Analisis Potensi Pengembangan Ekonomi Kreatif di Kota Medan

(1)

SKRIPSI

ANALISIS POTENSI PENGEMBANGAN EKONOMI

KREATIF DI KOTA MEDAN

OLEH

Zainudin Polem

110501009

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis potensi pengembangan ekonomi kreatif di Kota Medan dengan menggunakan Analisis deskriptif kualitatif. Dalam penentuan sampel dengan menggunakan metode purposive sampling, penelitian ini menggunakan data primer dengan kuesioner wawancara terhadap 42 responden usaha ekonomi kreatif yang berada di Kota Medan.

Hasil dari penelitian ini yaitu potensi ekonomi kreatif yang berada di Kota Medan mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 1-30 tenaga kerja pada setiap bidang usaha dan mampu mengumpulkan pendapatan rata-rata sebesar Rp 150-000,00- Rp 3.000.000,00 setiap harinya selain itu terdapat lima strategi penting dalam pengembangan ekonomi kreatif di Kota Medan, yang dihimpun dari hasil temuan penelitian dalam membangun strategi potensi ekonomi kreatif yang ada di Kota Medan.

Kata Kunci :Ekonomi Kreatif, Analisis Deskriptif Kualitatif, Potensi, Strategi Pengembangan


(3)

ABSTRACT

The purpose of this research is for analyzing the potential of the developing of the creative economy in Medan City, it will be using descriptive analysis qualitative. To determine this sample, it will be using purposive sampling method. This research is using primary data with questioner interview for 42 respondents of creative industry in Medan City.

The result of this research is the potential of creative economy in Medan City which it is capable of taking labors over 1-30 labors for every trade sector and capable of creating the average revenue Rp 150.000,00-300.000,00 for every day and out of that there are 5 important strategy of developing of the creative economy in Medan City, its collected of this research over the developing of potential of creative economy strategy in Medan City.

Key Words: Creative Economy, Descriptive Analysis, Potential, The Development Strategy.


(4)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas kasih dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi berjudul “ Analisis Potensi Pengembangan Ekonomi Kreatif di Kota Medan”.

Penelitian ini disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan studi di departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara dan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi. Tentunya dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan, maka penulis dengan terbuka mengharapkan masukan dari berbagai pihak.

Dalam kesempatan ini, penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini dan juga penyelesaian studi penulis, terutama kepada :

1. Buat kedua orangtua tercinta Fardin Polem dan Ride Sihotang atas cinta, kasih, sayang, doa dan seluruh dukungan baik moril maupun materil yang telah diberikan kepada penulis.

2. Bapak Prof. Dr Azhar Maksum, SE., M.Ec., Ak. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara

3. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE., M.Ec. selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara


(5)

4. Bapak Irsyad Lubis, S.E., M.Soc.Sc., Ph.D, selaku Ketua Program Studi Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

5. Bapak Kasyful Mahalli, S.E., M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya dan memberi masukan dari awal sehingga terselesaikannya skripsi ini

6. Bapak Drs. Rahmat Sumanjaya, M.Si. selaku dosen penguji yang telah meluangkan waktunya dan memberikan saran dan kritik dalam skripsi ini 7. Ibu Dra. Raina Linda Sari, M.Si. selaku dosen penguji saya yang telah banyak

memberikan dukungan dan masukan berupa saran dan kritik

8. Seluruh staf pengajar dan staf pegawai Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara, terutama Departemen Ekonomi Pembangunan 9. Kepada seluruh keluarga besar penulis atas doa dan dukungannya, dan

10. Kepada seluruh teman-teman Ekonomi pembangunan 2011 dan kepada seluruh pihak yang telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga hasil penelitian skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak, termasuk bagi penulis sendiri.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Medan, Maret 2015 Penulis,


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ...v

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ...1

1.2 Rumusan Masalah ...7

1.3 Tujuan Penelitian ...7

1.4 Manfaat Penelitian ...7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Ekonomi Kreatif ...8

2.1.1 Peranan Pola Pikir Kreatif ... 14

2.1.2 Perkembangan Konsep Ekonomi Kreatif ... 18

2.2 Struktur Industri ... 20

2.3 Ketenagakerjaan ... 21

2.3.1 Teori Ketenagakerjaan ... 22

2.3.2 Konsep Ketenagakerjaan ... 24

2.3.3 Pengertian Pasar Tenaga Kerja ... 26

2.4 Pengertian Pendapatan ... 28

2.4.1 Distribusi pendapatan dan Produksi Marjinal ... 28

2.4.1 Teori Distribusi Pendapatan Produksi Marjinal ... 29

2.5 Pengertian Potensi ... 30

2.6 Penelitian Terdahulu ... 31

2.7 Kerangka Konseptual ... 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 34

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 34

3.3 Batasan Operasional ... 35

3.4 Definisi Operasional... 35

3.5 Ukuran Sampel ... 35

3.6 Jenis dan Analisis Pengumpulan Data ... 36

3.6.1 Jenis Data ... 36

3.6.2 Metode Pengumpulan Data ... 37


(7)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Umum Kota Medan ... 40

4.1.1 Letak Geografis Kota Medan ... 40

4.1.2 Luas Wilayah Kota Medan ... 41

4.2 Tenaga Kerja Kota Medan... 42

4.3 Perkembangan Perekonomian Kota Medan ... 44

4.4 Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 45

4.4.1 Karakteristik Responden ... 45

4.4.1.1 Komposisi Usaha Ekonomi Kreatif Berdasarkan Subsektor Industri ... 45

4.4.1.2 Komposisi Usaha Ekonomi Kreatif Berdasarkan Usia Responden ... 47

4.4.1.3 Komposisi Usaha Ekonomi Kreatif Berdasarkan Jenis Kelamin Responden ... 47

4.4.1.4 Komposisi Usaha Ekonomi Kreatif Berdasarkan Tingkat Pendidikan Responden ... 48

4.4.2 Potensi Pengembangan Ekonomi Kreatif ... 49

4.4.2.1 Potensi Pengembangan Ekonomi Kreatif dari aspek Tenaga Kerja ... 49

4.4.2.2 Potensi Pengembangan Ekonomi Kreatif dari aspek Pendapatan Perhari ... 54

4.4.3 Strategi Pengembangan Potensi Ekonomi Kreatif ... 57

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 64

5.2 Saran ... 65


(8)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

1.1 Statistik Industri Kreatif di Indonesia ... 4

1.2 Banyaknya Perusahaan Tenaga Kerja Industri Besar Sedang, Kecil Kota Medan tahun 2008-2010 ... 5

2.1 Evolusi Industri ... 18

4.1 Luas Wilayah Kota Medan... 41

4.2 Jumlah Penduduk Kota Medan Berumur 15 Tahun Keatas yang BekerjaSelamaSemingguMenurut Lapangan Pekerjaan dan Jenis Kelamin tahun 2013 ... 42

4.3 Pertumbuhan Ekonomi Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara dan Nasional Tahun 2011 s/d 2013 (persen) ... 44

4.4 Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Usaha Subsektor Industri Kreatif ... 46

4.5 Distribusi Sampel Berdasarkan Usia Responden ... 47

4.6 Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin ... 48

4.7 Distribusi Sampel Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 48

4.8 Distribusi Responden Menurut Jumlah Tenaga Kerja ... 50

4.9 Banyaknya Penyerapan Tenaga Kerja Menurut Subsektor Industri... 51

4.10 Distribusi Responden Menurut Jumlah Pendapatan Perhari ... 55

4.11 DistribusiPendapatan Perhari Pengusaha Menurut Subsektor Industri ... 55

4.12 Sumber Modal Pelaku Usaha ... 57


(9)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

2.1 Kerangka Konseptual ... 33 4.1 PDRB Kota Medan Atas Harga BerlakuTahun


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

1. Kuesioner ... 69 2. Data Kuesioner ... 70


(11)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis potensi pengembangan ekonomi kreatif di Kota Medan dengan menggunakan Analisis deskriptif kualitatif. Dalam penentuan sampel dengan menggunakan metode purposive sampling, penelitian ini menggunakan data primer dengan kuesioner wawancara terhadap 42 responden usaha ekonomi kreatif yang berada di Kota Medan.

Hasil dari penelitian ini yaitu potensi ekonomi kreatif yang berada di Kota Medan mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 1-30 tenaga kerja pada setiap bidang usaha dan mampu mengumpulkan pendapatan rata-rata sebesar Rp 150-000,00- Rp 3.000.000,00 setiap harinya selain itu terdapat lima strategi penting dalam pengembangan ekonomi kreatif di Kota Medan, yang dihimpun dari hasil temuan penelitian dalam membangun strategi potensi ekonomi kreatif yang ada di Kota Medan.

Kata Kunci :Ekonomi Kreatif, Analisis Deskriptif Kualitatif, Potensi, Strategi Pengembangan


(12)

ABSTRACT

The purpose of this research is for analyzing the potential of the developing of the creative economy in Medan City, it will be using descriptive analysis qualitative. To determine this sample, it will be using purposive sampling method. This research is using primary data with questioner interview for 42 respondents of creative industry in Medan City.

The result of this research is the potential of creative economy in Medan City which it is capable of taking labors over 1-30 labors for every trade sector and capable of creating the average revenue Rp 150.000,00-300.000,00 for every day and out of that there are 5 important strategy of developing of the creative economy in Medan City, its collected of this research over the developing of potential of creative economy strategy in Medan City.

Key Words: Creative Economy, Descriptive Analysis, Potential, The Development Strategy.


(13)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Sektor industri dalam perekonomian suatu negara sudah lama dikenal sebagai salah satu motor penggerak pembangunan ekonomi, hal ini sudah sejak lama menjadi perhatian bagi pemerintahan Indonesia. Pada era pemerintahan yang pernah ada, strategi pembangunan ekonomi yang disetir oleh rencana pembangunan lima tahun (Repelita) difokuskan pada industrialisasi. Hal ini telah menjadikan perekonomian Indonesia pada dekade 70-an hingga 80-an mengalami kemajuan dari perekonomia tradisional dengan pertanian sebagai andalan utama ke perkonomian yang bersifat lebih modern yang didominasi oleh sektor-sektor berbasi teknologi (non-primer).

Dalam kurun waktu yang cukup lama, perkembangan ekonomi Indonesia kini dihadapkan pada era ekonomi baru yaitu era informasi yang disertai dengan banyaknya penemuan baru di bidang teknologi informasi dan komunikasi serta globalisasi ekonomi yang telah menggiring peradaban manusia kedalam suatu arena interaksi sosial baru yang belum pernah terbayangkan sebelumnya.

Konsentrasi perekonomian dunia kini telah mengalami perubahan dari Negara barat ke Negara-negara berkembang dikawasan Asia karena tidak bisa lagi menyaingi biaya murah di Republik Rakyat Tiongkok (RRT) dan efesiensi industri Negara Jepang.


(14)

Dalam konteks kebijakan industri masa kini, negara berkembang tidak bisa mengandalakan daya saingnya di bidang industri manufaktur,dengan memanfaatkan keunggulan komparatif dalam bentuk biaya tenaga kerja yang lebih rendah dan sumber daya alam yang melimpah.Hal tersebut telah membuat banyak negara di dunia beralih ke pemeberdayaan SDM yang kreatif, yang pada akhirnya pada tahun 1990-an dimulailah era ekonomi baru yang menitikberatkan pada kreativitas dan informasi sebagai pemain utama, yang popular disebut Ekonomi Kreatif yang digerakkan oleh sektor industri yang disebut Industri Kreatif.

Konsep Ekonomi Kreatif merupakan sebuah bagian dari era ekonomi baru yang memberidayakan informasi, kreativitas dan teknologi dengan mengandalkan ide dan pengetahuan dari Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai faktor produksi utama dalam kegiatan ekonominya. Struktur perekonomian dunia mengalami transformasi dengan cepat seiring dengan pertumbuhan ekonomi, dari yang tadinya berbasis Sumber Daya Alam (SDA) sekarang menjadi berbasis SDM, dari era pertanian ke era industri dan informasi.

Alvin Toffler (1980) dalam teorinya melakukan pembagian gelombang peradaban ekonomi kedalam tiga gelombang. Gelombang pertama adalah gelombang ekonomi pertanian. Kedua, gelombang ekonomi industri. Ketiga adalah gelombang ekonomi informasi. Kemudian diprediksikan gelombang keempat yang merupakan gelombang ekonomi kreatif dengan berorientasi pada ide dan gagasan kreatif.

Secara umum, alasan kuat mengapa industri kreatif perlu untuk dikembangkan disebabkan pengaruh dari setiap sektor industri kreatif ini memiliki


(15)

kontribusi yang signifikan bagi perekonomian suatu Negara yang dapat menciptakan iklim bisnis yang baik serta memperkuat citra dan identitas suatu bangsa dalam pemanfaatan sumber daya yang terbarukan yang memiliki dampak sosial yang positif.

Kondisi ekonomi yang diharapkan oleh Indonesia adalah ekonomi yang berkelanjutan. Keberlanjutan yang dimaksud adalah kemampuan untuk beradapatasi terhadap kondisi geografis dan tanatangan ekonomi baru, yang pada akhirnya menghasilkan keberlanjutan pertumbuhan. Ekonomi Kreatif yang di dalamnya terdapat industri–industri dalam menciptakan inovasi memiliki daya tawar yang tinggi di dalam ekonomi berkelanjutan karena individu-individunya memilki modal kreativitas (creative capital) yang mereka gunakan untuk menciptakan inovasi – inovasi.

Pengembangan ekonomi nasional ke arah industri kreatif merupakan bagian dari optimisme aspirasi untuk mendukung Master plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) demi mewujudkan Indonesia menjadi negara maju. Di dalamnya terdapat pemikiran-pemikiran, cita-cita, imajinasi dan mimpi untuk menjadi masyarakat dengan kualitas hidup yang tinggi, sejahtera dan kreatif.

Kementerian Perdagangan Republik Indonesia (2009) mengungkapkan di Indonesia, peran Industri Kreatif dalam ekonomi Indonesia cukup signifikan dengan besar kontribusi terhadap PDB rata – rata tahun 2002-2006 adalah sebesar 6,3% atau setara dengan 104,6 triliun rupiah (nilai konstan) dan 152,5 triliun rupiah (nilai nominal). Industri ini telah mampu menyerap tenaga kerja rata-rata


(16)

tahun 2002-2006 adalah sebesar 5,4 juta dengan tingkat partisipasi sebesar 5,8 %. Sementara pada tahun 2013 indikator kenaikan ekonomi kreatif terhadap PDB sebesar 10,9 % dibanding tahun 2012. Indikator Ketenagakerjaan juga mengalami peningkatan sebesar 0,62 % pada tahun 2013 demikian pula dengan jumlah usaha yang mengalami kenaikan sebesar 0,41 %.

Tabel 1.1

Statistik Industri Kreatif di Indonesia Tahun 2005 – 2013

No Indikator Satuan 2005 2006 2007 2008 2012* 2013*

1. Berbasis PDB

1.1 Nilai Tambah Berlaku Miliar Rp 214.540,8 5

256.848,1 2

297.557,26 360.663,46 578.760, 6

641.815,4 1.2 Nilai Tambah Konstan Miliar Rp 135.394,1

3

142.091,3 2

147.906,98 151.581,42 - -

2. Berbasis

Ketenagakerjaan

2.1 Jumlah Tenaga Kerja Orang 7.360.032 ,12 7.006.392, 09 7.396.912,7 3 7.686.409,8 5 11.799.5 68 11.872.42 8 2.2 Produktivitas Ribu

Rp/TK

63.605,92 65.458,35 65.043,51 64.918,88 - - 3 Berbasis Aktivitas

Perusahaan

3.1 Jumlah Perusahaan Perusahaan 2.734.076 ,01 2.576.235, 42 2.813.959,2 1 3.001.635,1 4 5.398.16 2 5.420.165 4 Berbasis Perdagangan

Internasional

4.1 Nilai Ekspor Miliar Rp 76.462,03 84.840,18 95.208,61 114.924,97 - 118.968.0 4 4.2 Nilai Impor Miliar Rp 6.915,06 6.045,16 8.077,49 10.441,82 - - 4.3 Nilai Trade Miliar Rp 69.546,98 78.795,02 87.131,11 104.483,15 - -

Sumber : Departemen Perdagangan 2009 dan Indonesia Kreatif 2013 *Diolah oleh penulis.

Kota Medan merupakan ibu kota provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Kota ini merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya dengan luas daerah sekitar 265,10 km2 yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Deli Serdang, disebelah utara, selatan, barat dan timur. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Medan, kondisi perekonomian Kota


(17)

Medan digambarkan melalui struktur ekonomi yang terbentuk dari masing-masing nilai tambah yang diciptakan oleh setiap sektor ekonomi yang ada. Sejak tahun 2007 hingga tahun 2011 pertumbuhan ekonomi Kota Medan terus mengalami peningkatan yaitu tahun 2007 sebesar 7,78 persen tahun 2008, sebesar 6.89 persen, tahun 2009 sebesar 6,55 persen, tahun 2010 sebesar7,16 persen dan tahun 2011 sebesar 7,69 persen.

Dibanyak bidang Kota Medan telah lama dikenal memiliki potensi yang sangat luar biasa, terutama dari segi pariwisata dan industri yang berkaitan dengan ide atau gagasan. Hal tersebut diatandai dengan mulai banyaknya bermunculan gagasan unik dan baru dari masyarakat Kota Medan dalam menghasilkan terobosan baru kegiatan ekonomi.

Tabel 1.2

Banyaknya Perusahaan Tenaga Kerja Industri Besar Sedang, Kecil Kota Medan Tahun 2008-2010

No. Klasifikasi Industri Perusahaan Tenaga Kerja

2008 2009 2010 2008 2009 2010

1. Industri Besar Sedang 193 166 133 37.514 25.731 33.497

2. Industri Kecil 211 401 96 766 2.479 1.181

Total 404 567 229 38.280 28.210 34.678

Sumber : Badan Pusat Statistik Sumatera Utara

Berdasarkan Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, kondisi industri yang ada di Kota Medan, digolongkan menjadi dua bagian utama, yaitu Industri Besar Sedang dan Industri Kecil. Pada tahun 2008 total banyaknya perusahaan industri yang ada di Kota Medan sebesar 404 unit usaha, yang kemudian pada tahun berikutnya yaitu pada tahun 2009 mengalami peningkatan hingga 567 unit usaha. Namun lain halnya pada tahun 2010 banyaknya perusahaan industri mengalami


(18)

penurunan yang cukup besar hingga menjadi 229 unit usaha. Tidak jauh berbeda halnya dengan kondisi perusahaan industri di Kota Medan, kondisi tenaga kerja terhadap masing-masing industri juga mengalami fluktuasi dari tahun 2008-2010. Pada tahun 2008 jumlah tenaga kerja yang berada pada semua sektor industri sebanyak 38.280 tenaga kerja yang selanjutnya pada tahun 2009 mengalami penurunan hingga menjadi 28.210 total tenaga kerja, dan terakhir pada tahun 2010 terjadi perubahan, di mana terjadi kenaikan tenaga kerja atas penyerapan industri keseluruhan sebanyak 34.678.

Selain dari pada itu Kota Medan juga dikenal sebagai jalur pelayaran Selat Malaka, memiliki posisi strategis dalam kegiatan perdagangan barang dan jasa, baik perdagangan yang dilakukan didalam negeri maupun luar negeri. Mayoritas penduduk kota Medan sekarang ialah suku Jawa, dan suku-suku dari Tapanuli (Batak, Mandailing, Karo) dan banyak pula orang keturunan India dan Tionghoa.

Dengan kondisi tersebut, maka pengembangan ekonomi kreatif perlu dijadikan sebagai sebuah acuan mengingat saat ini dunia industri telah berada pada era ekonomi gelombang keempat, untuk itu sangat diperlukan perumusan strategi pengembangan yang tepat agar industri kreatif dapat berkembang dengan baik sehingga mampu memanfaatkan potensi yang telah ada.

Maka, berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Analisis Potensi Pengembangan Ekonomi Kreatif di Kota Medan”.


(19)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi fokus masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana potensi pengembangan ekonomi kreatif di Kota Medan? 2. Bagaiamana strategi yang ditawarkan untuk mengembangkan potensi

ekonomi kreatif di Kota Medan?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mendeskripsikan gambaran umum ekonomi kreatif di Kota Medan. 2. Mengetahui strategi yang baik untuk mengembangkan potensi

ekonomi kreatif di Kota Medan.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Sebagai sebuah kesempatan bagi penulis untuk menambah wawasan ilmiah khususnya tentang ekonomi kreatif.

2. Sebagai tambahan informasi menambah khazanah ilmu pengetahuan, serta dapat menjadi bahan referensi untuk penelitian selanjutnya di bidang yang sama.

3. Bagi Pemerintah, diharapkan dapat berperan serta dalam mendukung pemberdayaan ekonomi kreatif di Kota Medan untuk ke depannya.


(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Ekonomi Kreatif

Industri Kreatif pada umumnya dapat diartikan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Ekonomi Kreatif yang terkait dengan pemanfaatan pengetahuan, informasi dan teknologi. Definisi Industri Kreatif yang saat ini banyak digunakan oleh pihak yang berkecimpung dalam industri kreatif, adalah definisi berdasarkan UK DCMS Task Force (1998):

“Industri kreatif merupakan industri yang mempunyai keaslian dari kreatifitas individual, ketrampilan dan bakat, yang memiliki potensi untuk menciptakan kesehjatraan dan peciptaan lapangan pekerjaan melalui generasi dan eksploitasi kekayaan intlektual dan konten”.

Menurut Howkins (2001), Ekonomi kreatif didasarkan pada cara berpikir baru dan melakukan. Input utama adalah bakat pribadi kita atau keterampilan. Input tersebut mungkin terdengar akrab namun apa yang lebih penting adalah bahwa kreativitas kita mengubahnya dengan cara baru.

Ekonomi kreatif erat kaitannya dengan industri kreatif, namun ekonomi kreatif memiliki cakupan yang lebih luas dari industri kreatif. Ekonomi kreatif merupakan ekosistem yang memiliki hubungan saling ketergantungan antara rantai nilai kreatif (creative value chain); lingkungan pengembangan(nurturance environment); pasar (market) dan pengarsipan (archiving). Ekonomi kreatif tidak


(21)

hanya terkait dengan penciptaan nilai tambah secara ekonomi, tetapi juga penciptaan nilai tambah secara sosial, budaya dan lingkungan. Oleh karena itu, ekonomi kreatif selain dapat meningkatkan daya saing, juga dapat meningkatkan kualitas hidup Bangsa Indonesia. Industri kreatif merupakan bagian atau subsistem dari ekonomi kreatif, yang terdiri dari core creative industindustri,

forward dan backward linkage creative industindustri. Core creartive industindustri adalah industri kreatif yang penciptaan nilai tambah utamanya adalah pemanfaatan kreativitas orang kreatif. Dalam proses penciptaan nilai tambah tersebut, core creative industindustri membutuhkanoutput dari industri lainnya sebagi input. Industri yang menjadi input bagi core creative industindustri

disebut sebagai backward linkage creative industindustri. Output daricore creative industindustri juga dapat menjadi input bagi industri lainnya, yang disebut sebagai forward linkage creative industindustri. Industri kreatif merupakan penggerak penciptaan nilai pada ekonomi kreatif. Dalam proses penciptaan nilai kreatif, industri kreatif tidak hanya menciptakan transaksi ekonomi, tetapi juga transaksi sosial dan buda ya. Proses umum yang terjadi dalam rantai nilai kreatif adalah kreasi-produksi-distribusi-komersialisasi, namun setiap kelompok industri kreatif memiliki rantai niali kreatif yang berbeda.( Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif : 2014)

Studi pemetaan industri kreatif yang dilakukan Kementerian Perdagangan Republik Indonesia (2008) menggunakan acuan definisi industri kreatif yang sama, sehingga industri kreatif di Indonesia dapat didefinisikan sebagai berikut:


(22)

“Industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas, ketrampilan serta bakat individu untuk menciptakan kesehjatraan serta lapangan pekerjaan melalui penciptaan dan pemanfaatan daya kreasi dan daya cipta individu tersebut”.

Kementerian Perdagangan Republik Indonesia (2008) mengelompokkan subsektor industri berbasis kreativitas adalah :

Pertama, Periklanan : kegiatan kreatiif yang berkaitan jasa periklanan (komunikasi satu arah dengan menggunakan medium tertentu), yang meliputi proses kreasi, produksi dan distribusi dari iklan yang dihasilkan, misalnya : riset pasar, perencanaan komunikasi iklan, iklan luar ruang, produksi material iklan , promosi, kampanye relasi publik, tampilan iklan di media cetak (surat kabar, majalah) dan elektronik (televisi dan radio), pemasangan berbagai poster dan gambar , penyebaran selebaran, pamflet ,edaran, brosur, dan reklame sejenis, distribusi dan

deliveindustri advertising materials atau samples, serta penyewaan kolom untuk iklan.

Kedua, Arsitektur: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan jasa desain bangunan, perencanaan biaya konstruksi, konservasi bangunan warisan, pengawasan konstruksi baik secara menyeluruh dari level makro (Town planning, urban design, landscape architecture) sampai dengan level mikro (detail konstruksi, misalnya: arsitektur taman, desain interior).

Ketiga, Pasar Barang Seni: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan perdagangan barang-barang asli, unik dan langka serta memiliki nilai estetika seni yang tinggi melalui lelang, galeri, toko, pasar swalayan, dan internet, misalnya: alat musik, percetakan, kerajinan, automobile, film, seni rupa dan lukisan.


(23)

Keempat, Kerajinan: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi, produksi dan distribusi produk yang dibuat dihasilkan oleh tenaga pengrajin yang berawal dari desain awal sampai dengan proses penyelesaian produknya, antara lain meliputi barang kerajinan yang terbuat dari: batu berharga, serat alam maupun buatan, kulit, rotan, bambu, kayu, logam (emas, perak, tembaga, perunggu, besi) kayu, kaca, porselin, kain, marmer, tanah liat, dan kapur. Produk kerajinan pada umumnya hanya diproduksi dalam jumlah yang relatif kecil (bukan produksi massal).

Kelima, Desain: kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi desain grafis, desain interior, desain produk, desain industri, konsultasi identitas perusahaan dan jasa riset pemasaran serta produksi kemasan dan jasa pengepakan.

Keenam, Fashion: kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi desain pakaian, desain alas kaki, dan desain aksesoris mode lainnya, produksi pakaian mode dan aksesorisnya, konsultansi lini produk fesyen, serta distribusi produk fesyen.

Ketujuh, Video, Film dan Fotografi: kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi produksi video, film, dan jasa fotografi, serta distribusi rekaman video dan film. Termasuk di dalamnya penulisan skrip, dubbing film, sinematografi, sinetron, dan eksibisi film.

Kedelapan, Permainan Interaktif: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi, produksi, dan distribusi permainan komputer dan video yang bersifat hiburan, ketangkasan, dan edukasi. Subsektor permainan interaktif bukan didominasi sebagai hiburan semata-mata tetapi juga sebagai alat bantu pembelajaran atau edukasi.


(24)

Kesembilan, Musik: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi/komposisi, pertunjukan, reproduksi, dan distribusi dari rekaman suara.

Kesepuluh, Seni Pertunjukan: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan usaha pengembangan konten, produksi pertunjukan (misal: pertunjukan balet, tarian tradisional, tarian kontemporer, drama, musik tradisional, musik teater, opera, termasuk tur musik etnik), desain dan pembuatan busana pertunjukan, tata panggung, dan tata pencahayaan.

Kesebelas, Penerbitan dan Percetakan: kegiatan kreatif yang terkait dengan penulisan konten dan penerbitan buku, jurnal, koran, majalah, tabloid, dan konten digital serta kegiatan kantor berita dan pencari berita. Subsektor ini juga mencakup penerbitan perangko, materai, uang kertas, blanko cek, giro, surat andil, obligasi surat saham, surat berharga lainnya, passport, tiket pesawat terbang, dan terbitan khusus lainnya. Juga mencakup penerbitan foto-foto, grafir (engraving)

dan kartu pos, formulir, poster, reproduksi, percetakan lukisan, dan barang cetakan lainnya, termasuk rekaman mikro film.

Keduabelas, Layanan Komputer dan Piranti Lunak: kegiatan kreatif yang terkait dengan pengembangan teknologi informasi termasuk jasa layanan komputer, pengolahan data, pengembangan database, pengembangan piranti lunak, integrasi sistem, desain dan analisis sistem, desain arsitektur piranti lunak, desain prasarana piranti lunak dan piranti keras, serta desain portal termasuk perawatannya.

Ketigabelas, Televisi dan Radio: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan usaha kreasi, produksi dan pengemasan acara televisi (seperti games, kuis, reality show, infotainment, dan lainnya), penyiaran, dan transmisi konten acara televisi dan


(25)

radio, termasuk kegiatan station relay (pemancar kembali) siaran radio dan televisi.

Kempatbelas, Riset dan Pengembangan: kegiatan kreatif yang terkait dengan usaha inovatif yang menawarkan penemuan ilmu dan teknologi dan penerapan ilmu dan pengetahuan tersebut untuk perbaikan produk dan kreasi produk baru, proses baru, material baru, alat baru, metode baru, dan teknologi baru yang dapat memenuhi kebutuhan pasar; termasuk yang berkaitan dengan humaniora seperti penelitian dan pengembangan bahasa, sastra, dan seni; serta jasa konsultansi bisnis dan manajemen.

Studi Ekonomi Kreatif terbaru yang dilakukan United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD) pada tahun 2010 mendefinisikan Ekonomi Kreatif sebagai:

“Sebuah konsep yang berkembang berdasarkan aset kreatif yang berpotensi menghasilkan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan”. Dengan penjabaran lebih lanjut sebagai berikut:

a. Mendorong peningkatan pendapatan, penciptaan pekerjaan, dan pendapatan ekspor sekaligus mempromosikan kepedulian sosial, keragaman budaya, dan pengembangan manusia.

b. Menyertakan aspek sosial, budaya, dan ekonomi dalam pengembangan teknologi, Hak Kekayaan Intelektual, dan pariwisata.

c. Kumpulan aktivitas ekonomi berbasiskan pengetahuan dengan dimensi pengembangan dan keterhubungan lintas sektoral pada level ekonomi mikro dan makro secara keseluruhan.


(26)

d. Suatu pilihan strategi pengembangan yang membutuhkan tindakan lintas kementerian dan kebijakan yang inovatif dan multidisiplin.

e. Di jantung Ekonomi Kreatif terdapat Industri Kreatif.

2.1.1 Peranan Pola Pikir Kreatif

Dimasa kini, menjadi kreatif merupakan tuntutan bagi setiap individu supaya dapat bersaing dalam perekonomian yang semakin kompetitif dan terintegrasi. Pemikiran kreatif dan inovasi merupakan modal utama yang menentukan daya saing individu maupun sebuah bangsa. Kreativitas mampu mengubah barang yang hanya mengutamakan fungsi menjadi sebuah karya industria yang unik, penuh estetika, dan meningkatkan kualitas hidup bagi konsumennya. (Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif : 2014)

Menurut Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (2014) terdapat beberapa faktor yang mendorong pentingnya pola pikir kreatif di masa mendatang :

1. Abundance, teknologi yang semakin maju dan globalisasi yang memudahkan masyarakat untuk berinteraksi telah memberiikan masyarakat kemudahan untuk mendapatkan kebutuhannya. Masyarakat mengalami kecukupan sumber daya pemuas kebutuhan yang dapat diproduksi oleh beberapa Negara. Hal ini mengakibatkan setiap industri yang bergerak di produk yang sama harus berusaha untuk membuat sesuatu yang unik sehingga tidak mudah disubsitusi oleh produk lain. 2. Asia, pertumbuhan penduduk yang sangat pesat khususnya di Asia telah


(27)

berlimpah menjadikan para pemilik modal banyak memindahkan usahanya ke Asia karena engan kualitas yang sama, upah tenaga kerja lebih murah di Asia.

3. Automation, tenaga kerja di setiap negara tidak hanya bersaing dengan tenaga kerja di negara lain, tetap juga bersaing dengan teknologi. Revolusi industri merupakan salah satu contoh kasus yang menuntut individu harus rela kehilangan pekerjaannya dan digantikan dengan mesin. Tantangan saat ini adalah apabila pekerjaan kita dapat digantikan oleh komputer, mesin, robot atau teknologi lain, maka kita tidak akan bisa berkompetisi di masa yang akan datang.

Ketiga hal tersebut menjadi tantangan sekaligus peluang bagi individu untuk mampu mengubah pola pikirnya agar dapat menciptakan inovasi yang dibutuhkan oleh pasar. Secara garis besar kemampuan yang dibutuhkan dalam era konseptual adalah:

1. High Concept, yaitu kemampuan untuk menciptakan keindahan emosional dan artistik, kemampuan mengenai pola-pola perubahan dan peluang-peluang, kemampuan menghasilkan produk yang mampu menceritakan sesuatu dan kemampuan untuk mengkombinasikan ide-ide menjadi penemuan-penemuan baru dan orisinil.

2. High Touch, yaitu kemampuan untuk berempati, memahami cara berinterakasi dalam suatu komunitas, mampu menenmukan kebahagiaan dari diri sendiri dan menularkannya kepada orang lain, dan kemampuan untuk terus berusaha dalam mengejar tujuan dan makna hidup.


(28)

Untuk memiliki kemampuan tersebut, maka individu diharapkan memiliki enam pemikiran agar mampu bersaing di masa mendatang :

1. Not just function but also Design. Design dapat didefinisikan sebagai sifat alami manusia untuk membentuk dan menjadikan lingkungannya menjadi tempat yang mampu memenuhi kebutuhannnya dan memberiikan makna kepada hidup manusia tanpa meniru era sebelumnya. Desain memberiikan kita keunikan dalam meningkatkan kualitas hidup dan menciptkan produk yang tidak biasa.

2. Not just argument but also Stoindustri. Kemampuan untuk menciptakan suatu produk yang mampu bercerita dan mampu membuat konsumen terus mengingatnya. Produk-produk yang mampu bercerita sehingga mememberiikan daya imajinasi dan menginspirasi konsumennya menjadi kebutuhan manusia dalam meningkatkan kualitas hidupnya.

3. Not just focus but also Symphony. Simfoni menggambarkan kemampuan untuk menyatukan ide-ide menjadi sesuatu yang bernilai dan bermakna. Simfoni adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu dari hal-hal yang kelihatannya tidak berkaitan menjadi sesuatu penemuan yang baru.

4. Not just logic but also Empathy. Empati berarti kemampuan untuk membayangkan diri kita pada posisi orang lain dan merasakan apa yang dirasakan oleh orang tersebut. Disaat hampir semua pekerjaan


(29)

dapat dikerjakan oleh komputer, salah satu fungsi yang tidak dapat digantikan oleh komputer dan teknologi adalah empati.

5. Not just seriousness but also Play. Kesuksesan dalam bekerja datang ketika seseorang menikmati dan mencintai apa yang ia kerjakan. Bekerja pada bidang-bidang yang disukai akan menciptakan produktivitas tinggi dan kualitas hidup.

6. Not just accumulatin but also Meaning. Makna menjadi aspek yang penting dalam pekerjaan dan hidup masyarakat. Bekerja dan berkreasi seharusnya tidak sekedar menumpuk pengalaman namun juga memberiikan kesenangan dan meningkatkan kualitas hidup.

Pola pikir disipliner merupakan pola pikir yang bisa didapat dari latihan atau sekolah. Pola pikir disipliner hanya berfokus pada apa yang sudah dilatih. Sementara itu, pola pikir menyintensis adalah pola pikir yang mampu untuk memilah informasi yang penting dan yan bukan yang berasal dari pengetahuan yang diperolehnya dan dapat dimanfaatkan untuk diri sendiri atau orang lain. Sedangkan pola pikir kreasi tidak hanya mampu menyaring informasi dan pengetahuan yang dimiliki, tetapi juga mampu menggunakan informasi untuk menciptakan sesuatu. Orang kreatif akan menggunakan informasi yang ada sebagai input untuk menciptakan sesuatu. Di sisi lain, pola pikir penghargaan kemampuan untuk menghargai, bersimpati dan memahami perbedaan yang ada di tengah-tengah masyarakat. Sedangkan pola pikir etis adalah kemampuan utuk menggabungkan peran dengan baik sebagai inividu, sebagai pekerja dan sebagai


(30)

warga negara yang baik dan selalu berusaha menjalankan perannya dengan benar untuk mendatangkan kebaikan bagi lingkungan dan masyarakat.

2.1.2 Perkembangan Konsep Ekonomi Kreatif

Ekonomi kreatif memiliki kata kunci, yaitu kata ‘kreatif’ itu sendiri. Sejak zaman pencerahan hingga era modern dengan industrialisasinya, hingga masuk ke era digital masa kini, pemahaman tentang proses kreatif dan perannya dalam kehidupan bermasyarakat terus berkembang. (Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI 2014 : 9)

Seni dan budaya manusia telah tumbuh sejak awal peradaban, dan berkembang pesat dalam peran pentingnya di berbagai tonggak peradaban manusia di masa lalu. Namun, pembabakan ekonomi kreatif diulas dari zaman modern, yaitu pada era pencerahan sebagai asal mula pemikiran dunia modern hingga abad ke-21 sekarang ini. John Hartley (2007) memetakan evolusi tersebut dalam empat babak.

Tabel 2.1 Evolusi Industri ERA PENCERAHAN ERA INDUSTRIALISASI INDUSTRI KREATIF AWAL(> 1995) INDUSTRI KREATIF BARU (>2005) KONTEKS

EKONOMI Perdagangan/Merkantilisme Industri/Kapitalisme awal Informasi/Kapitalisme global Kreatif/kapitalisme global

WUJUD Seni dan

Rasionalitas

Industri dan Media Pasar global Budaya dan Ilmu Pengetahuan

NILAI Bakat individu Skala industri HKI Pengguna

AGEN Humanisme

sipil

Industri budaya Kelompok kreatif dan jasa kreatif

Warga konsumen

ORIENTASI Kesehjatraan Kompetisi Kompetisi Pertumbuhan

dan Inovasi

INKUBASI Pendidikan Kewirausahaan Branding Karsausaha

(startup)

Sumber : John Hatley (2007) dalam Ekonomi Kreatif Kekuatan Baru Indonesia Menuju 2025 (2014: 9)


(31)

Pada era modern, perkembangan ekonomi kreatif diawali dengan diangkatnya kreativitas rasional dalam era pencerahan (1650-1850), yang dicirikan dengan masuknya manusia rasional sebagai subyek utama penggerak dunia. Dalam era ini, perkembangan peradaban dunia masih berpusat di negara- negara Eropa, terutama Inggris, Jerman, Prancis, dan Italia.

Perkembangan ekonomi kreatif selanjutnya adalah masa industrialisasi kreativtas dalam era industri (1850-1995). Memasuki akhir abad ke-19, industri dan media massa mulai berkembang secara pesat. Dalam era ini, terjadi pergerakan pusat keadidayaan dunia dari Eropa menuju Amerika Serikat dengan adanya eksplorasi baru industri dan media di Amerika Serikat. Perkembangan ekonomi kreatif selanjutnya ditandai dengan globalisasi kreativitas sebagai industri kreatif (pasca 1995). Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dunia serta sistem transportasi yang semakin mudah dan terjangkau mengahantarkan dunia pada era globalisasi. Memasuki era globalisasi, industri kreatif pertama yang muncul pada akhir tahun 1990-an mulai mengambil pasar global sebagai target utamanya. Pada era ini pulalah invasi soft powerbermunculan dengan lebih tegas yang digerakkan oleh berbagai kelompok kreatif penyedia jasa kreatif.

Ekonomi kreatif terus berkembang seiring perkembangan teknologi informasi yang mengakibatkan terjadinya kolaborasi global dan kesamarataan baru dalam era industri kreatif baru (pasca 2005). Memasuki abad 21, dengan munculnya literatur dua arah telah memungkinkan masyarakat untuk tidak hanya mengonsumsi namun juga memproduksi kaindustria informasi melaluinya. Dalam


(32)

era baru ini, kelahiran wujud kereativitas baru dalam industri kreatif terjadi yaitu wujud kreativitas yang diambil bukan lagi pasar global, namun budaya dan ilmu pengetahuan yang unik dan baru. Kita mulai melirik kembali nilai-nilai tradisi lokal sebagai sumber daya intelektual, serta kegiatan pasar maupun kewirausahaan baru di tempat-tempat yang sebelumnya jarang dianggap di luar monolir budaya popular Amerika dan Jepang.

2.2 Struktur Industri

Pengertian ‘struktur’ sering disamakan dengan bentuk atau susunan komponen pada suatu bentuk. Dengan kata lain, struktur adalah susunan bagian-bagian dalam suatu bentuk bangunan. Bila diartikan dalam konteks ekonomi, struktur adalah sifat permintaan dan penawaran barang dan jasa yang dipengaruhi oleh jenis barang yang dihasilkan, jumlah dan ukuran distribusi penjual (perusahaan) dalam industri, jumlah dan ukuran distribusi pembeli, diferensiasi produk, serta mudah tidaknya masuk ke dalam industri. Semakin besar hambatan untuk masuk. Semakin tinggi tingkat konsentrasi pasar. Hambatan masuk meliputi faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pemerintah untuk memasuki pasar, yaitu besarnya investasi yang dibutuhkan, efesiensi tingkat produksi, bermacam-macam usaha penjualan, serta besarnya sunk cost.(Kuncoro: 137).

Struktrur industri adalah sifat permintaan dan penawaran barang dan jasa yang dipengaruhi oleh jenis barang yang dihasilkan, jumlah dan ukuran distribusi penjual (perusahaan) dalam industri, jumlah dan ukuran distribusi pembeli, diferensiasi produk, serta mudah tidaknya masuk ke dalam industri. Struktur pasar merupakan bahasan yang penting untuk mengetahui perilaku dan kinerja industri


(33)

yang menunjukkan atribut pasar yang mempengaruhi sifat persaingan. Kemudian biasa dinyatakan dalam ukuran distribusi perusahaan pesaing. Elemen dalam struktur pasar adalah pangsa pasar (market share), konsentrasi (concentration), dan hambatan (barrier). Secara garis besar, jenis-jenis struktur pasar terdiri atas pasar persaingan sempurna, pasar monopoli, pasar oligopoli, dan pasar persaingan monopolistik. Sebaliknya, struktur industri merupakan bentuk atau tipe keseluruhan pasar industri.

2.3 Ketenagakerjaan

Jumlah atau besarnya penduduk umumnya ikaitkan dengan pertumbuhan

income per capita suatu negara, yang secara kasar mencerminkan kemanjuan perekonomian negara tersebut. Ada pendapat yang mengatakan bahwa jumlah penduduk yang besar adalah sangat menguntungkan bagi pembangunan ekonomi. Tetapi ada pula yang berpendapat lain aitu bahwa justru penduduk yang jumlahnya sedikit yang dapat mempercepat proses pembangunan ekonomi ke arah yang lebih baik. Disamping kedua pendapat ini, ada pula pendapat yang mengatakan bahwa jumlah penduduk suatu negara harus seimbang dengan jumlah sumber-sumber ekonominya, baru dapat diperoleh kenaikan pendapatan nasionalnya. Ini berarti jumlah penduduk tidak boleh terlampau sedikit tetapi juga tidak boleh terlampau banyak. (Subri, 2003:53)

Dengan demikian, pembangunan ekonomi sangat diperolehkan untuk memperkeci tingkat pengangguran. Dengan pembangunan ekonomi diharapkan laju pertumbuhan ekonomi dapat selalu dipertahankan pada tingkat yang lebih tinggi dari tingkat pertumbuhan penduduk, sehingga kegiatan perekonomian


(34)

akanmenjadi lebih luas dan selanjutnya dapat memperkecil jumlah orang yang menggangur.

2.3.1 Teori Ketenagakerjaan

Salah satu masalah yang biasa muncul dalam bidang angkatan kerja adalah ketidakseimbangan antara permintaan akan tenaga kerja (demand for labor) dan penawaran tenaga kerja (supply of labor), pada suatu tingkat upah.

Ketidakseimbangan tersebut dapat berupa : (a) lebih besarnya penawaran dibanding permintaan (adanya excess supply of labor)dan (b) lebih besarnya permintaan dibanding penawaran tenaga kerja (adanya excess demand for labor). (Subri, 2003:54)

Ada dua teori penting perlu dikemukan dalam kaitannya dengan masalah ketenagakerjaan. Pertama adalah teori Lewis (1959) yang mengemukakan bahwa kelebihan pekerja merupakan kesempatan dan bukan suatu masalah. Kelebihan pekerja satu sektor akanmemberiikan andil terhadap pertumubuhan output dan penyediaan pekerja disektor lain.

Ada dua sektor di dalam perekonomian negara berkembang, yaitu sektor kapitalis modern dan sektor subsisten terbelakang. Menurut Lewis sektor subsisten terbelakang tidak hanya terdiri dari sektor pertanian, tetapi juga sektor informal seperti pedagang kaki lima dan pengecer koran.

Sektor subsisten terbelakang mempunyai kelebihan penawaran pekerja dan tingkat upah relatif murah daripada kapitalis modern. Lebih murahnya biaya upah pekerja asal pedesaan akan dapat menjadi pendorong bagi pengusaha di perkotaan untuk memanfaatkan pekerja tersebut dalam pengembangan industri modern


(35)

perkotaan. Selama berlangsungnya proses industrialisasi, kelebihan penawaran pekerja di sektor subsisten terbelakang akan diserap.

Dengan demikian menurut Lewis, adanya kelebihan penwaran pekerja tidak memberiikan masalah pada pembangunan ekonomi. Sebaiknya kelebihan pekerja justru merupakan modal kuntuk mengakumulasi pendapatan, dengan asumsi bahwa perpindahan pekerja dari sektor subsisten ke sektor kapitalis modern berjalan lancara dan perpindahan tersebut aakn pernah menjadi “terlalu banyak”.

Teori kedua adalah Teori Fei-Ranis (1961) yang berkaitan dengan negara berkembang yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: kelebihan buruh, sumber daya alamnya belum dapat diolah, sebagian besar penduduknya bergerak di sektor pertanian, banyak pengangguran, dan tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi. (Ibid:57)

Menurut Fei-Ranis ada tiga tahap pembangunan ekonomi dalam kondisi kelebihan buruh. Pertama, di mana para pengangur semu (yang tidak menambah

output pertanian) dialihkan ke sektor industri dengan upah institusional yang sama. Kedua, tahap di mana pekerja pertanian menambah output tetapi memproduksi lebih kecil dari upah institusional yang mereka peroleh, dialihkan pula ke sektor industri. Ketiga, tahap ditandai awal pertumbuhan swasembada pada saat buruh pertanian menghasilkan output lebih besar daipada perolehan upah institusional. Dan dalam hal ini kelebihan pekerja terserap kesektor jasa dan industri yang meningkat terus-menerus sejalan dengan pertambahan output dan perluasan usahanya.


(36)

2.3.2 Konsep Ketenagakerjaan

Beberapa pengertian yang berhubungan dengan ketenagakerjaan, yaitu :

(1). Tenaga Kerja (Manpower) adalah penduduk dalam usia kerja (berusia 15-64 tahun) atau jumlah seluruh penduduk dalam suatu negara yang dapat memproduksi barang dan jasa jika ada permintaan terhadap tenaga mereka, dan jika mereka mau berpatisipasi dalam aktivitas tersebut.

(2). Angkatan Kerja (Labor force) adalah bagian dari tenaga kerja yang sesungguhnya terlibat, atau berusaha untuk terlibat, dalam kegiatan produktif yaitu produksi barang dan jasa.

(3). Tingkat partisipasi angkatan kerja (Labor force participation rate) adalah menggambarkan jumlah angkatan kerja dalam suatu kelompok umum sebagi persentase penduduk dalam kelompok tersebut.

(4). Tingkat pengangguran (Unemployment rate) adalah angka yang menunjukkan beberapa banyak dari jumlah angkatan kerja yang sedang aktif mencari pekerjaan. Pengertian menganggur di sini adalah aktif mencari pekerjaan. (5). Pengangguran terbuka (Open Unemployment) adalah bagian dari angkatan

kerja yang sekarang ini tidak bekerja dan sedang aktif mencari pekerjaan. (6). Pengangguran Friksional adalah pengangguran yang terjadi akibat pidahnya

seorang ari suatu pekerjaan ke pekerjaan lain, dan akibatnya harus mempunyai tenggang waktu dan berstatus sebagai penganggur sebelum mendapatkan pekerjaan lain tersebut.

(7). Pengangguran struktural adalah penganggur yang disebabkan karena ketidakcocokan antara struktur para pencari kerja sehubungan dengan


(37)

ketrampilan, bidang keahlian, maupun daerah lokasinya dengan struktur permintaan tenaga kerja yang belum terisi.

(8). Setengah Menganggur (Underemployment) adalah perbedaan antara jumlah pekerjaan yang betul dikerjakan seseorang dalam pekerjaannya dengan jumlah pekerja yang secara normal mampu dan ingin dikerjakannya.

(9). Setengah Menganggur yang Kentara (Visible Underemployment) adalah jika seseorang bekerja tidak tetap (part time)di luar keinginannya sendiri, atau bekerja dalam waktu yang lebih pendek dari biasanya.

(10). Setengah Menganggur yang Tidak Kentara (Invisible Underemployment)

adalah jika seseorang bekerja secara penuh (full time) tetapi pekerjaannya itu dianggap tidak mencukupi, karena pendapatannya yang terlalu rendah atau pekerjaan tersebut tidak memungkinkan ia untuk mengembangkan seluruh keahliannya.

(11). Pengangguran Tidak Kentara (Disguised Unemployment) dalam angkatan kerja mereka dimasukkan dalam kegiatan bekerja, tetapi sebetulnya mereka adalah penganggur jika dilihat dari segi produktivitasnya. Misalnya Pekerjaan yang seharusnya dikerjakan dua orang, tetapi dikerjakan oleh tiga orang sehingga 1 orang merupakan disguised unemployment.


(38)

2.3.3 Pengertian Pasar Tenaga Kerja

Pasar tenaga kerja tidak jauh berbeda dengan pasar barng yang ada menurut pandangan kaum klasik. Akan terjadi keseimbangan antara penawaran tenaga kerja dan permintaan tenaga kerja, apabila harga tenaga kerja (upah) cukup fleksibel. Pada tingkat upah yang berlaku di pasar tenaga kerja semua orang bersedia untuk bekerja pada tingkat upah yang berlaku tersebut sehingga tenaga kerja tidak akan mengalami pengangguran. Mereka yang menganggur adalah tenaga kerja yang tidak bersedia bekerja pada tingkat upah yang berlaku dipasar tenaga kerja, jadai tenaga kerja digolongkan menjadi pengangguran sukarela. (Mulia: 1997:30-31).

Menurut pendapat klasik, jumlah tenaga kerja yang tidak bekerja adalah orang yang tidak bersedia bekerja pada tingkat upah riil yang berlaku (harga tenaga kerja). Perekonomian yang mengalami kelebihan produksi ini hanya bersifat sementara. Bila mekanisme harga yang fleksibel telah bekerja, semua barang akan terjual kembali dan tingkat produksi akan normal kembali.

Konsepsi Keynes untuk mengatasi pengangguran adalah tentang peringatannya bahwa anggapan dasar klasik khususnya fleksibel harga dan tingkat upah, serta reaksi yang cepat dari pelaku ekonomi menuju proses keseimbangan baru dalam kenyataannya memakan waktu yang lama, tergantung besarnya hambatan-hambatan dalam proses pemulihan perekonomian tersebut. Fleksibel harga tidak akan bisa berjalan seluruhnya pada perekonomian, karena banyak faktor-faktor penyebab terjadinya kelesuan perekonomian yang bukan disebabkan faktor harga. Dalam menganlisis dan mempelajari pengangguran pada


(39)

perekonomian secara keseluruhan, misalnya penurunan tingkat upah riil sedangkan variabel yang terjadi dalam perekonomian dianggap tetap, tidak bisa digunakan asumsi seperti yang digunakan kaum klasik untuk menerangkan akibat penurunan tingkat upah riil pada penggunaan tenaga kerja. Apabila upah riil menurun, pendapatan masyarakat akan mengalami penurunan juga (pendapatan bertambah rendah), dan daya beli masyarakat juga akan berkurang. Oleh sebab itu, pengeluaran masyarakat untuk konsumsi akan turun, dan penurunan pengeluaran masyarakat (konsumsi) akan menyebabkan penurunan tingkat harga di pasar barang. Apabila keadaan berlanjut terus menyebabkan tingkat produksi turun, full employment tidak akan tercapai.

Kebijaksanaan yang dianjurkan Keynes untuk mengatasi ini adalah seyogianya pemerintah melakukan sesuatu untuk membawa perekonomian kembali ke posisi full employment bukan hanya proses alamiah (melalui fleksibel harga) model analisi kaum klasik. Suatu tindakan pemerintah untuk menggeser atau membawa perekonomian kembali pada tingkat full employment sebagai arus balik mengatasi kelesuan (stagnasi) perekonomian dan pengangguran melalui peningkatan pengeluaran pemerintah (G). kenaikan pengeluaran pemerintah (G) ini melalui proses multiplier effectakan meningkatkan pendapatan masyarakat serta diwujudkan dalam permintaan efektif.


(40)

2.4 Pengertian Pendapatan

Pendapatan menunjukkan jumlah seluruh uang yang diterima oleh seseorang atau rumah tangga selama jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Pendapatan terdiri dari upah, atau penerimaan tenaga kerja; pendapatan dari kekayaan seperti sewa, bunga dan dividen; serta pembayaran transfer atau penerimaan dari pemerintah seperti tunjangan sosial, atau si pengangguran. (Samuelson, 1992:258).

2.4.1 Distribusi Pendapatan dan Produksi Marjinal

Upah merupakan harga tenaga kerja, sewa adalah harga tanah, dan bunga adalah harga modal. Jadi penunjuk pertama tentang distribusi pendapatan adalah berasal dari pengamatan terhadap kekuatan-kekuatan yang melatarbelakngi penawaran dan permintaan faktor-faktor produksi. (Samuelson, 1992:259)

Kunci distribusi pendapatan suatu perekonomian pasar terdapat pada teori produktivitas-marjinal perusahaan. Pada teori produksi telah diketahui bahwa kurva permintaan untuk berbagai faktor produksi permintaan tenaga kerja, tanah, dan sebagainya dapat dinyatakan dalam pengertian pendapatan yang diperoleh dari produk marjinalnya. Dengan menempatkan kurva penawaran dari tiap sektor, kita dapat menghitung pendapatan yang diperoleh setiap faktor produksi. Sebuah perusahaan mencapai laba maksimum (biaya minimum) pada saat MRP setiap faktor produksinya sama dengan biaya marjinal faktor produksi tersebut yaitu harga faktor produksi tersebut. Hal ini dapat dinyatakan secara ekuivalen sebagai suatu kondisi di mana MRP per dolar input disamakan untuk setiap input. Kondisi


(41)

ini harus berlaku dalam ekuilibrium karena seorang pengusaha yang bertujuan memaksimumkan laba akan memperkerjakan setiap faktor produksi sampai suatu titik ketika produk marjinal faktor memberiikan penerimaan marjinal (dalam satuan dolar) yang persis sama dengan faktor produksi tersebut.

2.4.2Teori Distribusi Pendapatan Produksi Marjinal

Teoritis ekonomi terkenal dari Columbia University, yaitu John Bates Clark, sekitar tahun 1990 mengemukana teori distribusi sederhana. Teori tersebut bisa diterapkan pada penetapan harga dan upah yang kompetitif untuk setiap barang akhir (final goods) dan input faktor produksi. Untuk memudahkan pemahaman atas teori tersebut, misalkan hanya ada satu produk yang dihitung dalam satuan riil. Misalnya jagung atau suatu kombinasi komiditi yang kita sebut Q. Selanjutnya, dengan menganggap harga sama dengan satu, kita dapat membentuk keseluruhan pembahasan ini dalam satuan riil yaitu kita menamakan nilai output sebagai Q dan tarif upah sebagai tarif upah riil dalam satuan barang atau Q. dalam situasi ini, fungsi produksi menjelaskan berapa Q yang akan dihasilkan dari setiap jumlah jam kerja tenaga kerja, L bersama sekian luas tanah yang homogen, A. Perhatikan bahwa karena P=1, maka pada persaingan sempurna MRP= MR x P =MP x 1 = MP dan upah =MPL. (Samuelson,1992:158).

Kemudian, Clark mengemukakan penalarannya sebagai berikut. Pekerja yang pertama mempunyai produk marjinal yang sangat besar, karena begitu banyak tanah yang tersedia untuk digarap. Pekerja kedua menghasilkan produk marjinal yang sedikit lebih rendah dibanding pekerja pertama. Akan tetapi, kedua pekerja itu mempunyai sifat yang identik. Mereka harus mendapat upah yang


(42)

sama. Masalahnya sekarang, upah itu didasarkan atas apa? Apakah didasarkan pada MP (Produk Marjinal) pekerja pertama atau MP pekerja kedua yang lebih rendah? Ataukah menurut rata-rata keduanya.

Dalam persaingan sempurna, dengan pemilik tanah bebas menentukan banyaknya pekerja yang akan digunakan, jawabannya adalah: Tuan tanah tidak akan menggunakan pekerja kedua kalau upah yang harus mereka bayar melebihi produk marjinal yang diterimanya. Dengan demikian kurva permintaan DD atas tenaga kerja akan menjamin bahwa semua pekerja yang digunakan menerima upah sebesar produk marjinal yang terakhir.

Bagaimana dengan kelebihan total output yang dihasilkan oleh pekerja pertama dan pekerja lain sebelum pekerja yang terakhir. MP itu dinikmati oleh tuan tanah dan merupaka laba residu baginya, yang ddisebut sebagai sewa. Dalam persaingan bebas, laba itu tetap milik pemilik tanah dan tidak ada yang bisa mengambilnya. Selain distribusi dari kontribusi tenaga kerja dapat juga meentukan kontribusi dari sewa tanah. Besarnya kelebihan output yang dihasilkan pekerja tidak diterima sebagi upah, namun ditentukan sebaoleh seberapa besar penurunan MP tenaga kerja pada saat tenaga kerja ditambahkan artinya ditentukan oleh hokum hasil lebih yang semakin menurun.

2.5 Pengertian Potensi

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Potensi merupakan kemampuan yang kemungkinan untuk dikembangkan; kekuatan; kesanggupan atau daya. Potensi pada umumnya dapat dijadikan sebagai sebuah bahan atau sumber daya yang dapat dikembangkan secara menyeluruh dalam membentuk


(43)

nilai tambah sehingga dapat menghasilkan keuntungan yang maksimal. Dalam pemanfaatannya potensi diarahkan untuk dapat dikelola dengan baik sehingga apa yang menjadi kelebihan dan keunggulannya dapat diberdayakan secara baik pula.

2.6 Penelitian Terdahulu

Hesti Pusparini (2011) dalam penelitiannya yang berjudul ”Strategi Pengembangan Industri Kreatif Di Sumatera Barat (Studi Kasus Industri Kreatif Subsektor Kerajinan:Industri Bordir/Sulaman Dan Pertenunan), dengan teknik analisa SWOT menunjukkan Industri ini memiliki peluang yang besar dan dapat memanfaatkan kekuatan yang dimilikinya untuk memperoleh berbagai peluang tersebut. Sedangkan indeks posisi industri kreatif subsektor industri kerajinan sulaman benang emas di Sumatera Barat, pada analisis faktor internal sebesar +0.65 dan indeks posisi pada analisis faktor eksternal sebesar +1.04 sehingga pada diagram SWOT posisi sulaman benang emas terletak di Kuadran I juga, sama halnya dengan bordir/sulaman.

Dani Danuar Tri U. (2013) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Berbasis Ekonomi Kreatif di Kota Semarang” mengemukakan bahwa UMKM berbasis ekonomi kreatif di Kota Semarang belum dapat dijadikan sebagai penopang utama perekonomian di Kota Semarang. Hal tersebut dikarenakan industri besar lebih mendominasi di kota tersebut. UMKM yang berbasis ekonomi kreatif di Kota Semarang memiliki kemampuan yang terbatas serta mengalami permasaahan dalam pengembangan usahanya. Hal ini menyebabkan UMKM berbasis ekonomi kreatif belum mampu memeberikan ciri khas tersendiri bagi Kota Semarang.


(44)

Ahmad Putra Rasikul Islamy (2013) dalam penelitiannya yang berjudul “Peranan Industri Kreatif Sektor Periklanan Terhadap Perekonomian Indonesia”mengemukakan Periklanan merupakan salah satu sektor dalam Industri kreatif (kelompok industri yang terdiri dari berbagai jenis industri yang masing – masing memiliki kaitan dengan kreatifitas dan kekayaan intelektual). Periklanan sebagai kegiatan kreatif yang berkaitan jasa periklanan (komunikasi satu arah dengan menggunakan medium tertentu), yang meliputi proses kreasi, produksi dan distribusi dari iklan yang dihasilkan, misalnya: riset pasar, perencanaan komunikasi iklan, iklan luar ruang, produksi material iklan, promosi, kampanye relasi publik, tampilan iklan di media cetak (surat kabar, majalah) dan elektronik (televisi dan radio), pemasangan berbagai poster dan gambar, penyebaran selebaran, pamflet, edaran, brosur dan reklame sejenis, distribusi dan

deliveindustri advertising materials atau samples, serta penyewaan kolom untuk iklan.

2.7 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual dimaksudkan untuk memberiikan gambaran atau batasan-batasan tentang konsep yang digunakan sebagai dasar penelitian yang akan dilakukan.

Tahap awal penelitian ini adalah dimulai dengan melakukan proses pengumpulan data yang bersumber dari data sekunder ataupun data primer mengenai industri berbasis ekonomi kreatif yang ada di Kota Medan. Selanjutnya melakukan identifikasi terhadap kegiatan ekonomi kreatif guna memberii gambaran umum tentang kondisi ekonomi kreatif yang ada di Kota Medan. Dalam hal ini diakukan


(45)

survei lapangan yang menggunakan metode wawancara mendalam dan observasi. Terakhir, dapat dirumuskan beberapa potensi dan strategi dalam pengembangan industri kreatif di Kota Medan dengan pendekatan deskriptif.

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Sumber : Diolah oleh penulis Ekonomi Kreatif

Strategi Potensi

Pengembangan Ekonomi Kota Medan


(46)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif dengan metode kualitatif. Bogdan dan Taylor (1992) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif adalah salah satu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku orang-orang yang diamati.

Muhammad Idrus (2009:25) mengungkapkan salah satu ciri penelitian kualitatif adalah data penelitian yang bersifat deskriptif yaitu data penelitian kualitatif berupa narasi cerita, penuturan informan, dokumen-dokumen pribadi seperti foto, catatan pribadi/diary (buku harian), perilaku, gerak tubuh, mimik, dan banyak hal lain yang tidak didominasi angka-angka sebagaimana peneitian kuantitatif.

Selain itu, penelitian kualitatif juga bersifat dinamis dan berkembang, yaitu terkait dengan situs alamiahnya, maka fenomanya yang dilihat peneliti bersifat dinamis dan berkembang. Untuk itu, seorang peneliti kualitatif harus terus mengikuti subjek yang diteliti dalam kurun waktu yang “cukup lama” agar dapat melihat perubahan atau perkembangannya subjek.

3.2 Tempat dan Waktu Penilitian

Penelitian ini mengambil lokasi di Kota Medan, Sumatera Utara, Indonesia. Kota Medan memiliki potensi ekonomi kreatif yang cukup besar


(47)

sebagai sebuah Ibu Kota Sumatera Utara dengan populasi penduduk yang besar dan letak yang strategis sehingga sangat memungkinkan untuk melakukan pengembangan ekonomi kreatif. Kurun waktu penelitian dimulai dari awal November 2014 hingga selesai.

3.3 Batasan Operasional

Dalam penelitian ini batasan yang akan diteliti mencakup permasalahan dalam pengembangan ekonomi kreatif di Kota Medan. Permasalahan dalam penelitian ini mencakup potensi yang dilihat dari nilai pendapatan dan penyerapan tenaga kerja pada usaha ekonomi kreatif serta strategi dalam pengembangan ekonomi kreatif di Kota Medan.

3.4 Definisi Operasional

1. Potensi merupakan bagian dari peluang yang dapat dikembangkan dari kondisi ekonomi kreatif di Kota Medan. Indikator untuk mengukur variabel potensi ekonomi kreatif diantaranya :

a. Pendapatan yang dilihat dari kondisi penerimaan usaha (omset) dan pendapatan pelaku usaha ekonomi kreatif.

b. Ketenagakerjaan yang dilihat dari penyerapan tenaga kerja dari setiap usaha ekonomi kreatif yang berada di Kota Medan.

2. Strategi pengembangan ekonomi kreatif, yang berupa cara atau kebijakan yang berasal dari internal dan eksternal kegiatan bisnis diantaranya.

3.5 Ukuran Sampel

Sampling dilakukan karena dalam penelitian sulit untuk meneliti semuanya. Menurut Muhammad (2008) sampel merupakan bagian atau sejumlah


(48)

cuplikan tertentu yang diambil dari suatu populasi dan diteliti secara rinci. Dalam penelitian ini teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling yaitu bagian dari teknik non-probability sampling yang memilih orang –orang terseleksi berdasarkan ciri-ciri khusus yang dimiliki sampel tersebut dipandang mempunyai sangkut paut erat dengan ciri-ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Sehingga dalam penelitian ini penulis mengambil sampel sebanyak 42 pelaku usaha ekonomi kreatif yang berada di Kota Medan.

3.6 Jenis dan Analisis Pengumpulan Data 3.6.1 Jenis Data

1.Data Primer

Data primer merupakan data yang dikumpulkan oleh peneliti dengan cara langsung dari sumbernya. Data primer biasanya disebut dengan data asli yang mempunyai sifat up to date. Untuk memperoleh data primer, peneliti wajib mengumpulkannya secara langsung. Dalam penelitian ini data didapat melalui hasil wawancara langsung dalam bentuk wawancara personal (personal interviewing) dimana pewawancara akan menanyakan langsung kepada narasumber melalui daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang didapat/dikumpulkan peneliti dari semua sumber yang sudah ada dalam artian peneliti sebagai tangan kedua. Data sekunder bisa didapat bersumber dari Badan Pusat Statistik yang disingkat dengan BPS, Departemen perdagangan, jurnal buku,


(49)

laporan dan lain sebagainya. Data yang didapatkan berupa kondisi pertumbuhan ekonomi di Kota Medan, statistik industri kreatif Indonesia dalam kurun 2005-2008 dan sebagainya.

3.6.2 Metode Pengumpulan Data 1. Studi Pustaka

Menurut Chalil dan Barus (2014:22) studi pustaka dapat dibedakan atas dokumen pribadi dan dokumen publik. Dokumen pribadi misalnya berupa catatan usaha responden atau koresponden melalui email dan surat, sedangkan dokumen publik dapat berupa dokuen yang dipublikasi atu tidak dipublikasi.

Kelebihan studi pustaka adalah (1) memungkinkan peneliti mendapat informasi dari sumber dengan latar belakang bahasa yang berbeda, (2) dapat diaksesoleh peneliti sesuai dengan ketersediaan waktu peneliti, (3) informan yang diperoleh merupakan informasi yang relatif berbobot karena merupakan pemikiran yang mendalam dari penulisannya dan (4) informasi yang diperoleh merupakan fakta yang sudah tertulis yang sudah tidak perlu diinterpretasikan lagi.

2.Observasi

Observasi atau pengamatan merupakan aktivitas pencatatan fenomena yang dilakukan secara sistematis. Pengamatan dapat dilakukan secara terlibat (partisipatif) ataupun nonpartisipatif. Maksudnya, pengamatan terlibat merupakan jenis pengamatan yang melibatkan penelitian dalam kegiatan orang yang menjadi sasaran penelitian, tanpa


(50)

mengakibatkan perubahan pada kegiatan atau aktivitas yang bersangkutan dan tentu saja dalam hal ini peneliti tidak menutupi dirinya selaku peneliti. (M. Idrus, 2009: 101).

3. Metode Wawancara

Wawancara menurut Nazir (1998) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide

(panduan wawancara). Pada penelitian, wawancara dapat berfungsi sebagai metoe primer, pelengkap, atau sebagai kriterium (Hadi, 1992).

3.7 Teknik Analisa Data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik analisa deskriptif kualitatif. Analisa ini merupakan pendekatan yang akan mengambarkan karakteristik suatu permasalahan yang berasal dari data pengolahan data kualitatif. Untuk mengetahui potensi ekonomi kreatif di Kota Medan penulis menggunakan metode deskriptif yaitu metode analisis dengan mengumpulkan data secara sistematis, menganilisis, dan menginterpretasikan data sehingga memberiikan gambaran yang jelas mengenai potensi ekonomi kreatif di Kota Medan. Ada beberapa alasan menggunakan metode deskriptif. Salah satu di antaranya adalah bahwa metode ini telah digunakan secara luas dan dapat meliputi lebih banyak segi dibanding dengan metode-metode penyelidikan lain. Menurut Umar (2003), teknik ini menggambarkan sifat sesuatu yang tengah berlangsung pada saat penelitian dilakukan dan merumuskan sebab-sebab dari suatu gejala tertentu.


(51)

Sementara menurut Consuelo (1993:71-72) penelitian dengan metode deskriptif dirancang untuk mengumpulkan informasi tentang keadaan-keadaan nyata sekarang (sementara berlangsung).

Adapun tahapan dalam melakukan analisis data sebagai berikut ;

a. Tabulasi Data, hasil kuesioner yang telah dilakukan akan diterjemahkan dalam bentuk angka, table-tabel yang terdiri dari masing-masing jawaban setiap responden terhadap aspek yang ingin diketahui.

b. Reduksi Data, merupakan tahapan dalam melakukan analisa dari hasil proses pentabulasian data yang akan lebih menajamkan, menggolongkan dan memperluas data yang telah dikumpulkan yang pada akhirnya nanti akan memberii kemudahan untuk melakukan penarikan kesimpulan dari aspek yang diinginkan.

c. Analisis Deskriptif, diartikan sebagai proses dalam mengungkap gambaran permasalahan yang diteliti melalui proses pengintrepertasian hasil data yang telah ditabulasikan yang berguna untuk mendukung analisis atas penelitian yang telah dilakukan.

Sementara untuk mengetahui strategi dalam pengembangan usaha ekonomi kreatif dihimpun melalui sumber literatur yang terkait dengan blue print

pengembangan ekonomi kreatif di Indonesia oleh Kementrian Perdagangan dan Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang masing-masing akan dijabarkan pada masing-masing aspek terkait strategi pengembangan ekonomi kreatif di kota Medan.


(52)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Umum Kota Medan

4.1.1 Letak Geografis Kota Medan

Secara geografis Kota Medan terletak pada 3° 27' – 3° 43' Lintang Utara dan 98° 35' - 98° 44' Bujur Timur dengan rata-rata ketinggian 2,5 -37,5 meter diatas permukaan laut. Kota Medan memiliki luas 26.510 hektare (265,10 km2 )atau 3,6% dari keseluruhan wilayah Sumatera Utara. Kota ini merupakan pusat pemerintahan Daerah Tingkat I Sumatera Utara yang secara administratif berbatasan dengan wilayah sebagai berikut :

- Sebelah Utara wilayah berbatasan dengan Selat Malaka

- Sebelah Selatan wilayah berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang

- Sebelah Barat wilayah berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang

- Sebelah Timur wilayah berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang.

Letak geografis Kota Medan juga turut memberii peran penting bagi daerah-daerah yang berada disekitarnya, misalnya Binjai, Deli Serdang, Labuhan Batu, Simalungun, Natal, Tapanuli, dan lain-lain. Peranan tersebut dapat dilihat dari adanya kerjasama secara perekonomian dalam membangun wilayah dengan pusat perkonomiannya berada di Kota Medan. Tidak hanya itu, daerah-daerah yang berada disekitar Kota Medan juga turut memberi sumbangsi dari potensi kekayaan alam yang dimiliki untuk mampu diolah dan diproduksi dengan baik.


(53)

4.1.2 Luas Wilayah Kota Medan

Sebagai salah satu dari 33 Daerah Tingkat II di Sumatera Utara, Kota Medan memiliki luas daerah sekitar 265,10 km2 yang secara nasional berada diurutan ketiga sebagai kota terluas di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya (Jawa Timur). Dengan luas wilayah tersebut, 36,3% adalah pemukiman, perkebunan 3,1%, lahan jasa 1,9%, sawah 6,1%, perusahaan 4,2%, kebun campuran 45,4%, industri 1,5%, hutan rawa 1,8% .Secara adminstratif Kota Medan terbagi atas 21 Kecamatan yang mencakup 151 Kelurahan (BPS Kota Medan :2014). Hal ini ditunjukkan melalui tabel 4.1.

Tabel 4.1

Luas Wilayah Kota Medan Tahun 2014

No. Kecamatan Luas Wilayah (Km2)

1. Medan Tuntungan 20,68

2. Medan Selayang 12,81

3. Medan Johor 14,58

4. Medan Amplas 11,19

5. Medan Denai 9,05

6. Medan Tembung 7,99

7. Medan Kota 5,27

8. Medan Area 5,52

9. Medan Baru 5,84

10. Medan Polonia 9,01

11. Medan Maimun 2,98

12. Medan Sunggal 15,44

13. Medan Helvetia 13,16

14. Medan Barat 6,82

15. Medan Petisah 5,33

16. Medan Timur 7,76

17. Medan Perjuangan 4,09

18. Medan Deli 20,84

19. Medan Labuhan 36,67


(54)

Sumber : BPS Kota Medan 2014

4.2 Tenaga Kerja Kota Medan

Berdasarkan Badan Pusat Statistik Kota Medan tahun 2014 pada survei angkatan kerja nasional 2013, mengungkapkan bahwa jumlah angkatan kerja yang terdapat di Kota Medan sebanyak 1.004.899 orang, yang terdiri dari 631.144 laki-laki dan 373.555 perempuan. Sementara jumlah pencari pekerja yang mencari pekerjaan berdasarkan jenis kelamin dan tingkat pendidikan kurun waktu 2009-2013 sebanyak 16.548 tenaga kerja. Di mana 7.608 orang diantaranya adalah pria dan 8.943 diantaranya adalah perempuan. Perbandingan tersebut berasal dari tingkat pendidikan terakhir yang mana 14.431 orang berasal dari tamatan sarjana, 1807 orang adalah tamatan SMA dan 313 adalah tamatan SMP.

Tabel 4.2

Jumlah Penduduk Kota Medan Berumur 15 Tahun Ke atas yang Bekerja Selama Seminggu Menurut Lapangan Pekerjaan dan Jenis Kelamin Tahun

2013

No. Lapangan Pekerjaan Utama Laki-laki Perempuan Jumlah

1. Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perburuan dan Perikanan

32.576 4.140 36.716

2. Pertambangan dan Penggalian 1.720 0 1.720

21. Medan Belawan 26,25


(55)

3. Industri 91.779 26.109 117.888 4. Listrik, Gas dan Air Minum 6.160 1.580 7.740

5. Konstruksi 52.132 4.995 57.127

6. Perdagangan Besar, Rumah Makan dan Akomodasi

175.973 158.541 334.541 7. Transportasi, Pergudangan, dan

Komunikasi

65.966 11.348 77.314 8. Lembaga Keuangan, Usaha

Persewaan Bangunanan

41.973 29.059 71.031 9. Jasa Kemasyarakatan, Sosial

dan Perorangan

104.056 96.224 200.280

Jumlah 572.335 331.996 904.331

Sumber : BPS Kota Medan 2014

Berdasarkan tabel di atas, dapat menggambarkan bagaimana kondisi tenaga kerja yang berada di Kota Medan pada kurun waktu tahun 2013 yang bekerja menurut lapangan usaha utama. Setidaknya sebanyak 904.331 tenaga kerja bekerja pada semua sektor dengan 572.335 diantaranya adalah laki-laki dan 331.996 adalah perempuan. Lapangan usaha yang paling besar dalam memberi kontribusi terhadap peneyerapan tenaga kerja adalah perdagangan besar, rumah makan dan jasa akomodasi yaitu sebanyak 334.541. Hal ini dikarenakan besarnya permintaan atas produk usaha yang bergerak di bidang tersebut dan juga mudahnya dalam proses membuka usaha menyebabkan tingginya jumlah yang usaha yang bergerak pada disektor tersebut. Selanjutnya lapangan usaha yang berasal jasa kemasyarakatan, sosial dan perorangan mampu meneyerap tenaga kerja sebanyak 200.280 orang, yang kemudian disusul oleh lapangan usaha industri sebanyak 117.888 tenaga kerja.

Sedangkan untuk lapangan usaha yang bergerak di bidang transportasi, pergudangan dan komunikasi mampu memberi kontribusi terhadap penyerapan tenaga kerja sebanyak 77.314 orang. Lembaga keuangan, persewaan banguanan


(56)

juga menyumbang penyerapan tenaga kerja sebanyak 71.031 orang. Konstruksi sebanyak 57.127 orang, dan untuk sektor lapangan usaha di bidang pertanian, perkebunan, kehutanan, perburuan dan perikanan hanya mampu memberi sumbangsi sebanyak 36.716 tenaga kerja. Hal ini tentu lebih baik, jika melihat kondisi penyerapan tenaga kerja yang berasal dari listrik, gas dan air minum sebanyak 7.740 dan pertambangan dan penggalian yang hanya 1.720 orang dengan perbandingan 100% berasal dari laki-laki.

4.3 Pekembangan Perekonomian Kota Medan

Laju pertumbuhan ekonomi Kota Medan pada tahun 2013 mengalami perlambatan jika dibandingkan pada tahun 2012. Tahun 2013 pertumbuhan ekonomi Kota Medan berada pada kisaran 4,30%, kondisi penurunan pertumbuhan ekonomi Medan pada tahun 2013 salah satunya dipengaruhi oleh perpindahan bandara utama Sumatera Utara dari wilayah Kota Medan ke Kabupaten Deli Serdang. Sedangkan pada tahun 2012 mampu mengalami pertumbuhan sebesar 7,63%.

Tabel 4.3

Pertumbuhan Ekonomi Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara dan Nasional Tahun 2011 s/d 2013 (persen)

Tahun Medan Sumatera Utara Nasional

2011 7,69 6,63 6,49

2012 7,63 6,21 6,26

2013 4,30 6,01 5,78

Sumber : BPS Kota Medan 2014

Menurut data BPS Kota Medan tahun 2014, sektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi berasal dari sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 9,40% sementara angkutan dan komunikasi mengalami penurunan sebesar 8,47%.


(57)

PDRB Kota Medan Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2011-2013 dan Harga Konstan Tahun 2000 (Jutaan/Rupiah)

Sumber: BPS Kota Medan 2014

Perkembangan PDRB Kota Medan pada tahun 2011 pada harga berlaku sebesar Rp 93.462.488,73 sedangkan berdasarkan harga konstan tahun 2000 sebesar Rp 38.576.234,25, kemudian pada tahun 2012 mengalami kenaikan hingga menjadi Rp 105.110.723,38 pada harga berlaku dan Rp 41.519.320,25 pada harga konstan tahun 2000. Tidak jauh berbeda dengan dua tahun sebelumnya, peningkatan PDRB terjadi pada tahun 2013 yaitu Rp 119.715.482,22 pada harga berlaku dan Rp 43.303.956,38 pada harga konstan. Peningkatan tersebut dipengaruhi oleh lapangan usaha yang berasal dari perdagangan, hotel dan restoran yang mengalami pertumbuhan yang baik pada tahun 2013. Selain itu adanya perpindahan terminal Bandar udara komersial dari Kota Medan ke Kabupaten Deli Serdang yang selama ini ikut menyumbang nilai tambah telah berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Medan.

4.4 Hasil Penelitian dan Pembahasan 4.4.1 Karakteristik Responden


(58)

Dalam penelitian ini, peniliti melakukan wawancara langsung kepada 42 responden yang bergerak di bidang usaha ekonomi kreatif. Daftar pertanyaan yang disusun ditanyakan langsung kepada responden melalui kuesioner wawancara.

4.4.1.1Karakteristik Responden Usaha EkonomiKreatif BerdasarkanJenis Subsektor Industri Kreatif

Berdasarkan data yang diperoleh pada 42 responden usaha ekonomi kreatif yang berada di Kota Medan, terdapat 8 jenis subsektor usaha dari 14 jenis subsektor usaha kreatif yang dijalankan pada jenis usaha industri kreatif.

Tabel 4.4

Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Usaha Subsektor Industri Kreatif

No. SubsektorIndustri Orang Persen (%)

1. Kerajinan 16 38,09

2. Fashion 6 14,30

3. Layanan Komputer 6 14,30

4. Percetakan dan Penerbitan 5 11,90

5. Desain 4 2,38

6. Pasar Barang Seni 3 7,14

7. Periklanan 1 2,38

8. Video, Film dan Fotografi 1 2,38

Jumlah 42 100

Sumber : Diolah oleh penulis

Dari 42 responden yang diteliti, sebanyak 16 unit (38,09%) usaha yang dijalankan bergerak di bidang kerajinan industri kreatif dengan produk unggulan berupa kerajinan batu alam, mebel dan rotan. Hal ini membuat industri kerajinan paling besar dalam proses distribusi sampel yang ditemui oleh peneliti dalam melakukan penelitian. Selanjutnya, secara berurutan industri fashion dan layanan komputer berada di urutan kedua dan ketiga, dengan jumlah usaha sama-sama sebanyak 6 unit usaha (14,30 %). Sedangkan untuk industri yang bergerak di


(59)

bidang percetakan dan penerbitan sebanyak 5 unit usaha (11,90%) setelah itu disusul dengan industri desain sebanyak 4 unit usaha (2,38%), atau sedikit lebih banyak jika dibandingkan dengan usaha yang bergerak di bidang pasar barang seni dengan 3 unit usaha (7,14%), dan yang terakhir masing-masing untuk industri usaha video, film dan fotografi dan periklanan sebanyak 1 unit usaha (2,38%).

4.4.1.2 Karakteristik RespondenUsaha Ekonomi Kreatif Berdasarkan Usia

Usia responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini berkisar 33-68 tahun, hal ini ditunjukkan melalui pendistribusian sampel penelitian berikut ini.

Tabel 4.5

Distribusi Sampel Berdasarkan Usia Responden

No. Usia (Tahun) Orang Persen (%)

1. 31-35 4 9,52

2. 36-40 9 21,42

3. 41-45 13 31,00

4. 46-50 11 26,19

5. 51-55 3 7,14

6. 56-60 1 2,40

7. ≥61 1 2,40

Jumlah 42 100

Sumber : Diolah oleh penulis

Dilihat dari segi usia responden, usia diantara 41-45 tahun paling dominan dalam penelitian ini, dengan persentase sebesar 31 %, sedikit lebih banyak jika dibandingkan dengan usia responden pada rentan 46-50 tahun dengan 11 atau sebanyak 26,19% dari total keseluruhan responden yang diteliti, kemudian 36-40 tahun dengan 9 responden, serta 31-35 tahun sebanyak 9,52% dari total responden, dan yang terakhir pada rentan usia 56-60 tahun dan ≥61 yang masing -masing 1 orang responden dari total sampel secara keseluruhan.


(60)

4.4.1.3 Komposisi Usaha Ekonomi Kreatif Berdasarkan Jenis Kelamin Responden

Komposisi ini menunjukkan perbandingan sampel jenis kelamin responden penelitian terhadap subsektor industri kreatif yang berada di Kota Medan. Berikut tabel dan gambar distribusi sampel berdasarkan jenis kelamin.

Tabel 4.6

Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin

No JenisKelamin Orang Persen (%)

1. Laki-laki 34 80,95

2. Perempuan 8 19,04

Jumlah 42 100

Sumber : Diolah oleh penulis

Tabel 4.6 menunjukkan distribusi sampel yang dilihat berdasarkan jenis kelamin responden, di mana sebanyak 34 responden (80,95 %) adalah laki-laki dan 8 (19,04%) responden adalah perempuan. Hal ini menggambarkan bahwa sebagian besar pelaku usaha yang bergerak di bidang ekonomi kreatif didominasi oleh jenis kelamin laki-laki.

4.4.1.4 Komposisi Usaha Ekonomi Kreatif Berdasarkan Tingkat Pendidikan Responden

Tingkat pendidikan responden merupakan bagian dari penentuan sampel penelitian sebagai acuan untuk mengetahui hubungan jenis usaha yang dijalankannya dengan tigkat pendidikan terakhir yang dilalui oleh responden. Hal ini ditunjukkan melalui tabel dan gambar distribusi sampel responden berikut ini.


(1)

Lampiran 1 : Kuesioner

KUESIONER

Saya mengucapkan terima kasih untuk waktu yang telah disediakan olehBapak/Ibu dalam mengisi kuesioner ini. Kuisioner ini berguna untuk membantupenulisan skripsi yang berjudul “ Analisis Potensi Pengembangan Ekonomi Kreatif di Kota Medan”.

A. Identifikasi Responden

1. Nama :

2. Umur :

3. Jenis Kelamin

a. Laki-Laki

b. Perempuan 4. Subsektor Industri:

a. Periklanan h. Permainan Interaktif b. Arsitektur i. Musik

c. Pasar Barang Seni j. Seni Pertunjukkan

d. Kerajinan k. Penerbitan dan Percetakan e. Desain l. Layanan Komputer dan

Piranti Lunak


(2)

g. Video, Film dan n. Riset dan Pemasaran. Fotografi

5. Nama Usaha :

6. Tingkat Pendidikan :

a. SD d. Diploma (D1,D2,D3)

b. SMP/Sederajat e. Strata (S1, S2,S3)

c. SMA/Sederajat

B. Pertanyaan:

1. Berapa jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan?

____________________________________

2. Pendapatan rata-rata usaha perhari ?

____________________________________

3. Sejauh ini, apakah ada kesulitan Bapak/Ibu dalam menjalankan usaha?

____________________________________

4. Sumber permodalan Bapak/Ibu dapatkan untuk usaha ini?

_____________________________________


(3)

____________________________________

6. Apakah Bapak/ Ibu mengetahui ekonomi kreatif?

_______________________________________

7. Apakah ada perhatian khusus dari pemerintah untuk usaha yang Bapak/Ibu jalankan?

________________________________________

8. Apa harapan Bapak/Ibu untuk usaha ekonomi kreatif di Kota Medan?

________________________________________


(4)

No. Nama Pemilik

Usia Jenis Kelamin Jenis Usaha Subsektor Industri Tingkat Pendidikan Pendapatan Perhari (Rp) Tenaga Kerja (Orang)

1. Rifai 47 L Kerajinan

Rotan

Kerajinan SMA 2.000.000 15 2. Ramli 40 L Kerajinan

Mebel

Kerajinan SMA 1.000.000 10

3. Apik 45 L Kerajinan

Bingkai

Kerajinan SMP 200.000 2

4. Anwar Sadad

34 L Kerajinan

Mebel

Kerajinan Strata 1 (S1) 1.500.000 10 5. Ir. Bisma

Siregar

49 L Kerajinan

Mebel

Kerajinan Strata 1(S1) 500.000 5 6. Hj.

Aminah

56 P Kerajinan

Mebel

Kerajinan SMA 2.000.000 10 7. Mukhlisi

n

41 L Kerajinan

Mebel

Kerajinan SMA 700.000 6

8. Sadiran 44 L Kerajinan Batu Alam

Kerajinan SMA 300.000 4

9. Kadirudin 44 L Kerajinan Batu Alam

Kerajinan SMA 300.000 5

10. Yahya 42 L Kerajinan Mebel

Kerajinan Strata 1 (S1) 1.500.000 10

11. Doni 33 L Kerajinan

Mebel

Kerajinan Strata 1 (S1) 300.000 3 12. Sunarya 43 L Kerajinan

Mebel

Kerajinan SMA 250.000 4

13. Jaimadiah 40 L Kerajinan Mebel

Kerajinan Strata 1 (S1) 300.000 4

14. Susi 42 P Kerajinan

Batu Alam

Kerajinan Strata 1 (S1) 2.000.000 10 15. Yasin 50 L Kerajinan

Mebel

Kerajinan SMA 1.000.000 8 16. Rahmat 34 L Kerajinan

Mebel

Kerajinan SMA 200.000 4

17. Jasa Sembirin g

50 L Percetakan

dan Sablon

Percetkan dan

Penerbitan

SMA 500.000 5

18. Prima 52 L Percetakan dan

Sablon

Percetakan dan

Penerbitan

SMA 1.000.000 6

19. Radhasya 49 L Percetakan dan

Sablon

Percetan dan

Penerbitan

SMA 1.000.000 10


(5)

dan

Penerbitan 21. Sabri 45 L Percetakan

dan Sablon

Percetakan dan

Penerbitan

SMA 500.000 5

22. Riana 36 P Gallery

Painting dan Art

Pasar Barang Seni

Strata 1(S1) 2.000.000 10

23. M.Irwan 34 L Frame and Gallery

Pasar Barang Seni

SMA 250.000 2

24. Kusmawa n

40 L Gallery

Batu Alam

Pasar Barang Seni

Strata 1 (S1) 3.000.000 20

25. Syaprizal 52 L Desain Desain SMA 300.000 4

26. Munir Ginting

48 L Desain Desain Strata 1(S1) 300.000 5

27. Tauli Grutu

53 L Desain Desain SMA 350.000 5

28. Diografik 36 L Desain Desain Strata 1 (S1) 500.000 8 29. Andi 36 L Instal dan

Warnet

Layanan Komputer

Diploma III 200.000 2 30. Ridwan 44 L Instal dan

Perbaikan PC

Layanan Komputer

SMA 300.000 3

31. Jaya 39 L Warnet

dan Instal

Layanan Komputer

Strata 1(S1) 200.000 2 32. Andi

Pane

38 L Instal dan Perbaikan PC

Layanan Komputer

SMA 150.000 1

33. Wira Kusuma

43 L Instal dan Perbaikan Pc

Layanan Komputer

SMA 200.000 1

34. Yosept Pasaribu

48 L Instal dan Perbaikan PC

Layanan Komputer

Diploma III 300.000 4

35. Hj. Anna Sulmi

68 P Fashion

Sepatu

Fashion SMA 1.600.000 7

36. Jumaidir 48 L Fashion Pakaian

Fashion SMP 500.000 7

37. Imah 40 P Garmen

dan Pakaian

Fashion Strata 1(S1) 150.000 2

38. Hj. Rasidah

39 P Fashion

Pakain


(6)

39. Azri 46 L Fashion Sepatu

Fashion Strata 1(S1) 500.000 5 40. Nurcahay

a

40 P Fashion

Batik

Fashion Strata 1(S1) 1.000.000 8

41. Imam 45 L Advertisin

g Studio

Periklanan Strata 1(S1) 500.000 6 42. Jakub

Sinuraya

50 L Video

Shooting

Video, Film, dan Fotografi