S PGSD 1205657 Chapter1
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kurikulum 2013 adalah kurikulum baru yang dirancang sebagai pengganti
kurikulum
2006
(KTSP).
Kurikulum
2013
merupakan
kurikulum
yang
mengintegrasikan kompetensi dasar dari berbagai mata pelajaran. Ruang lingkup
pembelajaran tematik meliputi semua KD dari semua mata pelajaran kecuali
agama.
Mata pelajaran yang dimaksud adalah: Bahasa Indonesia, PPKn,
Matematika, IPA, IPS, Penjasorkes dan Seni Budaya dan Prakarya.
Menurut permendikbud nomor 67 tahun 2013, Kurikulum 2013 dirancang
dengan karakteristik sebagai berikut: (1) mengembangkan keseimbangan
antara pengembangan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin tahu,
kreativitas, kerja sama dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik;
(2) sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan
pengalaman belajar terencana dimana peserta didik menerapkan apa yang
dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat
sebagai sumber belajar; (3) mengembangkan sikap, pengetahuan, dan
keterampilan serta menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan
masyarakat; (4) memberi waktu yang cukup leluasa untuk
mengembangkan berbagai sikap, pengetahuan, dan keterampilan; (5)
kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci
lebih lanjut dalam kompetensi dasar matapelajaran.
Penilaian hasil belajar peserta didik dalam kurikulum 2013 mencakup
kompetensi sikap,
pengetahuan,
dan
keterampilan
yang
dilakukan
secara
berimbang sehingga dapat digunakan untuk menentukan posisi relatif setiap
peserta didik terhadap standar yang telah ditetapkan. Cakupan penilaian merujuk
pada
ruang
lingkup
materi,
kompetensi
mata
pelajaran/kompetensi
muatan/kompetensi program, dan proses. Kurikulum 2013 menganut pandangan
dasar bahwa pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari guru ke peserta
Hana Fauziah, 2016
PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM PAIR SOLO UNTUK MENINGKATKAN
KEAKTIFAN D AN HASIL BELAJAR SISWA SD
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1
2
didik. Peserta didik adalah subjek yang memiliki kemampuan untuk secara aktif
mencari, mengolah, mengkonstruksi, dan menggunakan pengetahuan.
Berdasarkan observasi yang dilakukan terhadap siswa kelas III semester 2
di salah satu SD negeri yang terletak di Kecamatan Sukasari Kota Bandung,
peneliti melihat bahwa pembelajaran di kelas tersebut masih satu arah.
Pembelajaran yang berlangsung hanya menggunakan metode ceramah dan
kurangnya penggunaan media pembelajaran sehingga membuat siswa jenuh
ketika proses pembelajaran. Guru kurang memberikan kesempatan pada siswa
untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran, selama pembelajaran siswa hanya
mendengarkan penjelasan guru, siswa tidak diberikan kesempatan yang luas
untuk
mengkonstruksi
pengetahuannya
sendiri
karena
semua
pengetahuan
langsung diberikan oleh guru. Pembelajaran yang demikian membuat siswa
terlihat jenuh, siswa tidak memperhatikan guru karena bosan dan lebih memilih
memainkan mainan yang dibawanya, sebagian siswa berjalan-jalan di kelas,
mengobrol, mengganggu temannya, sehingga kelas menjadi ribut, dan ketika guru
bertanya terkait materi siswa yang dapat menjawab atau menyampaikan pendapat
hanya empat siswa. Kondisi tersebut tentu saja bertolak belakang dengan prinsip
kurikulum 2013 yang menekankan pembelajaran harus berpusat pada siswa, siswa
harus terlibat aktif dalam proses pembelajaran secara langsung. Berdasarkan
temuan diatas ditemukan masalah yaitu guru menggunakan metode yang kurang
tepat, kurangnya keaktifan siswa pada saat proses pembelajaran, dan kurangnya
hasil belajar. Berdasarkan daftar nilai siswa pada pembelajaran sebelumnya
sekitar 43% siswa dibawah KKM.
Setelah dianalisis, masalah-masalah tersebut saling berkaitan. Hal tersebut
disebabkan oleh penggunaan model pembelajaran yang kurang tepat sehingga
siswa kurang terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan berdampak pada
menurunnya hasil belajar siswa. Apabila model pembelajaran tersebut tidak
segera diperbaiki maka dampak negatifnya adalah hasil belajar siswa akan tetap
dibawah
KKM.
Berdasarkan
kajian
literatur
ditemukan
beberapa
model
pembelajaran yang memungkinkan dapat meningkatkan keaktifan dan hasil
Hana Fauziah, 2016
PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM PAIR SOLO UNTUK MENINGKATKAN
KEAKTIFAN D AN HASIL BELAJAR SISWA SD
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3
belajar siswa. Model pembelajaran kooperatif sangat menarik dan bermanfaat,
serta komprehensif; ia memadukan antara tujuan penelitian akademik, integrasi
social, pembelajaran, proses kolektif. Model ini dapat diterapkan untuk semua
subjek pelajaran.
Ada tiga
model pembelajaran kooperatif yang dapat meningkatkan
keaktifan belajar siswa yaitu, model pembelajaran Team Pair Solo, model
pembelajaran Two Stay Two Stray, dan model pembelajaran Think Pair Share.
Model pembelajaran kooperatif tipe Team Pair Solo, tahap pada model
pembelajaran ini pertama-tama siswa bekerja sebuah tim, kemudian dengan
pasangan dan akhirnya mereka bekerja sendiri. Hal ini dirancang untuk
memotivasi siswa untuk mengatasi dan berhasil pada masalah-masalah yang
awalnya berada di luar kemampuan mereka. Sedangkan model pembelajaran Two
Stay Two Stray adalah model yang bertujuan untuk memberikan kesempatan
kepada siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir. Siswa
bekerja dalam kelompok yang terdiri dari empat orang, dua orang dari masingmasing kelompok kelompok meninggalkan kelompoknya untuk bertamu ke
kelompok lain. Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan
hasil kerja dan informasi mereka kepada tamu dari kelompok lain. Kemudian
kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka dan masingmasing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. (Huda, 2014, hlm. 208).
Model pembelajaran Think Pair Share adalah model yang dapat meningkatkan
aktivitas siswa dan mendorong siswa untuk terbiasa berpikir mula-mula secara
mandiri, kemudian berpasangan. Siswa duduk berpasangan. Guru memberikan
tugas
kepada
setiap
kelompok.
Masing-masing
anggota
memikirkan
dan
mengerjakan tugas tersebut sendiri-sendiri terlebih dahulu. Siswa kemudian
saling berbagi (share) bertukar pikiran dengan pasangannya untuk menjawab
pertanyaan guru. Guru memandu proses diskusi, setiap kelompok mengemukakan
hasil diskusinya. (Warsono&Hariyanto, 2013, hlm.203)
Model-model pembelajaran tersebut baik untuk meningkatkan keaktifan
siswa, tetapi dengan mempertimbangkan karakteristik siswa dan waktu yang
Hana Fauziah, 2016
PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM PAIR SOLO UNTUK MENINGKATKAN
KEAKTIFAN D AN HASIL BELAJAR SISWA SD
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4
dibutuhkan model pembelajaran team pair solo dinilai lebih efektif karena siswa
dapat melakukan lebih banyak hal dengan bantuan (mediasi) dan mereka bisa
melakukannya sendiri.
Dengan membiarkan mereka untuk bekerja pada masalah
yang awalnya mereka tidak bisa dilakukan sendiri, pertama sebagai sebuah tim
dan kemudian dengan pasangan dan akhirnya mereka maju ke satu titik yaitu
melakukannya sendiri. Langkah-langkah dalam model pembelajaran ini tentu
akan meningkatkan keaktifan belajar siswa, sebab siswa akan lebih banyak
terlibat aktif selama proses pembelajaran. Dalam model ini guru berperan sebagai
fasilitator sehingga pembelajaran berpusat pada siswa.
Berdasarkan uraian diatas peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian
dengan judul penelitian “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team
Pair Solo Untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa SD”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan
permasalahan utama dalam penelitian ini adalah: bagaimanakah penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe team pair solo untuk meningkatkan keaktifan dan hasil
belajar siswa SD S? Rumusan masalah tersebut dijabarkan kedalam pertanyaan
penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimanakah rencana pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe team pair solo untuk meningkatkan keaktifan dan
hasil belajar siswa kelas 3 SD S Bandung?
2. Bagaimanakah peningkatan keaktifan belajar siswa kelas 3 SD S Bandung pada
proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran team pair solo ?
3. Bagaimanakah peningkatan hasil belajar siswa kelas 3 SD S Bandung setelah
menerapkan model pembelajaran team pair solo ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah penelitian, secara umum tujuan penelitian ini
adalah untuk mendeskripsikan tentang penerapan model pembelajaran team pair solo
Hana Fauziah, 2016
PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM PAIR SOLO UNTUK MENINGKATKAN
KEAKTIFAN D AN HASIL BELAJAR SISWA SD
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
5
untuk meningkatkan kekatifan dan hasil belajar siswa kelas 3 SD S Bandung. Secara
khusus tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan:
1. Rencana pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran team pair solo
untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa kelas 3 SD S Bandung.
2. Peningkatan keaktifan belajar siswa kelas 3 SD S Bandung pada proses
pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran team pair solo.
3. Peningkatan hasil belajar siswa kelas 3 SD S Bandung pada proses pembelajaran
dengan menerapkan model pembelajaran team pair solo.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi guru
a. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai alternatif dalam memilih model
pembelajaran
sehingga
pembelajaran
menjadi kolaboratif serta
mampu
meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa.
b. Memberi masukan untuk guru tentang pentingnya model pembelajaran yang
digunakan sesuai dengan materi yang diberikan, sehingga dapat meningkatkan
keaktifan belajar siswa.
2. Bagi peneliti
a. Dapat
memperluas
wawasan
dan
memperoleh
pengetahuan
dalam
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe team pair solo untuk
meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa.
b. Sebagai referensi atau acuan dalam melakukan penelitian mengenai penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe team pair solo untuk meningkatkan
keaktifan dan hasil belajar siswa.
3. Bagi siswa
a. Meningkatkan kemampuan interaksi siswa dalam kelompok dan pasangan
b. Membiasakan siswa untuk berani bertanya dan merespon pertanyaan
c. Meningkatkan kemampuan siswa untuk berpendapat
d. Meningkatkan hasil belajar siswa
4. Bagi Sekolah
Hana Fauziah, 2016
PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM PAIR SOLO UNTUK MENINGKATKAN
KEAKTIFAN D AN HASIL BELAJAR SISWA SD
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
6
Diharapkan dapat meningkatkan pengelolaan pembelajaran dalam rangka
mencapai tujuan pembelajaran kurikulum 2013 yang bersifat tematik terpadu di
sekolah dasar.
Hana Fauziah, 2016
PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM PAIR SOLO UNTUK MENINGKATKAN
KEAKTIFAN D AN HASIL BELAJAR SISWA SD
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kurikulum 2013 adalah kurikulum baru yang dirancang sebagai pengganti
kurikulum
2006
(KTSP).
Kurikulum
2013
merupakan
kurikulum
yang
mengintegrasikan kompetensi dasar dari berbagai mata pelajaran. Ruang lingkup
pembelajaran tematik meliputi semua KD dari semua mata pelajaran kecuali
agama.
Mata pelajaran yang dimaksud adalah: Bahasa Indonesia, PPKn,
Matematika, IPA, IPS, Penjasorkes dan Seni Budaya dan Prakarya.
Menurut permendikbud nomor 67 tahun 2013, Kurikulum 2013 dirancang
dengan karakteristik sebagai berikut: (1) mengembangkan keseimbangan
antara pengembangan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin tahu,
kreativitas, kerja sama dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik;
(2) sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan
pengalaman belajar terencana dimana peserta didik menerapkan apa yang
dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat
sebagai sumber belajar; (3) mengembangkan sikap, pengetahuan, dan
keterampilan serta menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan
masyarakat; (4) memberi waktu yang cukup leluasa untuk
mengembangkan berbagai sikap, pengetahuan, dan keterampilan; (5)
kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci
lebih lanjut dalam kompetensi dasar matapelajaran.
Penilaian hasil belajar peserta didik dalam kurikulum 2013 mencakup
kompetensi sikap,
pengetahuan,
dan
keterampilan
yang
dilakukan
secara
berimbang sehingga dapat digunakan untuk menentukan posisi relatif setiap
peserta didik terhadap standar yang telah ditetapkan. Cakupan penilaian merujuk
pada
ruang
lingkup
materi,
kompetensi
mata
pelajaran/kompetensi
muatan/kompetensi program, dan proses. Kurikulum 2013 menganut pandangan
dasar bahwa pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari guru ke peserta
Hana Fauziah, 2016
PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM PAIR SOLO UNTUK MENINGKATKAN
KEAKTIFAN D AN HASIL BELAJAR SISWA SD
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1
2
didik. Peserta didik adalah subjek yang memiliki kemampuan untuk secara aktif
mencari, mengolah, mengkonstruksi, dan menggunakan pengetahuan.
Berdasarkan observasi yang dilakukan terhadap siswa kelas III semester 2
di salah satu SD negeri yang terletak di Kecamatan Sukasari Kota Bandung,
peneliti melihat bahwa pembelajaran di kelas tersebut masih satu arah.
Pembelajaran yang berlangsung hanya menggunakan metode ceramah dan
kurangnya penggunaan media pembelajaran sehingga membuat siswa jenuh
ketika proses pembelajaran. Guru kurang memberikan kesempatan pada siswa
untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran, selama pembelajaran siswa hanya
mendengarkan penjelasan guru, siswa tidak diberikan kesempatan yang luas
untuk
mengkonstruksi
pengetahuannya
sendiri
karena
semua
pengetahuan
langsung diberikan oleh guru. Pembelajaran yang demikian membuat siswa
terlihat jenuh, siswa tidak memperhatikan guru karena bosan dan lebih memilih
memainkan mainan yang dibawanya, sebagian siswa berjalan-jalan di kelas,
mengobrol, mengganggu temannya, sehingga kelas menjadi ribut, dan ketika guru
bertanya terkait materi siswa yang dapat menjawab atau menyampaikan pendapat
hanya empat siswa. Kondisi tersebut tentu saja bertolak belakang dengan prinsip
kurikulum 2013 yang menekankan pembelajaran harus berpusat pada siswa, siswa
harus terlibat aktif dalam proses pembelajaran secara langsung. Berdasarkan
temuan diatas ditemukan masalah yaitu guru menggunakan metode yang kurang
tepat, kurangnya keaktifan siswa pada saat proses pembelajaran, dan kurangnya
hasil belajar. Berdasarkan daftar nilai siswa pada pembelajaran sebelumnya
sekitar 43% siswa dibawah KKM.
Setelah dianalisis, masalah-masalah tersebut saling berkaitan. Hal tersebut
disebabkan oleh penggunaan model pembelajaran yang kurang tepat sehingga
siswa kurang terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan berdampak pada
menurunnya hasil belajar siswa. Apabila model pembelajaran tersebut tidak
segera diperbaiki maka dampak negatifnya adalah hasil belajar siswa akan tetap
dibawah
KKM.
Berdasarkan
kajian
literatur
ditemukan
beberapa
model
pembelajaran yang memungkinkan dapat meningkatkan keaktifan dan hasil
Hana Fauziah, 2016
PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM PAIR SOLO UNTUK MENINGKATKAN
KEAKTIFAN D AN HASIL BELAJAR SISWA SD
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3
belajar siswa. Model pembelajaran kooperatif sangat menarik dan bermanfaat,
serta komprehensif; ia memadukan antara tujuan penelitian akademik, integrasi
social, pembelajaran, proses kolektif. Model ini dapat diterapkan untuk semua
subjek pelajaran.
Ada tiga
model pembelajaran kooperatif yang dapat meningkatkan
keaktifan belajar siswa yaitu, model pembelajaran Team Pair Solo, model
pembelajaran Two Stay Two Stray, dan model pembelajaran Think Pair Share.
Model pembelajaran kooperatif tipe Team Pair Solo, tahap pada model
pembelajaran ini pertama-tama siswa bekerja sebuah tim, kemudian dengan
pasangan dan akhirnya mereka bekerja sendiri. Hal ini dirancang untuk
memotivasi siswa untuk mengatasi dan berhasil pada masalah-masalah yang
awalnya berada di luar kemampuan mereka. Sedangkan model pembelajaran Two
Stay Two Stray adalah model yang bertujuan untuk memberikan kesempatan
kepada siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir. Siswa
bekerja dalam kelompok yang terdiri dari empat orang, dua orang dari masingmasing kelompok kelompok meninggalkan kelompoknya untuk bertamu ke
kelompok lain. Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan
hasil kerja dan informasi mereka kepada tamu dari kelompok lain. Kemudian
kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka dan masingmasing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. (Huda, 2014, hlm. 208).
Model pembelajaran Think Pair Share adalah model yang dapat meningkatkan
aktivitas siswa dan mendorong siswa untuk terbiasa berpikir mula-mula secara
mandiri, kemudian berpasangan. Siswa duduk berpasangan. Guru memberikan
tugas
kepada
setiap
kelompok.
Masing-masing
anggota
memikirkan
dan
mengerjakan tugas tersebut sendiri-sendiri terlebih dahulu. Siswa kemudian
saling berbagi (share) bertukar pikiran dengan pasangannya untuk menjawab
pertanyaan guru. Guru memandu proses diskusi, setiap kelompok mengemukakan
hasil diskusinya. (Warsono&Hariyanto, 2013, hlm.203)
Model-model pembelajaran tersebut baik untuk meningkatkan keaktifan
siswa, tetapi dengan mempertimbangkan karakteristik siswa dan waktu yang
Hana Fauziah, 2016
PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM PAIR SOLO UNTUK MENINGKATKAN
KEAKTIFAN D AN HASIL BELAJAR SISWA SD
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4
dibutuhkan model pembelajaran team pair solo dinilai lebih efektif karena siswa
dapat melakukan lebih banyak hal dengan bantuan (mediasi) dan mereka bisa
melakukannya sendiri.
Dengan membiarkan mereka untuk bekerja pada masalah
yang awalnya mereka tidak bisa dilakukan sendiri, pertama sebagai sebuah tim
dan kemudian dengan pasangan dan akhirnya mereka maju ke satu titik yaitu
melakukannya sendiri. Langkah-langkah dalam model pembelajaran ini tentu
akan meningkatkan keaktifan belajar siswa, sebab siswa akan lebih banyak
terlibat aktif selama proses pembelajaran. Dalam model ini guru berperan sebagai
fasilitator sehingga pembelajaran berpusat pada siswa.
Berdasarkan uraian diatas peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian
dengan judul penelitian “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team
Pair Solo Untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa SD”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan
permasalahan utama dalam penelitian ini adalah: bagaimanakah penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe team pair solo untuk meningkatkan keaktifan dan hasil
belajar siswa SD S? Rumusan masalah tersebut dijabarkan kedalam pertanyaan
penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimanakah rencana pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe team pair solo untuk meningkatkan keaktifan dan
hasil belajar siswa kelas 3 SD S Bandung?
2. Bagaimanakah peningkatan keaktifan belajar siswa kelas 3 SD S Bandung pada
proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran team pair solo ?
3. Bagaimanakah peningkatan hasil belajar siswa kelas 3 SD S Bandung setelah
menerapkan model pembelajaran team pair solo ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah penelitian, secara umum tujuan penelitian ini
adalah untuk mendeskripsikan tentang penerapan model pembelajaran team pair solo
Hana Fauziah, 2016
PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM PAIR SOLO UNTUK MENINGKATKAN
KEAKTIFAN D AN HASIL BELAJAR SISWA SD
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
5
untuk meningkatkan kekatifan dan hasil belajar siswa kelas 3 SD S Bandung. Secara
khusus tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan:
1. Rencana pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran team pair solo
untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa kelas 3 SD S Bandung.
2. Peningkatan keaktifan belajar siswa kelas 3 SD S Bandung pada proses
pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran team pair solo.
3. Peningkatan hasil belajar siswa kelas 3 SD S Bandung pada proses pembelajaran
dengan menerapkan model pembelajaran team pair solo.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi guru
a. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai alternatif dalam memilih model
pembelajaran
sehingga
pembelajaran
menjadi kolaboratif serta
mampu
meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa.
b. Memberi masukan untuk guru tentang pentingnya model pembelajaran yang
digunakan sesuai dengan materi yang diberikan, sehingga dapat meningkatkan
keaktifan belajar siswa.
2. Bagi peneliti
a. Dapat
memperluas
wawasan
dan
memperoleh
pengetahuan
dalam
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe team pair solo untuk
meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa.
b. Sebagai referensi atau acuan dalam melakukan penelitian mengenai penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe team pair solo untuk meningkatkan
keaktifan dan hasil belajar siswa.
3. Bagi siswa
a. Meningkatkan kemampuan interaksi siswa dalam kelompok dan pasangan
b. Membiasakan siswa untuk berani bertanya dan merespon pertanyaan
c. Meningkatkan kemampuan siswa untuk berpendapat
d. Meningkatkan hasil belajar siswa
4. Bagi Sekolah
Hana Fauziah, 2016
PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM PAIR SOLO UNTUK MENINGKATKAN
KEAKTIFAN D AN HASIL BELAJAR SISWA SD
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
6
Diharapkan dapat meningkatkan pengelolaan pembelajaran dalam rangka
mencapai tujuan pembelajaran kurikulum 2013 yang bersifat tematik terpadu di
sekolah dasar.
Hana Fauziah, 2016
PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM PAIR SOLO UNTUK MENINGKATKAN
KEAKTIFAN D AN HASIL BELAJAR SISWA SD
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu