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan

menyebutkan bahwa segala kegiatan dalam bentuk penghimpunan dana

masyarakat dalam bentuk tabungan dan distribusi dalam bentuk kredit

harus berbentuk bank (pasal 26). Maka berdirilah beberapa LPSM

(Lembaga Pengembangan Swadaya Masyarakat) yang memayungi KSM

BMT. LPSM tersebut antara lain : P3UK (Pengembangan Usaha Kecil)

sebagai penggagas awal, PINBUK (Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil),

dan FES (Forum Ekonomi Syariah) Dompet Dhuafa Republika.5

Berdasarkan undang-undang RI nomor 25 tahun 1992, BMT

berhak menggunakan badan hukum koperasi. Berdasarkan undang-undang

tersebut BMT pada dasarnya sama dengan koperasi simpan pinjam atau

unit simpan pinjam konvensional. Perbedaannya hanya terletak pada

4

Ibid,10

5

Ibid,11.


(16)

5

kegiatan operasional yang menggunakan prinsip syariah dan etika moral

dengan melihat kaidah halal dan haram dalam melakukan usahanya.

Berangkat dari kebijakan pengelolaan BMT yang memfokuskan

anggotanya pada sektor keuangan dalam hal penghimpunan dana dan

pendayagunaan dana tersebut, maka bentuk yang idealnya adalah koperasi

simpan pinjam syariah yang selanjutnya disebut KJKS (Koperasi Jasa

Keuangan Syariah) sebagaimana keputusan menteri koperasi RI No :

91/kep/M.KUKM/IX/2004. “tentang petunjuk pelaksanaan kegiatan usaha

Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS)”.

KJKS Mawar merupakan lembaga keuangan syariah yang

menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan dana tersebut kepada

masyarakat yang membutuhkan dengan menggunakan prinsip-prinsip

syariat Islam. KJKS ini berada di komplek yayasan lembaga Matholi’ul

Anwar, dan lembaga Matholi’ul Anwar sendiri sudah mempunyai nama

besar, sehingga KJKS ini juga tidak membutuhkan waktu lama untuk

berkembang karena masyarakat sekitar sangat antusias atas keberadaan

KJKS Mawar ini.

Dalam kegiatan operasionalnya, KJKS Mawar memiliki beberapa

produk penghimpunan dana (funding) dan penyaluran dana (lending).

Salah satu produk penghimpunan dana yang menjadi produk unggulan di

KJKS Mawar adalah produk tabungan dengan menggunakan akad wadi’ah


(17)

6

Tabungan wadi’ah adalah simpanan berdasarkan akad wadi’ah atau

investasi dana berdasarkan akad mudharabah atau akad lain yang tidak

bertentangan dengan prinsip syariah yang hanya dapat ditarik menurut

syarat dan ketentuan tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik

dengan cek, bilyet giro, dan atau alat lain yang dipersamakan dengan itu.

Ringkasnya, tabungan wadi’ah itu ; bersifat simpanan yang bisa diambil

setiap saat (on call) atau berdasarkan kesepakatan, dan tidak ada imbalan

yang disyaratkan kecuali dalam bentuk pemberian yang sukarela dari

pihak bank. Dengan demikian, tabungan wadi’ah juga dapat ditarik dengan

ATM (Automatic teller machine) kapan saja penabung mau.6

Tabungan dengan akad wadi’ah ini menjadi pilihan tepat bagi

masyarakat yang ingin menempatkan dananya yang bisa diambil setiap

saat selama jam kerja. Tabungan ini juga dijadikan prasyarat bagi mitra

yang ingin mengajukan pembiayaan, sehingga sistem angsurannya

langsung diambilkan dari tabungan wadi’ah yad adh-dhamanah tersebut.

Dari beberapa keunggulan tersebut, akad wadi’ah yad adh-dhamanah

menjadi jenis tabungan yang paling diminati oleh masyarakat dan secara

tidak langsung juga mempengaruhi peningkatan keuntungan di KJKS

Mawar perbulan dan setiap tahunnya. Sebagaimana data penggunaan

simpanan akad wadi’ah yad adh-dhamanah yang diperoleh dari KJKS

Mawar terus mengalami peningkatan, sehingga KJKS mendapatkan

pendapatan yang akan memberikan kontribusi keuntungan pada KJKS

6

Atang Abdul Hakim, Fiqh Perbankan Syariah (Bandung: PT Refika Aditama, 2011), 211.


(18)

7

Mawar. Kontribusi keuntungan pada KJKS Mawar dapat dibuktikan juga

oleh data laporan keuangan yang diperoleh dari KJKS Mawar yang

berjumlah 36 (tiga puluh enam) bulan yaitu mulai bulan Januari Tahun

2011 sampai dengan bulan Desember Tahun 2013, yang menunjukkan

bahwa simpanan akad wadi’ah yad adh-dhamanah terus mengalami

peningkatan setiap tahunnya. Berikut ini tabel peningkatan keuntungan di

KJKS Mawar tahun periode 2011-2013.

Tabel 1.1

Peningkatan Keuntungan

Tahun Pendapatan KJKS (Rp)

Perubahan Presentase (%)

2011 167.603.000.00 - -

2012 418.492.000.00 250.889.000.00 32% 2013 1.214.360.000.00 795.868.000.00 49.50% Jumlah 1.800.455.000.00 1.046.757.000.00 81.50%

Sumber : Laporan Keuangan KJKS Mawar

Dari data tersebut secara otomatis akan berdampak pada

peningkatan keuntungan KJKS karena dari simpanan akad wadi’ah yad

adh-dhamanah akan memperoleh pendapatan dari pemanfaatan harta

pemilik oleh si penerima titipan. Keadaan penggunaan simpanan akad

wadi’ah yad adh-dhamanah yang terus mengalarni peningkatan


(19)

8

Oleh karena itu, berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti

tertarik untuk meneliti jenis akad wadi’ah yad adh-dhamanah yang

merupakan salah satu unsur yang dapat mempengaruhi peningkatan

keuntungan KJKS Mawar dengan mengangkat judul “Pengaruh Simpanan

AkadWadi’ah Yad Adh-Dhamanah Terhadap Peningkatan Keuntungan Di

KJKS Mawar Karanggeneng Lamongan Periode 2011-2013.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka permasalahan yang dapat

dirumuskan dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah penggunaan simpanan akad wadi’ah yad adh-dhamanah

berpengaruh terhadap peningkatan keuntungan di KJKS Mawar Desa

Simo Sungelebak, Kecamatan Karanggeneng, Kabupaten Lamongan

periode 2011-2013?

2. Seberapa besar pengaruh simpanan akad wadi’ah yad adh-dhamanah

terhadap peningkatan keuntungan di KJKS Mawar Desa Simo

Sungelebak, Kecamatan Karanggeneng, Kabupaten Lamongan periode

2011-2013?

C. Tujuan Penelitian

Adapun penelitian ini memiliki tujuan yang ingin dicapai

sebagaimana berikut:

1. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan simpanan akad wadi’ah yad


(20)

9

Desa Simo Sungelebak, Kecamatan Karanggeneng, Kabupaten

Lamongan periode 2011-2013.

2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh simpanan akad wadi’ah

yad adh-dhamanah terhadap peningkatan keuntungan di KJKS Mawar

Desa Simo Sungelebak, Kecamatan Karanggeneng, Kabupaten

Lamongan periode 2011-2013.

D. Kegunaan Hasil Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat

dan kegunaan terhadap dua aspek berikut ini:

1. Aspek teoritis (keilmuan)

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi:

a. Bagi peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

wawasan pengetahuan mengenai simpanan wadi’ah yad

adh-dhamanah di Koperasi Jasa Keuangan Syariah.

b. Bagi Lembaga Keuangan Syariah

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat menjadi

bahan masukan atau sebagai bahan perbandingan khususnya

manajer keuangan dalam merencanakan dan mengendalikan

kinerja keuangan agar lebih efektif, sehingga lembaga dapat


(21)

10

c. Bagi pembaca

Untuk menambah pengetahuan dan sebagai referensi bagi

pihak lain untuk melakukan penelitian ataupun menyelesaikan

permasalahan yang berhubungan dengan penelitian ini.

2. Aspek praktis

Sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan, guna

meningkatkan kinerja Koperasi Jasa Keuangan Syariah, serta sebagai

bahan koreksi untuk pihak Koperasi Jasa Keuangan Syariah agar lebih

dalam memperhatikan ketentuan prinsip syariah pada setiap


(22)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Koperasi Jasa Keuangan Syariah

a. Pengertian Koperasi Jasa Keuangan Syariah

Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah adalah usaha ekonomi

yang terorganisir secara mantap, demokratis, otonom pertisipatif,

dan berwatak sosial yang operasionalnya menggunakan

prinsip-prinsip yang mengusung etika moral dengan memperhatikan halal

atau haramnya sebuah usaha yang dijalankannya sebagaimana

diajarkan dalam agama Islam.1

Sama halnya dengan koperasi secara umum, koperasi

syari’ah juga memiliki pengertian yang sama yang kegiatan

usahanya bergerak di bidang pembiayaan, investasi, dan simpanan

sesuai pola bagi hasil (syariah), atau lebih dikenal dengan Koperasi

Jasa Keuangan Syariah. Oleh karena itu secara garis besar koperasi

syari’ah memiliki aturan yang sama dengan koperasi umum,

namun yang membedakannya adalah produk-produk yang ada di

koperasi umum di ganti dan disesuaikan nama dan sistemnya

dengan tuntunan dan ajaran agama Islam. Sebagai contoh produk

jual beli dalam koperasi umum diganti namanya dengan istilah

1

Nur S. Buchori, Koperasi Syariah (Jakarta : Pustaka Aufa Media, 2012), 4.


(23)

12

murabahah, produk simpan pinjam dalam koperasi umum diganti

namanya dengan mudharabah. Tidak hanya perubahan nama,

sistem operasional yang digunakan juga berubah, dari sistem

konvensional ke sistem syari’ah yang sesuai dengan aturan Islam.

Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah secara teknis bisa

dibilang sebagai koperasi yang prinsip kegiatan, tujuan dan

kegiatan usahanya berdasarkan pada syari’ah Islam yaitu Alquran

dan as-Sunah. Pengertian umum dari KJKS adalah badan usaha

koperasi yang menjalankan usahanya dengan prinsip-prinsip

syari’ah. Apabila koperasi memiliki unit usaha produktif simpan

pinjam, maka seluruh produk dan operasionalnya harus mengacu

kepada fatwa Dewan Syari’ah Nasional (DSN) Majelis Ulama

Indonesia. Berdasarkan hal tersebut, maka KJKS tidak

diperkenankan berusaha dalam bidang-bidang yang didalamnya

terdapat unsur riba, maysir, dan gharar.

Koperasi syariah sangat strategis dalam mengembangkan

sumber daya dan mendistribusikannya secara adil, karena

mengeluarkan harta (asset) untuk diputar, diusahakan, dan

diinvestasikan secara halal adalah kewajiban syariah. Uang dan

harta bukan untuk ditimbun. Aset yang menganggur (idle) sama

dengan tidak mensyukuri nikmat yang diberikan. Sebagaimana


(24)

13

...









... dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya

Allah amat berat siksa-Nya. (Q.S. Al-Maidah:2)2

b. Landasan Dasar Koperasi Syariah

Landasan dasar Koperasi Syariah sebagaimana lembaga

ekonomi Islam lainnya yakni mengacu pada sistem ekonomi Islam

itu sendiri.

Ada tiga Landasan koperasi syari’ah yaitu:3

1) Koperasi syari’ah berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang

Dasar 1945.

2) Koperasi syari’ah berazaskan kekeluargaan.

3) Koperasi syari’ah berlandaskan syari’ah Islam yaitu Alquran

dan as-Sunah dengan saling tolong menolong dan saling

menguatkan.

c. Prinsip Dasar Koperasi Syariah

Ada dua prinsip dasar pada koperasi syari’ah, yaitu:4

1) Koperasi syari’ah menegakkan prinsip-prinsip ekonomi Islam,

sebagai berikut:

2

Departemen Agama RI, Mushaf Al-Qur’an, (Jakarta: CV. Pustaka Al-Kautsar, 2010)

3

Nur S. Buchori, Koperasi Syariah (Jakarta : Pustaka Aufa Media, 2012), 8.

4

Ibid, 9.


(25)

14

a) Kekayaan adalah amanah Allah Swt yang tidak dapat

dimiliki oleh siapapun secara mutlak.

b) Manusia diberi kebebasan dalam mu’amalah selama tidak

melanggar ketentuan syari’ah.

c) Manusia merupakan wakil Allah dan pemakmur di bumi.

d) Menjunjung tinggi keadilan serta menolak setiap bentuk

ribawi dan pemusatan sumber dana ekonomi pada segelintir

orang atau sekelompok orang saja.

2) Koperasi syariah dalam melaksanakan kegiatannya berdasarkan

pada prinsip-prinsip syariah Islam sebagai berikut:

a) Keanggaotaan bersifat sukarela dan terbuka.

b) Keputusan ditetapkan secara musyawarah dan dilaksanakan

secara konsisten dan konsekuen.

c) Pengelolaan dilakukan secara transparan dan profesional.

d) Pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil, sesuai

dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota.

e) Pemberian balas jasa modal dilakukan secara terbatas dan

profesional menurut system bagi hasil.

f) Jujur, amanah, dan mandiri.

g) Mengembangkan sumber daya manusia, sumber daya daya

ekonomi dan sumber daya informasi secara optimal.

h) Menjalin dan menguatkan kerjasama diantara anggota,


(26)

15

d. Tujuan Koperasi Syariah

Tujuan koperasi syariah adalah sebagai berikut:5

a. Mensejahterahkan ekonomi anggotanya sesuai norma dan

moral Islam.

b. Menciptakan persaudaraan dan keadilan sesama anggota.

c. Pendistribusian pendapatan dan kekayaan yang merata sesama

anggota berdasarkan kontribusinya.

d. Kebebasan pribadi dalam kemaslahatan sosial yang didasarkan

pada pengertian bahwa manusia diciptakan hanya untuk

tunduk kepada Allah Swt.

e. Fungsi dan peran Koperasi Syariah

Fungsi dan peran dari KJKS hampir sama dengan koperasi

pada umumnya yaitu sebagai berikut:

1) Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan

anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya guna

meningkatkan kesejahteraan social ekonomi.

2) Memperkuat kualitas sumber daya insani anggota, agar

menjadi lebih amanah, professional (fathonah), konsisten, dan

konsekuen (istiqomah) di dalam menerapkan prinsip-prinsip

ekonomi Islam dan prinsip-prinsip syari’at Islam.

5

Ibid, 11.


(27)

16

3) Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan

perekonomian nasional yang merupakan usaha bersama

berdasarkan azas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.

4) Mengembangkan dan memperluas kesempatan kerja.

f. Karakteristik koperasi syariah

1) Mengakui hak milik anggota terhadap modal usaha.

2) Tidak melakukan transaksi dengan menetapkan bunga (riba).

3) Berfungsinya institusi ziswaf.

4) Mengakui motif mencari keuntungan.

5) Mengakui kebebasan berusaha.

6) Mengakui adanya hak bersama.

2. Wadi’ah Yad Adh-Dhamanah

a. Pengertian Wadi’ah Yad Adh-Dhamanah

Menurut bahasa wadi’ah ialah sesuatu yang ditempatkan

bukan pada pemiliknya supaya dijaganya (Ma Wudi’a ‘inda Ghair

Malikihi Layahfadzahu) berarti bahwa wadi’ah ialah memberikan.

Makna yang kedua wadi’ah dari segi bahasa ialah menerima,

seperti seseorang berkata, “awda’tuhu” artinya aku menerima harta

tersebut darinya (Qabiltu Minhu Dzalika al-Mal Liyakuna

Wadi’ah “Indi). Secara bahasa wadi’ah memiliki dua makna, yaitu


(28)

17

(I’tha’u al-Mal Liyahfadzahu wa fi Qabulihi).6 Secara harfiah,

wadi’ah dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu pihak ke

pihak yang lain, baik individu maupun badan hukum, yang harus

dijaga dan dikembalikan kapan saja si penitip menghendakinya.

Menurut istilah wadi’ah dijelaskan oleh para ulama sebagai

berikut:7

1) Menurut Malikiyah wadi’ah memiliki dua arti, arti yang

pertama ialah:

“ ibarah perwakilan untuk pemeliharaan harta secara mujarad”

Yang artinya “suatu perwakilan untuk pemeliharaan harta

tertentu secara tertentu” Arti yang kedua adalah:

“ ibarah pemindahan pemeliharaan sesuatu yang dimiliki secara

mujarad yang sah dipindahkan kepada penerima titipan.

Yang artinya “suatu pemindahan pemeliharaan yang dimiliki

secara tertentu yang sah untuk dipindahkan kepada penerima titipan”

2) Menurut Hanafiyah bahwa wadi’ah ialah berarti al-ida’ yaitu:

“ibarah seseorang menyempurnakan harta kepada yang lain

untuk dijaga secara jelas atau dilalah”

6

Hendi Suhendi., Fiqh Muamala, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011), 179.

7

Ibid, 180.


(29)

18

Yang artinya “suatu perwakilan dari pemilik harta untuk

menyempurnakan hartanya kepada seseorang yang lain untuk dijaga secara jelas dengan cara tertentu”

Makna yang kedua wadi’ah ialah sesuatu yang dititipkan

(al-syai’i al-maudi’) yaitu:

“ sesuatu yang ditinggalkan pada orang terpercaya supaya di

jaganya”

3) Menurut Syafi’iyah yang dimaksud dengan wadi’ah adalah:

“ akad yang dilaksanakan untuk menjaga sesuatu yang

dititipkan”

4) Menurut Hasbi ash-Shidiqie wadi’ah ialah:

“ akad yang intinya minta pertolongan kepada seseorang dalam

memelihara harta penitip”

5) Menurut Syafii Antonio adalah titipan murni dari satu pihak ke

pihak lain, baik individu maupun badan hukum yang harus

dijaga dan dikembalikan kapan saja si penitip menghendaki.8

6) Menurut Bank Indonesia adalah akad penitipan barang atau

uang antara pihak yang mempunyai barang atau uang dengan

pihak yang diberi kepercayaan dengan tujuan untuk menjaga

keselamatan, keamanan serta keutuhan barang atau uang.

Dari pengertian-pengertian tersebut, peneliti menarik

kesimpulan bahwa yang dimaksud wadi’ah adalah penitipan, yaitu

8

Syafii Antonio., Bank Syariah Dari Teori ke Praktik (Jakarta: Gema Insani, 2001), 85.


(30)

19

akad seseorang kepada yang lain dengan menitipkan suatu benda

untuk dijaganya secara layak (sebagaimana halnya kebiasaan).

Apabila ada kerusakan pada benda titipan, padahal benda tersebut

sudah dijaga sebagaimana layaknya, maka penerima titipan tidak

wajib menggantikannya, tetapi bila kerusakan itu disebabkan oleh

kelalaiannya, maka ia wajib menggantinya.

b. Jenis-Jenis Wadi’ah.

Wadi’ah terbagi menjadi dua yaitu:9

1) Wadi’ah Yad adh-Dhamanah – jenis titipan di mana si

penerima titipan dapat memanfaatkan barang titipan tersebut

dengan seizin pemiliknya dan menjamin untuk mengembalikan

titipan tersebut secara utuh setiap saat kala si pemilik

menghendakinya.

Wadi’ah jenis ini memiliki karakteristik sebagai berikut:

a) Harta dan barang yang dititipkan boleh dan dapat

dimanfaatkan oleh yang menerima titipan.

b) Karena dimanfaatkan, barang dan harta yang dititipkan

tersebut tentu dapat menghasilkan manfaat. Sekalipun

demikian, tidak ada keharusan bagi penerima titipan untuk

memberikan hasil pemanfaatan kepada si penitip.

c) Produk perbankan yang sesuai dengan akad ini yaitu giro

dan tabungan.

9

Ibid, 148-150.


(31)

20

d) Bank konvensional memberikan jasa giro sebagai imbalan

yang dihitung berdasarkan persentase yang telah

ditetapkan. Adapun pada bank syariah, pemberian bonus

(semacam jasa giro) tidak boleh disebutkan dalam kontrak

ataupun dijanjikan dalam akad, tetapi benar-benar

pemberian sepihak sebagai tanda terima kasih dari pihak

bank.

e) Jumlah pemberian bonus sepenuhnya merupakan

kewenangan manajemen bank syariah karena pada

prinsipnya dalam akad ini penekanannya adalah titipan.

f) Produk tabungan juga dapat menggunakan akad wadi’ah

karena pada prinsipnya tabungan mirip dengan giro, yaitu

simpanan yang bisa di ambil setiap saat. Perbedaannya,

tabungan tidak dapat ditarik dengan cek atau alat lain yang

dipersamakan.

2) Wadi’ah Yad Amanah – jenis titipan di mana si penerima

titipan tidak bertanggungjawab atas kehilangan dan kerusakan

yang terjadi pada barang titipan selama hal ini bukan akibat

dari kelalaian atau kecerobohan penerima titipan dalam

memelihara titipan tersebut.

Wadi’ah jenis ini memiliki karakteristik sebagai berikut:

a) Harta atau barang yang dititipkan tidak boleh


(32)

21

b) Penerima titipan hanya berfungsi sebagai penerima

amanah yang bertugas dan berkewajiban untuk menjaga

barang yang dititipkan tanpa boleh memanfaatkannya.

c) Sebagai kompensasi, penerima titipan diperkenankan

untuk membebankan biaya kepada yang menitipkan.

d) Mengingat barang atau harta yang tidak boleh

dimanfaatkan oleh penerima titipan, aplikasi perbankan

yang memungkinkan untuk jenis ini adalah jasa penitipan

atau save deposit box.

c. Dasar Hukum Wadi’ah

Wadi’ah adalah amanat bagi orang yang menerima titipan

dan ia wajib mengembalikannya pada waktu pemilik meminta

kembali,10 firman Allah Swt dalam surat Al-Baqarah ayat 283

sebagai berikut :

...               ...

... jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, Maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya ... (Q.S.

Al-Baqarah:283)11

Orang yang menerima barang titipan tidak berkewajiban

menjamin, kecuali bila ia tidak melakukan kerja dengan

sebagaimana mestiya atau melakukan jinayah terhadap barang

10

Ibid, 182.

11

Departemen Agama RI, Mushaf Al-Qur’an, (Jakarta: CV. Pustaka Al-Kautsar, 2010)


(33)

22

titipan. Berdasarkan sabda nabi yang diriwayatkan oleh Imam Dar

al-Quthni dan riwayat Arar bin Syu’aib dari bapaknya, dari

kakeknya bahwa Nabi saw bersabda:

ْﻦَ

ﺪ ا اور) ِ ََ َنﺎََ َ َﻓ ًﺔَْـِدَو َعَدْوَأ

ﻄرا

(

“Siapa saja yang dititipi, ia tidak berkewajiban menjamin”

(Riwayat Daruquthni). 12

ﻬ ﺒ ا اور)

(

ٍﻦََﲤ ْﺆُ ﻰََ

َنﺎََ َ

“Tidak ada kewajiban menjamin untuk orang yang diberi amanat”

(Riwayat al-Baihaqi).13

d. Rukun Dan Syarat Wadi’ah

Menurut Hanafiyah rukun wadi’ah ada satu, yaitu ijab dan

qabul, sedangkan yang lainnya termasuk syarat dan tidak termasuk

rukun. Menurut Hanafiyah dalam shighat ijab dianggap sah apabila

ijab tersebut dilakukan dengan perkataan yang jelas (sharih)

maupun dengan perkataan samaran (kinayah). Hal ini berlaku juga

untuk qabul, disyaratkan bagi yang menitipkan dan yang dititipi

barang dengan mukalaf. Tidak sah apabila yang menitipkan dan

yang menerima benda titipan adalah orang gila atau anak yang

belum dewasa (shabiy). 14

12

Hendi Suhendi., Fiqh Muamalah, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011), 182.

13

Ibid, 182.

14

Ibid, 183.


(34)

23

Menurut Syafi’iyah wadi’ah memiliki 3 rukun, yaitu:

1) Barang yang dititipkan (wadi’ah), syarat barang yang dititipkan

adalah barang atau benda itu merupakan sesuatu yang dapat

dimiliki menurut syara’.

2) Orang yang menitipkan (muwaddi’) dan yang menerima titipan

(wadii’), disyaratkan bagi si penitip dan penerima titipan sudah

baligh, berakal, serta syarat-syarat lain yang sesuai dengan

syarat-syarat berwakil.

3) Shigat ijab dan qabul wadi’ah, disyaratkan pada ijab qabul ini

dimengerti oleh kedua belah pihak, baik dengan jelas maupun

samar.

e. Hukum Menerima Benda Titipan

Dijelaskan oleh Sulaiman Rasyid bahwa hukum menerima

benda-benda titipan ada empat macam, yaitu sunat, haram, wajib,

dan makruh, secara lengkap dijelaskan sebagai berikut15

1) Sunat, disunatkan menerima titipan bagi orang yang percaya

kepada dirinya bahwa dia sanggup menjaga benda-benda yang

dititipkan kepadanya.

2) Wajib, diwajibkan menerima benda-benda titipan bagi

seseorang yang percaya bahwa dirinya sanggup menerima dan

menjaga benda-benda tersebut, sementara orang lain tidak ada

15

Ibid, 184.


(35)

24

seorang pun yang dapat dipercaya untuk memelihara

benda-benda tersebut.

3) Haram, apabila seseorang tidak kuasa dan tidak sanggup

memelihara benda-benda titipan.

4) Makruh, bagi orang yang percaya kepada dirinya sendiri bahwa

dia mampu menjaga benda-benda titipan, tetapi dia kurang

yakin (ragu) pada kemampuannya, maka bagi orang seperti ini

dimakruhkan menerima benda-benda titipan sebab

dikhawatirkan dia akan berkhianat terhadap yang menitipkan

dengan cara merusak benda-benda titipan atau

menghilangkannya.

f. Rusak dan Hilangnya Benda Titipan.

Jika orang yang menerima titipan mengaku bahwa

benda-benda titipan telah rusak tanpa adanya unsur kesengajaan darinya,

maka ucapannya harus disertai dengan sumpah supaya

perkataannya itu kuat kedudukannya menurut hukum, namun Ibnu

al-Munzir berpendapat bahwa orang tersebut di atas sudah dapat

diterima ucapan-nya secara hukum tanpa dibutuhkan adanya

sumpah.

Menurut Ibnu Taimiyah apabila seseorang yang

memelihara benda-benda titipan mengaku bahwa benda-benda

titipan ada yang mencuri, sementara hartanya yang ia kelola tidak


(36)

25

tersebut wajib menggantinya. Pendapat Ibnu Taimiyah ini

berdasarkan pada atsar bahwa Umar R.A pernah meminta jaminan

dari Anas bin malik R.A ketika barang titipannya yang ada pada

Anas R.A dinyatakan hilang, sedangkan harta Anas R.A sendiri

masih ada.

Orang yang meninggal dunia dan terbukti padanya terdapat

benda-benda titipan milik orang lain, ternyata barang-barang

titipan tersebut tidak dapat ditemukan, maka ini merupakan utang

bagi yang menerima titipan dan wajib dibayar oleh para ahli

warisnya. Jika terdapat surat dengan tulisannya sendiri, yang berisi

adanya pengakuan benda-benda titipan, maka surat tersebut

dijadikan pegangan karena tulisan dianggap sama dengan

perkataan apabila tulisan tersebut ditulis oleh dirinya sendiri.

Bila seseorang menerima benda-benda titipan, sudah sangat

lama waktunya, sehingga ia tidak lagi mengetahui dimana atau

siapa pemilik benda-benda titipan tersebut dan sudah berusaha

mencarinya dengan cara yang wajar, namun tidak dapat diperoleh

keterangan yang jelas, maka benda-benda titipan tersebut dapat

digunakan untuk kepentingan agama islam, dengan mendahulukan

hal-hal yang paling penting diantara masalah-maslah yang penting.

g. Sifat Akad Wadi’ah

Dilihat dari segi sifat akad wadi’ah, para ulama fiqh sepakat


(37)

26

belah pihak yang melakukan akad. Apabila seseorang dititipi

barang oleh orang lain dan akadnya ini memenuhi rukun dan syarat

wadi’ah, maka pihak yang dititipi bertanggung jawab untuk

memelihara barang titipan tersebut. Namun demikian, apakah

tanggung jawab memelihara barang itu bersifat amanah atau

bersifat ganti rugi (adh-dhaman). Dalam kaitan dengan ini, para

ulama fiqh sepakat menyatakan bahwa status wadi’ah ditangan

orang yang dititipi bersifat amanah, bukan adh-dhaman, sehingga

seluruh kerusakan yang terjadi selama penitipan barang tidak

menjadi tanggung jawab orang yang dititipi, kecuali kerusakan itu

dilakukan dengan sengaja atau atas kelalaian orang yang dititipi.

Alasan mereka adalah dari sabda Rasulullah Saw, yang

artinya:

ا اور) َنﺎََ ﱠ ُِﳌا ِْﲑَ ِعَدْﻮَـﺘْﺴُْا ﻰََ َﺲَْ

( ﻄراﺪ ا و ﻰ ﻬ ﺒ

“ Orang yang dititipi barang, apabila tidak melakukan

pengkhianatan tidak melakukan ganti rugi” (HR. Al-Baihaqi dan

ad-Daruquthni). 16

Berdasarkan hadist-hadist ini, para ulama fiqh sepakat

menyatakan bahwa apabila dalam akad wadi’ah disyaratkan bahwa

orang yang dititipi dikenai ganti rugi atas kerusakan barang selama

dalam titipan, sekalipun kerusakan barang itu bukan atas

kesengajaan atau kelalaiannya, maka akadnya batal. Akibat lain

16

Syafii Antonio., Bank Syariah Dari Teori ke Praktik (Jakarta: Gema Insani, 2001), 147.


(38)

27

dari sifat amanah yang melekat pada akad wadi’ah adalah pihak

yang dititipi barang tidak boleh meminta upah dari barang titipan

itu.

h. Perubahan Akad Wadi’ah dari Amanah Menjadi Adh-Dhaman

Berkaitan dengan sifat akad wadi’ah sebagai akad yang

bersifat amanah, yang imbalannya hanya mengaharap ridho dari

Allah Swt, para ulama fiqh juga membahas kemungkinan

perubahan sifat akad wadi’ah dari sifat amanah menjadi sifat

adh-dhaman (ganti rugi). Para ulama fiqh mengemukakan beberapa

kemungkinan tentang hal ini, antara lain:

1) Barang itu tidak dipelihara oleh orang yang dititipi. Apabila

seseorang merusak barang itu dan orang yang dititipi tidak

berusaha mencegahnya, padahal ia mampu, maka ia dianggap

melakukan kesalahan, karena memelihara barang itu

merupakan kewajiban baginya. Atas kesalahan ini ia dikenakan

ganti rugi (adh-dhaman).17

2) Barang titipan itu dititipkan oleh pihak kedua kepada orang

lain (pihak ketiga) yang bukan keluarga dekat dan bukan pula

menjadi tanggung jawabnya. Apabila barang itu hilang atau

rusak, dalam kasus seperti ini orang yang dititipi dikenakan

ganti rugi.

17

As-Sarakhsi, “al-Mabsuth jilid XI”, (Beirut: Dar al-Fikr, 2001), 113.


(39)

28

3) Barang titipan itu dimanfaatkan oleh orang yang dititipi.

Dalam kaitan ini para ulama fiqh sepakat menyatakan bahwa

apabila orang yang dititipi barang itu menggunakan barang

titipan dan setelah ia gunakan barang itu kemudian rusak,

maka orang yang dititipi wajib membayar ganti rugi.

4) Orang yang dititipi wadi’ah mengingkari wadi’ah itu. Apabila

pemilik barang meminta kembali barang titipannya pada orang

yang ia titipi, lalu orang yang disebut terakhir itu

mengingkarinya atau ia sembunyikan, sedangkan ia mampu

untuk mengembalikannya, maka ia dikenakan ganti rugi.

i. Aplikasi Dalam Lembaga Keuangan Syariah

Bagi bank konvensional, selain modal, sumber dana lainnya

cenderung bertujuan untuk “menahan” uang. Hal ini sesuai dengan

pendekatan yang dilakukan Keynes yang mengemukakan bahwa

orang membutuhkan uang untuk tiga kegunaan: transaksi,

cadangan, dan investasi.18 Oleh karena itu, produk penghimpunan

dana pun disesuaikan dengan tiga fungsi tersebut, yaitu berupa

giro, tabungan, dan deposito.

Salah satu prinsip yang digunakan dalam bank syariah

dalam memobilisasi dana adalah dengan menggunakan prinsip

titipan. Adapun akad yang sesuai dengan prinsip itu ialah wadi’ah.

Wadi’ah merupakan titipan murni yang setiap saat dapat diambil

18

John M. Keynes, “The General Theory of Employment, Interest and Money”, (New York: Harcourt Brace, 1936), 212.


(40)

29

jika pemiliknya menghendaki. Dalam perbankan syariah, secara

umum wadi’ah terdapat dua jenis. Yaitu, Al-Wadi’ah Yad

al-Amanah dan Al-Wadi’ah Yad adh-Dhamanah.19

Gambar 2.1

Skema Al-Wadi’ah Yad al-Amanah ඹ Titip Barang

ය Bebankan Biaya Penitipan

Keterangan :

Dengan konsep Wadi’ah Yad al-Amanah, pihak yang

menerima titipan tidak boleh menggunakan dan memanfaatkan

uang atau barang yang dititipkan. Pihak penerima titipan dapat

membebankan biaya kepada penitip sebagai biaya penitipan.

19

Syafii Antonio., Bank Syariah Dari Teori ke Praktik (Jakarta: Gema Insani, 2001), 148-150.

NASABAH (Penitip)

BANK (Penyimpan)


(41)

30

Gambar 2.2

Skema Al-Wadi’ah Yad adh-Dhamanah ඹ Titip Dana

඼ Beri Bonus

යPe manf aatan

Dana

ර Bagi Hasil

Keterangan :

Dengan konsep Wadi’ah Yad adh-Dhamanah, pihak yang

menerima titipan boleh menggunakan dan memanfaatkan uang

atau barang yang dititipkan. Tentu, pihak bank dalam hal ini

mendapatkan hasil dari pengguna dana. Bank dapat memberikan

insentif kepada penitip dalam bentuk bonus.

Sebagai konsekuensi dari yad adh-dhamanah, semua

keuntungan yang dihasilkan dari dana titipan tersebut menjadi

milik bank (demikian juga ia adalah penanggung seluruh

kemungkinan kerugian). Sebagai imbalannya, si penyimpan NASABAH

(Penitip)

BANK (Penyimpan)

USERS OF FUND (Dunia Usaha)


(42)

31

mendapat jaminan keamanan terhadap hartanya, demikian juga

fasilitas-fasilitas lainnya.

Sungguhpun demikian, bank sebagai penerima titipan,

sekaligus juga pihak yang telah memanfaatkan dana tersebut, tidak

dilarang untuk memberikan semacam insentif berupa bonus dengan

catatan tidak disyaratkan sebelumnya dan jumlahnya tidak

ditetapkan dalam nominal atau persentase, tetapi betul-betul

merupakan kebijaksanaan dari manajemen bank.

Hal ini sejalan dengan sabda Rasulullah Saw, yang

diriwayatkan dari Abu Rafie bahwa Rasulullah Saw pernah

meminta seseorang untuk meminjamkannya seekor unta. Diberinya

unta kurban (berumur sekitar dua tahun). Setelah selang beberapa

waktu, Rasulullah Saw memerintahkan Abu Rafie untuk

mengembalikan unta tersebut kepada pemiliknya, tetapi Abu Rafie

kembali kepada Rasulullah Saw seraya berkata, “Ya Rasulullah,

unta yang sepadan tidak kami temukan, yang ada hanya unta yang

lebih besar dan berumur empat tahun.” Rasulullah saw berkata:

ًءﺎَ َ ْ ُ َُﺴْﺣَأ ْ َُرﺎَﺧ ﱠنا

( ﺴ اور)

“Berikanlah itu, karena sesungguhnya sebaik-baik kamu adalah

yang terbaik ketika membayar.” (HR. Muslim)20

Dari semangat hadist tersebut, jelaslah bahwa bonus sama

sekali berbeda dari bunga, baik dalam prinsip maupun sumber

20

Ibid, 147.


(43)

32

pengambilan. Dalam praktiknya, nilai nominalnya mungkin akan

lebih kecil, sama, atau lebih besar dari nilai suku bunga.

Dalam dunia perbankan modern yang penuh dengan

kompetisi, insentif semacam ini dapat dijadikan sebagai banking

policy (kebijakan perbankan) dalam upaya merangsang semangat

masyarakat dalam menabung. Hal ini karena semakin besar nilai

keuntungan yang diberikan kepada penabung dalam bentuk bonus,

semakin efisien pula pemanfaatan dana tersebut dalam investasi

yang produktif dan menguntungkan.

Adapun perbedaan antara jasa giro dan bonus atau athaya,

sebagaimana tabel dibawah ini.

Tabel 2.1

Perbedaan Antara Jasa Giro dan Bonus

NO JASA GIRO BONUS (ATHAYA)

1. Diperjanjikan Tidak diperjanjikan

2. Disebutkan dalam akad Benar-benar merupakan budi

baik bank

3. Ditentukan dalam persentase

yang tetap

Ditentukan sesuai dengan keuntungan riil bank

j. Fatwa Dewan Syariah Nasional Terkait Wadi’ah.

Sesuai dengan Fatwa Dewan Syari’ah Nasional (DSN) No:

01/DSN-MUI/IV/2000, menyatakan bahwa ketentuan umum

tabungan berdasarkan wadi’ah ialah:21

1) Bersifat simpanan.

21

Fatwa DSN. No.02/DSN-MUI/IV/ 2000 tentang Tabungan.


(44)

33

2) Simpanan bisa diambil kapan saja (on call) atau berdasarkan

kesepakatan.

3) Tidak ada imbalan yang disyaratkan, kecuali dalam bentuk

pemberian (‘athiya) yang bersifat sukarela dari pihak bank.

Tetapi dewasa ini, banyak bank Islam dan lembaga

keuangan islam yang telah berhasil mengombinasikan prinsip

wadi’ah dengan prinsip mudharabah. Akibatnya pihak bank dan

lembaga keuangan islam dapat menetapkan besarnya bonus yang

diterima oleh penitip dengan menetapkan persentase. Bentuk ini

termasuk dalam katagori fungsional kedua, yaitu wadi’ah investasi.

Berdasarkan keterangan di atas, wajar saja ketika wadi’ah

dianggap sebagai produk yang sangat berpotensi untuk mendulang

keuntungan besar bagi pihak bank dan lembaga keuangan islam

pada khususnya, walaupun tidak menutup kemungkinan juga,

resiko tetap menanti. Terutama wadi’ah yang berfungsi hanya

sebagai titipan dan sering digunakan oleh produk giro dan

tabungan dengan menggunakan akad yad ad-dhamanah.

Konsekuensi dari penggunaan prinsip ini adalah ketiadaan sistem

bagi hasil dari bank dan lembaga keuangan islam untuk nasabah.

Bank berhak atas pendapatan yang diperoleh dari pemanfaatan

harta titipan tersebut dalam kegiatan kegiatan komersial dan bukan


(45)

34

3. Keuntungan

a. Pengertian Keuntungan

Dalam sebuah badan usaha seperti KJKS, laporan keuangan

merupakan suatu gambaran yang dapat memberikan informasi

penting baik tentang laju usaha yang sedang berjalan, tentang

posisi keuangan KJKS, tentang perubahan posisi keuangan ataupun

sebagai alat prediksi, seperti prediksi pembagian bagi hasil,

prediksi kelancaran usaha dengan adanya pembiayaan usaha

kepada anggota KJKS. Bagi perusahaan yang profit oriented,

keuntungan merupakan unsur yang sangat penting. Secara umum

keuntungan dapat diperoleh dari seluruh penghasilan dikurangi

dengan biaya. Besarnya keuntungan yang dicapai menjadi ukuran

sukses atau tidaknya suatu badan usaha.

Keuntungan dapat didefinisikan dengan dua cara. yang

pertama keuntungan dalam ilmu ekonomi murni didefinisikan

sebagai peningkatan kekayaan seorang investor sebagai hasil

penanam modalnya, setelah dikurangi biaya-biaya yang

berhubungan dengan penanaman modal tersebut (termasuk di

dalamnya, biaya kesempatan). Sementara itu, keuntungan dalam

akuntansi didefinisikan sebagai selisih antara harga penjualan

dengan biaya produksi. Keuntungan merupakan elemen yang

paling menjadi perhatian pemakai karena angka laba diharapkan


(46)

35

keseluruhan. 22 Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan

bahwa keuntungan adalah selisih lebih antara pendapatan dan

beban yang timbul dalam kegiatan utama atau sampingan di

perusahaan selama satu periode.

Kegiatan perusahaan sudah dapat dipastikan berorientasi

pada keuntungan, keuntungan adalah selisih lebih pendapatan atas

beban sehubungan dengan usaha untuk memperoleh pendapatan

tersebut selama periode tertentu. Dapat disimpulkan bahwa yang

dimaksud dengan keuntungan sejauh mana suatu perusahaan

memperoleh pendapatan dari kegiatan penjualan sebagai selisih

dari keseluruhan usaha yang didalam usaha itu terdapat biaya yang

dikeluarkan untuk proses penjualan selama membiayai seluruh

kegiatan yang berlangsung secara terus menerus.23 Umumnya

perusahaan didirikan untuk mencapai tujuan tertentu yaitu

memperoleh keuntungan yang optimal dengan pengorbanan yang

minimal untuk mencapai hal tertentu perlu adanya perencanaan dan

pengendalian dalam setiap aktivitas usahanya agar perusahaan

dapat membiayai seluruh kegiatan yang berlangsung secara terus

menerus.24

22

Fitri Yani, “Pengertian Laba”, dalam

http://fitriyanifitriyanifitriyani.blogspot.com/2013/01 /pengertian- laba.html, (diakses Minggu, 21 September 2014 pukul 21.58).

23 Ibid., 24

Ibid.,


(47)

36

b. Unsur-unsur Keuntungan

Adapun unsur-unsur keuntungan, antara lain:25

1) Pendapatan yaitu, arus kas masuk atau penambahan nilai atas

aktiva suatu entitas atau penyelesaian suatu

kewajiban-kewajiban (kombinasi keduanya) yang berasal dari penyerahan

atau produksi barang, pemberian jasa atau aktivitas-aktivitas

lainnya yang merupakan operasi utama atau operasi inti yang

berkelanjutan dari suatu perusahaan.

2) Beban yaitu, arus kas keluar atau pemakaian nilai aktiva atau

terjadinya kewajiban (kombinasi) keduanya yang berasal dari

penyerahan atau produksi barang. Pemberian jasa atau

pelaksanaan aktivitas-aktivitas lain yang merupakan operasi

utama inti yang berkelanjutan dari suatu entitas.

3) Keuntungan yaitu, kenaikan ekuitas (aktiva bersih) dalam

kepemilikan yang berasal dari transaksi peripheral atau

insidental (menyatakan suatu yang bersifat sampingan, tidak

merupakan hal utama) pada suatu perusahaan dan dari

transaksi atau kejadian serta situasi lain yang mempengaruhi

entitas (kepemilikan) kecuali yang dihasilkan dari pendapatan

atau investasi pemilik.

4) Kerugian/rugi yaitu, penurunan ekuitas (aktiva bersih) yang

berasal dari transaksi periferal (menyatakan sesuatu yang

25

Iman Santoso, “ Akuntansi Keuangan Menengah” (Bandung: PT Refika Aditama, 2005), 90.


(48)

37

bersifat sampingan tidak merupakan hal yang utama) atau

insidental pada suatu entitas dari transaksi laba dan kejadian

serta situasi lain yang mempunyai entitas kecuali yang

dihasilkan dari beban atau distribusi kepada pemilik.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keuntungan

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi keuntungan,

sebagai berikut:26

1) Biaya

Biaya yang timbul dari perolehan atau mengolah suatu produk

akan mempengaruhi harga jual produk yang bersangkutan.

2) Harga jual

Harga jual produk akan mempengaruhi volume penjualan

produk yang bersangkutan.

3) Volume penjualan dan produksi

Besarnya volume penjualan berpengaruh terhadap produksi

tersebut, selanjutnya volume produksi akan mempengaruhi

besar kecilnya biaya produksi.

Keuntungan dalam akutansi adalah perubahan dalam equity

(net asset) dari suatu entitas selama suatu periode tertentu yang diakibatkan oleh transaksi dan kejadian atau peristiwa yang berasal

bukan dari pemilik.27 Keuntungan merupakan suatu pos dasar dan

penting dari ikhtisar keuangan yang memiliki berbagai kegunaan

26 Ibid., 27

Sofyan Syafri Harahap, Akuntansi Islam, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2001), 49.


(49)

38

dalam berbagai konteks, dimana laba sering digunakan sebagai

dasar untuk :

1) Pengenaan pajak

2) Kebijakan deviden dan penahanan laba perusahaan

3) Pedoman investasi serta pengambilan keputusan

4) Keuntungan dipandang sebagai unsur prediksi, yang membantu

memprediksi laba mendatang dan peristiwa ekonomi yang akan

datang.

Konsep dalam usaha mendefinisikan dan mengukur

keuntungan menurut tingkatan bahasa, konsep-konsep tersebut

meliputi:28

1) Konsep Keuntungan pada tingkat sintaksis (struktural)

Pada tingkat sintaksis konsep keuntungan dihubungkan dengan

konvensi (kebiasaan) dan aturannya logis serta konsisten

dengan mendasarkan pada premis dan konsep yang telah

berkembang dari praktek akuntansi yang ada. Terdapat dua

pengukuran keuntungan pada tingkat sintaksis yaitu:

pendekatan transaksi dan pendekatan aktivitas.

2) Konsep keuntungan pada tingkat semantik (interpretasi)

Pada konsep ini keuntungan ditelaah melalui hubungannya

dengan realita ekonomi. dalam usahanya memberikan makna

interpretative dari konsep laba akuntansi, para akuntan

28

Muhammad Yusuf. Soraya, “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba Perusahaan Asing dan Non Asing Di Indonesia”, JAAI, Vol 8, No.1, (t. tP., 2004).


(50)

39

seringkali merujuk pada dua konsep ekonomi. kedua konsep

ekonomi tersebut adalah konsep pemeliharaan modal dan laba

sebagai alat ukur efisiensi.

3) Konsep keuntungan pada tingkat pragmatis (perilaku)

Pada tingkat pragmatis (perilaku) konsep laba dikaitkan

dengan pengguna laporan keuangan terhadap informasi yang

tersirat dari perusahaan. Beberapa reaksi pengguna dapat

ditunjukkan dengan proses pengambilan keputusan dari

investor dan kreditor, reaksi harga surat terhadap pelaporan

keuntungan atau reaksi umpan balik dari manajemen dan

akuntan terhadap keuntungan uang yang dilaporkan.

d. Fungsi Keuntungan

Keuntungan yang tinggi adalah pertanda bahwa konsumen

menginginkan output yang lebih dari industri/perusahaan.

Keuntungan yang tinggi merupakan insentif bagi perusahaan untuk

meningkatkan outputnya dalam jangka panjang. Sebaliknya,

keuntungan yang rendah atau rugi adalah pertanda bahwa

konsumen menginginkan kurang dari produk/komoditi yang

ditangani dan metode produksinya tidak efisien.

Dengan demikian, keuntungan memberikan pertanda

krusial untuk realokasi sumber daya yang dimilki masyarakat

sebagai refleksi perubahan selera konsumen dan permintaan


(51)

40

sistem yang sempurna. Dalam badan usaha koperasi, keuntungan

(profit) bukanlah satu-satunya yang dikejar oleh manajemen,

melainkan juga aspek pelayanan (benefit oriented). Ditinjau dari

konsep koperasi, fungsi laba bagi koperasi tergantung pada besar

kecilnya partisipasi ataupun transaksi anggota dengan koperasinya.

Semakin tinggi partisipasi anggota, maka idealnya semakin tinggi

manfaat yang diterima oleh anggota.29

e. Jenis-jenis Keuntungan dalam Hubungannya dengan Perhitungan

Adapun jenis-jenis keuntungan dalam hubungannya dengan

perhitungan adalah sebagai berikut:30

1) Laba kotor yaitu perbedaan antara pendapatan bersih dengan

penjualan dengan harga pokok penjualan

2) Keuntungan dari operasi yaitu selisih antara laba kotor dengan

total beban operasi.

3) Laba bersih yaitu angka terakhir dalam perhitungan laba/rugi

dimana untuk mencari laba operasional ditambah pendapatan

lain-lain dikurangi dengan beban-beban.

B. Penelitian Terdahulu Yang Relevan

Telaah hasil penelitian yang dilakukan penulis terhadap penelitian

sebelumnya yang ada kaitannya dengan variabel yang diteliti diantaranya:

1. Penelitian Anita Mega Utami (2011) yang berjudul “ Pengaruh

Pembiayaan Mudharabah Terhadap Pendapatan BMT Bina Umat

29

Arifin Sitio dan Halomoan Tamba, Koperasi Teori dan Praktik, (Jakarta:Erlangga, 2001), 78-79.

30

Ibid, 80.


(52)

41

Sejahtera Pondok Gede” menunjukkan hasil bahwa variabel bebas

yaitu pembiayaan mudharabah yang di uji secara terpisah maupun

bersama-sama mempunyai pengaruh terhadap variabel terikatnya yaitu

pendapatan di BMT Bina Umat Sejahtera dan strategi untuk

meningkatkan pendapatan BMT yaitu BMT harus berusaha untuk

meminimalisir Non Performing Loan (NPL) atau pembiayaan

bermasalah karena akan berpengaruh pada pendapatan. Penelitian ini

membuktikan bahwa pendapatan BMT (Y) dapat dijelaskan oleh

pembiayaan mudharabah (X) sebesar 57,3% sedangkan sisanya

sebesar 42,7% dapat dijelaskan oleg faktor-faktor lain. Penelitian ini

bersifat empiris kuantitatif yang memungkinkan pencatatan hasil

penelitian berupa angka-angka. 31

2. Penelitian Sunarti (2013) yang berjudul “Analisis Produk Pembiayaan

Syariah Dalam Upaya Peningkatan Pendapatan BMT Beringharjo

Tuban” menunjukkan hasil bahwa jenis pembiayaan yang dijadikan

penelitian adalah musyarakah dan murabahah karena beroperasi sesuai

dengan prinsip bagi hasil dan jual beli. Serta BMT telah menetapkan

prosedur pembiayaan yang harus dipenuhi oleh setiap calon mitra

usaha diawali dengan pengajuan permohonan sampai informasi

persetujuan realisasi pembiayaan dan menggunakan prinsip analisis

pembiayaan 5C dan pembiayaan musyarakah memberi kontribusi

31

Anita Mega Utami, “Pengaruh Pembiayaan Mudharabah Terhadap Pendapatan BMT Bina Umat Sejahtera Pondok Gede”, (Skripsi - - Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2011), 79.


(53)

42

besar terhadap peningkatan pendapatan BMT. Metode yang digunakan

adalah kualitatif deskriptif yaitu untuk mendiskripsikan prosedur

pembiayaan serta kontribusi pembiayaan musyarakah dan murabahah

dalam peningkatan pendapatan.32

3. Penelitian Euis Mardia (2010) yang berjudul “Tinjauan Yuridis

Pelaksanaan Akad Wadi’ah Pada Perbankan Syariah Menurut Hukum

Islam Dan Peraturan Perundang-undangan” menunjukkan hasil bahwa

perbankan syariah menerapkan akad wadi’ah yad adh-dhamanah

dalam produk penghimpunan dana seperti giro wadi’ah dan jenis

tabungan. Konsep wadi’ah yang dipraktikkan bertentangan dengan

konteks wadiah yang dikenal, di dalam akad wadi’ah yad

adh-dhamanah terdaat dua akad yang bertentangan tetapi dipaksa

digunakan yaitu wadi’ah dan qardh. DPS selaku Dewan Pengawas

yang bertugas memberikan nasihat dan saran agar kegiatan bank

berjalan sesuai dengan prinsip syariah. Metode yang digunakan yaitu

metode pendekatan yuridis normatif yaitu dengan meneliti data

sekunder yang terdiri dari literatur, bahan hukum tersier serta data

primer yang diperoleh dari hasil wawancara, data di analisis secara

yuridis kualitatif. Spesifikasi penelitian ini adalah deskriptif analitis,

32

Sunarti, “Analisis Produk Pembiayaan Syariah Dalam Upaya Peningkatan Pendapatan BMT Beringharjo Tuban”, (Jurnal 2013), 82.


(54)

43

yaitu menggambarkan hukum dan praktik pelaksanaan akad wadi’ah

pada perbankan syariah.33

Penelitian yang saat ini dilakukan oleh peneliti dengan judul

“Pengaruh Simpanan Akad Wadi’ah Yad adh-Dhamanah Terhadap

Peningkatan Keuntungan Di KJKS Mawar Karanggeneng Lamongan

Periode 2011-2013” lebih menekankan pada pengaruh simpanan akad

wadi’ah yad adh-dhamanah terhadap peningkatan keuntungan. Persamaan

penelitian yang akan dilakukan penulis dengan penelitian terdahulu ialah

pada obyek variabel terikatnya yaitu peningkatan keuntungan, sedangkan

perbedaan penelitian yang akan di lakukan penulis dengan penelitian

terdahulu ialah pada obyek variabel bebasnya dan juga lokasi yang

berbeda.

Untuk mempermudah membedakan antara penelitian terdahulu

dengan penelitian yang sekarang maka digunakan tabel 2.2 di bawah ini:

Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu

Nama Judul Hasil Perbedaan Anita Mega Utami (2011) Pengaruh pembiayaan mud{harabah{ terhadap pendapatan BMT Bina Umat Sejahtera Pondok Gede

Metode kuantitatif dengan persamaan regresi linier sederhna yang didapat, Y= 2888000 +0,058X artinya, setiap ada pembiayaan mud{harabah{

naik sebesar satu satuan, maka akan meningkatkan pendapatan BMT sebesar 0,058 atau setiap penurunan jumlah pembiayaan

mud{harabah{ sebesar satu satuan, maka akan menurunkan pendapatan BMT sebesar 0,058 .

Variabel

independen yang digunakan adalah pembiayaan

mud{harabah{ dan variabel dependen yang digunakan adalah pendapatan BMT Bina Umat Sejahtera Pndok Gede.

33

Euis Mardia “Tinjauan Yuridis Pelaksanaan Akad Wadi’ah Pada Perbankan Syariah Menurut Hukum Islam Dan Peraturan Perundang-Undangan “ (Jurnal, 2010), 85.


(55)

44

dan Pengaruh pembiayaan

mud{harabah{ terhadap Pendapatan BMT sebesar 57,3% sedangkan sisannya sebesar 42,7 di pengaruhi oleh faktor-faktor yang lain.

Sunarti (2013) Analisis produk pembiayaan syariah dalam upaya peningkatan

pendapatan BMT Beringharjo Tuban.

Metode yang digunakan adalah kualitatif deskriptif yaitu untuk mendeskripsikan prosedur pembiayaan serta kontribusi pembiayaan musyarakah dan

murabahah dalam peningkatan pendapatan.

Jenis pembiayaan yang dijadikan penelitian adalah

musyarakah dan

murabahah karena beroperasi sesuai dengan prinsip bagi hasil dan jual beli. Pembiayaan musyarakah memberi kontribusi besar terhadap peningkatan pendapatan BMT Euis Mardia (2010) Tinjauan yuridis pelaksanaan akad wadi’ah pada perbankan syariah menurut hukum islam dan peraturan undangan

Metode yang digunakan yaitu metode pendekatan yuridis normatif yaitu dengan meneliti data sekunder yang terdiri dari literatur, bahan hukum tersier serta data primer yang diperoleh dari hasil wawancara, data di analisis secara yuridis kualitatif. Spesifikasi penelitian ini adalah deskriptif analitis, yaitu menggambarkan hukum dan praktik pelaksanaan akad

wadi’ah pada perbankan syariah.

Perbankan syariah menerapkan akad

wadi’ah yad adh-dhamanah dalam produk

penghimpunan dana seperti giro wadi’ah dan jenis tabungan. Konsep wadi’ah yang dipraktikkan

bertentangan di dalam akad

wadi’ah yad adh-dhamanah terdapat dua akad yang bertentangan tetapi dipaksa digunakan yaitu wadi’ah dan

qardh.

C. Kerangka Konseptual

Penulisan ini menjelaskan tentang pengaruh simpanan akad

wadi’ah yad adh-dhamanah terhadap peningkatan keuntungan di KJKS


(56)

45

Lamongan. Keberhasilan pengaruh ini secara konkrit (nyata) berbentuk

peningkatan keuntungan pada KJKS Mawar Desa Simo Sungelebak,

Kecamatan Karanggeneng, Kabupaten Lamongan.

Adapun hubungan antar variabelnya terdapat dalam gambar

berikut:

Gambar 2.3

Hubungan Variabel

Berdasarkan

Berdasarkan hal tersebut diatas dijelaskan bahwa penelitian ini

menggunakan dua variabel, yaitu variabel independen dan variabel

dependen. Yang mana simpanan wadi’ah yad adh-dhamanah sebagai

variabel independen (bebas). Simpanan wadi’ah yad adh-dhamanah

sebagai variabel independen (bebas) yang mempengaruhi variabel

dependen (terikat) yaitu peningkatan keuntungan, sedangkan peningkatan

keuntungan sebagai variabel dependen (terikat) yang dipengaruhi oleh

variabel independen (bebas) yaitu simpanan wadi’ah yad adh-dhamanah.

maka pada penelitian ini akan menghasilkan simpanan wadi’ah yad

adh-dhamanah mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan

keuntungan.

Wadi’ah yad adh-dhamanah

(x)

Peningkatan keuntungan (Y)


(57)

46

D. Hipotesis

Hipotesis adalah kesimpulan penelitian yang belum sempurna,

sehingga perlu disempurnakan dengan membuktikan kebenaran hipotesis

itu melalui penelitian. Pembuktian itu hanya dapat dilakukan dengan

menguji hipotesis dimaksud dengan data di lapangan. Sebenarnya

hipotesis baru sekedar jawaban sementara terhadap hasil penelitian yang

akan dilakukan. Dengan hipotesis, penelitian menjadi jelas arah

pengujiannya dengan kata lain hipotesis membimbing peneliti dalam

melaksanakan penelitian di lapangan baik sebagai objek pengujian

maupun dalam pengumpulan data.34 Ada dua macam hipotesis yang dibuat

dalam suatu percobaan penelitian, yaitu hipotesis nol (H0) dan hipotesis

alternatif (H1).35 Berikut rumusan hipotesisnya yaitu:

1. H0 : β = 0 tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel simpanan akad wadi’ah yad adh-dhamanah dengan peningkatan

keuntungan KJKS Mawar Desa Simo Sungelebak, Kecamatan

Karanggeneng, Kabupaten Lamongan.

2. H1 : β = 1 terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel simpanan akad wadi’ah yad adh-dhamanah dengan peningkatan

keuntungan KJKS Mawar Desa Simo Sungelebak, Kecamatan

Karanggeneng, Kabupaten Lamongan.

3. Dalam hipotesis ini peneliti akan mengajukan hipotesis bahwa

simpanan akad wadi’ah yad adh-dhamanah mempunyai pengaruh yang 34

Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Kencana, 2005), 75.

35

Ety Rochayety, dkk, Metodologi Penelitian Bisnis dengan Aplikasi SPSS, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2009), 108.


(58)

47

signifikan terhadap peningkatan keuntungan KJKS Mawar Desa Simo


(59)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Pendekatan Penelitian ini menggunakan pendekatan empiris

kuantitatif yaitu pendekatan yang memungkinkan pencatatan hasil

penelitian dalam bentuk angka dan untuk meneliti populasi atau sampel

tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis

data bersifat statisika, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah

ditetapkan. Ruang lingkup penelitian ini menganalisis penggunaan

simpanan akad wadi’ah yad adh-dhamanah pada KJKS Mawar Desa Simo

Sungelebak, Kecamatan Karanggeneng, Kabupaten Lamongan, sehingga

pengumpulan objek penelitian ini berasal dari KJKS Mawar Desa Simo

Sungelebak, Kecamatan Karanggeneng, Kabupaten Lamongan.

B. Waktu Dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 17 November – 12 Desember

2014 di KJKS Mawar Desa Simo Sungelebak, Kecamatan Karanggeneng,

Kabupaten Lamongan, yang beralamatkan di Jln raya Simo Sungelebak

Karanggeneng Lamongan Jawa Timur. Telp (0322) 392072 - 085 745 735


(60)

49

C. Variabel Penelitian

Variabel Penelitian merupakan kegiatan menguji hipotesis, yaitu

menguji kecocokan antara teori dan fakta empiris di dunia nyata. 1

Hubungan nyata ini lazim dibaca dan dipaparkan dengan bersandar kepada

variabel. Adapun hubungan nyata lazim dibaca dengan memerhatikan data

tentang variabel itu. Variabel adalah suatu sebutan yang dapat diberi nilai

angka (kuantitatif) atau nilai mutu (kualitatif).2 Variabel merupakan

pengelompokan secara logis dari dua atau lebih atribut dari objek yang

diteliti.

Variabel dalam penelitian ini ada 2 macam yaitu variabel

independen, atau yang sering disebut variabel bebas dan variabel dependen

atau variabel terikat. Variabel independen merupakan variabel stimulus

atau variabel yang mempengaruhi variabel lain. Sedangkan variabel

dependen adalah variabel yang memberikan reaksi atau respon jika

dihubungkan dengan variabel independen.3

Dalam penelitian ini variabel independennya adalah simpanan akad

wadi’ah yad adh-dhamanah (x) sedangkan variabel dependennya adalah

peningkatan keuntungan (y).

Untuk lebih jelasnya, berikut skema variabel ditunjukkan pada

gambar 3.1 dibawah ini:

1

Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), 47.

2

Ibid, 48.

3

Ibid, 49.


(61)

50

Gambar 3.1 Skema Variabel Penelitian

Keterangan:

X = Pembiayaan akad wadi’ah yad adh-dhamanah sebagai variabel

independen (bebas) yang mempengaruhi variabel dependen (terikat) yaitu

peningkatan keuntungan KJKS (Y).

Y = Peningkatan Keuntungan KJKS , sebagai variabel dependen (terikat)

yang dipengaruhi oleh variabel independen (bebas) yaitu pembiayaan

wadi’ah yad adh-dhamanah (X).

D. Populasi Dan Sampel

Dalam metode penelitian kata populasi amat populer, digunakan

untuk menyebutkan serumpun atau sekelompok objek yang menjadi

sasaran penelitian. Oleh karenanya, populasi penelitian merupakan

keseluruhan (universum) dari objek penelitian yang dapat berupa manusia,

hewan, tumbuh-tumbuhan, udara, gejala, nilai, peristiwa, sikap hidup, dan

sebagainya, sehingga objek-objek ini dapat menjadi sumber data

penelitian.4 Populasi pada penelitian ini adalah seluruh data keuangan

dimulai dari awal adanya produk simpanan wadi’ah yad adh-dhamanah

yang di dapat dari data Laporan Neraca dan peningkatan keuntungan yang

berjumlah 64 (Enam Puluh Empat) bulan di mulai Tahun 2009 bulan Juli

4

Ibid, 147.

Simpanan Akad wadi’ah yad adh-dhamanah

X

Peningkatan Keuntungan KJKS

Y


(62)

51

smpai dengan bulan Oktober Tahun 2014 dan dari data Laporan laba Rugi

KJKS Mawar yang berjumlah 73 (Tujuh Puluh Tiga) bulan dimulai dari

Tahun 2008 bulan Maret sampai dengan bulan Oktober tahun 2014.

Pengambilan sampel (sampling) adalah proses memilih sejumlah

elemen secukupnya dari populasi, sehingga penelitian terhadap sampel dan

pemahaman tentang sifat atau karakteristiknya akan membuat kita dapat

menggeneralisasikan sifat atau karakteristik tersebut pada elemen

populasi. 5 Sampel pada penelitian ini adalah data keuangan simpanan

akad wadi’ah yad adh-dhamanah pada Laporan Laba/Rugi KJKS Mawar

yang berjumlah 32 (Tiga Puluh Dua) bulan dimulai dari Tahun 2011 bulan

januari sampai dengan Tahun 2013 bulan Desember.

E. Definisi Operasional

1. Simpanan wadi’ah yad adh-dhamanah

Yang dimaksud simpanan wadi’ah yad adh-dhamanah dalam

penelitian ini adalah simpanan atau titipan dengan menggunakan akad

wadi’ah yad adh-dhamanah dimana si penerima titipan dapat

memanfaatkan harta dengan seizin pemiliknya dan si penerima titipan

menjamin untuk mengembalikan titipan tersebut secara utuh setiap

saat kala si pemilik menghendakinya dan karena di manfaatkan harta

yang di titipkan tersebut tentu dapat menghasilkan manfaat. Adapun

pemberian bonus merupakan benar-benar pemberian sepihak sebagai

tanda terima kasih dari pihak penerima titipan. Jumlah pemberian

5

Ibid, 148.


(63)

52

bonus juga sepenuhnya merupakan kewenangan manajemen KJKS

karena pada prinsipnya dalam akad ini penekanannya adalah titipan.

Yang dimaksud harta adalah simpanan atau tabungan yang berupa

uang, dan penerima titipan adalah KJKS Mawar Desa Simo

Sungelebak, Kecamatan Karanggeneng, Kabupaten Lamongan. Data

simpanan wadi’ah yad adh-dhamanah yang digunakan diperoleh dari

data Laporan Neraca KJKS Mawar periode Januari 2011 sampai

dengan Desember 2013.

2. Peningkatan Keuntungan

Merupakan keuntungan yang diperoleh setelah laba kotor

(pengurangan pendapatan oleh beban langsung) dikurangi beban

umum dan administrasi. Keuntungan dalam penelitian ini adalah

keuntungan bulanan selama 36 bulan yang ditanamkan kembali oleh

pemilik modal untuk operasional. Peningkatan simpanan wadi’ah yad

adh-dhamanah diindikasikan akan meningkatkan keuntungan KJKS

Mawar Desa Simo Sungelebak, Kecamatan Karanggeneng, Kabupaten

Lamongan. Data keuntungan yang digunakan diperoleh dari Laporan

Laba/Rugi KJKS Mawar Desa Simo Sungelebak, Kecamatan

Karanggeneng, Kabupaten Lamongan periode Januari 2011 sampai


(64)

53

F. Data dan Sumber Data

1. Data

Data yang dikumpulkan yakni data yang perlu dihimpun untuk

menjawab pertanyaan dalam rumusan masalah. Sesuai dengan tujuan

yang telah dirumuskan maka data yang dihimpun dalam penelitian

adalah data mengenai Company Profile dan data nasabah yang

menggunakan akad wadi’ah yad adh-dhamanah serta data Laporan

Neraca dan data peningkatan keuntungan pada Laporan Laba/Rugi.

2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah subjek dari mana data

dapat diperoleh. Sumber data penelitian merupakan faktor penting

yang menjadi pertimbangan dalam penentuan metode pengumpulan

data. Sumber data penelitian terdiri atas: sumber data primer dan

sumber data sekunder.

Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah:

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari

sumber data pertama di lokasi penelitian atau obyek penelitian.6

Data primer dalam penelitian ini diperoleh langsung dari

wawancara seputar penggunaan akad wadi’ah yad adh-dhamanah

dan peningkatan keuntungan dengan manajer atau staf dari KJKS

6

Iqbal Hasan., Analisis Data Penelitian dengan Statistik (Jakarta: PT Bumi Aksara 2004), 19.


(1)

96

peningkatan keuntungan KJKS Mawar. Peningkatan keuntungan yang

ada di KJKS Mawar tidak hanya dipengaruhi oleh simpanan akad

wadi’ah yad adh-dhamanah, tetapi juga dipengaruhi oleh produk jasa

lain pada KJKS Mawar misalnya produk pembiayaan mudharabah,

musyarakah, murabahah, bai’ bi tsaman ajil, rahn dan unit usaha rill.

Sedangkan hubungan antara simpanan akad wadi’ah yad

adh-dhamanah dengan peningkatan keuntungan KJKS Mawar dilihat dari

hasil koefisien korelasi yaitu sebesar 0,903. Nilai ini menunjukkan

hubungan antara simpanan akad wadi’ah yad adh-dhamanah dengan

peningkatan keuntungan KJKS Mawar kuat. Hasil seperti ini adalah

wajar mengingat pergerakan variabel X dan variabel Y di KJKS

Mawar bergerak seiringan dan kontribusi variabel X bagi variabel Y

nya juga signifikan. Hal ini juga menunjukkan hubungan yang searah

dari dua variabel, dimana kenaikan suatu variabel akan menyebabkan

kenaikan variabel lain dan sebaliknya.

Hasil pengolahan data untuk variabel X (simpanan akad

wadi’ah yad adh-dhamanah) pada KJKS Mawar juga menunjukkan

bahwa simpanan akad wadi’ah yad adh-dhamanah terus mengalami

peningkatan dari tahun ke tahun pada periode 2011-2013 dengan angka

peningkatan yang bervariasi. Hal ini dapat memberikan pengaruh pada

keuntungan yang diperoleh KJKS Mawar dari tahun ke tahun. Maka

dari KJKS Mawar dapat terus mengembangkan produk simpanannya

yaitu simpanan akad wadi’ah yad adh-dhamanah dan juga terus


(2)

BAB VI PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan analisa dan pembahasan serta uraian-uraian sebelumnya

mengenai pengaruh simpanan akad wadi’ah yad adh-dhamanah terhadap

peningkatan keuntungan KJKS Mawar Desa Simo Sungelebak Kecamatan

Karanggeneng Kabupaten Lamongan. Maka penulis dapat menarik

kesimpulan sebagai berikut:

1. Data print out SPSS yang sudah diolah menunjukkan bahwa kajian ini

memiliki hasil dari regresi linier sederhana Y = --5284.795 + 0,085X

yang artinya; (a) = -5284.795 artinya apabila X= 0 atau tidak ada

simpanan akad wadi’ah yad adh-dhamanah, maka keuntungan KJKS

Mawar (Y) sebesar negatif 5284.795. (b) = koefisen regresi hasil

menunjukkan sebesar 0,085 menyatakan bahwa setiap adanya

peningkatan simpanan akad wadi’ah yad adh-dhamanah naik sebesar satu

satuan, maka akan meningkatkan keuntungan KJKS Mawar sebesar

0,085. Maka hasil tersebut menunjukkan bahwa simpanan akad wadi’ah

yad adh-dhamanah memiliki pengaruh terhadap peningkatan keuntungan

KJKS Mawar Desa Simo Sungelebak Kecamatan Karanggeneng

Kabupaten Lamongan.

2. Sedangkan pengaruh simpanan akad wadi’ah yad adh-dhamanah

terhadap peningkatan keuntungan KJKS Mawar Desa Simo Sungelebak


(3)

98

Kecamatan Karanggeneng Kabupaten Lamongan dari data print out SPSS

yang sudah diolah memiliki hasil koefisien determinasinya (r2/R Square)

atau koefisien penentunya sebesar 81,6% artinya keuntungan KJKS

Mawar (Y) dapat dijelaskan oleh simpanan akad wadi’ah yad

adh-dhamanah (X) sebesar 81,6%. Sedangkan sisanya sebesar 12,3% dapat

dijelaskan oleh faktor-faktor lain. Kemudian koefisien korelasi dalam

perhitungan SPSS diperoleh hasil sebesar 0,903. Ini artinya jumlah

simpanan akad wadi’ah yad adh-dhamanah (X) mempunyai korelasi

(hubungan) yang positif dan kuat. Dimana hubungan yang positif artinya,

jika simpanan akad wadi’ah yad adh-dhamanah bertambah maka

keuntungan KJKS akan naik, atau sebaliknya jika simpanan akad wadi’ah

yad adh-dhamanah berkurang maka keuntungan KJKS akan turun.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka peneliti mencoba untuk

memberikan beberapa saran dengan harapan dapat bermanfaat bagi lembaga

syariah tersebut diantaranya: atau memperbaiki

1. Bagi KJKS Mawar harus bisa mempertahankan manajemennya agar lebih

baik lagi kegiatan simpanan akad wadi’ah yad adh-dhamanah yang sudah

terlaksana dengan baik agar dapat lebih meningkatkan keuntungan KJKS

Mawar Desa Simo Sungelebak Kecamatan Karanggeneng Kabupaten


(4)

99

2. Usaha untuk memperkenalkan produk yang dihasilkan KJKS Mawar

kepada masyarakat luas, sehingga KJKS Mawar dapat menarik

calon-calon anggotanya lagi.

3. Bagi peneliti selanjutnya, agar dapat melanjutkan penelitian ini lebih baik

lagi dengan cara meneliti lebih rinci faktor-faktor kualitatif seperti faktor

apa saja yang menyebabkan kontribusi kegiatan simpanan akad wadi’ah

yad adh-dhamanah terhadap peningkatan keuntungan KJKS atau

bagaimana simpanan akad wadi’ah yad adh-dhamanah ini dapat

memberikan lebih banyak keuntungan baik bagi pihak KJKS, anggota,


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Hakim, Atang., Fiqh Perbankan Syariah., Bandung: PT Refika Aditama, 2011.

Antonio, Syafii., Bank Syariah Dari Teori ke Praktik, Jakarta: Gema Insani, 2001.

Anoraga, Pandji dan Ninik Widiyanti., Manajemen Koperasi, Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya,1995.

Anoraga, Pandji dan Ninik Widiyanti., Manajemen Koperasi Cetakan Kedua, Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya,1997.

As-Sarakhsi, “al-Mabsuth jilid XI”, Beirut: Dar al-Fikr, 2001.

Buchori, Nur S., Koperasi Syariah, Jakarta : Pustaka Aufa Media, 2012.

Bungin Burhan., Metodologi Penelitian Kuantitatif, Jakarta: Kencana, 2005.

Bungin Burhan., Metodologi Penelitian Kuantitatif ., Jakarta: Kencana, 2009.

Hasan, Iqbal., Analisis Data Penelitian dengan Statistik, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2004.

Hendar., Manajemen Perusahaan Koperasi, Semarang: PT Gelora Aksara Pratama, 2010.

Irwin, Richard D., Accounting Theory, Jakarta : Erlangga, 1982.

Irwin, Richard D., Accounting Theory 4th Edition, Eldon S. Hendriksen & Nugroho W.,“Teori Akuntansi” Jilid 1, Jakarta : Erlangga, 1982.

John Wild J, K.R. Subramanyam dan Robert F. Halsey. Analisis Laporan

Keuangan, Edisi Tujuh. Terjemahan Yanivi S. Bachtiar dan S.

Nurwahyu Harahap., Jakarta: Salemba Empat, 2003.

Keynes, John M., “The General Theory of Employment, Interest and Money”, New York: Harcourt Brace, 1936.

Kieso, Donal E., Akuntansi Intermediate- edisi 12., Jakarta : Erlangga, 2002.

Mahmud Amir & Rukmana, Bank Syariah Teori, Kebijakan, dan Studi Empiris di Indonesia, Jakarta : Erlangga, 2010.


(6)

Martha Utami, Hilmiaty., Pengaruh tingkat penjualan terhadap tingkat profitabilitas pada PT Davomas Abadi, Skripsi Ekonomi, Bandung : Perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia, 2012.

Muhid, Abdul., Analisis Statistik, Surabaya: LEMLIT IAIN Sunan Ampel Surabaya dengan CV. Duta Aksara Anggota IKAPI, 2010.

Noor, Juliansyah., Metodologi Penelitian, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011.

Rochayety, Ety dkk., Metodologi Penelitian Bisnis dengan Aplikasi SPSS, Jakarta: Mitra Wacana Media, 2009.

Rosyidi, Suherman., Pengantar Teori Ekonomi., Jakarta: Rajawali Pers, 1999.

Sekaran Uma., Research Methods for Business, Jakarta: Salemba Empat, 2006.

Siamat, Dahlan., Manajemen Lembaga Keuangan., Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2004.

Soemitra, Andri., Bank dan Lembaga Keuangan Syariah., Jakarta: Kencana Media Group 2009.

Soemarsono, Akuntansi Suatu Pengantar, Edisi Revisi,. Jakarta: PT Salemba

Empat, 2003.

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,

dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2010.

Sugiyono., Metode Penelitian Kombinasi, Bandung: Alfabeta, 2013.

Suhendi, Hendi Prof. Dr. H., Fiqh Muamalah Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011.

Sutarno, Serba-Serbi Manajemen Bisnis., Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012.

Syafri Sufyan., Teori Akuntansi., Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2002.

Suwiknyo, Dwi., Analisis Laporan Keuangan Perbankkan Syariah, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2010.

Departemen Agama RI, Mushaf Al-Qur’an, Jakarta: CV. Pustaka Al-Kautsar, 2010.