Analisis Potensi Ekonomi Kota Metro
ABSTRAK
ANALISIS POTENSI EKONOMI KOTA METRO
Oleh
APRIYANA
Salah satu faktor penentu dalam pembentukan suatu daerah yakni potensi ekonomi.
Potensi ekonomi menunjukkan suatu kemampuan sumberdaya ekonomi yang
dihasilkan oleh suatu daerah / wilayah yang perlu dikembangkan dan ditingkatkan
guna memberikan nilai tambah bagi pembangunan ekonomi selanjutnya. Hal ini
mengandung pengertian bahwa pembangunan sektor-sektor ekonomi yang
berlangsung pada setiap daerah di wilayah Indonesia harus disesuaikan dengan
potensi yang dimiliki dan prioritas masing-masing daerah sehingga keseluruhan
pembangunan merupakan satu kesatuan yang utuh dalam rangka mewujudkan
pembangunan sosial. Kemampuan pemerintah daerah untuk melihat sektor yang
memiliki keunggulan / kelemahan di wilayahnya semakin penting. Sektor basis,
memiliki prospek yang lebih baik untuk dikembangkan.
Dari uraian diatas penulis mengambil suatu permasalahan, sektor apa yang menjadi
sektor basis di Kota Metro dan berapa nilai pengganda basis sehingga perkembangan
pada sektor basis ekonomi dapat membantu perkembangan sektor non basis ekonomi
dalam peran sertanya terhadap perkembangan ekonomi suatu daerah.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sektor apa yang menjadi sektor
basis dalam perekonomian Kota Metro serta untuk mengetahui seberapa besar nilai
pengganda basis pada sektor basis ekonomi.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yakni data PDRB
Provinsi Lampung, PDRB Kota Metro tahun 2002 – 2007.Sumber data diperoleh dari
Kantor Badan Pusat Statistik Propinsi Lampung, Badan Pusat Statistik Kota Metro.
Dari hasil perhitungan analisis LQ ( Location Quotient ), analisis Shift – Share dan
analisis Pengganda Basis ( Base Multiplier ) bahwa sektor basis dan potensial adalah
sektor jasa – jasa dengan nilai LQ tertinggi terhadap sektor lainnya ( LQ > 1 ). Serta
didukung dengan nilai Shift – Share yaitu Proportional Share
( pertumbuhan ) sebesar 24147,59999 di Kota Metro memiliki nilai yang positif jika
dibandingkan dengan wilayah yang lebih luas yaitu propinsi Lampung.
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa pada tahun 2003 memiliki nilai pengganda
basis terbesar dibandingkan dengan tahun – tahun lainya. Nilai pengganda basis pada
tahun 2003 yaitu 2352961 : 4218 = 557,8380749 berarti untuk setiap pendapatan
basis 4218 berasal dari sektor basis itu sendiri dan 557,8380749 berasal dari sektor
non basis.
Sehingga dapat diketahui bahwa sektor jasa – jasa sebagai sektor basis di Kota Metro.
Peran sektor jasa – jasa sebagai sektor basis sangat penting. Sedangkan pada
perkembangannya Kota Metro memiliki perkembangan yang berbeda. Berdasarkan
persyaratan dasar pembangunan ekonomi salah satunya adalah perubahan struktural
yang mengandung arti peralihan dari masyarakat pertanian menjadi ekonomi industri.
Perubahan struktural dapat bermula dengan peralihan penduduk dari sektor primer (
pertanian ) ke sektor sekunder ( industri manufaktur) dan kemudian sektor tersier (
jasa – jasa ). Akan tetapi Kota Metro tidak mengikuti tahapan perkembangan tersebut.
Kota Metro berkembang secara langsung menjadi sektor jasa ( tahap tersier ) setelah
Kota Metro berbasis sektor pertanian ( tahap Primer ).
ANALISIS POTENSI EKONOMI KOTA METRO
Oleh
APRIYANA
Salah satu faktor penentu dalam pembentukan suatu daerah yakni potensi ekonomi.
Potensi ekonomi menunjukkan suatu kemampuan sumberdaya ekonomi yang
dihasilkan oleh suatu daerah / wilayah yang perlu dikembangkan dan ditingkatkan
guna memberikan nilai tambah bagi pembangunan ekonomi selanjutnya. Hal ini
mengandung pengertian bahwa pembangunan sektor-sektor ekonomi yang
berlangsung pada setiap daerah di wilayah Indonesia harus disesuaikan dengan
potensi yang dimiliki dan prioritas masing-masing daerah sehingga keseluruhan
pembangunan merupakan satu kesatuan yang utuh dalam rangka mewujudkan
pembangunan sosial. Kemampuan pemerintah daerah untuk melihat sektor yang
memiliki keunggulan / kelemahan di wilayahnya semakin penting. Sektor basis,
memiliki prospek yang lebih baik untuk dikembangkan.
Dari uraian diatas penulis mengambil suatu permasalahan, sektor apa yang menjadi
sektor basis di Kota Metro dan berapa nilai pengganda basis sehingga perkembangan
pada sektor basis ekonomi dapat membantu perkembangan sektor non basis ekonomi
dalam peran sertanya terhadap perkembangan ekonomi suatu daerah.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sektor apa yang menjadi sektor
basis dalam perekonomian Kota Metro serta untuk mengetahui seberapa besar nilai
pengganda basis pada sektor basis ekonomi.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yakni data PDRB
Provinsi Lampung, PDRB Kota Metro tahun 2002 – 2007.Sumber data diperoleh dari
Kantor Badan Pusat Statistik Propinsi Lampung, Badan Pusat Statistik Kota Metro.
Dari hasil perhitungan analisis LQ ( Location Quotient ), analisis Shift – Share dan
analisis Pengganda Basis ( Base Multiplier ) bahwa sektor basis dan potensial adalah
sektor jasa – jasa dengan nilai LQ tertinggi terhadap sektor lainnya ( LQ > 1 ). Serta
didukung dengan nilai Shift – Share yaitu Proportional Share
( pertumbuhan ) sebesar 24147,59999 di Kota Metro memiliki nilai yang positif jika
dibandingkan dengan wilayah yang lebih luas yaitu propinsi Lampung.
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa pada tahun 2003 memiliki nilai pengganda
basis terbesar dibandingkan dengan tahun – tahun lainya. Nilai pengganda basis pada
tahun 2003 yaitu 2352961 : 4218 = 557,8380749 berarti untuk setiap pendapatan
basis 4218 berasal dari sektor basis itu sendiri dan 557,8380749 berasal dari sektor
non basis.
Sehingga dapat diketahui bahwa sektor jasa – jasa sebagai sektor basis di Kota Metro.
Peran sektor jasa – jasa sebagai sektor basis sangat penting. Sedangkan pada
perkembangannya Kota Metro memiliki perkembangan yang berbeda. Berdasarkan
persyaratan dasar pembangunan ekonomi salah satunya adalah perubahan struktural
yang mengandung arti peralihan dari masyarakat pertanian menjadi ekonomi industri.
Perubahan struktural dapat bermula dengan peralihan penduduk dari sektor primer (
pertanian ) ke sektor sekunder ( industri manufaktur) dan kemudian sektor tersier (
jasa – jasa ). Akan tetapi Kota Metro tidak mengikuti tahapan perkembangan tersebut.
Kota Metro berkembang secara langsung menjadi sektor jasa ( tahap tersier ) setelah
Kota Metro berbasis sektor pertanian ( tahap Primer ).