Bahasa Indonesia Laporan observasi buku

LAPORAN MEMBACA BUKU
“HOW TO MASTER YOUR HABITS”
PENULIS

FELIX Y. SIAUW

SMA NEGERI 10 SAMARINDA
Raga Adi Nurrohman
X-MIA 3
2041

Judul Buku

: How to master your Habits

Nama Pengarang

: Felix Y. Siauw

Nama Penerbit


: Khilafah Press

Tahun terbit

: 2012

Jumlah Halaman

: 160 halaman + viii

Bahasa Indonesia – Laporan Observasi Buku | Raga Adi Nurrohman X-MIA 3

1

DAFTAR ISI
COVER DALAM ......................................................................... 1
DAFTAR ISI ................................................................................. 2
KATA PENGANTAR .................................................................. 3
PENDAHULUAN ......................................................................... 5
URAIAN ........................................................................................ 6

KESIMPULAN ............................................................................. 15
PENUTUP ..................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ................................................................... 17
LAMPIRAN .................................................................................. 18

Bahasa Indonesia – Laporan Observasi Buku | Raga Adi Nurrohman X-MIA 3

2

KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur saya panjatkan kehadirat Allah swt. Atas rahmat dan
petunjuk-Nya, saya dapat menyelesaikan penulisan buku yang telah saya observasi
sebelumnya. Bisa dikatakan pula, ini adalah bagian dari resensi buku yang telah
saya baca secara keseluruhan.
Dari buku yang saya observasi ini, sekiranya saya akan membaginya ke
dalam empat bagian, yakni pendahuluan, uraian, dan kesimpulan. Pendahuluan
berisi tentang pengantar dan gambaran terhadap isi buku. Pengantar tentunya akan
sangat membantu dalam menggambarkan dan memaparkan bagian depan dari buku
tersebut, yaitu siapa pengarangnya, bagaimana karakteristik buku tersebut, kapan
dan di mana buku itu dicetak, sekaligus siapa yang mencetak buku tersebut.

Sedangkan uraian, merupakan bagian yang isinya adalah pikiran-pikiran saya
terhadap buku tersebut. Tentang isi dari buku tersebut, menggambarkan secara
ringkas tetapi mendetail, agar membuat pembaca membaca sambil
menenggelamkan diri menuju isi dari pada konteks buku yang saya observasi ini.
Lebih dihayati saat membaca, itu salah satu contohnya. Di bagian kesimpulan, saya
akan memaparkan kelebihan dan kekurangan buku yang telah saya baca dan telah
saya observasi ini, serta menelaah dan menuliskan manfaat apa saja yang di
dapatkan para pembaca dari buku ini. Dan di bagian penutup, saya akan
memaparkan ending dari buku yang telah saya baca.
Saya menyadari, bahwa ini hanyalah sebuah tulisan yang jauh dari kata
sempurna. Tetapi, dari sekian banyak kekurangan melalui tulisan saya ini, saya
berharap ada secercah kebaikan dan manfaat dari tulisan saya, yang sekiranya dapat
membantu dan menolong banyak orang. Selain itu, tentu saja kritik dan saran sangat
saya butuhkan untuk membenahi tulisan-tulisan saya kedepannya.Anda dapat
mengirim saran dan kritik dengan mengirimnya ke e-mail saya,
ragaadinurrohman@gmail.com.
Kemudian, apapun yang telah saya kerjakan saya kembalikan seluruhnya
kepada Allah swt, Tuhan seluruh alam. Saya menyandarkan segala sesuatu kepadaNya, setelah saya berusaha semaksimal mungkin untuk menulis hasil observasi saya
terhadap buku yang telah saya baca.
Saya juga mengucapkan banyak-banyak terima kasih. Yang pertama

tentunya terhadap Allah swt, yang telah melancarkan proses penulisan observasi
terhadap buku yang saya baca. Kemudian, yang kedua saya sangat berterima kasih
kepada penulis buku dari buku yang saya observasi. Pahala dan amal jariyah
menunggumu Ustadz, terimakasih telah menjadi inspirator bagi saya, walau hanya
melalui sebuah buku, itu sangat luar biasa sekali.

Bahasa Indonesia – Laporan Observasi Buku | Raga Adi Nurrohman X-MIA 3

3

Akhir kata, saya ucapkan pula terima kasih kepada Guru pembimbing saya,
yakni Pak Masrani dan kepada seluruh pembaca hasil observasi buku yang saya
tulis ini. Semoga bermanfaat bagi saya sendiri dan bagi Anda semua.
Pengobservasi buku

Bahasa Indonesia – Laporan Observasi Buku | Raga Adi Nurrohman X-MIA 3

4

PENDAHULUAN

Sebagian besar manusia di dunia ini ternyata dahulu percaya bahwasanya
keahlian itu diwariskan. Pemikiran bahwa keahlian itu diwariskan berasal dari
kalangan yang mempercayai teori evolusi. Tetapi, seiring dengan berkembangnya
teknologi, maka banyak riset-riset yang mulai meneliti tentang pemikiranpemikiran tersebut.
Sebelum saya membaca buku ini, saya pernah berpikir bahwasanya keahlian
itu ada pada diri seseorang karena ia memiliki motivasi yang kuat, rajin mengikuti
seminar-seminar serta datang dan melihat secara langsung seminar tersebut yang
sebagian besar kata-katanya dapat menghipnotis setiap penonton dan
pendengarnya, seakan menjadi lebih bergairah untuk hidup.
Namun, ternyata saya benar-benar salah. Motivasi saja ternyata tidaklah
cukup untuk membuat seseorang memiliki keahlian-keahlian.
Lalu, apakah yang membuat seseorang memiliki keahlian-keahlian itu?
Semua jawabannya saya temukan dalam buku yang ditulis oleh seorang Ustadz
muallaf ini.
Saya mendapatkan informasi bahwa motivasi hanya berpengaruh 11%-35%
dalam keahlian . Dan sisanya itu ternyata ada pada satu hal yang kita sering jalani
setiap hari secara sadar ataupun tidak sadar, yaitu pada pembiasaan, habits!

Bahasa Indonesia – Laporan Observasi Buku | Raga Adi Nurrohman X-MIA 3


5

URAIAN

 “Sayangnya, kebanyakan diantara kita berhenti hanya pada rasa
‘kagum’ dan ‘takjub’ saja. Dan rasa ‘kagum’ dan ‘takjub’ itu akhirnya
berubah menjadi pembenaran bahwa kita tidak akan bisa menjadi seperti itu,
mustahil untuk kita lakukan.....” (Hal.3)
Setiap manusia pasti kenal akan yang namanya tokoh-tokoh yang berjasa di
dunia ini. Terkhusus ummat muslim, pasti mengenal Imam Syafi’i yang sangat kuat
akalnya, indah lisannya dan fasih bacaan hapalan Al-Qur’annya sekaligus pendiri
mazhab Syafi’i. Tidak hanya beliau, masih banyak lagi contoh-contoh lainnya.
Contoh lainnya dari kalangan wanita muslim ialah, Siti Aisyah yang meriwayatkan
kurang lebih 2.210 hadits, ia adalah periwayat hadits terbanyak dari kalangan
sahabiyyah (sahabat dari kalangan wanita).
Tetapi, saat manusia mengetahuinya, pasti mereka akan berhenti hanya sampai
pada rasa takjub, heran, kagum, dan sebagainya. Karena mereka berpikir tidak akan
dapat menandinginya, atau hal tersebut adalah ‘nihil’ jika ada seseorang yang
mampu menandingi beliau-beliau dalam kutipan di atas. Akhirnya, manusiapun
berkata semua itu karena takdir Allah. Mereka selalu bilang begitu, dan akhirnya

kepercayaan bahwa diri mereka tidak mampu seperti beliau-beliau tumbuh.
Terbesit pula pertanyaan dalam pikiran mereka (manusia), mengapa ada orang yang
begitu banyak mempunyai keahlian sementara kita mungkin tidak memiliki
keahlian apapun. Itu sejatinya karena mereka terus berpikir tidak mampu
melakukan apa yang dapat dilakukan para tokoh-tokoh yang disebutkan di atas dan
orang-orang ahli yang sering mereka lihat.
 “...Keahlian bukan sesuatu yang diwariskan sebagaimana klaim si
Darwin. Namun, keahlian adalah hasil pilihan, latihan, dan pengulangan
pilihan-pilihan yang telah dibuat.” (Hal.5)

Kita mengetahui, bahwa pilihan-pilihan yang dibuat oleh manusia adalah hal
yang sangat penting bagi masa depannya. Karena apa yang ada di masa depan
merupakan hasil daripada pilihan-pilihan serta pengulangan-pengulangan yang kita
perbuat. Contoh saja, apabila kita melihat seseorang preman, maka kita sudah pasti
bisa menebaknya. Pasti semasa hidupnya, ia memilih untuk mempunya sifat yang
keras, memilih untuk tidak banyak menghabiskan hal-hal yang positif, dan memilih
untuk tidak belajar serta bekerja. Seperti itu jugalah keahlian. Kita melihat ada
orang yang ilmu matematikanya tinggi, maka itu berarti ia mempunyai pilihan
untuk giat belajar dalam pelajaran matematika dan terus mengulang-ulang
pelajarannya tersebut. Dapat kita simpulkan bahwa, bila keahlian bisa diwariskan

sebagaimana yang dikatakan Charles Darwin, tentu sekarang kita dapat melihat
monyet membudidayakan kebun pisang dan tak perlu lagi memanjat pohon.

Bahasa Indonesia – Laporan Observasi Buku | Raga Adi Nurrohman X-MIA 3

6

 “Setiap manusia akan takjub dan terpesona bila ada sesuatu yang ‘tidak
dia harapkan’, sesuatu ‘beyond expectation’ yang terjadi dalam satu hal.
Sederhananya, yang membuat perasaan takjub adalah sesuatu yang tidak
‘biasa’ terjadi.” (Hal.10)
Disini kita dapat mengambil contoh dalam atraksi sulap. Pada umumnya setiap
pesulap pasti bisa melakukan sesuatu diluar dari pada ekspektasi manusia.
Contohnya saja pesulap dapat mengeluarkan seekor kelinci dari dalam topi. Proses
memunculkan kelinci dari ‘ketiadaan’ inilah yang menjadi ‘sesuatu yang tidak
diharapkan dan tidak terpikikirkan’ oleh penonton, mereka tidak dapat
mengantisipasi, dan tidak dapat menyangkanya. Sehingga rasa takjub pun akan
muncul.
Pesulap memang melatih dirinya untuk hanya menampilkan kondisi awal dan
kondisi akhir saja, serta menghilangkan proses diantara keduanya (menghilangkan

proses diantara ketiadaan dan memunculkan) untuk membuat efek magis dan
membuat takjub audiens. Dan tentu saja, menghilangkan proses ini memerlukan
keahlian. Dan keahlian ini berasal dari latihan dan pengulangan. Latihan semacam
ini tidaklah mudah, harus melibatkan banyak waktu agar mempunyai hasil yang
lebih bagus, yakni menghilangkan proses dengan lebih cepat. Jika latihan dan
pengulangan ini melibatkan waktu yang banyak dan relatif berkesinambungan,
maka akan terjadi ‘otomatisasi’, yaitu gerakan otomatis saat pesulap akan
memunculkan sesuatu dari ketiadaan, atau dalam kata lain pesualap dapat
menghilangkan proses-proses rumit diantara keduanya yang mudah dan sudah
‘biasa’ bagi mereka, sedangkan yang demikian susah bagi kita dan sangat luar biasa
bagi kita.
 “Perbedaan antara bisa dengan tidak bisa itu sangat sederhana, yaitu
habits. Bisa karena biasa, tak bisa karena tak biasa. Sederhana.” (Hal.19)

Kita mungkin sangat takjub dengan atraksi-atraksi pesulap yang saya jelaskan
pada bahasan sebelumnya. Kita juga mungkin merasa kagum dan takjub dengan
anak berumur 9 tahun yang tidak pernah sekalipun menginjakkan kakinya ke tanah
arab, namun bisa berbicara bahasa arab sama fasihnya dengan orang Arab. Namun,
kita sering kali menganggap biasa saja orang arab yang memang terlahir di arab dan
mahir berbicara bahasa arab. Padahal, keduanya sama-sama bisa berbicara karena

satu sebab yang sama, yaitu habits!
Sehingga menguasai bahasa adalah habits, rajin dan malas pun juga habits,
kreatif juga habits, dan bahkan cara menggunakan sendok saat makan adalah habits
pula. Hingga sampai pada tingkatan-tingkatan besar seperti bersemangat dalam
berdakwah, bersemangat dalam menempuh pendidikan, dan berjuang demi
tegaknya agama ini, itu adalah hasil dari pada habits pula. Sehingga, seperti yang
sudah penulis jelaskan sebelumnya, bahwa habits adalah hasil dari pada latihan dan

Bahasa Indonesia – Laporan Observasi Buku | Raga Adi Nurrohman X-MIA 3

7

pengulangan yang bersifat kontinyu dan memerlukan waktu yang lama. Karena,
tidak ada yang instan di dunia ini.
 “Thoughts  Purposes  Actions  Habits  Personalities” (Hal.29)

Dalam membentuk kepribadian, ada lima tahapan yang akan menjadi prosesproses pembentukan kepribadian itu sendiri, yakni Thoughts yang dalam Bahasa
Indonesia artinya adalah cara berpikir atau pemikiran. Pemikiran adalah pangkal
dari pada kepribadian, karena pemikiranlah yang akan menentukan keyakinan,
kecenderungan, tujuan hidup, cara hidup, dan sampai kepada aktivitas manusia.

Cara pandang dan cara berpikir itu singkatnya adalah benar-benar sangat mirip.
Nama lainnya adalah aqidah (keyakinan). Seorang muslim contohnya, mereka akan
selalu menjadikan akhirat sebagai tujuannya karena cara pandang (aqidah) yang ia
miliki meyakini bahwa dunia bukanlah akhir kehidupan, melainkan hanya tempat
sementara.
Pemikiran menghasilkan Tujuan. Untuk mendapatkan tujuan, harus dilakukan
dengan aksi yang nyata dengan cara latihan dan pengulangan (repetisi) agar
mendapatkan habits. Kemudian, jika habits telah jadi dan tumbuh kuat di dalam diri
seseorang, habits tersebut akan menjadi kepribadian seseorang tersebut.

 “Habits adalah pelayan kita, pekerja kita. Seandainya kita telah cukup
mengajarinya, maka mereka akan melakukan hal itu secara otomatis.”
(Hal.36)
Maksud dari pada kata-kata penulis yang saya kutip di atas langsung dijelaskan
oleh sang Penulis. Penjelasannya seperti ini:
Nama saya adalah habits, dan saya selalu mendampingi anda. Saya adalah
pelayan anda yang paling rajin, atau beban anda yang paling berat. Saya akan
mendorong anda maju, atau menarik anda jatuh ke dalam jurang kegagalan.
Saya adalah pelayan bagi semua orang hebat; dan apa boleh buat, juga bagi
orang-orang gagal. Mereka yang gagal, saya yang membuat mereka gagal.
Saya punya kekuatan yang tidak bisa dibayangkan kecuali oleh orang-orang
yang layak. Sayangnya, kekuatan saya bukan hanya untuk membangun, namun bisa
juga untuk menghancurkan anda.
Saya bukan mesin, sekalipun saya bekerja dengan presisi dari sebuah mesin
ditambah kecerdasan manusia.
Anda mau mendayagunakan saya dan mendapatkan keuntungan, atau
memanfaatkan saya untuk kehancuran maka hal itu tidak ada bedanya bagi saya.
Perhatikan saya, latih saya, tegaslah terhadap saya, dan saya akan meletakkan
dunia di bawah kaki anda. Anggap enteng saya dan saya akan menghancurkan anda.
Saya sepenuhnya ada dalam kendali anda.

Bahasa Indonesia – Laporan Observasi Buku | Raga Adi Nurrohman X-MIA 3

8

Lebih dari 90% dari apa yang anda lakukan mungkin akan anda serahkan kepada
saya, dan saya akan melakukannya dengan cepat dan tepat.
Saya mudah diarahkan, anda hanya perlu tegas terhadap saya. Tunjukkan
bagaimana tepatnya anda ingin sesuatu dikerjakan, dan setelah beberapa
pengulangan saya akan melakukannya secara otomatis.
Disini kita akan mendapatkan dua hal, yang pertama yaitu Habits dapat
membangun atau menghancurkan hidup kita. Yang kedua adalah, Menghancurkan
atau membangun hidup kita, tentu saja itu tergantung dengan habits-habits yang
kita ciptakan, dan seberapa besarnya kita dapat mengendalikan habits-habits yang
kita miliki serta seberapa lama kita melatihnya.
 “Habits seperti spiral, hanya ada dua pilihan di dalamnya, bertambah
besar atau bertambah ciut” (Hal.53)

Kita
mengetahui,
bahwa
bentuk
spiral
itu
adalah
dari
kecil...kecil...kecil...sedang..sedang..lalu menjadi besar. Kira-kira kita bayangkan
bahwa bentuknya seperti gambar di bawah ini.
Kita tentu dapat membayangkan pula, bentuk spiral pasti berawal dari yang kecil
mejadi besar, sesuai gambar di atas. Dan tentu saja, spiral itu dapat kembali lagi
menjadi kecil, atau bahkan hilang. Bagaimana spiral (habits) itu bisa membesar dan
bertambah kuat, atau menciut dan hilang? Jawabannya adalah, pengulangan dan
repetisi. Apabila latihan dan repetisinya (pengulannya) berjalan secara kontinyu,
maka spiral tersebut akan menjadi besar, besar, besar, dan kemudian akan
bertambah kuat. Sebaliknya, apabila kita tidak melakukan latihan dan repetisi lagi
saat kita sudah memiliki suatu spiral yang besar, maka spiral itu akan menciut
dengan sendirinya. Kita dapat mengambil contoh, seorang binaragawan yang
senantiasa menjaga otot-ototnya agar tidak mengendur. Tahukah anda, tidak ada
manusia di dunia ini yang terlahir langsung mempunya otot yang besar dan kuat
seperti binaragawan-binaragawan itu. Bahkan, binaragawan-binaragawan tersebut
sama dengan otot-otot yang kita miliki pada awalnya. Namun, karena mereka terus
melakukan latihan dan repetisi, maka terciptalah spiral, spiral adalah habits. Terus
melakukan latihan dan pengulangan akan menambah spiral tersebut menjadi
semakin besar dan semakin besar. Sehingga, lihatlah mereka sekarang, mempunyai
otot-otot yang sangat kuat dan besar, karena sudah tercipta suatu habits
(pembiasaan) pada diri mereka yang diakibatkan oleh latihan dan repetisi
(pengulangan) yang mereka lakukan. Sekarang, saat mereka sudah mempunyai
habits, adalah kewajiban mereka untuk menjaganya. Mengapa? Karena saat habits
atau spiral tersebut tidak dijaga dengan latihan dan repetisi, maka ia akan menciut
dan hilang. Ada satu hal lagi yang harus mereka lakukan agar habits mereka tidak
menciut, yakni ‘jangan menginstal habits buruk’. Habits baik dan habits buruk
adalah sama-sama spiral, maka sudah sepatutnya, spiral yang lebih besar dan kuat
akan mengalahkan spiral yang lebih kecil. Syukur alhamdulillah apabila spiral yang

Bahasa Indonesia – Laporan Observasi Buku | Raga Adi Nurrohman X-MIA 3

9

kuat tersebut adalah habits baik, kalau spiral yang besar itu habits yang buruk?
Na’udzubillahimindzalik.

 “’What?’ memberikan kita tujuan, gairah, dan semangat untuk
mencapainya” (Hal.55)

What do you want exactly? Apa yang betul-betul kita inginkan? Ketika kita
mengetahui betul habits apa yang ingin kita bentuk, Insya Allah kita akan lebih
termotivasi dalam mencapainya. Sama seperti pemain bola, mereka bersemangat
menggiring bola kesana kemari dan bersemangat akan itu karena ada goal yang
dituju dan dia tahu di mana letak golnya. Bayangkan saja jika permainan tidak
memiliki goal sebagai tujuan, tentu mengoper dan menggiring bola kesana kemari
merupakan suatu hal yang benar-benar sangat membosankan.
Disini dapat disimpulkan, bahwa tujuan yang jelas menciptakan gerakan, karena
tujuan adalah daya tarik yang sangat kuat. Dan untuk mendapatkan tujuan tersebut,
maka harus ada pertanyaan yang muncul kepada kita, yakni “Apa yang betul-betul
kita inginkan?” atau “What do you want exactly?”.
Membentuk habits sama halnya, memerlukan kejelasan tujuan, apa yang ingin
dicapai? Semakin jelas kita menjawab pertanyaan what? Semakin besar pula daya
tarik yang dihasilkan.
Apa yang ingin kita capai? Banyak sekali. Bisa jadi, kita menginginkan ummat
Islam semakin cerdas, kuat iman dan fisiknya, dan sebagainya. Atau, kita ingin
menjadi seorang ilmuwan sekaligus pendakwah muslim untuk membebaskan
pendidikan di negeri ini dari paham sekuler menjadi pendidikan berpaham syariat,
misalnya menjadikan Al-Qur’an dan hadits di atas segala ilmu, sehingga di setiap
subbab pembelajaran terdapat ayat-ayat Allah (Al-Qur’an) dan perkataan
Rasulullah (Hadits), kemudian baru masuk ke dalam materi pelajaran. Tentu, dari
contoh tersebut, pertanyaan what? Benar-benar menarik kita untuk melakukannya.
 “Selain memiliki daya tarik yang kuat, kita perlu pula
menyempurnakannya dengan daya dorong yang tidak kalah kuatnya, dan ini
di dapat dari pertanyaan ‘why?’” (Hal.57)

Jika what tadi membuat daya tarik yang kuat, kini kita perlu
menyempurnakannya lagi dengan pertanyaan ‘why?’ agar semakin kuat lagi.
Why must I doing this? Mengapa saya mesti melakukan hal ini? Karena
seseorang yang berada dalam kondisi kritis dapat melakukan hal-hal yang tidak
dapat dibayangkannya sendiri. Lho kok bisa? Ada contohnya? Tentu saja ada
contohnya. Buktinya, pernah ada seseorang yang sangat lamban dengan postur
obesitas, yang selalu mengeluh bahwa ia tidak dapat berolahraga karena badannya
terlampau gemuk, ternyata dapat berlari dengan sangat cepat tatkala dikejar anjing.

Bahasa Indonesia – Laporan Observasi Buku | Raga Adi Nurrohman X-MIA 3

10

Sebagai catatan, penulis di sini menjelaskan di dalam bukunya bahwa semakin
ganas anjing yang mengejarnya, maka semakin cepat pula larinya (larinya orang
obesitas tersebut).
Strong why adalah alasan yang sangat kuat. Strong why adalah jawaban dari
pertanyaan ‘Mengapa kita harus melakukan hal itu?’ Bisa jadi strong why datang
dari bayangan ‘jika kita berhasil’ atau dari ‘bila kita tidak berhasil’. Seperti itulah
strong why.

 “Walaupun habits akan semakin solid seiring dengan waktu, namun bisa
kita ambil bahwa 30 hari atau 1 bulan adalah batas minimal habits dibentuk.’”
(Hal.67)
Setelah kita mempunyai motivasi untuk melakukan aktivitas secara kontinyu,
ada pertanyaan lagi selanjutnya yang harus kita pecahkan. “Berapa banyak dan
berapa lama kita harus mengulang-ulang aktivitas tersebut?”

Menurut sebagian ilmuwan dan peneliti, manusia memerlukan setidaknya 21
hari dalam melatih habits baru, sebagian berpendapat 28-30 hari, bahkan ada yang
berpendapat 40 hari. Terlepas dari hal itu, saya akan mengambil contoh berdasarkan
yang penulis contohkan di bukunya.
Kita sebagai muslim dan mukmin, tentu selalu menjalankan puasa di bulan
Ramadhan, yang wajib hukumnya. Nah, tahukah Anda, menurut para pakar, jika
kita merupakan orang yang teratur makan jam 12.00 siang, maka lambung akan
mengeluarkan zat asam lambung beberapa waktu sebelum pukul 12.00, mungkin
sekitar 30 menit sebelum pukul 12.00, sehingga kita akan merasakan lapar. Tetapi,
pada bulan Ramadhan kita tidak memenuhi respon tubuh kita yang menandakan
lapar untuk segera makan, sehingga menjadi lesu, letih, atau ketidaknyamanan
muncul pada tubuh.
Tetapi, apa yang terjadi setelah kita berpuasa selama 29 atau 30 hari? Tubuh ini
nampaknya terbiasa dengan pola makan sahur sebelum terbit fajar dan berbuka
setelah terbenam matahari. Apa yang kita rasakan pada tanggal 1 Syawal, saat
lebaran tiba kemudian kita menyantap makanan-makanan? Tentu kita tidak akan
bernafsu menyantapnya. Kalau begitu, benarlah bahwa habits pola makan baru dari
puasa terbentuk! Dan waktu minimal membentuknya adalah 29 atau 30 hari tanpa
putus, alias secara kontinyu atau konsisten!
 “Tidak perlu pula mempertimbangkan logika atau pikiran dalam
membentuk habits, karena manusia tidak selamnya logis.” (Hal.68)

Seperti yang sudah saya bahas pada subbab sebelumnya, bahwa selama kita
menyatukan ayah dan ibunya habits, latihan dan repetisi maka secara terpaksa atau
sukarela, habits akan segera lahir. Sekali lagi, terpaksa atau sukarela.

Bahasa Indonesia – Laporan Observasi Buku | Raga Adi Nurrohman X-MIA 3

11

Kita manusia tidak selamanya bertindak berdasarkan rasio akal, namun
kebanyakan karena pengkondisian dan pembiasaan. Habits.
Misalnya, kita tahu membaca buku itu lebih bermanfaat dari pada bermain game.
Tetapi, meski akal pikiran kita sudah mengetahuinya, tetap saja kita bersenang ria
di depan laptop atau playstation (PS), menghabiskan waktu berjam-jam untuk
menamatkan seri-seri dari setiap game yang dimiliki.
Sehingga dapat diketahui, bahwa pada kasus yang saya sebutkan di atas, rasio
habits membaca buku pada diri kita dikalahkan oleh habits bermain game.
 “The End is Better than Beginning.” (Hal.143)

Penulis menjelaskan, bahwa di dalam Al-Qur’an Allah pun mengkritik orangorang yang tidak visioner (visioner: orang yang melihat lebih dari pada yang biasa
orang-orang lihat; orang yang mempunyai visi lebih dari pada visi yang biasa ada
pada orang-orang) dalam banyak ayat, salah satunya adalah:

Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang
mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai. (QS. Ar-Ruum/30:7)
Ayat ini mengingatkan kita bahwa dalam urusan dunia, seringkali manusia
menjadi orang yang paling ahli. Namun, tidak sebaik itu yang mereka lakukan pada
saat berurusan dengan akhirat.
Faktanya, dapat kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Saya akan kemukakan
contoh sederhana. Saat terjadwal ada kajian agama pada hari ini, terjadi hujan dan
angin yang sangat deras. Kemudian, urunglah orang itu menuju tempat kajian. Lalu,
di saat yang bersamaan Ia mendapatkan kabar bahwa Ia akan diberi motor dari
seseorang, dan apabila tidak diambil hari ini, maka Ia akan batal untuk diberi motor
oleh orang tersebut. Kemudian, Ia pun segera menerobos hujan dan derasnya angin,
demi mendapatkan motor tersebut. Sementara dengan kajian agamanya? Ia lupakan
begitu saja, demi kesenangan sesaat di depan mata, Na’udzubillah.
Begitulah, memang banyak godaan dan untuk sebagian besar orang hal itu
memang sangat sulit untuk dihindari, kecuali bagi orang-orang visioner. Padahal,
Allah telah memberikan penjelasan tentang kenikmatan dunia dengan akhirat. Tapi,
apa yang terjadi? Kebanyakan manusia menggadaikannya dengan kesenangan
sesaat.
Tetapi tidak bagi orang visioner. Mereka melihat jauh ke depan, bukan melihat
yang ada di depan mata. Mereka tidak melihat yang biasa orang-orang lihat. Mereka
lebih mengejar yang akhir dari pada awal, mereka ingin meraih yang bathin, bukan
hanya yang lahir saja. Saat mereka (orang-orang visioner) kini melihat kaum
muslim sedang terpuruk, mereka melihat ke depan, bahwa ada salah satu bisyarah

Bahasa Indonesia – Laporan Observasi Buku | Raga Adi Nurrohman X-MIA 3

12

(janji) Rasulullah bahwa kaum muslim akan kembali bangkit, dan Ia akan berusaha
untuk merealisasikannya, karena Ia yakin Rasul-Nya tidak akan bernah berkata
dusta. Dan seperti itulah, mereka yakin akan janji Allah dan Rasul-Nya, yang tidak
bisa dilihat dengan mata ‘biasa’, namun harus dengan mata ‘visioner’ (mata
visioner: mata yang melihat dengan akal dan keimanannya). Karena mata ‘biasa’
hanya akan melihat apa yang ada di depan mata, bukan yang lebih dari itu.
Ada satu contoh lagi, yang menyatakan bahwa Rasulullah dan para sahabat
merupakan orang-orang yang visioner. Saat Rasulullah bersabda bahwa
Konstantinopel dan Roma akan dibebaskan, maka apa yang dikatakan oleh para
sahabat? Para sahabat pun mengajukan pertanyaan, bukan pertanyaan yang
‘melemahkan’, akan tetapi pertanyaan ‘penegasan’: “Ya Rasulallah, yang mana
yang akan kita taklukkan terlebih dahulu? Konstantinopel atau Roma?”, Rasul
menjawab: “Konstantiopel yang akan ditaklukkan terlebih dahulu”.
Dari pertanyaan para sahabat, mereka bertanya dengan kata awal “yang
mana....terlebih dahulu...”. Ini menandakan bahwa mereka adalah orang-orang yang
visioner. Apalagi Rasul, beliau menjawabnya dengan “.... yang akan ditaklukkan
terlebih dahulu.” Tentu saja merupakan jawaban yang sangat visioner sekali.
Tahukah anda, saat panik-paniknya kota Madinah, pernah Rasulullah bersabda
tentang diperlihatkan dirinya oleh Allah swt. tentang kunci-kunci kerajaan Syam
(Romawi), Persia, dan Yaman, orang Yahudi dan munafik tercengang, dan berkata
satu kalimat “Muhammad sudah gila!”
Begitulah memang kata-kata yang akan disematkan kepada seseorang yang
visioner; gila, sinting, edan, mengkhayal, mimpi, stres, berangan-angan, dan
sebagainya. Maka saat kita menjadi orang yang visioner, dan khususnya menjadi
pejuang Islam, maka kita harus siap menerima label semacam ini, karena RasulNya mewariskan perjuangan yang visioner.
Dan tahukan, mengapa orang Yahudi dan munafik itu berkata demikian? Karena
mereka hanya melihat yang ada di depan mata mereka, tidak lebih.
Akhir lebih baik dari pada awal. The End is Better than Beginning.

 “Yang harus diwaspadai pula dalam membentuk habits adalah godaan
syaithan.” (Hal.163)
Di dalam buku ini, penulis menjelaskan teknik-teknik yang dilakukan setan
untuk mengelabuhi manusia agar dapat membatalkan habits baik yang sedang
dibentuknya.

Yang pertama, yaitu dengan kata #mendingan yang biasanya dirangkai
dengan kata #daripada.

Bahasa Indonesia – Laporan Observasi Buku | Raga Adi Nurrohman X-MIA 3

13

Kata #mendingan ini membuat setan berharap kita membandingkan keadaan
kita dengan keadaan yang lebih buruk dari kita. Contohnya: “#mendingan aku
masih shalat 1 waktu, #daripada nggak sholat sama sekali?!”
Nah begitulah teknik setan yang pertama agar kita terlena, agar standar yang kita
tetapkan pada diri kita menurun dan akhirnya batal membentuk habits. Maksudnya
standar yang kita tentukan menurun adalah kita mencukupkan diri kita pada hal
buruk hanya karena ada yang lebih buruk dari kita.

Yang Kedua, setan juga sangat pandai dan mahir menggunakan frase #yanglain-juga-begitu. Nah, frase ini sama dengan dengan frase #mendingan
Tugasnya adalah, membuat kita merasa ‘lebih tak bersalah’ saat melakukan
sesuatu di bawah standar kebaikan, hanya karena yang lain juga ikut berbuat yang
sama. Contohnya: “Ah, nggak papa kok merokok, #yang-lain-juga-begitu kok!
Kiyai dan ulama pun ada yang merokok.” Atau “Kamu nggak ngelakuin maksiat?
#yang-lain-juga-begitu kan?”, Na’udzubillahi min dzalik

Yang Ketiga, termasuk teknik yang paling berbahaya, yakni frase #Sekali-

iniiii-saja atau #ini-yang-terakhir-deh. Contohnya: “Aku kan sudah berusaha
sekuat tenaga untuk membentuk habits membaca buku. Lagipula, hari ini aku
sangat sibuk sekali, #Sekali-iniiii-saja nggak baca buku nggak apa
kan?”.Berbahaya sekali bukan? Dapat merusak habits pula. Frase ini sangat
berbahaya karena yakinlah, saat anda berkata seperti itu untuk bermaksiat, itu bukan
maksiat terakhir Anda. Dan bahkan itu menjadi jalan-jalan untuk maksiat lainnya.
Dan saat anda berkata itu untuk tidak melanjutkan habits positif anda, alias
menjedanya, yakinlah kata-kata itu dapat menghancurkan habits positif yang baru
anda bentuk.

Bahasa Indonesia – Laporan Observasi Buku | Raga Adi Nurrohman X-MIA 3

14

KESIMPULAN

 Baik/Buruknya buku yang dibaca:

Dalam sajian baik/buruknya buku yang di baca, saya akan menuliskannya ke
dalam kekurangan dan kelebihan buku yang saya baca ini.
KELEBIHAN
-

-

Buku ditulis dengan kata-kata yang unik, yang dapat membuat saya dan para
pembaca lainnya dapat tersenyum, tertawa, ataupun serius bahkan
bersemangat dalam membaca buku ini;
Dilengkapi dengan ilustrasi yang membuat tidak bosan untuk di baca;
Diisi dengan nilai-nilai Islami yang dapat membangkitkan semangat kaum
muslim;
Penjelasan per bab jelas dan mantap.
Prolog dan Epilognya menarik

KEKURANGAN
-

Ada beberapa kata yang masih salah pengetikannya, walaupun tidak fatal;
Penjelasan terkesan singkat.

 Manfaat membaca buku ini:
Kita akan disuguhkan dengan materi-materi yang jarang kita temui di buku-buku
lainnya, sehingga menambah wawasan dan pengetahuan. Tidak hanya sebatas
pengetahuan umum, tetapi juga pengetahuan Islam yang dimuat membuat
pembacanya bisa langsung menghayati tiap-tiap kalimat yang terdapat di dalam
buku ini. Buku ini juga memberikan semangat, inspirasi, serta motivasi untuk
semua golongan agar dapat membentuk habits yang baik, yang Insya Allah dapat
digunakan di jalan Islam.

Bahasa Indonesia – Laporan Observasi Buku | Raga Adi Nurrohman X-MIA 3

15

PENUTUP
Kita sudah mengetahui bahwa keahlian bukanlah warisan atau diturunkan
sebagaimana katanya Charles Darwin, melainkan hasil dari pada habits, yang
berasal dari latihan (practice) dan pengulangan (repetition). Maka, sudah
seharusnya mulai sekarang kita membentuk habits positif yang akan bermanfaat
bagi diri sendiri khususnya dan untuk orang lain pada umumnya.
Saat membentuk habits tersebut, kita memerlukan latihan dan pengulangan yang
tidak terputus sehari pun. Seminimal mungkin adalah 30 hari dalam membentuk
dan melatihnya.
Saat membentuk habits, kita harus paham bahwa ada tiga pertanyaan yang harus
di jawab, yakni what, why, how. Ketiga pertanyaan tersebut berguna untuk
menentukan tujuan kita selanjutnya.
Keistiqomahan diperlukan dalam membentuk habits. Kita juga tidak boleh
mengatakan, bahkan melaksanakan tiga godaan setan yang saya sebutkan di bagian
akhir observasi. Jangan sampai secuil kalimat terebut muncul dari mulut kita.
Akhirnya, kita harus mempunyai dasar keimanan yang kuat, supaya dapat
menyiksa setan agar mereka selalu gagal menggoda kita jika kita mempunyai
keimanan dan keistiqomahan yang kuat.

Bahasa Indonesia – Laporan Observasi Buku | Raga Adi Nurrohman X-MIA 3

16

DAFTAR PUSTAKA
Siauw, Felix Y. 2012. How to master your Habits. Jakarta: Khilafah
Press

Bahasa Indonesia – Laporan Observasi Buku | Raga Adi Nurrohman X-MIA 3

17

LAMPIRAN

Bahasa Indonesia – Laporan Observasi Buku | Raga Adi Nurrohman X-MIA 3

18

Bahasa Indonesia – Laporan Observasi Buku | Raga Adi Nurrohman X-MIA 3

19